0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
41 tayangan

Modul 5 Mikro

Praktikum ini bertujuan untuk merangkai sensor flame untuk deteksi kebakaran dan memahami cara kerjanya. Praktikum akan melibatkan penggunaan sensor flame, buzzer, LED, dan LCD dalam rangkaian Arduino untuk mendeteksi api.

Diunggah oleh

ilham
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
41 tayangan

Modul 5 Mikro

Praktikum ini bertujuan untuk merangkai sensor flame untuk deteksi kebakaran dan memahami cara kerjanya. Praktikum akan melibatkan penggunaan sensor flame, buzzer, LED, dan LCD dalam rangkaian Arduino untuk mendeteksi api.

Diunggah oleh

ilham
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 16

5.

1 Tujuan Praktikum

1. Untuk merangkai sensor flame untuk deteksi kebakarn


2. Untuk mengetahui dan memahami cara kerja sensor flame
3. Untuk mengetahui penerapan sensor flame pada kehidupan sehari-hari

5.2 Tinjauan Pustaka


Sensor api adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan api
atau panas yang tidak normal. Cara kerja sensor api bervariasi tergantung pada jenis dan
modelnya. Namun secara umum, sensor api bekerja dengan mendeteksi perubahan suhu
yang dihasilkan oleh api atau panas yang tidak normal. Ketika terdeteksi adanya
perubahan suhu, sensor akan mengirimkan sinyal ke perangkat kontrol atau alarm yang
terhubung, seperti alarm kebakaran atau sistem pemadam kebakaran (Pande Agustiana
Putra et al., 2018).

Sensor api tersedia dalam berbagai jenis dan bentuk, seperti sensor suhu inframerah.
sensor asap, dan sensor api optik. Sensor suhu inframerah mengukur suhu objek dengan
mengukur radiasi inframerah yang dipancarkan oleh objek tersebut. Sensor asap
mendeteksi keberadaan asap yang disebabkan oleh api, sedangkan sensor api optik
menggunakan cahaya untuk mendeteksi keberadaan api atau panas yang tidak normal
(Pande Agustiana Putra et al., 2018)..

Dalam semua kasus, sensor api digunakan untuk memberi peringatan dini tentang
adanya kebakaran atau sumber panas yang tidak normal sehingga dapat diambil
tindakan pencegahan dan penyelamatan (Pande Agustiana Putra et al., 2018).

Sensor Flame merupakan sebuah sensor berbasiskan inframerah yang berfungsi untuk
mendeteksi keberadaan api. Sensor Flame bekerja berdasarkan inframerah dimana
sensor mampu mendeteksi api atau sumber cahaya dengan jarak deteksi kurang dari 1-
meter dan rentang panjang gelombang 760nm hingga 1100nm. Sensor Flame memiliki
3 pin, yaitu VCC, GND, dan Digital Output. Sensor IR Flame digunakan sebagai sensor
api untuk mendeteksi sumber keberadaan api kebakaran (Pande Agustiana Putra et al.,
2018).
Gambar 5. 1 Sensor api

Sensor KY-026 adalah sensor api yang mempunyai output sinyal digital dan analog.
Cara kerja sensor KY-026 adalah sebagai berikut:
 Sensor KY-026 memiliki dua pin input, yaitu VCC dan GND yang digunakan
untuk memberikan daya pada sensor.
 Sensor KY-026 juga memiliki dua pin output, yaitu DO (Digital Output) dan AO
(Analog Output).
 Ketika sensor KY-026 mendeteksi adanya api atau panas yang tidak normal,
sensor akan menghasilkan sinyal output digital pada pin DO.
 Nilai output digital pada pin DO akan berubah menjadi HIGH (1) atau LOW (0)
tergantung pada apakah sensor mendeteksi adanya api atau tidak. Jika sensor
 Selain itu, sensor KY-026 juga menghasilkan output analog pada pin AO. Nilai
output analog akan berubah sesuai dengan intensitas panas atau api yang
terdeteksi oleh sensor. Semakin besar intensitas panas atau api, maka nilai
output pada pin AO juga semakin tinggi.
 Output analog pada pin AO dapat digunakan untuk mengukur suhu atau
intensitas panas yang terdeteksi oleh sensor, misalnya dengan menggunakan
mikrokontroler atau Arduino.
 Sensor KY-026 biasanya digunakan dalam sistem keamanan kebakaran, alarm,
atau sistem deteksi panas lainnya yang membutuhkan deteksi api atau suhu yang
tinggi.
(Joy-IT, 2017)
Buzzer merupakan komponen elektronika yang dapat mengubah arus listrik menjadi
suara. Buzzer memiliki kumparan elektromagnetik yang terpasang pada diafragma.
Ketika kumparan tersebut dialiri arus listrik maka akan menghasilkan medan magnet.
Kemudian kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus
dan polaritas magnetnya. Karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap
gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat
udara bergetar yang akan menghasilkan suara (Efrianto et al., 2016).

