Rivisi Filsafat Kelompok 2

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN AGAMA

A. Latar Belakang Masalah

Filsafat berasal dari kata falsafah (bahasa Arab) dan piloshsophy (bahasa Inggris)
berasal dari bahasa Yunani philoshophia terdiri dari dari dua kata “Philos” yang berarti
cinta dan “Shopia” berarti kebijaksanaan. Berarti jika kedua kata tersebut disambungkan
maka akan bermakna mencintai kebijaksanaan. Arti kebijaksanaanitu sendiri berarti pula
kebenaran di dalam perbuatan.Jika orang beriman ia berinsip bahwa kebenaran yang
mutlak itu hanya ada pada Tuhan, dan manusia hanya bisa mencari kebenaran itu karena
didorong oleh cintanya akan kebenaran tersebut. Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan
mengenai segala sesuatu dengan Memandang sebab-sebab yang terdalam, tercapai
dengan budi murni. Agama berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata, a
berarti tidak dan gam berarti pergi, jadi agama artinya tidak pergi; tetap di tempat;
diwarisi turun temurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian. Pendapat lain
mengatakan bahwa agama berarti tuntunan. Agama adalah keseluruhan pendapat tentang
Tuhan, dunia, hidup, mati, tingkah laku serta baik buruknya yang berdasarkan wahyu
Filsafat dan agama dinilai sebagai dua entitas yang “seakan-akan” berbeda. Agama
lebih berindikasi pada wahyu sebagai landasan primernya dan berafiliasi pada prinsip-
prinsip normativitas. Sementara itu, filsafat yang lebih berhaluan pada prinsip-prinsip
rasionalitas mewujudkan nilai-nilai ketuhanan dalam domain historis. Secara niscaya,
kedua aspek di atas menganut prinsip-prinsip sudut pandang angle yang bervariasi.

Setelah diketahui pengertian filsafat dan agama, maka definisi filsafat agama
diperoleh dari gabungan keduanya, yaitu sebagai suatu usaha membahas tentang unsur-
unsur pokok agama secara mendalam, rasional, menyeluruh, sistematis, logis, dan bebas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan pembahasan yang


akan dijelaskan dalam makalah ini yaitu :

1. Apakah pengertian filsafat dan agama?


2. Bagaimanakah hubungan filsafat dan agama?
3. Apa manfaat mempelajari hubungan Filsafat dan agama?

1
C. Tujuan

Setiap sesuatu pasti mempunyai tujuan, begitu pula dengan makalah ini, penulis
menulisnya dengan tujuan untuk :

1. Menjelaskan mengenai pengertian filsafat dan agama.


2. Menjelaskan tentang hubungan yang terjadi antara filsafat dan agama,
3. Menjelaskan tentang manfaat mempelajari filsafat

