0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
32 tayangan17 halaman

Makalah Kelompok 3

Makalah ini membahas tentang layanan aborsi yang legal dan aman serta rujukan ke layanan serupa hingga batas yang diijinkan oleh hukum. Aborsi menjadi masalah aktual yang dilakukan oleh berbagai kalangan untuk berbagai alasan. Hukum positif di Indonesia masih berdebat tentang regulasi aborsi antara KUHP dan UU Kesehatan.

Diunggah oleh

Titi Hany
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
32 tayangan17 halaman

Makalah Kelompok 3

Makalah ini membahas tentang layanan aborsi yang legal dan aman serta rujukan ke layanan serupa hingga batas yang diijinkan oleh hukum. Aborsi menjadi masalah aktual yang dilakukan oleh berbagai kalangan untuk berbagai alasan. Hukum positif di Indonesia masih berdebat tentang regulasi aborsi antara KUHP dan UU Kesehatan.

Diunggah oleh

Titi Hany
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 17

MAKALAH

LAYANAN PERAWATAN ABORTUS YANG LEGAL DAN AMAN SERTA RUJUKAN KE


LAYANAN SERUPA HINGGA BATAS YANG DI IJINKAN OLEH HUKUM

OLEH KELOMPOK lll

FIRDAYANTI (042022039)

JUNIARTI (042022046)

IMELDA RIA (042022045)

HUSNAWATI (042022044)

HIDRA (042022043)

SATRIANI7 (04202259)

WANTI (042022070)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN DAN PROFESI BIDAN

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS KURNIA JAYA PERSADA PALOPO 2023


BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Aborsi didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin, melakukan aborsi

merupakan melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan

bakal bayi yang dikandung itu). Membahas persoalan aborsi sudah bukan

merupakan rahasia umum dan bukan hal yang tabu untuk dibicarakan. Hal ini

dikarenakan aborsi yang terjadi saat ini sudah menjadi hal yang aktual dan

peristiwanya dapat terjadi dimana-mana dan bisa saja dilakukan oleh berbagai

kalangan, apakah hal itu dilakukan oleh remaja yang terlibat pergaulan bebas atau

para orang dewasa yang tidak mau dibebani tanggungjawab dan tidak

menginginkan kelahiran sang bayi ke dunia ini. Ironis sekali, karena di satu sisi

sekian banyak pasangan suami isteri yang mendambakan kehadiran seorang anak

selama bertahun-tahun masa perkawinan, namun di sisi lain ada pasangan yang

membuang anaknya bahkan janin yang masih dalam kandungan tanpa

pertimbangan nurani kemanusiaan.

Melalui beberapa hasil penelitian bahwa praktik aborsi di Indonesia mencapai 2,3

juta kasus setiap tahunnya, data tersebut belum termasuk kasus aborsi yang

ditangani oleh non medis (dukun), sementara dari penelitian WHO (World Health

Organization) diperikarakan 20 – 60 % aborsi di Indonesia adalah 1 Maria Ulfah

Ansor, Fiqih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan,Jakarta:PT:


Kompas Media Nusantara 2002, hal. 3-5 aborsi disengaja (Induced Abortion).

Penelitian di 10 kota besar dan enam kabupaten di Indonesia yang memperkirakan

sekitar 2 juta kasus abrosi, 50% diantaranya terjadi di perkotaan. Kasus aborsi

diperkotaan dilakukan secara diam– diam oleh tenaga kesehatan (70%), sedangkan

di pedesaan dilakukan oleh dukun sekitar (84%).

Dalam memandang bagaimana kedudukan aborsi di Indonesia sangat perlu

dilihat kembali apa yang menjadi tujuan dari perbuatan aborsi tersebut.Apakah

perbuatan tersebut dilakukan untuk menolong nyawa sang ibu (indikasimedis) atau

hanya karena untuk menutupi aib keluarga dan persasaan malu saja.Sejauh ini,

persolan aborsi pada umumnya dianggap oleh sebagian besarmasyarakat sebagai

tindak pidana. Namun dalam hukum positif di Indonesia,tindakan aborsi pada

sejumlah kasus tertentu dapat dibenarkan apabila merupakan abortus provocatus

medicialis misalnya: aborsi karena Kehamilan akibat perkosaan. Sedangkan aborsi

yang digeneralisasi menjadi suatu tindak pidana lebih dikenal sebagai abortus

provocatus criminalis.

