PREFIKS
PREFIKS
PREFIKS
Disusun oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
2023
DAFTAR ISI
A. Pengertian Prefiks.........................................................................................................3
A. Kesimpulan ................................................................................................................14
B. Saran ..........................................................................................................................14
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
keadaan morfem tersebut dapat menimbulkan sistem baru pada kata dasar yang
mengikuti morfem tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah dapat dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Apa pengertian prefiks ?
2. Bagaimana proses pengimbuhan prefiks ber- ?
3. Bagaimana bentuk prefiks ber-an ?
4. Bagaimana bentuk prefiks ber-kan ?
5. Apa itu bentuk dan makna kata ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian prefiks
2. Untuk mengetahui proses pengimbuhan prefiks ber-
3. Untuk mengetahui bentuk prefiks ber-an
4. Untuk mengetahui bentuk prefiks ber-kan
5. Untuk mengetahui bentuk dan makna kata
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Prefiks
Afiksasi adalah suatu imbuhan yang proses pembentukan kata nya dengan
membubuhkan afiks pada sebuah kata dasar atau bentuk dasar, baik itu dari kata dasar
tunggal ataupun kompleks seperti contoh pada kata pimpin yang mendapatkan
imbuhan prefiks meN- pada sebuah kata dasar pimpin dan menjadi memimpin.
Adapun prefiks adalah sebuah afiks yang pengimbuhannya diletakkan pada
bagian awal dari sebuah kata dasar atau bentuk dasar. Diletakkan di bentuk dasar
maksudnya imbuhan ini terdapat di awal bentuk dasarnya. Jika prefiks ini diletakkan
di bentuk dasar, maka akan terjadi perubahan bentuk, fungsi, kategori, dan makna.
Menuliskannya tidak sembarangan karena adanya ketentuan yang harus diperhatikan.
Macam prefiks dalam bahasa Indonesia, diantaranya meN-, ber-, di-, ter-, pen-, pe-,
se-, per-, ke-, maha-, dan para-.1
Prefiksasi adalah sebuah proses pengimbuhan sebuah bunyi yang ditambahkan
pada sebuah kata yang nantinya dapat menghasilkan kata baru yang pada intinya kata
tersebut tetap masih berhubungan dengan kata awal ataupun kata dasar. Dan prefiks
sendiri adalah imbuhan yang didapatkan dari morfem terikat yang masih digunakan
kedalam bentuk kata, tetapi tidak merubah makna pada kata itu sendiri. Dan imbuhan
prefiks (kata awalan) ini biasanya disebut juga dengan sebuah kata imbuhan yang
ditambahkan pada bagian dari sebuah kata dasar. Pada proses pengimbuhan kata
awalan ini dinamakan juga dengan prefiks aksi. Prefiks ini biasanya muncul
bersamaan dengan pengimbuhan akhir atau disebut sufiks.2
B. Prefiks ber-
Menurut Ramlan bentuk prefiks ber- terdiri dari tiga alomorf yaitu ber-, be-,
dan bel- sebagai berikut:
1. Prefiks ber- berubah menjadi ber- (tidak mengalami perubahan) jika
ditempatkan pada bentuk dasar yang suku pertamanya tidak bermula
dengan fenom /r/ atau suku pertamanya tidak mengandung /er/.3
1
M Ramlan, Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 107.
2
Miftachul Jannah, “Afiksasi (Prefiks Dan Sufiks) Dalam Kolom Ekonomi Bisnis Di Koran Jawa Pos Edisi
Kamis 14 November 2019” Jurnal DISASTRI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) Vol. 2 No. 1, (Maret,
2020), 20.
3
Ida Bagus Putriyasa, Kajian Morfologi Bentuk Dervasional Dan Infleksional (Bandung: PT Reflika Aditama,
2010), 17.
5
Contoh : ber- + main → bermain
ber- + dasi → berdasi
ber- + kerudung → berkerudung
2. Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditempatkan pada bentuk dasar yang
bermula pada fenom /r/ atau bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir
dengan /er/.
Contoh : ber- + kerja → bekerja
ber- + rantai → berantai
ber- + serta → beserta
3. Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika diletakkan pada bentuk dasar ajar.