2
BAB II

PENGERTIAN FILSAFAT DAN AGAMA

A. Pengertian Filsafat

Filsafat berasal dari kata falsafah (bahasa Arab) dan piloshsophy (bahasa Inggris)
berasal dari bahasa Yunani philoshophia terdiri dari dari dua kata “Philos” yang berarti
cinta dan “Shopia” berarti kebijaksanaan. Berarti jika kedua kata tersebut disambungkan
maka akan bermakna mencintai kebijaksanaan.1Arti kebijaksanaanitu sendiri berarti pula
kebenaran di dalam perbuatan.Jika orang beriman ia berinsip bahwa kebenaran yang
mutlak itu hanya ada pada Tuhan, dan manusia hanya bisa mencari kebenaran itu karena
didorong oleh cintanya akan kebenaran tersebut. Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan
mengenai segala sesuatu dengan Memandang sebab-sebab yang terdalam, tercapai
dengan budi murni.2
Menurut catatan sejarah, kata Philosopia ini pertama kali digunakan oleh
Pythagoras, seorang filosof Yunani yang hidup pada 582-496 sebelum Masehi.Cicero
(106-43 SM), seorang penulis Romawi terkenal pada zaman-nya dan sebagian karyanya
masih dibaca hingga saat ini, mencatat bahwa kata ‘filsafat’ dipakai Pythagoras sebagai
reaksi terhadap kaum cendekiawan pada masanya yang menamakan dirinya ‘ahli
pengetahuan.’ Pythagoras menyatakan bahwa pengetahuan itu begitu luas dan terus
berkembang. Tiada seorangpun yang mungkin mencapai ujungnya,
Jadi, jangan sombong menjuluki diri kita ‘ahli’ dan‘menguasai’ ilmu pengetahuan.
Bukan itu maksud kata kebijaksanaan. Kata Pythagoras, kita ini lebih cocok dikatakan
sebagai pencari dan pencinta pengetahuan dan kebijaksanaan, yakni filosof. 3 Pernyataan
Pythagoras memang diabaikan dan diselewengkan oleh banyak pihak terutama oleh
kaum ‘sophist’. Mereka seakan menjadi orang yang paling tahu dan bijaksana. Mereka
mempergunakan kefasihan bahasa dan kelihaian bersilat lidah untuk meyakinkan
masyarakat dan merebut pengaruh.
Adapun definisi filsafat menurut filosof, yaitu :
a. Plato (427-348 SM) Mengatakan filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha mencapai kebenaran yang asli., karena kebenaran mutlak ditangan
tuhan atau disingkat dengan pengetahuan tentang segala yang ada.4
b. Aristoteles (384-322 SM) : Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi
kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu metafisika, logika, retorika,
1
Ali Maksum, Pengantar Filafat Dari Mass Klsik Hingga Potmodernime,(Jakarta: AR-Rus Media, 2011),
h.15
2
Burhanuddin Salam, Filsafat Manusia Antropologi Metafisika, Bina aksara, Jakarta, 1988, h. 5
3
Nur A. Fadhil Lubis, MA, Pengantar Filsafat Umum, (Jakarta: Publishing, 2015), h.5
4
Suraiyo, Filsafat Ilmu Perkembagannya di Indonesia Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara 2013), h.
3.

3
etika, ekonomi, politik, sosial budaya dan estetika atau menyelidiki sebab dan
asas segala benda.5
c. Al- Farrabi (950 SM) Filsafat adalah pengetahuan tentang yang maujud dan
bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya.

B. Cabang-Cabang Ilmu Filsafat


Cabang-cabang filsafat memiliki beberapa cabang. Ditinjau dari bidang
induknya, filsafat dibagi menjadi :
1. Ontologi
Ontologi ilmu dalam pengertiannya berasal dari bahasa Inggris “Ontology”,
dari bahasa Yunani on atau ontos (ada, keberadaan) dan logos (studi mengenai
ilmu pengetauan). Ada beberapa pengertian dasar mengenai apa itu “Ontology”6.
Ontologi merupakan studi tentang ciri-ciri esensial dari yang ada dalam dirinya
sendiri yang berbeda dari studi tentang hal-hal yang ada secara khusus. Dalam
mempelajari ‘Yang Ada’ dalam bentuknya yang sangat abstrak studi tersebut
melontarkan pertanyaan seperti “Apakah itu yang ada dalam dirinya sendiri?”.
Yang dalam pengunaannya ontologi sangat erat dengan pertanyaan “apa atau
apakah?”.
Ontologi menjadi hal yang penting dalam setiap penjelasan dalam
permasalahan filsafat karena membahas mengenai sifat (wujud) atau lebih sempit
lagi sifat fenomena yang ingin kita ketahui.7 Ontologi bisa mengandung pengertian
sebuah cabang filsafat yang menelaah tata dan struktur realita dalam arti
seluasnya.
Ontologi mencoba mengambil hakikat “Ada”, ini menunjukan bahwa segala
hal memiliki inti permasalahan dan penertian tentang sebab terjadinya sebuah ilmu
atau permasalahan lain. Ontologi juga mengandung pengertian sebagai cabang
filsafat yang melontarkan pertanyaan “apa?” itu sendiri dalam kegunaan atau
penggunaannya. Dari beberapa pengertian ontologi di atas, maka dapat diperoleh
gambaran yang lebih jelas, apa yang disebut dengan ontologi. Ontologi juga
mengandung pengertian sebuah cabang filsafat yang menyelidiki realitas yang
menentukan apa yang kita sebut realitas. Dari beberapa pengertian dasar tersebut
bisa disimpulkan bahwa ontologi mengandung pengertian “pengetahuan tentang
yang Ada”.8
2. Epistemologi

5
Hasbullah Bakry, Sistematik Filsafat,(Jakarta: Wiaya, 1986), h. 11.
6
. Bagus Lorens Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), 126.
7
. Jaharuddin, Epistemologi dan Ontologi, (Jakarta: Media Ilmu, 2008), 9.
8
. Mariatul Kiftiah, Dasar Ontologi Ilmu Pengetahuan, (Bandung: Gempita 2001), 24.

