Prediksi Erosi Dan Arahan Penggunaan Lahan Daerah Aliran Sungai Yeh Leh Provinsi Bali

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Prediksi Erosi dan Arahan Penggunaan Lahan Daerah Aliran Sungtai Yeh Leh Provinsi Bali [Ni Made

de Ayu Ratna Sari, dkk.]

PREDIKSI EROSI DAN ARAHAN PENGGUNAAN LAHAN


DAERAH ALIRAN SUNGAI YEH LEH PROVINSI BALI

Ni Made Ayu Ratna Sari 1*), I Wayan Sandi Adnyana2), I Nyoman Merit3)
1)
Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Unda Anyar
2)
Fakultas Pertanian, Universitas Udayana
3)
Prodi Ilmu Lingkungan, Universitas Udayana
*Email: [email protected]

ABSTRACT

PREDICTION EROSION AND PROPOSED LAND USE YEH LEH


WATERSHED BALI PROVINCE

Erosion in the watershed generally occurs due to land use that ignores the rules of soil and water
conservation. There is much activity carried out by people living on land in the Yeh Leh watershed area,
which makes the level of dependence is very enormous.The erosion forecast is using the USLE (Universal
Soil Loss Equation) to estimate the erosion swift occurs and to obtain illustration in determining the precise
soil and water measures in a region. The determination of land capability classification is using Arsyad’s
method (1989) in which to classify the land ability by classifying the land ability class based on the value of
land limiting factors, which then adjusted to the criteria of classification of land capability. The land use
directional determination is applying the scoring method where combining field slope factor, soil sensitivity
to erosion and daily rainfall intensity. The erosion level of the YehLeh watershed area is categorized as mild
to very severe. A very light erosion level as large as 515 ha (21.01%), with the land use in the form of
irrigated rice field and forest. The severe erosion level as large as 990.02 ha (40.40%) with land use in the
form of plantations. The very heavy erosion level as large as 945.82 ha (38.59%) with land use in the form of
plantations. The classification of land capability in the YehLeh watershed area consists of 5 classes of land
abilities: class II of 115, 22 ha (4.70%), class III of 533.95 ha (21.79%), class IV of 423.61 (17.28%), Class VI
of 1,102.03 ha (44.97%), and Class VII of 276.03 ha (11.26%), with some limiting factors for instance, soil
texture, erosion and drainage. Proposed land use in the YehLeh watershed area use for forest areas is as
protected forest of 456.49 ha (18.63%). Proposed land use outside of the forest area consist of 58.51 ha (2.39%)
of seasonal crops, annual cultivation area of 990.02 ha (40.40%) and buffer area of 945.82 (38.59%).

Keywords: watershed, erosion, land capability classification, proposed land use.

1. PENDAHULUAN sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan


sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya
Pemanfaatan lahan menyebabkan perubahan alam (Asdak, 2010). Namun penggunaan lahan yang
tata guna lahan di suatu wilayah. Perubahan tata berkaitan erat dengan aktivitas manusia
guna lahan seringkali tidak disertai dengan tindakan menyebabkan keseimbangan ekosistem DAS
pencegahan kerusakan lahan, sehingga lahan terganggu. Eksploitasi DAS menimbulkan masalah
semakin terdegradasi. Salah satu bentuk kerusakan : 1) banjir di musim hujan dan kekeringan di musim
lahan yang dapat dilihat saat ini yaitu berupa erosi kemarau, 2)penurunan debit air sungai, 3)erosi dan
yang diakibatkan adanya penggunaan lahan yang sedimentasi, 4) longsor.
tidak tepat, sehingga mengakibatkan menurunnya Erosi di DAS umumnya terjadi karena
kualitas tanah dan air. Penyebab terjadinya erosi di pemanfaatan lahan yang tidak mengindahkan
suatu lahan adalah penggunaan lahan yang tidak kaidah konservasi tanah dan air. Erosi di suatu lahan
sesuai dengan peruntukannya dan tidak adanya menyebabkan hilangnya lapisan atas tanah yang
tindakan konservasi tanah dan air yang bisa menekan subur untuk menyangga pertumbuhan tanaman
ataupun mencegah erosi yang mungkin terjadi. (Tan, 1991). Untuk mempertahankan kelestarian
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu produktivitas tanah maka dapat dilakukan hal – hal
wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh yang dapat mencegah agar erosi yang terjadi tidak
punggung-punggung gunung yang menampung dan melebihi batas yang dapat ditoleransikan melalui
menyimpan air hujan untuk kemudian upaya rehabilitasi dan konservasi tanah.
menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. DAS Yeh Leh secara administrasi meliputi
Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah Kabupaten Buleleng (Kecamatan Busungbiu),
tangkapan air (catchment area) yang merupakan Kabupaten Jembrana (Kecamatan Pekutatan), dan
suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas Kabupaten Tabanan (Kecamatan Selemadegdan

ECOTROPHIC • 12 (1) : 75-85 p-ISSN: 1907-5626, e-ISSN: 2503-3395 77


ECOTROPHIC • VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2018 p-ISSN: 1907-5626, e-ISSN: 2503-3395