Gambar 5. 2 Buzzer

Buzzer adalah media untuk output suara, buzzer dapat mengeluarkan suara bergantung
dari tegangan yang diterima. Apabila diberikan tegangan penuh 5V maka buzzer akan
bersuara kencang, dan bila buzzer diberikan tegangan berfrekuensi/osilasi maka suara
yang keluar berupa nada. Buzzer dibagi menjadi 2 macam yaitu aktif dan passif. Buzzer
aktif dapat langsung berbunyi jika diberi tegangan. Sedangkan Buzer pasif dapat
bersuara hanya jika frekuensi tegangannya berubah. Dengan berubahnya frekuensi
tegangan, buzzer dapat mengeluarkan suara yang tampak seperti nada
(https://mikrokontroler.mipa.ugm.ac.id/2018/10/02/program-buzzer/).

LCD (Liquid Crystal Display) adalah sebuah jenis display atau tampilan yang
menggunakan kristal cair sebagai medium untuk menampilkan informasi. LCD banyak
digunakan dalam perangkat elektronik seperti telepon genggam, televisi, kalkulator, dan
komputer.
Gambar 5. 3 LCD

Cara kerja LCD adalah sebagai berikut:


 LCD terdiri dari dua lembar panel kaca yang diisi dengan kristal cair di antara
keduanya. Setiap panel kaca memiliki lapisan konduktif yang dilapisi dengan
elektroda.
 Ketika arus listrik diterapkan pada lapisan konduktif, medan listrik akan terbentuk
di sekitar elektroda dan mengontrol orientasi molekul kristal cair.
 Ketika medan listrik diubah, kristal cair berubah orientasi, yang mengubah
intensitas cahaya yang melalui kedua panel kaca. Intensitas cahaya yang melalui
panel kaca kemudian diterima oleh polarizer untuk menampilkan gambar atau teks
pada layar LCD.
 Untuk menampilkan gambar atau teks pada LCD, data yang akan ditampilkan
dikirimkan dari sumber sinyal ke driver LCD. Driver LCD kemudian mengubah
data tersebut menjadi sinyal listrik untuk mengontrol orientasi molekul kristal cair
pada LCD.
LED (Light Emitting Diode) adalah sebuah jenis komponen elektronik yang
menghasilkan cahaya ketika arus listrik mengalir melalui diode. LED umumnya
digunakan sebagai indikator pada perangkat elektronik atau sebagai sumber cahaya pada
lampu.
Gambar 5.4 LED

Cara kerja LED adalah sebagai berikut:


 LED terdiri dari dua bagian utama, yaitu anoda dan katoda yang dihubungkan
oleh sebuah diode.
 Ketika arus listrik diterapkan pada LED, elektron di anoda akan bergabung
dengan lubang di katoda. Proses ini melepaskan energi dalam bentuk foton, yang
menghasilkan cahaya.
 Warna cahaya yang dihasilkan oleh LED tergantung pada material semikonduktor
yang digunakan. LED merah biasanya menggunakan bahan AlGaInP, LED hijau
menggunakan GaP, dan LED biru menggunakan GaN.
 LED memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan lampu pijar, seperti lebih
hemat energi, lebih tahan lama, dan lebih efisien dalam menghasilkan cahaya.
5.3 Waktu dan Lokasi Praktikum
Praktikum Mikrokontroler modul “Sensor Flame” dilaksanakan pada hari kamis,
tanggal 13 April 2023 pukul 08.00 – 09.30 WITA yang bertempat di laboratorium
Elektro Lanjut Fakultas Teknik Universitas Mulawarman.

5.4 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum yaitu sebagai berikut.