4
Epistemologi berasal dari Yunani yaitu “Epistem” yang berarti pengetahuan, dan
“Logos” yang berarti sebuah ilmu. Epistemologi merupakan cabang filsafat yang sering
dibicarakan, hal ini karena epistemologi mengacu pada akar pemikiran dari ilmu
pengetahuan, apa itu pengetahuan, macam-macam pengetahuan, bagaimana karakteristik
pengetahuan, serta hubungan pengetahuan dengan kebenaran dan keyakinan.
Dapat diartikan, epistemologi merupakan asal-usul tentang bagaimana cara
membahas teori sebuah pengetahuan, pengandaian, dasar pengetahuan dan
pertanggungjawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh setiap
manusia. Pengetahuan tersebut kemudian didalami lalu diambil kesimpulan tentang
“bagaimana?’ sebuah permasalahan atau ilmu pengetahuan itu, karena inti dari
epistemologi adalah tentang “bagaimana?” itu sendiri. Permasalahan muncul melalui akal
dan persepsi dari panca indera manusia dengan beragam jenis : deduktif, induktif,
dialektis, dan kontemplatis.9
Tujuan atau kegunaan epistemologi bukan hanya untuk memperoleh
pengetahuan, tetapi juga keinginan untuk memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam dari suatu permasalahan. Manfaat epistemologi sesungguhnya memiliki
rumusan yang pada intinya, rumusan tersebut diharapkan terus menumbuhkan
kesadaran seseorang untuk tidak cepat merasa puas dengan sekedar memperoleh
pengetahuan saja dan terus haus dalam mencari pengetahuan serta berfikir
kompleks.
3. Aksiologi
Aksiologi secara bahasa berasal dari kata “axios” dan “logos”. Axios berarti
nilai dan logos berarti ilmu atau teori. Pengertian aksiologi adalah, suatu ilmu
cabang filsafat yang membahas tentang nilai secara teori, aksiologi juga disebut
Theory of value(teori nilai). Aksiologi membahas tentang nilai secara teoritis yang
mendasar dan filsafat, yaitu membahas nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah
permasalahan sampai pada hakikatnya.
Aksiologi adalah tentang bagaimana penelahaan ilmu atau permasalahan
yang menganalisis tentang hakikatnya dalam nilai, yang meliputi nilai kebaikan,
kebenaran, keindahan, dan religius. Sebagai objek material yang ditinjau dari
sudut panjang hakikatnya.10 Yang juga membahas nilai-nilai sampai ke hakikatnya,
kemudian hakikat nilai itu dirumuskan dengan metode yang ada didalam ilmu
kefilsafatan berdasarkan arti, ciri-ciri, tipe, kriteria dan status.11
Selain cabang utama dalam ilmu filsafat seperti : ontologi, epistimologi dan
aksiologi, filsafat yang merupakan sumber segala ilmu juga memiliki banyak sub

9
. Jasa Ungguh Muliawan, Epistemologi Dalam Dunia Pendidikan( Utama, 2008) 66.
10
. Risieri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai(Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2001) 34.
11
. Bagus Lorenz, Op.cit 73.

5
cabang, disebut sebagai filsafat keindahan atau philosophy of beauty12, dimana
ilmu yang mempelajari dan membicarakan tentang keindahan dari sebuah sikap
ataupun non sikap dalam segala bidang ilmu pengetahuan.
Dalam kehidupan perilaku manusia, filsafat juga membahas tentang etika
dan estetika. Etika adalah norma-norma atau nilai luhur yang ada didalam
masyarakat13, kemudian estetika berarti tentang keindahan dalam sebuah ilmu
filsafat, yang terkadang membahas kepantasan atau ketidakpantasan. Misalnya,
seorang wanita akan lebih indah jika memiliki sikap sopan, rendah hati dan santu.
Sedangkan sikap yang kasar dan sikap sebaliknya dinilai tidak, itulah contoh
mudah didalam estetika.
Jadi, meskipun bentuk dalam sebuah sikap, tetapi estetika membicarakan
keindahan atau sisi baiknya. Berlaku tidak hanya dalam hal adab atau sopan
santun, tetapi dalam semua disiplin ilmu. Misalnya di dunia kesenian, maka
estetika yang dimaksud adalah keindahan dan seni yang ditawarkan. Dengan kata
lain, estetika ini dapat dilakukan dimana saja, tergantung dari konteks dan
penerapannya.

