Perencanaan Perawatan Mesin Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) Dan Fmea Pada PTPN Ii PG Kwala Madu
Perencanaan Perawatan Mesin Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) Dan Fmea Pada PTPN Ii PG Kwala Madu
Perencanaan Perawatan Mesin Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance (RCM) Dan Fmea Pada PTPN Ii PG Kwala Madu
TUGAS SARJANA
Oleh:
ADRA JUDHIKA TONDANG
NIM. 100403061
V-1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERENCANAAN PERAWATAN MESIN MENGGUNAKAN
METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM)
DAN FMEA PADA PTPN II PG KWALA MADU
TUGAS SARJANA
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Oleh :
ADRA JUDHIKA TONDANG
100403061
Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul dalam tugas
Madu”.
Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari
masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat
lainnya.
Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
Sumatera Utara (USU) serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan
dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun
administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
Sarjana ini.
Sarjana ini
3. Ir. Dini Wahyuni, M.T. selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan,
segala kebaikan dan kasih sayang dari keduanya, oleh karena itu izinkanlah
penulis memberikan karya ini sebagai ungkapan rasa terima kasih sebesar-
7. Staf pegawai Teknik Industri, Bang Nurmansyah, Bang Ridho, Bang Mijo,
Kak Dina, Kak Rahma dan Kak Ani atas bantuannya dalam hal penyelesaian
Tondang dan Cresto Tondang yang selalu membantu dan mendukung penulis
Pabrik Gula Kwala Madu, yaitu Jevier Arios, Dedi Manurung, dan M Azhar
Nazli yang telah banyak memberi kenangan, motivasi, dan saran kepada
penulis tuliskan satu per satu, yang telah menemani dan mendukung penulis
13. Abang dan Kakak Alumni Teknik Industri 2007 yang telah mendukung
15. Seluruh pihak yang telah membantu penulis, yang tidak disebutkan satu per
satu. Tuhan Yang Maha Esa yang akan membalaskan bantuan dan dukungan
PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) II Pabrik Gula (PG) Kwala Madu adalah salah
satu perusahaan manufaktur yang memproduksi gula. Ketersediaan dan
kehandalan mesin merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam menjaga
keberlangsungan proses produksinya yang menggunakan system make to stock.
Proses produksi menggunakan mesin Cane Cutter untuk memotong tebu, mesin
unigrator untuk memeras tebu dan menghasilkan nira, serta mesin Mill Roll untuk
menggiling tebu. Proses produksi dapat berhenti karena kerusakan mesin. Hal ini
mengakibatkan terjadi downtime sebesar 701 jam dari 5808 jam operasi selama
tahun 2014 dan downtime sebesar 561 jam dari 4218 jam operasi selama tahun
2015 pada lantai produksi. Selama periode pengamatan, downtime terjadi karena
kerusakan mesin cane cutter, unigrator, dan mesin mill roll. Sistem perawatan
perusahaan bersifat corrective dimana pergantian komponen mesin dilakukan
setelah terjadi kerusakan. Hal tersebut mengakibatkan kebutuhan waktu yang
lama untuk mendeteksi penyebab kerusakan dan melakukan pergantian
komponen. Metode yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah
Reliability Centered Maintenance (RCM). Metode RCM digunakan untuk
mengetahui tindakan perawatan untuk mengurangi downtime dan menghasilkan
sistem perawatan mesin yang efektif dan efisien. Hasil penerapan metode RCM
diperoleh pilihan tindakan perawatan pada komponen mesin yang terdiri dari 8
komponen pada kategori Condition Directed (CD), 5 komponen pada kategori
Time Directed (TD) dan 7 komponen pada kategori Finding Failure (FF).
Standard Operation Procedure (SOP) perawatan diperlukan untuk setiap kategori
tindakan perawatan. Berdasarkan pemilihan tindakan kategori Time Directed
(TM), diperoleh jadwal pergantian komponen kritis sehingga diperkirakan rata-
rata penurunan downtime sebesar 21,73%, peningkatan reliability komponen-
komponen mesin, dan rata-rata peningkatan availability komponen-komponen
mesin sebesar 0,18%.
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
BAB HALAMAN
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
TABEL HALAMAN
2.1. Susunan Tenaga Kerja pada Pabrik Gula Kwala Madu ......... II-4
5.8. Data Historis Mesin Produksi PTPN II PG Kwala Madu ..... V-24
TABEL HALAMAN
TABEL HALAMAN
GAMBAR HALAMAN
GAMBAR HALAMAN
5.7. Blok Diagram Fungsi Mesin PTPN II PG Kwala Madu .... V-17
5.11. Probability Density Function Disc pada Mesin Cane Cutter V-46
5.14. Hazard Function Disc pada Mesin Cane Cutter ................... V-47
6.3. Peningkatan Reliability Mur dan Baut Mesin Cane Cutter VI-19
6.4. Peningkatan Reliability Mata Pisau Mesin Cane Cutter .... VI-20
LAMPIRAN HALAMAN
PENDAHULUAN
yang harus beroperasi secara stabil untuk dapat memproduksi hasil yang optimal.
dan peralatan yang bekerja secara optimal. Perawatan yang terjadwal sangat
kinerja mesin, karena mesin-mesin dan peralatan produksi sangat rawan dengan
mesin dan peralatan yang saling berinteraksi untuk menghasilkan produk. Mesin-
mesin dan peralatan diupayakan bekerja secara efektif dan efisien sehingga target
optimal untuk dapat memenuhi permintaan gula dalam negeri yang tinggi.
Proses produksi gula secara umum terdiri dari proses penimbangan tebu,
pemanasan nira, pengolahan pH nira, pemisahan nira kotor dan nira bersih,
penguapan, pengkristalan gula, pemisahan kristal dari tetes dan pengeringan serta
PGKM bersifat serial (berderet). Jika terjadi kerusakan pada salah satu mesin saja,
Saat ini, yang menjadi kendala dalam produksi yang sering terjadi di PTPN
mesin yang tinggi. Data downtime mesin yang terjadi di perusahaan pada periode
Berdasarkan tabel di atas, maka rata-rata downtime mesin dari tahun 2013
sampai dengan tahun 2015 mencapai 12,17% untuk setiap tahunnya. Besarnya
mesin cane cutter, mesin unigrator, dan mesin mill roll. Kerusakan pada mesin
diantaranya adalah masalah aus pada part Disc, Scrapper Plate, dan Bearing,
masalah macet pada part Rotor dan Plat, dan masalah pemasangan yang tidak
tepat pada part Mur dan Baut, Handle Freed, dan Standard Mill Check.
dampak buruk bagi perusahaan dimana jadwal produksi dan kegiatan produksi
yang terjadi juga dapat mengakibatkan rendahnya kemampuan atau utilitas mesin
dan peralatan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan standar kualitas
saat kerusakan terjadi dengan cara mencari komponen yang rusak dan
(SOP) perawatan yang jelas sehingga ketika terjadi kerusakan, pihak perusahaan
berfokus pada pencegahan terjadinya jenis kegagalan yang sering terjadi 1. RCM
perencanaan yang efisien, aplikatif dan mampu sebagai pilihan terbaik dalam
(keandalan) komponen.
Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu diharapkan dapat dikurangi secara efektif
1
Palit, Henry Christian. 2012. Perancangan RCM untuk Mengurangi Downtime Mesin pada
Perusahaan Manufaktur Aluminium. Surabaya: Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen
Petra.
2
Moubray, John. 1997. Reliability Centered Maintenance. NewYork: Industrial Press Inc. 2nd
edition.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merancang sistem
diterapkan perusahaan selama ini, agar waktu downtime perusahaan dapat berkurang,
1. Data kerusakan yang diamati dan dianalisis yaitu data selama tahun 2015.
2. Fasilitas produksi dan sistem produksi gula tidak mengalami perubahan selama
penelitian.
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, pembatasan masalah dan asumsi penelitian,
perusahaan, ruang lingkup usaha, lokasi, daerah pemasaran, manajemen dan proses
produksi.
data dan analisis pemecahan masalah. Teori-teori tersebut antara lain teori tentang
mulai dari persiapan hingga penyusunan laporan tugas akhir. Metodologi penelitian
menguraikan tentang tempat dan waktu penelitian, jenis penelitian, objek penelitian,
metode analisis.
penelitian baik primer maupun sekunder yang dilanjutkan dengan pengolahan data
dari data historis downtime perusahaan, data historis penyebab downtime dan
mencari solusi untuk pemecahan masalah penelitian. Hasil pengolahan data yang
dianalisis mencakup hasil pengolahan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA),
Logic Tree Analysis (LTA), Pemilihan Tindakan Perawatan dan Total Minimum
Downtime.
penelitian dan disertai pemecahan masalah serta saran-saran yang bermanfaat bagi
merupakan salah satu dari enam proyek pabrik gula pertama dari 18 proyek pabrik
gula pemerintah RI yang direncanakan dibangun di luar Pulau Jawa dalam rangka
Pembangunan Industri Gula pada tahun 1981, dimana hasilnya dimenangkan oleh
tanggal 23 November 1981 dan mulai berlaku tanggal 6 Februari 1982, pabrik
harus diselesaikan dalam waktu 24 bulan yaitu tanggal 6 Februari 1984 ditambah
keterlambatan yang diterima selama 14 hari. Ternyata Pabrik Gula Kwala Madu
dapat diselesaikan (dalam arti dapat beroperasi) 1 bulan lebih maju dari ketentuan
masa giling yang dibagi menjadi tiga shift jam kerja, dimana satu shift adalah 8
besar yang telah beroperasi selama lebih dari 29 Tahun. Hal ini menunjukkan
bahwa Pabrik Gula Kwala Madu ini sudah lama beroperasi dalam hal memenuhi
kebutuhan masyarakat.
memproduksi gula. Bahan baku utama dari produk tersebut adalah tebu.
