JURNAL 4 Stunting

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 11, Nomor 1, JANUARI 2023


ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v11i1.35848
HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, PRAKTIK PENGASUHAN DAN SANITASI
LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA LOKUS
STUNTING WILAYAH KERJA PUSKESMAS PARON KABUPATEN NGAWI

Qurotul Ainin1*,Yunus Ariyanto1, Citra Anggun Kinanthi1


1
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
Jl. Kalimantan Kampus Bumi Tegal No.I / 93, Sumbersari, Jember, Indonesia 68121
*Corresponding author: [email protected]

ABSTRACT
Stunting was a condition in which body length or height of toddlers doesn’t meet WHO’s standard,
namely under minus 2 of standard deviation. Ngawi Regency had the fourth highest prevalence of
stunting in East Java in 2018 with 40.5% cases. Paron Primary Health Center was the area with
the most stunting cases and locus in 2022. The purpose of this study was conducted to dertermine
the correlation between mother’s education, parenting practice, and environment sanitation with
stunting in toddlers. This research is observational study with a case-control design. The samples of
this research were 45 cases and 45 control. The sampling technique was proportional stratified
random sampling. The analysis of used chi-square test. The results showed that there was
correlation between of mother’s education (p = 0,002, OR = 4.429), parenting practice (p = 0,001,
OR = 6,833) and environment sanitation (p = 0,042, OR = 4,529) with stunting incidence. The
Primary Health Center was need to do consistently provide education on parenting includyng
feeding, and personal hygiene of toddlers. Mother should be more give more attention to parenting,
especially related to feeding, maintaining the personal hygiene of toddlers, and as well as repairing
sanitation facilities.

Keywords: Stunting, mother’s education, parenting practice, environment sanitation.

PENDAHULUAN masalah kesehatan masyarakat karena


Masalah stunting merupakan salah satu prevalensi diatas nilai batas yang ditetapkan
masalah gizi yang menjadi perhatian di WHO sebesar 20%.4
seluruh dunia. Hal tersebut dapat terlihat pada Kabupaten Ngawi tahun 2018
tujuan 2.2 SDGs yaitu menghapuskan segala menempati peringkat keempat prevalensi
bentuk malnutrisi pada tahun 2030, salah satu stunting tertinggi yaitu sebesar 40,5% dan
targetnya ialah penurunan angka kejadian menjadi wilayah prioritas intervensi
stunting tahun 2025.1 Permasalahan stunting penanganan stunting di Provinsi Jawa Timur.
ini tidak dapat dikesampingkan, jika dibiarkan Menurut data SSGI 2021, prevalensi stunting
akan menjadi beban dan ancaman bagi masa di Kabupaten Ngawi sebesar 16,2%.7
depan suatu negara baik terkait dengan Puskesmas dengan prevalensi tertinggi di
penurunan produktifitas, kualitas hidup, Kabupaten Ngawi berdasarkan data bulan
hingga peningkatan pengeluaran untuk biaya timbang Februari 2021 adalah Puskesmas
kesehatan.3 Paron yaitu sebesar 17,93%. Puskesmas Paron
Prevalensi stunting di Indonesia juga ditetapkan sebagai lokus stunting tahun
menempati urutan ketiga tertinggi di Asia 2022 yang pada tahun sebelumnya diketahui
Tenggara. Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) belum menjadi wilayah lokus stunting. 11
menunjukkan prevalensi stunting menurun Masalah stunting disebabkan oleh
dari 27,67% pada tahun 2019 menjadi 24,4% berbagai faktor, salah satunya yaitu faktor
di tahun 2021.7 Meskipun demikian angka keluarga dan rumah tangga. Faktor keluarga
tersebut masih diatas target penurunan yang dan rumah tangga dibedakan menjadi 2 aspek
ditetapkan, selain itu juga masih menjadi ialah faktor maternal dan lingkungan rumah. 3