B. Pengertian Agama
Agama berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata, a berarti tidak
dan gam berarti pergi, jadi agama artinya tidak pergi; tetap di tempat; diwarisi turun
temurun. Agama memang mempunyai sifat yang demikian. Pendapat lain mengatakan
bahwa agama berarti tuntunan. Agama juga mempunyai tuntunan, yaitu Kitab Suci.
Istilah agama dalam bahasa asing bermacam-macam, antara lain: religion, religio,
religie, godsdienst, dan ad-din. Agama merupakan kumpulan cara-cara mengabdi kepada
Tuhan dan harus dibaca. Dari akar kata itu, baik din maupun religi, dan agama
didefinisikan dalam berbagai ungkapan, antara lain pengakuan adanya hubungan antara
manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
Agama adalah keseluruhan pendapat tentang Tuhan, dunia, hidup, mati, tingkah
laku serta baik buruknya yang berdasarkan wahyu. Wahyu adalah penerangan Tuhan
secara istimewa kepada manusia secara langsung ataupun tidak langsung (melalui wakil
atau utusan). Pada zaman skolastik, filsafat disebut juga dengan filsafat masehi karena
didasarkan pada ajaran agama masehi . Walaupun disebut sebagai filsafat masehi tetapi
filsafat tetap dalam arti yang sebenarnya, karena berjalan di atas landasan fikiran. Secara
lebih khusus dijelaskan dalam buku filsafat skolastik bahwa agama adalah aqidah
(kepercayaan) yang diwahyukan dan yang mengharuskan keimanan. Sedangkan filsafat

. Mudji Sutrisno, Filsafat Keindahan(Yogyakarta: Kanisius, 2008) 27.


12

. Frans Magnis Suseno, Filsafat Moral(Jakarta: Utama, 2000) 54.


13

6
ialah penyelidikan fikiran yang didasarkan atas dalil-dalil fikiran. Di dunia diperkirakan
ada sekira 4.200 agama. Agama merupakan kepercayaan, sistem budaya dan pandangan
dunia yang menghubungkan setiap manusia dengan kehidupan.
Dari keyakinan tersebut, manusia memperoleh etika, moralitas, hukum agama,
atau gaya hidup yang diminati. diantaranya;
1. Agama Kristen (2,5 Miliar Penganut)
Agama Kristen adalah agama dengan pemeluk yang mencapai 32 persen
penduduk dunia. Kristen adalah agama tertua berasal dari ajaran Yesus Kristus pada
tahun sekitar 27 M. Agama Kristen sendiri terdiri dari bagian yang digabungkan menjadi
satu, yakni Perjanjian Lama & Perjanjian Baru. Selain itu, terdapat 3 jenis komunitas
Kristen yang meliputi Protestan, Katolik Roma, dan Ortodoksi Timur.
2. Agama Islam (1,8 Miliar Penganut)
Disebarkan oleh Nabi Muhammad Saw pada tahun 610 M, agama Islam diikuti
oleh muslim yang meyakini Nabi Muhammad Saw, Allah Swt, Al Qur’an, dan sunnah.
Komunitas muslim sendiri terdiri dari dua kelompok, yaitu Syiah dan Sunni. Hampir 90
persen dari pengikut Islam adalah Sunni dan yang lainnya adalah orang Syiah. Selain itu,
agama Islam juga merupakan Agama Ibrahim, sama seperti Yudaisme dan Bahaisme.
3. Agama Hindu (1,15 Miliar Penganut)
Hindu adalah agama terbesar ketiga di dunia dengan pengikut sebanyak 23% dari
populasi dunia. Sebagai salah satu agama tertua di dunia, umat Hindu hampir 99,99
persen pemeluknya tinggal di Asia Selatan dan di India sendiri, 90 persen pemeluknya
tinggal di sana. Salah satu fakta yang menarik dari agama ini adalah tidak diketahuinya
pendiri dari agama Hindu.
4. Agama Buddha (521 Juta Penganut)
Pada tahun 600 SM, Siddharta Gautama yang dikenal sebagai Buddha, yang
mendirikan agama ini. Sebagai agama Dharma yang sama seperti Hindu, ajaran dari
agama ini didasari oleh kehidupan setelah kematian, karma, dan reinkarnasi. Kitab suci
dari agama Buddha sendiri adalah The Tripitaka yang berarti Tiga Keranjang. Agama
Buddha memiliki beberapa sekte berbeda yang berasal dari agama ini meliputi
Mahayana, Vajrayana, dan Hinayana.