Sedangkan bahan tambahan untuk pembuatan gula adalah air, susu kapur, gas
ton/hari. Hal ini menunjukkan bahwa Pabrik Gula Kwala Madu ini merupakan
pabrik gula yang berkapasitas tertinggi dalam perusahaan Gula Negara. Selain
Stabat, Kabupaten Langkat, kira-kira 36 km dari Kota Medan. Lokasi ini jauh dari
keramaian penduduk dan cukup dekat dengan lokasi bahan baku yaitu perkebunan
tebu yang berada di sekitar pabrik, dengan luas area penanaman tebu seluas
4. Tandem : 96,60 Ha
6. T. Jati : 424,16 Ha
Pabrik Gula Kwala Madu ini juga mengolah tebu dari hasil kebun rakyat
Luas area perkebunan tebu milik PTPN maupun kebun rakyat cukup luas
Bentuk struktur organisasi Pabrik Gula Kwala Madu, tugas dan tanggung
berdirinya pabrik pada tahun 1983 hingga hari ini, dan telah mengalami
Perkebunan (LPP) Yogyakarta maupun Job Training di Pabrik Gula yang ada di
Tabel 2.1. Susunan Tenaga Kerja pada Pabrik Gula Kwala Madu
Karyawan Karyawan Karyawan
No. Uraian Jumlah
Pimpinan Pelaksana Tidak Tetap
1. Kantor Manager
a. Manager 1 - - 1
- 44 8 52
b. TUK/Umum/G. Material 1 12 41 54
c. Gudang Hasil
f. Work Shop
g. Cane Yard
h. Keamanan
3. Dinas Pengolahan
a. Kantor Dinas 1 5 - 6
1 50 8 59
b. Pelumasan/t.las 1 49 8 58
1 24 9 33
c. Pemurnian 1 24 11 34
- 2 18 20
d. Penguapan 5 4 11 20
e. Masakan
f. Putaran
g. Pengarungan
4. Laboratorium
a. Lab. Pabrik 1 25 15 41
- 3 3 6
b. Weater Treatment - 3 3 6
- 9 6 15
c. Instalasi Limbah
d. Timbangan
ditentukan perusahaan tersebut. Oleh karena itu, jumlah tenaga kerja yang
mencapai tujuannya, maka jam kerja diatur (bagian operasional) menjadi tiga
shift, yaitu:
bekerja pada shift 1, dikarenakan tenaga kerja wanita tersebut mayoritas ibu
rumah tangga.
terdiri dari karyawan pelaksana dan karyawan staf. Karyawan pelaksana terdiri
dari golongan I-A, I-B, I-C, I-D, II-A, II-B, II-C, II-D. Sedangkan karyawan staf
terdiri dari atas golongan III-A, III-B, III-C, III-D, IV-A, IV-B, IV-C, dan IV-D.
bulan Februari sampai bulan Juli dalam satu tahun, akan tetapi seluruh karyawan
tetap dan staf tetap aktif bekerja walaupun kondisi pada saat itu di luar masa
giling. Karyawan yang bekerja melebihi jam reguler mendapat upah lembur sesuai
dengan perjanjian perburuhan pasal sepuluh (X) yang mengatur upah lembur
tersebut.
Upah dibayar oleh perusahaan setiap awal bulan sebesar upah standar,
ditambah upah lembur bila ada, dan pada waktu-waktu tertentu karyawan akan
menerima:
Pabrik Gula Kwala Madu selalu mengikuti prosedur yang berlaku agar
2.5.2.1.Bahan Baku
bahan-bahan lainnya. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi yang
1. Pemanenan tebu dilakukan antara 10-12 bulan sejak ditanam dan dalam
keadaan masak.
2. Tebu dalam keadaan bersih, persen bobot kotoran pada pucuk tebu, daun
3. Tebu dalam keadaan segar, yaitu sejak tanaman dipotong sampai digiling
4. Tebu yang akan dipanen mempunyai rendemen (kadar gula) rata-rata sekitar
6,5–7 %.
dengan mengambil sepuluh batang tebu secara acak. Tebu yang baik untuk diolah
adalah yang matang dan kandungan gula dalam batang adalah sama.
dan faktor eksternal adalah iklim, kondisi tanah, serta perawatan dan
pemeliharaan. Faktor yang paling nyata dalam kandungan gula adalah iklim,
karena itu panen dilakukan saat curah hujan sedikit yaitu antara bulan Januari
Salah satu alasan Pabrik gula Kwala Madu beroperasi hanya 6 bulan
adalah dikarenakan bahan baku tebu yang disengaja dapat dipanen saat iklim yang
curah hujannya sedikit agar kadar gula dalam tebu tetap tinggi.
2.5.2.2.Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi dan
berfungsi meningkatkan mutu produk serta merupakan bagian dari produk akhir.
Bahan tambahan ini diperlukan saat produksi gula selesai, yaitu sebagai
tempat gula sehingga siap untuk disimpan ke gudang hasil dan siap untuk
dipasarkan.
2.5.2.3.Bahan Penolong
produksi, tetapi tidak tampak di bagian akhir produk. Bahan-bahan penolong yang
terdapat pada ampas tebu secara maksimal. Volume air yang dibutuhkan
Kapur tohor dibuat menjadi susu kapur yang berfungsi untuk menaikkan pH
nira menjadi 8,0–8,5. Pemilihan susu kapur sebagai bahan yang digunakan
untuk menaikan pH nira didasarkan pada harganya yang murah dan mudah
membuatnya.
Gas belerang dibuat dari belerang yang digunakan dalam pemurnian nira.
Tujuan pemberian gas belerang adalah untuk menetralkan kelebihan air kapur
pada nira terkapur pH mencapai 7,0–7,2 dan untuk memutihkan warna yang
ada dalam larutan nira yang mengurangi pengaruh pada warna kristal dan
gula.
d. Floculant
partikel halus yang tidak larut dalam nira (larutan untuk membentuk
gumpalan partikel yang lebih besar dan mudah diendapkan untuk disaring).
Asam phospat digunakan pada proses stasiun toladura yang menpunyai fungsi
seperti gas SO2. Asam phospat akan bereaksi dengan susu kapur pada proses
bahan penolong untuk produksi kurang, maka hasil produk gula tidak dapat sesuai
Adapun uraian proses pembuatan gula dari tebu pada Pabrik Gula Kwala
Madu dibagi menjadi beberapa stasiun, yaitu stasiun gilingan, stasiun pemurnian,
1. Pengerjaan Pendahuluan
Tebu yang telah ditebang diangkut ke pabrik dengan truk. Sebelum sampai
tidak lebih dari 24 jam. Tebu yang diangkut truk dengan kapasitas 5-6 ton naik
sehingga tebu jatuh ke feeding cane carrier. Sedangkan yang diangkut dengan
dengan cane lifter hilo ke dalam cane feeding table, dimana kabel hilo
feeding cane table, lalu pemasukan tebu ke cane carrier diatur sedemikian
cane carrier tebu dibawa masuk ke cane leveller guna pengaturan pemasukan
selanjutnya dibawa ke cane cutter II untuk dicacah lebih halus lagi. Sebelum
jatuh ke gilingan, logam-logam besi yang terikut pada potongan tebu disaring
gilingan.
Tebu yang telah halus dipotong-potong dari Cane Cutter I dan Cane Cutter II
selanjutnya masuk ke dalam mesin giling agar lebih halus lagi sehingga
tujuan dari penggilingan ini adalah untuk mendapatkan air nira sebanyak
mungkin. Penggilingan atau pemerasan dilakukan lima kali dengan lima unit
hidrolik yang berbeda-beda. Ada tiga buah rol yang berbentuk V dengan sudut
300 pada alat ini yang digunakan untuk memperlancar aliran nira dan
mengurangi terjadinya slip. Jarak antara roll atas dengan roll belakang lebih
kecil dari pada antara roll atas dengan roll depan. Besarnya tekanan
berbeda, dimana gilingan I sekitar 5,3 rpm; gilingan II 5,0 rpm; gilingan III
Adapun mekanisme kerja dari stasiun pengilinggan ini adalah sebagai berikut:
ampas tebu dari gilingan I masuk pada gilingan II untuk diperas lagi. Nira
hasil perasan gilingan masuk dalam bak penampungan nira yang diperoleh
b. Nira atau air perasan dari gilingan I dan II masih terdapat ampas yang
dimasukkan pada gilinggan II dan nira yang disaring ditampung dalam satu
tangki (Raw Juice Tank) dan kemudian disalurkan pada stasiun pemurnian
melalui pompa.
c. Ampas tebu (bagasse) dari gilingan II masuk ke gilingan III untuk diperas
lagi. Kemudian nira (air perasan) ditampung pada bak penampung II dan
digunakan untuk menyiram ampas pada gilingan IV. Ampas dari gilingan
badan IV dan V.
dimana ampas kasar dibawa ke boiler untuk bahan bakar dan dipisahkan
3. Stasiun Pemurnian
kotoran dari dalam nira sehingga nira yang dihasilkan lebih murni
dilakukan, yaitu:
bekerja secara otomatis dengan berat timbangan 5,5 ton. Adapun sistem
kerja dari alat ini adalah sistem keseimbangan gaya berat bejana dan
hingga suhu 700C pada tangki juice heater 1, kemudian nira dipanaskan
menjadi basa karena gula akan rusak bila dalam keadaan asam. Pemasukan
atau penambahan susu kapur ini dilakukan dengan mengatur control value
d. Tangki Sulfitas
SO2. Nira terkapur tersebut dikirim ke tangki sulfitas tipe sekat parabolis
e. Tangki Tunggu
Nira mentah dari sulfitator disalurkan ke tangki peti tunggu dengan waktu
f. Tangki Netralisasi
netralisasi ini nira diaduk dengan alat pengaduk mekanis. Jika pH nira
<7,0 maka susu kapur ditambah lagi sehingga pH nira menjadi 7,0-7,2.
mesin pompa centrifugal yang juga memiliki dua unit badan pemanas.
heater 2, prinsip kerjanya sama dengan pemanas nira 1 (juice heater 1).
dan gas-gas yang terlarut dalam nira. Bila udara dan gas-gas yang terlarut
yang jernih (bagian atas) dan nira kotor (bagian bawah) terpisah. Nira
yang mengendap di bagian bawah akan dibawa ke mud feed mixer untuk
dipompakan ke mud feed mixer, sedangkan nira jernih keluar melalui pipa-
pipa yang dipasang pada tiap compartment. Agar pengendapan lebih cepat,
Stasiun penguapan pada proses pengolahan gula di Pabrik Gula Kwala Madu
bertujuan untuk menguapkan air dan nira yang menggunakan proses vakum.
monosakaridanya. Evaporator yang tersedia ada lima unit yaitu empat unit
beroperasi dan satu unit sebagai cadangan bila ada pembersihan. Selama
evaporator 1 digunakan untuk uap bekas yang berasal dari low pressure
tekanan <1 kg, sedangkan media pemanas bagi evaporator yang lain
sampai temperatur 50-550C pada evaporator 4. Hal ini dapat dilakukan dengan
evaporator. Nira encer yang masuk pada setiap evaporator akan bersikulasi
sampai mencapai brix tertentu dan secara otomatis valve akan terbuka
sampai ke evaporator 4.
