Proposal Skripsi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 56

Pengaruh Sikap Masyarakat, Pengetahuan Perpajakan, dan

Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat


Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Di Desa Tajungsari
Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati

Proposal Skripsi

Disusun Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat


Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata S.1
dalam Ilmu Akuntansi Syariah

Oleh :
M. KHOIRUN NI’AM
NIM : 1605046112

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

.1. Latar Belakang


Menciptakan masyarakat adil, makmur, dan sejahtera merupakan cita-
cita luhur dari adanya pemerintahan, hal ini bisa diupayakan dengan
menyelenggarakan pemerintahan negara dan pembangunan nasional yang
berkelanjutan, akan tetapi untuk mewujudkan itu dibutuhkan sistem
pemerintahan yang efektif dan dana yang cukup besar. Salah satu sektor yang
paling diandalkan oleh pemerintah yaitu pendapatan yang berasal dari pajak.
Pajak merupakan salah satu alat yang digunakan oleh pemerintah dalam
rangka mencapai tujuannya yaitu untuk mendapatkan penerimaan, baik yang
bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat.1
Aturan pemungutan pajak diatur dalam Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan, pajak dibedakan atas
pajak pusat dan pajak daerah baik pemerintah pusat maupun daerah, pajak
merupakan pemasukan yang sangat penting dalam proses pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan. Salah satu jenis pajak yang ada di Indonesia
yakni Pajak Bumi dan Bangunan. Pajak Bumi dan Bangunan merupakan
salah satu jenis pajak pusat yang sebagian besar hasilnya diserahkan kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota.2

Pajak adalah salah satu komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD).


Adapun mengenai sumber pendapatan asli daerah disebutkan dalam pasal 6
ayat 1 Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 terdiri: (1) pajak daerah, (2)
retribusi, (3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, (4) lain-lain

1
Arjani Ni Nengah Suci. “Pengaruh Motivasi, Moralitas, Dan Peran Perangkat
Desa Terhadap Kepatuhan Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan
Perdesaan Dan Perkotaan Dengan Sanksi Perpajakan Sebagai Variabel Moderasi”. e-
Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1.Volume 7
No. 1 Tahun 2017.hlm.1
2
Sumarauw, Stefi Maria.“Pengaruh Kepemimpinan Camat Terhadap Kesadaran
Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Di Kecamatan Eris Kabupaten
Minahasa”. Jurnal Administrasi Publik Vol. 2 No. 30 Tahun 2015.Hlm.3.
1
pendapatan daerah yang sah. Pajak bumi dan bangunan pedesaan dan
perkotaan (PPB P2) merupakan salah satu bentuk pajak dari pusat yang
sebagian pendapatannya diserahkan pemerintah daerah kabupaten/ kota,
pembagian penerimaan pajak bumi dan bangunan 10% untuk pemerintah
pusat dan 90% untuk pemerintah daerah. Pajak bumi dan bangunan pedesaan
dan perkotaan (PPB P2) adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas
bumi dan bangunan karena adanya keuntungan dan/atau kedudukan sosial
ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak
atasnya atau memperoleh manfaat dari pada pajak ini bersifat pajak
langsung.

Tujuan umum pengalihan pengelolaan PBB P2 ke pemerintah daerah


adalah untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintahan daerah. Hal ini akan
membuat Pemerintah daerah terdorong untuk lebih berhati-hati dalam
pengeluarannya jika sebagian besar anggaran didanai dari sumber-sumber
penerimaan asli daerah. Pemerintah daerah juga diberikan kebebasan untuk
menentukan tarif pajak dengan berpedoman pada peratuan yang berlaku.
Selain untuk meningkatkan akuntabilitas pemerintah daerah, pengalihan PBB
P2 juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja pemungutan pajak melalui
peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak.3

Mengingat betapa pentingnya pajak bumi dan bangunan untuk


pembangunan atau peningkatan saran dan prasarana untuk kepentingan
umum, maka peran partisipasi masyarakat dalam membayar pajak bumi dan
bangunan sangat penting, namun seringkali kurangnya kesadaran atau
pengetahuan mengenai pajak membuat para wajib pajak tidak membayar
pajak tersebut.

Sebenarnya pihak pemerintah sudah melakukan berbagai upaya dalam


menekan peningkatan partisipasi pembayaran pajak, contohnya seperti:
sistem jemput bola menggunakan layanan mobil keliling, pemberian hadiah,

3
Sumarauw, Stefi Maria.“Pengaruh Kepemimpinan Camat Terhadap Kesadaran
Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Di Kecamatan Eris Kabupaten
Minahasa”. Jurnal Administrasi Publik Vol. 2 No. 30 Tahun 2015.Hlm.3.
2
membuka loket pembayaran di Kelurahan/Desa maupun Kecamatan,dan lain-
lain, Namun, pemberitaan terkait jumlah pajak terutang yang belum dibayar
oleh wajib pajak masih menjadi kendala Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
dalam mencapai keberhasilan penerimaan pajak.4

Pengoptimalan penerimaan PBB bisa dilakukan dengan meningkatkan


partisipasi masyarakat dalam membayar pajak, sedangkan partisipasi
masyarakat dalam membayar pajak dipengaruhi 2 faktor yaitu :5

a. Faktor dari pemerintah bisa berupa kondisi sistem administrasi pajak suatu
negara, pelayanan pada wajib pajak, penegakan hukum perpajakan,
pemeriksaan pajak, dan tarif pajak.
b. Faktor dari wajib pajak itu sendiri bisa berupa tingkat pemahaman,
pengalaman,sikap, dan penghasilan.

Untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membayar


pajak perlu sikap yang positif dari masyarakat. Sikap merupakan proses
berfikir seseorang terhadap suatu objek psikologis dalam diri manusia
sehingga membentuk pola perilaku orang tersebut. Pola perilaku yang keluar
bisa positif ataupun negatif tergantung objek psikologis yang direspon.
Namun pada kenyataannya masih banyak wajib pajak memilih bersikap
negatif untuk tidak ataupun terlambat membayar pajak, hal ini didasari kaena
para wajib pajak masih berfikir kalau membayar pajak hanya sebatas
kawajiban tanpa tahu kalau peran pajak sangat penting untuk peningkatan
pembangunan suatu wilayah ataupun negara itu sendiri. Sikap Wajib Pajak
tersebut bertentangan dengan prinsip pajak itu sendiri yang pada dasarnya
merupakan bentuk kontribusi masyarakat terhadap negara.6

Tinggi rendahnya penerimaan pajak tergantung dari perilaku


masyarakat itu sendiri. perilaku disini kita asumsikan sebagai kemauan
masyarakat dalam membayar pajaknya sendiri, dan tentunya kemauan itu
disemata-mata muncul dari permukaan bumi seperti rumput yang tumbuh
tanpa ada yang menanam. Kemauan membayar pajak ini tumbuh dan
berkembang karena ada yang mempengaruhi setiap individu baik berupa
4
Setyowati, Yuni. “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak Dan
Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Membayar
Pajak Bumi Dan Bangunan Di Desa Kalidengen, Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2014”. Jurnal Profita Edisi 8 Tahun 2017. Hlm.2.
5
Pasaribu, Putri Ida. “Partisipasi Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Di Kelurahan Tempinp Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi Kota
Jambi”. Jurnal Administrasi Publik Vol. 3 No. 046 Tahun 2017.Hlm.2.
6
Hambali. “Kepemimpinan Lurah Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
Dalam Pembangunan Daerah Di Kelurahan Labuh Baru Barat Kecamatan Payung Sekaki
Kota Pekanbaru Tahun 2015-2016”. JOM Fisip Vol. 4 No. 2 Oktober 2017.Hlm.3.
3
upaya dari luar maupun dari dalam individu tersebut. Upaya dari dalam
individu salah satunya adalah pengetahuan.
Pengetahuan pajak merupakan pemahaman bagi wajib pajak yang
meliputi tentang aturan, ketentuan dan manfaat dari perpajakan yang
diterapkan di Indonesia.7 Pengetahuan perpajakan merupakan hal yang
melekat disetiap individu-individu dimasyarakat, pengetahuan bukanlah hal
yang bisa diabaikan dalam peroses penggenjotan penerimaan pajak oleh
pemerintah. pemerintah selaku badan penarik pajak bisa masuk dalam peran
untuk memberikan wawasan ataupun soisalisasi mengenai tata cara
pembayaran pajak, dan pentingnya membayar pajak untuk meningkatkan
partisipasi membayar pajak masyarakat.

Seperti yang tertera dalam pasal 1 UU No.6 Tahun 2014 tentang


pemerintah daerah bahwa “ kepala desa adalah penyelenggara pemerintahan
desa “ dan pasal 26 UU No.6 Tahun 2014 tentang tugas kepala desa yaitu
“menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunanan desa,
pembinaaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat”. Maka
keberhasilan partisipasi masyarakat dalam membayar PBB di desa suatu
tujuan yang mutlak yang harus dicapai, karena desa merupakan ujung tombak
dalam penentuan target yang telah ditetapkan. Jika masing-masing kelurahan
target pajak telah tercapai maka akan sangat membantu dalam peningkatan
Pendapatan Asli Daerah.8

Desa sebagai tingkat pemerintahan yang paling rendah, perannya


dalam pencapaian target pemungutan pajak sangatlah penting, Jika masing-
masing desa target pajaknya telah tercapai maka akan sangat membantu
dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah, dalam hal ini tidak bisa terlepas
dari peran kepemimpinan di desa itu yang berjalan efektif dan menjalankan
fungsinya dengan baik. Fungsi disini lebih kepada mempengaruhi dan
7
Ayunda, W. P. “Pengaruh Sanksi Perpajakan, Pengetahuan Pajak, Sikap Wajib
Pajak, Dan Tingkat Ekonomi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak
Bumi Dan Bangunan Dengan Kontrol Petugas Kelurahan Sebagai Variabel Moderating Di
Kota Pekanbaru”. Jom FEKON.2015.
8
Hambali. “Kepemimpinan Lurah Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
Dalam Pembangunan Daerah Di Kelurahan Labuh Baru Barat Kecamatan Payung Sekaki
Kota Pekanbaru Tahun 2015-2016”. JOM Fisip Vol. 4 No. 2 Oktober 2017.Hlm.3.
4
mengarahkan individu atau kelompok yang bertujuan untuk membantu
organisasi bergerak kearah pencapaian tujuan. disinilah figure fungsi
kepemimpinan adalah sebagai penggerak dan atau pendorong untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembayaran Pajak Bumi dan
Bangunan.9

Kabupaten pati pada tahun 2020 ini sudah merampampungkan data


ulang sekaligus pencocokan objek pajak di seluruh desa dan kelurahan.
Hasilnya ada penambahan mutasi penyesuaian nama objek pajak menjadi 190
ribu. Hal ini mengakibatkan pagu pajak bumi dan bangunan meningkat dari
20 miliar menjadi 22 miliar.10 Desa tajungsari yang berada di kecamatan
tlogowungu kabupaten pati memiliki 4.324 objek pajak.

Penelitian tentang partisipasi membayar pajak bumi dan bangunan


telah dilakukan beberapa peneliti, diantaranya adalah Utomo (2011)
membuktikan bahwa sikap tidak berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat
dalam membayar pajak bumi dan bangunan, sedangkan penelitian yang
dilakukan Eka ( 2019) membuktikan bahwa sikap berpengaruh terhadap
partisipasi masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan.

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini berjudul “Pengaruh


Sikap Masyarakat, Pengetahuan Perpajakan, dan Kepemimpinan Kepala Desa
Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Di Desa Tajungsari Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati” .