Hukum positif yang berlaku di Indonesia, masih ada perdebatan dan pertentangan

dari yang pro dan yang kontra soal persepsi atau pemahaman mengenai undang-

undang yang ada sampai saat ini. Baik dari UU Kesehatan, UU Praktik Kedokteran,

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), dan UU Hak Asasi Manusia (HAM).

Pengaturan tindakan aborsi dalam hukum positif di Indonesia, terdapat dalam dua

undang-undang yaitu KUHP Pasal 299, 346, 347, 348 dan 349 serta diatur dalam Pasal

75,76,77 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.Terdapat perbedaan antara Kitab


Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) dengan UU No. 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan dalam mengatur masalah aborsi.

KUHP dengan tegas melarang aborsi dengan alasan apapun, sedangkan UU

Kesehatan membolehkan aborsi atas indikasi medis maupun karena adanya

perkosaan. Akan tetapi ketentuan aborsi dalam UU No. 36 Tahun 2009 tetap ada

batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar misalnya kondisi kehamilan maksimal 6

bulan setelah hari pertama haid terakhir. Selain itu berdasarkan Undang-undang

Kesehatan No. 36 Tahun 2009, tindakan medis (aborsi), sebagai upaya untuk

menyelamatkan ibu hamil dan atau janinnya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan

tanggung jawab profesi serta pertimbangan tim ahli. Hal tersebut menunjukkan bahwa

aborsi yang dilakukan bersifat legal atau dapat dibenarkan dan dilindungi secara hukum

dan segala perbuatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap hak reproduksi

perempuan bukan merupakan suatu tindak pidana atau kejahatan.

Tindakan aborsi dalam prosesnya, ada yang dilakukan sendiri, ada pula yang

menggunakan bantuan orang lain. Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara

memakan obat-obatan yang membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-

perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan janin. Sedangkan bila dengan

bantuan orang lain, aborsi dapat dilakukan dengan bantuan dokter, bidan atau dukun

beranak. Apabila tindak pidana aborsi ini dibantu oleh orang lain, maka peristiwa pidana

tersebut terdapat lebih dari 1 orang pelaku, sehingga harus dicari pertanggungjawaban

dan peranan masing–masing peserta dalam peristiwa tersebut. janin, atau dengan

melakukan perbuatan-perbuatan yang dengan sengaja ingin menggugurkan janin.


Sedangkan bila dengan bantuan orang lain, aborsi dapat dilakukan dengan bantuan

dokter, bidan atau dukun beranak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Pertanggungjawaban Pidana

Dokter Yang Melakukan Tindak Pidana Aborsi (Studi Putusan

No.1106/Pid.Sus/2018/PN Plg)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui

Bagaimana Pertanggungjawaban Pidana Dokter Yang Melakukan Tindak Pidana

Aborsi. (Studi Putusan No.1106/Pid.Sus/2018/PN Plg)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan dan manfaat kepada pihak-

pihak yang berkepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagai

berikut:

a. . Secara Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengmbangan

ilmu hokum khususnya hukum pidana pidana dan lebih khususnya dalam

memahami hukum kesehatan.

b. Secara Praktis Secara praktis tulisan ini dapat memberikan sumbangan

bagi aparat penegak hukum dan masyarakat didalam memahami hukum

kesehatan.
c. Manfaat Bagi Penulis Adapun manfaat penelitiaan bagi penulis

sebagaimana yang telah menjadi salah satu syarat dan ketentuan

akademis yaitu unntuk mencapai gelar Sarjana Hukum.dari Fakultas


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Teoritis Tentang PertanggungJawaban Pidana

1. PertanggungJawaban Pidana

Pertanggungjawaban pidana yang dikemukakan oleh Mahrus Ali dalam bukunya

yang berjudul “Asas-asas Hukum Pidana Korporasi” adalah pertanggung jawaban

seseorang terhadap kejahatan (tindak pidana) yang dilakukannya. Tegasnya

pertanggungjawaban terjadi karena adanya tindak pidana yang dilakukan seseorang.3

Pertanggungjawaban pidana dapat dikatakan sebagai suatu bentuk untuk menentukan

apakah seorang tersangka atau terdakwa dipertanggungjawabkan atas suatu tindak

pidana yang telah terjadi.

Pertanggungjawaban pidana mengandung asas kesalahan (asas culpabilitas),

yang didasarkan pada keseimbangan monodualistik bahwa asas kesalahan yang

didasarkan pada nilai keadilan harus disejajarkan berpasangan dengan asas legalitas

yang didasarkan pada nilai kepastian. sehingga pelaku tidak dipidana kecuali

kesesatannya itu patut dipersalahkan kepadanya.