1. Arduino Uno
2. Kabel Jumper
3. Sensor Ky-026
4. Buzzer
5. LED
6. LCD

5.5 Identifikasi Variabel Praktikum


Adapun Identifikasi Variabel Praktikum yaitu sebagai berikut.
1. LED (Light Emitting Diode)
2. LCD (Liquid Crystal Display)
3. Jarak
4. Suhu
5. Ketinggian
6. Waktu
7. Kelembaban
8. Arus listrik
9. Resolusi

5.6 Definisi Operasional Variabel


Definisi Operasional dari Variabel diatas yaitu sebagai berikut.
1. LED (Light Emitting Diode): LED pada sensor flame umumnya digunakan
sebagai indikator visual untuk menunjukkan bahwa sensor flame telah mendeteksi
adanya api atau sumber panas yang signifikan
2. LCD (Liquid Crystal Display): LCD pada sensor flame umumnya digunakan
sebagai antarmuka atau tampilan yang menampilkan informasi tentang kondisi
sensor flame dan hasil deteksi api.
3. Jarak: Jarak antara sumber api dan sensor flame dapat mempengaruhi kinerja
sensor flame karena semakin jauh jaraknya, semakin kecil intensitas sinyal yang
diterima oleh sensor.
4. Suhu: Suhu dapat mempengaruhi kinerja sensor flame karena semakin panas suhu
lingkungan, semakin tinggi kemungkinan api muncul.
5. Ketinggian: Ketinggian dapat mempengaruhi kinerja sensor flame karena tekanan
udara yang berbeda dapat mempengaruhi aliran gas dan kemunculan api.
6. Waktu: Waktu dapat mempengaruhi kinerja sensor flame karena sensor dapat
mengalami kerusakan atau pengaruh lingkungan seiring berjalannya waktu.
7. Kelembaban: Kelembaban dapat mempengaruhi kinerja sensor flame karena
kelembaban yang tinggi dapat mengurangi kemampuan sensor untuk mendeteksi
sinyal dari api.
8. Arus listrik: Arus listrik dapat mempengaruhi kinerja sensor flame karena semakin
tinggi arus yang mengalir, semakin tinggi sensitivitas sensor flame.
9. Resolusi: Resolusi atau akurasi sensor flame dapat mempengaruhi kinerja sensor
flame karena semakin tinggi resolusi, semakin akurat sensor dalam mendeteksi
sinyal dari api.

5.7 Prosedur Percobaan


1. Buatlah rangkaian sesuai dengan gambar 5.5 dibawah ini.

Gambar 5.5 Rangkaian Sensor Flame dan Buzzer


Gambar 5.6 Keterangan Untuk Rangkaian Sensor Flame dan Buzzer

2. Ketiklah program sesuai dengan program berikut ini.


#inc1ude <LiquidCrysta1_I2C.h> //11ibrary 1cd 12c
#include <wire.h> //1ibrary wire

LiquidCrysta1_T2C lcd(0x27,16,2);

const int pinApi = 12;


const int pinBuzzer = 11;
const int pinLED = 2;

int apiState:

void setup() {
lcd.init();
pinMode(pinApi, INPUT);
pinMode(pinBuzzer, OUTPUT);
pinMode(pinLED, OUTPUT);
lcd.setCursor(0,0);
lcd.print("SENSOR APT");
delay(1000);
}

void 1oop() {
lcd.c1ear();
apiState = digita1Read(pinApi);
if(apiState == LOW){
digita1Write(pinBuzzer, HIGH);
digita1Write(pinLED, HIGH);
1cd.setCursor(9,9);
1cd.print("KEBAKARAN !");
}e1se{
digita1Write(pinBuzzer, LOW);
digita1Write(pinLED, LOW);
1cd.setCursor(0,0);
1cd.print("AMAN");
}
delay(500);
}

3. Tuliskan hasil baca sensor pada lembar pengamatan.

5.8 Data Hasil Pengamatan

Gambar 5.7 Hasil Baca Sensor Flame pada Jarak 10 cm dari Titik Api

Gambar 5.8 Hasil Baca Sensor Flame pada Jarak 25 cm dari Titik Api
Gambar 5.9 Hasil Baca Sensor Flame pada Jarak 40 cm dari Titik Api

Gambar 5.10 Hasil Baca Sensor Flame pada Jarak 55 cm dari Titik Api

Gambar 5.11 Hasil Baca Sensor Flame pada Jarak 70 cm dari Titik Api
5.9 Analisis Data
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Buzzer, LED dan Status LCD

Percobaan Ke Jarak (cm) Buzzer LED Status LCD

1 10 Menyala Menyala KEBAKARAN

2 25 Menyala Menyala KEBAKARAN

3 40 Menyala Menyala KEBAKARAN

4 55 Mati Mati AMAN

5 70 Mati Mati AMAN


Berdasarkan data hasil pengamatan yang diberikan, terlihat bahwa pada jarak 10 cm, 25
cm, dan 40 cm dari titik api, sensor flame dapat mendeteksi keberadaan api dengan baik
karena buzzer, LED, dan status LCD menunjukkan tanda-tanda kebakaran. Namun,
pada jarak 55 cm dan 70 cm dari titik api, sensor flame tidak dapat mendeteksi
keberadaan api karena buzzer dan LED mati, serta status LCD menunjukkan bahwa
lingkungan aman.

