3 Modul MTSL Direktorat Jenderal Imigrasi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 70

MUATAN TEKNIS SUBTANSI LEMBAGA (MTSL)

MODUL
DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA

Pasal 1
(1) Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis
berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk
nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan
Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/
atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/
atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
MUATAN TEKNIS SUBTANSI LEMBAGA (MTSL)

MODUL
DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI

Penulis:
RASONA SUNARA AKBAR
IBNU ISMOYO

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
2022
MUATAN TEKNIS SUBTANSI LEMBAGA (MTSL)

MODUL
DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI

RASONA SUNARA AKBAR


IBNU ISMOYO

BPSDM KUMHAM Press


Jalan Raya Gandul No. 4 Cinere-Depok 16512
Telepon (021) 7540077, 754124; Faksimili (021) 7543709, 7546120
Laman: http://bpsdm.kemenkumham.go.id

Cetakan I : 2022
Perancang Sampul : Maria Mahardhika
Penata Letak : Maria Mahardhika

Ilustrasi Sampul : freepik.com & pixabay.com

xii+56 hlm; 18 x 25 cm
ISBN:

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengutip dan memublikasikan
sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin penerbit.

Dicetak oleh:
PERCETAKAN POHON CAHAYA

Isi di luar tanggung jawab percetakan


KATA SAMBUTAN

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya review modul Pelatihan Muatan Teknis Substansi dan Lembaga
(MTSL) berjudul “MTSL Direktorat Jenderal Imigrasi” sesuai Peraturan Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 41 Tahun 2021 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
telah terselesaikan. Modul ini disusun untuk membekali para peserta pelatihan
dan pembaca agar mengetahui dan memahami salah satu tugas dan fungsi
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Modul “MTSL Direktorat Jenderal Imigrasi” merupakan strategi


pendokumentasian pengetahuan tacit yang menjadi bagian dari aset intelektual
organisasi. Langkah ini dilakukan untuk memberikan sumber–sumber pengetahuan
yang dapat disebarluaskan sekaligus dipindahtempatkan atau direplikasi guna
meningkatkan kinerja individu maupun organisasi. Keberadaan modul “MTSL
Direktorat Jenderal Imigrasi” dapat mendukung proses pembelajaran mandiri,
pengayaan materi pelatihan dan peningkatan kemampuan organisasi dalam
konteks pengembangan kompetensi yang terintegrasi (Corporate University)
dengan pengembangan karir.

Modul “MTSL Direktorat Jenderal Imigrasi” pada artinya dapat menjadi


sumber belajar guna memenuhi hak dan kewajiban pengembangan kompetensi
paling sedikit 20 Jam Pelajaran (JP) dalam 1 tahun bagi setiap pegawai. Hal
ini sebagai implementasi amanat Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020
tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN).

v
Dalam kesempatan ini, kami atas nama Badan Pengembangan Sumber
Daya Manusia Hukum dan Hak Asasi Manusia menyampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak atas dukungan dan kontribusinya dalam penyelesaian modul
ini. Segala kritik dan saran sangat kami harapkan guna meningkatkan kualitas
Pelatihan MTSL ini. Semoga modul ini dapat memberikan kontribusi positif bagi
para pembacanya dan para pegawai di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia.

Selamat Membaca. Salam Pembelajar.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


vi
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-
Nya masih diberikan kesempatan untuk melaksanakan amanah dalam rangka
review modul dan bahan ajar Muatan Teknis Substansi dan Lembaga (MTSL)
Direktorat Jenderal Imigrasi.

Keberagaman bidang tugas dan fungsi pada Kementerian Hukum dan HAM
terlihat dengan adanya 11 (sebelas) Unit Utama Eselon I dan Kantor Wilayah
Kementerian Hukum dan HAM sebagai perwakilan kementerian di daerah/
provinsi. Untuk bidang tugas dan fungsi diatur dalam Peraturan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Nomor 41 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Berkaitan dengan hal tersebut, untuk melaksanakan pengembangan dan


peningkatan kompetensi sumber daya manusia perlu diselenggarakan Pelatihan
MTSL. Dalam pelaksanaan Pelatihan MTSL maka dilakukan review terhadap
modul dan bahan ajar pelatihan yang secara teknis penulisan mengacu pada
Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penulisan Modul Pendidikan dan Pelatihan, dan subtansi modul sesuai
dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 41 Tahun 2021.

Demikian review modul dan bahan ajar MTSL Direktorat Jenderal Imigrasi,
dengan harapan modul ini dapat bermanfaat serta meningkatkan kompetensi bagi
peserta pelatihan dan ASN di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.

vii
DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN........................................................................................... v
KATA PENGANTAR......................................................................................... vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Deskripsi Singkat.......................................................................... 2
C. Tujuan Pembelajaran.................................................................... 3
D. Materi Pokok................................................................................. 3
E. Manfaat Hasil Belajar.................................................................... 4
F. Petunjuk Belajar............................................................................ 4
BAB II KEMIGRASIAN.................................................................................... 5
A. Pengertian .................................................................................... 5
B. Sejarah dan Perkembangan Kemigrasian Indonesia................... 6
C. Latihan.......................................................................................... 19
D. Rangkuman................................................................................... 19
E. Evaluasi........................................................................................ 20
F. Umpan Balik.................................................................................. 20
BAB III DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI................................................. 21
A. Kedudukan Direktorat Jenderal Imigrasi....................................... 22
B. Tugas Direktorat Jenderal Imigrasi............................................... 22
C. Fungsi Direktorat Jenderal Imigrasi.............................................. 22
D. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Imigrasi......................... 23
E. Latihan.......................................................................................... 23
F. Rangkuman................................................................................... 24
G. Evaluasi........................................................................................ 24
H. Umpan Balik.................................................................................. 24

ix
BAB IV TUGAS DAN FUNGSI ESELON II
PADA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI.................................................. 25
A. Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi........................................ 25
B. Direktorat Lalu Lintas Keimigrasian.............................................. 26
C. Direktorat Izin Tinggal Keimigrasian............................................. 28
D. Direktorat Intelijen Keimigrasian................................................... 29
E. Direktorat Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian................ 31
F. Direktorat Kerja Sama Keimigrasian............................................. 33
G. Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian.............. 34
H. Latihan.......................................................................................... 36
I. Rangkuman................................................................................... 36
J. Evaluasi........................................................................................ 37
K. Umpan Balik.................................................................................. 37
BAB V BENTUK PELAYANAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI........... 39
A. Penerapan E-Government ........................................................... 39
B. Bentuk Pelayanan E-Government................................................ 40
C. Latihan.......................................................................................... 43
D. Rangkuman................................................................................... 43
E. Evaluasi........................................................................................ 43
K. Umpan Balik.................................................................................. 43
BAB VI PENUTUP........................................................................................... 45
A. Kesimpulan................................................................................... 45
B. Tindak Lanjut................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 47
GLOSARIUM................................................................................................... 49
LAMPIRAN JAWABAN.................................................................................... 53

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Imigrasi zaman penjajahan......................................................... 7


Gambar 2.2 Imigrasi zaman Era Revolusi Kemerdekaan............................... 10
Gambar 2.3 Imigrasi Era Republik Indonesia Serikat..................................... 11
Gambar 3.1 Struktur Direktorat Jenderal Imigrasi........................................... 22
Gambar 5.1 Paspor biasa............................................................................... 40
Gambar 5.2 Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP).................................. 40
Gambar 5.3 Izin Tinggal Keimigrasian............................................................ 41

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


xi
BAB I
PENDAHULUAN

Sebelum membaca isi modul ini diharapkan peserta membaca dan memahami pedoman atau
petunjuk dalam modul ini, yaitu :

A. Latar Belakang
Kegiatan pelatihan di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia (Kemenkumham) pada dasarnya merupakan kegiatan penting bagi
setiap insan khususnya aparatur sipil negara (ASN) Kemenkumham. Nilai penting
kegiatan ini menjadi sangat tampak ketika kita semua insan ASN Kemenkumham
menyadari bahwa semua keberhasilan pelaksanaan tugas ASN Kemenkumham
berawal pelatihan. Keberhasilan tersebut pada gilirannya mewujud sebagai
profesionalisme ketika ASN Kemenkumham kembali melaksanakan tugas seusai
mengikuti pelatihan dan mendapatkan lebih banyak pengetahuan, kemampuan,
dan keterampilan sebagai modal baru mengaktualisasikan kinerja ASN
Kemenkumham.

Secara kelembagaan Kementerian Hukum dan HAM seiring perkembangan


kebijakan pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi telah terbarui
dalam pola penyederhanaan birokrasi sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Hukum dan HAM Nomor 41 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Peraturan Menteri Hukum dan HAM
ini merupakan implementasi dan perwujudan tindak lanjut dari kebijakan Presiden
Republik Indonesia yang mendorong kelembagaan untuk lebih proporsional, efektif,
dan efisien guna meningkatkan kinerja tugas dan fungsi di semua Kementerian.

Terdapat perubahan keorganisasian dan tata kerja secara mendasar dari


sebelumnya yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor
29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Menteri Hukum dan HAM Nomor 24 Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 29 Tahun 2015 yang mana sebelumnya

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


1
dalam pola dan hubungan kerja dalam dominasi jabatan struktural, menjadi pola
dan hubungan kerja dalam jabatan fungsional dengan penyederhanaan birokrasi
jabatan struktural.

Melalui pengaturan organisasi dan tata kerja dalam Peraturan Menteri Hukum
dan HAM Nomor 41 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia masih terdiri dari 11 unit kerja setingkat eselon I
dan penekanan status keberadaan dukungan 5 (lima) Staf Ahli dalam dukungan
tugas dan fungsi Unit Eselon I, yaitu Staf Ahli Bidang Politik dan Keamanan, Staf
Ahli Bidang Ekonomi, Staf Ahli Bidang Sosial, Staf Ahli Bidang Hubungan Antar
Lembaga, dan Staf Ahli Bidang Penguatan Reformasi Birokrasi.

Memperhatikan keorganisasian dan tata kerja serta pola hubungan kerja


ini di Kementerian Hukum dan HAM RI tentunya memerlukan pula sejumlah
kompetensi teknis dan fungsional yang sangat banyak. Salah satu unit kerja
Kemenkumham yang memiliki tugas dan fungsi tenis keimigrasian dalam rangka
pemberian pelayanan, penegakan hukum dan pengamanan serta sebagai
fasilitator pembangunan ekonomi yaitu Direktorat Jenderal Imigrasi yang memiliki
rentang tugas yang sangat besar mulai dari pusat sampai ke daerah meliputi Divisi
Keimigrasian, Kantor Imigrasi dan Rumah Detensi Imigrasi, serta Perwakilan
Republik Indonesia.

Melalui bahan ajar inilah kompetensi teknis substantive keimigrasian


diberikan kepada peserta pelatihan untuk mengenal lebih dalam unit kerja dibidang
Keimigrasian.

