Proposal penelitian ini membahas hubungan antara upaya pencegahan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Tangerang Selatan. Tujuannya adalah mengetahui kekuatan hubungan antara penerapan 4M plus, pengelolaan sampah, perilaku masyarakat, dan pelayanan kesehatan terhadap kejadian DBD di wilayah Puskesmas Pamulang. Hasilnya diharapkan bermanfaat untuk masyarakat, puskesmas, dan peneliti.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan9 halaman
Proposal penelitian ini membahas hubungan antara upaya pencegahan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Tangerang Selatan. Tujuannya adalah mengetahui kekuatan hubungan antara penerapan 4M plus, pengelolaan sampah, perilaku masyarakat, dan pelayanan kesehatan terhadap kejadian DBD di wilayah Puskesmas Pamulang. Hasilnya diharapkan bermanfaat untuk masyarakat, puskesmas, dan peneliti.
Proposal penelitian ini membahas hubungan antara upaya pencegahan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Tangerang Selatan. Tujuannya adalah mengetahui kekuatan hubungan antara penerapan 4M plus, pengelolaan sampah, perilaku masyarakat, dan pelayanan kesehatan terhadap kejadian DBD di wilayah Puskesmas Pamulang. Hasilnya diharapkan bermanfaat untuk masyarakat, puskesmas, dan peneliti.
Proposal penelitian ini membahas hubungan antara upaya pencegahan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Tangerang Selatan. Tujuannya adalah mengetahui kekuatan hubungan antara penerapan 4M plus, pengelolaan sampah, perilaku masyarakat, dan pelayanan kesehatan terhadap kejadian DBD di wilayah Puskesmas Pamulang. Hasilnya diharapkan bermanfaat untuk masyarakat, puskesmas, dan peneliti.
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9
PROPOSAL PENELITIAN
HUBUNGAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP KEJADIAN
PENYAKIT DBD PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2023 Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Metodologi Penelitian Dosen Pengampu: Narila Mutia Nasir, SKM, MKM, Ph.D, Izza Hananingtyas, SKM, M.Kes, Meliana Sari, SKM, MKM, Dr. Yuli Amran, MKM.
Disusun oleh: Reo Kencana (11211010000059) 4B
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA JULI/2023 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang muncul terutama di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina yang umumnya menyerang manusia (Akbar and Maulana Syaputra, 2019). DBD dapat menimbulkan gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, nyeri sendi, dan ruam kulit. Jika tidak ditangani dengan cepat, DBD dapat menjadi sangat berbahaya bahkan mematikan. Terjadinya demam berdarah telah meningkat secara signifikan di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Menurut WHO, jumlah kasus yang dilaporkan telah meningkat dari 505.430 pada tahun 2000 menjadi 5,2 juta pada tahun 2019. Namun, jumlah kasus yang sebenarnya mungkin lebih tinggi karena sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala atau ringan dan tidak diobati, yang menyebabkan kurangnya pelaporan. Saat ini, penyakit ini telah menyebar luas di lebih dari 100 negara yang terletak di kawasan Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat WHO. Wilayah Amerika, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat paling terpukul, dengan Asia menyumbang sekitar 70% dari beban penyakit global. (World Health Organization, 2023) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan dan ancaman di Indonesia. Tidak hanya pada sektor kesehatan, penyakit ini dapat berdampak pada sektor sosial serta ekonomi masyarakat. Menurut laporan Kementerian Kesehatan pada tahun 2022 terjadi peningkatan kasus DBD saat musim hujan. Tercatat jumlah kumulatif kasus Dengue di Indonesia sampai dengan minggu ke-22 dilaporkan 45.387 kasus dengan jumlah kematian akibat DBD mencapai 432 kasus. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, di tahun 2022, jumlah kasus dengue mencapai 131.265 kasus yang mana sekitar 40% adalah anak-anak usia 0-14 tahun. Sementara, jumlah kematiannya mencapai 1.135 kasus dengan 73% terjadi pada anak usia 0-14 tahun. (Kementrian Kesehatan RI, 2022).