Selemadeg Barat) dengan luas wilayah 2.450,84 akan diambil sesuai dengan peta yang telah
ha,yang terdiri dari bentuk lahan vulkanik dan ditumpangtindihkan baik itu kemiringan lereng,
fluvial, dan penggunaan lahan yang beragam, baik jenis tanah dan penggunaan lahan. Setelah
itu hutan, kebun campuran, sawah, dan pemukiman. pengumpulan data selesai dan data telah didapatkan
Terjadi banyak aktivitas yang dilakukan oleh maka selanjutnya dilakukan analisis data yang
penduduk yang tinggal pada lahan di wilayah Daerah menyangkut prediksi erosi, klasifikasi kemampuan
Aliran Sungai Yeh Leh, sehingga tingkat lahan dan arahan penggunaan lahan dengan metode
ketergantungan pada lahan sangat besar. yang telah ditentukan.
Ketergantungan yang besar pada lahan, dapat Dalam penelitian ini untuk memprediksi erosi
menyebabkan adanya alih fungsi lahan yang dapat menggunakan rumusan USLE yang telah
memicu terjadinya erosi. Adanya alih fungsi lahan dikembangkanoleh Wischmeier dan Smith (1978),
juga akan berdampak pada kualitas kemampuan maka diperlukan analisis beberapa faktor, yaitu
lahan yang ada karena tidak sesuai dengan erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K), panjang
peruntukannya. Oleh karena itu penting untuk dan kemiringan lereng (LS), pengelolaan tanaman
mengetahui tentang prediksi erosi yang terjadi jika (C) dan pengelolaan tanah (P). Dari pengaruh kelima
suatu lahan mengalami alih fungsi.Hal inilah yang faktor tersebut maka akan diperoleh nilai dari
membuat ketertarikan minat dari penulis untuk rumusan USLE untuk menentukan seberapa besar
memilih DAS Yeh Leh sebagai lokasi penelitian. dan kelas bahaya erosi yang terjadi, yang selanjutnya
Penelitian ini dilakukan untuk memproleh hasil digunakan dalam penentuan perencanaan konservasi
prediksi erosi,klasifikasi kemampuan lahan dan tanah dan air. Klasifikasi kemampuan lahan
arahan penggunaan lahandi wilayah DAS Yeh Leh. menggunakan metodeArsyad (1989) yaitu dengan
Melalui penelitian yang dilakukan ini, diharapkan memperhitungkan nilai pada masing – masing faktor
akan dapat mengetahui tingkat erosi yang terjadi, pembatas, seperti faktor pembatas kemiringan
mengklasifikasi kemampuan lahan yang ada, serta lereng, tingkat bahaya erosi, kedalaman efektif,
dapat menghasilkan arahan penggunaan lahan tekstur, permeabilitas, drainase, batuan dan
danperencanaan konservasi tanah dan air di DAS ancaman banjiryang selanjutnya disesuaikan dengan
Yeh Leh. tabel klasifikasi kemampuan lahan yang ada,
sehingga diperoleh pengkelasan kemampuan lahan
2. METODOLOGI dari I – VIII.
Arahan penggunaan lahan menggunakan
Penelitian ini dilaksanakan di Daerah Aliran metode skoring yang berdasarkan atas SK Menteri
Sungai Yeh Leh yang secara astronomis terletak pada Pertanian Nomor 837/Kpts/Um/11/1980.
08º30,5’15" BT sampai 115º5,5’45" BT. Secara Penggunaan metode ini dipengaruhi oleh tiga faktor
administratif meliputi Kabupaten Buleleng, yaitu faktor lereng lapangan, faktor kepekaan jenis
Jembrana, dan Tabanan dengan luas wilayah tanah terhadap erosi dan faktor intensitas hujan
2.450,84 ha. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu dari harian rata-rata. Dari penjumlahan ketiga faktor
bulan Februari – April 2017. tersebut untuk di luar kawasan hutan akan
menentukan nilai dari kawasan lindung dengan skor
Tabel 1. Satuan Unit Lahan Daerah Penelitian > 175, kawasan penyangga dengan skor antara 125
– 174, dan kawasan budidaya tahunan dan semusim
No Unit Penggunaan Kemiringan Jenis dengan skor < 124, sedangkan untuk di dalam
Lahan Lahan Lereng(%) Tanah kawasan hutan akan menentukan nilai dari kawasan
hutan lindung dengan skor > 175, hutan produksi
1 Sawah 3–8 Latosol
2 Perkebunan 3–8 Latosol dengan skor antara 125 – 174 dan hutan suaka alam
3 Perkebunan 8 – 15 Latosol dan wisata ditetapkan berdasarkan kepentingan
4 Perkebunan 15 – 30 Latosol kebudayaan, ilmu pengetahuan, pelestarian plasma
5 Perkebunan 30 – 45 Latosol nutfah dan rekreasi.
6 Hutan 15 – 30 Latosol
7 Hutan 30 – 45 Latosol 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
8 Hutan 45 – 65 Latosol
9 Perkebunan 30 – 45 Regosol 3.1. Prediksi Erosi
Data yang diperoleh dari stasiun pengamat
curah hujan yang ada di daerah penelitian, yaitu data
Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini curah hujan, hari hujan dan curah hujan maksimum
yang pertama adalah mendapatkan peta unit lahan dalam 24 jam. Stasiun pengamat curah hujan yang
daerah penelitian yaitu dengan menumpang- digunakan pada daerah penelitian meliputi 3 stasiun
tindihkan peta jenis tanah, peta kemiringan lereng pengamat curah hujan, yaitu stasiun Busungbiu di
dan peta penggunaan lahan sehingga didapatkan peta Kabupaten Buleleng, stasiun Selemadeg Barat di
unit lahan. Selanjutnya ditentukan titik sampel yang Kabupaten Tabanan dan stasiun Pulukandi