5. Agama Tradisional Tionghoa (394 Juta Penganut)


Kepercayaan ini adalah tradisi rakyat Tionghoa yang kebanyakan berasal dari
suku Han.Tidak memiliki kitab suci yang resmi, kepercayaan tradisional Tionghoa
merupakan perpaduan dari berbagai filosofi, seperti Konfusianisme hingga Buddhisme.

7
6. Agama Sikhisme (30 Juta Penganut)
Sikhisme yang didirikan oleh Guru Nanak pada 1469-1539 M di negara bagian
Punjab, India. Sikhisme adalah agama Dharma terbesar ketiga yang diikuti oleh pengikut
dengan sebutan Sikh yang identik dengan penggunaan turban bagi laki-laki. Kitab suci
dari agama ini adalah Guru Granth Sahib yang awalnya ditulis dalam naskah Gurmukhi.
7. Agama Judaisme/Yahudi (20 Juta Penganut)
Pada tahun 1300 SM, agama Judaisme didirikan oleh Abraham, Yakub, dan
Issac. Selayaknya Bahaisme, Judaisme merupakan salah satu agama tertua yang juga
agama Ibrahim. Para pengikut dari agama ini disebut sebagai orang Yahudi, Agama ini
sendiri terpisah menjadi majelis trombin Konservatif, Ortodoks, dan Liberal.

BAB III
HUBUNGAN FILSAFAT DAN AGAMA

A. Korelasi Filsafat Dan Agama

Sebagian ahli memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam memikirkan


berbagai hal yang mencakup alam, manusia bahkan Tuhan yang disembah oleh manusia.
Dalam konteks ini, terdapat hal-hal tertentu yang cenderung memiliki kesamaan antara
agama dan filsafat. Tidak mengherankan dalam khazanah Islam, dianggap seseorang
yang mampu dalam hal pemikiran melebihi manusia kebanyakan, dianggap sebagai
Nabi. Lalu, sebagian yang lain, karena kemampuan seorang Nabi terutama dalam
mengucapkan ungkapan-ungkapan bijaksana adakalanya juga dikatakan sebagai filosof.
Untuk itu, Logika yang ada dalam Islam memiliki corak tersendiri dibandingkan logika
Barat yang bebas nilai-nilai keagamaan. Filsafat, sebagai sebuah metode berpikir yang
sistematis merupakan salah satu pendekatan tersendiri dalam memahami kebenaran.
Dalam konteks keagamaan, pemikiran tentang berbagai hal dan urusan.
Karenanya dalam filsafat juga dibicarakan bagaimana keberadaan Tuhan, dan juga
persoalan kenabian, kedudukan dan fungsi akal dan wahyu, penciptaan manusia serta
ibadah yang dilakukan oleh manusia Filsafat memasuki lapangan-lapangan ilmu
keislaman dan mempengaruhi pembatasan-pembatasannya. Penyelidikan terhadap
keilmuan meliputi kegiatan filsafat dalam dunia Islam. Dengan demikian filsafat Islam
secara khusus memisahkan diri sebagai ilmu yang mandiri. Walaupun hasil juga
ditemukan keidentikan dengan pemandangan orang Yunani (Aristoteles) dalam masalah
teori tentang pembagian filsafat oleh filosof-filosof Islam. Para ulama Islam memikirkan
sesuatu dengan jalan filsafat. Ada yang lebih berani dan lebih bebas daripada pemikiran-
pemikiran mereka yang biasa dikenal dengan nama filosuf-filosuf Islam. Di mana perlu

8
diketahui bahwa pembahasan ilmu Kalam dan Tasawuf banyak terdapat pikiran dan
teori-teori yang tidak kalah teliti daripada filosuf-filosuf Islam.
B. Kedudukan Filsafat Terhadap Agama