.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraiaan latar belakang diatas, maka permasalahan dalam
penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh sikap masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam


membayar pajak bumi dan bangunan di Desa Tajungsari Kecamatan
Tlogowungu Kabupaten Pati ?
9
Sumarauw, Stefi Maria.“Pengaruh Kepemimpinan Camat Terhadap Kesadaran
Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Di Kecamatan Eris Kabupaten
Minahasa”. Jurnal Administrasi Publik Vol. 2 No. 30 Tahun 2015.Hlm.5.
10
Http://radarkudus.jawapos.com
5
2. Apakah ada pengaruh pengetahuan perpajakan terhadap partisipasi masyarakat
dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Desa Tajungsari Kecamatan
Tlogowungu Kabupaten Pati ?
3. Apakah ada pengaruh kepemimpinan kepala desa terhadap partisipasi
masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Desa Tajungsari
Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati ?

.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian


1. Untuk menganalisis pengaruh sikap masyarakat terhadap partisipasi
masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Desa
Tajungsari Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati.
2. Untuk menganalisis pengaruh Kesadaran masyarakat terhadap
partisipasi masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan di
Desa Tajungsari Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati.
3. Untuk menganalisis pengaruh kepemimpinan terhadap partisipasi
masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Desa
Tajungsari Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati.

1.3.2. Manfaat Penelitian


1. Bagi Akademisi :
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangsih pengetahuan
tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat
dalam membayar pajak bumi dan bangunan .
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran pemikiran bagi
masyarakat luas, bahan referensi ataupun masukkan bagi pihak
yang akan melakukan penelitian lebih lanjut masalah perpajakan
kususnya Pajak Bumi dan Bangunan dan dapat menambah pustaka
yang telah ada.
2. Bagi Praktisi :
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan informasi
yang dapat dipertimbangkan oleh pemerintah daerah dalam
6
membuat kebijakan-kebijakan ekonomi kususnya tentang Pajak
Bumi dan Bangunan.
b. Penelitian ini diharapakan dapat memberi tambahan pengetahuan
bagi masyarakat mengenai pentingnya pajak, serta peran
masyarakat dalam pembangunan, sehingga masyarakat akan
terdorong untuk membayar pajak dengan tepat waktu.

.4. Sistematika Penulisan


Penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, jadwal penelitian, dan
sistematika penulisan skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Berisi tentang kajian teori, hasil penelitian yang relevan,
kerangka berpikir, dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang waktu dan wilayah penelitian, metode
penelitian, variable-variabel, populasi dan sampel, data dan
sumber data, dan alat analisis data.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menunjukkan hasil dari analisis data dan
menunjukkan hasil pengujian hipotesis-hipotesis
menggunakan data yang diolah sesuai dengan motode yang
sudah ditetapkan. Dalam bab ini data atau informasi yang
telah diolah, dianalisis, dikaitkan dengan kerangka teoritik
yang terdapat di dalam bab II sehingga jelas bagaimana
data hasil penelitian dapat menjawab permasalahan dan
tujuan pembahasan dalam kerangka teoritik.
BAB V PENUTUP

7
Berisi tentang kesimpulan, keterbatasan peneliti dan saran-
saran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

8
2.1. Kerangka Teori

2.1.1. Teori Perilaku yang Direncanakan ( Theory of planned behavior/ TPB)


Theory of planned behaviorad adalah teori yang menjelaskan
bahwa perilaku yang dilakukan atau yang muncul dari seseorang karena
dipengaruhi oleh niat . Teori ini memiliki fondasi terhadap perspektif
kepercayaan yang mampu mempengaruhi seseorang untuk melaksanakan
tingkah laku yang spesifik. Perspektif kepercayaan dilaksanakan melalui
penggabungan beraneka ragam karakteristik, kualitas dan atribut atas
informasi tertentu yang kemudian membentuk kehendak dalam bertingkah
laku.11
Planned behavior theory merupakan peningkatan dari reasoned
action theory. Didalam reasoned action theory niat seseorang untuk
melakukan suatu perbuatan disebabkan oleh dua hal yaitu norma subjektif
dan sikap terhadap perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1975). Selang beberapa
tahun kemudian, Ajzen (1988) Menambahkan satu faktor lagi yaitu kontrol
perilaku persepsi individu atau perceived behavioral control . penambahan
faktor inilah yang menyebabkan perubahan dari reasoned action theory
menjadi Planned behavior theory.12 Mustikasari (2007) menyebutkan ada
3 faktor yang mempengaruhi munculnya niat berperilaku:13
a. Behavioral beliefs merupakan keyakinan individu akan hasil dari
suatu perilaku dan evaluasi terhadap hasil tersebut. Keyakinan dan
evaluasi terhadap hasil ini akan membentuk variabel sikap( Attitude).
b. Normative beliefs yaitu tentang harapan normatif orang lain yaitu
menjadi rujukan dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut.
Harapan normatif ini membentuk variable norma subjektif (Subjektif
norm).

11
Yuliana. “Pengaruh Sikap pada Pindah Kerja, Norma Subjektif, Perceived
Behavioral Control pada Intensi Pindah Kerja pada Pekerja Teknologi Informasi 6”.
Phronesis: Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 2004. Hlm.7.
12
Ajzen, Icek. “Attitudes, personality, and behavior”. Milton Keynes.Open
University Press dan Chicago, IL: Dorsey Press.1988.
13
Mustikasari.” Kajian empiris tentang kepatuhan wajib pajak badan diperusahaan
industri pengolahan di Surabaya”. SNA X Makasar 1. 2007. 41-42.
9
c. Control beliefs merupkan keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang
mendukung atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan dan
persepsi tentang seberapa kuat hal-hal yang mendukung dan
menghambat perilaku tersebut ( perceived poweer ). Control beliefs
membentuk variabel kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived
behavior control).

Adapun firman Allah SWT yang berhubungan dengan teori


behavioristik terdapan surah An-Nahl ayat 78, sebagai berikut :

َ ٰ ‫َوٱهَّلل ُ َأ ْخ َر َج ُكم ِّم ۢن بُطُو ِن ُأ َّم ٰهَتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُمونَ َش ْيـًٔا َو َج َع َل لَ ُك ُم ٱل َّس ْم َع َوٱَأْلب‬
‫ْص َر َوٱَأْل ْفـِٔ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم‬
َ‫تَ ْش ُكرُون‬

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.(QS. An-Nahl ayat : 78).

2.1.2. Teori Bakti


Teori bakti merupakan salah satu dari lima teori pemungutan pajak.
Teori bakti ini didasari paham organisasi Negara (organische staatsleer)
yang mengajarkan bahwa Negara sebagai organisasi mempunyai tugas
untuk menyelenggarakan kepentingan umum. Negara mengambil tindakan
atau keputusan dalam hal kepentingan umum termasuk keputusan tentang
pajak. Artinya negara mempunyai hak mutlak untuk menarik pajak dan
rakyat harus membayar sebagai tanda baktinya. Menurut teori ini dasar
hukum pajak terletak pada hubungan antara rakyat dengan Negara, dimana
Negara berhak memungut pajak dan rakyat berkewajiban membayar
pajak.14
Negara mempunyai sifat sebagai persekutuan atau perkumpulan
individu yang tidak dapat hidup sendiri, maka timbulah hak mutlak negara
untuk memungut pajak dari rakyatnya sebagai tanda bakti dari rakyat
kepada negara. Jika dilihat lebih dalam tentang dasar teori bakti seperti
sebuah perjanjian dalam masyarakat untuk membuat negara dan
14
Suandy, Erly. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.2014. Hlm. 24.
10
menyerahkan kekuasaan terhadap negara untuk memimpin masyarakat
tersebut. Menurut teori ini, dasar hukum pajak adalah hubungan antara
rakyat dengan negara, dimana negara mempunyai hak menarik pajak dan
rakyat berkewajiban membayar pajak. Kelemahan teori ini adalah Negara
bisa saja menjadi otoriter sehingga mengabaikan aspek keadilan dalam
memungut pajak.15
Adapun firman Allah SWT yang berhubungan dengan teori bakti
terdapat pada QS. An-Nur Ayat 55, sebagai berikut :
َ‫ض َك َما ا ْست َْخلَفَ الَّ ِذين‬ ِ ‫َو َع َد هَّللا ُ الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِم ْن ُك ْم َو َع ِملُوا الصَّالِ َحا‬
ِ ْ‫ت لَيَ ْست َْخلِفَنَّهُ ْم فِي األر‬
‫ِم ْن قَ ْبلِ ِه ْم‬
Artinya : “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu
yang beriman dan mengerjakan amal saleh, bahwa Dia sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa” (QS. An-Nur; 24:55).
Berdasarkan ayat diatas dapat ditarik kata kunci untuk kekuasaan
mengatur bumi dan seisinya . mengatur dalam dalam konteks ini bisa
mencakup semua segi kehidupan manusia termasuk dalam hal membuat
suatu tatanan negara untuk kesejahteraan bersama. Seperti yang dijelaskan
diatas bahwa teori bakti bersumber pada hubungan rakyat dengan negara,
maka secara tidak langsung sudah mempraktekkan surah An-nur ayat 55
untuk mengatur bumi dan seisinya.

2.1.3. Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.16 Dari penegertian pajak tersebut kata kunci dari pajak meliputi :
a. Pajak adalah kontribusi wajib rakyat.

15
Suandy, Erly. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.2014. Hlm. 25.
16
UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1.
11
Negara mempunyai hak untuk memungut pajak kepada rakyatnya.
Kontribusi ini berbentuk uang (bukan barang).
b. Pajak bersifat memaksa untuk setiap rakyat.
Bagi rakyat yang sudah memenuhi syarat objek maupun subjek pajak,
maka wajib membayar pajak.
c. Pajak tidak memberi manfaat secara langsung.
Pajak berbeda dengan membayar parkir yang manfaatnya dapat
diperoleh secara langsung. Pembayaran pajak digunakan untuk
pemerataan pendapatan masyarakat.
d. Pajak diatur dalam undang-undang.
e. Pajak dipungut untuk pembiayaan kemaslahatan umum.
Menurut Rochmat Soemitro Pajak adalah iuran rakyat kepada kas
Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.17 Sehingga pajak
dapat diartikan kesepakatan antara rakyat dengan negara yang berbentuk
pembayar untuk memenuhi keperluan pembiayaan negara dan
pembangunan nasional guna tercapainya masyarakat yang adil, makmur,
dan jaya sentosa.
Adapun jenis-jenis pajak berdasarkan golongan, sifat dan
lembaga pemungutnya menurut Mardiasmo18 sebagai berikut :
a. Menurut Golongannnya.
1. Pajak langsung
pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak
Penghasilan (PPh).
2. Pajak tidak langsung
pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain. Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
b. Menurut Sifatnya.