89
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 11, Nomor 1, JANUARI 2023
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v11i1.35848
Lingkungan rumah memainkan peran kunci sarana sanitasi.12 Penelitian ini bertujuan
dalam proses tumbuh kembang dan kehidupan untuk menganalisis hubungan pendidikan ibu,
sehari-hari anak. Kondisi lingkungan rumah praktik pengasuhan, dan sanitasi lingkungan
yang optimal dapat mendukung tumbuh dengan kejadian stunting pada balita di desa
kembang anak yang lebih baik.2 Pendidikan lokus stunting wilayah kerja Puskesmas Paron
ibu, praktik pengasuhan, dan sanitasi Kabupaten Ngawi.
lingkungan termasuk faktor lingkungan
rumah sebagai penyebab stunting pada balita. 3 METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan di Kota Penelitian ini merupakan jenis
Semarang menunjukkan risiko 2,97 kali lebih penelitian kuantitatif dengan desain penelitian
besar untuk memiliki balita stunting pada ibu analitik observasional menggunakan
yang berpendidikan rendah.33 Pendidikan ibu pendekatan case control. Populasi dalam
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku ibu penelitian ini terbagi menjadi 2 yaitu populasi
dalam memenuhi kebutuhan nutrisi anak. 14 kasus (balita stunting usia 24-59 bulan yang
Ibu berpendidikan rendah akan sulit tercatat pada data pengukuran antropometri di
menerima dan memahami pengetahuan gizi, setiap posyandu desa lokus stunting Wilayah
pemilihan makanan yang kurang Kerja Puskesmas Paron pada Februari 2022)
memperhatikan kandungan gizi dan kualitas dan populasi kontrol (balita tidak stunting
makanan yang dikonsumsi kurang baik.30 usia 24-59 bulan yang tercatat pada data
Praktik pengasuhan berperan penting pengukuran antropometri di setiap posyandu
dalam tumbuh kembang maupun status gizi desa lokus stunting Wilayah Kerja Puskesmas
anak, juga sebagai pilar percepatan Paron pada Februari 2022). Sampel pada
pencegahan stunting.9 Penelitian pada balita penelitian ini berjumlah 45 balita kasus dan
di Kabupaten Gorontalo menunjukkan 45 balita kontrol dengan pengambilannya
berisiko stunting 3,90 kali lebih besar pada menggunakan teknik proportional stratified
praktik pola asuh yang kurang baik. 22 random sampling. Sampel dipilih dengan
Pelaksanaan praktik pengasuhan yang kurang pengundian secara random yang besarannya
baik akan mengakibatkan terjadinya gangguan disesuaikan perhitungan proporsional dari
pertumbuhan maupun perkembangan anak, masing-masing desa pada lokasi penelitian.
salah satunya masalah stunting.26 Variabel independent dalam penelitian
Sanitasi yang sehat menjadi landasan ini meliputi pendidikan ibu, praktik
kuat bagi anak-anak untuk keberlangsungan pengasuhan, dan sanitasi lingkungan.
pertumbuhan.6 Penelitian pada balita di Variabel dependent adalah stunting pada
Kabupaten Gorontalo menunjukkan berisiko Februari 2022. Teknik pengumpulan data
stunting 6,26 kali lebih besar pada sanitasi penelitian ini dilakukan dengan studi
lingkungan yang tidak sehat.31 Sanitasi dokumentasi data pengukuran antropometri di
lingkungan yang tidak sehat dapat setiap posyandu, wawancara menggunakan
menyebabkan timbulnya penyakit infeksi kuisioner pendidikan ibu dan praktik
sehingga berdampak pada status gizi balita. 29 pengasuhan, serta observasi menggunakan
Berdasarkan studi pendahuluan yang lembar observasi sanitasi dasar lingkungan
dilakukan pada bulan November 2021 menurut Kepmenkes RI Nomor
menunjukkan bahwa penduduk di desa lokus 829/Menkes/SK/VII/1999.
stunting wilayah kerja Puskesmas Paron Penilaian variabel pendidikan ibu yaitu
sebesar 49,1% berpendidikan terakhir SD dan jenjang pendidikan terakhir yang ditamatkan,
SMP.13 Terdapat orang tua yang kurang pendidikan rendah apabila menempuh
memperhatikan anaknya terkait pengasuhan pendidikan ≤ 9 tahun dan pendidikan tinggi
pemberian makan dan kebersihan lingkungan apabila menempuh pendidikan > 9 tahun.
anak, serta sebesar 54,7% rumah belum Penilaian variabel praktik pengasuhan
memenuhi syarat rumah sehat diitinjau dari meliputi pertanyaan praktik pemberiaan