Hal ini menunjukkan bahwa sensitivitas sensor flame menurun seiring dengan jarak
antara sensor dan sumber api yang semakin jauh. Semakin jauh jarak antara sensor dan
sumber api, semakin kecil intensitas sinyal yang diterima oleh sensor, sehingga
kemampuan sensor dalam mendeteksi api menjadi berkurang.

Selain itu, data hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa buzzer, LED, dan status
LCD memberikan tanda-tanda yang konsisten dalam mengindikasikan keberadaan api.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan buzzer, LED, dan status LCD pada sensor
flame dapat memberikan tanda-tanda yang jelas dan konsisten dalam mengindikasikan
kondisi sensor flame.

5.10 Pembahasan

Praktikum Mikrokontroler modul “Sensor Flame” dilakukan uji coba pada sensor untuk
mendeteksi keberadaan api atau nyala api pada lilin. Data hasil pengamatan pada
percobaan sensor flame menunjukkan hasil bacaan dari sensor flame pada jarak 10 cm,
25 cm, 40 cm, 55 cm, dan 70 cm dari titik api. Dalam percobaan ini, pengukuran
dilakukan dengan memperhatikan tiga parameter yaitu buzzer, LED, dan status LCD.

Berdasarkan hasil pengamatan yang tercatat pada tabel dapat dilihat bahwa ketika jarak
antara sensor dan titik api semakin dekat, maka buzzer dan LED akan semakin aktif dan
status LCD akan menampilkan "KEBAKARAN". Hal ini menunjukkan bahwa sensor
flame sangat sensitif terhadap keberadaan api dan dapat mendeteksinya pada jarak yang
relatif dekat. Namun, ketika jarak antara sensor dan titik api semakin jauh, maka buzzer
dan LED akan menjadi kurang aktif dan status LCD akan menampilkan "AMAN".

Dalam pengamatan, buzzer, LED, dan status LCD menunjukkan tanda-tanda yang
konsisten dalam mengindikasikan keberadaan api pada jarak 10 cm, 25 cm, dan 40 cm
dari titik api. Buzzer, LED, dan status LCD menunjukkan tanda-tanda kebakaran pada
jarak 10 cm, 25 cm, dan 40 cm dari titik api. Hal ini menunjukkan bahwa sensor flame
mampu mendeteksi keberadaan api dengan baik pada jarak-jarak tersebut. Pada jarak 55
cm dan 70 cm dari titik api, buzzer dan LED mati, serta status LCD menunjukkan
bahwa lingkungan aman. Hal ini menunjukkan bahwa sensitivitas sensor flame menurun
seiring dengan jarak antara sensor dan sumber api yang semakin jauh. Semakin jauh
jarak antara sensor dan sumber api, semakin kecil intensitas sinyal yang diterima oleh
sensor, sehingga kemampuan sensor dalam mendeteksi api menjadi berkurang.
Penurunan sensitivitas sensor flame seiring dengan jarak antara sensor dan sumber api
yang semakin jauh, merupakan hal yang wajar karena sinyal yang diterima oleh sensor
flame semakin kecil seiring dengan jarak yang semakin jauh. Oleh karena itu, pemilihan
jarak antara sensor dan sumber api menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan
dalam penggunaan sensor flame.

Pada hasil pengamatan, juga terlihat bahwa buzzer, LED, dan status LCD memberikan
tanda-tanda yang konsisten dalam mengindikasikan keberadaan api. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan buzzer, LED, dan status LCD pada sensor flame dapat
memberikan tanda-tanda yang jelas dan konsisten dalam mengindikasikan kondisi
sensor flame. Hal ini tentu sangat membantu bagi pengguna sensor flame dalam
mendeteksi keberadaan api secara cepat dan efektif.