B. Deskripsi Singkat
Bahan ajar ini menjelaskan pengertian imigrasi, sejarah imigrasi di Indonesia,
struktur, tugas, fungsi dan susunan organisasi Direktorat Jenderal Imigrasi sampai
dengan eselon II.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


2
C. Tujuan Pembelajaran
1. Hasil Belajar
Setelah mempelajari modul Muatan Teknis Subtansi Lembaga
Direktorat Jenderal Imigrasi, peserta Pendidikan Khusus Keimgrasian
diharapkan mampu menguraikan kelembagaan Direktorat Jenderal Imigrasi

2. Indikator Hasil Belajar


Indikator hasil belajar adalah :

1. Peserta mampu menjelaskan pengertian dan sejarah


keimigrasian secara umum di Indonesia;
2. Peserta mampu menjelaskan susunan organisasi dan struktur
organisasi Direktorat Jenderal Imigrasi;
3. Peserta mampu menguraikan tugas dan fungsi Direktorat
Jenderal Imigrasi dan Eselon II dilingkungan Direktorat Jenderal
Imigrasi
4. Peserta mampu menjelaskan penyelenggaraan pelayanan
e-government Direktorat Jenderal Imigrasi

D. Materi Pokok
Materi pokok yang dibahas pada ini adalah:

1. Kemigrasian;
a. Pengertian
b. Sejarah dan Perkembangan Keimigrasian Indonesia
2. Susunan Organisasi dan Struktur Organisasi Direktorat Jenderal
Imigrasi.
a. Kedudukan Direktorat Jenderal Imigrasi
b. Tugas Direktorat Jenderal Imigrasi
c. Fungsi Direktorat Jenderal Imigrasi
d. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Imigrasi
3. Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Imigrasi dan Eselon II
dilingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi
a. Sekretariat Direktorat Jenderal
b. Direktorat Lalu Lintas Keimigrasian

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


3
c. Direktorat Izin Tinggal Keimigrasian
d. Direktorat Intelijen Keimigrasian
e. Direktorat Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian
f. Direktorat Kerjasama Keimigrasian
g. Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian.
4. Bentuk Pelayanan Direktorat Jenderal Imigrasi
a. Penerapan E-Government
b. Bentuk pelayanan E-Government

E. Manfaat Hasil Belajar


Berbekal hasil belajar pada bahan ajar MTSL Direktorat Jenderal Imigrasi ini,
peserta diharapkan mampu memahami tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal
Imigrasi yang ideal guna peningkatan kinerja Imigrasi.

F. Petunjuk Belajar
Dalam proses pembelajaran mata pelatihan “Muatan Teknis Subtansi
Direktorat Jenderal Imigrasi”, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara baik,
peserta disarankan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Bacalah secara cermat, dan pelajari tujuan pembelajaran dan indikator


hasil belajar yang tertulis pada setiap awal bab, karena indikator belajar
memberikan tujuan dan arah. Indikator belajar menetapkan apa yang
harus Anda capai.
2. Mempelajari setiap bab secara berurutan, mulai dari Bab I sampai
dengan Bab V.
3. Laksanakan secara sungguh-sungguh dan tuntas setiap tugas pada
akhir bab (Latihan).
4. Belajarlah secara mandiri atau berkelompok secara seksama. Untuk
belajar mandiri, dapat seorang diri, berdua atau berkelompok dengan
yang lain untuk mempraktikkan teknik penggunaan alat pendukung
secara baik dan benar.
5. Anda disarankan mempelajari bahan-bahan dari sumber lain, seperti
yang tertera pada Daftar Pustaka pada akhir modul ini, dan jangan
segan-segan bertanya kepada siapa saja yang mempunyai kompetensi
dalam teknik penggunaan alat pendukung.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


4
BAB II
KEMIGRASIAN

Setelah membaca bab ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan pengertian


dan sejarah keimigrasian secara umum di Indonesia

Bab ini akan mendiskusikan pengertian keimigrasian, sejarah dan perkem­


bangan keimigrasian, serta perkembangan dari peraturan Keimigrasian yang
menjadi pedoman bagi pelaksanaan teknis Keimigrasian.

A. Pengertian
Istilah Keimigrasian berasal dari kata imigrasi yang dibubuhi awalan ke dan
akhiran an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Imigrasi adalah
perpindahan penduduk negara lain ke negara tertentu untuk menetap. Sementara
menurut KBBI Keimigrasian/ ke·i·mi·gra·si·an/ n perihal yang bertalian dengan
imigrasi; seluk-beluk imigrasi: ia dikenakan tindakan ~ berupa deportasi dan
namanya dicantumkan dalam daftar penangkalan

Pengertian lain dari kata imigrasi adalah perpindahan orang dari suatu negara-
bangsa (nation-state) ke negara lain, di mana ia bukan merupakan warga negara.
Imigrasi merujuk pada perpindahan untuk menetap permanen yang dilakukan
oleh imigran, sedangkan turis dan pendatang untuk jangka waktu pendek tidak
dianggap imigran. Walaupun demikian, migrasi pekerja musiman (umumnya untuk
periode kurang dari satu tahun) sering dianggap sebagai bentuk imigrasi1.

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang


Keimigrasian yang mengatur bahwa “Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas
orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam
rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara”.

1 https://id.wikipedia.org/wiki/Imigrasi

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


5
Pengertian Keimigrasian dalam Undang Undang Keimigrasian mengandung
pengertian yang luas. Luas bukan karena bukan hanya mencakup Orang Asing
yang mau tinggal menetap di Indonesia melainkan mencakup semua orang, baik
warga negara asing maupun warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan
lalu lintas masuk atau keluar Wilayah Indonesia tanpa dibatasi motivasi atau
tujuan tertentu juga pengawasannya dalam ranga tegaknya kedaulatan negara.
Selanjutnya juga tentunya mencakup semua hal ihwal penyelenggaraan lalu lintas
orang baik sebelum, pada saat dan sesudah berlangsungnya kegiatan lalu lintas
di perbatasan Wilayah Negara Indonesia seperti pemberian Dokumen Perjalanan
Republik Indonesia baik Paspor ataupun Surat Perjalanan Laksana Paspor, Visa,
Tanda Masuk atau Tanda Keluar, dan izin tinggal termasuk pengawasan dari
semuanya itu, hingga penegakan hukum dan keamanannya yang dapat berupa
pengenaan tindakan andimistratif maupun penyidikan atas perbuatan tindak
pidana yang ditemukan. Tidak kalah penting yang perlu diketahui mengenai
tugas dan fungsi Kewarganegaraan yang teimplementasikan dalam pemahaman
tugas bidang Status Keimigrasian meliputi penelaahan dan penetuan status
Keimigrasian, pendaftaran Anak Berkewarganegaraan Ganda, penerbitan Fasilitas
Keimigrasian bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda, penerimaan penyampaian
pernyataan memilih Kewarganegaraan bagi Anak Berkewarganegaraan Ganda,
hingga penerbitan dokumen Surat Keterangan Keimigrasian (SKIM) dalam rangka
proses pewarganegaraan ataupun pernyataan menjadi warga negara Indonesia
melalui atau dalam mekanisme perkawinan campuran yang salah satu unsurnya
adalah berkewarganegaraan Indonesia dan berkewarganegaraan asing.

B. Sejarah dan Perkembangan Kemigrasian Indonesia


Warga Negara Indonesia yang di Wilayah Indonesia sebelum ada kerajaan
yang berkuasa adalah para pendatang yang berasal dari Afrika dan China
Daratan. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Prof Herawati Sudoyo, PhD yang
mengatakan pada dasarnya orang Indonesia itu latar belakang genetiknya itu
campuran. Campuran itu sifatnya gradien. Jadi dia tidak rata semua di seluruh
negeri ini. Tapi dari barat ke timur ada penurunan, jadi paling tinggi itu Austroasiatik,
itu asalnya dari China daratan, dia turun pada waktu masih ada Paparan Sunda,
jadi Sumatera, Jawa, Kalimantan dengan Semenanjung Malaya masih jadi satu.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


6
“Orang-orang itu turun masuk ke Nusantara, membawa genetiknya, kawin
mengawin, dengan sendirinya kita memiliki kan. Nah tapi kemudian sebelum
mereka masuk itu kan sudah ada, satu kelompokan pertama yang keluar dari
Afrika. Dan itu Afrika melalui pantai selatan India dan sebagainya masuk Indonesia,
ke Paparan Sunda lewat ke Nusa Tenggara masuk Paparan Sahul, kemudian ke
Australia. Nah di situ semua itu masih ada. Tapi, peninggalan dari Papuan tadi
lebih banyak di sebelah timur, itu kelihatan campuran-campuran tadi”.2 Pada
masa-masa tersebut belum ada pengaturan tentang masuknya orang ke wilayah
Nusantara.

Pada saat masa penjajahan Belanda, untuk mengatur masuknya orang yang
didatangkan dari berbagai negara, maka pemerintah kolonial dengan Staatsblad
tahun 1913 Nomor 105 membentuk Kantor Sekretaris Komisi Imigrasi untuk
tujuan yang berhubungan dengan Imigrasi di ibukota pemerintahan yaitu Batavia,
Surabaya, dan Semarang. Komisi Imigrasi sendiri beranggotakan unsur Kepolisian,
Karantina, serta dibantu pimpinan kelompok masyarakat asing setempat. Inilah
yang menandai lahirnya birokrasi Keimigrasian di Indonesia. Komisi Imigrasi
kemudian secara bertahap memperluas jangkauan dan penyempurnaan menjadi
Immigratie Dients (dinas imigrasi), dengan membuka kantor-kantor Sekretaris
Komisi Imigrasi di beberapa kota seperti pada tahun 1916 dengan Staatsblad
tahun 1916 Nomor 142 diangkat Sekretaris Komisi Imigrasi di Pontianak, juga
pengangkatan Juru Bahasa Cina pada Dinas Imigrasi di Jakarta, Surabaya, dan
Semarang.

Gambar 2.1 Imigrasi zaman penjajahan


2 https://news.detik.com/wawancara/d-3345371/herawati-sudoyo-secara-genetik-asal-usul-orang-
indonesia-itu-beragam/1

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


7
Berkembangnya tugas dan fungsinya maka pada tahun 1921 kantor
Sekretaris Komisi Imigrasi diubah menjadi Immigratie Dients yang lebih mandiri.
Melalui Staatsblad tahun 1921 Nomor 33 telah diaturlah tentang penggajian,
formasi, pendapatan, dan tempat kedudukan pegawai dinas Imigrasi. Dinas
imigrasi pada masa pemerintahan penjajahan Hindia Belanda ini berada di bawah
Direktur Yustisi, yang dalam susunan organisasinya terlihat pembentukan afdeling-
afdeling seperti afdeling visa afdeling vertrek dan Terugkeer, afdeling ontscheping
dan toelating, dan afdeling (bagian) lain-lain yang diperlukan. Meskipun sudah
diperluas namun susunan organisasi dan kepegawaian Immigratie Dients masih
sangat sederhana.

