Modul 5 Mikro
Modul 5 Mikro
1 Tujuan Praktikum
Sensor api tersedia dalam berbagai jenis dan bentuk, seperti sensor suhu inframerah.
sensor asap, dan sensor api optik. Sensor suhu inframerah mengukur suhu objek dengan
mengukur radiasi inframerah yang dipancarkan oleh objek tersebut. Sensor asap
mendeteksi keberadaan asap yang disebabkan oleh api, sedangkan sensor api optik
menggunakan cahaya untuk mendeteksi keberadaan api atau panas yang tidak normal
(Pande Agustiana Putra et al., 2018)..
Dalam semua kasus, sensor api digunakan untuk memberi peringatan dini tentang
adanya kebakaran atau sumber panas yang tidak normal sehingga dapat diambil
tindakan pencegahan dan penyelamatan (Pande Agustiana Putra et al., 2018).
Sensor Flame merupakan sebuah sensor berbasiskan inframerah yang berfungsi untuk
mendeteksi keberadaan api. Sensor Flame bekerja berdasarkan inframerah dimana
sensor mampu mendeteksi api atau sumber cahaya dengan jarak deteksi kurang dari 1-
meter dan rentang panjang gelombang 760nm hingga 1100nm. Sensor Flame memiliki
3 pin, yaitu VCC, GND, dan Digital Output. Sensor IR Flame digunakan sebagai sensor
api untuk mendeteksi sumber keberadaan api kebakaran (Pande Agustiana Putra et al.,
2018).
Gambar 5. 1 Sensor api
Sensor KY-026 adalah sensor api yang mempunyai output sinyal digital dan analog.
Cara kerja sensor KY-026 adalah sebagai berikut:
Sensor KY-026 memiliki dua pin input, yaitu VCC dan GND yang digunakan
untuk memberikan daya pada sensor.
Sensor KY-026 juga memiliki dua pin output, yaitu DO (Digital Output) dan AO
(Analog Output).
Ketika sensor KY-026 mendeteksi adanya api atau panas yang tidak normal,
sensor akan menghasilkan sinyal output digital pada pin DO.
Nilai output digital pada pin DO akan berubah menjadi HIGH (1) atau LOW (0)
tergantung pada apakah sensor mendeteksi adanya api atau tidak. Jika sensor
Selain itu, sensor KY-026 juga menghasilkan output analog pada pin AO. Nilai
output analog akan berubah sesuai dengan intensitas panas atau api yang
terdeteksi oleh sensor. Semakin besar intensitas panas atau api, maka nilai
output pada pin AO juga semakin tinggi.
Output analog pada pin AO dapat digunakan untuk mengukur suhu atau
intensitas panas yang terdeteksi oleh sensor, misalnya dengan menggunakan
mikrokontroler atau Arduino.
Sensor KY-026 biasanya digunakan dalam sistem keamanan kebakaran, alarm,
atau sistem deteksi panas lainnya yang membutuhkan deteksi api atau suhu yang
tinggi.
(Joy-IT, 2017)
Buzzer merupakan komponen elektronika yang dapat mengubah arus listrik menjadi
suara. Buzzer memiliki kumparan elektromagnetik yang terpasang pada diafragma.
Ketika kumparan tersebut dialiri arus listrik maka akan menghasilkan medan magnet.
Kemudian kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus
dan polaritas magnetnya. Karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap
gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat
udara bergetar yang akan menghasilkan suara (Efrianto et al., 2016).
Gambar 5. 2 Buzzer
Buzzer adalah media untuk output suara, buzzer dapat mengeluarkan suara bergantung
dari tegangan yang diterima. Apabila diberikan tegangan penuh 5V maka buzzer akan
bersuara kencang, dan bila buzzer diberikan tegangan berfrekuensi/osilasi maka suara
yang keluar berupa nada. Buzzer dibagi menjadi 2 macam yaitu aktif dan passif. Buzzer
aktif dapat langsung berbunyi jika diberi tegangan. Sedangkan Buzer pasif dapat
bersuara hanya jika frekuensi tegangannya berubah. Dengan berubahnya frekuensi
tegangan, buzzer dapat mengeluarkan suara yang tampak seperti nada
(https://mikrokontroler.mipa.ugm.ac.id/2018/10/02/program-buzzer/).
LCD (Liquid Crystal Display) adalah sebuah jenis display atau tampilan yang
menggunakan kristal cair sebagai medium untuk menampilkan informasi. LCD banyak
digunakan dalam perangkat elektronik seperti telepon genggam, televisi, kalkulator, dan
komputer.
Gambar 5. 3 LCD
1. Arduino Uno
2. Kabel Jumper
3. Sensor Ky-026
4. Buzzer
5. LED
6. LCD
LiquidCrysta1_T2C lcd(0x27,16,2);
int apiState:
void setup() {
lcd.init();
pinMode(pinApi, INPUT);
pinMode(pinBuzzer, OUTPUT);
pinMode(pinLED, OUTPUT);
lcd.setCursor(0,0);
lcd.print("SENSOR APT");
delay(1000);
}
void 1oop() {
lcd.c1ear();
apiState = digita1Read(pinApi);
if(apiState == LOW){
digita1Write(pinBuzzer, HIGH);
digita1Write(pinLED, HIGH);
1cd.setCursor(9,9);
1cd.print("KEBAKARAN !");
}e1se{
digita1Write(pinBuzzer, LOW);
digita1Write(pinLED, LOW);
1cd.setCursor(0,0);
1cd.print("AMAN");
}
delay(500);
}
Gambar 5.7 Hasil Baca Sensor Flame pada Jarak 10 cm dari Titik Api
Gambar 5.8 Hasil Baca Sensor Flame pada Jarak 25 cm dari Titik Api
Gambar 5.9 Hasil Baca Sensor Flame pada Jarak 40 cm dari Titik Api
Gambar 5.10 Hasil Baca Sensor Flame pada Jarak 55 cm dari Titik Api
Gambar 5.11 Hasil Baca Sensor Flame pada Jarak 70 cm dari Titik Api
5.9 Analisis Data
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Buzzer, LED dan Status LCD
Hal ini menunjukkan bahwa sensitivitas sensor flame menurun seiring dengan jarak
antara sensor dan sumber api yang semakin jauh. Semakin jauh jarak antara sensor dan
sumber api, semakin kecil intensitas sinyal yang diterima oleh sensor, sehingga
kemampuan sensor dalam mendeteksi api menjadi berkurang.