Dapat disimpulkan bahwa sensor flame adalah alat yang sangat berguna dalam
mengamati keamanan lingkungan yang berkaitan dengan potensi kebakaran. Dalam
aplikasinya, sensor flame dapat digunakan pada berbagai jenis perangkat, seperti alat
pemadam kebakaran otomatis, sistem alarm kebakaran, dan sistem pengawasan
lingkungan yang lebih luas. Namun, seperti halnya dengan semua jenis sensor lainnya,
penggunaan sensor flame harus dilakukan dengan hati-hati dan harus dipahami dengan
baik. Perlu diingat bahwa sensor flame hanya mampu mendeteksi keberadaan api dan
tidak dapat mencegah terjadinya kebakaran. Oleh karena itu, sensor flame harus selalu
digunakan dalam kombinasi dengan langkah-langkah keamanan lainnya, seperti
pemeriksaan berkala peralatan elektronik, pemeriksaan instalasi listrik secara berkala,
dan penggunaan peralatan yang sesuai untuk memadamkan kebakaran jika terjadi.
5.11 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum modul “Sensor Flame” maka diperoleh kesimpulan


sebagai berikut:
1. Merangkai sensor flame dengan tujuan mendeteksi kebakaran. Hal ini sangat
penting dalam upaya pencegahan kebakaran, karena dapat memberikan sinyal dini
yang memungkinkan tindakan pencegahan yang lebih cepat. Dalam rangka
mencapai tujuan ini, perlu dilakukan penyusunan beberapa komponen elektronik,
seperti Sensor flame, Arduino, resistor, LED, buzzer, dan LCD. Setelah
penyusunan, komponen-komponen tersebut kemudian dihubungkan dengan benar
sehingga dapat menghasilkan sinyal ketika terdeteksi kebakaran.
2. Sensor flame bekerja berdasarkan prinsip bahwa api akan memancarkan cahaya
inframerah, dan sensor akan menangkap cahaya ini dan menghasilkan sinyal
listrik. Sinyal ini kemudian diteruskan ke buzzer, LED, dan status LCD untuk
memberi tahu pengguna tentang keberadaan api. Sensor flame juga dapat
mengukur intensitas cahaya inframerah yang dihasilkan oleh api, sehingga dapat
mengukur jarak api dari sensor flame.
3. Sensor flame dapat digunakan pada berbagai perangkat, seperti alarm kebakaran,
pengendali api pada industri, dan sebagainya. Hal ini memungkinkan pengguna
untuk memantau lingkungan dan memastikan keamanannya. Penggunaan sensor
flame sangat penting dalam upaya pencegahan kebakaran, karena dapat
memberikan sinyal dini yang memungkinkan tindakan pencegahan yang lebih
cepat. Selain itu, sensor flame juga dapat digunakan untuk mengontrol
penggunaan api pada perangkat, sehingga dapat meminimalkan risiko kebakaran.

5.12 Diskusi

Sebaiknya praktikan juga melakukan pengujian terhadap akurasi dan ketelitian


pengukuran sensor flame dengan membandingkan hasil pengukuran dengan standar
pengukuran yang sudah terpercaya seperti pengukuran manual menggunakan alat
pendeteksi api yang sudah terkalibrasi. Pengujian ini dapat dilakukan pada berbagai
kondisi, seperti jarak dan orientasi sensor yang berbeda, serta memperhitungkan faktor-
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
5.13 Daftar Pustaka

Efrianto, Ridwan, & Fahruzi. (2016). Sistem Pengaman Motor Menggunakan


Smartcard Politeknik Negeri Batam Electrical Engineering Study Program.
Jurnal Ilmiah Teknologi Elektro "Terapan" JITE, 6(1), 5.
Joy-IT. (2017). Datasheet Seven Segment 0.56"/1.44". Retrieved from https://www.joy-
it.net/files/files/Produkte/RB-ANL-034/3_7-Segment-Anzeige.pdf

Pande Agustiana Putra, W., Piarsa, N., & Suar Wibawa, K. (2018). Sistem Pendeteksi
Kebakaran Menggunakan Raspberry Pi Berbasis Android. Jurnal Informatika
Mulawarman, 6(3), 167. https://doi.org/10.24843/jim.2018.v06.103.p03

Britannica. (n.d.). Light-emitting diode (LED). In Encyclopædia Britannica. Retrieved


from https://www.britannica.com/technology/light-emitting-diode

Electronics Notes. (n.d.). LED - Light Emitting Diode. Retrieved from


https://www.electronics-notes.com/articles/electronic-components/led-light-
emitting-diode

Techopedia. (n.d.). Light Emitting Diode (LED). Retrieved from


https://www.techopedia.com/definition/26330/light-emitting-diode-led

Anda mungkin juga menyukai