17
Mardiasmo. ‘Perpajakan.’ Yogyakarta: Andi.2011. Hlm. 1.
18
Mardiasmo. ‘Perpajakan.’ Yogyakarta: Andi.2011. Hlm. 1.
12
1. Pajak subjektif
pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam
arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contohnya : Pajak
Penghasilan.
2. Pajak objektif
pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri Wajib Pajak. Contohnya : Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM).
3. Pajak menurut lembaga pemungutannya.
1) Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai.
2) Pajak daerah, pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah
terdiri atas pajak propinsi, contoh : pajak kendaraan bermotor
dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan pajak
kabupaten/kota, contoh : pajak hotel, pajak restoran.
Adapun fungsi pajak dibagi menjadi dua yaitu :
a. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan negara karenanya
pemerintah berusaha memasukan uang sebanyak mungkin untuk kas
negara. Menurut Mardiasmo pajak sebagai sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.19
b. Fungsi Regulerend (Mengatur)
Pajak sebagai alat yang digunakan untuk mengatur agar kebijakan
pemerintah dapat terlaksana dengan baik.
Pemungutan pajak termuat didalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2
yang menyatakan bahwa setiap pajak untuk keperluan negara berdasarkan
undang-undang. Menurut Adam Smith pemungutan pajak harus didasari
pada20 :

19
Mardiasmo. ‘Perpajakan.’ Yogyakarta: Andi.2011. Hlm. 2.
20
Waluyo. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: Salemba Empat.2014. Hlm. 13.
13
a. Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata yaitu pajak dikenakan
kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan
membayar pajak dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil
dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak menyumbangkan uang untuk
pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya.
b. Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena
itu, wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak
yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.
c. Convenience
Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan
saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh pada saat
wajib pajak memperoleh penghasilan.
d. Economy
Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin,
demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.
Sistem pemungutan pajak di indonesia dibagi menjadi tiga yaitu21 :
a. Official Assessment System
Sistem pemungutan yang memberi wewenang sepenuhnya kepada
fiskus atau aparat pajak untuk menentukan besaran pajak terutang
kepada wajib pajak.
b. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kepercayaan kepada wajib
pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang.
c. Withholding system
Sistem pemungutan yang bersarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga.
Adapun dalil firman Allah SWT yang berhubungan dengan pajak
terdapat pada QS. Al Hujarat ayat 15 sebagai berikut :
21
Hartati, Neneng. “ Pengantar Perpajakan”. Jakarta: Pustaka Setia.2016. Hlm.9.
14
ِ ‫ِإنَّ َما ْال ُمْؤ ِمنُونَ الَّ ِذينَ آ َمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه ثُ َّم لَ ْم يَرْ تَابُوا َو َجاهَدُوا بَِأ ْم َوالِ ِه ْم َوَأ ْنفُ ِس ِه ْم فِي َسبِي ِل هَّللا‬
)١٥( َ‫ك هُ ُم الصَّا ِدقُون‬ َ ‫ُأولَِئ‬

Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah


orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-
orang yang benar “ ( QS. Al Hujarat : 15 )

Berdasarkan ayat diatas terdapat perintah untuk berjuang dijalan


Allah SWT. Dengan demikian, salah satu hak penguasa muslim adalah
menentukan besaran jihad pada orang yang mampu. Hal ini senada jika
kita sambungkan jihad disini sebagai kalangan yang mampu membantu
kalangan yang kurang mampu dengan harta selain zakat. Jadi inti dari
hubungan antara pajak dengan ayat ini sehubungan dengan syarat
pemungutan harta itu didasari dengan kepentingan kemaslahatan umat.
Konteks ini bisa dikatan sama dengan pajak yang terjadi di negara kita ini.

2.1.4. Pajak Bumi dan Bangunan


Pajak bumi dan bangunan merupakan salah satu pajak yang
sepenuhnya diatur oleh pemerintah dalam hal penentuan besaran pajak.
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu sarana perwujudan
kegotong royongan nasional dalam pembiayaan negara dan pembangunan
nasional sehingga dalam pengenaannya memberikan kepastian hukum
dan keadilan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembiayaan
pembangunan sesuai kemampuannya22. Menurut Undang-Undang No.12
tahun 1994 objek pajak bumi dan bangunan meliputi :
a. Bumi
Bumi adalah permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk
rawa-rawa tambak pengairan) serta laut wilayah Republik Indonesia.
b. Bangunan

22
Undang-Undang No. 12 tahun 1994
15
Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara
tetap pada tanah dan/atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha
dan tempat yang diusahakan. Termasuk dalam pengertian bangunan
meliputi :
1.) Jalan lingkungan yang terletak dalam suatu kompleks bangunan.
2.) Jalan tol
3.) Kolam renang
4.) Pagar renang
5.) Tempat olahraga
6.) Dermaga
7.) Taman mewah
8.) Tempat penampungan atau kilang minyak, air dan gas, pipa minyak
9.) Fasiltas lain yang memberikan manfaat
Pengecualian objek Pajak Bumi dan Bangunan dalam UU No.12
tahun 1994 adalah :
a. Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di bidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan, dan kebudayaan nasional dan
nyata-nyata tidak dimaksudkan untuk mencari keuntungan. Contoh
objek pajak yang dikecualikan seperti Pondok Pesantren, madrasah,
tanah wakaf, dan rumah sakit umum.
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, candi atau yang
sejenis dengan itu.
c. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata milik negara
sesuai pasal 2 UU No.5 tahun1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok
kehutanan, taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh
desa dan tanah negara yang belum dibebani suatu hak.
d. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsultat berdasarkan asas
perlakuan timbal balik.
e. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang
ditentukan oleh Menteri Keuangan.
Pajak Bumi dan Bangunan adalah Salah satu jenis pajak yang
memiliki wajib pajak besar, sehingga waluapun menggunakan sistem
16
pemungutan self assessment di daerah tertentu seperti didesa perhitungan
PBB terutang tidak dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri melainkan
dilakukan oleh kantor pelayanan PBB. Perhitungan PBB terhutang
dilakukan dalam formulir SPPT PBB ( surat pemberitahuan pajak terutang
pajak bumi dan bangunan) oleh kantor pelayanan PBB. SPPT dihitung dan
diterbitkan berdasarkan SPOP ( Surat pemberitahuan objek pajak ) yang
diisi oleh wajib pajak, akan tetapi untuk membantu wajib pajak SPPT
dapat diterbitkan berdasarkan data yang sudah ada dikantor pelayanan
PBB. Setelah selesai melakukan perhitungan pajak terutang SPPT dikirim
ke kelurahan ataupun desa yang wilayahnya meliputi objek PBB,
biyasanya SPPT sudah dikirim dibulan februari dan sudah bisa dibayar
ditempat yang sudah ditentukan. Didalam SPPT jatuh tempo pembayaran
paling lambat adalah enam bulan dari SPPT itu diterima kelurahan ataupun
desa.23
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) ditetapkan tiga tahun sekali oleh
Kanwil Dirjen Pajak lalu besarnya persentase ditetapkan oleh peraturan
pemerintah dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional. Seperti
yang diungkapkan Mardiasmo bahwa dasar pengenaan Pajak Bumi dan
Bangunan24 adalah :
a. Dasar pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
b. Besarnya NJOP ditetapkan setiap tiga tahun oleh Kepala Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Menteri Keuangan dengan
mempertimbangkan pendapat Gubernur / Bupati/Walikota (Pemerintah
Daerah) setempat.
c. Dasar perhitungan pajak adalah yang ditetapkan serendah–rendahnya
20% dan setinggi – tingginya 100% dari NJOP.
d. Besarnya presentase ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah dengan
memperhatikan kondisi ekonomi nasional.
Pajak Bumi dan Bangunan dialihkan dari Pemerintah pusat kepada
Pemerintah daerah dengan dasar Undang-Undang No. 28 Tahun 2009
23
Mardiasmo. ‘Perpajakan.’ Yogyakarta: Andi.2011. Hlm. 336.
24
Mardiasmo. ‘Perpajakan.’ Yogyakarta: Andi.2011. Hlm.. 337.

17
tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah menjadi Pajak Bumi dan
Bangunan Pedesaan dan Perkotaan ( PBB P2). Peralihan ini dimulai 1
Januari 2011 dengan tujuan agar Pendapatan Asli Daerah meningkat,
sehingga diharapkan Pemerintah daerah mampu mengurus dan mengelola
rumah tangganya secara mandiri termasuk penyediaan sumber dana,
penyelenggaraan pemerintahan, dan penerimaan pajak.

2.1.5. Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan


Objek Pajak secara sederhana adalah segala sesuatu baik
transaksi,sumber pendapatan ataupun benda yang dikenai pajak. Jika
dilihat sifatnya Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
merupakan pajak yang bersifat kebendaan. Jadi Objek Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan meliputi Bumi ( tanah ) dan Bangunan itu
sendiri. Seperti yang ada dalam Pasal 77 Undang-Undang No. 28 Tahun
2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah diantaranya: 25
a. Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah:
1.) Jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan
seperti hotel, pabrik dan emplasemennya, yang merupakan suatu
kesatuan dengan kompleks bangunan tersebut.
2.) Jalan tol
3.) Kolam renang
4.) Pagar mewah
5.) Tempat olahraga
6.) Hangar pesawat terbang
7.) Taman mewah
8.) Tempat penyimpanan Minyak, Air, dan Gas
9.) Menara
b. Objek Pajak yang tidak dikenai Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan
dan Perkotaan adalah :
1.) Digunakan oleh Pemerintah dan Daerah untuk penyelenggaraan
pemerintahan.

25
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. Pasal 77.
18
2.) Digunakan semata-mata untuk melayani kepentingan umum di
bidang ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan
nasional, yang tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
3.) Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang sejenis
dengan itu.
4.) Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah
negara yang belum dibebani suatu hak.
5.) Digunakan oleh perwakilan diplomatik dan konsulat berdasarkan
asas perlakuan timbal balik
6.) Digunakan oleh badan atau perwakilan lembaga internasional yang
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
c. Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak ditetapkan paling
rendah sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap
Wajib Pajak.
Objek Pajak Bumi dan Bangunan dalam keputusan Dirjen Pajak
Nomor 16/PJ.6/1998 dibagi menjadi beberapa sektor meliputi: 26
a. Sektor pedesaan
Sektor Pedesaan adalah objek PBB dalam suatu wilayah yang memiliki
ciri-ciri pedesaan, seperti sawah, ladang, empang tradisional dan lain-
lain.
b. Sektor perkotaan
Sektor Perkotaan adalah objek PBB dalam suatu wilayah yang memiliki
ciri-ciri suatu daerah perkotaan, seperti pemukiman penduduk yang
memiliki fasilitas perkotaan, industri perdagangan dan jasa.
c. Sektor perkebunan
Sektor Perkebunan adalah objek PBB yang diusahakan dalam budidaya
perkebunan, baik yang dikelola oleh badan usaha milik negara ataupun
swasta.
d. Sektor kehutanan

26
Keputusan Dirjen Pajak Nomor 16/PJ.6/1998.
19
Sektor Kehutanan adalah objek PBB dibidang usaha yang
menghasilkan komoditas hasil hutan.
e. Sektor pertambangan
Sektor Pertambangan adalah objek PBB di bidang usaha yang
menghasilkan komoditas hasil tambang: emas, batu bara, minyak dan
gas bumi.

2.1.6. Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan


Subjek adalah orang atau badan yang memiliki objek pajak. Subjek
PPB P2 diatur dalam Undang-Unadang No.28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah yang menjadi subjek pajak adalah: 27
a. Yang menjadi subjek pajak adalah orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau memperoleh manfaat atas
bumi, dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat
atas bangunan.
b. Subjek pajak sebagaimana dimaksud dalam abjad (a) yang dikenakan
kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak.
c. Dalam hal atas suatu objek pajak belum jelas diketahui wajib pajaknya,
Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dapat menetapkan subjek
pajak sebagai wajib pajak.
d. Subjek pajak yang ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam abjad (c),
dapat memberikan keterangan secara tertulis kepada Kepala Daerah
atau Pejabat yang ditunjuk bahwa yang bersangkutan bukan wajib pajak
terhadap objek pajak yang dimaksud.
e. Bila keterangan yang diajukan oleh wajib pajak dalam abjad (d)
disetujui, maka Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk membatalkan
penetepan sebagai wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam abjad (c)
dalam jangka waktu satu bulan sejak diterimanya surat keterangan
dimaksud.