90
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 11, Nomor 1, JANUARI 2023
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v11i1.35848
makan, kebersihan diri anak, dan pemanfaatan Kasus stunting paling banyak terjadi pada
pelayanan kesehatan yang terdiri dari total 28 rentan usia 24-36 bulan sebesar 19 (42,2%)
item pertanyaan. Hasil pengukuran akan balita. Menurut Laporan SSGBI tahun 2021
dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu menyatakan bahwa distribusi balita stunting
baik dan kurang baik. Dimana nilai median di Indonesia paling banyak berusia 24-35
dari skor akhir sebagai batas penilaian, yaitu bulan dan 36-48 bulan. Saat berusia 24 bulan,
praktik pengasuhan baik apabila skor > nilai anak mulai memasuki tahap penyapihan ASI
median dan kurang baik apabila skor ≤ nilai dan peningkatan keaktifan anak dalam
median. menjajaki lingkungan sekitar sehingga
Variabel sanitasi lingkungan dinilai dari kebutuhan asupan gizi juga meningkat,
kepemilikan sanitasi dasar yang memenuhi dimana anak akan lebih rentan untuk
syarat kesehatan meliputi sarana air bersih, mengalami kekurangan gizi dikarenakan
nafsu makan menurun maupun asupan gizi
sarana jamban keluarga, sarana pembuangan
kurang.16
limbah, dan sarana pembuangan sampah. Sebagian besar kasus stunting berjenis
Hasil pengukuran akan dikategorikan menjadi kelamin laki-laki sebesar 25 (55,6%) balita.
dua kelompok yaitu sanitasi lingkungan sehat Berdasarkan Laporan Riskesdas tahun 2018,
apabila total skor ≥ 334 dan tidak sehat prevalensi stunting menurut jenis kelamin
apabila total skor < 334. Uji etik pada paling banyak terjadi pada laki-laki. Anak
penelitian ini telah dilakukan oleh Komisi Etik laki-laki lebih rentan untuk mengalami
masalah gizi, karena memiliki postur tubuh
Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kesehatan
dan luas permukaan tubuh yang lebih besar
Masyarakat Universitas Jember dengan nomor
atau lebih luas dibandingkan perempuan,
190/KEPK/FKM-UNEJ/V/2022.
sehingga kebutuhan zat gizinya juga lebih
HASIL DAN PEMBAHASAN banyak.1
1.Karakteristik Balita

Tabel 1. Distribusi Frekuensi karakteristik balita


Status gizi
Variabel Stunting Tidak stunting
n % n %
Usia anak
24-35 bulan 19 42,2 15 33,3
36-47 bulan 11 24,4 18 40,0
48-59 bulan 15 33,3 12 26,4
Jenis kelamin
Laki-laki 25 55,6 23 51,1
Perempuan 20 44,4 22 48,9

Tabel 2. Hubungan pendidikan ibu, praktik pengasuhan, dan sanitasi lingkungan dengan
kejadian stunting pada balita
Status gizi
Variabel Stunting Tidak stunting P-value OR 95% CI
n % n %
Pendidikan Ibu
Rendah 30 66,7 14 31,1 0,002 4,429 1,829-10,726
Tinggi 15 33,3 31 68,9
Praktik pengasuhan
Kurang baik 18 40,0 4 24,4 0,001 6,833 2,084-22,402
91
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 11, Nomor 1, JANUARI 2023
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v11i1.35848
Baik 27 60,0 41 75,6
Sanitasi lingkungan
Tidak sehat 42 93,3 34 75,6 0,042 4,529 1,169-17,547
Sehat 3 6,7 11 24,4