5. Stasiun Masakan
Pada stasiun masakan ini terjadi proses kristalisasi dengan tujuan untuk
mencapai kualitas gula dalam nira kental. Nira dipanaskan dengan temperatur
penguapan ini tergantung pada harkat kemurnian gula dan dilakukan beberapa
cara, yaitu:
Sistem 3 (tiga) tingkat : ABC atau ACD (untuk HK antara 70 sampai 80)
Proses produksi gula di Pabrik Gula Kwala Madu tergolong pada sistem 3
(tiga) tingkat ABD karena mempunyai HK gula sekitar 80, pada masakan A
sukrosa tidak terjadi, karena akan membentuk caramel yang berwarna gelap
pada suhu yang tinggi sehingga mutu gula rendah. Titik didih larutan gula
lebih besar dari titik didih air murni karena adanya zat yang terlarut. Adapun
sebagai berikut:
a. Menarik Hampa
b. Pembuatan Bibit
memiliki bentuk kristal yang baik dan memiliki ukuran yang sama. Inti ini
kristal halus dan dapat dibuat di luar pan masakan. Besar kristal dan
masakan dengan cara meletakkan kristal gula pada kaca transparan dan
c. Memperbesar Kristal
Bila bibit yang dibuat cukup, maka diperbesar sampai ukuran yang
diharapkan yaitu 0,8-0,9 mm, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian
bibit yang baik, sehingga diperoleh kondisi kristal gula yang baik.
d. Masakan Tua
Masakan tua adalah apabila telah tercapai ukuran kristal sesuai dengan
kristal yag cukup rapat dan dengan pengkristalan yang telah sesuai.
e. Palung Pendingin
dengan steam (uap) panas untuk membersihkan sisa-sisa kristal gula dan
f. Pemisahan Masakan D
Hasil dari pemisahan masakan D dihasilkan gula dan tetes. Gula akan
masakan dasar untuk masakan D, gula A, dan gula B diperoleh dari hasil
pemisahan dikirim ke alat mixer A/B dan dicampur menjadi gula A/B.
sebagai produk.
6. Stasiun Pemutaran/Pemisahan
Hasil dari proses pengkristalan adalah campuran antara kristal gula, stroop dan
tetes. Stasiun pemutaran berfungsi untuk memisahkan kristal gula dari stroop
kristal dalam bentuk murni. Alat ini bekerja berdasarkan gaya sentrifugal.
sumbu proses. Karena ada saringan, kristal akan tertahan, sedangkan larutan
tetapi masih ada larutan yang menempel pada kristal. Untuk menghilangkan
larutan tersebut, maka dibantu siraman air sehingga larutan tersebut akan
terlarut dalam air sehingga putaran kedua akan diperoleh kristal gula produk.
7. Stasiun Penyelesaian
untuk mendapatkan gula SHS yang terstandar. Gula SHS tersebut dimasukkan
ke dalam sugar dryfer dan cooler dimana sistem pemanasan dan pengeringan
dilakukan dengan cara mekanis dengan udara panas dan suhu kira-kira 80-
900C yang dialirkan melalui air dryer langsung ke dryer cooler. Setelah itu
screen. Pada vibrating screen, kristal gula SHS telah mencapai kekeringan dan
pendinginan. Pada sugar dryer dan cooler dilengkapi suatu alat pemompa
yang digunakan untuk menarik gula halus yang akan dialirkan melalui pipa
rangkap dan secara otomatis diinjeksikan dengan air imbibisi oleh pemisahan
logam yang mana penyadap logam ini berfungsi untuk menangkap partikel-
partikel logam yang terbawa atau tercampur dengan gula produksi. Untuk
gula ini terdapat dua alat pengisi, dimana setiap alat pengisi mempunyai
dengan standar yang ditetapkan oleh pihak direksi. Gula produksi SHS
gudang 30-350C dan dengan kelembapan udara dalam ruang sekitar 73-82%.
Kapasitas gudang 12.740 ton, namun kapasitas optimum yang dipakai adalah
gula ini adalah mesin produksi. Seperti mesin giling pada stasiun penggilingan
yang sering mengalami kerusakan. Apabila salah satu mesin giling tidak
berfungsi, maka hasil nira yang diperoleh tidak optimal, sehingga mengakibatkan
pembuatan gula di Pabrik Gula Kwala Madu, PTPN II diuraikan sebagai berikut.
Tegangan : 220/380 V
Phase : 3 phase
Pisau : 30 Buah.
Tahun : 1981.
Jumlah : 2 Unit.
Material : Baja
Tebal Hammer : 60 mm
Diameter as : 513 mm
Tahun : 1981
Jumlah : 5 Unit
2.6.2. Peralatan
Kapasitas : 40 Ton.
Tahun : 1981.
Jumlah : 2 Unit.
Kapasitas : 40 Ton.
Merek : Kawasaki.
Tahun : 1982.
Kapasitas : 15 Ton.
Tahun : 1981.
Jumlah : 1 Unit.
Feeding Table.
Kapasitas : 3 Ton.
Merek : Cuterpillar.
Tahun : 1981.
Jumlah : 5 Unit.
Kecepatan : 5 meter/menit.
Daya : 11 Kw
Tegangan : 220/380 V
Phase : 3 phase
Tahun : 1980.
Jumlah : 2 Unit.
Kapasitas : 60 ton.
Tahun : 1981.
Jumlah : 1 Unit
Volume : 20 m2.
Jumlah : 2 Unit.
Jumlah : 5 Unit.
Kapasitas : 3 m3/jam
Diameter : 1500 mm
Volume : 3 m3 .
pengendapan.
Kapasitas : 20 ton/jam.
Tahun : 1981.
Jumlah : 2 Unit.
Tahun : 1981.
Jumlah : 1 Unit.
fucolant.
Kapasitas : 90 liter.
Merek : Trivem.
Jumlah : 1 Unit.
Suhu : 3250.
Tahun : 1981.
Jumlah : 2 Unit.
a. Spesifikasi Turbin
Merek : Shinko.
Tipe : BG5-R4-R.
Jumlah : 2 unit.
Tahun : 1982.
b. Spesifikasi Generator
Merek : Shinko.
Tipe : FKJL-AF-1200.
Current : 433 A.
Frekuensi : 50 Hz.
arus listrik .
Tipe : Onan.
Frekuensi : 50 Hz.
Tahun :1983.
Tipe : Onan.
Frekuensi : 50 Hz.
Tahun :1983.
Tipe : Onan.
Frekuensi : 50 Hz.
Tahun :1983.
rata-rata umur mesin tersebut 32 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa mesin
tersebut sudah tua dan efisiensi mesin tersebut berkurang sehingga mesin tersebut
tidak dapat bekerja secara optimal. Oleh karena itu, sebaiknya mesin produksi
tersebut diganti. Akan tetapi, apabila mesin-mesin tersebut diganti dengan yang
baru, biayanya sangat tinggi sehingga pihak Pabrik Gula Kwala Madu mengambil
tindakan melakukan perawatan mesin selama 6 bulan agar mesin tersebut masih
2.7. Utilitas
1. Penyediaan Air
sungai. Air tersebut tidak langsung digunakan untuk proses produksi maupun
air umpan ketel, sebab air sungai itu belum memenuhi persyaratan untuk
digunakan. Oleh karena itu diperlukan perlakuan terhadap air agar memenuhi
syarat untuk digunakan. Air yang telah diproses diantaranya adalah air bersih
yang masuk ke dalam storage tank. Air ini dibagikan ke boiler, stasiun
peralatan dan pompa-pompa stasiun masakan dimana air yang digunakan ini
diproses lagi. Disamping itu air dari storage tank digunakan untuk pencuci
sehingga dihasilkan arus listrik. Dalam masa giling, listrik yang dihasilkan
Penyediaan tenaga uap yang terdapat di Pabrik Gula Kwala Madu berasal dari
2 unit boiler jenis pipa air dengan tipe H-1600S dengan kapasitas masing-
untuk:
4. Workshop
perbaikan di workshop yang ada, antara lain BPT (Bagian Pelayanan Teknis).
Bagian ini berfungsi untuk melayani pekerja-pekerja pabrik yang tidak bisa
5. Laboratorium
hasil produksi yang merupakan tujuan utama dari seluruh produksi. Kegiatan
1) Tebu, meliputi persentase dari pada sabut, brix, pol, kadar air dan
kotoran.
kemurnian (HK).
4) Nira mentah, meliputi persentase pol, brix, HK, kadar kapur, kadar
phospat.
5) Nira encer meliputi persentase pol, brix, HK, kadar kapur, kadar
phospat.
8) Nira kental, meliputi persentase brix, pol, HK, gula reduksi, sakarosa,
pH.
9) Masakan gula D1, D2, A, B, SHS, meliputi persentase brix, pol, HK,
warna.
10) Tetes, meliputi persentase brix, pol, HK, sakarosa, abu, gula reduksi.
1) Pengolahan air.
2) Air Boiler.
tersebut. Akan tetapi, penyediaan air untuk bahan tambahan produksi gula kurang
baik dikarenakan sumber airnya berasal dari sungai. Sebaiknya, air yang
sarana utama untuk pencegahan kecelakaan kerja, cacat dan kematian yang
kerja yang terarah dan terukur agar kesejahteraan pekerja dapat tercapai. Adapun
2. Pelindung telinga digunakan khusus bagi para pekerja yang berada di stasiun
penggilingan.
yang mudah dijangkau dan tertutup, sekring-sekring harus pada panel tertutup,
pelindung diri saat bekerja. Hal ini akan memberikan dampak negatif pada
terjaga.
Penanganan limbah dari Pabrik Gula Kwala Madu yang berupa ampas
tebu dan minyak gula telah menjadi perhatian khusus oleh pihak perusahaan.
Pihak perusahaan menyediakan tempat limbah tersebut agar mudah untuk diolah
kembali.
Limbah tersebut terdiri dari limbah cair, limbah padat, dan limbah gas.
Limbah cair (tetes) merupakan produk sisa pada proses pembuatan gula.
Tetes diperoleh dari hasil pemisahan gula low grade dimana gula dalam gula
tersebut tidak dapat dikristalkan lagi. Gula tetes yang dihasilkan sekitar 5-6%
dari proses pengolahan tebu. Pabrik Gula Kwala madu dengan kapasitas 4000
Komposisi yang penting dalam tetes adalah TSAI (Total Sugar as Invert)
yaitu gabungan dari sukrosa dan gula reduksi. Limbah tetes (bioethanol
molase) ini mengalami pengenceran karena kadar gula dalam tetes tebu
Salah satu limbah padat yang dihasilkan pabrik gula adalah blotong. Limbah
ini keluar dari proses pemurnian nira dalam bentuk padat, mengandung air
sebenarnya adalah serat tebu yang bercampur kotoran yang dipisahkan dari
nira. Penggunaan daur ulang blotong di Pabrik Gula Kwala Madu adalah
blotong.
