0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan10 halaman

Makalah

Makalah ini membahas tentang korelasi ilmu hisab dalam Al-Quran. Membahas tentang dasar ilmu falak, dasar hukum arah kiblat, hisab praktis awal waktu shalat, fiqh hisab praktis awal bulan qamariyah, dan metode penentuan awal bulan menggunakan hisab.

Diunggah oleh

Miftah farid
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
22 tayangan10 halaman

Makalah

Makalah ini membahas tentang korelasi ilmu hisab dalam Al-Quran. Membahas tentang dasar ilmu falak, dasar hukum arah kiblat, hisab praktis awal waktu shalat, fiqh hisab praktis awal bulan qamariyah, dan metode penentuan awal bulan menggunakan hisab.

Diunggah oleh

Miftah farid
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 10

KORELASI ILMU HISAB DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata kuliah ilmu hisab
Dosen Pengampu: Olih Bustanwidi, M.Pd.

Kelompok 2:

Agis Nugraha (2101129) Nisa Mar’atus S (2101281)

Andika Fitrah A (2101013) Rivan Herdiana (2101122)

Acep Dadan (2101179) Sa’idaturahmah (2101250)

Erina Gisa D (2101294) Solih Fadilah N (2101095)

Fitri Suciani S (2101216)

PAI/B/III/V

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM

TASIKMALAYA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Korelasi Ilmu Hisab Dalam
Perspektif Al-Qur’an ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada salah
satu mata kuliah kami, yaitu Ilmu Hisab. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang berjudul Korelasi Ilmu Hisab Dalam Perspektif Al-Qur’an bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan petunjuk
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Olih Bustanwidi, M.Pd. yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran dan
petunjuk dalam penyusunan makalah ini.
2. Kedua orang tua yang selalu mendo’akan dan memberikan bantuan baik moril maupun
materil sehingga penulis dapat menyampaikan penyusunan makalah ini.
3. Kepada seluruh teman-teman yang sudah membantu dan sudah berpartisipasi dalam
penyusunan makalah ini.

Semoga amal baik mereka mendapat pahala dari Allah SWT. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran-saran yang akan membantu ke arah
perbaikan sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya
dan bagi para pembaca umumnya.

Tasikmalaya, 23 Oktober 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 2

A. Dasar Ilmu Falak .................................................................................................... 2


B. Dasar Hukum Arah Kiblat ..................................................................................... 2
C. Hisab Praktis Awal Waktu Shalat ........................................................................... 3
D. Fiqh Hisab Praktis Awal Bulan Qamariyah ........................................................... 4
E. Metode Penentuan Awal Bulan Menggunakan Hisab ............................................. 5

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 6

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 6
B. Saran ...................................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hisab dan Rukyat adalah dua metode penentuan awal bulan dalam Islam yang hasil
penetapannya kemudian menjadi kalender Hijriyah atau Qamariyah. Disebut kalender
Hijriyah, karena hitungannya dimulai saat Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah.
Sedangkan disebut kalender Qamariyah karena penetapan disandarkan kepada apa yang
disebut sebagai peredaran (revolusi) bulan terhadap bumi.

Perbedaan pendapat tentang penentuan awal bulan Qamariyah memang kerap terjadi
dikalangan organisasi masyarakat Islam. Persoalan ini merupakan persoalan yang sudah
menuju ranah ijtihadi, karena masing-masing organisasi memilikki metode penetapan awal
bulan Qamariyah sendiri.

Penentuan awal bulan Qamariyah sangatlah penting bagi umat Islam, sebab Sunan
Gunung Diati selain untuk menentukan hari besar dalam Islam, juga penting untuk menetukan
awal dan akhir bulan Ramadhan serta bulan Dzulhijah karena masalah ini menyangkut ibadah
Syar'i Persoalan disetiap tahun seringkali terjadi, tentunya masalah awal Ramadhan dan 1
Syawal.penentuan awal bulan Ramadhan hakikatnya adalah menentukan awal bulan
Ramadhan dan awal bulan Syawal, yaitu dua nama bulan yang perhitungannya didasarkan
pada peredaran bulan mengelilingi bumi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja dasar ilmu falak
2. Apa saja dasar hukum arah kiblat
3. Bagaimana hisab praktis awal waktu shalat
4. Bagaimana fiqh hisab praktis awal bulan qamariyah
5. Bagaimana metode penentuan awal bulan menggunakan hisab
C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui dasar ilmu falak
2. Untuk mengetahui dasar hukum arah kiblat
3. Untuk mengetahui hisab praktis awal waktu shalat
4. Untuk mengetahui fiqh hisab praktis awal bulan qamariyah
5. Untuk mengetahui metode penentuan awal bulan menggunakan hisab