yang berpendidikan rendah akan cenderung


2. Hubungan Pendidikan ibu dengan sulit memahami informasi, sehingga
Kejadian Stunting pada Balita berdampak terhadap praktik pengasuhan
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh kurang baik, kurang memperhatikan kualitas,
nilai p-value sebesar 0,002 (p-value ≤ 0,05) kecukupan gizi maupun kandungan nutrisi
dengan OR 4,429, yang artinya terdapat makanan yang akan dikonsumsi anaknya. Hal
hubungan pendidikan ibu dengan kejadian tersebut berdampak pada status gizi anak,
stunting pada balita di desa lokus stunting kondisi ini kemudian dapat menyebabkan
wilayah kerja Puskesmas Paron Kabupaten terganggunya tumbuh kembang anak yang
Ngawi tahun 2022. Ibu yang berpendidikan pada akhirnya anak menjadi stunting.19
rendah berisiko 4,429 kali lebih besar
memiliki balita stunting dibandingkan ibu 3. Hubungan Praktik Pengasuhan dengan
yang berpendidikan tinggi. Kejadian Stunting pada Balita
Tingkat pendidikan ibu berpengaruh Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh
terhadap derajat kesehatan, dan berperan nilai p-value sebesar 0,001 (p-value ≤ 0,05)
dalam mempengaruhi seseorang untuk dengan OR 6,833, yang artinya terdapat
memutuskan berperilaku sehat.10 Pendidikan hubungan praktik pengasuhan dengan
ibu juga mempengaruhi sikap maupun kejadian stunting pada balita di desa lokus
perilaku ibu dalam mencukupi keperluan stunting wilayah kerja Puskesmas Paron
asupan gizi anak yaitu terkait kebiasaan Kabupaten Ngawi tahun 2022. Balita yang
konsumsi keluarga. Ibu yang berpendidikan diasuh dengan praktik pengasuhan kurang
tinggi akan lebih cenderung memilih makanan baik berisiko 6,833 kali lebih besar untuk
yang kualitas dan kandungan gizinya baik mengalami stunting dibandingkan balita yang
untuk dikonsumsi anak, sehingga kecukupan diasuh dengan praktik pengasuhan baik.
gizi dapat terpenuhi.22 Praktik pengasuhan merupakan salah
Penelitian ini sesuai dengan penelitian satu kebutuhan penting bagi tumbuh kembang
Aulia, dkk di Kecamatan Dungkek Sumenep maupun status gizi anak. Peran ibu sangat
yang menyatakan adanya hubungan signifikan penting terutama dalam praktik pengasuhan
antara pendidikan ibu dengan kejadian anaknya.24 Pelaksanaan pengasuhan yang baik
stunting pada balita.22 Penelitian yang dapat berpengaruh terhadap praktik, sikap
dilakukan Rahmawati,dkk di Palembang juga atau perilaku ibu dalam merawat anak.
menemukan hubungan pendidikan ibu dengan Perilaku pengasuhan yang baik meliputi
kejadian stunting pada balita, dimana balita pemberiaan asupan nutrisi, menjaga
dengan ibu yang memiliki pendidikan rendah kebersihan anak, menjaga sanitasi lingkungan
berisiko mengalami stunting 3,512 kali lebih anak dan tindakan ibu memanfaatkan
besar.32 Penelitian lain oleh Sutarto, dkk 2020 pelayanan kesehatan yang berhubungan
di Lampung Selatan menyatakan adanya dengan kebutuhan anaknya.25
hubungan pendidikan ibu dengan stunting, Praktik pengasuhan pemberian makan
sejumlah 79,6% kejadian stunting dialami yang kurang tepat akan berpengaruh terhadap
oleh balita dengan tingkat pendidikan ibu kecukupan nutrisi yang dikonsumsi sehingga
yang rendah.19 berdampak juga pada proses pertumbuhan
Menurut WHO tahun 2013, pendidikan balita.18 Ibu yang mengasuh balita dengan
yang rendah merupakan salah satu faktor kebersihan yang kurang baik menyebabkan
penyebab terjadinya stunting pada balita.3 Ibu balita akan rentan sakit dan terkena infeksi
berulang sehingga status gizi anak dapat
92
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 11, Nomor 1, JANUARI 2023
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v11i1.35848