27
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. Pasal 78.
20
f. Bila keterangan yang diajukan itu tidak disetujui, maka Kepala Daerah
atau Pejabat yang ditunjuk mengeluarkan surat keputusan penolakan
dengan disertai alasan-alasannya.
g. Apabila setelah jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterimanya
keterangan sebagaimana dalam abjad (d) Kepala Daerah atau Pejabat
yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, maka keterangan yang
diajukan itu dianggap disetujui.

2.1.7. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan


Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan ditetapkan paling tinggi sebesar
0,3% (nol koma tiga persen)28. Berdasarkan tarif pajak tersebut maka dasar
pengenaan PPB P2 adalah: 29
a. Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual Objek
Pajak.
b. Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan setiap
3 (tiga) tahun, kecuali untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap
tahun sesuai dengan perkembangan wilayahnya.
c. Penetapan besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh Kepala Daerah.
Dalam menentukan Nilai Jual Objek Pajak Pemerintah daerah
harus memperhatikan Asas Self Assessment. Yang dimaksudkan disini
Assessment value adalah nilai jual yang dipergunakan sebagai dasar
penghitungan pajak, yaitu suatu persentase tertentu dari nilai jual
sebenarnya.
Dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2009 pasal 81 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, cara penghitungan PBB P2 dapat dilakukan
dengan rumus berikut:

28
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. Pasal 80.
29
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. Pasal 79.
21
2.1.8. Sikap
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sikap adalah
segala perbuatan dan tindakan yang berdasarkan pada pendirian dan
keyakinan yang dimiliki. Sikap atau Attitude merupakan respon yang
keluar dari seseorang terhadap sesuatu yang bisa menjadi ciri khas dari
setiap individu.
Menurut Lubis Sikap adalah suatu hal yang mempelajari mengenai
seluruh tendensi tindakan, baik yang menguntungkan maupun yang kurang
menguntungkan, tujuan manusia, objek, gagasan, atau situasi.30 Struktur
Sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu: 31
Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh
individu pemilik Sikap, komponen kognitif berisi kepercayaan stereotype
yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan
(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang
kontroversial.
a. Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam
sebagai komponen Sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan
terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin adalah mengubah Sikap
seseorang. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan
yang dimiliki terhadap sesuatu.
b. Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku
tertentu sesuai dengan Sikap yang dimiliki seseorang dan berisi

30
Lubis, Arfan Ikhsan. “Akuntansi Keperilakuan”. Jakarta: Salemba Empat.2011.
hal. 78.
31
Saifuddin,Azwar. “Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya”. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.2015.hal.5.
22
tendensi atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu
dengan cara-cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang
dihadapinya adalah logis untuk mengharapkan bahwa Sikap seseorang
adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku.
Dari Pengertian diatas dapat diketahui bahwa Sikap merupakan
proses berfikir seseorang terhadap suatu objek psikologis dalam diri
manusia sehingga membentuk pola perilaku orang tersebut. Pola perilaku
yang keluar tergantung dari respond terhadap objek psikologis tersebut,
biasanya respond tersebut ada dua yaitu: postif, dan negatif. Respond
positif berarti objek psikologis tersebut disukai, sedangkan Respond
negatif objek psikologiss tersebut dijauhi atau tidak menarik. Hal ini
senada dengan yang diungkapkan Jogiyanto “Sikap merupakan suatu
tendensi untuk memberikan reaksi yang positif (menguntungkan) atau
reaksi yang negatif (tidak menguntungkan) terhadap orang-orang, objek
atau situasi tertentu”. Dalam hal ini, berarti bahwa dalam Sikap positif,
kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan
objek tertentu. Sedangkan dalam Sikap negatif, kecenderungan tindakan
adalah untuk menjauhi, menghindari, membenci, atau tidak menyukai
objek tertentu”.32
Di dalam Theory of Planned Behavior Perilaku seseorang
disebabkan oleh niat, sedangkan niat itu sendiri salah faktor penyebabnya
behavior beliefs. behavior beliefs adalah keyakinan individu akan hasil
dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil tersebut.33 Sikap terhadap
perilaku dianggap sebagai hal dasar yang mempengaruhi niat seseorang
berperilaku. Seperti yang diungkapkan Ajzen (1991) “Sikap terhadap
perilaku merupakan kecenderungan untuk menanggapi hal-hal yang
disenangi ataupun yang tidak disenangi pada suatu objek, orang, institusi

32
Jogiyanto. “Sistem Informasi Keperilakuan”. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi
Offset.2015.hal.36.
33
Mustikasari.” Kajian empiris tentang kepatuhan wajib pajak badan diperusahaan
industri pengolahan di Surabaya”. SNA X Makasar 1. 2007. 41.
23
atau peristiwa”.34 Jadi Sikap dibentuk oleh Keyakinan ( Belief strangth)
dan Evaluasi terhadap hasil ( Outcome evalution).

Karena sikap merupakan reaksi terhadap objek maka jika dikaitkan


dengan implementasi terhadap UU No.28 tahun 2019 tentang Pajak Bumi
dan Bangunan dan Retribusi Daerah, maka sikap masyarakat dituntut
untuk bersikap konsisten pada ketentuan yang berlaku. Artinya,
masyarakat harus memahami apa yang mereka lakukan, tidak semata-mata
karena adanya paksaan dari luar, tetapi benar-benar kesadaran dalam diri
masyarakat itu sendiri, bahwa membayar PBB merupakan kewajiban
mereka sebagai warga negara dalam rangka pelaksanaan pembangunan
negara.35 Hal ini senada dengan Firman Allah SWT dalam Surah An-nisa’
ayat 59 :

‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا َأ ِطيعُوا هَّللا َ َوَأ ِطيعُوا ال َّرسُو َل َوُأولِي اَأْل ْم ِر ِم ْن ُك ْم‬

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu." (QS. An Nisa' (4): 59).

2.1.9. Pengetahuan Perpajakan


Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui, kepandaian. Pengetahuan adalah
informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi
untuk menindak yang lantas melekat di benak seseorang.36 Pada umumnya,
pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil
pengenalan atas suatu pola. Jika suatu informasi justru membuat
kebingungan salah satu pengetahuan adalah untuk mengarahkan tindakan.

34
Nyoman Anggar Seni, Made Dwi Ratnadi. “THEORY OF PLANNED BEHAVIOR
UNTUK MEMPREDIKSI NIAT BERINVESTASI “ . Bali. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana. 2017. Hlm.5.
35
Rahmad .” Pengaruh Sikap, Motivasi Dan Status Sosial Terhadap Partisipasi
Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kabupaten Pati Jawa
Tengah”. Thesis. Program Pascasarjan UNDIP. 2002.
36
Suhartono,Suparlan “Education psycology “ . Jogjakarta. Ar-Ruzz Media. 2007.
Hlm. 59.
24
Sudjono (2009) menyatakan bahwa pengetahuan adalah aktivitas
terpenting yang melibatkan otak termasuk dalam ranah kognitif.37 Dan
ranah kognitif itu sendiri terbagi menjadi 6 yaitu: pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian. Notoatmodjo
(2007) menyebutkan bahwa pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Tingakatan itu
dibagi enjadi 6 jenjang yaitu:38
a. Know (Tahu)
Tahu artinya sebagai mengingat sesuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kemudian recall sesuatu memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu. Tingkat pengetahuan yang 24 paling rendah,
misalnya wajib pajak tahu tentang peraturan perpajakan yang ada dalam
pelaporan SPT.
b. Comprehension ( Memahami)
Suatu kemauan untuk menjelaskan secara benar Tentang objek
Yang diketahui Dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan atau meringkas tentang sesuatu, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang
dipelajarinya. Misalnya Wajib pajak memahami tentang pengisian SPT.
c. Application ( Aplikasi)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada
situasi atau kondisi atau riil atau sebenarnya atau menafsirkan suatu
bahan yang sudah dipelajari kedalam situasi baru atau situasi konkret.
d. Analysis ( Analisis)
Kemampuan Pada diri seseorang untuk menjabarkan dan
memisahkan dan mencari hubungan antar komponen satu dengan yang
lain yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang sudah diketahui.

37
Carolina,Veronica. “Pengetahuan Perpajakan”. Jakarta: Salemba Empat.2009.
hlm. 50.
38
Notoatmodjo,Soekidjo. “Pengembangan Sumber Daya Manusia”. Jakarta:
PT.Rineka Cipta.2007. Hlm.144.
25
e. Syntesis (Sintesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan seseorang atau
merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
beberapa komponen pengetahuan yang dimilikinya.
f. Evaluation (Evaluasi)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau Penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Kemampuan Menggunakan pengetahuan untuk
membuat penilaianterhadap suatu berdasarkan kriteria tertentu yang
ditentukan sendiri menggunakan kriteria yang telah ada.
Didalam pengetahuan seseorang tidak bisa lepas dari pendidikan
pertama saat masih anak-anak, karena hal itu bisa menjadi kecenderungan
seseorang saat dewasa. Peran pendidik pertama dalam hal ini orang tua
menurut Arifin dalam jurnal Muyyasaroh mengungkapkan bahwa orang
tua memiliki dua kekuatan yaitu : Pertama orang tua sebagai pendidik:
sebagai pemelihara anak sekaligus sebagai pendidik membimbing hingga
anak menjadi dewasa hingga anak bisa hidup mandiri. Kedua orang tua
bertanggung jawab keluarga, agar selamat maka semua anggota keluarga
mampu mematuhi peraturan dalam keluarga.39 Dengan berhasilnya proses
pendidikan pertama orang tua maka akan menjadikan fondasi kuat dan
melekat dalam diri untuk menopang pendidikan-pendidikan yang akan
dilalui seseorang tersebut.
Pengetahuan merupakan hasil dari pengamatan atau pemahaman
seseorang baik melalui indra ataupun akal terhadap objek, objek ini bisa
berupa benda atau hal-hal yang menyangkut kejiwaan. Sedangkan pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapat timbal jasa secara langsung dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.40 Jadi pengetahuan perpajakan adalah
kemampuan seorang wajib pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan.
Pengetahuan peraturan perpajakan adalah suatu proses dimana wajib pajak
39
Muyassarah, M. “Pengaruh Perkembangan Teknologi Terhadap Cara Mendidik
Anak Dan Dampaknya Terhadap Budget Keuangan Keluarga Muslim”. BERDAYA: Jurnal
Pendidikan dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 1. Universitas Islam Negeri Walisongo.
2019. Hlm. 3.
40
Mardiasmo. “Perpajakan’. Yogyakarta: Andi.2011. Hlm. 1.
26
memahami dan mengetahui tentang peraturan dan undang-undang serta
tata cara perpajakan danmenerapkannya untuk melakukan kegiatan
perpajakan seperti, membayar pajak, melaporkan Surat
Pemberitahuan(SPT), dan sebagainya.41
Adapun firman Allah SWT tentang pengetahuan ada dalam surah
Al-Mujadilah Ayat 11 :

۟ ‫ُوا يَ ْف َسح ٱهَّلل ُ لَ ُك ْم ۖ َو َذا قِي َل ٱن ُش ُز‬


‫وا‬ ۟ ‫ُوا فِى ْٱلم ٰ َجلِس فَٱ ْف َسح‬ ۟ ‫ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامنُ ٓو ۟ا َذا قِي َل لَ ُك ْم تَفَ َّسح‬
‫ِإ‬ ِ ِ َ ‫َ ِإ‬
۟ ‫ُأ‬ ۟ ۟ ‫فَٱن ُش ُز‬
ٍ ‫وا يَرْ فَ ِع ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُوا ِمن ُك ْم َوٱلَّ ِذينَ وتُوا ْٱل ِع ْل َم َد َر ٰ َج‬
‫ت ۚ َوٱهَّلل ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ خَ بِي ٌر‬

Artinya : “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu:


"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan
beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dalam ayat diatas dikatakan bahwa Allah SWT akan meninggikan
bagi orang yang memiliki pengetahuan beberapa derajat. Maka orang yang
memiliki pengetahuan perpajakan yang lebih tinggi akan memiliki kearifan
yang lebih tinggi juga dalam hal yang ia tahu.