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Dasar Ilmu Falak


Tiga bulan mempunyai beberapa istilah, bulan tanggal satu dinamakan Hilal, bulan
tanggal 14-15 dinamakan Badar, sedangkan bulan tanggal 20-29 dinamakan Qomar. Secara
umum dasar hukumnya adalah sebagai berikut:
1. Dalam Al Qur'an
a) Firman Allah s.w.t dalam QS. Ar-Rahman 55 ayat 5:

ُ‫ش ْمسُُوُٱ ْلقمرُُان‬


َّ ‫ٱل‬

"Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungannya".

b) Firman Allah SWT dalam Q.S. Yunus 10 ayat 5:

ُُ‫صل‬
ِ ‫قُُۚيف‬ ُ َّ ‫ّللُ َٰذلِكُُ ِإ‬
ُِ ‫ّلُُِبٱ ْلح‬ َُّ ‫لسنِينُُوُٱ ْلحِ سابُُُۚماُخلقُُٱ‬ ِ ‫ضيآءُُوُٱ ْلقمرُُنوراُوقدَّرهُۥُمن‬
ِ ‫ازلُُلِت ْعلمواُُعددُُٱ‬ َّ ‫هوُُٱلَّذِىُجعلُُٱل‬
ِ ُُ‫ش ْمس‬
ُِ ‫ٱ ْلء َٰاي‬
ُ‫تُلِق ْومُُي ْعلمون‬

"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkannya
manzilah- manzilah bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan
tahun dan perhitungan." (QS. Yunus [10]: 5).

2. Dalam hadits-hadits
a) Hadits riwayat Ibn Sunni:

ُِ ‫تعلَّمواُمِ نُُالنُّح ْو ُِمُماُت ْهتدونُُ ِب ُِهُفِيُظلما‬


)ُ ‫تُالب ُِرُوالب ْح ُِرُث َُّمُا ْنتهواُ(رواهُابنُالسن‬

"Pelajarilah keadaan bintang-bintang supaya kamu mendapat petunjuk dalam


kegelapan darat dan laut, lalu berhentilah" (H.R. Ibn Sunni).

B. Dasar Hukum Arah Kiblat


Kiblat berasal dari kata istaqbala yang semakna dengan wajaha, yang berarti
menghadap (Munawir, 1997: 58). Kata qiblah berarti hadapan memiliki maksud suatu tempat
di mana orang-orang menghadap kepadanya. Dalam kamus lain giblah diartikan pula arah
yang dalam bahasa Arab sering disebut jihah atau syathrah (Munawir, 1997: 1088 dan 770).
Kiblat merupakan masalah penentuan arah menuju ke Ka'bah (Baitullah), yang berada di kota
Mekah. Sehingga untuk mendapatkannya adalah dengan melakukan perhitungan dan
pengukuran.

2
a. Firman Allah SWT dalam Q.S. al-Baqarah [2] ayat 144: ُ

ُِ ‫طرُُٱ ْلمس ِْج ُِدُٱ ْلحر‬


ُُ‫امُُۚوحيْثُُماُكنت ُْمُفولُّوا‬ ْ ‫لُوجْهكُُش‬ ُِ ‫ىُتقلُّبُُو ْج ِهكُُفِىُٱلسَّمآءُُُِۖفلنولِينَّكُُ ِقبْلةُُت ْرض َٰىهاُُۚفو‬ َُٰ ‫قدُُْنر‬
ُ‫ّللُبِ َٰغفِلُُع َّماُي ْعملون‬ ُُّ ‫نُٱلَّذِينُُأوتواُُٱ ْلك َِٰتبُُلي ْعلمونُُأنَّهُُٱ ْلح‬
َُّ ‫قُمِ نُ َّربِ ِه ُْمُُۗوماُٱ‬ ْ ‫وجوهك ُْمُش‬
َُّ ِ‫طرهُۥُُۗوإ‬

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami
akan memalingkan kamu ke Kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan
sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil)
memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari
Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan (QS. al-
Baqarah [2]: 144).”

b. Firman Allah SWT dalam Q.S. al-Baqarah [2] ayat 150:

ُ ِ َّ‫ّلُيكونُُلِلن‬
‫اسُعليْك ُْمُحج َُّة‬ ْ ‫امُُۚوحيْثُُماُكنت ُْمُفولُّواُُوجوهك ُْمُش‬
ُ َّ ‫طرهُۥُلِئ‬ ُِ ‫طرُُٱ ْلمس ِْج ُِدُٱ ْلحر‬
ْ ‫لُوجْهكُُش‬ ُْ ِ‫وم‬
ُِ ‫نُحيْثُُخرجْتُُفو‬

ُ‫ّلُٱلَّذِينُُظلمواُُمِ ْنه ُْمُفّلُُت ْخش ْوه ُْمُوُٱ ْخش ْونِىُو ِِل ِت َُّمُ ِن ْعمتِىُعليْك ُْمُولعلَّك ُْمُت ْهتدون‬
ُ َّ ‫ُ ِإ‬

"Dan dari mana saja kamu keluar (datang) maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil
Haram, dan di mana saja kamu semua berada maka palingkanlah wajahmu ke arahnya,
agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim di antara
mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepada Ku. Dan agar
Ku-sempurnakan nikmat-Ku atas kamu, dan supaya kamu dapat petunjuk" (Q.S. al-
Baqarah [2]: 50).