Limbah padat yang lainnya adalah ampas tebu. Ampas tebu diperoleh pada
saat proses penggilingan dan pemerasan nira. Ampas tebu dari mesin gilingan
penggunaan cerobong yang cukup tinggi dan juga letak pabrik tidak terlalu
LANDASAN TEORI
Perawatan (Maintenance) adalah hal yang sangat penting agar mesin selalu
dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Perawatan adalah fungsi yang memonitor
dan memelihara fasilitas pabrik, peralatan, dan fasilitas kerja dengan merancang,
mengatur, menangani, dan memeriksa pekerjaan untuk menjamin fungsi dari unit
Association, Inc. (1971), adalah kegiatan rutin, pekerja yang berulang yang
sesuai dengan fungsi dan kapasitas sebenarnya secara efesien . Menurut corder
aset fisik dapat secara kontiniu memenuhi fungsi yang diharapkan. Maintenance
3
R. Manzini, et al. Maintenance for Industrial Systems (London : Springer, 2010), p. 65
1. Untuk memperpanjang usia kegunaan aset (yaitu setiap bagian dari suatu
tempat kerja, bangunan, dan isinya). Hal ini paling penting di negara
dalam keadaan darurat setiap waktu, misalnya unit cadangan, unit pemadam
1. Preventive Maintenance
dengan pengawasan yang sistematik, deteksi, dan koreksi, agar sistem atau
4
Antony Corder. Teknik Manajemen Pemeliharaan (Jakarta : Erlangga, 1992) h.3
kegagalan produk yang disebabkan oleh kerusakan sistem. Ada empat faktor dasar
b. Mendeteksi kegagalan.
pergantian.
kegagalan tersembunyi.
2. Predictive Maintenance
dari pada jadwal yang telah ditentukan. Dapat dikatakan bahwa preventive
maintenance bersifat time-based, seperti pergantian oli setiap 3000 jam kerja. Hal
ini tidak memperhatikan performa dan kondisi aktual mesin. Jika dilakukan
pemeriksaan, mungkin penggantian oli dapat diperpanjang hingga 5000 jam kerja.
diterapkan pada time directed maintenance adalah periodic maintenance dan on-
yang dilakukan berdasarkan kondisi tertentu dari suatu komponen atau sistem,
5. Failure Finding
6. Run to Failure
ketidaksengajaan yang bisa saja terjadi dalam beberapa peralatan. Disebut juga
pencegahan yang efektif dan efisien yang dapat dilakukan, jika dilakukan tindakan
pencegahan terlalu mahal atau dampak kegagalan tidak terlalu esensial (tidak
terlalu berpengaruh).
7. Corrective Maintenance
untuk mengatasi kegagalan atau kerusakan yang ditemukan selama masa waktu
adalah menyadari bahwa konsekuensi atau resiko kegagalan adalah jauh lebih
penting dari pada karakteristik teknik itu sendiri. RCM dapat didefinisikan
sebagai sebuah proses yang digunakan untuk menentukan apa yang harus
dilakukan untuk menjamin bahwa beberapa asset fisik dapat berjalan secara
sekarang.
mendasar adalah:
1. Apakah fungsi dan hubungan performasi standar dari item dalam konteks
(functional failure)?
5
Timoty C. Kister. Maintenance planning and scheduling (USA : Elsevier, 2006) p. 98-99
mode)?
consequence)?
7. Apakah yang harus dilakukan apabila kegiatan proaktif yang sesuai tidak
berhasil ditemukan?
Preventive maintenance. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa keandalan dari
peralatan dan stuktur dari kinerja yang akan dicapai adalah fungsi dari
untuk menentukan kebutuhan perawatan terhadap aset yang bersifat fisik dalam
peralatan pada sebuah fasilitas tidak memiliki tingkat prioritas yang sama. RCM
Berikut ini akan dibahas secara terpisah anatar pemilihan sistem dan
pengumpulan informasi.
a. Pemilihan Sistem
2) Apakah seluruh sistem akan dilakukan proses analisis dan bila tidak
untuk dua sistem atau lebih proses analisis akan sangat luas. Selain
6
Antonhy M. Smith. RCM-Gateway To World Class Maintenance (USA : Elsevier, 2004) p. 71-
132
b. Pengumpulan Informasi
antara lain cara kerja mesin, komponen utama mesin, spesifikasi mesin
Jumlah sistem dalam suatu fasilitas atau pabrik sangat luas tergantung dari
kekompleksitasan fasilitas, karena itu perlu dilakukan definisi batas sistem. Lebih
jauh lagi pendefinisian batas sistem ini bertujuan untuk menghindari tumpang
Dalam tahap ini ada lima fungsi informasi yang harus di kembangkan
yaitu penguraian sistem, blok diagram fungsi, masukan dan keluaran sistem, dan
kegagalan sistem.
dengan jelas.
switch dalam keadaan on, maka motor akan bergerak. Motor pompa
selanjutnya.
sistem. Sistem ini terdiri dari dua komponen utama yaitu diagram dari
setiap item hanya dapat ditentukan bila fungsi-fungsi dari setiap dipahami secara
a. Fungsi Primer
menyebabkan aset itu ada dan merupakan keterkaitan dari setiap orang
b. Fungsi Sekunder
melebihi dari pada kegagalan pada fungsi primer. Ini berarti kebutuhan
situasi dimana prestasinya jatuh dari batas yang dapat diterima. Dalam hal ini,
standar prestasi fungsional yang terkait dengan mudah untuk didefinisikan. Tetapi
banyak pertimbangan dari banyak orang. Yang perlu menjadi perhatian di sini
kegagalan. Dalam prakteknya, banyak waktu dan energi yang dihemat bila standar
prestasi disetujui sebelum kegagalan terjadi, dan bila setiap orang bertindak
dengan dasar standar tersebut apabila kegagalan memang terjadi. Inilah sebabnya
mengapa standar ini harus didefinisikan secara jelas untuk setiap item peralatan
pengaruh kegagalan komponen sesuai dengan level sistem, item-item khusus yang
Dari analisis ini dapat diprediksi komponen mana yang kritis, yang sering
rusak dan jika terjadi kerusakan pada komponen tersebut maka sejauh mana
mendapatkan database yang cukup detail pada saat menganalisis (sebagai contoh
pendefinisian sistem akurat, gambar terbaru /up to date) data failure rate.
Risk Priority Number (RPN) adalah sebuah pengukuran dari resiko yang bersifat
relatif. RPN diperoleh melalui hasil perkalian antara rating Severity, Occurrence
RPN = S x O x D
beresiko tinggi, sebagai penunjuk ke arah tindakan perbaikan. Ada tiga komponen
a. Severity (S)
Severity adalah tingkat keparahan atau efek yang ditimbulkan oleh mode
10. Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang terjadi memiliki dampak yang
sangat besar terhadap sistem. Berikut adalah nilai severity secara umum dapat
muncul akibat suatu penyebab tertentu pada mesin. Nilai rating Occurence
antara 1 sampai 10. Berikut adalah nilai Occurence secara umum dapat dilihat
c. Detection (D)
Deteksi diberikan pada sistem pengendalian yang digunakan saat ini yang
rating deteksi antara 1 sampai 10. Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang
terjadi sangat sulit terdeteksi. Berikut adalah nilai Detection secara umum
prioritas pada tiap mode kerusakan dan melakukan tinjauan dan fungsi, kegagalan
fungsi sehingga status mode kerusakan tidak sama. Prioritas suatu mode
Pada bagian kolom tabel LTA mengandung informasi mengenai nomor dan
nama kegagalan fungsi, nomor dan mode kerusakan, analisis kekritisan dan
mode kerusakan ke dalam satu dari empat kategori. Empat hal yang penting dalam
a. Evident, yaitu apakah operator mengetahui dalam kondisi normal, telah terjadi
mesin terhenti?
pertanyaan yang diajukan. Pada bagian ini komponen terbagi dalam 4 kategori,
yakni:
Pada Gambar 3.2. dapat dilihat struktur pertanyaan dari Logic Tree Analysis
(LTA).
Pemilihan tindakan merupakan tahap terakhir dalam proses RCM. Proses ini
akan menentukan tindakan yang tepat untuk mode kerusakan tertentu. Jika tugas
majemuk sampai suatu batas yang dapat diterima, maka perlu dilakukan tugas
tersebut.
b. Jika tindakan pencegahan dilakukan, akan tetapi biaya proses total masih lebih
dilakukan maintenance terjadwal (jika hal ini telah dilakukan dan ternyata
konsekuensi operasional yang terjadi masih terlalu besar, maka sudah saatnya
c. Jika dilakukan tindakan pencegahan, akan tetapi biaya proses total masih lebih
besar dari pada jika tidak dilakukan tindakan pencegahan, yang dapat
apabila biaya perbaikannya terlalu tinggi, maka sekali lagi sudah saatnya
mesin.
Distribusi Weibull adalah salah satu distribusi yang penting pada teori reliability.
pada sistem kompleks di dalam sistem engineering. Secara umum, distribusi ini
dapat digunakan untuk menjelaskan data saat waktu menunggu hingga terjadi
Dengan demikian, distribusi ini dapat diterapkan pada analisa resiko karena dapat
menduga umur pakai (life time) komponen. Fungsi-fungsi dari distribusi Weibull:
3. Fungsi Keandalan
MTTF adalah rata-rata waktu atau interval waktu kerusakan mesin atau
Γ = Fungsi Gamma, Γ(n) = (n-1)!, dapat diperoleh melalui nilai fungsi gamma.
Π = 3,142...
e = 2,718...
3. Fungsi Keandalan
Distribusi ini secara luas digunakan dalam kehandalan dan perawatan. Hal
ini dikarenakan distribusi ini mudah digunakan untuk berbagai tipe analisis dan
memiliki laju kegagalan yang konstan selama masa pakai. Fungsi-fungsi dari
distribusi Eksponensial:
3. Fungsi Keandalan
digunakan. Distribusi normal disebut juga distribusi Gauss yang ditemukan oleh
3. Fungsi Keandalan
(standar deviasi).
yaitu Alfredo Pareto (1848-1923). Diagram ini merupakan sustu gambar yang
mengurutkan klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking yang
sampai dengan masalah yang tidak harus segera diselesaikan (ranking terendah).
Diagram Pareto juga dapat mengidentifikasi masalah yang paling penting yang
itu, Diagram Pareto juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses,
4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari yang
digunakan.
masing-masing masalah.
data dikumpulkan secara teliti dan akurat oleh pemakai untuk diadakan
tersebut nantinya akan digunakan dan dianalisis secara cepat dan mudah.
Diagram sebab akibat mirip seperti tulang ikan, sehingga sering juga
disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram). Manfaat diagram sebab
direncanakan.
METODOLOGI PENELITIAN
Gula Kwala Madu (PGKM) yang bergerak dalam bidang industri produksi gula.
November 2016.
mesin. 7
Objek yang diamati adalah Proses Produksi Gula dan Sistem Perawatan
dalam penelitian ini terbagi atas variabel independen dan variabel dependen.
7
Sukaria Sinulingga, Metode Penelitian, USU Press, Medan, 2011, hal 29.
komponen/mesin.
kerusakan komponen/mesin.