menurun. Tindakan kurang baik ibu dalam pertumbuhan.6 Sanitasi yang layak dan sehat
memanfaatkan pelayanan kesehatan akan apabila sarana sanitasi yang digunakan
mengakibatkan masalah kesehatan pada memenuhi syarat kesehatan, seperti sumber
balitanya.21 Demikian praktik pengasuhan air memenuhi syarat sehat dan terlindung,
kurang baik akan berdampak terhadap status jamban sehat, sarana pembuangan sampah
gizi yang mengakibatkan terjadinya gangguan yang tertutup dan kedap air, serta sarana
tumbuh kembang anak. 26 pembuangan limbah yang tidak mencemari
Penelitian ini sesuai dengan penelitian lingkungan.8 Menurut WHO tahun 2013,
Bella, dkk di Palembang yang menjelaskan sanitasi lingkungan yang tidak sehat
hubungan pola pengasuhan ibu dengan merupakan salah satu faktor penyebab
kejadian stunting pada balita, dimana balita stunting pada balita.3 Sanitasi lingkungan
dengan ibu yang memberikan pengasuhan yang tidak sehat ini akan menyebabkan
kurang baik berisiko 6,620 kali lebih besar penyakit infeksi, sehingga berdampak pada
mengalami stunting.21 Penelitian yang terganggunya proses penyerapan gizi yang
dilakukan Adha, dkk di Kabupaten Jeneponto akan memicu terjadinya malnutrisi.27
menunjukkan bahwa hubungan yang Penelitian ini sesuai dengan penelitian
signifikan antara pola asuh dengan kejadian Tatu, dkk di Kecamatan Kakuluk Mesak Palu
stunting pada balita.23 Penelitian lain yang yang menjelaskan hubungan sanitasi
dilakukan Alma’as di Kabupaten Pemalang lingkungan dengan kejadian stunting pada
juga menemukan adanya hubungan pola asuh balita, dimana balita dengan kondisi sanitasi
dengan dengan kejadian stunting pada balita, lingkungan yang tidak sehat berisiko 3,899
dimana pelaksanaan pola asuh yang kurang kali lebih besar mengalami stunting.28
baik pada balita berisiko mengalami stunting Penelitian literatur review yang dilakukan
2,57 kali lebih besar. 15 Hasanah, dkk menunjukkan bahwa hubungan
Berdasarkan teori yang dicetuskan yang signifikan antara sanitasi lingkungan
WHO tahun 2013, praktik pengasuhan yang dengan kejadian stunting pada balita.27
kurang baik menjadi faktor penyebab Penelitian lain oleh Sutarto, dkk di Lampung
terjadinya stunting pada balita.3 Pelaksanaan Selatan juga menemukan adanya hubungan
praktik pengasuhan kurang baik akan sanitasi lingkungan dengan dengan kejadian
berdampak terhadap status gizi yang stunting pada balita, sejumlah 62,5% kejadian
mengakibatkan terjadinya gangguan stunting dialami oleh balita dengan kondisi
pertumbuhan maupun perkembangan anak, sanitasi lingkungan yang kurang baik.17
salah satunya masalah stunting. 26 Sanitasi lingkungan yang tidak sehat
mengakibatkan pencemaran dan media hidup
4. Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan patogen sehingga berisiko terjadi penularan
Kejadian Stunting pada Balita penyakit infeksi.20 Penyakit infeksi tersebut
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh menyebabkan nafsu makan anak akan
nilai p-value sebesar 0,042 (p-value ≤ 0,05) berkurang dan terbatas dalam mengonsumsi
dengan OR 4,529, yang artinya terdapat makanan, hal tersebut akan berdampak pada
hubungan sanitasi lingkungan dengan penurunan berat badan balita.5 Dalam jangka
kejadian stunting pada balita di desa lokus panjang penurunan berat badan secara terus
stunting wilayah kerja Puskesmas Paron menerus akan berdampak status gizi yang
Kabupaten Ngawi tahun 2022. Balita pada juga menurun. Ketika anak mengalami
sanitasi lingkungan tidak sehat berisiko 4,529 penyakit infeksi juga menyebabkan nutrisi
kali lebih besar untuk mengalami stunting yang seharusnya untuk pertumbuhan akan
dibandingkan balita pada rumah tangga digunakan untuk perlawanan tubuh terhadap