C. Hisab Praktis Awal Waktu Shalat


Shalat menurut bahasa (lughat) berasal dari kata shala, yashilu, shalatan, yang
mempuyai arti do'a, rahmat, dan memohon ampunan. Sedangkan menurut istilah, shalat berarti
suatu ibadah yang mengandung ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram
dan diakhiri dengan salam, dengan syarat-syarat tertentu. Dalam Islam, shalat mempunyai
waktu yang khusus dan fundamental, karena shalat merupakan salah satu rukun Islam yang
harus ditegakkan. Waktu-waktu shalat tersebut ditetapkan dalam al-Qur'an dan hadis.
Waktu-waktu shalat yang ditunjukkan oleh al-Qur'an maupun hadis hanya berupa
fenomena alam. Fenomena alam tersebut kemudian diterjemahkan oleh Ilmu Falak, sehingga
menjadi lebih mudah untuk dihitung dan dirumuskan tanpa harus melihat fenomena alam
secara langsung. Awal waktu-waktu shalat ditentukan dengan fenomena alam sebagai berikut:

3
a) Waktu Dzuhur
Waktu dzuhur dimulai sejak matahari tergelincir, yaitu sesaat setelah Matahari mencapai
titik kulminasi dalam peredaran hariannya, sampai tibanya waktu Ashar. Dalam. hadis
tersebut dikatakan bahwa nabi shalat dzuhur saat matahari tergelincir dan disebutkan pula
ketika bayang- bayang sama panjang dengan dirinya.
b) Waktu Ashar
Waktu Ashar dimulai ketika panjang bayang-bayang sepanjang bendanya (terjadi ketika
saat Matahari kulminasi setiap benda tidak mempunyai bayang-bayang), dan ketika
panjang bayang-bayang dua kali panjang dirinya (terjadi ketika Matahari kulminasi
panjang bayang-bayang sama dengan bendanya), dan berakhir ketika matahari terbenam.
c) Waktu Maghrib
Waktu maghrib dimulai sejak Matahari terbenam sampai hilangnya mega merah.
d) Waktu Isya'
Waktu Isya' dimulai sejak hilang mega merah sampai terbitnya fajar.
e) Waktu Shubuh
Waktu shubuh dimulai sejak terbit fajar sampai terbitnya Matahari.

Dasar Hukum Shalat dan Waktunya dalam Al-Qur’an

a. Surat al Nisa' [4] ayat 103:

‫تُعلىُٱ ْلمؤْ مِ نِينُُك َِٰتباُ َّم ْوقوتا‬


ُْ ‫صل َٰوةُُكان‬ َُّ ‫ِإ‬
َّ ‫نُٱل‬

“Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman" (Q.S. an-Nisa' [4]: 103).
D. Fiqh Hisab Praktis Awal Bulan Qamariyah
Persoalan hisab rukyah dalam hal penentuan awal bulan Qamariyah, terutama bulan
Ramadhan, Syawal dan Dhulhijjah seringkali memunculkan perbedaan bahkan kadang
menyulut adanya permusuhan yang mengusik pada adanya jalinan ukhuwah Islamiyah. Ini
wajar kiranya, karena dua madzhab dalam hal fiqh hisab rukyah di Indonesia secara institusi
selalu disimbolkan pada dua organisasi kemasyarakatan Islam di Indonesia. Di mana
Nahdlatul Ulama' secara institusi disimbolkan sebagai madzhab Rukyah sedangkan
Muhamadiyyah secara institusi disimbolkan sebagai madzhab Hisab. Sehingga persoalan yang
semestinya klasik ini, menjadi selalu aktual terutama di saat menjelang penentuan awal bulan-
bulan tersebut."