4. Peluang Kerusakan
5. Life Time
6. Downtime Minimum
1. Reliability
dengan baik tanpa mengalami kerusakan pada suatu kondisi dan waktu
tertentu.
2. Availability
Keterangan :
oleh variabel life time dan waktu antar kerusakan dimana semakin besar life time
maka peluang kerusakan juga akan secara kumulatif menjadi lebih besar,
peluang kerusakan maka nilai ekspetasi kerusakan juga semakin besar. Semakin
optimum ini, maka reliability juga akan meningkat. Fraksi waktu downtime yang
Minimum, juga dipengaruhi oleh waktu perbaikan korektif dan waktu perbaikan
preventif komponen/mesin.
berikut:
Selain itu, studi literatur tentang metode pemecahan masalah yang digunakan
a. Data primer yaitu urutan proses produksi gula, cara kerja mesin dan cara
produksi gula, mesin-mesin produksi gula, cara kerja mesin produksi, dan
Maintenance (RCM).
sistem perawatan.
Pada proses ini terdapat beberapa langkah yang dapat dilihat pada Gambar
4.2.
MULAI
Pemilihan Tindakan
SELESAI
Minimum Downtime.
perawatan.
aktual.
Studi Literatur
Studi Pendahuluan
1. Teori Buku
1. Uraian proses produksi
2. Referensi Jurnal Penelitian
2. Informasi pendukung
3. Langkah-langkah
3. Masalah
penyelesaian
Pengumpulan Data
1. Data primer
- Urutan proses produksi gula
- Cara kerja mesin
- Jumlah mesin
2. Data sekunder
- Data historis downtime mesin
- Interval kerusakan mesin
Pengolahan Data
SELESAI
Kwala Madu (PGKM). Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data
PTPN II PGKM.
selama 6 bulan produksi pada tahun 2015, yaitu pada bulan Februari 2015 sampai
dengan Juli 2015. Penentuan rentang waktu penggunaan data disebabkan karena
PTPN II PGKM beroperasi pada bulan-bulan tersebut selama tahun 2015. Data
berikut ini.
kerusakannya lebih besar dari atau sama dengan 10 (> 10) frekuensi selama masa
produksi) ditampilkan pada Tabel 5.3. Data diperoleh dengan merekapitulasi laporan
1 dan 2 8 8 15 17 32 15 40 18 25 26 9 12 29 17 24 19 18 30 26 16
2 dan 3 17 6 15 13 31 12 32 16 16 14 19 13 31 19 29 10 11 28 20 21
3 dan 4 9 17 16 14 28 11 18 7 10 38 22 21 24 30 46 11 22 18 9 14
4 dan 5 15 18 19 21 22 19 21 9 15 31 18 22 25 10 26 20 17 18 23 26
5 dan 6 7 10 17 17 19 10 13 14 16 20 15 15 27 16 19 23 15 9 21
6 dan 7 11 10 9 15 23 12 18 16 11 21 36 25 9 23 35 19 10
7 dan 8 11 9 10 11 16 21 27 14 25 15 20 9 21 17
8 dan 9 13 18 14 10 18 17 30 15 22 29 16 8 17 9
9 dan 10 12 18 7 16 8 19 10 19 15 18 16 10 8
10 dan 11 11 11 11 16 21 11 13 13 16
11 dan 12 14 14 15 16 18 18 10
12 dan 13 10 14 7 8
13 dan 14 17 7 12
14 dan 15 14 15
15 dan 16 5
Sumber : Departemen Maintenance PTPN II PGKM, 2016.
reliabilitas mesin.
2016 di PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM).
dilakukan oleh teknisi pabrik saat melakukan penanganan, maka dapat ditetapkan
Operator melaporkan
kerusakan ke bagian
maintenance
Ya
Mekanik
mengidentifikasi
masalah kerusakan
Mekanik mengidentifikasi
kebutuhan peralatan dan
spare part
Tidak
Supervisor setuju?
Ya
Tidak
Ya
Mempersiapkan rencana
perbaikan
Mekanik melakukan
kegiatan perbaikan
Mekanik menjalankan
mesin
Mesin berfungsi?
Ya
Selesai
mesin produksi PT. Perkebunan Nusantara II Pabrik Gula Kwala Madu (PTPN II
PGKM) yang terjadi pada sistem perawatan sekarang dengan menggunakan Cause
and Effect Diagram (Fishbone Diagram). Identifikasi ini bertujuan untuk mencari
dan lingkungan.
sumber penyebab masalah dalam bentuk level yang diyakini merupakan akar
8
Dorothea Wahyuni, Pengendalian Kualitas Statistik. Hal 19-21.
maka digambarkan diagram sebab akibat (cause and effect diagram) yang dapat
:Lingkungan Mesin/Peralatan
Metode Manusia
Melalui diagram sebab akibat (cause and effect diagram) di atas, dapat
prosedur perawatan yang kurang jelas dan belum efektifnya jadwal pergantian
komponen (kedua faktor ini dominan mempengaruhi level 1,2, dan 3).
daya tidak dipersiapkan dengan baik ketika terjadi kerusakan. Hal ini
sistematis, yaitu:
7. Pemilihan Tindakan.
Sistem yang dipilih dalam penelitian ini adalah sistem produksi gula. Sistem
terdiri dari:
1. Pengerjaan Pendahuluan.
3. Pemurnian (Klarifikasi).
4. Penguapan (Evaporasi).
5. Pemasakan.
6. Pemutaran/Pemisahan.
7. Penyelesaian.
Sub Sistem produksi PTPN II Pabrik Gula Kwala Madu dapat dilihat pada
Gambar 5.3.
Pengerjaan Pendahuluan
Penggilingan (Ekstraksi)
Pemurnian (Klarifikasi)
Penguapan (Evaporasi)
Produksi Gula PTPN II PGKM
Pemasakan
Pemutaran/Pemisahan
Penyelesaian
Pengemasan dan
Penggudangan
Gambar 5.3. Sistem dari Sub Sistem Produksi Gula PTPN II Pabrik Gula
Kwala Madu
dokumen perusahaan. Proses produksi gula PGKM melalui beberapa tahapan seperti
1. Memperoleh batasan yang jelas tentang apa yang harus dilibatkan dan tidak di
2. Memberikan penjelasan dan tidak saling tumpang tindih antara sistem yang
berkaitan.
3. Batasan sistem menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan input
apa yang masuk dan output apa yang keluar dari sistem sehingga analisis
(boundary details) yang dapat dilihat pada Gambar 5.4. dan Gambar 5.5.
deskripsi sistem dan diagram blok fungsi, terdiri dari beberapa item yang harus
dikembangkan yaitu:
RCM-System Analysis
Step 2-1 System Boundary Definition Plant ID :
Information : Boundary Details System ID :
Plant : PTPN II Pabrik Gula Kwala Madu Rev no :
System : Sugar Production Date : 07/03/2016
Analyst : Adra Tondang
Gambaran Fungsi (Functional Description)
Pengerjaan Pendahuluan:
Tebu yang telah ditebang diangkut ke pabrik dengan truk. Tebu ditimbang.Tebu
dikeluarkan dari truk menggunakan truck tippler atau cane lifter hilo ke dalam cane
feeding table sesuai dengan kapasitas giling dengan tenaga hidrolik. Tebu dimasukkan
ke cane leveller menuju mesin cane cutter menggunakan feeding cane carrier. Tebu
dipotong-potong dan dihaluskan menggunakan mesin cane cutter dan mesin
unigrator.
Penggilingan:
Tebu digiling dan diperas menggunakan mesin mill roll untuk mendapatkan air nira
mentah. Nira mentah hasil penggilingan dan pemerasan dimasukkan ke dalam bak
penampungan primary juice. Ampas halus hasil proses penggilingan digunakan untuk
membantu proses penyaringan alat vaum filter. Ampas kasar hasil proses penggilingan
digunakan sebagai bahan bakar boiler.
System : Sugar Production Mon, 07 Mar 2016
Page 1 of 2
Step 2-1 Boundary Details
fungsi sistem dengan jelas. Blok Diagram Fungsi mesin PTPN II PG Kwala
Tebu
Pengerjaan
Pendahuluan
Penggilingan
Pemurnian
Penguapan
Pemasakan
Pemutaran/
Pemisahan
Penyelesaian
Pengemasan
Penggudangan
b. Mesin Unigrator
a. Masukan Sistem
Pada bagian berikut akan diuraikan elemen yang masuk ke dalam sistem
1) Tebu
2) Listrik
gula.
3) Susu Kapur
Susu kapur digunakan untuk mengubah pH nira yang asam (5,6) menjadi
basa (8,0-8,5) karena gula akan rusak bila diatur dalam keadaan asam.
4) Gas SO2
Gas SO2 digunakan untuk menurunkan pH nira yang berada pada suhu
6) Udara Panas
b. Keluaran Sistem
Pada bagian berikut akan diuraikan elemen yang masuk ke dalam sistem
1) Ampas Kasar
Ampas kasar berasal dari proses penggilingan tebu yang telah dicacah.
2) Ampas Halus
Ampas halus berasal dari proses penggilingan tebu yang telah dicacah.
filter.
Uap dan gas berasal dari proses pemurnian nira mentah. Uap dan gas
4) Nira Kotor
Nira kotor dibawa ke mud feed mixer dan dicampur dengan ampas halus.
tambahan perusahaan.
7) Kristal Gula
c. Hubungan
Interaksi antar unit proses yang terdapat pada sistem produksi gula PTPN
unit dapat memberikan efek terhadap unit yang lain, unit proses sebelum
dalam sebuah sistem kerja. Pada tahapan ini akan digambarkan himpunan
daftar komponen untuk setiap bagian-bagian fungsi sub sistem. Sistem ini
terdiri dari dua komponen utama yaitu diagram dan kode dari sub
Pengerjaan A.1
Pendahuluan
A.2
A.3
Penggilingan
A.4
(Ekstraksi)
A.5
A
A.6
Pemurnian
(Klarifikasi) A.7
A.8
A.9
Penguapan
(Evaporasi)
A.10
Pemasakan B.2
B B.3
B.4
Pemutaran/
Pemisahan B.5
C.1
C.2
Penyelesaian
C C.3
C.4
Pengemasan dan
Penggudangan C.5
1. Disc
2. Disc Knife
3. Cane Knife
5. Bearing
6. Mata Pisau
7. V-Belt
8. Cylinder Rotor
9. Handle Freed
10. Rotor
1. Hammer
2. Disc
3. Rotor
4. Disc
1. Scrapper Plate
2. Plat
4. Baggage Elevator
5. Feeding Roll
Data historis elemen mesin produksi PTPN II PG Kwala Madu yang meliputi
jenis kegagalan dan penyebab kegagalan dapat dilihat pada Tabel 5.8.