Contoh : bel- + ajar → belajar
4
Ibid, hlm 18.
6
6. Bila kata dasarnya adalah kata bilangan atau kata benda yang menyatakan
ukuran, maka ber- mengandung arti himpunan.
Contoh: Pemuda dan pemudi Indonesia harus bersatu.
Ayah sudah bertahun-tahun menjadi seorang relawan.
7. Menyatakan perbuatan mengenai diri sendiri.
Contoh: Sony bercukur karena rambutnya sudah panjang.
Terpaksa saya harus berlindung di gedung kosong karena hujan
lebat.
8. Menyatakan perbuatan berbalas atau timbal balik.
Contoh: Siswa SMA Kasih berkelahi lagi meskipun sudah dilerai oleh
polisi.
Bertinju merupakan salah satu olahraga yang sedang digemari
oleh banyak kalangan.
C. Prefiks ber-an
Menurut Keraf, prefiks ber-an dapat mengalami perubahan bentuk menjadi
be-an.5 Fungsi prefiks ber-an adalah untuk membentuk kata kerja. Makna yang
didukung prefiks ber-an adalah sebagai berikut :
1. Mengandung arti saling atau perbuatan dilakukan secara timbal-balik,
terutama bila kata dasar diulang.
Contoh: Berkenalan secara langsung dengan Ahmad Tohari adalah impian
sejak SMA.
Pelajar bertangisan saat doa bersama menjelang ujian nasional.
2. Menyatakan perbuatan terjadi berulang-ulang atau perbuatan tetap
berlangsung, atau pelakunya banyak.
Contoh: Orang-orang berdatangan untuk melayat pendakwah itu.
Warga berebutan tumpeng hasil bumi.
D. Prefiks ber-kan
Dalam proses pembentukan kata, prefiks ber-kan tidak mengalami perubahan
bentuk. Pada prefiks ini, verba yang dibentuk harus berpelengkap.6 Prefiks ber-kan
mempunyai fungsi untuk membentuk kata kerja intransitif yang dilengkapi dengan
sebuah pelengkap (komplemen).
Contoh : Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila.
5
Gorys Keraf, Tata Bahasa Indonesia (Jakarta: Nusa Indah, 1982), 118.
6
Harimurti Kridalaksana, Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994), 56.
7
Dia bermandikan air keringat setelah berlari 10 km.
E. Bentuk dan Makna
Morfologi atau ilmu bentuk kata adalah cabang linguistik yang
mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk
kata terhadap golongan dan arti kata. Dapat pula dikatakan bahwa morfologi
mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata
itu, baik fungsi gramatikal maupun fungsi semantik.
Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalam fonem dan yang terbesar adalah
karangan. Di antara fonem dan karangan terdapat deretan bentuk morfem, kata, frasa,
kalimat, dan alinea. Ketujuh satuan bentuk bahasa itu baru diakui eksistensinya jika
mempunyai makna atau dapat mempengaruhi makna. Maksudnya adalah
kehadirannya dapat mengubah makna atau menciptakan makna baru. Hubungan
antara bentuk dan makna dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang, satu sama
lainnya saling melengkapi.7
1. Fonem
Fonem adalah bunyi terkecil yang dapat membedakan arti, sedangkan
huruf adalah lambing bunyi atau lambing fonem. Yang membedakan arti
jahit dan jahat adalah bunyi /i/ yang dilambangkan huruf i dan bunyi /a/
yang dilambangkan huruf a. bunyi /i/ dan /a/ disebut fenom /i/ dan /a/.8
Fonem itu bukan huruf, tetapi adalah bunyi dari huruf dan huruf adalah
lambing dari bunyi. Jumlah huruf ada 26 (huruf a sampai z), jumlah fonem
lebih dari 26 (beberapa huruf melambangkan lebih dari satu fonem). Juga
ada fonem yang dilambangkan oleh dua huruf, yaitu fonem /kh/, /ng/, /ny/,
dan /sy/.