Rob Fisher mengidentifikasi empat posisi utama mengenai hubungan antara


filsafat dan agama, sebagaimana muncul dalam sejarah perdebatan. keempat posisi itu
adalah :
1. Filsafat sebagai agama.
Dibarat mencakup pemikir pemikir seperti Plato, Plotinus, Porphyry,
Spinoza, Dan Iris Murdoch. Filsafat sebagai agama yang dapat dijelaskan secara
rasional. Inti dari pendekatan ini terletak pada ide bahwa dengan merefleksikan
kebaikan, kita dapat menemukan wawasan-wawasan yang sesungguhnya mengenai
pengalaman manusia dan dunia. Model pandangan metafisik ini menunjukkan
kepada kita apa yang tertinggi dan memberikan kita suatusisstem nilai bagi hidup
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Filsafat sebagai pelayan agama,

Dapat mencakup pemikir-pemikir seperti Aquinas, John Lock, Basil Mitchell


Dan Richard Swinburne. Pendekatan ini meletakkan filsafat berkedudukan seperti
agama.Pendekatan ini dapat dapat menunjukkan rasionalitas dari proses meyakini
bahwa Tuhan itu ada.serta dapat merumuskan ideal ideal agama. Mendiskusikan sifat
sifat tuhan dan juga berfungsi membangun argument argument yang menunjukkn
aktivitas Tuhan dan control tuhn terhadap dunia.
Pelaksanaan refleksi jenis ini dikenal dengan teologi natural. Akan tetapi
teologi natural tidak dapat memberikan keimanan kepada seseorang.Ia mensyaratkan
wahyu tuhan jikaharus merespon dengan keimanan. Bagi Aquinas, wahyu adalah
komunikasi tuhan tentang kebenaran tanpa bantuan akal, ia tidak dapat diperoleh
dengan sendirinya, nalar manusia adalah “mukaddimah” bagi keimanan.
3. Filsafat sebagai pembuat ruang bagi agama

Dapat meliputi permikir-pemikir seperti William Ockham, Immanuel Kant,


Karl Bath Dan Alvin Plantiga. Pendekatan ini membuka ruang terhadap
kemungkinan agama dan ketergantungan manusia terhadap wahyu yang dengannya
kita memperoleh pengetahuan mengenai Tuhan. Agama dan Filsafat merupakan dua
ranah yang berbeda. Filsafat keterkaitan dengan akal. Sedang agama adalah wilayah
keimanan.
4. Filsafat sebagai perangkat analitis bagi agama.

9
Menganalisis agama : melihat agama dari luar, menganalisis, mengklasifikasi,
meneliti, ,mengkaji, memetakan. Meliputi pemikir pemikir seperti Antony Flew, Paul
Van Buren dan R.B Braith Waited. Tujuannya adalah menganalisis dan menjelaskan
watak dan fungsi keagamaan, menemukan cara kerjanya dan makna yang
dibawanya.
C. Perbandingan Filsafat dan Agama

Dalam buku Filsafat Agama, Rasyidi secara jelas menguraikan titik beda antara
filsafat dan agama, dimana diantara keduanya seringg dipahami masyarakat umum
secara kurang tepat.
Titik perbedaan antara filsafat dan agama diuraikan sebagai berikut :
1. Filsafat
a) Filsafat berpikir sehingga fokusnya adalah berpikir sistematis.
b) Filsafat merupakan upaya yang menuntut pengetahuan untuk memahami.
c) Filsafat mengharuskan adanya unsur kontemplasi dan kenyamanan.
d) Filsafat banyak berhubungan dengan pikiran yang dingin dan tenang
e) Filsafat ibarat air yang jernih dan tenang yang kelihatan jelas dasarnya.
f) Seorang ahli filsafat akan besikap netralatas perbedaab ada, kepercayaa dan
sejenisnya.
g) Walaipun bersifa tenang, namun filsafat sering memerlukan pngerahan pikiran.
h) Ahli flsafat berupaya mencari kelemahan dalam setiap pendirian dan argumentasi
walaupun argumentasinya sendiri.
2. Agama
a) Agama berarti mengabdikan diri, jadi yang sangat diperlukan adalah ketaatan
terhadap aturan keagamaan.
b) Agama menuntut pengetahuan terhadap pola tepat relasi Tuhan-manusia.
c) Agama memerlukan aspek kenyamanan dan kepuasan.
d) Agama lebih banyak berhubungan dengan aspek rohani dan hati.
e) Agama sepertiair terjun di bebatuan dengan gemuruhnya (syiar)
f) Agama oleh pemeluknya akan dipertahankan habis-habsa, akrena ikatan
pengabdian.
g) Agama di samping aspek pengabdian juga memiliki aspek menenangkan jiwa.
h) Filsafat penting dalam memahami agama. Namun, agama itu sendiri sudah bisa
merupakan kerangka filosofis.