2. Disc Knife Disc Knife kurang Oli pelumas tidak tersedia (out of stock)
pelumas
3. Cane Knife Cane Knife Kondisi tebu yang terlalu tebal dan keras
tumpul
4. Mur dan Baut Mur dan Baut Gesekan antara tebu dengan mur dan baut
putus keras sehingga menyebabkan keausan
5. Bearing Bearing panas Grease yang kering karena kurang pelumas
6. Mata Pisau Mata Pisau patah Pengaturan yang terlalu rapat dengan rotor
11. Scrapper Plate Scrapper Plate Gigi putus karena kemasukan ampas
aus
12. Plat Plat bergetar Baut ampas plat putus
13. Standard Mill Standard Mill Baut set cup atau top roll putus
Check Check bergetar
15. Feeding Roll Feeding Roll Waste yang menempel pada cutter (pisau)
macet Feeding Roll
16. Ham`mer Hammer tumpul Kondisi tebu yang tebal dan keras
akan lebih terstruktur dan mudah dilakukan dengan pengkodean fungsi dan
1. Huruf melambangkan nama unit operasi dari mesin PTPN II PG Kwala Madu.
Kwala Madu.
sering rusak dan jika terjadi kerusakan pada komponen tersebut maka sejauh
tersebut dengan tindakan pemeliharaan yang tepat. Hal utama dalam FMEA
adalah Risk Priority Number (RPN). RPN merupakan hasil perhitungan matematis
Hasil dari RPN menunjukkan tingkatan prioritas peralatan yang dianggap beresiko
3. Penyebab kerusakan (failure causes) adalah masuknya besi atau batu ke dalam
disc.
Analisis ini memiliki tujuan untuk memberikan prioritas pada tiap mode
kerusakan dan melakukan tinjauan dan fungsi, kegagalan fungsi sehingga status
mode kerusakan tidak sama. Empat hal yang penting dalam analisis kekritisan
a. Evident : Ya
b. Safety : Tidak
c. Outage : Ya
kegagalan fungsi sistem mesin produksi PTPN II PG Kwala Madu dapat dilihat
YA TIDAK
B C
Outage Problem Kemungkinan kecil Economic Problem
Tabel 5.11. Rekapan Hasil Identifikasi LTA pada PTPN II PG Kwala Madu
No. Komponen Failure Mode Evident Safety Outage Category
1. Disc Disc pecah Y T Y B
2. Disc Knife Disc Knife T T Y D/B
kurang pelumas
3. Cane Knife Cane Knife T T Y D/B
tumpul
4. Mur dan Baut Mur dan Baut Y T Y B
putus
5. Bearing Bearing panas Y T Y B
6. Mata Pisau Mata Pisau patah Y T Y B
7. V-Belt V-Belt putus Y T Y B
8. Cylinder Rotor Cylinder Rotor Y T Y B
macet
9. Handle Freed Handle Freed T T Y D/B
lepas
10. Rotor Rotor kendur T T Y D/B
11. Hammer Hammer tumpul T T Y D/B
12. Disc Disc pecah Y T Y B
13. Rotor Rotor macet Y T Y B
14. Disc Disc kurang T T Y D/B
pelumas
15. Bearing Bearing panas Y T Y B
16. Scrapper Plate Scrapper Plate Y T Y B
aus
17. Plat Plat bergetar Y T Y B
18. Standard Mill Standard Mill T T Y D/B
Check Check bergetar
19. Baggage Baggage Y T Y B
Elevator Elevator
tersumbat
20. Feeding Roll Feeding Roll Y T Y B
macet
Sumber : Pengolahan Data, 2016.
(selection guide) yang disesuaikan pada road map pemilihan tindakan. Proses ini
2. Efektif, tugas tersebut harus merupakan pilihan dengan biaya yang paling
berikut:
2. Fungsi disc adalah menopang sebagai tangkai pisau pemotong tebu pada
Ya Sebagian
Ya Tidak
Ya
Ya
Ya Tidak
Tidak
Tidak Ya
Tabel 5.12.
1. Condition Directed (CD) yaitu tindakan yang diambil dengan tujuan untuk
ini adalah:
2. Time Directed (T.D) yaitu tindakan yang diambil yang lebih berfokus pada
VI-142
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
a. Disc pada mesin Cane Cutter
3. Finding Failure (F.F) yaitu tindakan yang diambil dengan tujuan untuk
yang akan diuji pola distribusinya dan kemudian ditentukan nilai Reliability adalah
Komponen tersebut adalah Disc pada mesin Cane Cutter, Mur dan Baut pada mesin
Cane Cutter, Mata Pisau pada mesin Cane Cutter, Disc pada mesin Unigrator, Plat
dari data yang teramati. Hasil pengujian pola distribusi masing-masing komponen
Lampiran 2. Hasil rekapitulasi uji distribusi dan parameter dengan Software EasyFit
persamaan dan grafik fungsi konsep reliability. Persamaan konsep reliability dari
sebagai berikut:
𝑡𝛽−1 𝑡
𝑓(𝑡) = exp [− ( )]
𝛼 𝛽 Γ(β) 𝛼
𝑡 0.79609−1 𝑡
𝑓(𝑡) = exp [− ( )]
15,163 0,79609 Γ(0,79609) 15,163
α, β ≥ 0
𝑡
𝑡 0,79609−1 𝑡
𝐹(𝑡) = ∫ 0,79609
exp [− ( )] 𝑑𝑡
15,163 Γ(0,79609) 15,163
0
c. Fungsi Keandalan
𝑅(𝑡) = 1 − 𝐹(𝑡)
𝑡 0,79609−1 𝑡
𝑓(𝑡) exp [− ( )]
15,163 0,79609 Γ(0,79609) 15,163
ℎ(𝑡) = = ∞ 𝑡 0,79609−1 𝑡
𝑅(𝑡) ∫𝑡 15,163 0,79609 Γ(0,79609) exp [− (15,163 )] 𝑑𝑡
1 (𝑡 − 𝜇)2
𝑓(𝑡) = exp (− ); − ∞ < 𝑡 < ∞
𝜎√2𝜋 2𝜎 2
1 (𝑡 − 15,091)2
𝑓(𝑡) = exp (− )
3,0481√2𝜋 2(3,0481)2
𝑡
(𝑡 − 15,091)2
1
𝐹(𝑡) = ∫ exp (− ) 𝑑𝑡
3,0481√2𝜋 2(3,0481)2
0
c. Fungsi Keandalan
∞
1(𝑡 − 15,091)2
𝑅(𝑡) = ∫ exp (− ) 𝑑𝑡
3,0481√2𝜋 2(3,0481)2
𝑡
𝑅(𝑡) = 1 − 𝐹(𝑡)
1 (𝑡−15,091)2
𝑓(𝑡) exp (− )
3,0481√2𝜋2(3,0481)2
ℎ(𝑡) = (𝑡−15,091)2
𝑅(𝑡) ∫∞ 1
exp (− 2(3,0481)2 ) 𝑑𝑡
𝑡 3,0481√2𝜋
𝑡𝛽−1 𝑡
𝑓(𝑡) = 𝛽
exp [− ( )]
𝛼 Γ(β) 𝛼
𝑡 0.79609−1 𝑡
𝑓(𝑡) = exp [− ( )]
9,9815 1,4026 Γ(1,4026) 9,9815
α, β ≥ 0
𝑡
𝑡1,4026−1 𝑡
𝐹(𝑡) = ∫ 1,4026
exp [− ( )] 𝑑𝑡
9,9815 Γ(1,4026) 9,9815
0
c. Fungsi Keandalan
∞
𝑡1,4026−1 𝑡
𝑅(𝑡) = ∫ 1,4026
exp [− ( )] 𝑑𝑡
9,9815 Γ(1,4026) 9,9815
𝑡
𝑅(𝑡) = 1 − 𝐹(𝑡)
𝑡 1,4026−1 𝑡
𝑓(𝑡) exp [− (9,9815 )]
9,9815 1,4026 Γ(1,4026)
ℎ(𝑡) = = ∞ 𝑡 1,4026−1 𝑡
𝑅(𝑡) ∫𝑡 9,9815 1,4026 Γ(1,4026) exp [− (9,9815 )] 𝑑𝑡
1 (𝑡 − 𝜇)2
𝑓(𝑡) = exp (− ); − ∞ < 𝑡 < ∞
𝜎√2𝜋 2𝜎 2
1 (𝑡 − 18,889)2
𝑓(𝑡) = exp (− )
4,5123√2𝜋 2(4,5123)2
𝑡
1 (𝑡 − 18,889)2
𝐹(𝑡) = ∫ exp (− ) 𝑑𝑡
4,5123√2𝜋 2(4,5123)2
0
c. Fungsi Keandalan
∞
1 (𝑡 − 18,889)2
𝑅(𝑡) = ∫ exp (− ) 𝑑𝑡
4,5123√2𝜋 2(4,5123)2
𝑡
𝑅(𝑡) = 1 − 𝐹(𝑡)
1 (𝑡−18,889)2
𝑓(𝑡) exp (− )
2(4,5123)2
4,5123√2𝜋
ℎ(𝑡) = (𝑡−18,889)2
𝑅(𝑡) ∫∞ 1
exp (− 2(4,5123)2 ) 𝑑𝑡
𝑡 4,5123√2𝜋
16,697−1 16,697
16,697 𝑡 𝑡
𝑓(𝑡) = ( ) exp [(− ) ]
2,6239 2,6239 2,6239
15,697 16,697
𝑡 𝑡
𝑓(𝑡) = 6,3634 ( ) exp [(− ) ]
2,6239 2,6239
𝛼, 𝛽 ≥ 0
𝑡 𝛽
𝐹(𝑡) = 1 − exp [(− ) ]
𝛼
16,697
𝑡
𝐹(𝑡) = 1 − exp [(− ) ]
2,6239
c. Fungsi Keandalan
𝑡 𝛽
𝑅(𝑡) = exp [(− ) ]
𝛼
16,697
𝑡
𝑅(𝑡) = exp [(− ) ]
2,6239
𝑅(𝑡) = 1 − 𝐹(𝑡)
𝑓(𝑡) 𝛽 𝑡 𝛽−1
ℎ(𝑡) = = ( )
𝑅(𝑡) 𝛼 𝛼
16,697−1
𝑓(𝑡) 16,697 𝑡
ℎ(𝑡) = = ( )
𝑅(𝑡) 2,6239 2,6239
15,697
𝑓(𝑡) 𝑡
ℎ(𝑡) = = 6,3634 ( )
𝑅(𝑡) 2,6239
0.3
0.28
0.26
0.24
0.22
0.2
0.18
f(x)
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
x
Histogram Gamma
Gambar 5.11. Probability Density Function Disc pada Mesin Cane Cutter
Sumber : Pengolahan Data, 2016.