Kebijakan keimigrasian yang ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda


adalah politik pintu terbuka (opendeur politiek). Melalui kebijakan ini, pemerintah
Hindia Belanda membuka seluas-luasnya bagi Orang Asing untuk masuk, tinggal,
dan menjadi warga Hindia Belanda. Maksud utama dari diterapkannya kebijakan
imigrasi “pintu terbuka” adalah memperoleh sekutu dan investor dari berbagai
negara dalam rangka mengembangkan ekspor komoditas perkebunan di wilayah
Hindia Belanda. Selain itu, keberadaan warga asing juga dapat dimanfaatkan
untuk bersama-sama mengeksploitasi dan menekan penduduk pribumi. Dengan
semakin banyak dan bervariasi golongan atau keturunan bangsa asing masuk,
tinggal, dan bekerja di Hindia Belanda akan semakin baik, oleh karena diharapkan
sektor perekonomian dan politik tetap dikuasai bangsa asing sehingga golongan
bumiputera akan tetap di bawah jajahan bangsa Belanda. Lebih detailnya tujuan
politik pintu terbuka ini yaitu:

1) mendapatkan tenaga kerja murah untuk menekan penduduk asli


sekaligus menciptakan kesenjangan sosial dan ekonomi antara
pendatang dan penduduk asli;
2) menarik modal asing dan pengaruh asing sebesar-besarnya agar
kesempatan bumiputera (pribumi) semakin tertutup dan dapat ditekan
sehingga bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa terjajah;
3) mengantisipasi apabila ada serangan dari luar terhadap Hindia
Belanda, yang mana pemerintah Belanda dalam hal ini tidak akan

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


8
sendiri menghadapinya karena negara penanam modal tidak akan
tinggal diam untuk melindungi kepentingan modalnya.
Struktur organisasi dinas imigrasi pemerintah Hindia Belanda juga
masih relatif sederhana, dengan bidang keimigrasian yang ditangani semasa
pemerintahan Hindia Belanda hanya 3 (tiga), yaitu:

1. bidang perizinan masuk dan tinggal orang;


2. bidang kependudukan orang asing; dan
3. bidang kewarganegaraan.
Untuk mengatur ketiga bidang tersebut, peraturan pemerintah yang
digunakan adalah Toelatings Besluit (1916); Toelatings Ordonnatie (1917); dan
Paspor Regelings (1918). Saat itu penyelesaian pendaratan ditangani oleh
Havenmeester (Syahbandar) yang diikuti kemudian oleh Immigratie Commissie
yang lazim disebut Secretaris der Immigratie-Commissie, sebagai satu-satunya
jabatan yang ahli dalam Keimigrasian.

Era kolonialisasi Hindia Belanda mulai berakhir bersamaan dengan


masuknya Jepang ke wilayah Indonesia pada tahun 1942. Namun pada masa
pendudukan Jepang hampir tidak ada perubahan yang mendasar dalam peraturan
keimigrasian. Dengan kata lain, selama pendudukan Jepang, produk hukum
keimigrasian Hindia Belanda masih digunakan. Fokus kegiatan utama adalah
Pendaftaran Orang Asing dengan dikenalnya dokumen bernama “Surat Pernyataan
Berdiam Orang Asing”. Dalam jejak sejarah diketemukan pula “Bukti Diri (Identiteits
bewijs) produk Hindia Belanda yang menyangkut Pemerintah Daerah di Tanjung
Balai Karimun, dengan salah satu halamannya tertulis Karimun Shonan Tokubetsu
Shi. Namun demikian menurut JCT Simorangkir, “Tidak jelas apakah Pernyataan
Berdiam Orang Asing ini sekaligus dimaksudkan untuk menarik dokumen/surat
Keimigrasian produk masa Hindia Belanda dengan maksud menggantikannya.
Akan tetapi dengan menilik isinya, sukar untuk ditarik kesimpulan bahwa produk
pendudukan Jepang ini akan menggantikan dokumen Hindia Belanda di di bidang
Keimigrasian”3.

3 Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum dan HAM, Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia,
Halaman 32, Jakarta, 2005.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


9
Eksistensi pentingnya peraturan keimigrasian mencapai momentumnya
pada saat Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya pada 17 Agustus 1945.
Selain itu, untuk mengatasi kevakuman hukum, peraturan perundang-undangan
keimigrasian produk pemerintah Hindia Belanda harus dicabut dan digantikan
dengan produk hukum yang selaras dengan jiwa kemerdekaan. Selama masa
revolusi kemerdekaan ada dua produk hukum Hindia Belanda yang terkait dengan
keimigrasian dicabut, yaitu :

1. Toelatings Besluit (1916) diubah menjadi Penetapan Ijin Masuk (PIM)


yang dimasukkan dalam Lembaran Negara Nomor 330 Tahun 1949;
dan
2. Toelatings Ordonnantie (1917) diubah menjadi Ordonansi Ijin Masuk
(OIM) dalam Lembaran Negara Nomor 331 Tahun 1949, yang
melengkapi pelaksanaan tugas dan fungsi Imigrasi dalam Keputusan
Direktur Yustisi tentang Exit Permit Nomor 1.4/6/1 tanggal 29 Mei
1946, Keputusan Sekretaris Negara, Kepala Departemen Yustisi
Nomor KB.21/1/5 tanggal 05 Oktober 1949 terkait pembukaan kembali
Immigratie Dienst Pemerintah Belanda meliputi 1 (satu) Inspektur
Urusan Dalam, 14 (empat belas) Kantor Imigrai, dan 2 (dua) Kantor
Imigrasi di luar negeri, dan Staadsblad Nomor 332 tentang Hak
Bertempat Tinggal, Izin Masuk, dan Pendaftaran Orang Asing.

Gambar 2.2 Imigrasi zaman Era Revolusi Kemerdekaan

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


10
Menurut Moerwati pada masa setelah kemerdekaan ini khususnya pada
periode zaman revolusi kemerdekaan tahun 1945 s.d. 1949 sebenarnya tidak ada
Immigratie Dienst Hindia. “Yang ada sejak tahun 1946 hanyalah Urusan Penduduk
Bangsa Asing (UPBA) di bawah Kementerian Dalam Negeri NICA”.4 Dinas Imigrasi
pada masa penjajahan Hindia Belanda di bawah Direktur Yustisi. Namun demikian
dalam periode itu juga terdapat satu produk peraturan perundang-undangan yang
sangat bersejarah dan signifikan mengatur mengenai Paspor yang sebelumnya
banyak bersifat darurat dan ditandatangani oleh Kementerian Luar Negeri.
Pengaturan tersebut mengatur mengenai Surat Perjalanan Republik Indonesia
dalam Undang-Undang Darurat Nomor 40 Tahun 1950 tertanggal 28 Desember
1949 yang diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 82 Tahun 1950. Inilah
produk hukum Indonesia pertama yang mengatur mengenai paspor di Indonesia.

Gambar 2.3 Imigrasi Era Republik Indonesia Serikat

Era Republik Indonesia Serikat merupakan momen puncak dari sejarah


panjang perjalanan pembentukan lembaga keimigrasian di Indonesia. Di era
inilah dinas imigrasi produk Hindia Belanda diserahterimakan kepada pemerintah
Indonesia pada tanggal 26 Januari 1950 melalui Kepala Jawatan Imigrasi H.
Breekland kepada Mr. H. J. Adiwinata, sebagaimana tertuang dalam Surat
Penetapan Menteri Kehakiman Nomor JZ/20/16 tanggal 28 Januari 1950 yang
berlaku surut terhitung sejak tanggal 26 Januari 1950, yang kemudian diperkuat
dengan Keputusan Presiden Nomor 12/P/30 tanggal 13 Maret 1950 yang berlaku

4 Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum dan HAM, Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia,
Halaman 34, Jakarta, 2005

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


11
surut terhitung sejak 27 Januari 1950 berkaitan penetapan Mr. H. J. Adiwinata
sebagai Kepala Jawatan Imigrasi, Departemen Kehakiman.

Struktur organisasi dan tata kerja serta beberapa produk hukum keimigrasian
pemerintah Hindia Belanda masih dipergunakan sepanjang yang tidak bertentangan
dengan kepentingan bangsa Indonesia. Kepala Jawatan Imigrasi untuk pertama
kalinya dipegang oleh putra pribumi, yaitu Mr. H.J Adiwinata. Struktur organisasi
jawatan imigrasi meneruskan struktur immigratie dients yang lama dibawah
Menteri Kehakiman baik operasional teknis taktis maupun administratif, yang
tertuang dalam Keputusan Sekretaris Negara, Kepala Departemen Yustisi Nomor
Kab.21/I/15 tanggal 05 Oktober 1949, yang mana susunannya adalag 1 (satu)
Inspektur Urusan Dalam, 14 (empat belas) Kantor Imigrasi, dan 2 (dua) Kantor
Imigrasi di Luar Negeri.

Saat itu Kantor Pusat Jawatan Imigrasi (Hoofd Kantoor Immigratie Dients)
berlokasi di Jln. Teuku Umar 1, bekas Kunstkring Gebouw, yang meliputi bagian:

a. Bagian Pendaratan dan Izin Masuk;


b. Bagian Bertolak Pulang dan Paspor;
c. Bagian Visa;
d. Bagian Kependudukan.
Adapun 14 Kantor Imigrasi Daerah (immigratie-kantooren) beroperasional
masing-masing di kota Medan, Tanjung Pinang, Tanjung Balai Karimun, Bagan
Siapiapi, Jambi, Pontianak, Singkawang, Pangkalpinang, Palembang, Batavia
(Jakarta), Semarang, Surabaya, Makassar, dan Kupang. Sedangkan 3 Inspektur
Dinas Luar berkedudukan masing-masing di Singapore, Batavia, dan Makassar.

Pada dasawarsa imigrasi tepatnya 26 Januari 1960, jawatan imigrasi telah


berhasil mengembangkan organisasinya dengan pembentukan Kantor Pusat
Jawatan Imigrasi di Jakarta, 26 kantor imigrasi daerah, 3 kantor cabang imigrasi,
1 kantor inspektorat imigrasi dan 7 pos imigrasi di luar negeri. Di bidang sumber
daya manusia (SDM) keimigrasian, pada bulan Januari 1960 jumlah total pegawai
jawatan imigrasi telah meningkat menjadi 1.256 orang yang kesemuanya putra-
putri Indonesia, mencakup pejabat administratif dan pejabat teknis keimigrasian.

Di bidang pengaturan keimigrasian, mulai periode ini pemerintah Indonesia


memiliki kebebasan untuk mengubah kebijaksanaan opendeur politiek imigrasi

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


12
kolonial menjadi kebijaksanaan yang sifatnya selektif atau saringan (selective
policy). Kebijakan selektif didasarkan pada perlindungan kepentingan nasional
dan lebih menekankan prinsip pemberian perlindungan yang lebih besar kepada
warga negara Indonesia. Pendekatan yang dipergunakan dan dilaksanakan
secara simultan meliputi pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) dan
pendekatan keamanan (security approach).