dengan sanitasi lingkungan yang sehat. infeksi. Kekurangan asupan gizi secara terus
Sanitasi yang sehat menjadi landasan menurus dapat menghambat proses
kuat bagi anak-anak untuk keberlangsungan pertumbuhan, sehingga akan berdampak pada
93
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 11, Nomor 1, JANUARI 2023
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v11i1.35848
gangguan pertumbuhan salah satunya 5. Kementerian PPN/Bappenas. 2019. Kajian
stunting.29 Sektor Kesehatan Pembangunan Gizi Di
Indonesia. Kementerian PPN/Bappenas.
6. Kementerian PPN/Bappenas dan UNICEF.
2017. Laporan Baseline SDG Tentang
KESIMPULAN Anak-Anak Di Indonesia. Jakarta:
Terdapat hubungan yang signifikan Kementerian Perencanaan Pembangunan
antara pendidikan ibu (p=0,002, OR=4.429), Nasional (Bappenas) dan United Nations
praktik pengasuhan (p=0,001, OR=6,833), Children’s Fund.\
dan sanitasi lingkungan (p=0,042, OR=4,529) 7. Kementerian Kesehatan RI. 2021. Hasil
dengan kejadian stunting pada balita. Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat
Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota Tahun
SARAN 2021. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Saran yang diberikan antara lain 8. Kementerian Kesehatan RI. 2014.
puskesmas perlu memberikan edukasi secara Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3
konsisten terkait pengasuhan yang meliputi Tentang Sanitasi Total Berbasis
pemberian makan, dan menjaga kebersihan. Masyarakat.
Pemberian makan mencakup pemberian ASI 9. TNP2K. 2019. Strategi Nasional
eksklusif, MPASI tepat waktu, dan menu Percepatan Pencegahan Anak Kerdil
makan bergizi seimbang. Menjaga kebersihan (Stunting). Jakarta: Sekretariat Wakil
balita meliputi kebersihan kuku dan mencuci Presiden Republik Indonesia.
tangan pakai sabun dan air mengalir. Ibu 10. Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil
balita diharapkan meningkatkan perhatian Kesehatan Indonesia. Jakarta: Pusat Data
dalam menerapkan praktik pengasuhan dan Informasi Departemen Kesehatan RI.
terutama terkait pemberian makan dan 11. Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi. 2021.
menjaga kebersihan diri anak, serta rumah Data Balita Stunting Tahun 2018 Sampai
tangga diharapkan melakukan upaya 2021. Ngawi: Dinas Kesehatan Kabupaten
perbaikan sarana sanitasi. Ngawi.
12. Puskesmas Paron. 2021. Profil Puskesmas
DAFTAR PUSTAKA
Paron Tahun 2020. Ngawi: Puskesmas
1. United Nations. 2021. Sustainable
Paron.
Development Goal Indicator: Metadata
13. Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngawi.
Repository.https://unstats.un.org/sdgs/meta
2019. Kecamatan Paron Dalam Angka
data/?Text=&Goal=2&Target= [Diakses
2019. Ngawi: Badan Pusat Statistik
pada 9 December 2021]
Kabupaten Ngawi.
2. UNICEF. 2021. Home Environment.
14. Supariasa N. D. I., Bakri B., Fajar I.,2002.
https://data.unicef.org/topic/early-
Penilaian Status Gizi, Antropometri Gizi.
childhood-development/home-
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
environment/ [Diakses pada 4 February
15. Alma’as, A. 2021. Hubungan pola asuh
2022].
dengan kejadian stunting pada balita di
3. World Health Organization. 2013.
desa payung kecamatan bodeh kabupaten
Childhood Stunting: Context, Causes and
pemalang. Skripsi. Program Studi Ilmu
Consequences. World Health Organization.
Gizi Universitas Muhammadiyah
4. World Health Organization. 2021.
Surakarta.
Stunting, Wasting, Overweight and
16. Fadzila, D. dan E. Tertiyus. 2019.
Underweight.
Ketahanan pangan rumah tangga anak
https://apps.who.int/nutrition/landscape/hel
stunting usia 6-23 bulan di wilangan,