0.9
0.8
0.7
0.6
F(x)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
x
Sample Gamma
Survival Function
0.9
0.8
0.7
0.6
S(x)
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
x
Sample Gamma
Grafik konsep keandalan Hazard function komponen Disc pada mesin Cane
0.48
0.44
0.4
0.36
0.32
0.28
h(x)
0.24
0.2
0.16
0.12
0.08
0.04
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
x
Gamma
Grafik konsep keandalan dari komponen Mur dan Baut pada mesin Cane
Cutter, Mata Pisau pada mesin Cane Cutter, Disc pada mesin Unigrator, Plat pada
(tidak berada dalam kondisi yang baik) sehingga membuat fungsi sistem tidak
berjalan. Prinsip dasar pendekatan total minimum downtime adalah untuk menekan
selama satu hari. Waktu yang diperlukan untuk mengganti komponen karena terjadi
kerusakan disimbolkan dengan Tf, dan waktu yang diperlukan untuk mengganti
𝑡𝛽−1 𝑡
𝑓(𝑡) = 𝛽
exp [− ( )]
𝛼 Γ(β) 𝛼
𝑡 0.79609−1 𝑡
𝑓(𝑡) = 0,79609
exp [− ( )]
15,163 Γ(0,79609) 15,163
𝑓(1) = 0
𝑓(2) = 0
Perhitungan nilai f(4), f(5), …, …, f(t) dengan cara yang sama dengan
Dengan rumus
𝑡𝑝−1 𝑖+1
= {1 + 0} 𝑥 0
=0
= {1 + 0} 𝑥 0
=0
= {1 + 0} 𝑥 0
=0
Perhitungan nilai h(4), h(5),…….., h(t) dengan cara yang sama dengan
Dengan rumus
ℎ(𝑡𝑝) 𝑇𝑓 + 𝑇𝑝
𝐷(𝑡𝑝) =
𝑡𝑝 + 𝑇𝑝
kerusakan.
(0)(0,08541667)+(0,4722222)
𝐷(0) = = 1
0+(0,08541667)
(0)(0,08541667)+(0,4722222)
𝐷(1) = = 0,320754707
1+(0,08541667)
(0)(0,08541667)+(0,4722222)
𝐷(2) = = 0,191011231
2+(0,08541667)
(0)(0,08541667)+(0,4722222)
𝐷(3) = = 0,136000191
3+(0,08541667)
Perhitungan nilai D(4), D(5), …, …, D(t) dengan cara yang sama dengan
Minimum Downtime (TMD) dari komponen disc mesin cane cutter memiliki
minimum downtime pada hari ke-14 dengan nilai D(14) sebesar 0,042209369.
5.15.
Perkebunan Nusantara (PTPN) II Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) maka dapat
diperoleh nilai RPN (Risk Priority Number) untuk setiap komponen. Nilai RPN
untuk setiap komponen yang telah diurutkan berdasarkan nilai RPN terbesar ke
utama yang memiliki nilai RPN yang tinggi (> 300) dalam menyebabkan
downtime produksi gula, yaitu komponen disc pada mesin cane cutter, mur dan
baut pada mesin Cane Cutter, bearing pada mesin unigrator, scrapper plate pada
mesin mill roll dan standard mill check pada mesin mill roll.
penelitian, tidak terdapat komponen mesin dalam sistem produksi gula PTPN
hasil penelitian, tidak ada komponen yang termasuk dalam kategori ini.
disadari dan sulit dideteksi oleh operator karena tersembunyi dari penglihatan
Tabel 6.2. Rekapitulasi Hasil Penyususan LTA Sistem Produksi Gula PTPN
II PGKM
No. Kategori Jumlah Komponen Persentase (%)
1. A 0 0
2. B 13 65
3. C 0 0
4. D/B 7 35
Total 20 100
Sumber : Pengolahan Data Reliability Centered Maintenance, 2016.
Maintenance)
2. Deskripsi Unit
3. Peralatan
Obeng, linggis, kunci pas, baut L, termometer, test pen, palu, tang,
tachometer.
4. Acuan
5. Prosedur
CD (Condition Directed).
dengan lebih berfokus pada aktivitas pergantian yang dilakukan secara berkala.
1. Judul Unit
2. Deskripsi Unit
3. Peralatan
Obeng, linggis, kunci pas, baut L, termometer, test pen, palu, tang,
tachometer.
5. Prosedur
1. Judul Unit:
2. Deskripsi unit:
3. Peralatan:
4. Acuan:
Mechanical Departement.
akan dilakukan.
dilakukan pada komponen yang bersifat berdasarkan waktu (Time Directed) yaitu
komponen Disc mesin Cane Cutter, komponen Mur dan Baut mesin Cane Cutter,
maka dapat disusun jadwal perawatan komponen selama 1 tahun yang dapat
Hasil penurunan downtime sistem sekarang dan usulan dapat dilihat pada
Tabel 6.7.
Downtime yang ditampilkan dalam tabel di Lampiran L-7. Pada Tabel 6.7. di atas,
R(t)=1-F(t)
dengan rumus:
R(t-nT)= 1- F(t-nT)
kurun waktu t, T adalah interval pergantian komponen, dan F(t) adalah frekuensi
1,00
0,80
Reliability
0,60
Reliability Aktual
0,40 Reliability Hasil RCM
0,20
0,00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
Hari Ke-
Peningkatan reliability dari komponen mur dan baut mesin cane cutter
1,00
0,80
Reliability
0,60
Reliability Aktual
0,40 Reliability Hasil RCM
0,20
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Hari Ke-
Gambar 6.3. Peningkatan Reliability Mur dan Baut Mesin Cane Cutter
1,00
0,80
Reliability
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415
Hari Ke-
1,00
0,80
Reliability
0,00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21
Hari Ke-
1,00
0,80
Reliability
0,60
Reliability Aktual
0,20
0,00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Hari Ke-
A(t)=1-D(t)
availability sebesar 99,82% yang memiliki arti waktu komponen untuk dapat
beroperasi sesuai fungsinya adalah sebesar 99,82% dari waktu yang tersedia.
Peningkatan nilai tersebut dapat menjadikan PTPN II PGKM sebagai pabrik gula
Selain itu, PTPN PGKM sebagai pabrik tua dengan umur pabrik mencapai
revitalisasi pabrik. Hal ini sesuai dengan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010
PG BUMN sebanyak 51 unit yang rata-rata umur mesinnya sudah tua, maka
lain pihak, dana yang disediakan pemerintah terbatas. Pemerintah perlu membuat
prioritas dengan mengalokasikan dana kepada pabrik gula yang memang sangat
awal tentang kondisi peralatan pabrik gula agar sasaran restrukturisasi berjalan
efektif.9
9
Subiyanto. Analisis Efektifitas Mesin/Alat Pabrik Gula Menggunakan Metode Overall
Equipments Effectiveness. Pusat Audit Teknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi,
2014.
Jika dibandingkan dengan kondisi PTPN II dengan Pabrik Gula yang lain
yang ada di Indonesia, maka kondisi Pabrik Gula Kwala Madu tidak berada pada
prioritas untuk direvitalisasi. Hal ini disebabkan karena kondisi pabrik gula yang
pabrik), tetapi juga karena sebab eksternal khususnya pasokan tebu ke pabrik.
terkait data down time karena sebab mesin/alat pabrik (faktor dalam). Terpisahnya
kepemilikan dan manajemen antara kebun dan pabrik sebagai konsekuensi atas
keluarnya Kepres nomor 14 tahun 1975, kewenangan pabrik atas pasokan tebu
kebun khususnya dalam hal manajemen tebang angkut, agar pasokan tebu ke
kurang seimbang sehingga kecepatan alat harus disesuaikan pada tingkatan yang
dengan informasi tentang OEE per stasiun alat agar pemilihan jenis mesin/alat
yang akan direvitalisasi tepat sasaran dan mampu memberikan nilai tambah
maksimal.
Quality dalam industri gula kristal putih nilainya sangat dipengaruhi oleh
losses. Konversi nira tebu menjadi gula kristal putih merupakan proses fisika,
PG BUMN saat ini masih menggunakan cara manual yang akurasinya sukar
nilai quality. Alat ini perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan program
7.1. Kesimpulan
(≥300) yaitu:
komponen Mur dan Baut mesin Cane Cutter, komponen Mata Pisau mesin
Mur dan Baut mesin Cane Cutter, komponen Mata Pisau mesin Cane Cutter,
komponen Disc mesin Unigrator, dan komponen Plat mesin Mill Roll
7.2. Saran
baik.
5. Untuk dapat menerapakan metode ini dengan baik, maka seluruh bagian
Palit, Herry Christian dan Winny Sutanto. 2012. Perancangan RCM untuk
Produksi pada Pabrik Teh Hitam dengan Metode RCM di PTPN VI Kebun
Kayu Aro. E-Jurnal Teknik Industri FT USU Vol. 3, No. 2. (Diakses pada
September 2014)
Wahyudi, Didik. dkk. 2010. Analisis Perawatan Unit Pembangkitan Gresik Unit
November 2010)
sebagai berikut:
1. Manager Pabrik
efisien.
manajemen pabrik.
manajemen pabrik.
dan efisien.
operasional di Pabrik.
d. Memberikan usul dan saran perbaikan kepada manager pabrik yang dapat
3. Asisten Boiler
a. Stasiun boiler dipimpin oleh seorang staf dan dibantu oleh mandor,
bertugas mengelola peralatan dan sumber daya lainnya pada stasiun boiler.
4. Asisten Gilingan
giling.
a. Stasiun Gilingan dipimpin oleh seorang staf yang dibantu oleh mandor
ketetapan.
peralatan.
berkaitan.
a. Work Shop dipimpin oleh seorang staf dibantu oleh mandor serta tenaga
a. Asisten Cane Yard dibantu mandor dan dipimpin oleh seorang staf dan
pabrik.
dan efisien.
penyimpangan operasional.
a. Stasiun pemurnian dipimpin oleh seorang staf yang dibantu mandor dan
a. Stasiun putaran dipimpin oleh seorang staf yang dibantu mandor dan
a. Stasiun penguapan dipimpin oleh seorang staf yang dibantu mandor dan
mungkin.
bidang administrasi.
perusahaan.
limbah.
a. Bidang instrument dipimpin oleh seorang staff dan dibantu oleh mandor,
instrument.
ketetapan.
instrument.
teknik.
a. Menjaga keamanan pabrik dan aset –aset yang dimilikinya. Askam( /Papam
dibidang keamanan.
keamanan.
dikantor direksi.
keamanan.
keluarga.
stasiun boiler.
stasiun Gilingan.
Gilingan.
stasiun Listrik.
Cane Yard.
Instrument.
peralatan Instrument.
bidang.
37. Hansip
Laboratorium.
Lab.
Gudang.
Gudang.
perusahaan..
finansial.
Keuangan.
a. Koordinator SDM & Umum bertanggung jawab kepada Asisten SDM &
Umum.
a. Mandor SDM & Umum bertanggung jawab kepada Koordinator SDM &
Umum.