Beberapa pengaturan keimigrasian yang diterbitkan antara lain:

1. Pengaturan lalu lintas keimigrasian, yaitu pemeriksaan dokumen


keimigrasian penumpang dan crew kapal laut yang dari luar negeri
dilakukan di atas kapal selama pelayaran kapal;
2. Pengaturan di bidang pengawasan orang asing, dengan disahkannya
Undang-Undang Darurat Nomor 9 Tahun 1953 tentang Pengawasan
Orang Asing (Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 64, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 463);
3. Pengaturan di bidang kependudukan Orang Asing, dengan disahkannya
Undang Undang Darurat Nomor 9 Tahun 1955 tentang Kependudukan
Orang Asing (Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 812);
4. Pengaturan mengenai delik/ perbuatan pidana/ peristiwa pidana/tindak
pidana Imigrasi, dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor
8 Darurat Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Imigrasi pada tanggal
16 Mei 1955 dan diundangkan pada tanggal 2 Juni 1955 (Lembaran
Negara Tahun 1955 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor
807);
5. Pengaturan di bidang kewarganegaraan, pada periode ini disahkan
produk perundangan penting mengenai kewarganegaraan yakni
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1958 tentang Persetujuan Antara
Republik Indonesia Dan Republik Rakyat Tiongkok Mengenai Soal
Dwikewarganegaraan (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor), dan
Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 113,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 1647);

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


13
6. Pengaturan di bidang Surat Perjalanan Republik Indonesia, dengan
disahkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1959 tentang
Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 40 Tahun 1950 tentang
Surat Perjalanan Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1959
Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1799)
7. Masalah kewarganegaraan turunan Cina; dan
8. Pelaksanaan Pendaftaran Orang Asing (POA).
Era pemerintahan Orde Baru memberikan kontribusi besar terhadap
pemantapan lembaga Keimigrasian, walaupun dalam pelaksanaannya mengalami
beberapa kali penggantian induk organisasi. Pada tanggal 3 November 1966
ditetapkan kebijakan tentang Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas
Departemen, yang mengubah kelembagaan Direktorat Imigrasi sebagai salah satu
pelaksana utama Departemen Kehakiman menjadi Direktorat Jenderal Imigrasi
yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Imigrasi. Perubahan inipun berlanjut dengan
pembangunan sarana fisik di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi yang luas.
Pembangunan gedung kantor, rumah dinas, pos imigrasi maupun asrama tahanan
dijalankan tahun demi tahun.

Di masa Orde Baru ini yang tidak bisa dilupakan adalah lahirnya Undang-
Undang Keimigrasian baru yaitu Undang Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang
Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3474), yang disahkan
oleh DPR pada tangal 4 Maret 1992. Undang Undang Keimigrasian ini selain
merupakan hasil peninjauan kembali terhadap berbagai peraturan perundang-
undangan sebelumnya yang sebagian merupakan peninggalan dari Pemerintah
Hindia Belanda, juga menyatukan/mengkompilasi substansi peraturan perundang-
undangan keimigrasian yang tersebar dalam berbagai produk peraturan
perundangan keimigrasian sebelumnya hingga berlakunya Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 1992.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


14
Gambar 2.4 Imigrasi Era Reformasi

Pada Era Reformasi hingga saat ini Direktorat Jenderal Imigrasi dalam
rangka menghadapi masalah dan perkembangan dalam dan luar negeri , telah
melakukan beberapa program kerja sebagai berikut :

1. Penyempurnaan Peraturan Perundang-Undangan


Pemerintah memperbaharui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992
tentang Keimigrasian. Hal ini berdasarkan beberapa perkembangan yang
perlu diantisipasi, yakni :

a. Letak geografis wilayah Indonesia (kompleksitas permasalahan antar


negara),
b. Perjanjian internasional/konvensi internasional yang berdampak
terhadap pelaksanaan fungsi keimigrasian,
c. Meningkatnya kejahatan internasional dan transnasional,
d. Pengaturan mengenai deteni dan batas waktu terdeteni yang belum
dilakukan secara komprehensif,
e. Pendekatan sistematis fungsi keimigrasian dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi yang modern,
f. Penempatan struktur kantor imigrasi dan rumah detensi imigrasi
sebagai unit pelaksana teknis di bawah Direktorat Jenderal Imigrasi,
g. Hak kedaulatan negara sesuai prinsip timbal balik (resiprositas)
mengenai pemberian visa terhadap orang asing,
h. Kesepakatan dalam rangka harmonisasi dan standarisasi sistem dan
jenis pengamanan dokumen perjalanan secara internasional,

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


15
i. Penegakan hukum keimigrasian belum efektif sehingga kebijakan
pemidanaan perlu mencantumkan pidana minimum terhadap tindak
pidana penyelundupan manusia,
j. Memperluas subyek pelaku tindak pidana Keimigrasian, sehingga
mencakup tidak hanya orang perseorangan tetapi juga korporasi serta
penjamin masuknya orang asing ke wilayah indonesia yang melanggar
ketentuan keimigrasian
Usulan untuk memperbarui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992
tentang Keimigrasian telah dimasukkan dalam Program Legislasi Nasional
(Prolegnas) untuk dibahas oleh lembaga legistlatif (DPR). Selanjutnya pada
tanggal 5 Mei 2011, Presiden Republik Indonesia mengesahkan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yang diundangkan dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5126.

2. Kelembagaan
Dalam rangka mengantisipasi perkembangan tuntutan masyarakat
Direktorat Jenderal Imigrasi telah membuat langkah kebijakan :

a. Pembentukan kantor-kantor imigrasi di daerah,


b. Peningkatan kelas beberapa kantor imigrasi,
c. Pembentukan direktorat intelijen (2005),
d. Pembentukan rumah detensi imigrasi,
e. Penambahan tempat pemeriksaan imigrasi, dan
f. Pemambahan atase/konsul imigrasi pada perwakilan RI
g. Pembentukan Unit Kerja Keimigrasian dan Unit Pelayanan Paspor

Adapun jumlah kelembagaan imigrasi yang tersebar di daerah dan di luar


negeri sampai dengan saat ini adalah sebagai berikut :

a. 125 kantor imigrasi, yang terdiri dari :


1) Kantor Imigrasi Kelas I Khusus TPI
2) Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Non TPI
3) Kantor Imigrasi Kelas I TPI :
4) Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI
5) Kantor imigrasi kelas II TPI :

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


16
6) Kantor Imigrasi Kelas II Non TPI
7) Kantor imigrasi kelas III TPI :
8) Kantor Imigrasi Kelas III Non TPI
b. 1 (satu) Rumah Detensi Imigrasi Pusat
c. 12 (duabelas belas) Rumah Detensi Imigrasi
d. 22 (dua puluh dua) Pelayanan Imigrasi di luar negeri pada (15) negara.
3. Ketatalaksanaan
Hasil-hasil yang telah dicapai di bidang ketatalaksanaan sampai tahun
2003 adalah :

a. Pengolahan data kedatangan dan keberangkatan WNI/WNA di


Direktorat Jenderal Imigrasi telah terekam yang dikirim dari tempat
pemeriksaan imigrasi dengan sistem inteligent character recognation
(ICR),
b. Perekaman dan penyimpanan data keimigrasian melalui electronic
filing system,
c. Penyusunan pola umum kriteria klasifikasi kantor imigrasi,
d. Perencanaan SIMKIM, standarisasi pola umum bangunan UPT imigrasi
dan standarisasi pelayanan imigrasi
4. Sumber Daya Manusia
Pada era globalisasi ini diperkirakan pelanggaran keimigrasian akan
meningkat dan lebih canggih sebagai ekses meningkatnya jumlah dan
frekuensi lalulintas orang antarnegara. Keberadaan dan kegiatan orang  asing
di wilayah Indonesia akan semakin meningkat. Untuk itu Direktorat Jenderal
Imigrasi memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang lebih berkualitas,
profesional, memiliki etos kerja yang baik, berdedikasi tinggi dan bermoral.
Untuk memenuhi kebutuhan SDM telah dikembangkan jabatan fungsional
sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur
Sipil Negara yaitu dengan membentuk Jabatan Fungsional Pemeriksa dan
Jabatan Fungsional Analis Keimigrasian.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


17
Implementasi kebijakan pengembangan SDM yang bersinergi dengan
penataan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan, antara lain dilakukan
kerjasama dengan Badan Pengembangaan SDM Hukum dan Ham, untuk
penyelenggaraan :

a. Politeknik Imigasi sebagai perubahan dari Akademi Imigrasi


b. Pelatihan Teknis Keimigrasian dan Fungsional Keimigrasian
c. Pelatihan Penjenjangan
5. Sarana dan Prasarana
Program pengembangan sarana dan prasarana yang difokuskan oleh
Direktorat Jenderal Imigrasi antara lain :

a. Pembangunan fisik gedung kantor-kantor Imigrasi di daerah,


b. Pembangunan fisik rumah detensi imigrasi,
c. Peningkatan fasilitas pos lintas batas di daerah-daerah perbatasan
antarnegara,
d. Pengadaan fasilitas visa on arrival/visa kunjungan saat kedatangan di
beberapa bandara internasional,
e. Pengadaan full intelligent character recognation (ICR) di beberapa
unit pelaksana teknis yang membawahi tempat pemeriksaan imigrasi
(TPI),
f. Pengadaan electronic filing system di Direktorat Jenderal Imigrasi,
g. Perencanaan pembangunan sistem informasi manajemen keimigrasian
(SIMKIM),
h. Pembangunan laboratorium forensik di Direktorat Jenderal Imigrasi,
i. Pengadaan alat EDISON untuk mengetahui spesifikasi paspor
kebangsaan seluruh negara,
j. Pengadaan alat untuk mendeteksi dokumen palsu,
k. Rencana pembangunan border management information
system dan alert system bekerja sama dengan Department of Imigration
and Multi Cultural and Indigeneous Affairs (DIMIA) dan International
Organization for Migration (IOM)

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


18
6. Pengaturan Keimigrasian
Pada era reformasi hingga sekarangan Direktorat Jenderal Imigrasi
telah melakukan beberapa pengaturan mengenai masalah keimigrasian
antara lain :

a. Pengaturan bebas visa secara resiprokal, dan pengaturan visa on


arrival (VOA),
b. Pengaturan visa khusus bagi turis lanjut usia (Lansia),
c. Pengaturan fasiltas APEC business travel card (ABTC),
d. Koordinasi pengawasan, orang asing,
e. visa stiker,
f. clearence house (CH),
g. Penanganan illegal imigran
h. Sistem pelayanan paspor (antrian, on-line, pelayanan paspor terpadu
dan lain-lain)
i. On-line Single Submission (OSS)

C. Latihan
1. Pengertian lain dari kata imigrasi adalah perpindahan orang dari
suatu negara-bangsa ke negara lain, coba diskusikan dalam kelompok,
anda jelaskan pengertian Keimigrasian berdasarkan Undang-Undang
Keimigrasian ?
2. Keimigrasian sudah berjalan sejak Belanda menjajah Indonesia
sampai saat ini, coba anda uraikan poin-poin penting dalam sejarah
Keimigrasian dari jaman Belanda sampai dengan di serahterimakan ke
Indonesia ?