Dalam kalimat “sate pedas enak rasanya” huruf e melambangkan tiga
fonem, yaitu :
Fonem /e/ dalam kata sate (sate)
Fonem /Ə/ dalam kata pedas (pƏdas)
Fonem /ƹ/ dalam kata enak (ƹnak)
Dalam contoh diatas tampak bagaimana fonem dapat mengubah makna
atau menimbulkan makna baru.
7
Lamudin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia (Jakarta : Diksi Insan Mulia, 2005), 60.
8
Ibid, hlm 61.
8
2. Morfem
Morfem adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa yang dapat
membedakan makna dan atau mempunyai makna serta tidak bisa dibagi
menjadi satuan yang lebih kecil lagi. Pembagian morfem dibagi menjadi
beberapa bagian, antara lain :
a. Berdasarkan posisi, yakni penempatannya terdiri atas :
(1) Morfem prefiks (awalan): di, ber-, me-, ke-, ter-.
(2) Morfem infiks (sisipan):-el, -er, -em.
(3) Morfem sufiks (Akhiran): -kan, -an, -Id.
(4) Morfem gabungan: ber-an, di-kan, me-kan.
(5) Morfem konfiks: per-an, ke-an.
b. Berdasarkan distribusi, terdiri atas :
(1) Morfem bebas, morfem yang terdiri dari kata yang bisa berdiri
sendiri, dapat diucapkan tersendiri, dan dapat diletakkan dalam
hubungan kalimat.
- 1 suku kata: jin, jam, bus
- 2 suku kata: kapal, buku, pensil, guru, teman
- 3 suku kata: kemeja, celana, jendela
- 4 suku kata: kendaraan, kelelawar, distribusi
- 5 suku kata: partispasi, imajinasi
- 6 suku kata: rekapitulasi
(2) Morfem terikat, morfem yang tidak bisa berdiri sendiri,
memerlukan ikatan dengan imbuhan dalam kata atau dalam
kalimat. Ikatan dengan imbuhan dalam kata atau dalam kalimat.
• Keterikatan dengan imbuhan
bayang = berbayang = berbayangan
• Keterikatan dengan kata
mete = jambu mete
sawit = kelapa sawit
gurau = senda gurau
c. Berdasarkan pemakaiannya :
(1) Morfem produktif (morfem terbuka), ialah morfem tambahan
yang pemakaiannya lebih luas dan bisa diberi imbuhan lagi.
Contoh : me + ekor = mengekor
9
me + tatap = menatap
ter + dengar = terdengar
mem + beri + kan =memberikan
(2) Morfem nonproduktif (morfem tertutup), ialah morfem yang
sangat terbatas pemakaiannya terhadap kata.
Contoh : el + tapak = telapak
em + tali = temali
er + gigi = gerigi
(3) Morfem asing, morfem dari bahasa asing yang dipakai dalam
bahasa Indonesia karena kemampuan adaptasinya dalam
perluasan pemakaiannya.
Contoh :
Non: nonproduktif, nonteknis, nonformal
Dwi : dwifungsi, dwiwarna
Awalan a: Amoral
Awalan re: reorganisasi
d. Berdasarkan fonem yang membentuk :
(1) Morfem segmental, morfem yang terdiri atas fonem-fonem
konsonan dan vocal atau diftong (ai,au, oi).
(2) Morfem suprasegmental, morfem yang terlukis dari lagu atau
lafal yang membedakan arti kata.9
3. Kata
Kata adalah satuan bentuk terkecil (dari kalimat) yang dapat berdiri
sendiri dari segi makna. Seperti kata sepeda, ambil, dingin, kuliah, empat
kata ini diakui sebagai kata karena setiap kata mempunyai makna. Berbeda
dengan adepes, libma, ningid, hailuk, bukan diakui kata karena tidak
mempunyai makna.
4. Frasa
Frasa atau kelompok kata adalah gabungan dua kata atau lebih yang
tidak mengandung predikat dan belum membentuk klausa atau kalimat
akan tetapi membentuk kesatuan sebagai unsur-unsur pembentuk kalimat.
Seperti langit biru, baju batik, penyakit yang sangat berbahaya. Cakupan
makna yang dibentuk oleh frasa masih di sekitar makna leksikal kata
9
Ibid, hlm 63.