Selain itu, data hasil pengamatan juga menunjukkan bahwa buzzer, LED, dan status
LCD memberikan tanda-tanda yang konsisten dalam mengindikasikan keberadaan api.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan buzzer, LED, dan status LCD pada sensor
flame dapat memberikan tanda-tanda yang jelas dan konsisten dalam mengindikasikan
kondisi sensor flame.
5.10 Pembahasan
Praktikum Mikrokontroler modul “Sensor Flame” dilakukan uji coba pada sensor untuk
mendeteksi keberadaan api atau nyala api pada lilin. Data hasil pengamatan pada
percobaan sensor flame menunjukkan hasil bacaan dari sensor flame pada jarak 10 cm,
25 cm, 40 cm, 55 cm, dan 70 cm dari titik api. Dalam percobaan ini, pengukuran
dilakukan dengan memperhatikan tiga parameter yaitu buzzer, LED, dan status LCD.
Berdasarkan hasil pengamatan yang tercatat pada tabel dapat dilihat bahwa ketika jarak
antara sensor dan titik api semakin dekat, maka buzzer dan LED akan semakin aktif dan
status LCD akan menampilkan "KEBAKARAN". Hal ini menunjukkan bahwa sensor
flame sangat sensitif terhadap keberadaan api dan dapat mendeteksinya pada jarak yang
relatif dekat. Namun, ketika jarak antara sensor dan titik api semakin jauh, maka buzzer
dan LED akan menjadi kurang aktif dan status LCD akan menampilkan "AMAN".
Dalam pengamatan, buzzer, LED, dan status LCD menunjukkan tanda-tanda yang
konsisten dalam mengindikasikan keberadaan api pada jarak 10 cm, 25 cm, dan 40 cm
dari titik api. Buzzer, LED, dan status LCD menunjukkan tanda-tanda kebakaran pada
jarak 10 cm, 25 cm, dan 40 cm dari titik api. Hal ini menunjukkan bahwa sensor flame
mampu mendeteksi keberadaan api dengan baik pada jarak-jarak tersebut. Pada jarak 55
cm dan 70 cm dari titik api, buzzer dan LED mati, serta status LCD menunjukkan
bahwa lingkungan aman. Hal ini menunjukkan bahwa sensitivitas sensor flame menurun
seiring dengan jarak antara sensor dan sumber api yang semakin jauh. Semakin jauh
jarak antara sensor dan sumber api, semakin kecil intensitas sinyal yang diterima oleh
sensor, sehingga kemampuan sensor dalam mendeteksi api menjadi berkurang.
Penurunan sensitivitas sensor flame seiring dengan jarak antara sensor dan sumber api
yang semakin jauh, merupakan hal yang wajar karena sinyal yang diterima oleh sensor
flame semakin kecil seiring dengan jarak yang semakin jauh. Oleh karena itu, pemilihan
jarak antara sensor dan sumber api menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan
dalam penggunaan sensor flame.
Pada hasil pengamatan, juga terlihat bahwa buzzer, LED, dan status LCD memberikan
tanda-tanda yang konsisten dalam mengindikasikan keberadaan api. Hal ini
menunjukkan bahwa penggunaan buzzer, LED, dan status LCD pada sensor flame dapat
memberikan tanda-tanda yang jelas dan konsisten dalam mengindikasikan kondisi
sensor flame. Hal ini tentu sangat membantu bagi pengguna sensor flame dalam
mendeteksi keberadaan api secara cepat dan efektif.
Dapat disimpulkan bahwa sensor flame adalah alat yang sangat berguna dalam
mengamati keamanan lingkungan yang berkaitan dengan potensi kebakaran. Dalam
aplikasinya, sensor flame dapat digunakan pada berbagai jenis perangkat, seperti alat
pemadam kebakaran otomatis, sistem alarm kebakaran, dan sistem pengawasan
lingkungan yang lebih luas. Namun, seperti halnya dengan semua jenis sensor lainnya,
penggunaan sensor flame harus dilakukan dengan hati-hati dan harus dipahami dengan
baik. Perlu diingat bahwa sensor flame hanya mampu mendeteksi keberadaan api dan
tidak dapat mencegah terjadinya kebakaran. Oleh karena itu, sensor flame harus selalu
digunakan dalam kombinasi dengan langkah-langkah keamanan lainnya, seperti
pemeriksaan berkala peralatan elektronik, pemeriksaan instalasi listrik secara berkala,
dan penggunaan peralatan yang sesuai untuk memadamkan kebakaran jika terjadi.
5.11 Kesimpulan
5.12 Diskusi
Pande Agustiana Putra, W., Piarsa, N., & Suar Wibawa, K. (2018). Sistem Pendeteksi
Kebakaran Menggunakan Raspberry Pi Berbasis Android. Jurnal Informatika
Mulawarman, 6(3), 167. https://doi.org/10.24843/jim.2018.v06.103.p03