2.1.10. Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan suatu proses kreatif pemimpin dalam
mencapai tujuan organisasi atau badan. Dalam proses mencapai tujuan
tersebut seorang pemimpin pastinya tidak sendirian, disinilah proses
kreatif seorang pemimpin diuji. Karena esensi dari keberhasilan suatu
kepimpinan bisa dilihat dari seberapa besar dia bisa mempengaruhi
bawahan atau anggotanya untuk bersama-sama mencapai tujuan
oraganisasi atau badan tersebut. Hal ini sejurus dengan pengertian
kepemimpinan yang di ungkapkan Davis dkk “ Kepemimpinan adalah

41
Adiasa, N. “Pengaruh Pemahaman Perpajakan TerhadapKepatuhan Wajib Pajak
Dengan Prefensi Risiko Sebagai Variabel Moderating”. Skripsi. Universitas Negeri
Semarang. 2013.Hlm.33.
27
Kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan
dengan antusias.42
Menurut Anoraga Kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan
seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain, melalui komunikasi baik
secara langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk
menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh pengertian,
kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak-kehendak
pemimpin itu43. Artinya seorang pemimpin dituntut kompetan dalam artian
disini bisa menjadi contoh bagi bawahannya, mampu dalam hal kapabilitas
ataupun ketrampilannya. Oleh karena itu pemimpin pada era yang akan
datang harus bersedia menerima lima tantangan fundamental antara lain:44
a. Pemimpin harus mau menjadi lebih peka dan memahami semua
perbedaan etnik, budaya, dan gender.
b. Pemimpin harus memiliki visi untuk tempat kerjannya.
c. Pemimpin harus bersedia merancang dan mengimplementasikan proses-
proses komunikasi yang baru dan berbeda .
d. Pemimpin harus bersedia membawa komitmen penuh dalam upaya
mendayagunakan yang beragam secara efektif.
e. Pemimpin harus menjadi pasak antara organisasi dan masyarakat luas.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa kepemimpinan tidak bisa
lepas dari respon dan sikap dari yang dipimpin ataupun yang dipimpin.
Seorang pemimpin memiliki gaya tersendiri dalam kepemimpinannya
tergantung karakteristik dan sikap pemimpin tersebut. Menurut Lutans
Gaya Kepemimpinan dibagi menjadi dua yaitu:45
a. Gaya Kepemimpinan Transformasional
Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada keprihatinan
dan kebutuhan pengembangan dari pengikut individual; mengubah
kesadaran para pengikut akan persoalan-persoalan dengan membantu

42
Suwatno. “ Pemimpin dan Kepemimpinan dalam organisasi publik dan bisnis “
Jakarta : Bumi Angkas. 2019. Hlm.5.
43
Anoraga. Panji. “Psikologi Kerja”. Jakarta: Rineka Cipta.2013.hlm.67
44
Suwatno. “ Pemimpin dan Kepemimpinan dalam organisasi publik dan bisnis “
Jakarta : Bumi Angkas. 2019. Hlm.1.
45
Luthans, Fred. “Perilaku Organisasi”. Yogyakarta: Penerbit Andi.2006.hlm.215.
28
mereka memandang masalah lama dengan cara-cara baru; dan mampu
menggairahkan, membangkitkan dan mengilhami para pengikut untuk
mengeluarkan upaya ekstra untuk mencapai tujuan kelompok.
Sedangkan di dalam kepemimpinan transaksional, dimana pemimpin
yang memandukan atau memotivasi bawahan/pengikut dalam arah
tujuan yang ditegakkan dengan memperjelas peran dan tujuan tugas.
b. Gaya Kepemimpinan Transaksional
Perilaku kepemimpinan transaksional adalah pemimpin mengenalkan
apa yang diinginkan atau disenangi para pengikut dan membantu
mereka mencapai tingkat pelaksanaan yang menghasilkan penghargaan
yang memuaskan mereka. Para pemimpin membantu para pengikut
mengenali apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil yang
diharapkan, mutu hasil yang baik. Membantu para pengikut
mengindentifikasikan apa yang harus dilakukan, pemimpin
mempertimbangkan konsep diri dan harga diri seseorang.
Menurut Yukl (2006) Kepemimpinan transformasional pada
dasarnya memiliki empat karakteristik, adalah Pengaruh ideal, motivasi
inspirasional, stimulasi intelektual, dan perhatian individu.46
a. Pengaruh Ideal (idealized influence)
Pemimpin memberikan contoh positif dalam hal sika dan perilaku,
bagi bawahannya. Melalui pengaruh seperti ini, para Bawahan akan
menaruh rasa hormat dan percaya pada pemimpinnya, sehingga
mereka berkeinginan untuk melakukan hal yang sama sebagaimana
dilakukan sang pemimpin.
b. Motivasi Inspirasional (inspirational motivation)
Motivasi inspirasional merupakan kemampuan dalam
mengkomunikasikan harapan dan mengekspresikan tujuan dengan cara-
cara yang sederhana.
c. Stimulasi intelektual (intellectual stimulation)

46
Mujiasih, Endah and Ratnaningsih, Ika Zenita “Kepemimpinan Transformasional
dan Employee Engagement”. Seminar Nasional Peran Psikologi Dalam Boundaryless
Organization: Strategi Mempersiapkan SDM Bertalenta . ISSN 978-979-097-184-4. Artikel
Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro.2011. Hlm. 4.
29
Pemimpin transformasional berupaya menciptakan iklim yang
kondusif bagi pengembangan ide. Untuk itu bawahan benar-benar
dilibatkan dalam proses perumusan masalah dan pencarian solusi.
d. Perhatian individual (individualized consideration)
Pemimpin transformasional memberikan perhatian pada
bawahannya secara personal, menghargai perbedaan setiap individu,
memberi nasehat serta penghargaan. Perhatian secara personal
merupakan identifikasi awal terhadap potensi para bawahan, sedangkan
monitoring dan pengarahan merupakan bentuk perhatian secara
personal yang diaplikasikan melalui tindakan konsultasi, nasehat dan
tuntunan yang diberikan oleh pemimpin transformasional.
Pada dasarnya gaya kepemimpinan Transformasional maupun
Transaksional adalah hanya sebatas bentuk kepemimpinan saja, Walaupun
keduanya memiliki ciri yang saling berlawanan tapi seorang pemimpin
bisa menerapkan keduanya secara bersamaan atupun bergiliran sesuai
situasi dan kondisi yang dialami saat masa kepemimpinan seorang
pemimpin. Hal ini sangatlah wajar mengingat keduanya juga mempunyai
kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Didalam Islam dalil-dalil tentang kepemimpinan banyak disebutkan
dalam Al-Quran, dari mulai cara menjadi pemimpin sampai cara memilih
pimpin semua itu sudah ada dalam Al Quran ataupun Hadist-hadist nabi.
Salah satu Firman Allah SWT tentang Kepemimpinan terdapat dalam
Surah An Nisa’ ayat 58 :

‫اس َأ ْن تَحْ ُك ُموا بِ ْال َع ْد ِل ۚ ِإ َّن‬ ِ ‫ِإ َّن هَّللا َ يَْأ ُم ُر ُك ْم َأ ْن تَُؤ ُّدوا اَأْل َمانَا‬
ِ َّ‫ت ِإلَ ٰى َأ ْهلِهَا وَِإ َذا َح َك ْمتُ ْم بَ ْينَ الن‬
‫صيرًا‬ِ َ‫هَّللا َ نِ ِع َّما يَ ِعظُ ُك ْم بِ ِه ۗ ِإ َّن هَّللا َ َكانَ َس ِميعًا ب‬

Artinya : “Sesungguhnya Allâh menyuruh kamu menyampaikan


amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allâh memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu”. (QS. An Nisa' [4]: 58).

30
2.1.11. Partisipasi
Partisipasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) adalah
: Turut berperan serta dalam suatu kegiatan. Partispasi bersal dari Bahasa
Inggris “ Particiaption” yang artinya Pengambilan bagian atau Pengikut
sertaan.
Menurut Soemarto Partispasi adalah proses ketika warga sebagai
individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran ikut
serta mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan
kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka.
Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi dari seseorang di
dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk menyokong
kepada pencapaian tujuan pada tujuan kelompok tersebut dan ikut
bertanggung jawab terhadap kelompoknya47.
Partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang
dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan
kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagi tanggung jawab
pencapaian tujuan itu.48
Dari pengertian partisipasi diatas dapat diketahui bahwa partispasi
merupakan hal penting untuk mewujudkan tujuan secara bersama. Hal ini
jika dikaitkan dengan pembangunan nasional maka partisipasi masyarakat
merupakan kunci keberhasilannya. Menurut Pasaribu dan Simanjuntak
partsipasi masyarakat berarti masyarakat ikut serta yaitu mengikuti dan
menyertai pemerintah karena kenyataannya pemerintahlah yang sampai
saat ini merupakan perancang, penyelenggara, dan pembayar utama dalam
pembangunan. Masyarakat diharapakan dapat ikut serta, karena anggapan
bahwa hasil pembangunan yang dirancang, diselenggarakan dan dibiayai

47
Soemarto, Hetifah Sj.“Inovasi, Partisipasi dan Good Governance”. Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia. 2013. Hlm. 120.
48
Davis, Keith dan John Newstrom. 2005. “Perilaku Dalam Organisasi”. Jakarta.
Erlangga.2005.hlm.179
31
utama oleh pemerintah itu dimaksudkan untuk sebesar-besarnya
kesejahteraan masyarakat sendiri, untuk rakyat banyak.49
Cohen dan Uphof dalam Dwiningrum (2011) membedakan bentuk
Partisipasi dibagi menjadi empat macam yaitu:50
a. Partispasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan ini terutama berkaitan dengan penentuan
alternatif dengan masyarakat untuk menuju kata sepakat tentang
berbagai gagasan yang menyangkut kepentingan bersama.
b. Partisipasi Dalam pelaksanaan, partisipasi masyarakat dalam
pelaksanaan program merupakan lanjutan dari rencana yang telah
disepakati sebelumnya, baik yang berkaitan dengan perencanaan,
pelaksanaan maupun tujuan.
c. Partisipasi dalam pengambilan manfaat, partisipasi ini tidak lepas dari
kualitas maupun kuantitas dari hasil pelaksanaan program yang bisa
dicapai. Dari segi kualitas, keberhasilan suatu program akan ditandai
dengan adanya peningkatan output, sedangkan dari segi kualitas dapat
dilihat seberapa besar presentase keberhasilan program yang
dilaksanakan, apakah sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
d. Partisipasi dalam evaluasi, partisipasi masyarakat dalam evaluasi ini
berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara
menyeluruh.Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui apakah
pelaksanaan program telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau
ada penyimpangan.
Berdasarkan paparan diatas Partisipasi masyarakat dapat dicapai
bila kesadaran akan pentingnya partispasi mereka dapat diketahui
masyarakat tersebut. Hal ini bisa ditempuh dengan aktifnya pemerintah
sebagai perencana pembangunan itu sendiri untuk memberi ajaran akan
pentingnya pembangunan bagi masyarakat itu sendiri. Karena Menurut