78
Prediksi Erosi dan Arahan Penggunaan Lahan Daerah Aliran Sungtai Yeh Leh Provinsi Bali [Ni Made Ayu Ratna Sari, dkk.]

Kabupaten Jembrana. Data curah hujan, hari hujan Dalam menentukan nilai pengelolaan tanaman
dan curah hujan maksimum dalam 24 jam yang dan pengelolaan tanah dilakukan dengan melakukan
digunakan adalah selama 10 tahun terakhir dari pengamatan langsung di lapangan. Hasil penelitian
tahun 2007 – 2016. Nilai erosivitas hujan dipengaruhi menunjukkan bahwa nilai faktor pengelolaan
oleh curah hujan, hari hujan, dan curah hujan tanaman (C ) pada setiap unit lahan yang ada dengan
maksimum dalam 24 jam. Hasil perhitungan dengan penggunaan lahan berupa sawah irigasi, perkebunan
menggunakan rumus Bols (1978) diperoleh nilai yang dan hutan alam. Hasil pengelolaan tanaman ( C )
bervariasi antara stasiun pencatat curah hujan yang berkisar antara 0,001 sampai 0,5 dan untuk nilai
satu dengan yang lainnya yang disebabkan oleh pengelolaan tanah (P) berkisar antara 0,15 sampai
adanya curah hujan dan intensitas hujan yang 1,00. Nilai gabungan pengelolaan tanaman dengan
berbeda beda di masing-masing stasiun curah hujan. tindakan konservasi tanah ( CP ) berkisar antara
Nilai rata – rata erosivitas hujan dari ketiga stasiun 0,001 sampai 0,40.Hasil pengamatan dan
yang digunakan untuk wilayah penelitian menun- penyesuaian nilai CP pada lokasi penelitian
jukkan bahwa nilai rata-rata dari erosivitas hujan ( menunjukkan bahwa nilai berkisar antara 0,001 –
R ) tahunan yaitu sebesar 2217,11 ton/ha/cm. 0,175. Untuk nilai faktor pengelolaan tanaman ( C )
Faktor erodibilitas tanah (K) dipengaruhi oleh dan pengelolaan tanah (P) dilakukan melalui
empat faktor yaitu tekstur, struktur, kandungan pengamatan langsung di lapangan dan
bahan organik, dan permeabilitas tanah. Perbedaan menyesuaikan dengan pedoman nilai CP yang sudah
nilai erodibilitas tanah ( K ) merupakan salah satu ada (lampiran 1 dan 2). Nilai CP paling rendah yaitu
faktor penyebab terjadinya perbedaan erosi pada pada unit lahan 6,7, dan 8 sebesar 0,001 dengan jenis
masing-masing unit lahan pada wilayah penelitian. penggunaan lahan hutan alam serasah tinggi namun
Dilihat dari kelas struktur tanah pada wilayah tanpa adanya tindakan konservasi. Nilai CP tertinggi
penelitian pada setiap unit lahannya cukup yaitu pada unit lahan 5 sebesar 0,175 dengan jenis
bervariasi yaitu dari kelas struktur sangat halus penggunaan lahan perkebunan serasah sedang dan
(unit lahan 7 dan 8) dan kelas struktur menggumpal teras bangku konstruksi buruk.
(unit lahan 1,2,3,4,5,6, dan 9). Hasil perhitungan Untuk memprediksi besarnya erosi yang terjadi
mengenai nilai erodibilitas tanah (K) pada wilayah di wilayah penelitian yaitu menggunakan rumus
penelitian menunjukkan bahwa unit lahan 4 USLE yang dikembangkan oleh Wischmeier dan
memiliki nilai erodibilitas yang paling rendah, yaitu Smith (1978) yaitu nilai prediksi erosi (A) merupakan
0,17. Unit lahan 1,2,5,6, dan 8 memiliki nilai hasil kali dari faktor R, K, LS, C dan P. Berikut
erodibilitas sedang dengan nilai 0,21 – 0,27. Unit hasil perhitungan erosi rata – rata tahunan pada
lahan 3, 7 dan 9 memiliki nilai erodibilitas agak tinggi setiap unit lahan yang ada di wilayah penelitian
yaitu 0,35 cm/jam – 0,39 cm/jam. (Tabel 2).
Faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan
sangat ditentukan oleh besarnya kemiringan lereng rumus USLE diperoleh nilai prediksi erosi (A) di
dan panjang lereng suatu wilayah. Berdasarkan hasil wilayah DAS Yeh Leh berkisar antara 1,89 ton/ha/
pengamatan dan pengukuran di lokasi penelitian tahun sampai 866,35 ton/ha/tahun, dengan kriteria
menunjukkan panjang kereng berkisar dari 18 – 49 ringan sampai sangat berat. Untuk kategori erosi
meter, sedangkan untuk kemiringan lerengnya ringan terjadi pada unit lahan 1,6, 7, dan 8 dengan
berkisar dari 5 – 56 %. Untuk hasil perhitungan luas 515 ha atau 21,01 % dari luas wilayah penelitian.
faktor panjang dan kemiringan lereng (LS) di wilayah Untuk kategori erosi berat terjadi pada unit lahan
penelitian menunjukkan nilai terendah pada unit 2, 3, 4 dan 9 dengan luas 990,02 ha atau 40,40 %
lahan 2 sebesar 1,42 dan nilai tertinggi pada unit dari luas wilayah penelitian. Erosi sangat berat
lahan 8 sebesar 15,47.