Berbicara tentang konsep pertanggungjawaban pidana atau “liability” dilihat dari

segi falsafat hukum, yang dinyatakan oleh seorang filsat besar dalam bidang hukum

pada abad ke-20 yaitu Roscou Pound. Roscou Pound dalam “An Introduction to the

Philosophy Law”, telah mengemukakan pendapatnya :”I.. use The Simple word

“liability”for the situation wherwby the exact legally and other is legally subjected to
2. Syarat-syarat Pertanggung Jawaban Pidana

Untuk dapat dipertanggungjawabkan subjek hukum atas tindak pidana yang

dilakukan, Roeslan Saleh memberikan pendapatnya dalam bukunya yang berjudul

“perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana” yaitu sebagai berikut :

a. Melakukan perbuatan pidana Salah satu unsur yang pokok pertanggungjawaban

pidana, karena seseornag tidak dapat dipidana apabila tidak melakukan suatu

perbuatan dimana perbuatan yang dilakukan merupan perbuatan yang dilarang

oleh undangundang

b. Mampu bertanggung jawab Kemampuan untuk menentukan kehendaknya

menurut keinsyafan tentang baik dan buruknya perbuatan tadi.

c. Dengan kesengajaan atau kealpaan Adanya unsur kesengajaan atau kelalaian

merupakan salah satu syarat untuk dapat dipertanggungjawab-nya pembuat

delik. perlu diingat bahwa sebagaian besar penulis hukum pidana menagatakan

bahwa "sengaja" itu suatu pengertian yang tidak berwarna, artinya tidak perlu

pembuat mengetahui bahwa perbuatannya itu dilarang oleh undang-undang

d. Tidak adanya alasan pemaaf Dalam keadaan tertentu seseorang pelaku tindak

pidana, tidak dapat melakukan tindakan lain selain melakukan perbuatan tindak

pidana, meskipun hal itu tidak di inginkan. Sehingga dengan perbuatan tersebut

pelaku nya harus menghadi jalur hukum. Hal itu tidak dihindari oleh pelaku

meskipun hal itu tidak diinginkan oleh dirinya sendiri. Hal itu dilakukan oleh

seseorang karena factorfaktor dari luar dirinya.4


3. Kesalahan

Kesalahan dalam arti luas memiliki pengertian yang sama dengan

pertanggungjawaban dalam hukun pidana. Kesalahan dalam arti sempit: kesalahan

berarti ke-alpaan. Dapat diartikan kesalahan adalah penentu pertanggungjawaban

pidana karenanya tidak sepatutnya menjadi bagian defenisi tindak pidana.5

Kesalahan merupakan keadaan jiwa dari si pembuat dan hubungan batin antara si

pembuat dan perbuatannya. Mengenai keadaan jiwa dari seseorang yang

melakukan perbuatan, lazim disebut sebagai kemampuan bertanggung jawab.

Adapun pendapat dari pakar hukum pidana tentang kesalahan yang pada

hakikatnya adalah pertanggungjawaban:

a. Pompe memberikan pendapatnya tentang pengertian kesalahan:

kesalahan mempunyai tanda sebagai hal yang tercela (verwijtbaarheid)

yang pada hakikatnya tidak mencegah (vermijdbaarheid) kelakuan yang

bersifat melawan hukum.

b. Simon menyatakan kesalahan adalah keadaan pschis seseorang yang

melakukan perbuatan yang dilakukan sehingga orang tersebut dicela oleh

masyarakat.

c. Satochid Kartanegara memberikan penafsiran istilah kesalahan atau

schuld dalam dua arti, yaitu7 : - Schuld dalam arti “erhis social”

merupakan hubungan antara jiwa seseorang yaitu yang melakukan

perbuatan dengan perbuatannya atau hubungan jiwa sipembuat dengan


akibat perbuatannya, sehingga perbuatan atau akibat dari perbuatan yang

dilakukan itu, berdasarkan pada jiwa sipelaku, dan dapat dipersalahkan

kepadanya. - Schuld dipandangdari sudut “Hukum Pidana” atau

“instrafrehttelijkezin” yaitu bentuk kesengajaan (dolus) dan kelalaian

(culpa).

d. Teguh Prasetyo mengartikan kesalahan dalam suatu delik merupakan

pengertian logis, berhubungan antara keadaan jiwa pelaku dan

terwujudnya unsur-unsur delik karena perbuatannya. Kesalahan adalah

pertanggungjawaban dalam Hukum.

