Tugas SP Singgih Prambudi 1 (Bu Melly)
Tugas SP Singgih Prambudi 1 (Bu Melly)
Tugas SP Singgih Prambudi 1 (Bu Melly)
DASAR EPIDMIOLOGI
Dosen Pengampu :
MELLIA FRANSISKA, SKM, M.KES
Disusun oleh :
Singgih Prambudi
(2110004132069)
TUGAS PTM 1
EPIDEMIOLOGI SECARA UMUM
1. Jelaskanlah sejarah dan perkembangan ilmu epidemiologi!
Jawaban :
Jawaban :
3 hal yang bersifat pokok dalam epidemiologi
1. Epidemiologi Deskriptif
2. Epidemiologi Analitik
3. Epidemiologi Eksperimental
Jawaban :
Jawaban :
TUGAS PTM 3
Contoh Kasus
1 x
x 2
x3x
x4x
5
x6
7 x
x8x
x 9 x
1 Januari 31 Desember
2011 2011
Jawaban :
Jumla h penderita anak −anak
Rasio =
Jumla h penderita dewasa
12
Rasio =
20
Rasio = 0,6
Jawaban :
Prevalensi
jumla h kasus pada periode tertentu
Pr e valens=
jumla hindividu dalam populasi yang ses uaidengan numerator
150
Pr e valens= =0,000375
400000
70
Pr e valens= =0,058
1200
50
Pr e valens= =0,042
1200
30
IR= ×1000=25
1200
Yang berarti insiden kanker payudara = 25 kasus per 1000 orang per tahun
10
IR= ×1000=8 , 3
1200
Yang berarti insiden TBC = 8,3 kasus per 1000 orang per tahun
30
Pr e valens= =0,025
1200
TUGAS PTM 4
SKRINING DAN PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI
500 orang yang pernah panas (lebih dari 5 hari) yang diduga tipus. Untuk
mengonfirmasi ini dilakukan terhadap mereka tes Widal dan ternyata diantaranya
yang menunjukkan positif adalah 400 orang. Sebaliknya pada kelompok 100
orang lain setempat yang tidak pernah mengeluh panas yang patut diduga
terkontaminasi ternyata pada pemeriksaan tes Widal juga menunjukkan positif
pada 50 orang diantara mereka.
Pertanyaan:
true positif
Sensitivitas= × 100 %
true positif + false negatif
400
Sensitivitas= ×100 %=88 , 8 %
400+50
100
Spesifistas= ×100 %=66 ,67 %
100+ 50
Jawab : 50 kasus
true positif
prediktif positif = ×100 %
true positif + false positif
400
prediktif positif = ×100 %=88 ,8 %
400+ 50
100
prediktif negatif = × 100 %=66 , 67 %
100+50
b. Berapa nilai prediktif positif tes sediaan darah malaria pada peristiwa
letupan ini?
true positif
prediktif positif = ×100 %
true positif + false positif
600
prediktif positif = ×100 %=85 , 71 %
600+100
c. Berapa nilai sensitivitas tes sediaan darah tebal pada peristiwa letupan
malaria ini?
true positif
Sensitivitas= × 100 %
true positif + false negatif
600
Sensitivitas= × 100 %=85 , 71 %
600+100
d. Berapa jumlah kasus false positif pada semua data yang diteliti?
Jawab : 100 kasus
e. Berapa jumlah kasus false negatif pada semua data yang diteliti?
1. Jelaskanlah apa yang dimaksud dengan data dan dimana data tersebut
dapat diperoleh!
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang
melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002: 58).
Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang telah diperoleh
yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu, buku, dan lain
sebagainya.
Kekurangan Wawancara
1. Mendapatkan Informasi yang Cenderung Subjektif
Data atau informasi hasil wawancara memang berasal dari orang lain
sebagai pihak narasumber. Karena berasal dari sudut pandang dan pola pikir
orang lain, seringkali data tersebut bersifat subjektif. Apalagi jika pewawancara
menggunakan metode wawancara tidak terstruktur, maka kecenderungan data
bersifat subjektif menjadi makin besar. Namun, hal ini juga bergantung pada
bagaimana narasumber memaknai hal tersebut.
2. Sangat Bergantung pada Keterampilan Pewawancara
Poin ini menjadi salah satu hal yang perlu Anda pertimbangkan kembali
ketika berbicara kelebihan dan kekurangan wawancara. Proses wawancara sangat
bergantung pada keterampilan pewawancara untuk menciptakan suasana yang
interaktif dan tidak monoton. Pewawancara harus memiliki kemampuan
berbahasa, berbicara, dan berkomunikasi yang baik agar bisa mengembangkan
topik untuk memperoleh informasi lebih mendalam.