Tabel 2.Prediksi Erosi Rata – Rata Tahunan di DAS Yeh Leh

No. Unit Nilai Prediksi Erosi (A)


Lahan (ton/ha/thn) Tingkat Erosi
R K LS C P

1 2217,11 0,25 2,28 0,01 0,15 1,89 Ringan


2 2217,11 0,26 1,42 0,5 0,40 163,71 Berat
3 2217,11 0,36 2,59 0,1 0,40 82,69 Berat
4 2217,11 0,17 6,50 0,1 0,40 98,00 Berat
5 2217,11 0,27 8,27 0,5 0,35 866,35 Sangat berat
6 2217,11 0,21 6,29 0,001 1,00 2,93 Ringan
7 2217,11 0,39 13,70 0,001 1,00 11,85 Ringan
8 2217,11 0,23 15,47 0,001 1,00 7,89 Ringan
9 2217,11 0,35 2,15 0,1 0,40 63,01 Berat

79
ECOTROPHIC • VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2018 p-ISSN: 1907-5626, e-ISSN: 2503-3395

terjadi pada unit lahan 5 dengan luas 945,82 ha atau Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan serta
38,59 % dari luas wilayah penelitian. hasil analisis perhitungan prediksi erosi yang terjadi
Rendahnya nilai prediksi erosi pada unit lahan saat ini dengan erosi yang dapat ditoleransikan,
1, 6, 7, dan 8, dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut ini akan dirumuskan mengenai alternatif
adalah memiliki nilai C dan P yang kecil, melalui perencanaan penggunaan lahan dan konservasi
pengamatan di lokasi pada unit lahan 1 adalah sawah tanah dan air di wilayah DAS Yeh Leh (Tabel 4)
irigasi dengan konstruksi sedang, bahwa penerapan Pada unit lahan 2 penggunaan lahan saat ini
konservasi berupa teras konstruksi sedang dapat adalah perkebunan dengan serasah sedang dan
mencegah terjadinya aliran permukaan serta tindakan konservasi tanah berupa teras tradisional
didukung pula oleh nilai LS yang kecil karena dengan kemiringan lereng 5 %. Alternatif
kemiringan pada unit lahan 1 sebesar 7 %. Pada unit perencanaan konservasi tanah dan air dilakukan
lahan 6, 7, dan 8 adalah hutan alami dengan serasah dengan mengubah faktor pengelolaan tanah yaitu
yang tinggi. Pada suatu penggunaan lahan yang dari teras bangku menjadi teras bangku konstruksi
memiliki serasah yang tinggi menunjukkan baik, melakukan penanaman menurut kontur pada
kerapatan tegakan yang cukup tinggi, sehingga kemiringan 0 – 8 %, serta penanaman strip rumput.
keberadaan tajuk yang rapat dapat melindungi dari Penurunan nilai erosi terjadi setelah dilakukannya
jatuhnya air hujan secara langsung ke tanah dan tindakan konservasi tanah dari nilai erosi sebesar
serasah yang banyak melindungi permukaan tanah 163,71 ton/ha/tahun menjadi 12,28 ton/ha/tahun
dari aliran permukaan. Dengan adanya tanaman sehingga nilai tersebut sudah menjadi lebih kecil dari
yang banyak pula, tentunya akar tanaman pun nilai erosi yang ditoleransikan pada unit lahan 2
cukup banyak yang mampu menyerap air masuk ke sebesar 30,92 ton/ha/tahun.
dalam tanah sehingga akar tanaman merupakan Pada unit lahan 3 penggunaan lahan saat ini
faktor penunjang yang penting dalam pengendalian adalah perkebunan dengan serasah tinggi dan
erosi (Rahim, 2003). tindakan konservasi tanah berupa teras tradisional
Untuk kategori erosi berat terjadi pada unit dengan kemiringan lereng 13 %. Alternatif
lahan 2, 3, 4 dan 9 seluas 990,02 ha (40,40 %) dengan perencanaan konservasi tanah dan air dilakukan
penggunaan lahan perkebunan dan penggunaan dengan mengubah faktor pengelolaan tanah (P) yaitu
teras tradisional. Nilai erosi berat disebabkan karena dari teras tradisional menjadi teras bangku
nilai LS dan CP yang besar dan adanya konstruksi sedang dan penanaman strip rumput.
ketidaksesuaian antara jenis penutup tanah dengan Penurunan nilai erosi terjadi setelah dilakukannya
tindakan konservasi tanah. Penggunaan teras tindakan konservasi tanah dari nilai erosi sebesar
tradisional untuk kemiringan antara 24 % - 56 % 82,69 ton/ha/tahun menjadi 12,40 ton/ha/tahun
memberikan peluang aliran permukaan dapat sehingga nilai tersebut sudah menjadi lebih kecil dari
merusak permukaan tanah dan memperbesar laju nilai erosi yang ditoleransikan yaitu 24,53 ton/ha/
erosi.Hasil perhitungan erosi pada Tabel 5.8 tahun.
menunjukkan nilai kedalaman tanah, sub grup Pada unit lahan 4 penggunaan lahan saat ini
tanah, faktor kedalaman tanah, umur guna, dan adalah perkebunan dengan serasah tinggi dan
berat volume tanah. Dari hasil perhitungan tindakan konservasi tanah berupa teras tradisional
didapatkan bahwa tingkat erosi yang dapat dengan kemiringan lereng 27 %. Alternatif
ditoleransikan pada lokasi penelitian dengan nilai perencanaan konservasi tanah dan air dilakukan
terbesar pada unit lahan 6 yaitu 37,35 ton/ha/tahun dengan mengubah faktor pengelolaan tanah yaitu
sedangkan untuk nilai terkecil berada pada unit dari teras tradisional menjadi teras bangku
lahan 3 yaitu 23,32 ton/ha/tahun. konstruksi baik dan melakukan penanaman

Tabel 3. Erosi yang Dapat Ditoleransikan (T) di DAS Yeh Leh

No. Unit Kedalaman Sub Grup Faktor Umur Guna Berat Volume Erosi yang Dapat
Lahan Tanah(mm) Tanah Kedalaman Tanah (Tahun) (gr/cm3) Ditoleransikan (T)
(ton/ha/thn)