49
Pasaribu dan Simanjuntak. “Sosiologi dan Pembangunan”. Bandung:
Tarsito.2006.hlm.345
50
Dwiningrum, Siti Irene. Desentralisasi Dan Partisipasi Masyarakat Dalam
Pendidikan. Yogyakarta” . Pustaka Pelajar.2011. hlm.51.
32
Diana Coyers ada tiga Alasan mengapa Partisipasi masyarakat sangat
penting yaitu:51
a. Partispasi masyarakat merupakan alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang
tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan
gagal.
b. Masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program
pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan
perencanaanya.
c. Dengan adanya partispasi masyarakat proses pebanguanan akan lebih
cepat dan merata.
Peran masyarakat sangatlah penting bagi kemajuan masyarakat itu
sendiri. Partisipasi masyarakat tidak akan terjadi jika masyarakat itu
sendiri tidak menginginkan perubahan untuk aktif dalam pembangunan.
Jika suatu masyarakat adalah kumpulan individu yang mempunya tujuan
bersama maka perubahan itu bisa dimulai dari yang paling dasar yaitu
setiap individu itu sendiri. Al Quran banyak sekali menyinggung
pembahasan ini dalam ayat-ayatnya, Salah satunya dalam Surah Ar Ra’ad
Ayat 11 sebagai berikut :

‫َأ‬ ُ
‫هللا اَل ي َُغ ِّي ُر َما ِب َق ْو ٍم‬
َ َّ‫هللا ِإن‬
ِ ‫مْر‬ ِ ْ‫ْن َي َد ْي ِه َومِنْ َخ ْلفِ ِه َيحْ َفظو َن ُه مِن‬ ِ ‫ات مِنْ َبي‬ ٌ ‫لَ ُه م َُع ِّق َب‬
‫ َما ِبَأ ْنفُسِ ِه ْم َوِإ َذا َأ َرا َد هللاُ ِب َق ْو ٍم سُوءًا َفاَل َم َر َّد لَ ُه َو َما لَ ُه ْم مِنْ ُدو ِن ِه مِنْ َوال‬%‫َح َّتى ي َُغ ِّيرُوا‬

Artinya : “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu


mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada
pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS Ar-Ra’d:
11).

51
Huraeroh, Abu . “Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat “ Jakarta.
Homaniora.2008.hlm.118-119.
33
Dalam ayat diatas disebutkan bahwa “Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri”. Artinya jika dikaitkan partispasi
masyarakat maka baik masyarakat ataupun pemerintah harus satu tujuan
untuk memajukan masyrakat atau negara tersebut. Karena jika hanya
pemerintah ataupun masyarakatnya saja yang melakukan perubahan maka
akan lama.

2.2. Penelitian Terdahulu


Penelitian ini bukan hal yang baru diangkat, Melainkan pernah ada
penelitian dengan tema yang sama sebelumnya. Oleh sebab itu peneliti
juga harus belajar dari penelitian-penelitian terdahulu yang bisa digunakan
peneliti untuk acuan saat melakukan penelitian ini.

Tabel Hasil Penelitian Terdahulu.

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian

1. Rahmad Pengaruh Sikap, Hasil penelitian membuktikan Penelitian kali ini tidak
Agung Motivasi Dan Status bahwa terdapat pengaruh menggunakan variable
Nugraha Sosial Terhadap sikap, motivasi dan status motivasi dan status
(2002) Partisipasi sosial terhadap partisipasi sosial akan tetapi
Masyarakat Dalam masyarakat dalam membayar menggunakan variable
Membayar Pajak pajak bumi dan bangunan di pengetahuan
Bumi Dan Bangunan Kabupaten Pati Jawa Tengah perpajakan dan
kepemimpinan sebagai
variable X yang
menjadi pembeda
penelitian ini.
2. Stefi Maria Pengaruh Kepemimpinan camat Penelitian kali ini tidak
Sumarauw Kepemimpinan mempunyai pengaruh positif menggunakan
(2017) Camat Terhadap terhadap kesadaran kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakat dalam membayar sebagai variable Y akan
Masyarakat Dalam pajak bumi dan bangunan di tetapi menggunakan
Membayar Pajak Kecamatan Eris. partisipasi masyarakat
Bumi dan Bangunan yang menjadi pembeda
Di Kecamatan Eris penelitian ini.
Kabupaten Minahasa
3. Yuni Pengaruh Hasil penelitian menunjukkan Penelitian kali ini tidak
Setyowati Pengetahuan bahwa: menggunakan variable
(2017) Perpajakan, Sanksi 1.) pengetahuan sanksi pajak, kesadaran
34
Pajak Dan perpajakan wajib pajak sebagai
Kesadaran Wajib berpengaruh positif variable X dan
Pajak Terhadap dan signifikan kepatuhan membayar
Kepatuhan Wajib terhadap kepatuhan pajak sebagai variable
Pajak Orang Pribadi wajib pajak orang Y akan tetapi
Dalam Membayar pribadi dalam menggunakan sikap
Pajak Bumi Dan membayar pajak bumi masyarakat,
Bangunan Di Desa dan bangunan kepemimpinan kepala
Kalidengen, 2.) sanksi pajak desa sebagai variable X
Kecamatan Temon, berpengaruh positif dan partisipasi
Kabupaten Kulon dan signifikan masyarakat sebagi
Progo Tahun 2014 terhadap kepatuhan variabel Y yang
wajib pajak orang menjadi pembeda
pribadi dalam penelitian ini.
membayar pajak bumi
dan bangunan
3.) kesadaran wajib pajak
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kepatuhan
wajib pajak orang
pribadi dalam
membayar pajak bumi
dan bangunan
4.) pengetahuan
perpajakan, sanksi
pajak, dan kesadaran
wajib pajak secara
bersamasama
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap kepatuhan
wajib pajak orang
pribadi dalam
membayar pajak bumi
dan bangunan.
4. Siti Nina Pengaruh Kesimpulan pada penelitian Pada penilitian ini akan
Yusiva Sari Kepemimpinan ini adalah Kepemimpinan menambahkan variable
(2018) Kepala Desa Kepala Desa berpengaruh sikap masyarakat dan
Terhadap Partisipasi positif dan signifikan pengetahuan perpajakan
Masyarakat Dalam terhadap Partisipasi sebagai variable X yang
Membayar Pajak masyarakat dalam membayar menjadi pembeda
Bumi Dan Bangunan PBB. penelitian ini.
Di Desa Sukorejo
Kecamatan Ngasem.
5. Eka Djunaeni Pengaruh Sikap, Hasil penelitian ini: Pada penelitian ini tidak
( 2019) Motivasi Masyarakat 1.) Sikap berpengaruh menggunakan variable

35
Dan Kepemimpinan terhadap partisipasi motifasi masyarakat
Kepala Kelurahan masyarakat dalam sebagai variable X akan
Terhadap Partisipasi membayar pajak bumi tetapi menggunakan
Masyarakat Dalam dan bangunan. pengetahuan
Membayar Pajak Semakin baik sikap masyarakat sebagai
Bumi Dan Bangunan masyarakat maka pembeda penelitian ini.
Di Kelurahan semakin tinggi
Margadana Kota partisipasi masyarakat
Tegal. dalam pembayar pajak
bumi dan bangunan.
2.) motivasi masyarakat
berpengaruh terhadap
partisipasi masyarakat
dalam membayar
pajak bumi dan
bangunan. Semakin
baik motivasi
masyarakat maka
semakin tinggi
partisipasi masyarakat
dalam pembayar pajak
bumi dan bangunan.
3.) Kepemimpinan kepala
kelurahan
berpengaruh terhadap
partisipasi masyarakat
dalam membayar
pajak bumi dan
bangunan. Semakin
baik kepemimpinan
kepala kelurahan
maka semakin tinggi
partisipasi masyarakat
dalam pembayar pajak
bumi dan bangunan.

Penelitian ini tidak hanya difokuskan pada sikap masyarakat


terhadap partispasi masyarakat dalam membayar pajak bumi dan
bangunan. Akan tetapi penelitian ini juga difokuskan pada pengetahuan
perpajakan serta kepemimpinan kepala desa terhadap partisipasi
masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Jadi penelitian ini
diharapkan menjadi penyempurna dari penelitian yang sebelumnya.

36
2.3. Hipotesis Penelitian

2.3.1. Pengaruh Sikap Terhadap Partisipasi Masyarakat Membayar Pajak Bumi


dan Bangunan
Sikap merupakan kebersediaan bereaksi terhadap suatu hal atupun
objek tertentu. Sikap sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dalam
berhubungan dengan orang lain, objek-objek tertentu yang ada diluar
dirinya. Termasuk dalam hal partisipasi membayar pajak, Partisipasi
masyarakat dalam membayar pajak dapat dilihat dari sikap dan perilaku
wajib pajak yang diperlihatkan dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya, sadar akan pentingnya membayar pajak, taat terhadap
peraturan, selalu tepat waktu dan lancar dalam membayar Pajak Bumi dan
Bangunan. 52
Penelitian yang dilakukan oleh Nugraha membuktikan bahwa
terdapat pengaruh sikap terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar
pajak bumi dan bangunan.53 begitu juga dengan penelitian yang dilakukan
Eka menyatakan bahwa sikap berpengaruh terhadap partisipasi
masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan, Semakin baik
sikap masyarakat maka semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam
membayar pajak bumi dan bangunan.54 Jadi Sikap dapat berpengaruh
terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar pajak bumi dan
bangunan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis pertama dalam
penelitian ini adalah :

H1 : Sikap Berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam


membayar pajak bumi dan bangunan

52
Pasaribu, Putri Ida.“Partisipasi Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Di Kelurahan Tempinp Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro Jambi Kota
Jambi”. Jurnal Administrasi Publik Vol. 3 No. 046 .2017.
53
Nugraha, Rahmad Agung. “Motivasi Dan Status Sosial Terhadap Partisipasi
Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kabupaten Pati Jawa
Tengah”. Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang.2002.
54
Eka Djunaeni, “Pengaruh Sikap, Motivasi Masyarakat Dan Kepemimpinan
Kepala Kelurahan Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan
Bangunan Di Kelurahan Margadana Kota Tegal”, Skripsi Ekonomi dan Bisnis, Tegal ,
Universitas Panca Sakti, 2019.
37
2.3.2. Pengaruh Pengetahuan Perpajakan Terhadap Partisipasi Masyarakat
Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Pengetahuan merupakan hasil dari pengamatan atau pemahaman
seseorang baik melalui indra ataupun akal terhadap objek, objek ini bisa
berupa benda atau hal-hal yang menyangkut kejiwaan. Sedangkan pajak
adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang dengan
tidak mendapat timbal jasa secara langsung dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.55 Jadi pengetahuan perpajakan adalah
kemampuan seorang wajib pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan
baik itu soal tata cara pembayaran,tarif pajak yang akan mereka bayar,
maupun manfaat pajak yang akan berguna bagi kehidupan mereka.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuni Setyowati (2017)
membuktikan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh terhadap positif
dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dalam
membayar pajak bumi dan bangunan.56 Jadi Pengetahuan Perpajakan
berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar pajak bumi
dan bangunan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis kedua dalam
penelitian ini adalah :

H2 : Pengetahuan Perpajakan Berpengaruh terhadap partisipasi


masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan

2.3.3. Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat


Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Kepemimpinan merupakan suatu proses kreatif pemimpin dalam
mencapai tujuan organisasi atau badan. Kepemimpinan dapat diartikan
sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mempengaruhi orang lain,