Berdasarkan rumusan pengertian yang ada maka dapat diartikan bahwa

pengertian kesalahan atau schuld adalah suatu unsur yang esensial dalam hukum

pidana karena seseorang dapat dipertanggungjawabkan akan perbuatannya apabila

orang tersebut mempunyai kesalahan. Dengan demikian, kesalahan merupakan

penilaian atas perbuatan seseorang yang bersifat melawan hukum, sehingga akibat dari

perbuatannya tersebut pelaku dapat dikenakan sanksi atau hukuman sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4. Alasan

Pemaaf Alasan pemaaf merupakan tindak pidana dengan kriteria tertentu yang

tidak dapat diminta pertanggungjawabannya.9 Dapat diartikan bahwa Alasan pemaaf

ialah penghapusan kesalahan terdakwa. Ada beberapa unsur alasan pemaaf dalam

KUH Pidana yang dikemukakan oleh Fitrotin Jamilah dalam bukunya yang berjudul

“KUHP” yaitu:
a. Pelaku tindak pidana yang jiwanya cacat (Pasal 44 ayat (1) KUHP)

Barang siapa melakukan perbuatan yang dapat dipertanggungjawabkan

kepada jiwanya karena jiwanya cacat dalam pertumbuhan atau terganggu

karena penyakit, tidak dipidana

b. Pelaku tindak pidana belum dewasa (Pasal 45 KUHP) Penuntutan pidana

terhadap orang yang belum dewasa karena melakkan perbuatan sebelum

umur enam belas tahun, hakim dapat menentukan: Memerintahkan

supaya yang bersalah dikembalikan kepada orang tuanya, walinya atau

pemeliharanya

c. Perbuatan yang dilakukan dalam „keadaan darurat‟ (Pasal 48 KUHP )

Barangsiapa melakukan perbuatan karena pengaruh daya paksa

(overmacht), tidak dipidana.

d. Perbuatan karena pembelaan terpaksa yang melampaui batas (Pasal 49

ayat (2) KUHP) Pembelaan terpaksa yang melampaui batas, yang

langsung disebabkan oleh keguncangan jiwa yang hebat karena serangan

atau ancaman serangan itu, tidak dipidana.

e. Perbuatan yang dilakukan untuk menjalankan perintah jabatan yang tidak

sah (Pasal 51 ayat (2) KUHP) Perintah jabatan tanpa wewenang, tidak

menyebabkan hapusnya pidana, kecuali jika yang diperintah, dengan

itikad baik mengira bahwa perintah diberikan dengan wewenang dan

pelaksanaannya termasuk dalam lingkungan pekerjaannya.


B. Uraian Teoritis Tentang Tindak Pidana Aborsi

1. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur-unsur Tindak Pidana

Menurut wujud dan sifatnya, tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau

tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai

perbuatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman pidana.

Pengertian tindak pidana yang dimuat didalam kitab undang-undang hukum

pidana (KUHP) oleh pembentuk undang-undang sering disebut dengan “starbaarfeit”

adalah kelakuan (handeling) yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan

hukum yang berhubungan dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang mampu

bertanggungjawab. Adapun pendapat para sarjana yang memberikan pendapatnya

tentang pengertian tindak pidana:

a. Moeljatno menyatakan bahwa tidak pidana merupakan perbuatan yang

dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana yang disertai

ancaman yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang

melanggar larangan tersebut.

b. Ojak Nainggolan menggunakan istilah tindak pidana untuk strafbaarfeit

adalah: “Tindak Pidana atau delik yaitu perbuatan yang bertentangan

dengan peraturan perundang-undangan pidana, baik berupa kejahatan

maupun pelanggaran yang diancam pidana (hukuman) bagi sipelaku”

c. Herlina Manullang berpendapat bahwa tindak pidana adalah perbuatan

seseorang atau sekelompok orang yang menimbulkan peristiwa pidana


atau perbuatan yang melanggar hukum pidana dan diancam dengan

hukuman. Herlina Manullang juga memberikan pendapatnya tentang

beberapa macam tindak pidana atau delik pidana. Adapun macam-

macam tindak pidana menurut Herlina Manullang yakni: - Tindak pidana

(delik) formil yaitu suatu perbuatan pidana yang sudah dilakukan dan

perbuatan itu benar-benar melanggar ketentuan yang dirumuskan

dalam pasal uu yang bersangkutan. - Delik materil yaitu suatu pebuatan

pidana yang dilarang, yaitu akibat yang timbul dari perbuatan itu. - Delik

dolous yaitu suatu perbuatan pidana yang dilakukan dengan sengaja. -

Delik culpa yaitu perbuatan pidana yang tidak sengaja, karna

kealpaannya mengakibatkan matinya seseorang. - Delik aduan yaitu

suatu perbuatan pidana yang memerlukan pengaduan orang lain, jadi

sebelum ada pengaduan belum merupan delik - Delik politik delik atau

perbuatan pidana yang ditujukan kepada keamanan negara, baik

secara lansung maupun tidak langssung.