1 600 Aquept 0,95 300 1,327 25,21


2 650 Tropept 1,00 300 1,427 30,92
3 650 Tropept 1,00 300 1,132 24,53
4 700 Tropept 1,00 300 1,158 27,02
5 700 Tropept 1,00 300 1,250 29,17
6 750 Tropept 1,00 300 1,576 39,40
7 750 Tropept 1,00 300 1,234 30,85
8 750 Tropept 1,00 300 1,296 32,40
9 650 Tropept 1,00 300 1,405 30,44

80
Prediksi Erosi dan Arahan Penggunaan Lahan Daerah Aliran Sungtai Yeh Leh Provinsi Bali [Ni Made Ayu Ratna Sari, dkk.]

Tabel 4. Perencanaan Penggunaan Lahan dan Konservasi Tanah dan Air di DAS Yeh Leh

No Unit Kondisi Lahan Alternatif Penggunaan Nilai Nilai BesarErosi Besar Erosi Erosi yang
Lahan Saat ini Lahan dan Konservasi Faktor C Faktor P Sebelum Setelah Dapat
Tanah dan Air Perencanaan Perencanaan Ditoleransikan (T)
(ton/ha/tahun) (ton/ha/tahun) (ton/ha/tahun)

2 Perkebunan dengan Perkebunan kerapatan 0,5 0,03 163,71 12,28 30,92


serasah sedang, kemi- sedang, teras bangku
ringan lereng 5 %, teras konstruksi sedang
tradisional. dengan penanaman menurut
kontur pada kemiringan
0 - 8 %, penanaman
strip rumput
3 Perkebunan dengan Perkebunan dengan kera- 0,1 0.06 82,69 12,40 24,53
serasah tinggi, kemi- patan tinggi, teras bangku
ringan lereng 13 %, konstruksi sedang, pena-
teras tradisional. naman strip rumput
4 Perkebunan dengan Perkebunan dengan kera- 0,1 0,04 98,00 8,82 27,02
serasah tinggi, kemi- patan tinggi, teras bangku
ringan lereng 27 %, konstruksi baik, penanaman
teras tradisional menurut kontur pada
kemiringan > 20 %
5 Perkebunan dengan Kebun campuran, tajuk ber- 0,1 0,006 866,35 2,97 29,17
serasah sedang, kemi- tingkat, penutup tanah
ringan lereng 44 %, bervariasi dengan kerapatan
teras tradisional tinggi, teras bangku
konstruksi sedang,
penanaman strip rumput
9 Perkebunan dengan Perkebunan dengan kera- 0,1 0,11 63,01 17,72 30,44
serasah tinggi, kemi- patan tinggi, teras bangku
ringan lereng 5 %, konstruksi sedang,
teras tradisional penanaman menurut kontur
pada kemiringan 9 - 20 %

Gambar 1. Gambar 2.
Peta Tingkat Bahaya Erosi DAS Yeh Leh Peta Kelas Kemampuan Lahan DAS Yeh Leh

81
ECOTROPHIC • VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2018 p-ISSN: 1907-5626, e-ISSN: 2503-3395

menurut kontur pada kemiringan > 20 %. diharapkan dapat menekan tingkat erosi yang terjadi,
Penurunan nilai erosi terjadi setelah dilakukannya sehingga nilai erosi yang terjadi bisa sama atau lebih
tindakan konservasi tanah dari nilai erosi sebesar kecil dari erosi yang dapat ditoleransikan (T). Dengan
98,00 ton/ha/tahun menjadi 8,82 ton/ha/tahun penutupan lahan yang sesuai serta diimbangi dengan
sehingga nilai tersebut sudah menjadi lebih kecil dari tindakan konservasi tanah yang tepat, diharapkan
nilai erosi yang ditoleransikan yaitu 27,02 ton/ha/ dapat menekan laju erosi yang terjadi.
tahun.
Pada unit lahan 5 penggunaan lahan saat ini 3.2. Klasifikasi Kemampuan Lahan
adalah perkebunan dengan serasah sedang dan Dalam menentukan klasifikasi kemampuan
tindakan konservasi tanah berupa teras tradisional lahan menggunakan metode Arsyad (1989) yaitu
dengan kemiringan lereng 44 %. Alternatif dengan menggolongkan kelas kemampuan lahan
perencanaan konservasi tanah dan air dilakukan berdasarkan nilai dari faktor pembatas yang dimiliki
dengan mengubah faktor pengelolaan tanaman masing – masing unit lahan, yang selanjutnya
menjadi kebun campuran dengan tajuk bertingkat, diklasifikasikan berdasarkan sub kelas kemampuan
penutup tanah bervariasi dengan kerapatan tinggi. lahan. Adapun faktor pembatas yang diperhitungkan
Untuk faktor pengelolaan tanah yaitu dari teras yaitu kemiringan lereng, kepekaan erosi, tingkat
tradisional menjadi teras bangku konstruksi sedang bahaya erosi, kedalaman efektif, tekstur,
dan penanaman strip rumput. Penurunan nilai erosi permeabilitas, drainase, batuan, dan ancaman banjir
terjadi setelah dilakukannya tindakan konservasi suatu lahan, yang selanjutnya disesuaikan dengan
tanah dari nilai erosi sebesar 866,35 ton/ha/tahun kriteria klasifikasi kemampuan lahan.
menjadi 2,97 ton/ha/tahun sehingga nilai tersebut Yang termasuk kelas kemampuan lahan II
sudah menjadi lebih kecil dari nilai erosi yang adalah : a)kemampuan lahan kelas IIs yaitu unit
ditoleransikan yaitu 29,17 ton/ha/tahun. lahan 1 dengan faktor pembatas berupa tekstur
Pada unit lahan 9 penggunaan lahan saat ini tanah yang kasar dengan luas 58,51 ha yaitu di Desa
adalah perkebunan dengan serasah tinggi dan Selabih, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten
tindakan konservasi tanah berupa teras tradisional Tabanan. b) Kemampuan lahan kelas IIes yaitu unit
dengan kemiringan lereng 5 %. Alternatif lahan 2 dengan faktor pembatas tingkat erosi yang
perencanaan konservasi tanah dan air dilakukan berat dan tekstur tanah yang agak kasar dengan
dengan mengubah faktor pengelolaan tanaman luas 46,04 ha yaitu di Desa Pengeragoan, Kecamatan
menjadi perkebunan dengan kerapatan tinggi. Untuk Pekutatan, Kabupaten Jembrana dan desa Selabih,
faktor pengelolaan tanah yaitu dari teras tradisional Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan.
menjadi teras bangku konstruksi sedang dan c) Kemampuan kelas lahan IIew yaitu unit lahan 9
penanaman dilakukan menurut kontur pada dengan faktor pemberat yaitu kepekaan erosi yang
kemiringan 9 – 20 %. Penurunan nilai erosi terjadi agak tinggi dan drainase yang agak buruk dengan
setelah dilakukannya tindakan konservasi tanah dari luas 10,67 ha yaitu di Desa Pengeragoan, Kecamatan
nilai erosi sebesar 63,01 ton/ha/tahun menjadi 17,72 Pekutatan, Kabupaten Jembrana
ton/ha/tahun sehingga nilai tersebut sudah menjadi Kelas kemampuan lahan IIIeadalah unit lahan
lebih kecil dari nilai erosi yang ditoleransikan yaitu 3 dengan faktor pembatas berupa kepekaan erosi yang
30,44 ton/ha/tahun. agak tinggiseluas 533,95 ha yaitu meliputi : 1) Desa
Alternatif penerapan tindakan konservasi Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten
pengelolaan tanah pada unit lahan 2, 3, 4, 5 dan 9 Jembrana, 2) Desa Bongancina, 3) Desa Puncaksari,