55
Mardiasmo. ‘Perpajakan.’ Yogyakarta: Andi.2011. Hlm. 1.
56
Setyowati, Yuni.“Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak Dan
Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Di Desa Kalidengen, Kecamatan Temon,
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014”. Jurnal Profita Edisi 8 Tahun 2017.
38
melalui komunikasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
maksud untuk menggerakkan orang-orang tersebut agar dengan penuh
pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak-
kehendak pemimpin itu.57 Jadi kepemimpinan merupakan aspek yang
paling nyata dari kegiatan manajemen Hambatan dalam pemungutan PBB
bukanlah merupakan usaha nyata dari masyarakat, namun karena kondisi
masyarakat yang kurang sadar dalam membayar PBB atau bahkan tidak
tau tentang seluk beluk fungsi dan manfaat dari pembayaran pajak itu
sendiri.58
Penelitian yang dilakukan Sumarauw membuktikan bahwa
Kepemimpinan berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam
membayar pajak bumi dan bangunan.59 Begitu juga dengan penelitian yang
dilakukan Eka membuktikan bahwa Kepemimpinan berpengaruh terhadap
partisipasi masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan,
Semakin baik kepemimpinan kepala kelurahan maka semakin tinggi
partisipasi masyarakat.60 Jadi kepemimpinan kepala desa dapat
berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam membayar pajak bumi
dan bangunan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis ketiga dalam
penelitian ini adalah :

H3 : Kepemimpinan Kepala Desa Berpengaruh terhadap


partisipasi masyarakat dalam membayar pajak bumi dan
bangunan

57
Suwatno. “ Pemimpin dan Kepemimpinan dalam organisasi publik dan bisnis “
Jakarta : Bumi Angkas. 2019. Hlm.5.
58
Sari, Siti Nina Yusiva. “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap
Partisipasi Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Di Desa Sukorejo
Kecamatan Ngasem”. Jurnal Administrasi Publik Vol. 5 No. 046 . 2018.
59
Sumarauw, Stefi Maria.“Pengaruh Kepemimpinan Camat Terhadap Kesadaran
Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Di Kecamatan Eris Kabupaten
Minahasa”. Jurnal Administrasi Publik Vol. 2 No. 30 Tahun 2017.
60
Eka Djunaeni, “Pengaruh Sikap, Motivasi Masyarakat Dan Kepemimpinan
Kepala Kelurahan Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan
Bangunan Di Kelurahan Margadana Kota Tegal”, Skripsi Ekonomi dan Bisnis, Tegal ,
Universitas Panca Sakti, 2019.
39
2.4. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini akan membahas tiga faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Desa
Tajungsari Kecamatan Tlogowungu Kabupaten Pati. Faktor tersebut
adalah : Sikap Masyarakat, Pengetahuan Perpajakan, dan Kepemimpinan
Kepala Desa. Ketiga faktor tersebut merupakan variabel bebas dan
Partisipasi Masyarakat sebagai variabel terikat. Untuk lebih jelasnya maka
kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut :

Sikap Masyarakat
(X1) H1

Pengetahuan Partisipasi
H2 Masyarakat
Perpajakan
(Y)
(X2)
Kepemimpinan H3
Kepala Desa

(X3)

Keterangan :

= Pengaruh secara sendiri-sendiri

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data


Jenis data dalam penelitian ini adalah Data Primer dan Data
Skunder . Data primer didapatkan dengan melakukan penyebaran
kuisioner kepada wajib pajak didesa tersebut, dan data skunder dengan
melakukan pencarian referensi dibuku, jurnal, skripsi terdahulu ,
catatan,artikel baik itu terpublis ataupun tidak terpublis.
40
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel Penelitian
Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah partisipasi masyarakat
dalam membayar pajak. Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah
Sikap (X1), Pengetahuan Perpajakan (X2), Kepemimpinan kepala desa (X3).

3.2.1. Definisi Konseptual Variabel


a. Sikap adalah proses berfikir seseorang terhadap suatu objek
psikologis dalam diri manusia sehingga membentuk pola perilaku
orang tersebut. Pola perilaku yang keluar bisa positif ataupun negatif
tergantung objek psikologis yang direspon.
b. Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
dalam mencapai tujuan dengan antusias.61
c. Pengetahuan Perpajakan, Pengetahuan adalah informasi yang telah
dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindak
yang lantas melekat di benak seseorang.62 Pajak adalah adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapat timbal jasa secara langsung dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.63 Jadi pengetahuan perpajakan adalah
kemampuan seorang wajib pajak dalam mengetahui peraturan
perpajakan baik itu soal tat cara pembayaran,tarif pajak yang akan
mereka bayar, maupun manfaat pajak yang akan berguna bagi
kehidupan mereka.
d. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses
pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada dimasyarakat,
pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk
menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah,
keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan .

61
Suwatno. “ Pemimpin dan Kepemimpinan dalam organisasi publik dan bisnis “
Jakarta : Bumi Angkas. 2019. Hlm.5.
62
Suhartono,Suparlan “Education psycology “ . Jogjakarta. Ar-Ruzz Media. 2007.
Hlm. 59.
63 ?
Mardiasmo. ‘Perpajakan.’ Yogyakarta: Andi.2011. Hlm. 1.
41
3.2.2. Definis Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan batasan pengertian tentang variabel
yang diteliti yang di dalamnya sudah mencerminkan indikator-indikator
yang akan digunakan untuk mengukur variabel yang bersangkutan.64
Dalam tabel dibawah ini akan dijelaskan definisi operasional dalam
penelitian ini sebagai berikut :
Tabel
Definisi Operasional

Variabel Dimensi Indikator Skala


Penguk
uran
Partisipasi Partispasi  Penentuan arah dan Skala
masyarakat dalam orientasi interval
(Y) pengambilan pembangunan
keputusan  Kesepakatan
bersama
Partsisipasi  Keaktifan Skala
dalam masyarakat interval
pelaksanaan  Memberikan
sumabangan fikiran
Partisipasi  Kesediaan memberi Skala
dalam sumbangan uang interval
pengambilan dan materi
manfaat
Partisipasi  Aktif dalam Skala
dalam melakuakn evaluasi interval
evaluasi
Sikap ( X1) Belief  Keingian membayar Skala
straight pajak sesuai interval
sebenarnya
 Pemanfaatan pajak
secara transparan
Outcome  Sistem perpajakan Skala
evaluacition menguntungkan interval
wajib pajak
 Membayar pajak

64
Eka Djunaeni, “Pengaruh Sikap, Motivasi Masyarakat Dan Kepemimpinan
Kepala Kelurahan Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan
Bangunan Di Kelurahan Margadana Kota Tegal”, Skripsi Ekonomi dan Bisnis, Tegal ,
Universitas Panca Sakti, 2019.Hlm. 53.
42
sesuai sebenarnya
berarti telah
memberi kontribusi
kepada negara
Pengetahuan Pengetahuan  Pengetahuan Skala
Perpajakan tentang terhadap fungsi interval
(X2) peraturan pajak
perpajakan  Pengetahuan
terhadap aturan-
aturan pajak
 Pengetahuan tentang
pendaftaran sebagai
wajib pajak
 Pengetahuan
terhadap tata cara
pembayaran pajak
 Pengetahuan tentang
tarif pajak
Kepemimpinan Karismatik  Ketrampilan Skala
kepala profesional interval
kelurahan (X3) Stimulasi  Dorongan Skala
intelektual pemecahan masalah interval

Perhatian  Apresiasi Skala


individual interval
Motivasi  Motivasi inspirasi Skala
inspirasi interval

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi
Populasi adalah seluruh objek atau keseluruhan ciri yang dipelajari.65 Jadi
didalam penelitian ini adalah seluruh wajib pajak PBB yang berada
didalam wilayah Desa Tajungsari Kecamatan Tlogowungu Pati, Yaitu
berjumlah 4.324 Wajib pajak.

3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari
65
Nugroho Sigit. “ Dasar-dasar Metode Statistika“ Jakarta . Grahasindo. 2008.
Hlm.18.
43
semua yang ada pada populasi, menarik beberapa populasi untuk menjadi
sampel, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.
Persentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang
masih dapat ditolerir yaitu sebesar 10 %.66 Maka Sampel diambil dengan
menggunkan Rumus Slovin.67

Keterangan :
n : Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi
e : Error tolerance

4.324
n=
1 + 4.324 (0.1) 2
= 97.73 dibulatkan menjadi 100 wajib pajak PBB.
Pemilihan Sampel menggunakan metode accidental sampling yaitu
teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang
kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila
dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik :
a. Angket atau kuisioner adalah cara pengumpulan data dengan
memberikan pertanyaan secara tertulis yang akan dijawab oleh
responden, agar peneliti memperoleh data lapangan/empiris untuk
memecahkan masalah penelitian dan menguji hipotesis yang telah
66
Sugiyono.”Statistika Untuk Penelitian”. Bandung: Alfabeta.2010. Hlm.61.
67
Umar Husain. “ Metode Riset Bisnis “. Jakarta . Gramedia. 2002. Hlm. 141.
44
ditetapkan. Kuesioner dalam penelitian ini ditujukan kepada masyarakat
sebagai wajib pajak bumi dan bangunan.Untuk mengukur pendapat
responden digunakan skala likert. Dalam skala likert untuk keperluan
analisis kuantitatif, maka jawaban itu diberi skor68, misalnya:

Tabel
Daftar Skala Likert

No Uraian Skor

1 Sangat setuju 5

2 Setuju 4

3 Ragu-ragu 3

4 Tidak setuju 2
5 Sangat tidak setuju 1

b. Studi kepustakaan, yaitu penelitian ini didasarkan pada bahan-bahan


dari perpustakaan dengan mengumpulkan data berupa teori yang
bersumber dari literatur, buku, dan bahan tulisan dan dokumentasi
yang berhubungan dengan penelitian.

3.5. Teknik Analisis Data

3.5.1. Uji Instrumen Penelitian


a. Uji Validitasi
Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
butir pernyataan. Skala butir pernyataan disebut valid, jika
melakukan apa yang seharusnya diukur.
Metode yang sering digunakan untuk memberikan penilaian
dengan validitas kuesioner adalah korelasi product momen (moment
product correlation, Pearson correlation) antara skor setiap butir

68
Sugiyono.”Statistika Untuk Penelitian”. Bandung: Alfabeta.2010. Hlm.94.
45
pertanyaan dengan skor total, sehingga sering disebut sebagai inter
item total correlation. Rumus korelasi product moment adalah
sebagai berikut:69

Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
n = jumlah responden
ΣXY = jumlah hasil perkalian skor butir dengan skor total
ΣX = jumlah skor butir
ΣX2 = jumlah skor butir kuadrat
ΣY = jumlah skor total
ΣY2 = jumlah skor total kuadrat
Dengan perhitungan menggunakan rumus tersebut dapat diketahui
validitas dari masing-masing petanyaan. Butir pernyataan tersebut
dikatakan valid atau sah jika r hitung ≥ ( lebih besar ) daripada r
tabel. Pada penelitian ini uji validitas untuk menguji instrumen
penelitian akan dilakukan kepada 30 orang responden dan diolah
menggunakan program SPSS Versi 20.
b. Uji Realiabilitas
Instrumen yang reliabel belum tentu valid, sedangkan instrumen
yang valid pada umumnya pasti reliabel. Dengan demikian pengujian
reliabilitas instrumen harus dilakukan karena, merupakan syarat
untuk pengujian validitas. Berhubungan dengan hal itu, maka
penelitian ini mengukur reliabilitas data dengan reliabilitas
konsistensi internal. Sedangkan rumus yang digunakan untuk
mencari reliabilitas instrumen adalah Alpha sebagai berikut70:

69
Arikunto, Suharsimi. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”. Jakarta:
Rineka Cipta. 2010. hlm. 213.
70
Arikunto, Suharsimi. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”. Jakarta:
Rineka Cipta. 2010. hlm. 239.
46
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrumen
K : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
b 2 : jumlah varians butir
1 2 : jumlah varians total
Pengujian realibilitas dengan konsistensi internal dilakukan dengan
cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang
diperoleh dianalisis butir-butir pertanyaan dalam penelitian ini
digunakan tehnik Cronbach’s Alfa (koefisien alfa). Suatu item
pengukuran dapat dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien alfa
lebih besar dari 0,6. Pada penelitian ini uji reliabilitas untuk menguji
instrumen penelitian akan dilakukan kepada 30 orang responden dan
diolah menggunakan program SPSS Versi 20.