D. Rangkuman
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang
Keimigrasian yang menyebutkan “Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang
yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka
menjaga tegaknya kedaulatan negara.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


19
Pada saat masa penjajahan Belanda, untuk mengatur masuknya orang
yang didatangkan dari berbagai negara, maka pemerintah kolonial pada tahun
1913 membentuk Kantor Sekretaris Komisi Imigrasi. Kebijakan keimigrasian yang
ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda adalah politik pintu terbuka (opendeur
politiek).

Era Republik Indonesia Serikat merupakan momen puncak dari sejarah


panjang perjalanan pembentukan lembaga keimigrasian di Indonesia. Di era
inilah dinas imigrasi produk Hindia Belanda diserahterimakan kepada pemerintah
Indonesia pada tanggal 26 Januari 1950. Kepala Jawatan Imigrasi untuk pertama
kalinya dipegang oleh putra pribumi, yaitu Mr. H.J Adiwinata. Struktur organisasi
jawatan imigrasi meneruskan struktur immigratie dients yang lama, sedangkan
susunan jawatan imigrasi masih sederhana dan berada dalam koordinasi Menteri
Kehakiman, baik operasional-taktis, administratif, maupun organisatoris.

E. Evaluasi
Jelaskan pengertian Keimigrasian dan Sejarah Singkat Keimigrasian di
Indonesia ?

F. Umpan Balik
Apabila saudara telah mampu menjawab pertanyaan diatas dengan benar
maka saudara telah memenuhi kriteria belajar tuntas. Apabila belum, saudara
dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah di uraikan pada
Bab ini.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


20
BAB III
DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI

Setelah membaca bab ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan susunan organisasi
dan struktur organisasi Direktorat Jenderal Imigrasi

Struktur keorganisasian dan tata kerja Direktorat Jenderal Imigrasi seiring


waktu serta tuntutan tugas dan fungsi yang memenuhi kebutuhan masyarakat,
menyesuaikan perkembangan sosiologis Keimigrasian, dan kelembagaan yang
mendukung kebijakan Presiden dalam penyederhanaan birokrasi, telah dilakukan
penyesuaian dan pembaruan secara berkesinambungan ataupun periodesasi
waktu. Struktur kelembagaan serta keorganisasian dan tata kerja terakhir terbarui
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 41 Tahun 2021 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, yang mana mencabut
Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 29 Tahun 2015 dalam Peraturan
Menteri Hukum dan HAM Nomor 24 Tahun 2018.

Sesuai ketentuan organisasi dan tata kerja dalam Peraturan Menteri


Hukum dan HAM Nomor 41 Tahun 2021 terdapat pembaruan signifikan dalam
penyederhanaan struktur jabatan dan tata kerja melalui upaya yang mendorong
penguatan kinerja aparatur pemerintah dan birokrasi, dengan penyelarasan dan
penyetaraan jabatan struktural dalam jabatan fungsional.

Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 41 Tahun 2021,


Direktorat Jenderal Imigrasi mempunyai struktur jabatan terdiri dari:

a. 1 (satu) eselon I sebagai jabatan Pimpinan Tinggi Madya,


b. 7 (tujuh) eselon II sebagai jabatan Pimpinan Tinggi Pratama;
c. 4 (empat) eselon III sebagai jabatan Administrator;
d. 8 (delapan) eselon IV sebagai jabatan Pengawas; dan
e. Koordinator dan Kelompok Jabatan Fungsional.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


21
Berikut bagan struktur organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Imigrasi
berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 41 Tahun 2021:

Gambar 3.1 Struktur Direktorat Jenderal Imigrasi

A. Kedudukan Direktorat Jenderal Imigrasi


1. Direktorat Jenderal Imigrasi berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri.
2. Direktorat Jenderal Imigrasi dipimpin oleh Direktur Jenderal

B. Tugas Direktorat Jenderal Imigrasi


Direktorat Jenderal Imigrasi mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang keimigrasian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

C. Fungsi Direktorat Jenderal Imigrasi


Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Imigrasi
menyelenggarakan fungsi :

1. perumusan kebijakan di bidang pelayanan dan fasilitas Keimigrasian,


penegakan hukum dan keamanan Keimigrasian, kerja sama
Keimigrasian, perlintasan negara, dan teknologi informasi keimigrasian;

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


22
2. pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan dan fasilitas Keimigrasian,
penegakan hukum dan keamanan Keimigrasian, kerja sama
Keimigrasian, perlintasan negara, dan teknologi informasi keimigrasian;
3. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan dan
fasilitas Keimigrasian, penegakan hukum dan keamanan Keimigrasian,
kerja sama Keimigrasian, perlintasan negara, dan teknologi informasi
keimigrasian;
4. pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kebijakan di
bidang pelayanan dan fasilitas Keimigrasian, penegakan hukum dan
keamanan Keimigrasian, kerja sama Keimigrasian, perlintasan negara,
dan teknologi informasi Keimigrasian;
5. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Imigrasi; dan
6. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia.

D. Susunan Organisasi Direktorat Jenderal Imigrasi


Direktorat Jenderal Imigrasi terdiri atas :

1. Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi;


2. Direktorat Lalu Lintas Keimigrasian;
3. Direktorat Izin Tinggal Keimigrasian;
4. Direktorat Intelijen Keimigrasian;
5. Direktorat Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian;
6. Direktorat Kerja Sama Keimigrasian; dan
7. Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian

E. Latihan
1. Direktorat Jenderal Imigrasi mempunyai tugas dan fungsi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, jelaskan fungsi yang
demban Direktorat Jenderal Imigrasi tersebut ?
2. Struktur dan nomenklatur Direktorat Jenderal Imigrasi ditetapkan
melalui Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 41 Tahun 2021,

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


23
coba Saudara jelaskan pendekatan apa yang melatarbelakangi
pembaruan struktur serta keorganisasian dan tata kerja Direktorat
Jenderal Imigrasi ?
3. Bagaimana struktur jabatan Direktorat Jenderal Imigrasi sesuai
tersebut Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 41 Tahun 2021 ?

F. Rangkuman
Struktur kelembagaan Direktorat Jenderal Imigrasi telah terbarui dan
terakhir ditetapkan dalam Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 41
Tahun 2021, yang juga mengatur mengenai kedudukan, tugas dan fungsi
Direktorat Jenderal Imigrasi. Pendekatan adanya penyesuaian dan pebaruan
ini antara lain oleh karena adanya tuntutan tugas dan fungsi yang memenuhi
kebutuhan masyarakat dan pemerintahan, menyesuaikan perkembangan
sosiologis Keimigrasian, dan kelembagaan yang mendukung kebijakan
Presiden dalam penyederhanaan birokrasi.

Sesuai susunan organisasi dan tata kerja tersebut struktur terdiri dari
jabatan struktural dan jabatan fungsional meliputi satu eselon I jabatan
Pimpinan Tinggi Madya, 7 eselon II jabatan Pimpinan Tinggi Pratama, 4
eselon III jabatan Administrator, 8 eselon II jabatan Pengawas, Koordinator
dan Kelompok Jabatan Fungsional.

Selain itu untuk menyesuaikan kondisi terkini dikelurkan Peraturan


Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan
Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI, Nomor : 29 Tahun 2015 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI

G. Evaluasi
Jelaskan Susunan dan Struktural di Direktorat Jenderal Imigrasi ?

H. Umpan Balik
Apabila saudara telah mampu menjawab pertanyaan diatas dengan
benar maka saudara telah memenuhi kriteria belajar tuntas. Apabila belum,
saudara dapat melakukan pendalaman kembali terhadap materi yang telah
di uraikan pada Bab ini.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


24
BAB IV
TUGAS DAN FUNGSI ESELON II
PADA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI

Setelah membaca bab ini, peserta diharapkan dapat menguraikan tugas dan fungsi Direktorat
Jenderal Imigrasi dan Eselon II dilingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi

Bab ini memfokuskan pada materi tugas, fungsi dan susunan organisasi
seluruh eselon II pada Direktorat Jenderal imigrasi berdasarkan Peraturan
Menteri Hukum dan HAM RI No. 41 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Hukum dan HAM, serta Peraturan Menteri Hukum dan HAM
RI No. 42 Tahun 2021 tentang Uraian Fungsi Organisasi Jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama dan Tugas Koordinator Jabatan Fungsional di Lingkungan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia.

A. Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi


1. Tugas
Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi mempunyai tugas memberikan
dukungan manajemen terhadap pelaksanaan tugas satuan organisasi di
lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi.

2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretariat
Direktorat Jenderal berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No.
41 Tahun 2021 menyelenggarakan fungsi :

1) koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran pada


Direktorat Jenderal Imigrasi dan satuan kerja di bawahnya;
2) koordinasi dan fasilitasi pembentukan peraturan perundang-undangan
bidang keimigrasian;
3) pelaksanaan penataan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan reformasi
birokrasi;
4) evaluasi dan penyusunan laporan kinerja;

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


25
5) pengelolaan urusan kepegawaian;
6) pengelolaan urusan keuangan;
7) pengelolaan urusan barang milik negara pada Direktorat Jenderal
Imigrasi dan satuan kerja di bawahnya;
8) pelaksanaan urusan hubungan masyarakat; dan
9) pelaksanaan ketatausahaan, keprotokolan, dan kerumahtanggaan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. 42 Tahun
2021 Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi menyelenggarakan fungsi
pelaksanaan urusan kehumasan di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi.
Dengan pengelompokan uraian fungsi terdiri atas kelompok subtansi
hubungan masyarakat.

3. Susunan Organisasi
Sekretariat Direktorat Jenderal terdiri atas :

1) Bagian Program dan Pelaporan;


2) Bagian Kepegawaian;
3) Bagian Keuangan;
4) Bagian Umum (terdiri atas Subbagian Tata Usaha Pimpinan dan
Protokol, serta Subbagian Rumah Tangga); dan
5) Kelompok Jabatan Fungsional

B. Direktorat Lalu Lintas Keimigrasian


1. Tugas
Direktorat Lalu Lintas Keimigrasian mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan
di bidang pelayanan dokumen perjalanan, visa dan tempat pemeriksaan
imigrasi sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur
Jenderal Imigrasi.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


26
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat Lalu
Lintas Keimigrasian berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No.
41 Tahun 2021 menyelenggarakan fungsi :

1) penyiapan perumusan kebijakan dan koordinasi di bidang verifikasi


dokumen perjalanan, pengelolaan dan analisis dokumen perjalanan,
visa dan tempat pemeriksaan imigrasi;
2) penyiapan penyusunan standardisasi teknis dokumen perjalanan, visa
dan tempat pemeriksaan imigrasi;
3) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang verifikasi
dokumen perjalanan, pengelolaan dan analisis dokumen perjalanan,
dan tempat pemeriksaan imigrasi serta pelayanan visa;
4) pelaksanaan kebijakan di bidang verifikasi dokumen perjalanan,
pengelolaan dan analisis dokumen perjalanan, visa dan tempat
pemeriksaan imigrasi;
5) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang verifikasi dokumen
perjalanan, pengelolaan dan analisis dokumen perjalanan, visa dan
tempat pemeriksaan imigrasi ; dan
6) pelaksanaan ketatausahaan dan kerumahtanggaan serta evaluasi dan
penyusunan laporan Direktorat Lalu Lintas Keimigrasian.
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. 42 Tahun
2021 Direktorat Lalu Lintas Keimigrasian menyelenggarakan uraian fungsi:

1) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian


bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang verifikasi dokumen perjalanan;
2) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang pengelolaan dan analisis dokumen perjalanan;
3) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang visa; dan

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


27
4) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang tempat pemeriksaan imigrasi.
Dengan pengelompokan uraian fungsi Direktotrat Lalu Lintas
Keimigrasian terdiri atas :

a) kelompok substansi verifikasi dokumen perjalanan;


b) kelompok substansi pengelolaan dan analisis dokumen perjalanan;
c) kelompok substansi visa; dan
d) kelompok substansi tempat pemeriksaan imigrasi
3. Susunan Organisasi
1) Subbagian Tata Usaha; dan
2) Kelompok Jabatan Fungsional.