10
pembentuknya karena hakikat frasa adalah kata yang diperluas dengan
memberinya keterangan, inti maknanya tetap.
Susunan kata dalam frasa bersifat tegar (fixed), tidak tergoyahkan, dan
tidak boleh dibalik seperti ; haus kekuasaan, siap tempur, temu wicara;
bukan kekuasaan haus, tempur siap, wicara temu. Jika posisinya
berpindah, kelompok kata itu berpindah secara utuh.
Contoh : - Hari ini akan diadakan jumpa pers.
- Jumpa pers akan diadakan hari ini.
Makna adalah hubungan antara bentuk bahasa dengan objek atau sesuatu (hal)
yang diacunya. Ada dua macam makna yang paling penting yaitu :
1. Makna lesikal (makna denotasi) adalah makna kata secara lepas tanpa
kaitan dengan kata yang lain dalam sebuah struktur. Istilah leksikal berasal
dari leksikon yang berarti kamus. Dengan kata lain, makna leksikal ialah
makna yang tertera dalam kamus; misalnya belah dapat mempunyai makna
(1) celah, (2) pecah menjadi dua, (3) setengah, (4) sisi, (5) pihak. Makna
leksikal disebut juga makna lugas biasanya digunakan dalam surat-surat
resmi, surat-surat dagang, laporan, dan tulisan ilmiah dengan tujuan agar
makna menjadi pasti sehingga tidak terjadi salah tafsir.
2. Makna gramatikal (makna konotasi) adalah makna yang timbul akibat
proses gramatikal (struktural). Makna gramatikal suatu kata adalah makna
yang sudah bergeser dari makna leksikal kata itu; misalnya kata hitam
yang bermakna leksikal warna yang gelap, makna gramatikalnya dapat
menjadi penuh kegetiran dalam kalimat setelah insyaf, dia tidak mau
membicarakan masa lalunya yang hitam. Makna gramatikal kata hitam
akan berbeda lagi dalam kalimat yang lain. Makna gramatikal biasanya
digunakan sebagai pigura bahasa untuk memperoleh makna estetis.
Dalam kaitan dengan makna, ada beberapa istilah yang harus diketahui, yaitu
sebagai berikut :
11
a. Sinonim antarkalimat : misalnya saya melihat dia dan dia dia kulihat.
b. Sinonim antarfrasa; misalnya dua tangkai bunga dan bunga dua
tangkai.
c. Sinonim antarkata; misalnya nasib dan takdir, memuaskan dan
menyenangkan.
d. Sinonim antarmorfem; misalnya pemirsa dan pirsawan, kestabilan dan
stabilitas.
2. Antonim (lawan kata) ialah ungkapan yang maknanya kebalikan dari
ungkapan yang lain. Seperti kata mudah dan sukar. Antonim dapat
dibedakan atas tataran sistematis berikut ini :
a. Antonim antarkalimat; misalnya dia sakit dan dia tidak sakit.
Antonim antarfrasa; misalnya secara teratur dan secara tidak teratur.
b. Antonim antarkata; misalnya mustahil dan mungkin, hidup dan mati.
c. Antonim antarmorfem: misalnya prasarjana dan pascasarjana.
3. Homonim adalah dua kata yang mempunyai bentuk dan ucapan yang
sama, tetapi maknanya berbeda. Contohnya mengukur (dari kukur) dan
mengukur (dari ukur), bisa (racun) dan bisa (dapat/mampu). Selain
homonim terdapat pula homofon dan homograf. Homofon adalah dua kata
yang mempunyai ucapan yang sama, tetapi makna dan bentuknya berbeda;
misalnya sangsi ragu-ragu dan sanksi (sangsi) = hukuman, bang =
panggilan orang yang lebih tua dan bank (bang) = tempat penyimpanan
uang. Homograf adalah dua kata yang mempunyai bentuk yang sama
tetapi bunyi/ucapan dan maknanya berbeda; misalnya beruang nama
binatang, beruang = mempunyai ruang, beruang mempunyai uang.