Filsafat adalah pengetahuan tentang yang benar dan agama bertujuan


menjelaskan apa yang benar dan yang baik, di sinilah terlihat persamaan antara
keduanya. Filsafat berbicara mengenai manusia, alam, dan proses penciptaan di samping

10
juga membahas tentang kebenaran pertama (the first truth) yang kemudian disebut
sebagai kebenaran tunggal (the absolution truth), yaitu Tuhan. Demikian pula dengan
agama, perbedaannya hanya terletak pada sumber masing-masing. Agama bersumber
dari wahyu, sementara filsafat bersumber dari akal murni (reason).

BAB IV
MANFAAT MEMPELAJARI HUBUNGAN FILSAFAT DAN AGAMA

Dari uraian di atas, pengertian filsafat dan agama yang telah di hubungkan, maka
definisi filsafat agama diperoleh dari gabungan keduanya, yaitu sebagai suatu usaha
membahas tentang unsur-unsur pokok agama secara mendalam, rasional, menyeluruh,
sistematis, logis, dan bebas. Dan setelah di kaji, seorang akan mengetahui apa reaksi
filsafat ketika di dekatkan dengan agama. Adapun manfaat mempelajari hubungan
filsafat dan agama sebagai berikut;

1. Seorang akan lebih cenderung bijaksana dalam menyikapi berbagai hal.


2. Seseorang akan lebih cenderung kritis dalam menanggapi berbagai problematika.
3. Seseorang akan lebih cenderung sejuk dalam memaparkan kata kata.
4. Seseorang akan lebih cenderung berpikir luas dan tidak mudah menyalahkan pendapat orang
lain.

BAB V

A. KESIMPULAN

Filsafat berasal dari Bahasa yunani “philoh” dan “sofia” yang berarti cinta
kebijaksanaan, sedangkan menurut istilah filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang
menggunakan logika dan membahs tentang hakikat yang ada. Sedangkan agama
diartikan cara hidup atau ajaran tat keimanan dan keyakinan sert pengabdian kepada
sang pencipta. Antar filsafat dan agama memiliki perbedaan da kesamaan. Anatara lain;
filsafat focus berpikir secara sistematis sedang kan agama lebih banyak berhubungan
dengan keyakinan. Filsafat adalah pengetahuan tentang yang benar dan agama bertujuan
menjelaskan apa yang benar dan yang baik, di sinilah terlihat persamaan antara
keduanya.
Hubungan filsafat dan agama adalah sebuah hubungan mutualisme pikiran dan
perasaan. Filsafat sebagai tempat keraguan sedangkan agama tempat keyakinan filsafat

11
dan agama selalu bertolak belakang, namun, diantara keduanya memiliki titik temu yaitu
di etika.
pengertian filsafat dan agama yang telah di hubungkan, maka definisi filsafat
agama diperoleh dari gabungan keduanya, yaitu sebagai suatu usaha membahas tentang
unsur-unsur pokok agama secara mendalam, rasional, menyeluruh, sistematis, logis, dan
bebas.

DAFATAR PUSTAKA

Ali Maksum, Pengantar Filafat Dari Mass Klsik Hingga Potmodernime,(Jakarta: AR-
Rus Media, 2011).
Bagus Lorens Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996).
Burhanuddin Salam, Filsafat Manusia Antropologi Metafisika, Bina aksara, Jakarta,
1988
Frans Magnis Suseno, Filsafat Moral(Jakarta: Utama, 2000) .
Hasbullah Bakry, Sistematik Filsafat,(Jakarta: Wiaya, 1986).
Jaharuddin, Epistemologi dan Ontologi, (Jakarta: Media Ilmu, 2008).
Jasa Ungguh Muliawan, Epistemologi Dalam Dunia Pendidikan( Utama, 2008) .
Mariatul Kiftiah, Dasar Ontologi Ilmu Pengetahuan, (Bandung: Gempita 2001).
Mudji Sutrisno, Filsafat Keindahan(Yogyakarta: Kanisius, 2008) .
Nur A. Fadhil Lubis, MA, Pengantar Filsafat Umum, (Jakarta: Publishing, 2015)
Risieri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai(Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2001).
Suraiyo, Filsafat Ilmu Perkembagannya di Indonesia Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi
Aksara 2013).

12

Anda mungkin juga menyukai