Tabel 5. Kelas Kemampuan Lahan di DAS Yeh Leh

No Unit Kelas Sub Kelas Faktor


Lahan Kemampuan Kemampuan Pembatas Keterangan
Lahan Lahan

1 II IIs Tekstur Tekstur tanah agak kasar


2 II IIes Erosi dan tekstur Tingkat erosi yang berat dan tekstur tanah agak kasar
3 III IIIe Erosi Kepekaan erosi yang agak tinggi
4 IV IVe Erosi Kepekaan erosi yang agak tinggi
5 VI VIe Erosi Kepekaan erosi yang sangat beratdan acaman erosi yang tinggi karena lereng
agak curam
6 IV IVe Erosi Ancaman erosi yang cukup tinggi karena lereng miring
7 VI VIe Erosi Ancaman erosi yang tinggi dan kepekaan erosi yang agak tinggi karena lereng
yang agak curam
8 VII VIIe Erosi Ancaman erosi yang sangat tinggi karena lereng yang curam.
9 II IIew Erosi dan drainase Kepekaan erosi yang agak tinggi dan drainase yang agak buruk

82
Prediksi Erosi dan Arahan Penggunaan Lahan Daerah Aliran Sungtai Yeh Leh Provinsi Bali [Ni Made Ayu Ratna Sari, dkk.]

serta 4) Desa Tista, Kecamatan Busungbiu, 2, 3, 4, dan 9 yaitu sebagai luar kawasan hutan
Kabupaten Buleleng. Kelas kemampuan lahan IV dengan fungsi budidaya tanaman tahunan. Untuk
adalah unit lahan 4dan 6 dengan faktor pembatas unit lahan 5 yaitu di luar kawasan hutan sebagai
berupa kepekaan erosi yang beratseluas 423,61 kawasan penyangga. Untuk kawasan hutandengan
hayaitu meliputi :1) Desa Belatungan, 2) Desa fungsi hutan lindung pada unit lahan 6, 7, dan 8.
Puncaksari, 3) Desa Tista, 4) Desa Bongancina,
Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng serta 5)
Desa Selabih, Kecamatan Selemadeg Barat,
Kabupaten Tabanan.
Kelas kemampuan lahan VI adalah unit lahan
5dan 7 dengan faktor pembatas berupa kepekaan erosi
yang beratseluas 1.102,03 ha yaitu meliputi : 1) Desa
Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten
Jembrana serta 2) Desa Belatungan, dan 3) Desa
Tista Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng.
Kelas kemampuan lahan VII adalah unit lahan 8
dengan faktor pembatas berupa ancaman erosi yang
tinggi seluas 276,03 ha yaitu meliputi : 1) Desa
Belatungan, Kecamatan Busungbiu, Kabupaten
Buleleng, 2) Desa Pengeragoan, Kecamatan
Pekutatan, Kabupaten Jembrana, dan 3) desa
Selabih, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten
Tabanan.