3.5.2. Uji Asumsi Klasik


Regresi linear berganda harus memenuhi asumsi-asumsi agar
menghasilkan nilai-nilai koefisiensi yang tidak bias. Oleh karena itu,
perlu dilakukan beberapa uji diantaranya yaitu: 71
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel residual memiliki distribusi normal. Diketahui
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Jika asumsi ini tidak di penuhi, maka uji statistik
menjadi tidak valid. Salah satu cara untuk melihat normalitas
residual adalah dengan melihat grafik histogram yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal. Cara yang selanjutnya adalah melihat
normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif

71
Imam Ghozali,” Aplikasi Analisis Multivariate dengan program spss”. Semarang:
Badan Penerbit Undip, 2013, hlm. 105-160.
47
dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu
garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan
dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka
garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti
garis diagonalnya.
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas.
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas
adalah dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel
terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Deteksi ada tidaknya Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengaan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di-studentized.
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar
kedua variabel independennya. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi adalah dengan
melihat nilai tolerance dan lawannya, serta Variance Inflation
Factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance ≤ 10 atau sama
dengan nilai VIF ≥ 10.

48
3.5.3. Analisi Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan
fungsional antara variabel independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Rumus yang digunakan adalah :

Ŷ = a + b1X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Keterangan :
Ŷ = Partisipasi masyarakat
a = Konstanta
b1,b2,b3 = Koefisien regresi
X1 = Sikap.
X2 = Pengetahuan perpajakan
X2 = Kepemimpinan kepala desa
e = Standar eror

3.5.4. Uji Hipotesis


a. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ( ) pada intinya mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel


dependen. Nilai R2 terletak antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1).
Tujuan menghitung koefisien determinasi adalah untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Jika dalam
proses mendapatkan nilai R2 yang tinggi adalah baik, tetapi jika
nilai R2 rendah tidak berarti model regresi jelek.72
b. Uji Simultan ( Uji f)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama/simultan terhadap variabel
dependen.73 Uji ini digunakan untuk menguji kelayakan model
72
Imam Ghozali,” Aplikasi Analisis Multivariate dengan program spss”. Semarang:
Badan Penerbit Undip, 2013, hlm.15
73
Imam Ghozali,” Aplikasi Analisis Multivariate dengan program spss”. Semarang:
Badan Penerbit Undip, 2013, hlm.16.
49
(goodness of fit). Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5%.
Untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dilakukan dengan melihat pada koefisien beta. Jika
tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis
yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan (Ha diterima dan
H0 ditolak), artinya secara simultan variabel bebas berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Y) = hipotesis diterima.
Jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 atau 5% maka
hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak signifikan (Ha
ditolak dan H0 diterima).
c. Uji Parsial ( Uji t )
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen terhadap variabel dependen
dengan menganggap variabel independen lainnya konstan.74 Untuk
mengetahui nilai t statistik tabel ditentukan tingkat signifikansi 5%.
Jika tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka
hipotesis yang diajukan diterima atau dikatakan signifikan (Ha
diterima dan H0 ditolak), artinya secara parsial variabel bebas
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y) = hipotesis
diterima, sementara jika tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05
atau 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau dikatakan tidak
signifikan (Ha ditolak dan H0 diterima), artinya secara parsial
variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen (Y) = hipotesis ditolak.

74
Imam Ghozali,” Aplikasi Analisis Multivariate dengan program spss”. Semarang:
Badan Penerbit Undip, 2013, hlm.17.
50
DAFTAR PUSTAKA
Muyassarah, M. “Pengaruh Perkembangan Teknologi Terhadap Cara Mendidik
Anak Dan Dampaknya Terhadap Budget Keuangan Keluarga Muslim”.
BERDAYA: Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 1.
Universitas Islam Negeri Walisongo. 2019.

Arjani Ni Nengah Suci. “Pengaruh Motivasi, Moralitas, Dan Peran Perangkat


Desa Terhadap Kepatuhan Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi
Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan Dengan Sanksi Perpajakan
Sebagai Variabel Moderasi”. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan
Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1.Volume 7 No. 1 Tahun 2017.

Sumarauw, Stefi Maria.“Pengaruh Kepemimpinan Camat Terhadap Kesadaran


Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan Di Kecamatan
Eris Kabupaten Minahasa”. Jurnal Administrasi Publik Vol. 2 No. 30
Tahun 2015.

Setyowati, Yuni. “Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak Dan


Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Di Desa Kalidengen,
Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014”. Jurnal Profita
Edisi 8 Tahun 2017.
51
Pasaribu, Putri Ida. “Partisipasi Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi dan
Bangunan Di Kelurahan Tempinp Kecamatan Mestong Kabupaten Muaro
Jambi Kota Jambi”. Jurnal Administrasi Publik Vol. 3 No. 046 Tahun
2017.

Hambali. “Kepemimpinan Lurah Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat


Dalam Pembangunan Daerah Di Kelurahan Labuh Baru Barat Kecamatan
Payung Sekaki Kota Pekanbaru Tahun 2015-2016”. JOM Fisip Vol. 4 No.
2 Oktober 2017.

Ayunda, W. P. “Pengaruh Sanksi Perpajakan, Pengetahuan Pajak, Sikap Wajib


Pajak, Dan Tingkat Ekonomi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Dengan Kontrol Petugas Kelurahan
Sebagai Variabel Moderating Di Kota Pekanbaru”. Jom FEKON.2015.

Http://radarkudus.jawapos.com

Yuliana. “Pengaruh Sikap pada Pindah Kerja, Norma Subjektif, Perceived


Behavioral Control pada Intensi Pindah Kerja pada Pekerja Teknologi
Informasi 6”. Phronesis: Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 2004.

Ajzen, Icek. “Attitudes, personality, and behavior”. Milton Keynes.Open


University Press dan Chicago, IL: Dorsey Press.1988.

Mustikasari.” Kajian empiris tentang kepatuhan wajib pajak badan diperusahaan


industri pengolahan di Surabaya”. SNA X Makasar 1. 2007.

Suandy, Erly. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.2014.

UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1.

Mardiasmo. ‘Perpajakan.’ Yogyakarta: Andi.2011.

Waluyo. “Perpajakan Indonesia”. Jakarta: Salemba Empat.2014.

Hartati, Neneng. “ Pengantar Perpajakan”. Jakarta: Pustaka Setia.2016.

Undang-Undang No. 12 tahun 1994

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. Pasal 77.

Keputusan Dirjen Pajak Nomor 16/PJ.6/1998.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. Pasal 78.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. Pasal 80.

Undang-Undang No. 28 Tahun 2009. Pasal 79.


52
Lubis, Arfan Ikhsan. “Akuntansi Keperilakuan”. Jakarta: Salemba Empat.2011.

Saifuddin,Azwar. “Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya”. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.2015.

Jogiyanto. “Sistem Informasi Keperilakuan”. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi


Offset.2015.

Nyoman Anggar Seni, Made Dwi Ratnadi. “THEORY OF PLANNED


BEHAVIOR UNTUK MEMPREDIKSI NIAT BERINVESTASI “ . Bali.
E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. 2017.

Rahmad .” Pengaruh Sikap, Motivasi Dan Status Sosial Terhadap Partisipasi


Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kabupaten
Pati Jawa Tengah”. Thesis. Program Pascasarjan UNDIP. 2002.

Suhartono,Suparlan “Education psycology “ . Jogjakarta. Ar-Ruzz Media. 2007.

Carolina,Veronica. “Pengetahuan Perpajakan”. Jakarta: Salemba Empat.2009.

Notoatmodjo,Soekidjo. “Pengembangan Sumber Daya Manusia”. Jakarta:


PT.Rineka Cipta.2007.

Adiasa, N. “Pengaruh Pemahaman Perpajakan TerhadapKepatuhan Wajib Pajak


Dengan Prefensi Risiko Sebagai Variabel Moderating”. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang. 2013.

Suwatno. “ Pemimpin dan Kepemimpinan dalam organisasi publik dan bisnis “


Jakarta : Bumi Angkas. 2019.

Anoraga. Panji. “Psikologi Kerja”. Jakarta: Rineka Cipta.2013.

Luthans, Fred. “Perilaku Organisasi”. Yogyakarta: Penerbit Andi.2006. Mujiasih,


Endah and Ratnaningsih, Ika Zenita “Kepemimpinan Transformasional
dan Employee Engagement”. Seminar Nasional Peran Psikologi Dalam
Boundaryless Organization: Strategi Mempersiapkan SDM Bertalenta .
ISSN 978-979-097-184-4. Artikel Fakultas Psikologi Universitas
Diponegoro.2011. Hlm. 4.

Soemarto, Hetifah Sj.“Inovasi, Partisipasi dan Good Governance”. Jakarta:


Yayasan Obor Indonesia. 2013.

Davis, Keith dan John Newstrom. 2005. “Perilaku Dalam Organisasi”. Jakarta.
Erlangga.2005.

Pasaribu dan Simanjuntak. “Sosiologi dan Pembangunan”. Bandung:


Tarsito.2006.
53
Dwiningrum, Siti Irene. Desentralisasi Dan Partisipasi Masyarakat Dalam
Pendidikan. Yogyakarta” . Pustaka Pelajar.2011.

Huraeroh, Abu . “Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat “ Jakarta.


Homaniora.2008.

Nugraha, Rahmad Agung. “Motivasi Dan Status Sosial Terhadap Partisipasi


Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kabupaten
Pati Jawa Tengah”. Tesis Program Pascasarjana Universitas Diponegoro
Semarang.2002.

Eka Djunaeni, “Pengaruh Sikap, Motivasi Masyarakat Dan Kepemimpinan


Kepala Kelurahan Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Membayar
Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kelurahan Margadana Kota Tegal”, Skripsi
Ekonomi dan Bisnis, Tegal , Universitas Panca Sakti, 2019.

Setyowati, Yuni.“Pengaruh Pengetahuan Perpajakan, Sanksi Pajak Dan Kesadaran


Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam
Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Di Desa Kalidengen, Kecamatan
Temon, Kabupaten Kulon Progo Tahun 2014”. Jurnal Profita Edisi 8
Tahun 2017.

Sari, Siti Nina Yusiva. “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa Terhadap


Partisipasi Masyarakat Dalam Membayar Pajak Bumi Dan Bangunan Di
Desa Sukorejo Kecamatan Ngasem”. Jurnal Administrasi Publik Vol. 5
No. 046 . 2018.

Nugroho Sigit. “ Dasar-dasar Metode Statistika“ Jakarta . Grahasindo. 2008.

Sugiyono.”Statistika Untuk Penelitian”. Bandung: Alfabeta.2010.

Umar Husain. “ Metode Riset Bisnis “. Jakarta . Gramedia. 2002.

Arikunto, Suharsimi. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”. Jakarta:


Rineka Cipta. 2010.

Imam Ghozali,” Aplikasi Analisis Multivariate dengan program spss”. Semarang:


Badan Penerbit Undip, 2013.

Suhartono,Suparlan “Education psycology “ . Jogjakarta. Ar-Ruzz Media. 2007.

54
55

Anda mungkin juga menyukai