p.aspx?menu=0&helpid=391&lang=EN
kabupaten nganjuk. Amerta Nutr. 18–23.
[Diakses pada 8 November 2021].
17. Sutarto, R. Indriyani, R. Sari, Surya, dan
94
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 11, Nomor 1, JANUARI 2023
ISSN: 2715-5617 / e-ISSN: 2356-3346
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
DOI : 10.14710/jkm.v11i1.35848
R. Oktarlina. 2021b. Hubungan kebersihan 2019. Pola asuh dan pola makan sebagai
diri, sanitasi, dan riwayat penyakit infeksi faktor risiko stunting balita usia 6-24 bulan
enterik (diare) dengan kejadian stunting suku papua dan non- papua. BKM Journal
pada balita usia 24-60 bulan. Jurnal Dunia of Community Medicine and Public
Kesmas. 10(1). Health. 35(4).
18. Femidio, M. dan L. Muniroh. 2020. 27. Hasanah, S., S. Handayani, dan I. R. Wilti.
Perbedaan pola asuh dan tingkat 2021. Hubungan sanitasi lingkungan
kecukupan zat gizi pada balita stunting dan dengan kejadian stunting pada balita di
non-stunting di wilayah pesisir kabupaten indonesia (studi literatur). Jurnal
probolinggo. Amerta Nutr. 4(1). Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan
19. Sutarto, T. Azqinar, R. Himayani, dan W. Lingkungan. 2(2):83–94.
Wardoyo. 2020. Hubungan tingkat 28. Tatu, S. S., D. T. Mau, dan Y. M. Rua.
pendidikan ibu dan pendapatan keluarga 2021. Faktor-faktor resiko yang
dengan kejadian stunting pada balita di berhubungan dengan kejadian stunting
wilayah kerja puskesmas lampug selatan. pada balita di desa kabuna kecamatan
Juke Unila. 3(2) kakuluk masak kabupaten belu. Jurnal
20. Sukmawati, U. W. Abidin, dan Hasmia. Sahabat Keperawatan. 3(1)
2021. Hubungan hygiene dan sanitasi 29. Fauzan, A. 2021. Hubungan sanitasi
lingkungan terhadap kejadian stunting dengan kejadian stunting. Jurnal Medika
pada balita di desa kurma. Journal Hutama. 3(1).
Peqguruang: Conference Series/. 30. Rahim, F. dan Rusisska. 2019. Determinan
3(2):495–501. sosial kesehatan kejadian stunting pada
21. Bella, F., A. Nur, dan M. Misnaniarti. balita 24-59 bulan di kabupaten kuningan.
2020. Hubungan antara pola asuh keluarga Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada:
dengan kejadian balita stunting pada Health Sciences Journal. 10(2)
keluarga miskin di palembang. 31. Choirunnisa, R., T. Indrayani, dan F. L.
Epidemiologi Kesehatan Komunitas. Anshor. 2020. Analysis of factors related
5(1):15–22. to stunting in toddlers aged 25-59 months
22. Aulia, D. Puspitasari, N. Huzaimah, Y. in puspasari village, puspahiyang,
Wardita, dan A. Sandi. 2021. Stunting dan tasikmalaya 2019. STRADA Jurnal Ilmiah
faktor ibu (pendidikan, pengetahuan gizi, Kesehatan. 9(1)
pola asuh, dan self efikasi). Journal of 32. Rahmawati, N., N. Fajar, dan H. Idris.
Health Science Research. 6(1) 2020. Faktor sosial, ekonomi, dan
23. Adha, A. S., N. W. Bahtiar, I. A. Ibrahim, pemanfaatan posyandu dengan kejadian
Syarfaini, dan Nildawati. 2021. Analisis stunting balita keluarga miskin penerima
hubungan pola asuh ibu dengan kejadian pkh di palembang. Jurnal Gizi Klinik
stunting pada balita di kabupaten Indonesia. 17(1)
jeneponto. Public Health Nutrition 33. Cahyati, W. H., G. N. Prameswari, C.
Journal. 1(2):71–82. Wulandari, dan Karnowo. 2019. Kajian
24. Nurdin, S., D. Katili, dan Z. Ahmad. 2019. stunting di kota semarang. Jurnal Riptek.
Faktor ibu, pola asuh anak, dan mpasi 12(2):101–106.
terhadap kejadian stunting di kabupaten
gorontalo. Riset Kebidanan Indonesia,.
3(2):74–81.
25. Noorhasanah, E. dan N. I. Tauhidah. 2021.
Hubungan pola asuh ibu dengan kejadian
stunting anak usia 12-59 bulan. Jurnal
Ilmu Keperawatan Anak. 4(1):37–42.
26. Ramadhani, F., Kandarina, dan Gunawan.
95

Anda mungkin juga menyukai