3.3. Arahan Penggunaan Lahan


Metode skoring untuk arahan penggunaan lahan
dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu, faktor lereng
lapangan, faktor kepekaan jenis tanah terhadap erosi
dan faktor intensitas curah hujan harian rata – rata.
Hasil penjumlahan dari faktor lereng lapangan,
faktor kepekaan jenis tanah terhadap erosi dan faktor
intensitas curah hujan harian rata – rata tersebut
akan menentukan arahan penggunaan lahan pada
masing – masing unit lahan (Tabel 5). Berdasarkan
hasil penelitian, lahan di luar kawasan hutan dengan
penggunaan lahan sebagai kawasan budidaya Gambar 3.
tanaman semusim (unit lahan 1). Pada unit lahan Peta Arahan Penggunaan Lahan DAS Yeh Leh

Tabel 6. Arahan Penggunaan Lahan di DAS Yeh Leh

No Unit Kemiringan Jenis Tanah Intensitas Total Arahan Penggunaan Lahan


Lahan lereng Menurut Hujan Harian Skor
Kepekaannya Rata–Rata
(%) Skor Jenis Skor mm/hari Skor Dalam Kawasan Luar Kawasan
Hutan Hutan

1 7 20 Latosol 30 18,47 20 70 - Kawasan budidaya


tanaman semusim
2 5 20 Latosol 30 18,47 20 70 - Kawasan budidaya
tanaman tahunan
3 13 40 Latosol 30 18,47 20 90 - Kawasan budidaya
tanaman tahunan
4 27 60 Latosol 30 18,47 20 110 - Kawasan budidaya
tanaman tahunan
5 44 80 Latosol 30 18,47 20 130 - Kawasan penyangga
6 24 60 Latosol 30 18,47 20 110 Hutan lindung -
7 43 80 Latosol 30 18,47 20 130 Hutan lindung -
8 56 100 Latosol 30 18,47 20 150 Hutan lindung -
9 5 20 Regosol 75 18,47 20 115 Kawasan budidaya
tanaman tahunan

83
ECOTROPHIC • VOLUME 12 NOMOR 1 TAHUN 2018 p-ISSN: 1907-5626, e-ISSN: 2503-3395

Untuk kategori penggunaan lahan luar kawasan di lapangan, pada unit lahan tersebut, keberadaan
hutan dapat dibagi menjadi empat yaitu: kawasan hutannya masih sangat alami dengan penutupan
lindung, kawasan penyangga, kawasan budidaya tajuk yang rapat, keadaan serasah tinggi, pelindung
tanaman tahunan, dan kawasan budidaya tanaman sumber mata air yang berada di sekitarnya serta
semusim. Untuk arahan penggunaan lahan luar harus dijaga kelestariannya sebagai daerah
kawasan hutan yaitu kawasan budidaya dan tangkapan air hujan. Berdasarkan hasil penelitian,
kawasan penyangga. Pada unit lahan 1 seluas 58,51 pada unit lahan 6, 7, dan 8 untuk faktor kemiringan
ha (2,39 %) di Desa Selabih, Kecamatan Selemadeg lereng, jenis tanah menurut kepekaannya, serta
Barat, Kabupaten Tabanan dengan total skor intensitas hujan rata-rata memiliki jumlah skor
70termasuk pada kategori kawasan budidaya antara 110 – 150 yaitu masih kurang dari jumlah
tanaman semusim yaitu sawah irigasi dengan skor penetapan sebagai dalam kawasan sebagai
kemiringan lereng 7 %. Jenis tanaman bisa divariasi, hutan lindung yaitu 175, namun diihat dari
misalnya padi, jagung, melon, semangka, dan pengamatan langsung di lapangan bahwa pada unit
kacang-kacangan. Melindungi tanah dari kerusakan lahan tersebut memiliki fungsi perlidungan tata air
secara langsung juga penting dilakukan yaitu dengan serta perlindungan tanah dari erosi dan pengikisan
penggunaan sisa-sisa tanaman sebagai penutup tanah oleh air hujan pada beberapa lokasi yang
tanah serta pembuatan teras dengan konstruksi baik memiliki kemiringan > 45 %.
agar permukaan tanah tidak mudah tergerus air
hujan maupun aliran permukaan. 4. SIMPULAN DAN SARAN
Pada unit lahan 2, 3, 4, dan 9 seluas 990,02 ha
(40,40 %) dengan jumlah skor 70 – 115 dengan 4.1. Simpulan
kemiringan 5 % – 27 % termasuk kawasan budidaya Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di
tanaman tahunan yang pada umumnya berupa wilayah Daerah Aliran Sungai Yeh Leh, maka
kebun campuran tersebar di wilayah : 1) Desa kesimpulannya adalah sebagai berikut :
Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten 1. Wilayah Daerah Aliran Sungai Yeh Leh, tingkat
Jembrana, 2) desa Selabih, Kecamatan Selemadeg erosi yang terjadi termasuk pada kategori ringan
Barat, Kabupaten Tabanan, 3) Desa Bongancina, 4) sampai dengan sangat berat. Tingkat erosi
Desa Puncaksari, 5) Desa Tista, Kecamatan sangat ringan seluas 515 ha (21,01%) dengan
Busungbiu, Kabupaten Buleleng serta 6) Desa penggunaan lahan berupa sawah irigasi, hutan,
Belatungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten dan perkebunan. Tingkat erosi berat seluas
Tabanan. Penanaman sebaiknya dilakukan menurut 990,02 ha (40,40%) dengan penggunaan lahan
kontur disesuaikan dengan kemiringan lahan. Pada berupa perkebunan. Sedangkan untuk tingkat
unit lahan 5 seluas 945,82 ha (38,59 %) dengan erosi sangat berat seluas 945, 82 ha (38,59 %)
jumlah skor 130 dan kemiringan 44 % termasuk dengan penggunaan lahan berupa perkebunan.
kawasan penyangga yang merupakan wilayah yang 2. Pada unit lahan di wilayah Daerah Aliran Sungai
berada di antara kawasan lindung dan kawasan Yeh Leh yang memiliki nilai prediksi erosi
budidaya dengan fungsi lindung, budidaya, dan melebihi nilai erosi yang diperkenankan,
produksi terbatas baik itu perkebunan campuran, alternatif tindakan konservasi tanah dan air
tanaman keras, dan jenis lainnya. Kawasan ini yaitu berupa perkebunan dengan serasah sedang
tersebar di : 1) Desa Belatungan, Kecamatan Pupuan, sampai serasah tinggi, pembuatan teras bangku
Kabupaten Tabanan, 2) Desa Tista, Kecamatan dengan konstruksi sedang hingga baik,
Busungbiu, Kabupaten Buleleng, dan 3) Desa penanaman dilakukan menurut kontur
Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten disesuaikan dengan kemiringan lahan, serta
Jembrana. penanaman strip rumput.
Kawasan dalam hutan untuk di wilayah 3. Klasifikasi kemampuan lahan di wilayah Daerah
penelitian yaitu pada unit lahan 6, 7, dan 8 seluas Aliran Sungai Yeh Leh terdiri dari 5 kelas
456,49 ha yang meliputi : 1) Desa Selabih, Kecamatan kemampuan lahan yaitu kelas II seluas 115, 22
Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, 2) Desa ha (4,70 %), kelas III seluas 533,95 ha (21,79 %),
Pengeragoan, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten kelas IV seluas 423,61 ( 17,28 %), kelas VI seluas
Jembrana, dan 3) Desa Belatungan, Kecamatan 1.102,03 ha (44,97 %), dan kelas VII seluas 276,03
Busungbiu, Kabupaten Buleleng.. Kawasan hutan ha (11,26 %). Dengan faktor pembatas yaitu
ini dikategorikan sebagai hutan lindung dengan tekstur tanah, erosi, dan drainase.
fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga 4. Arahan Penggunaan lahan di wilayah Daerah
kehidupan, mengatur tata air, mencegah banjir, aliran Sungai Yeh Leh untuk kawasan dalam
mengendalikan erosi serta memelihara kesuburan hutan yaitu sebagai hutan lindung seluas 456,49
tanah. Kawasan ini dikelola oleh Dinas Kehutanan ha (18,63 %). Arahan penggunaan lahan di luar
Provinsi Bali, UPT Resort Pengelolaan Hutan Bali kawsan hutan berupa kawasan budidaya
Barat yang berlokasi di desa Gilimanuk, Kecamatan tanaman semusim seluas 58,51 ha (2,39 %),
Melaya, Kabupaten Jembrana. Melalui pengamatan kawasan budidaya tanaman tahunan seluas