Gula.
Gula.
Timbangan.
Pemurnian.
mungkin.
Penguapan.
Masakan.
Putaran.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa beban kerja untuk setiap
Penyebab Downtime
Tanggal
Mesin Komponen
06-02-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
08-02-2015 Mill Roll Plat bergetar
09-02-2015 Unigrator Disc pecah
12-02-2015 Cane Cutter Disc pecah
12-02-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
13-02-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
14-02-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
14-02-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
15-02-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
16-02-2015 Unigrator Rotor macet
18-02-2015 Cane Cutter Bearing panas
19-02-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
20-02-2015 Cane Cutter Disc pecah
20-02-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
20-02-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
21-02-2015 Unigrator Disc pecah
21-02-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
22-02-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
24-02-2015 Unigrator Hammer tumpul
26-02-2015 Mill Roll Plat bergetar
26-02-2015 Mill Roll Standard Mill Check bergetar
27-02-2015 Cane Cutter Rotor kendur
01-03-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
02-03-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
02-03-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
04-03-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
05-03-2015 Unigrator Hammer tumpul
06-03-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
06-03-2015 Unigrator Disc pecah
08-03-2015 Unigrator Bearing panas
09-03-2015 Cane Cutter Disc pecah
09-03-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
09-03-2015 Mill Roll Plat bergetar
10-03-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
10-03-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
11-03-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
Penyebab Downtime
Tanggal
Mesin Komponen
16-03-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
16-03-2015 Cane Cutter V-Belt putus
17-03-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
17-03-2015 Unigrator Rotor macet
18-03-2015 Cane Cutter Disc pecah
18-03-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
18-03-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
19-03-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
19-03-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
21-03-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
22-03-2015 Cane Cutter Bearing panas
24-03-2015 Unigrator Hammer tumpul
25-03-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
25-03-2015 Cane Cutter Rotor kendur
26-03-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
27-03-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
27-03-2015 Unigrator Disc pecah
28-03-2015 Mill Roll Standard Mill Check bergetar
29-03-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
31-03-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
31-03-2015 Mill Roll Plat bergetar
31-03-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
01-04-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
01-04-2015 Unigrator Bearing panas
01-04-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
02-04-2015 Cane Cutter Disc pecah
03-04-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
05-04-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
06-04-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
07-04-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
08-04-2015 Cane Cutter Rotor kendur
08-04-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
09-04-2015 Cane Cutter Disc pecah
14-04-2014 Mill Roll Feeding Roll macet
15-04-2015 Unigrator Hammer tumpul
16-04-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
16-04-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
17-04-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
17-04-2015 Unigrator Rotor macet
17-04-2015 Mill Roll Plat bergetar
Penyebab Downtime
Tanggal
Mesin Komponen
17-04-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
18-04-2015 Unigrator Disc pecah
20-04-2015 Cane Cutter Disc pecah
20-04-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
20-04-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
21-04-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
21-04-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
22-04-2015 Cane Cutter Bearing panas
25-04-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
25-04-2015 Cane Cutter V-Belt putus
25-04-2015 Mill Roll Standard Mill Check bergetar
27-04-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
30-04-2015 Unigrator Bearing panas
01-05-2015 Cane Cutter Disc pecah
03-05-2015 Unigrator Hammer tumpul
03-05-2015 Unigrator Disc pecah
04-05-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
04-05-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
07-05-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
07-05-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
08-05-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
09-05-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
10-05-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
10-05-2015 Mill Roll Plat bergetar
10-05-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
10-05-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
11-05-2015 Unigrator Rotor macet
13-05-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
13-05-2015 Mill Roll Standard Mill Check bergetar
14-05-2015 Cane Cutter Disc pecah
16-05-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
16-05-2015 Cane Cutter Rotor kendur
17-05-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
19-05-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
19-05-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
20-05-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
20-05-2015 Cane Cutter Bearing panas
21-05-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
23-05-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
23-05-2015 Unigrator Hammer tumpul
24-05-2015 Unigrator Disc pecah
Penyebab Downtime
Tanggal
Mesin Komponen
25-05-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
25-05-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
26-05-2015 Cane Cutter Disc pecah
26-05-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
27-05-2016 Cane Cutter V-Belt putus
31-05-2015 Mill Roll Standard Mill Check bergetar
31-05-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
01-06-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
03-06-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
03-06-2015 Unigrator Hammer tumpul
03-06-2015 Mill Roll Plat bergetar
05-06-2015 Unigrator Rotor macet
06-06-2015 Cane Cutter Disc pecah
07-06-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
08-06-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
09-06-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
10-06-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
11-06-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
11-06-2015 Cane Cutter Bearing panas
12-06-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
12-06-2015 Mill Roll Plat bergetar
13-06-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
13-06-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
14-06-2015 Cane Cutter V-Belt putus
15-06-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
15-06-2015 Unigrator Bearing panas
15-06-2015 Mill Roll Standard Mill Check bergetar
16-06-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
16-06-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
16-06-2015 Cane Cutter Rotor kendur
17-06-2015 Unigrator Hammer tumpul
18-06-2015 Unigrator Disc pecah
20-06-2015 Cane Cutter Disc pecah
20-06-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
20-06-2015 Unigrator Rotor macet
20-06-2015 Mill Roll Plat bergetar
24-06-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
27-06-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
27-06-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
Penyebab Downtime
Tanggal
Mesin Komponen
28-06-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
29-06-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
29-06-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
30-06-2015 Cane Cutter Disc pecah
30-06-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
30-06-2015 Cane Cutter Bearing panas
01-07-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
02-07-2015 Cane Cutter Rotor kendur
02-07-2015 Unigrator Hammer tumpul
05-07-2015 Cane Cutter V-Belt putus
06-07-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
06-07-2015 Mill Roll Plat bergetar
06-07-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
08-07-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
10-07-2015 Unigrator Disc pecah
11-07-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
11-07-2015 Unigrator Bearing panas
12-07-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
12-07-2015 Unigrator Hammer tumpul
12-07-2015 Mill Roll Scraper Plate aus
14-07-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
15-07-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
15-07-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
16-07-2015 Cane Cutter Handle Freed lepas
17-07-2015 Cane Cutter Disc pecah
19-07-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
19-07-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
19-07-2015 Mill Roll Plat bergetar
20-07-2015 Mill Roll Standard Mill Check bergetar
21-07-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
23-07-2015 Unigrator Disc kurang pelumas
23-07-2015 Cane Cutter Bearing panas
25-07-2015 Unigrator Hammer tumpul
25-07-2015 Mill Roll Baggage Elevator (BE) tersumbat
26-07-2015 Cane Cutter Disc Knife kurang pelumas
26-07-2015 Unigrator Rotor macet
27-07-2015 Cane Cutter Mata Pisau patah
27-07-2015 Unigrator Bearing panas
29-07-2015 Cane Cutter Cylinder Rotor macet
29-07-2015 Unigrator Disc pecah
Penyebab Downtime
Tanggal
Mesin Komponen
29-07-2015 Mill Roll Plat bergetar
30-07-2015 Mill Roll Feeding Roll macet
31-07-2015 Cane Cutter Disc pecah
31-07-2015 Cane Cutter Cane Knife tumpul
31-07-2015 Cane Cutter Mur dan Baut putus
Goodness of Fit-Summary
Rank Distribution Statistic
1 Gamma 0,10785
2 Lognormal 0,12111
3 Weibull 0,1253
4 Normal 0,13519
5 Exponential 0,44004
0.3 1
0.28
0.9
0.26
0.24 0.8
0.22
0.7
0.2
0.6
0.18
F(x)
f(x)
0.16
0.5
0.14
0.4
0.12
0.1 0.3
0.08
0.2
0.06
0.04 0.1
0.02
0
0
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
x x
0.9
0.44
0.8 0.4
0.7 0.36
0.32
0.6
0.28
S(x)
h(x)
0.5
0.24
0.4
0.2
0.3
0.16
0.2
0.12
0.1 0.08
0 0.04
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
x x
Goodness of Fit-Summary
Rank Distribution Statistic
1 Normal 0,17464
2 Gamma 0,18585
3 Lognormal 0,19691
4 Weibull 0,21354
5 Exponential 0,48452
0.48 1
0.44
0.9
0.4
0.8
0.36
0.7
0.32
0.6
0.28
F(x)
f(x)
0.5
0.24
0.2 0.4
0.16 0.3
0.12
0.2
0.08
0.1
0.04
0
0
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
x x
0.72
0.9
0.64
0.8
0.56
0.7
0.48
0.6
S(x)
h(x)
0.5 0.4
0.4 0.32
0.3
0.24
0.2
0.16
0.1
0.08
0
0
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
x x
Goodness of Fit-Summary
Rank Distribution Statistic
1 Gamma 0,1577
2 Lognormal 0,16
3 Weibull 0,16256
4 Normal 0,17413
5 Exponential 0,43528
0.32 0.9
0.28 0.8
0.7
0.24
0.6
0.2
F(x)
f(x)
0.5
0.16
0.4
0.12
0.3
0.08 0.2
0.1
0.04
0
0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
x x
0.9 0.3
0.28
0.8
0.26
0.7
0.24
0.6 0.22
0.2
S(x)
h(x)
0.5
0.18
0.4 0.16
0.14
0.3
0.12
0.2 0.1
0.08
0.1
0.06
0
0.04
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
x x
Goodness of Fit-Summary
Rank Distribution Statistic
1 Normal 0,23561
2 Weibull 0,24524
3 Gamma 0,25767
4 Lognormal 0,26395
5 Exponential 0,47022
Probability Density Function Cumulative Distribution Function
0.36
1
0.32 0.9
0.28 0.8
0.7
0.24
0.6
0.2
F(x)
f(x)
0.5
0.16
0.4
0.12
0.3
0.08 0.2
0.1
0.04
0
0
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
x x
1 0.4
0.9
0.36
0.8
0.32
0.7
0.28
0.6
0.24
S(x)
h(x)
0.5
0.2
0.4
0.16
0.3
0.12
0.2
0.08
0.1
0.04
0
12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
x x
Goodness of Fit-Summary
Rank Distribution Statistic
1 Weibull 0,14555
2 Gamma 0,14672
3 Normal 0,14958
4 Lognormal 0,15241
5 Exponential 0,40408
0.36
0.9
0.32
0.8
0.28
0.7
0.24 0.6
F(x)
f(x)
0.2 0.5
0.16 0.4
0.3
0.12
0.2
0.08
0.1
0.04
0
0
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
x x
1
0.26
0.9 0.24
0.8 0.22
0.7 0.2
0.6 0.18
S(x)
0.16
h(x)
0.5
0.14
0.4
0.12
0.3
0.1
0.2
0.08
0.1
0.06
0
0.04
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
x x