C. Direktorat Izin Tinggal Keimigrasian


1. Tugas
Direktorat Izin Tinggal Keimigrasian mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan
di bidang izin tinggal keimigrasian sesuai dengan kebijakan teknis yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal Imigrasi.

2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Direktorat
Izin Tinggal Keimigrasian berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM
RI No. 41 Tahun 2021 menyelenggarakan fungsi :

1) penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang izin tinggal, alih


status izin tinggal, serta status keimigrasian dan kewarganegaraan;
2) penyiapan penyusunan standardisasi di bidang izin tinggal, alih status
izin tinggal, serta status keimigrasian dan kewarganegaraan;
3) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang izin tinggal, alih
status izin tinggal, serta status keimigrasian dan kewarganegaraan;
4) pelaksanaan kebijakan teknis di bidang izin tinggal, alih status izin
tinggal, serta status keimigrasian dan kewarganegaraan;

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


28
5) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang izin tinggal, alih status
izin tinggal, serta status keimigrasian dan kewarganegaraan; dan
6) pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Direktorat
Izin Tinggal Keimigrasian
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. 42 Tahun
2021 Direktorat Izin Tinggal Keimigrasian menyelenggarakan uraian fungsi :

1) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian


bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang izin tinggal keimigrasian;
2) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang alih status izin tinggal keimigrasian; dan
3) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang status keimigrasian dan kewarganegaraan.
Dengan pengelompokan uraian fungsi Direktorat Izin Tinggal
Keimigrasian terdiri atas :

a) kelompok substansi izin tinggal keimigrasian;


b) kelompok substansi alih status izin tinggal keimigrasian; dan
c) kelompok substansi status keimigrasian dan kewarganegaraan
3. Susunan Organisasi
Direktorat Izin Tinggal Keimigrasian terdiri atas :

1) Subbagian Tata Usaha; dan


2) Kelompok Jabatan Fungsional

D. Direktorat Intelijen Keimigrasian


1. Tugas
Direktorat Intelijen Keimigrasian mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan
teknis dan supervisi, pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di
bidang intelijen keimigrasian sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Imigrasi.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


29
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat
Intelijen Keimigrasian berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI
No. 41 Tahun 2021 menyelenggarakan fungsi :

1) penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang Intelijen Keimigrasian;


2) penyiapan penyusunan standardisasi di bidang Intelijen Keimigrasian;
3) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang Intelijen
Keimigrasian;
4) pelaksanaan kebijakan teknis di bidang Intelijen Keimigrasian;
5) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang Intelijen
Keimigrasian;dan
6) pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Direktorat
Intelijen Keimigrasian.
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. 42 Tahun
2021 Direktorat Intelijen Keimigrasian menyelenggarakan uraian fungsi :

1) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian


bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang penyelidikan dan operasi intelijen keimigrasian;
2) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang pengamanan keimigrasian;
3) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang produksi intelijen keimigrasian; dan
4) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang bimbingan jaringan intelijen.
Dengan pengelompokan uraian fungsi Direktorat Intelijen Keimigrasian
terdiri atas :

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


30
a) kelompok substansi penyelidikan dan operasi intelijen keimigrasian;
b) kelompok substansi pengamanan keimigrasian;
c) kelompok substansi produksi intelijen keimigrasian; dan
d) kelompok substansi bimbingan jaringan intelijen
3. Susunan Organisasi
Direktorat Intelijen Keimigrasian terdiri atas :

1) Subbagian Tata Usaha; dan


2) Kelompok Jabatan Fungsional

E. Direktorat Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian


1. Tugas
Direktorat Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, pelaksanaan pemantauan,
evaluasi dan pelaporan di bidang pengawasan, penyidikan, dan pemberian
tindakan administratif keimigrasian, serta kepatuhan internal keimigrasian
sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Imigrasi

2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat
Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian berdasarkan Peraturan Menteri
Hukum dan HAM RI No. 41 Tahun 2021 menyelenggarakan fungsi :

1) penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang pengawasan,


penyidikan, dan pemberian Tindakan Administratif Keimigrasian, serta
Kepatuhan Internal Keimigrasian;
2) penyiapan penyusunan standardisasi di bidang pengawasan,
penyidikan, dan pemberian Tindakan Administratif Keimigrasian, serta
Kepatuhan Internal Keimigrasian;
3) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan,
penyidikan, dan pemberian Tindakan Administratif Keimigrasian, serta
Kepatuhan Internal Keimigrasian;

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


31
4) pelaksanaan kebijakan teknis di bidang pengawasan, penyidikan,
dan pemberian Tindakan Administratif Keimigrasian, serta Kepatuhan
Internal Keimigrasian;
5) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengawasan,
penyidikan, dan pemberian Tindakan Administratif Keimigrasian, serta
Kepatuhan Internal Keimigrasian; dan
6) pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Direktorat
Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. 42 Tahun 2021
Direktorat Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian menyelenggarakan
uraian fungsi :

1) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian


bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang pengawasan keimigrasian;
2) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang penyidikan keimigrasian;
3) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang pencegahan dan penangkalan; dan
4) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang detensi imigrasi dan deportasi.
Dengan pengelompokan uraian fungsi Direktorat Pengawasan dan
Penindakan Keimigrasian terdiri atas :

a) kelompok substansi pengawasan keimigrasian;


b) kelompok substansi penyidikan keimigrasian;
c) kelompok substansi pencegahan dan penangkalan; dan
d) kelompok substansi detensi imigrasi dan deportasi.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


32
3. Susunan Organisasi
Direktorat Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian terdiri atas :

1) Subbagian Tata Usaha; dan


2) Kelompok Jabatan Fungsional

F. Direktorat Kerja Sama Keimigrasian


1. Tugas
Direktorat Kerja Sama Keimigrasian mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian bimbingan
teknis dan supervisi serta evaluasi di bidang kerja sama keimigrasian
berdasarkan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Imigrasi.

2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat Kerja
Sama Keimigrasian berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No.
41 Tahun 2021mempunyai fungsi :

1) penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang Kerja Sama


Keimigrasian;
2) penyiapan penyusunan standardisasi di bidang Kerja Sama
Keimigrasian;
3) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang kerja sama
keimigrasian;
4) koordinasi dan pelaksanaan kerja sama di bidang keimigrasian;
5) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang Kerja Sama
Keimigrasian;dan
6) pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Direktorat
Kerja Sama Keimigrasian
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. 42 Tahun
2021 Direktorat Kerja Sama Keimigrasian menyelenggarakan uraian fungsi :

1) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian


bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang kerja sama antar lembaga;

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


33
2) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang kerja sama keimigrasian dengan organisasi
internasional;
3) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang kerja sama antar negara; dan
4) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang kerja sama perwakilan asing dan bina perwakilan
Republik Indonesia.
Dengan pengelompokan uraian fungsi Direktorat Kerja Sama
Keimigrasian terdiri atas :

a) kelompok substansi kerja sama keimigrasian antarlembaga;


b) kelompok substansi kerja sama keimigrasian dengan organisasi
internasional;
c) kelompok substansi kerja sama keimigrasian antarnegara; dan
d) kelompok substansi kerja sama keimigrasian perwakilan asing dan
bina perwakilan Republik Indonesia
3. Susunan Organisasi
Direktorat Kerja Sama Keimigrasian terdiri atas :

1) Subbagian Tata Usaha;dan


2) Kelompok Jabatan Fungsional

G. Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian


1. Tugas
Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian mempunyai
tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,
pemberian bimbingan teknis dan supervisi, pelaksanaan pemantauan,
evaluasi dan pelaporan di bidang sistem dan teknologi informasi keimigrasian
sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Imigrasi.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


34
2. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat Sistem
dan Teknologi Informasi Keimigrasian berdasarkan Peraturan Menteri Hukum
dan HAM RI No. 41 Tahun 2021 menyelenggarakan fungsi :

1) penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang sistem dan teknologi


informasi keimigrasian;
2) perencanaan dan pengembangan sistem dan teknologi informasi
keimigrasian;
3) penyusunan standardisasi di bidang sistem dan teknologi informasi
keimigrasian;
4) pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang sistem dan
teknologi informasi keimigrasian;
5) pelaksanaan pemeliharaan dan pengamanan sistem dan teknologi
informasi keimigrasian;
6) pelaksanaan pemanfaatan teknologi informasi keimigrasian;
7) pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang sistem dan teknologi
informasi keimigrasian; dan
8) pelaksanaan urusan ketatausahaan dan kerumahtanggaan Direktorat
Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. 42 Tahun 2021
Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian menyelenggarakan
uraian fungsi :

1) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian


bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang perencanaan dan pengembangan sistem dan
teknologi informasi keimigrasian;
2) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang pemeliharaan dan pengamanan sistem dan
teknologi informasi keimigrasian;
3) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


35
pelaporan di bidang pemanfaatan teknologi informasi keimigrasian;
dan
4) penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan di bidang pengelolaan data.
Dengan pengelompokan uraian fungsi Direktorat Sistem dan Teknologi
Informasi Keimigrasian terdiri atas :

a) kelompok substansi perencanaan dan pengembangan sistem dan


teknologi informasi keimigrasian;
b) kelompok substansi pemeliharaan dan pengamanan sistem dan
teknologi informasi keimigrasian;
c) kelompok substansi pemanfaatan teknologi informasi keimigrasian;
dan
d) kelompok substansi pengelolaan data
3. Susunan Organisasi
Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian terdiri atas :

1) Subbagian Tata Usaha; dan


2) Kelompok Jabatan Fungsional

H. Latihan
1. Direktorat Jenderal Imigrasi mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang keimigrasian, coba anda
uraikan bersama teman terkait tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Imigrasi?
2. Coba anda uraikan tugas dan fungsi 3 unit eselon II di Direktorat Jenderal
Imigrasi ?