Kota Tangerang Selatan menjadi salah satu daerah endemis DBD d
Indonesia. Jumlah kasus DBD di Tangerang Selatan selama tahun 2017 sampai 2019 berfluktuasi dan cenderung meningkat. Kasus DBD yang tercatat di Tangerang Selatan masing-masing sebanyak 245, 484, dan 417. Jumlah kasus tersebut menurun dibandingkan tahun 2016 sebanyak 655 kasus (Astuti et al., 2022). Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mencatat ada 577 kasus demam berdarah dengue (DBD) yang terjadi di Tangsel sejak Januari 2022. Perinciannya, ada sebanyak 128 kasus DBD di Kecamatan Pamulang, 104 kasus di Kecamatan Pondok Aren, 97 kasus di Kecamatan Serpong, dan 86 kasus di Kecamatan Ciputat Timur. Lalu sebanyak 71 kasus di Kecamatan Serpong Utara, 60 kasus di Kecamatan Ciputat, dan 31 kasus tercatat di Kecamatan Setu. Pelayanan kesehatan menjadi perhatian dalam faktor penyakit DBD. pelayanan kesehatan dapat bergerak dalam aspek promotif maupun preventif. Hal-hal seperti pemberantasan vektor terdorong dari fogging, abatisasi, pengawasan kualitas lingkungan, dan pembersihan sarang nyamuk (PSN). Untuk memerangi DBD melalui PSN, memberikan penyuluhan yang intensif kepada masyarakat merupakan langkah penting. Isi dari pesan penyuluhan tersebut meliputi pengenalan tanda-tanda, gejala, dan cara pencegahan penularan DBD di rumah dan lingkungan masing-masing, yang disesuaikan dengan pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat. Pengajian dan pertemuan warga bisa menjadi sarana untuk penyuluhan, sedangkan penyuluhan massal bisa dilakukan melalui media massa seperti TV, radio, majalah, dan surat kabar. Melalui langkah ini, petugas penyuluh kesehatan dari puskesmas menjadi garda terdepan dalam upaya pemberantasan DBD (Umardiono, Andriati and Haryono, 2019). Risiko yang terkait dengan Demam Berdarah dapat dikaitkan dengan faktor lingkungan seperti penerapan perilaku 4M Plus, pengelolaan sampah, dan peran kader kesehatan dalam mengatasi masalah Demam Berdarah. Pencegahan Demam Berdarah dapat dilakukan dengan mengubah perilaku masyarakat untuk mengutamakan kebiasaan hidup bersih agar terhindar dari berbagai penyakit. 4M Plus merupakan program yang berisi kegiatan berupa menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, mengubur dan menyingkirkan barang bekas, memantau keberadaan jentik dan pengelolaan lingkungan berlanjut seperti meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan dan sebagainya. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk melakukan gerakan 4M Plus dan kesadaran mengelola lingkungan, kasus DBD akan menurun dengan sendirinya (Suantara et al., 2022). Faktor lingkungan lainnya yang mempengaruhi penyakit DBD selain faktor penerapan 4M plus yaitu pengelolaan sampah. Tindakan pengelolaan sampah rumah tangga yang tidak benar dapat menjadi sarang nyamuk. Cara mengolah sampah dengan dibakar, ditimbun dan dibuang ke sungai adalah cara yang kurang benar. Kebiasaan masyarakat membakar sampah dengan menunggu sampah terkumpul banyak dan cukup untuk dibakar. Upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka kejadian DBD diantaranya PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) seperti pemeriksaan jentik dan upaya pencegahan DBD dengan 4M Plus untuk menurunkan angka kejadian DBD. Tujuan dari program ini adalah menekan penyebaran virus dengue dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang cara pencegahan DBD. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai hubungan upaya pencegahan DBD dengan kejadian kasus DBD di Kota Tangerang Selatan. Oleh karena itu, penting untuk melakukan evaluasi pelaksanaan di Puskesmas Pamulang untuk mendapatkan gambaran antara program pencegahan DBD dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Ciputat pada tahun 2023. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan jenis penyakit yang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Kondisi lingkungan yang memungkinkan perkembangbiakan vektor nyamuk DBD dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penularan penyakit DBD. Maka perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan dalam memutus rantai penyebaran DBD dan seberapa efektif upaya pencegahan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus DBD di wilayah Puskesmas Pamulang Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara upaya pencegahan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Tangerang Selatan.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan upaya pencegahan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Tangerang Selatan. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui hubungan penerapan 4M plus terhadap kejadian DBD di wilayah Puskesmas Pamulang. b. Mengetahui hubungan antara pengelolaan sampah terhadap kejadian DBD di wilayah Puskesmas Pamulang. c. Mengetahui kekuatan hubungan antara faktor perilaku terhadap kejadian DBD di wilayah Puskesmas Pamulang. d. Mengetahui kekuatan hubungan faktor pelayanan kesehatan terhadap kejadian DBD di wilayah Puskesmas Pamulang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada masyarakat terhadap kejadian penyakit dan pencegahan penyakit DBD di wilayah Puskesmas Pamulang.\
1.4.2 Manfaat Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi untuk evaluasi program pencegahan penyakit DBD di wilayah Puskesmas Pamulang
1.4.3 Manfaat Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
serta pengalaman peneiliti dalam menganalisis masalah kesehatan kedepannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
AgungPurnamaNagaring - 4E - HUBUNGAN ANTARA PERILAKU KESEHATAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPIRING KECAMATAN CEPIRING KABUPATEN KENDAL