4
Dasar Hukum Awal Bulan Qamariyah:

a. Surat al-Baqarah [2] ayat 189:

ُِ ‫ِنُ ْال ِب َُّرُم‬


ُ‫نُاتَّقى‬ ِ ‫نُتأْتواُالبيوتُمِ نُظه‬
َُّ ‫ورهاُولك‬ ُْ ‫جُوليْسُُ ْالبِ ُُّرُبِأ‬
ُِ ‫اسُو ْالح‬ ُْ ‫نُ ْاِل ِهلَّ ُِةُق‬
ُ ِ َّ‫لُهِيُُمواقِيتُُلِلن‬ ُِ ‫يسْألونكُُع‬
)۱۸۹ُ:ُ‫ّللاُلعلَّك ُْمُت ْفلِحونُُ(البقرة‬ ُْ ُِ‫وأتواُ ْالبيوتُُم‬
َُّ ُ‫نُأبْوابِهاُواتَّقوا‬

Artinya: "Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu
adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji; Dan bukanlah kebajikan
memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan
orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah- rumah itu dari pintunya; dan
bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung" (QS. Al- Baqarah [2]: 189.
E. Metode Penentuan Awal Bulan Menggunakan Hisab
1. Mempunyai nilai akurasi yang memadai
2. Hasil perhitungannya mempunyai tingkat perbedaan yang relatif dekat dan bisa
ditioleransi.
Dalam rangka itu beberapa faktor utama yang menyangkut data tempat, data
awal, rumus penyelesaian, alat hitung dan contoh prosedur perhitungan perlu
ditetapkan sebagai berikut:
a. Data Tempat
Data tempat (Lintang dan Bujur tempat) berfungsi untuk menentukan
pelaksanaan rakyat. Bila data tempat ini berbeda, maka akan berbeda pula hasil
perhitungan hisab.
b. Data Awal
Data awal ini berfungsi sebagai dasar perhitungan hisab. Bila data awalnya
berbeda, maka akan berbeda pula hasil perhitungan hisab.
c. Rumus Penyelesaian
d. Alat Hitung
Untuk menyelesaikan perhitungan harus digunakan alat-alat yang menjamin
tingkat keakurasian hasil hisab, misalnya komputer atau kalkulator yang handal.
e. Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan hisab yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk
penyerasian metode hisab idealnya harus mampu menyerasikan berbagai model
perhitungan yang selama ini lazim dipakai.

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kondisi ummat berubah, perkembangan dan berkemajuann, khususnya astronomi telah
melahirkan metode hisab yang dapat memberikan akurasi perhitungan waktu. yang
meyakinkan. Keterlihatan hilal bukanlah sebab syarat wajib berpuasa atau berbuka.
Keberadaan hilallah yang menjadi sebab keharusan berpuasa atau berbuka. Karena itu kriteria
hisab yang dipilih pun lebih dipilih adalah kriteria wujud al-hilal.
Hisab dasarnyanya Al-Qur'an, maka selagi ada dalam rujukan utama ini tetap
didahulukan Al-Qur'an. Mengikuti hisab dengan sendirinya mengikuti Al-Quran. Semangat
Al-Qur'an adalah "laaraibafihihudlallillmuttaqiin "Atinya. Tidak ada keraguan apa yang
diinformasikan dalam Al-Qur'an bagi orang yang bertakwa (Q.S al-Baqarah 2), kalau
demikian sudah termasuk patuh pada Allah dan Rasul. Hisab lebih memberikan kepastian,
kapan puasa dan hari raya beberapa tahun ke depan yang diinginkan sudah bisa diketahui
dengan pasti. Hal ini Allah yang memberi jaminan (Q.S.Yunus:5)
B. Saran
a) Bagi dosen, penulis berharap untuk memperbanyak literatur yang berkaitan dengan
Korelasi Ilmu Hisab Dalam Perspektif Al-Qur’an supaya mahasiswa bisa menambah
wawasan dan memperdalam lagi mengenai pembahasan tersebut dengan baik.
b) Bagi mahasiswa, penulis berharap mempelajari lebih dalam tentang Korelasi Ilmu
Hisab Dalam Perspektif Al-Qur’an dengan sungguh-sungguh supaya mengetahui secara
luas tentang materi tersebut.
c) Bagi peneliti lain, penulis berharap untuk memperbaiki apabila ada kesalahan kata yang
kurang pantas dan penulis mengharapkan saran serta lebih memperdalam lagi materi
pembahasan tentang Korelasi ilmu hisab dalam perspektif Al-Qur’an menjadi lebih baik
lagi.

6
DAFTAR PUSTAKA

Azwar Syaifuddin. 2004. Metode Penelitian. Pustaka Pelajar. Yogyakarta, Cet ke 3.

Depag RI. Badan Hisab dan Rukyat, Almanak Hisab Rakyat. 1981. Jakarta : Proyek Pembinaan
Badan Peradilan Agama Islam.

Muskafa, Ilmu Falak, Jakarta: GP Press, 2009.

Anda mungkin juga menyukai