3. Pengaturan Tindak Pidana Aborsi

Didalam Hukum Positif Tindakan aborsi menurut KUHP di Indonesia

dikategorikan sebagai tindakan kriminal atau dikategorikan sebagai kejahatan

nyawa. Beberapa ketentuan yang mengatur tentang aborsi antara lain:


1. KUHP

Pasal 299 :

1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh

supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan bahwa

karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana

penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak empat

puluh lima ribu rupiah

2) . Jika yang bersalah berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau

menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika

dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga

3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan

pencariannya, dapat dicabut haknya untuk menjalakukan pencarian itu. Pasal

346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan

kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana

penjara paling lama empat tahun.

Pasal 347

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan


seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling
lama dua belas tahun.
2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut diancam dengan
pidana penjara paling lama lima belas tahun.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.Ruang LIngkup Penelitian

Ruang lingup penelitian ini aadalah bertujan untuk membatasi pemasalahan

dalam penelitian ini, adapun dari ruang lingkup dari penelitian ini adalah seperti

penelitian yang dilakukan sesuai dengan penulisan dari skripsi ini yaitu

“Pertanggungjawaban Pidana Seorang Dokter Yang Melakukan Percobaan Tindak

Pidana Aborsi” (Studi Putusan No.1106/Pid.Pus/2018/PN Plg)

2.Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian yang besifat normatif atau jenis penelitian

doktrinal, yaitu penelitian yang didasarkan pada penelitian kepustakaan (library

research). Penelitian kepustakaan (library research) adalah penelitian yang dilakukan

dengan mengumpulkan data dari bahan kepustakaan yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti.

3.Metode Pendekatan

Sesuai dengan jenis penelitian yang bersifat yuridis normatif maka pendekatan

yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Pendekatan Kasus Metode pendekatan kasus dalam penelitian ini dilakukan

dengan mengumpulkan putusan pengadilan negeri Palembang

No.1106/Pid.Sus/2018/PNPlg. Bagaimana
dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap dokter yang

melakukan pecobaan tindak pidana aborsi.

b. Pendekatan Perundang-undangan Dalam peneitian ini dilakukan dengan cara

menganalsis permasalahan peraturan perundang-undangan ( UU No.36 Tahun

2009 Tentang Kesehatan).

4. Sumber Bahan Hukum Jenis data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini

adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder :

a. Bahan Hukum Primer : bahan-bahan hukum yang terdiri atas peraturan

perundangundangan yang diurut berdasarkan hirarki peraturan perundang-

undangan, yaitu mencakup UndangUndang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945 Amandemen keempat (IV), KUHP, Undang-Undang Nomor 36 Tahun

2009 Tentang Kesehatan.

b. Bahan Hukum Sekunder : Bahan yang memberikan penjelasan mengenai

bahan hukum primer, seperti rancangan Undang-Undang KUHP. Sebagai

pendukung dari data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu buku-buku

teks yang ditulis paara ahli hukum, jurnal hukum, artikel dansumber lainnya

yang memiliki korelasi untuk mendukung penelitian ini.

c. Bahan Hukum Tersier : Bahan hukum tersier (tertiary law material) adalah

bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan skunder, yaitu kamus hukum serta hal-hal yang

biasa memberi petunjuk yang erat hubungannya dengan masalh yang diteliti

5. Analisis Bahan Hukum Analisis data dirumuskan sebagai suatu proses

penguraian secara sistematis dan konsistenterhadap gejala-gejala tertentu.


Sebagai cara untuk menarik kesimpulan dari penelitian yang sudah

terkumpul, penulis akan menggunakan metode analisis data YuridisKualitatif.

yang dimaksud dengan analisis Yuridis-Kualitatif adalah : Cara penelitian

yang dihasilkan dari data Yuridis-Kualitatif yaitu dinyatakan oleh responden

secara tertulis atau lisan serta tingkah laku yang nyata, yang teliti dan

dipelakari sebagai sesuatu yang utuh tanpa harus menggunakan rumus

matematika. Digunakannya metode Yuridis-Kualitatif karena penelitian ini

bertitik tolak dari peraturan-peraturan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai