Metoda Pelaksanan
Metoda Pelaksanan
Metoda Pelaksanan
A. PENDAHULUAN
Trotoar (diserap dari bahasa Belanda: Trottoir) adalah jalur pejalan kaki yang umumnya
sejajar dengan jalan dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk
menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Menurut keputusan Direktur
Jenderal Bina Marga No.76/KPTS/Db/1999 tanggal 20 Desember 1999 yang dimaksud
dengan trotoar adalah bagian dari jalan raya yang khusus disediakan untuk pejalan kaki
yang terletak didaerah manfaat jalan, yang diberi lapisan permukaan dengan elevasi yang
lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu
lintas kendaraan.[1]
Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika mereka bercampur dengan
kendaraan, maka mereka akan memperlambat arus lalu lintas. Oleh karena itu, salah satu
tujuan utama dari manajemen lalu lintas adalah berusaha untuk memisahkan pejalan kaki
dari arus kendaraan bermotor, tanpa menimbulkan gangguan-gangguan yang besar
terhadap aksesibilitas dengan pembangunan trotoar.
Perlu tidaknya trotoar dapat diidentifikasikan oleh volume para pejalan kaki yang berjalan
dijalan, tingkat kecelakaan antara kendaraan dengan pejalan kaki dan
pengaduan/permintaan masyarakat.
Trotoar sedapat mungkin ditempatkan pada sisi dalam saluran Drainase yang telah
ditutup dengan pelat beton yang memenuhi syarat. Trotoar pada perhentian Bus harus
ditempatkan berdampingan/sejajar dengan jalur Bus. Trotoar dapat ditempatkan di depan atau di
belakang halte.
Lebar Minimum
No Penggunaan Lahan
(m)
1 Perumahan 1,5
2 Perkantoran 2,0
3 Industri 2,0
4 Sekolah 2,0
5 Perumahan 2,0
7 Pertokoan/Perbelanjaan 2,0
8 Jembatan/Terowongan 1,0
Lebar Minimum
No Penggunaan Lahan
(m)
A.3 Kegunaan
Trotoar memainkan peran penting dalam transportasi, karena menyediakan jalur yang
aman bagi orang untuk berjalan di sepanjang jalan yang terpisah dari lalu lintas bermotor.
Trotoar membantu keselamatan jalan dengan meminimalkan interaksi antara pejalan kaki
dan lalu lintas bermotor. Trotoar biasanya berpasangan, satu di setiap sisi jalan, dengan
bagian tengah jalan untuk kendaraan bermotor.
Di area pedesaan, trotoar mungkin tidak terlalu banyak karena tingkat lalu lintas (pejalan
kaki atau kendaraan bermotor) yang lebih rendah, sehingga tidak cukup untuk
memisahkan keduanya. Di area pinggiran kota dan perkotaan, trotoar lebih umum. Di
pusat kota dan kota, jumlah lalu lintas pejalan kaki dapat melebihi lalu lintas bermotor,
dan dalam hal ini trotoar dapat menempati lebih dari setengah lebar jalan, atau seluruh
jalan dapat dicadangkan untuk pejalan kaki, lihat Zona pejalan kaki.
A.4 Lingkungan
Trotoar memiliki efek pada pengurangan jarak tempuh kendaraan dan emisi karbon
dioksida. Sebuah studi tentang investasi trotoar dan transit di
lingkungan Seattle menemukan pengurangan perjalanan kendaraan sebesar 6 hingga
8% dan pengurangan emisi CO2 sebesar 1,3 hingga 2,2%.
Penelitian yang dilakukan untuk Departemen Transportasi Florida yang diterbitkan pada
tahun 2005, menemukan bahwa di Florida, Faktor Pengurang Kecelakaan (digunakan
untuk memperkirakan pengurangan kecelakaan yang diharapkan selama periode
tertentu) yang dihasilkan dari pemasangan trotoar rata-rata adalah 74%.[5] Penelitian
di University of North Carolina untuk U.S. Department of Transportation menemukan
bahwa ada atau tidaknya trotoar dan batas kecepatan merupakan faktor signifikan dalam
kemungkinan kecelakaan kendaraan/pejalan kaki. Kehadiran trotoar memiliki rasio risiko
0,118, yang berarti kemungkinan kecelakaan di jalan dengan trotoar beraspal adalah 88,2
persen lebih rendah daripada jalan tanpa trotoar. “Ini tidak boleh diartikan bahwa
memasang trotoar akan mengurangi kemungkinan kecelakaan pejalan kaki/kendaraan
bermotor sebesar 88,2 persen di semua situasi. Namun, keberadaan trotoar jelas memiliki
efek menguntungkan yang kuat dalam mengurangi risiko kecelakaan pejalan
kaki/kendaraan bermotor yang ‘berjalan di sepanjang jalan’.” Studi ini tidak menghitung
kecelakaan yang terjadi saat berjalan melintasi jalan raya.
Ada atau tidak adanya trotoar adalah salah satu dari tiga faktor utama yang mendorong
pengemudi memilih kecepatan yang lebih rendah dan aman.
A.5 Kesehatan
Karena penduduk yang tinggal di lingkungan dengan trotoar cenderung lebih rutin berjalan
kaki, mereka cenderung memiliki tingkat penyakit kardiovaskular, obesitas, dan masalah
kesehatan lain yang lebih rendah, atau masalah kesehatan lain yang terkait dengan gaya
hidup yang tidak banyak bergerak. selain itu, anak-anak yang biasa berjalan kaki ke
sekolah terbukti memiliki tingkat konsentrasi yang lebih baik.
Beberapa trotoar dapat digunakan sebagai ruang sosial dengan kafe tepi jalan, pasar,
atau musisi jalanan, serta untuk parkir berbagai kendaraan termasuk mobil, sepeda motor
dan sepeda.
B. ITEM-ITEM PEKERJAAN TROTOAR
Paving block adalah salah satu produk konstruksi yang biasa digunakan untuk perkerasan
jalan, halaman rumah, trotoar dan lainnya. Dalam pembuatannya paving block menggunakan
susunan bahan sama seperti beton yaitu semen, agregat (pasir) dan air.
Sebelum Paving Block Dipasang Pastikan Struktur Dari Lahan Yang Hendak Di Paving Dalam
Keadaan Benar-benar Padat. Apabila Belum Padat Dapat Dipadatkan Dengan Menggunakan
Mesin Roller (Wales) Atau Stamper Kuda. Hal Ini Agar Lahan Yang Telah Dipasang Paving Block
Tidak Amblas.
1. Lapisan Subgrade Subgrade Atau Lapisan Tanah Paling Dasar Harus Diratakan Terlebih
Dahulu, Sehingga Mempunyai Profil Dengan Kemiringan Sama Dengan Yang Di Perlukan Untuk
Kemiringan Drainage (Water Run Off) Yaitu Minimal 1,5 %. Subgrade Atau Lapisan Tanah Dasar
Tersebut Harus Di Padatkan Sebelum Pekerjaan Subbase Dilaksanakan Sesuai Dengan
Spesifikasi Teknis Yang Di Butuhkan. Ini Sangat Penting Untuk Kekuatan Landasan Area Paving
Nantinya.
2. Lapisan Subbase Pekerjaan lapisan subbase harus disesuaikan dengan gambar dan
spesifikasi teknis yang di butuhkan. Profil lapisan permukaan dari subbase juga harus mempunyai
minimal kemiringan 2 %, dua arah melintang kekiri dan kekanan. Kemiringan ini sangat penting
untuk jangka panjang kestabilan paving.
3. Kanstin Beton /Penguat Tepi Kanstin beton atau Penguat tepi atau Kerb harus sudah di pasang
sebelum pemasangan paving dilakukan. Hal ini harus dilakukan untuk menahan paving pada tiap
sisi agar paving tidak bergeser sehingga paving akan lebih rapi pada hasil akhirnya.
4. Drainage/Saluran Air 3 Seperti halnya kanstin, Drainage atau Saluran air ini juga harus sudah
di pasang sebelum pemasangan paving dilakukan. Hal ini sangat wajib dilakukan untuk effisiensi
waktu/kecepatan pekerjaan. Drainage yang dikerjaan setelah paving terpasang akan sangat
mengganggu pekerjaan pemasangan paving itu sendiri karena harus membongkar paving yang
sudah terpasang.
5. Langkah-langkah pekerjaan paving blok : a. Pastikan permukaan lahan yang akan di paving
dalam kondisi rata/ sudah level. b. Pasang Kanstin beton sebagai pengunci paving block, agar
paving block yang sudah terpasang tidak bergeser. c. Gelar abu batu atau pasir mengikuti
kemiringan yang telah ditentukan kemudian diratakan dengan menggunakan jidar kayu. d.
Lakukan pemasangan paving block dengan cara maju kedepan, sementara pekerja pemasang
paving berada diatas paving yang telah terpasang. e. Untuk tepian lahan/ sudut-sudut yang belum
terpasang paving block (laslasan), potong paving block dengan menggunakan alat pemotong
paving block / paving block cutter. f. Setelah lahan 100% sudah terpasang paving block,
selanjutnya di lakukan pengisian antar naat paving block tersebut (pengisian joint filler) dengan
menggunakan abu batu atau pasir. g. Bersihkan area lahan yang telah terpasang paving block
dari sisa-sisa abu batu. h. Pekerjaan pemasangan paving blok selesai
2.Pemasangan
a.Umum
1. Layout : pola harus digelar untuk memungkinkan pengaturan ubin dengan
pemotongan yang minimum. Ukuran-ukuran harus dikontral untuk menghindari
pengaturan lebih kecil dari setengah (1/2) ukuran ubin.
2. Penempatan ubin : ubin-ubin harus dipasang sesuai gambar untuk semua lantai dan
area dinding, permukaan harus lurus dan rata terhadap garis acuan yang diinginkan.
Naad / siar- siar harus saling tegak lurus.
3. Penempatan ubin harus sedapat mungkin mengurangi pemotongan ke arah
pasangan terbaik. Perubahan fractional dalam ukuran-ukuran tanpa mengganggu
kesatuan hubungan lebar masih diijinkan. Bila dibutuhkan, ubin dipotong dengan
peralatan yang sesuai dan permukaan harus dihaluskan. Ubin yang rusak dan jelek
harus diganti.
4. Jangan memulai pekerjaan bila pekerjaan-pekerjaan lain masih lalu-lalang didalam
area pemasangan.
b. Ubin Keramik dan Homogenouse Tile untuk Lantai
1. Ratakan permukaan yang kasar dan tidak rata dengan peralatan plesteran.
2. Dengan hati-hati tempatkan ubin dengan benar dan rata sesuai dengan yang
diinginkan.
3. Dimana floor drain terjadi / ada, miringkan lantai untuk mendapatkan drainage yang
baik.
c. Ubin Homogenouse Tile untuk Dinding
1. Bersihkan debu-debu dan partikel-partikel lain, bersihkan dengan sikat dan air
bersih.
2. Ratakan dengan lapisan plesteran.
3. Tekanlah ke permukaan yang cukup dengan peralatan untuk plester menempel
pada dinding.
4. Finishing permukaan plester harus lurus dan benar untuk menghasilkan kerataan
pada jarak tertentu dan memudahkan pemasangan ubin.
d. Mortar Bed
1. Terapkan adukan dengan tekanan ke seluruh area yang tidak lebih dari pada
permukaan yang dapat ditutup oleh ubin dimana adukan masih plastis.
2. Terapkan dengan rata tanpa berlubang.
3. Sisirlah / ratakan adukan tanpa menimbulkan It/bang dalam 10 menit sebelum ubin
dipasang.
4. Tebal bantalan adukan adalah sekitar 10 mm sampai 15 mm.
e. Pengaturan Ubin
1. Jangan merendam ubin.
2. Tekan ubin dengan secukupnya pada adukan yang masih plastis.
3. Ratakan ke arah permukaan yang benar.
4. Tekan dan ketok ubin untuk mendapatkan minimum 80% permukaan adukan
tertutup pada setiap unit ubin tersebut .
5. Aturlah ubin sebelum pemasangan sehingga bagian sudut setiap ubin rata dengan
bagian sudut ubin disebelahnya.
6. Berilah adukan tambahan bila masih kurang rata, pengisian dengan semen murni
tidak diijinkan.
f. Grout
1. Penuhi naad dengan maksimum grout.
2. Sebelum grout diberi, goreslah naad-naad tersebut.
3. lsi naad / siar dengan grouting dan ratakan.
4. Grouting harus memlliki kesamaan warna, rata, tanpa berlubang, dan sebagainya.
5. Rekomendasi merk : lihat spesifikasi material.
6. Grouting : AM. 50
B.3 Pekerjaan Trotoar dengan Batu Alam Andesit dan Batu Alam Granit
Batu andesit kini semakin banyak manfaat dan kegunaannya, selain digunakan pada beberapa
bagian rumah namun juga dapat di terapkan sebagai jalan, sudah banyak yang menerapkan batu
andesit pada sepanjang jalan trotoar. Menggunakan batu alam jenis andesit pada jalan atau
trotoar akan semakin indah dan alami selain lebih kuat dan awet batu alam mempunyai
keragaman jenis yang menjadikan trotoar terlihat lebih indah dan nyaman di gunakan untuk
pejalan kaki pada umumnya
B.4 Pekerjaan Trotoar dengan Batu Poles, Batu Sikat, dan Beton Perbori
Macam-macam Batu Koral Sikat
Terdapat beragam jenis batu yang termasuk dalam koral sikat, antara lain batu alor, batu alor
putih, batu kupang, batu bengkulu, batu ares bali, batu lampung, dan batu pancawarna. Masing-
masing memiliki ciri yang berbeda satu sama lain.
Batu alor, warnanya hitam legam, mengkilat, berbentuk bulat lonjong dengan ukuran 1-
2cm.
Batu alor putih berwarna putih dan mengkilat, dengan bentuk dan ukuran yang cenderung
sama dengan batu alor.
Batu kupang berwarna merah hati dan putih dengan ukuran 3-4cm.
Batu bengkulu berwarna abu-abu gelap dengan bentuk bulat, lonjong, pipih, berukuran 4-
6cm
Batu ares bali berwarna oranye, dengan ukuran 1-2cm dan berbentuk bulat lonjong. Batu
ini berasal dari pulau Bali.
Batu lampung berwarna abu-abu gelap dengan ukuran 4-6cm.
Batu pancawarna memiliki aneka ragam warna yaitu merah, hijau, putih, biru, dan hitam.
Berbentuk bulat lonjong dengan ukuran 4-6cm.
Cara Pemasangan
Pemasangan batu koral sikat pada lantai atau dinding rumah bisa didesain dengan pola
tertentu, menggunakan 2 atau 3 jenis batu koral yang berbeda. Untuk lantai, bisa juga
dipasang dengan kombinasi lantai keramik.
Berikut ini cara pemasangan koral sikat pada lantai yang bisa anda coba terapkan.
Sebelum mulai pemasangan, siapkan dulu bahan-bahan dan peralatannya.
Bahan:
Koral sikat
Semen
Pasir
Air
Alat:
Benang
Paku
Palu
Ember
Sendok semen
Sikat kawat
Sapu ijuk atau ijuk
Cara pemasangan koral sikat pada lantai:
Sebelum dipasang, koral sikat sebaiknya dicuci dulu untuk menghilangkan debu yang
menempel pada batu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya rekat batu.
Tentukan level ketinggian lantai yang akan dipasang koral sikat. Perhitungkan ketinggian
lantai kerja dan lantai koral sikat. Jika ketinggian lantai kerja adalah 6cm dan ketinggian
lantai koral sikat adalah 4cm, maka level ketinggian lahan yang dipersiapkan adalah 10cm
di bawah level lantai koral sikat. Padatkan lahan, tambahkan pasir jika perlu untuk
meratakan permukaan lahan.
Persiapkan lantai kerja, dengan membuat tulangan dari besi dan kemudian dicor beton.
Tunggu hingga 2 hari lamanya.
Persiapkan adonan spesi yang terdiri dari semen dan pasir dengan perbandingan 1 : 3.
Letakkan dan ratakan adonan pada bidang yang akan dipasang koral sikat.
Batu koral ditabur di atasnya dengan rapat dan merata, hingga posisi batu terpendam.
Bubuk semen ditabur pada lapisan batu, agar cepat kering dan daya lekatnya menjadi
kuat.
Diamkan hingga menjadi setengah kering, kurang lebih selama 20 menit.
Kemudian sikat koral dengan menggunakan sikat kawat secara perlahan-lahan, agar
adonan spesi terangkat sebagian.
Jika batu koral sudah terlihat hingga ¾ bagiannya, hentikan penyikatan.
Tunggu hingga kering, setelah itu lakukan penyikatan kedua dengan menggunakan ijuk
atau sapu ijuk. Hal ini dilakukan agar batu koral yang terpasang bersih dari spesi.
Jika bidang lantai yang akan dipasang koral sikat luas dan lebar, sebaiknya pekerjaan
dilakukan dalam pola berurutan. Misalnya diatur dengan pola berukuran 1m x 1m. Waktu
yang dibutuhkan untuk pemasangan koral sikat secara keseluruhan tidaklah sebentar.
Dengan mengatur pelaksanaan pekerjaan berurutan sesuai pola, maka terjadinya
pengeringan lebih awal dapat dicegah.
Dan jika anda berencana untuk memasang koral sikat pada bagian rumah yang tidak
teratapi, pastikan bahwa cuaca pada saat itu sedang cerah atau panas. Jangan sampai
pekerjaan anda menjadi sia-sia hanya karena hujan.
Mudah bukan? Nah sekarang tinggal mempraktekkannya. Jika anda telaten dan sabar,
maka hasilnyapun pasti akan memuaskan. Libatkan kreatifitas anda untuk memperoleh
hasil yang maksimal. Dan rumah andapun akan semakin cantik alami dengan sentuhan
batu alam di dalamnya.
Kansteen sendiri bisa diartikan sebagai material beton precast yang umumnya dipakai untuk
pembatas batu jalan, taman maupun trotoar. Selain memiliki fungsi untuk pengguna jalan raya
sendiri keberadaan kansteen juga mampu memperindah jalan raya itu sendiri
1. Mempersiapkan Drainase
Kanstin beton merupakan beton pracetak karena itu pemasangannya perlu diperhatikan. Kanstin
beton yang tidak terpasang dengan baik bisa menyebabkan lepasnya kanstin tersebut atau
tergeser dari tempatnya.
Salah satu yang sering menjadi penyebab kanstin bergeser adalah tidak baiknya drainase yang
dipasang.
Bangunan atau bahkan trotoar memerlukan drainase yang bagus demi menjaga kestabilan dari
trotoar itu sendiri. Jarak antara tembok dan kanstin berjarak 150-200 ml. Jarak ini dimaksudkan
agar air di paving dapat turun dan mengalir pada jarak ini.
Kanstin yang berupa beton tidak dapat menyerap air ke dalam tanah. Menyiasati hal tersebut
selain memberikan jarak pada tembok tersebut perlu dibuat drainase model cross
fall atau longitudinal fall.
Jenis kemiringan ini membutuhkan sebesar 1,5° sampai 2°. Jumlah kemiringan ini akan
membawa air dari trotoar mengalir keluar menuju jalanan atau rerumputan.
Alas Kanstin
Sebelum pemasangan kansteen perlu dibuat terlebih dahulu alasnya. Disesuaikan dengan
kemiringan yang distandarkan pembuatan alas kanstin harus menggunakan rabat beton.
Penggunaan material ini dimaksudkan agar kanstin tidak mudah tenggelam.
Struktur tanah tidak selalu tetap ditempatnya terkesan tanah tersebut juga bergerak. Bisa
disebabkan gempa bumi atau karena muatan yang melintasi di atas kanstin dan trotoar itu sendiri.
Getaran yang berasal dari kendaraan juga bisa menyebabkan pergeseran atau tenggelamnya
kanstin beton tersebut.
Jenis rabat beton yang disarankan untuk alas kanstin harus memiliki tebal minimum 150 mm. Hal
ini berguna untuk menopang berat dari kanstin beton itu sendiri.
Setelah pembuatan alas selesai, kanstin bisa langsung dipasang. Diperlukan benang yang ditarik
hingga lurus agar kanstin terpasang sempurna. Cara pemasangan kanstin beton harus dilakukan
satu persatu agar terlihat rapi.
Kanstin beton yang telah terpasang semuanya kemudian di cek ulang dengan menggunakan
teknik waterpass. Teknik ini memungkinkan tukang dapat mengetahui bahwa kanstin yang
dipasang sudah lurus dan tidak terlalu tinggi satu dengan yang lainnya.
Membuat Haunching
Kanstin yang telah dipasang kemudian membutuhkan kuncian agar posisi tidak berubah.
Pembuatan haunching diletakan di bagian luar atau belakang dari kanstin. Rata-rata pembuatan
ini memerlukan ketebalan 75 mm hingga 150 mm tergantung penempatan dari lokasi trotoar itu
sendiri.
Sayangnya model penguncian ini tidak terlalu populer di Indonesia. Kebanyakan hanya
menggunakan campuran dari adukan beton untuk pemasangan alas serta mengunci antar
kanstin. Walaupun begitu ternyata kekuatan pemasangan kanstin beton tersebut juga tidak kalah
bagus.
Tahap terakhir yang perlu dilakukan hanyalah proses penggunaan mortar sebagai pelekat antar
kanstin beton. Ketebalan yang dibutuhkan antara 12 mm hingga 20 mm. Tentu saja teknik
dengan menggunakan mortar hanya ditujukan untuk dimensi kanstin yang cukup besar.
Proses finishing akhir ini selain menggunakan teknik mortar juga memerlukan bantuan material
lain. Besi dowel dibutuhkan agar kanstin tidak berubah dengan cara mengikat pelat beton.
Proses dan cara pemasangan kanstin beton haruslah dilakukan dengan hati-hati. Jangan sampai
setelah pemasangan terjadi genangan air yang dapat menyebabkan trotoar menjadi rusak.
Diperlukan perhitungan yang benar-benar matang agar kanstin beton dan trotoar jalan awet lebih
lama.
B.6 Pekerjaan Ubin Pemandu
Jalan merupakan akses utama bagi masyarakat untuk beraktivitas sehari-hari, mulai dari
kuliah, kerja, mengantar anak ke sekolah hingga sekadar mencari suasana baru dengan cara
berjalan-jalan. Namun, pernahkah kawan GNFI melihat adanya perbedaan yang terdapat pada
jalan-jalan umum yang biasa digunakan oleh banyak orang?
Salah satu tampilan yang berbeda pada jalanan umum kini yakni adanya ubin dengan tekstur
titik dan garis panjang yang terdapat pada trotoar. Ubin-ubin tersebut dinamakan Guiding
Block. Guiding Block jika diartikan kedalam bahasa Indonesia artinya blok atau cetakan
sebagai pemandu jalan. Arti Guiding Block adalah keramik atau ubin yang memiliki desain
khusus seperti bulatan-bulatan dan garis lurus yang diperuntukkan untuk membantu
mengarahkan pejalan kaki yang memiliki kebutuhan khusus terutama bagi penyandang
tunanetra. Selain bernama Guiding Block, ubin bertekstur tersebut juga dikenal dengan Tactile
Paving atau Kenji Block.
Pemasangan Guiding Block ini merupakan penerapan dari Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No. 30 Tahun 2006 yakni tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Akesibilitas Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan. Salah satu aksesibilitas untuk menggunakan berbagai
fasilitas umum guna penyandangan disabilitias khususnya tunanetra dengan
memanfaatkan Guiding Block yang mengadaptasi tekstur pada huruf braile sehingga mudah
dikenali dan dapat memudahkan bagi penyandang tunanetra. Guiding Block dipasang di
tempat dan fasilitas umum seperti trotoar, terminal, stasiun dan taman kota.
Adapun jalur-jalur yang harus dilengkapi dengan Guinding Block adalah jalur lalu lintas
kendaraan, di depan pintu masuk dan keluar, jalan menuju tangga, di depan pintu masuk dan
keluar transportasi umum, jalur pejalan kaki (trotoar) yang menghubungkan antara jalan dan
bangunan serta fasilitas umum menuju transportasi umum terdekat. Selain jalur di luar
ruangan, dalam Permen PU No. 30 Tahun 2006 tersebut juga menyatakan bahwa bangunan
gedung kecuali rumah tinggal dan rumah deret sederhana diamanatkan memiliki fasilitas dan
aksesibilitas untuk memudahkan penyandang disabilitas dan lanjut usia beraktivitas.
Sehingga, sudah sepatutnya bangunan seperti kantor, pusat perbelanjaan, hingga
perpustakaan pun di dalamnya untuk memiliki jalur yang memudahkan bagi penyandang
disabilitas serta lanjut usia.
Pola yang terdapat pada Guiding Block yakni berupa bentuk bulatan dan garis panjang. Kedua
pola tersebut memiliki makna yang berbeda. Pola berupa bulatan berarti berhenti dan pola
berupa garis berarti untuk jalan terus. Guiding Block dibentuk dengan warna yang berbeda
dari warna jalan atau warna ubin untuk pengguna jalan pada umumnya. Guiding
Block biasanya diberikan warna kuning atau jingga untuk dipasang di trotoar yang
menggunakan ubin. Namun, Guiding Block juga dibuat dengan bahan logam yang berwana
silver untuk di pasang di jalan yang berbahan aspal sehingga dapat dengan mudah dibedakan
dari segi warna.
Pemasangan Guiding Block dan kemudahan akses bagi penyandang disabilitas lainnya di
tempat umum merupakan salah satu kemajuan bagi Indonesia dalam memberikan hak yang
sama bagi seluruh masyarakat Indonesia tidak terkecuali bagi orang yang memiliki kebutuhan
khusus. Namun, kemajuan dan pengadaan fasilitas tersebut tidak bisa lepas dari peran
masyarakat sekitar untuk menjaga fasilitas tersebut sehingga semua orang dapat jalan
berdampingan dan memiliki kesempatan yang sama untuk menikmati fasilitas. Selain itu, peran
pemerintah pun tidak hanya sekadar memasang dan membangun fasilitas bagi penyandang
disabilitas saja, namun juga perlu adanya sosialisasi makna dan fungsi fasilitas-faslitas
tersebut sehingga masyarakat dapat mengetahui esensi fasilitas yang dibangun untuk
penyandang disabilitas.