0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
164 tayangan128 halaman

QA Materi2

Dokumen ini membahas tentang bug report dan siklus hidup bug. Bug report digunakan untuk mendokumentasikan detail bug agar dapat diperbaiki oleh tim pengembang. Siklus hidup bug meliputi tahapan baru, ditinjau, terbuka, ditugaskan, ditolak, diperbaiki, dan ditutup. Bug harus dilacak dan diprioritaskan untuk memastikan diperbaiki sesuai tingkat kepentingannya."

Diunggah oleh

Jester Law
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
164 tayangan128 halaman

QA Materi2

Dokumen ini membahas tentang bug report dan siklus hidup bug. Bug report digunakan untuk mendokumentasikan detail bug agar dapat diperbaiki oleh tim pengembang. Siklus hidup bug meliputi tahapan baru, ditinjau, terbuka, ditugaskan, ditolak, diperbaiki, dan ditutup. Bug harus dilacak dan diprioritaskan untuk memastikan diperbaiki sesuai tingkat kepentingannya."

Diunggah oleh

Jester Law
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 128

1

A. Bug 2

B. Bug Advocate 2

C. Terminology Bug 2

D. Jenis - Jenis Bug 2

E. Bug Life cycle 4

F. Perbedaan Bug Priority Vs Bug Severity 6

References 8

1
A. Bug
Bug dalam software adalah kecacatan yang terjadi pada sebuah perangkat
komputer atau mobile sehingga tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya
atau menghasilkan output yang tidak valid.

B. Bug Advocate
Bugs advocate adalah peran seorang QA yang bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa semua bug atau defect yang ditemukan selama testing
diprioritaskan, dan dikomunikasikan secara efektif kepada developer untuk
diperbaiki.

C. Terminology Bug
1. Error : adalah kesalahan, kesalahpahaman, atau kesalahpahaman dari
developer.
2. Defect : Error yang ditemukan oleh tester di Production atau Live

3. Bug : Error yang terjadi di fase development atau sebelum rilis ke


Live/Production
4. Failure : Error yang ditemukan oleh user langsung di Live

5. Fault : Hasil dari error

D. Jenis - Jenis Bug


1. Functional error
Functional error merupakan sebuah kategori luas yang mencakup

2
masalah yang terkait fungsionalitas sebuah program. Bug jenis ini
bervariasi, mulai dari tombol yang tidak dapat di-klik hingga masalah
pada kegunaan aplikasi itu sendiri.
2. Performance defects
Performance defects adalah kategori bug yang terkait dengan
kecepatan, stabilitas, response time, dan penggunaan sumber daya
dari sebuah software.
3. Usability defects
Usability defects adalah jenis bug yang menyebabkan pengguna
tidak dapat memanfaatkan sebuah software secara maksimal. Jenis
bug ini biasanya menyebabkan software sulit atau tidak nyaman untuk
digunakan.
Selain masalah pada kode software, usability defects juga dapat
disebabkan oleh desain UI yang terlalu rumit sehingga pengguna
kesulitan menemukan fungsi yang mereka cari.
4. Compatibility error
Compatibility error merujuk pada masalah software yang tidak
dapat berjalan sebagaimana mestinya dalam situasi tertentu. Pada
umumnya, compatibility error akan muncul ketika kamu menjalankan
aplikasi lama pada sistem operasi yang lebih baru.
5. Security error
Security error merupakan jenis bug yang cukup berbahaya
karena terkait langsung dengan sistem keamanan sebuah software.
Sebuah bug dalam sistem keamanan software, besar atau kecil, akan
membuka celah untuk cracking dan mencuri data atau merusak
software tersebut.

3
6. Syntax error
Syntax error adalah jenis bug yang terjadi pada source code
sebuah program. Jenis bug ini akan menghambat proses
pengembangan software dan menyebabkan software tidak dapat
di-compile dengan baik.
7. Logic error
Logic error adalah jenis bug lain yang terjadi pada source code
sebuah program. Jenis bug ini biasanya disebabkan oleh penggunaan
kode yang tidak sesuai sehingga menghasilkan output yang salah.

E. Bug Life cycle

Gambar 1. bug Life Cycle

4
Penjelasana menganai gambar di atas:

1. New: Ketika sebuah bug ditemukan. Pada status ini, ketika bug
ditemukan masih belum disetujui atau masih dipelajari. Bug dengan
status ini akan diberikan kepada project leader atau test lead untuk
divalidasi.
2. Assigned: Menugaskan bug ke tim untuk diperbaiki. Setelah bug
dianggap valid, maka project leader atau test lead memberikan bug
tersebut ke tim yang bersangkutan untuk diperbaiki.
3. Open: Tim melakukan analisis pada bug dan memperbaiki bug. Pada
status ini, bug akan dilakukan pemeriksaan. Jika tim merasa jika bug
tersebut valid maka dapat dilakukan perbaikan. Namun, jika tidak valid
bug dapat dikategorikan ke rejected, duplicated, deferred, atau not
bug.
4. Rejected: Jika bug dianggap bukan bug dari developer, maka akan
diberikan status rejected.
5. Duplicated: Bug yang deskripsinya sama dengan bug lainnya atau
berulang.
6. Deferred: Bug yang dapat diberikan status deferred yaitu yang
alasannya:
a. Bug ditemukan adalah prioritas minor atau ditemukan di akhir
rilis
b. Bug tidak merupakan scope pada pengembangan saat ini
c. Bug akan diperbaiki pada rilis berikutnya
d. Perubahan requirement dari klien
7. Not Bug: Bug tidak berdampak pada fungsionalitas aplikasi