I. Rangkuman
Direktorat Jenderal Imigrasi mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang keimigrasian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Dan dalam melaksanakan tugas,
Direktorat Jenderal Imigrasi menyelenggarakan fungsi yang didelegasikan kepada
:

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


36
- Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi
- Direktorat Lalu Lintas Keimigrasian;
- Direktorat Izin Tinggal Keimigrasian;
- Direktorat Intelijen Keimigrasian;
- Direktorat Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian;
- Direktorat Kerja Sama Keimigrasian; dan
- Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian
Dimana dalam dasar dalam melaksanakan fungsi adalah Peraturan Menteri
Hukum dan HAM RI No. 41 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Hukum dan HAM, serta Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI
No. 42 Tahun 2021 tentang Uraian Fungsi Organisasi Jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama dan Tugas Koordinator Jabatan Fungsional di Lingkungan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia.

J. Evaluasi
Uraikan tugas dan Fungsi serta Susunan Organisasi di Direktorat Jenderal
Imigrasi?

K. Umpan Balik
Coba saudara periksa hasil jawaban Saudara pada Evaluasi diatas, apabila
jawaban Saudara sudah tepat maka Saudara dianggap telah mengerti tugas dan
fungsi Eselon II pada Direktorat Jenderal Imigrasi. Apabila belum, saudara dapat
mengulang untuk mempelajari kembali.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


37
BAB V
BENTUK PELAYANAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI

Setelah membaca bab ini, peserta diharapkan dapat menjelaskan penyelenggaraan


pelayanan e-government Direktorat Jenderal Imigrasi

Bab ini memfokuskan pada penerapan pelayanan Direktorat Jenderal


imigrasi dalam bentuk e-government.

A. Penerapan E-Government
Pelayanan publik telah menjadi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan
sosial di negara modern. Kebutuhan pelayanan publik akan melibatkan dua aktor,
yaitu negara sebagai penyedia pelayanan publik dan individu warga negara
sebagai penerima yang menikmati pelayanan publik. Oleh sebab itu, pelayanan
publik memberikan cerminan hubungan antara sebuah negara dengan warga
negaranya. Tuntutan publik pun akhirnya mengharuskan pemerintah untuk
melakukan reformasi pelayanan publik. Caranya dengan meningkatkan mutu dan
kinerja pelayanan publik serta pemberian pelayanan secara menyeluruh. Sehingga
dapat memberikan kepuasan terhadap semua pihak tanpa adanya diskriminasi.
Direktorat Jenderal Imigrasi memiliki 2 (dua) ranah besar dalam pelayanan, yaitu :

1. Pelayanan administrasi; dan


2. Pelayanan Regulasi (kebijakan) untuk mendukung pelayanan
administrasi dan penegakan hukum.
Dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik, Direktorat Jenderal Imigrasi
melakukan usaha pengembangan yang berbasis teknologi dan informasi ke dalam
aspek pemerintahan. Salah satunya dengan menghadirkan suatu alat yang biasa
dikenal dengan istilah electronic government atau biasa disingkat e-government.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


39
B. Bentuk Pelayanan E-Government
Bentuk pelayanan dasar keimigrasian adalah pelayanan paspor biasa dan
izin tinggal. Bentuk paspor biasa ada yang non elektornik dan elektonik (disematkan
chip).

Gambar 5.1 Paspor biasa

Selain itu pelayanan paspor bagi masyarkat dalam kondisi mendesak, yang
memungkinkan tidak bisa menggunakan paspor biasa, yaitu dengan diberikan
Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP).

Gambar 5.2 Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP)

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


40
Bagi warga negara asing diberikan fasilitas dalam bentuk izin tinggal.

Gambar 5.3 Izin Tinggal Keimigrasian

Melalui program e-government, masyarakat bisa merasakan layanan


permohonan administrasi keimigrasian yang disediakan oleh Direktorat Jenderal
Imigrasi berupa aplikasi yang mudah di dapat melalui play store yang tersedia
yang dilaksanakan oleh jajaran Unit Pelaksana Teknis (UPT), yaitu :

1. Pelayanan bagi Warga Negara Indonesia (WNI) yaitu paspor biasa


dengan pelayanan paspor online, dengan aplikasi pendukung dalam
pelayanan paspor online yang disediakan oleh Direktorat Jenderal
Imigrasi seperti APAPO dan M-Paspor.
2. Pelayanan bagi Warga Negara Asing (WNA) yaitu visa online serta
Izin Tinggal dalam bentuk ITAS dan ITAP Online yang bisa membuat
masyarakat Indonesia juga dapat memonitor kedatangan dan ijin tinggal
warga negara asing melalui Program Imigrasi E-Gov Pasti Nyata ini
diharapkan akan semakin meningkatkan kualitas pelaksanaan tugas
dan fungsi imigrasi
3. aplikasi pelaporan orang asing dengan mudah. Selain itu, khususnya
di Kantor Imigrasi seluruh Indonesia sekarang ini ada program Imigrasi
E-Gov Pasti Nyata yang memberikan pengawasan terhadap ijin tinggal
warga negara asing.
Bentuk program-government dalam bentuk penegakan hukum yang
disediakan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi yaitu dalam bentuk pengawasan orang
asing sebagai salah satu rangkaian kegiatan pada dasarnya telah dimulai dan
dilakukan oleh perwakilan Indonesia di luar negeri ketika menerima permohonan
visa. Pengawasan selanjutnya dilaksanakan oleh pejabat imigrasi di Tempat

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


41
Pemeriksaan Imigrasi (TPI), ketika pejabat imigrasi dengan kewenangannya yang
otonom memutuskan untuk menolak atau memberikan izin masuk, kemudian
diberikan izin tinggal sesuai dengan visa yang dimilikinya melalui aplikasi yang
Border Control Management (BCM). Selanjutnya pengawasan beralih ke kantor
imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang asing tersebut. Dalam
menghadapi implikasi dari kebijakan bebas visa kunjungan. Direktorat Jenderal
Imigrasi melakukan pengawasan keimigrasian yang dilakukan dengan cara :

1. Pengawasan secara administratif, yaitu:


a. Dilakukan pada saat permohonan visa meliputi: pemeriksaan
kebenaran penjamin, berkas permohonan, rekomendasi/ izin
dari instansi terkait.
b. Saat masuk dan keluar wilayah Indonesia meliputi: paspor yang
sah dan masih berlaku, visa/izin tinggal, tiket kembali.
c. Pemberian dan perpanjangan perijinan keimigrasian di Kantor
Imigrasi seluruh Indonesia (125 Kantor Imigrasi) meliputi:
pemeriksaan penjamin, pemeriksaan domisili, pemeriksaan
kegiatan orang asing, rekomendasi/izin dari instansi terkait.
2. Pengawasan lapangan, yaitu dilakukan dengan melakukan pengecekan
terhadap keberadaan dan kegiatan orang asing selama berada di
Indonesia meliputi: hotel, tempat hiburan, perusahaan-perusahaan
yang mempekerjakan tenaga kerja asing, dan tempat lain yang diduga
terdapat kegiatan orang asing. Selain itu, keimigrasian juga melakukan
upaya dalam rangka pengawasan terhadap penyalahgunaan izin oleh
orang asing di Indonesia di berbagai sektor khususnya sektor informal,
antara lain:
a. Peningkatan pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen
Keimigrasian yakni Border Control Management (BCM) dan
Aplikasi Pelaporan Orang Asing (APOA)
b. Operasi POA (rutin/insidentil) dilakukan oleh Kanim di seluruh
Indonesia.
c. Membentuk Sekretariat TIMPORA di Ditjen Imigrasi, kanwil
Kemenkumham, dan Kanim seluruh wilayah Indonesia baik di
tingkat pusat, provinsi, kabupaten, dan kota.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


42
C. Latihan
1. Direktorat Jenderal Imigrasi memiliki 2 (dua) ranah pelayanan yaitu
pelayanan administrasi dan pelayanan regulasi, coba anda jelaskan
bersama teman terkait ranah pelayanan Direktorat Jenderal Imigrasi ?
2. Coba anda jelaskan bentuk penerapan e-government Direktorat
Jenderal Imigrasi?

D. Rangkuman
Direktorat Jenderal Imigrasi memiliki 2 (dua) ranah besar dalam pelayanan,
yaitu: Pelayanan administrasi; dan Pelayanan Regulasi (kebijakan) untuk
mendukung pelayanan administrasi dan penegakan hukum. Bentuk program
e-government yang dibuat dalam mendukung pelayanan administrasi keimigrasian
yaitu dengan penyediaan pelayanan paspor online, visa online dan Izin tinggal (ITAS
dan ITAP online). Selain itu Direktorat Jenderal Imigrasi melakukan pengawasan
kepada WNA mulai dari pengajuan visa sampai keberadaan mereka berada di
Indonesia.

E. Evaluasi
Jelaskan bentuk penerapan e-government Direktorat Jenderal Imigrasi ?

K. Umpan Balik
Coba saudara periksa hasil jawaban Saudara pada Evaluasi diatas, apabila
jawaban Saudara sudah tepat, maka Saudara dianggap telah mengerti penerapan
e-government pada Direktorat Jenderal Imigrasi. Apabila belum, saudara dapat
mengulang untuk mempelajari kembali.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


43
BAB VI
PENUTUP

Di Bab penutup ini akan disampaikan kesimpulan dari isi modul ini. Dan
diharapkan peserta selalu up-date terkait informasi pekembangan dan perubahan
organisasi dan tata laksana di jajaran Direktorat Jenderal Imigrasi.

A. Kesimpulan
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang
Keimigrasian yang menyebutkan “Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang
yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka
menjaga tegaknya kedaulatan negara.

Terkait sejarah Keimigrasian bahwa era Republik Indonesia Serikat


merupakan momen puncak dari sejarah panjang perjalanan pembentukan lembaga
keimigrasian di Indonesia. Di era inilah dinas imigrasi produk Hindia Belanda
diserahterimakan kepada pemerintah Indonesia pada tanggal 26 Januari 1950.
Di mana pada tanggal tersebut di peringati sebagai Hari Ulang Tahun Imigrasi
Indonesia.

Kepala Jawatan Imigrasi untuk pertama kalinya dipegang oleh putra


pribumi, yaitu Mr. H.J Adiwinata. Struktur organisasi jawatan imigrasi meneruskan
struktur immigratie dients yang lama, sedangkan susunan jawatan imigrasi masih
sederhana dan berada dalam koordinasi Menteri Kehakiman, baik operasional-
taktis, administratif, maupun organisatoris.

Perkembangannya Keimigrasian di Indonesia di dukung dengan di buatnya


Undang-Undang Keimigraian diantaranya Undang-Undang No. 9 Tahun 1992
tentang Keimigraian, yang di perbaharui lagi sesuai perkembangan jaman dengan
Undang-Undang Keimigrasian no. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

Terkait pengelolaan Organisasi dan Tata Kelolanya serta dengan Kedudukan,


tugas dan fungsinya Direktorat Jenderal Imigrasi di atur dalam Peraturan Menteri
Hukum dan HAM RI No. 41 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


45
Kementerian Hukum dan HAM, serta Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI
No. 42 Tahun 2021 tentang Uraian Fungsi Organisasi Jabatan Pimpinan Tinggi
Pratama dan Tugas Koordinator Jabatan Fungsional di Lingkungan Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia. Serta bentuk penerapan pelayanan keimigrasian
dalam bentuk e-government.