4. Hiponim adalah makna sebuah ungkapan merupakan bagian dari makna
ungkapan yang lain; misalnya merah adalah hiponim dari kata berwarna.
Hiponim hanya berlaku satu arah. Bila hal itu sebaliknya, disebut
hipernim: misalnya berwarna hipernim terhadap merah.
1. Meluas, yaitu jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang
lama. Kata putra-putri yang dahulu hanya dipakai untuk anak- anak raja,
12
sekarang dipakai untuk menyebut semua anak laki-laki dan perempuan.
2. Menyempit, yaitu jika cakupan makna dahulu lebih luas dari makna yang
sekarang. Kata sarjana dahulu dipakai untuk semua cendikiawan, sekarang
hanya untuk gelar akademis.
3. Amelioratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru
dirasakan lebih tinggi atau lebih baik nilainya dari makna lama. Kata istri
dan nyonya dirasakan lebih baik dari bini.
4. Peyoratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru
dirasakan lebih rendah nilainya dari makna lama (kebalikan amelioratif).
Kata oknum dan gerombolan yang dianggap baik pada zaman lampau,
sekarang maknanya menjadi tidak baik.
5. Sinestesia, yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran
tanggapan dua indera yang berlainan.
Contoh : “kata-katanya manis”, manis sebenarnya tanggapan indera
perasa, tetapi dipakai untuk indera pendengar.
Contoh lain: “mukanya masam”, “pidatonya hambar”.
6. Asosiasi, yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Kata
amplop yang berarti kertas pembungkus surat, dan sering juga dipakai
sebagai pembungkus uang, berdasarkan persamaan tersebut dipakai untuk
pengertian memberi sogokan. Contoh : “beri dia amplop agar urusan cepat
beres”.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita simpulkan bawasannya di dalam morfologi
terdapat proses morfemis salah satunya yakni afiksasi. Afiksasi sendiri ialah suatu
proses pembentukan pada kata yang mengalami pengimbuhan atau pembubuhan afiks
pada sebuah kata dasar ataupun bentuk dasar, baik itu dari kata dasar tunggal ataupun
13
kompleks. Di dalam proses afiksasi kita akan menemui prefiks, infiks, sufiks, konfiks,
dan simulfiks.
Prefiks ialah sebuah afiks yang pengimbuhannya diletakkan pada bagian awal
dari sebuah kata dasar atau bentuk dasar. Sedangkan pada proses pengimbuhan itu
sendiri biasa kita juga mengenali prefiksasi.Prefiksasi sendiri ialah sebuah proses
pengimbuhan sebuah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata yang nantinya dapat
menghasilkan kata baru yang pada intinya kata tersebut tetap masih berhubungan
dengan kata awal ataupun kata dasar.
Satuan bentuk terkecil dalam bahasa adalam fonem dan yang terbesar adalah
karangan. Di antara fonem dan karangan terdapat deretan bentuk morfem, kata, frasa,
kalimat, dan alinea. Ketujuh satuan bentuk bahasa itu baru diakui eksistensinya jika
mempunyai makna atau dapat mempengaruhi makna. Maksudnya adalah
kehadirannya dapat mengubah makna atau menciptakan makna baru. Hubungan
antara bentuk dan makna dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang, satu sama
lainnya saling melengkapi.
B. Saran
Dalam menyusun makalah Morfologi, yaitu Prefiks, Bentuk dan Makna
pastilah makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu bagi para mahasiswa,
pembaca dan khususnya dosen pengampu mata kuliah Morfologi, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Finoza, Lamudin. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Diksi Insan Mulia, 2005.
Jannah, Miftachul. Afiksasi (Prefiks Dan Sufiks) Dalam Kolom Ekonomi Bisnis Di Koran
Jawa Pos Edisi Kamis 14 November 2019. Jurnal DISASTRI (Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia) Vol. 2 No. 1, 2020.
14
Kridalaksana, Harimurti. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1994.
Putriyasa, Ida Bagus. Kajian Morfologi Bentuk Dervasional Dan Infleksional. Bandung: PT
Reflika Aditama, 2010.
15