3. Kekurangan Wawancara Membutuhkan Biaya Besar
Ketika Anda ingin melakukan kegiatan wawancara untuk memperoleh
suatu informasi, maka harus siap mengeluarkan biaya yang lebih besar. Biaya ini
biasanya terkait dengan akomodasi baik dari pewawancara ataupun narasumber.
4. Ada Kemungkinan Terjadi Multitafsir yang Menjadi Kekurangan Wawancara
Salah satu hal yang juga perlu Anda pertimbangkan sebelum melakukan
kegiatan wawancara adalah terjadinya kesalahan multitafsir. Jika sering terjadi
miss komunikasi atau multitafsir pada kegiatan wawancara, sebaiknya Anda
melakukan evaluasi kembali mengenai pertanyaan ataupun teknisnya.
5. Melakukan Wawancara Harus Berdasarkan Perjanjian
Melakukan proses wawancara tidak bisa sembarangan, melainkan harus
melalui beberapa tahap diantaranya perencanaan, perizinan, dan sebagainya.
Selain itu, hal-hal lain seperti waktu dan tempat juga harus mendapatkan
persetujuan dari kedua belah pihak. Oleh karena itu, sebelum memulai kegiatan
wawancara Anda harus mempersiapkannya secara matang.
OBSERVASI
A. Kelebihan Metode Observasi
Metode observasi sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
siswa sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Menyajikan media obyek secara nyata tanpa manipulasi. Mudah
pelaksanaanya. Siswa akan merasa tertantang sehingga dapat meningkatkan
aktivitas siswa. Siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi.
Memungkinkan pengembangan sifat ilmiah dan menimbulkan semangat
ingin tahu siswa.
a d
¿= x
b c
5 17
¿= x
4 16
85
¿=
64
¿ ≈ 1,3281
Dalam kasus ini, jumlah kasus baru dalam kelompok perokok adalah 80
orang, dan total populasi dalam kelompok perokok adalah 1000 orang.
Maka:
80
Insiden pada kelompok perokok = x 1000 = 80 per 1000 orang atau 8
1000
per 100 orang. Jadi tingkat insiden hipertensi pada kelompok perokok
adalah 8 per 100 orang
30
Insiden pada kelompok perokok = x 1000 = 30 per 1000 orang atau 3
1000
per 100 orang. Jadi, tingkat insiden hipertensi pada kelompok yang bukan
perokok adalah 3 per 100 orang.
Jawaban:
Dalam kasus ini, insiden pada kelompok perokok adalah 8 per 100 orang,
dan insiden pada kelompok bukan perokok adalah 3 per 100 orang.
8 3 8
RR = ÷ = atau 2,67. Hal ini berarti perokok yang hipertensi
100 100 3
memiliki risiko sekitar 2,67 kali lebih tinggi untuk mengalami hipertensi
dibandingkan dengan bukan perokok.
TUGAS PTM 7
Jawaban :
Studi potong lintang merupakan rancangan studi yang cocok, efisien dan cukup kuat
disegi metodologik. Selain itu seperti penelitian observasional lainnya, studi potong
lintang tidak “memaksa” subjek untuk mengalami factor yang diperkirakan bersifat
merugikan kesehatan (factor resiko). Demikian pula, tidak ada subjek yang kehilangan
kesempatan memperoleh terapi yang diperkirakan bermanfaat, bagi subjek yang
kebetulan menjadi control.
b. Tentukanlah jumlah:
Jawaban : Hipertensi
Jawaban : Merokok
Jawaban:
Dalam kasus ini, jumlah kasus baru dalam kelompok perokok adalah 80
orang, dan total populasi dalam kelompok perokok adalah 1000 orang.
Maka:
80
Insiden pada kelompok perokok = x 1000 = 80 per 1000 orang atau 8
1000
per 100 orang. Jadi tingkat insiden hipertensi pada kelompok perokok
adalah 8 per 100 orang
Sementara itu, untuk kelompok yang bukan perokok:
30
Insiden pada kelompok perokok = x 1000 = 30 per 1000 orang atau 3
1000
per 100 orang. Jadi, tingkat insiden hipertensi pada kelompok yang bukan
perokok adalah 3 per 100 orang.
Jawaban:
Dalam kasus ini, insiden pada kelompok perokok adalah 8 per 100 orang,
dan insiden pada kelompok bukan perokok adalah 3 per 100 orang.
8 3 8
RR = ÷ = atau 2,67. Hal ini berarti perokok yang hipertensi
100 100 3
memiliki risiko sekitar 2,67 kali lebih tinggi untuk mengalami hipertensi
dibandingkan dengan bukan perokok.
a. Cross sectional
Jawaban :
b. Case control
Jawaban :
Judul :
Desain :
…Terima Kasih…