Akhirnya kami menyampaikan selamat belajar dalam rangka memahami


bahan ajar Muatan Teknis Substansi Lembaga (MTSL) Direktorat Jenderal Imigrasi
dengan seksama, sehingga akan memperoleh hasil yang memuaskan.

B. Tindak Lanjut
Materi Muatan Teknis Subtansi Direktorat Jenderal Imigrasi yang dituangkan
di dalam modul ini dirancang untuk diklat e-learning sehingga dapat melaksanakan
tugas dengan benar. Selain ini, peserta diharapkan dapat menggali Struktur
Direktorat Jenderal Imigrasi dari berbagai sumber lain karena tidak menutup
kemungkinan seiring perkembangan jaman dan kebutuhan dalam melengkapi
struktur Organisasi akan keluar peraturan-peraturan terbaru.

Untuk lebih jauh mengetahui tentang kelembagaan di Direktorat Jenderal


Imigrasi bisa dilihat dalam laman resmi Direktorat Jenderal Imigrasi www.imigrasi.
go.id. Atau buku-buku pustaka atau jurnal tentang Keimigrasian.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


46
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 29 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI, Nomor : 29 Tahun 2015 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 30 Tahun 2017 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI, Nomor : 29 Tahun 2015
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 24 Tahun 2018 tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI, Nomor : 29 Tahun 2015
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 41 Tahun 2021 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Hukum dan HAM RI

Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 42 Tahun 2021 tentang Uraian Fungsi
Jabaan Pimpinan Tinggi Pratama dan Tugas Koordinator Fungsional di
Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum dan HAM, Lintas Sejarah Imigrasi
Indonesia, Jakarta, 2005

https://id.wikipedia.org/wiki/Imigrasi

https://kbbi.web.id/imigrasi

https://news.detik.com/wawancara/d-3345371/herawati-sudoyo-secara-genetik-
asal-usul-orang-indonesia-itu-beragam/1

http://www.imigrasi.go.id/index.php/profil/sejarah

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


47
GLOSARIUM

APAPO : Aplikasi Pendaftaran Antrian Paspor Online (APAPO)


adalah aplikasi yang dikembangkan oleh Direktorat
Jenderal Imigrasi untuk memudahkan masyarakat
dalam pengurusan paspor dengan antrian berbasis
waktu
APOA : Aplikasi Pelaporan Orang Asing
BCM (Border : adalah Sistem Manajemen Pengawasan Wilayah
Control Perbatasan berbasis teknologi informasi dan
Management) komunikasi untuk menangani seluruh kegiatan
perlintasan orang di Tempat Pemeriksaan Imigrasi
calling visa : persetujuan visa oleh Dirjen imigrasi atau pejabat
yang ditunjuk berdasarkan hasil penilaian terhadap
permohonan warga negara asing dari negara tertentu
yang ditetapkan oleh tim yang ditunjuk dan ditinjau
dari berbagai aspek, meliputi sosial, politik, keamanan
negara, dan aspek keimigrasian
clearence house : sebuah forum rapat khusus yang bertugas memberikan
penilaian pada pengajuan visa dari WNA yang berasal
dari negara-negara subjek calling visa
immigratie dients : Dinas Imigrasi, atau sekarang Direktorat Jenderal
Imigrasi beserta jajarannya
intelligent : yaitu sistem ”cerdas” yang mampu mengenali tulisan
character tangan dan menterjemahkannya kedalam kode atau
recognition (ICR) simbol digital yang ”dimengerti” (diedit, disimpan) oleh
komputer
IOM : International Organization for Migration atau Organisasi
Internasional untuk Migrasi, IOM adalah organisasi
antarpemerintah utama di bidang migrasi

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


49
ITAS : Izin Tinggal Sementara adalah izin yang diberikan
kepada Orang Asing untuk tinggal dan berada di
Wilayah Indonesia untuk jangka yang terbatas.
ITAP : Izin Tinggal Tetap p adalah izin yang diberikan kepada
Orang Asing tertentu untuk bertempat tinggal dan
menetap di Wilayah Indonesia sebagai penduduk
Indonesia
Kejahatan : perbuatan yang secara internasional diakui sebagai
Internasional kejahatan
Kejahatan : kejahatan terorganisasi yang terjadi lintas perbatasan
transnasional negara dan melibatkan kelompok atau jaringan yang
bekerja di lebih dari satu negara untuk merencanakan
dan melaksanakan bisnis ilegal
M-Paspor : Aplikasi M-Paspor merupakan aplikasi yang
dapat digunakan oleh masyarakat untuk
pengajuan permohonan paspor baru dan
penggantian paspor secara online
prosperity : Pendekatan ekonomi atau kesejahteraan
approach
Resiprokal/ asas : Asas kesetaraan, Asas timbal balik antar elabuh atau
Resiprokal antar negara
Rudenim : Rumah Detensi Imigrasi adalah unit pelaksana teknis
yang menjalankan Fungsi Keimigrasian sebagai tempat
penampungan sementara bagi Orang Asing yang
dikenai Tindakan Administratif Keimigrasian
security approach : Pendekatan Keamanan

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


50
selective policy : Kebijakan Selektitif, hanya orang-orang asing yang
dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat,
bangsa dan Negara Republik Indonesia serta tidak
membahayakan keamanan dan ketertiban serta tidak
bermusuhan baik terhadap rakyat, maupun Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang
diizinkan masuk atau ke luar wilayah Indonesia.
TIMPORA (Tim : adalah tim yang terdiri dari instansi dan/atau lembaga
Pengawasan pemerintah yang mempunyai tugas dan fungsi terkait
Orang Asing) dengan keberadaan dan kegiatan Orang Asing
TPI : Tempat Pemeriksaan Imigrasi, di Pos perbatasan,
elabuhan laut maupun di bandara
WNA : Warga negara asing merupakan seseorang yang tinggal
dan menetap di sebuah negara tertentu namun bukan
berasal dari negara tersebut
WNI : Warga Negara Indonesia, adalah orang yang diakui
oleh Undang-Undang sebagai warga negara Republik
Indonesia

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


51
Lampiran Jawaban

Bab II
Jelaskan pengertian Keimigrasian dan Sejarah Keimigrasian di Indonesia ?

“Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar
Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya
kedaulatan negara.

Sejarah Keimigrasian dibagi menjadi beberapa era :

Pada saat masa penjajahan Belanda, untuk mengatur masuknya orang


yang didatangkan dari berbagai negara, maka pemerintah kolonial pada tahun
1913 membentuk Kantor Sekretaris Komisi Imigrasi. Kebijakan keimigrasian yang
ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda adalah politik pintu terbuka (opendeur
politiek).

Era Republik Indonesia Serikat merupakan momen puncak dari sejarah


panjang perjalanan pembentukan lembaga keimigrasian di Indonesia. Di era
inilah dinas imigrasi produk Hindia Belanda diserahterimakan kepada pemerintah
Indonesia pada tanggal 26 Januari 1950.

Kepala Jawatan Imigrasi untuk pertama kalinya dipegang oleh putra


pribumi, yaitu Mr. H.J Adiwinata. Struktur organisasi jawatan imigrasi meneruskan
struktur immigratie dients yang lama, sedangkan susunan jawatan imigrasi masih
sederhana dan berada dalam koordinasi Menteri Kehakiman, baik operasional-
taktis, administratif, maupun organisatoris.

Pada dasawarsa imigrasi tepatnya 26 Januari 1960, jawatan imigrasi telah


berhasil mengembangkan organisasinya dengan pembentukan Kantor Pusat
Jawatan Imigrasi di Jakarta, 26 kantor imigrasi daerah, 3 kantor cabang imigrasi,
1 kantor inspektorat imigrasi dan 7 pos imigrasi di luar negeri. Di bidang sumber
daya manusia (SDM) keimigrasian, pada bulan Januari 1960 jumlah total pegawai
jawatan imigrasi telah meningkat menjadi 1.256 orang yang kesemuanya putra-
putri Indonesia, mencakup pejabat administratif dan pejabat teknis keimigrasian.

Era pemerintahan Orde Baru memberikan kontribusi besar terhadap

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


53
pemantapan lembaga keimigrasian, walaupun dalam pelaksanaannya mengalami
beberapa kali penggantian induk organisasi. Pada tanggal 3 November 1966
ditetapkan kebijakan tentang Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas
Departemen, yang mengubah kelembagaan Direktorat Imigrasi sebagai salah satu
pelaksana utama Departemen Kehakiman menjadi Direktorat Jenderal Imigrasi
yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Imigrasi.

Di masa Orde Baru ini yang tidak bisa dilupakan adalah lahirnya Undang-
Undang Keimigrasian baru yaitu Undang Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang
Keimigrasian.

Pada Era Reformasi hingga saat ini Direktorat Jenderal Imigrasi dalam
rangka menghadapi masalah dan perkembangan dalam dan luar negeri , telah
melakukan beberapa program kerja sebagai berikut :

Penyempurnaan Peraturan Perundang-Undangan dengan keluarnya


Undang-undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

Kelembagaan
Ketatalaksanaan
Sumber Daya Manusia
Sarana dan Prasarana
Pengaturan Keimigrasian

Bab III
Jelaskan Susunan dan Struktural di Direktorat Jenderal Imigrasi ?

Bab IV
Uraikan tugas dan Fungsi serta Susunan Organisasi di Direktorat Jenderal
Imigrasi?

Ditjenim mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan


kebijakan di bidang keimigrasian sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Dan fungsi Direktorat Jenderal Imigrasi diatur dalam Peraturan Menteri Hukum
dan HAM RI No. 41 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Hukum dan HAM, serta Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No. 42 Tahun 2021
tentang Uraian Fungsi Organisasi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dan Tugas
Koordinator Jabatan Fungsional di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


54
Untuk melaksanakan tugas Direktorat Jenderal Imigrasi menyelenggarakan
fungsi :

perumusan kebijakan; pelaksanaan kebijakan; pemberian bimbingan teknis


dan supervisi; pelaksanaan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kebijakan
di bidang pelayanan dan fasilitas keimigrasian, penegakan hukum dan
keamanan keimigrasian, kerja sama keimigrasian, perlintasan negara,
dan teknologi informasi keimigrasian pelaksanaan administrasi Direktorat
Jenderal Imigrasi; dan pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia..

Susunan struktural di Direktorat Jenderal Imigrasi yaitu :

Sekretariat Direktorat Jenderal Imigrasi;


Direktorat Lalu Lintas Keimigrasian;
Direktorat Izin Tinggal Keimigrasian;
Direktorat Intelijen Keimigrasian;
Direktorat Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian;
Direktorat Kerja Sama Keimigrasian; dan
Direktorat Sistem dan Teknologi Informasi Keimigrasian

Bab V
Bentuk penerapan e-government yang dibuat dalam mendukung pelayanan
administrasi keimigrasian yaitu dengan penyediaan pelayanan paspor online,
visa online dan Izin tinggal (ITAS dan ITAP online). Selain itu Direktorat Jenderal
Imigrasi melakukan pengawasan kepada WNA mulai dari pengajuan visa sampai
keberadaan mereka berada di Indonesia.

MODUL DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI


55

Anda mungkin juga menyukai