84
Prediksi Erosi dan Arahan Penggunaan Lahan Daerah Aliran Sungtai Yeh Leh Provinsi Bali [Ni Made Ayu Ratna Sari, dkk.]

990,02 ha (40,40 %) dan kawasan penyangga DAFTAR PUSTAKA


seluas 945,82 (38,59 %).
Adnyana, I. W.S, dan A. R. As-syakur. 2011. Kelas
4.2. Saran Kemampuan Lahan dan Arahan Penggunaan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Lahan Provinsi Bali. Dalam : Adnyana, I. W.
daerah aliran sungai Yeh Leh, maka dapat diajukan S., Arthana, I. W., dan As-syakur, A. R.,
saran sebagai berikut : (editors). Perubahan Penggunaan Lahan dan
1. Lahan dengan nilai erosi yang melebihi nilai erosi Daya Dukung Lingkungan. Udayana Univesity
yang ditoleransikan dapat dibuatkan alternatif Press dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup
penggunaan lahanyang dapat dilakukan untuk (PPLH). Universitas Udayana. Denpasar, Hal.
membantu mengendalikan erosi yang terjadi, 52-64.
yaitu dengan menambahkan serasah dan mulsa
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor:
melalui peningkatan jumlah tanaman dan
IPB Press.
kombinasi jenis tanaman agar permukaan tanah
tidak terkena air hujan secara langsung maupun Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah
terjadinya aliran permukaan pada saat musim Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah Mada
penghujan. Di samping itu, tindakan konservasi University Press.
pengelolaan tanah juga diperlukan, seperti misal Bols. P. L. I978. The Iso-erdent Map Of Java and
membuat teras yang memiliki konstruksi baik. Madura. Report On Belgian Technical
Dengan tetap mengacu pada CP maksimum Assistance Project ATA 105. SRI Bogor.
pada setiap unit lahan sehingga nilai erosi dapat
dikendalikan agar nilai prediksi erosi dapat lebih Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian Nomor 837/
kecil atau sama dengan nilai erosi yang Kpts/Um/8/1980 dan Nomor 683/Kpts/Um/8/
ditoleransikan. 1981 tentang Kriteria dan tata cara penetapan
2. Dengan diketahuinya klasifikasi kemampuan hutan lindung dan hutan prodiksi.
lahan suatu wilayah maka dapat dilakukan Tan, K.H. 1991. Dasar – Dasar Kimia Tanah.
pemanfaatan lahan yang tepat dan benar agar Terjemahan Goenadi, D.H. Gajah Mada
tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan University Press. Yogyakarta.
3. Lahan yang nilai prediksi erosinya tidak
melampaui nilai erosi yang ditoleransikan harus Wischmeir, W. H. and D. D. Smith. 1978. Predicting
tetap dijaga dan dilestarikan baik melalui Rainfall Erosion Lossess: A Guide to
pengelolaan tanaman maupun pengelolaan tanah Conservation Planning. USDA Agric. Handbook
yang sesuai. Apabila memungkinkan erosi yang No.537. Washington DC.
terjadi dapat diperkecil dengan memperta-
hankan dan memperbaiki pengelolaan tanaman
dan konservasi tanah yang telah dilakukan.

85

Anda mungkin juga menyukai