5
8. Fixed: Bug sudah diselesaikan oleh tim. Tim developer melakukan
perubahan yang diperlukan pada aturan coding untuk memperbaiki
bug. Setelah diperbaiki dan sudah dikonfirmasi, maka tim dapat
memberikan status bug menjadi Fixed.
9. Retest: Testing pada bug yang telah diperbaiki. Tester akan melakukan
testing apakah bug sudah diperbaiki dan sudah sesuai dengan
kebutuhan.
10. Reopen: Bug masih ditemukan dan hasil masih belum sesuai
kebutuhan Ketika testing masih ditemukan bug dan belum sesuai
kebutuhan, maka tester akan memberikan status Reopen. Kemudian
bug akan diperbaiki lagi oleh tim developer.
11. Verified: Tester melakukan verifikasi perbaikan bug Tester melakukan
verifikasi jika bug yang diperbaiki sudah tidak ditemukan lagi maka
dapat diberikan status Verified.
12. Closed: Ketika bug tidak muncul lagi Bug sudah tidak muncul lagi
dalam aplikasi. Status ini adalah akhir di bug life cycle.

F. Perbedaan Bug Priority Vs Bug Severity


Table 1. Perbandingan Bug Priority Vs Severity

Pembeda Bug Priority Bug Severity

Pengertian Tingkat dampak keparahan Tingkat dampak


kerusakan

Hubungan Penjadwalan Hubungan &

6
Fungsionalitas

Dampak Harus segera ditangani atau Serius Atau tidak


ditunda

Dioperasikan oleh Nilai Bisnis Fungsionalitas

Dinilai dari User Experience Technical Workflow


perspektif

Ditetapkan Oleh Developer, Tim QA, Product Tim QA


Manager

Dokumen yang User Acceptance Criteria(UAT) System Integration


dihasilkan Testing(SIT)

Level 1. Critical 1. Critical


2. High 2. Major
3. Medium 3. Moderate
4. Low 4. Low

7
References
Apa Itu Bug? Berikut Berbagai Penyebab dan Cara untuk Mencegahnya! (n.d.).
EKRUT. Retrieved February 12, 2023, from
https://www.ekrut.com/media/apa-itu-bug
Hamilton, T. (2020a, January 12). Defect management process in software testing
(bug report). Guru99.
https://www.guru99.com/defect-management-process.html
Hamilton, T. (2020b, January 30). Defect/Bug life cycle in software testing. Guru99.
https://www.guru99.com/defect-life-cycle.html
Yonata, J. (2022, April 6). Apa itu Bug? Ini Dia Jenis, Penyebab, dan Cara Cegah Bug.
Blog Dewaweb.
https://www.dewaweb.com/blog/apa-itu-bug-dan-cara-mencegahnya/

8
1
A. Bug Report 2

B. Bug Life Cycle 3

C. Bug Reporting Element 4

D. Perbedaan Bug Severity Vs Priority 5

E. Tools Report Bug 6

References 7

1
A. Bug Report
Bug Report adalah dokumentasi yang berisi detail informasi mengenai bug
atau cacat yang harus segera diperbaiki. Jika QA menemukan bug, sebaiknya
didokumentasikan dalam bug report dan disampaikan ke tim. Report bug
diperlukan untuk disampaikan kepada para pengembang (developer).
Laporan bug yang baik harus memiliki langkah-langkah rinci bagaimana cara
menemukan bug tersebut (how to reproduce). Report bug memiliki manfaat
sebagai berikut:
1. Database bug tracking memfasilitasi komunikasi yang jelas tentang
kecacatan
2. Menggunakan database mempermudah melacak bug
3. Memperbaiki bug menurut tingkat kepentingannya.
4. Mengatur bug melalui life-cycle.
5. Dapat mempelajari sesuatu yang baru

B. Bug Life Cycle

2
Gambar 1. Bug Life Cycle
1. Review → ketika tester menambahkan laporan bug baru di database
bug-tracking, kemudian diperiksa terlebih dahulu.
2. Rejected → jika reviewer yang memeriksa memutuskan bahwa
laporan membutuhkan tinjauan ulang atau membutuhkan informasi
yang lebih detail terkait bug.
3. Open → jika penguji sudah benar-benar mengetahui dan mengenali
masalah sepenuhnya, penguji melaporkan masalah dan membuat hal
tersebut dikenali sebagai sebuah bug.
4. Assigned → penguji memberikan bug yang sudah ditemukan kepada
manajer pengembangan sistem untuk nantinya diperbaiki oleh tim
pengembang sistem.
5. Test → pengujian ulang oleh tim penguji setelah masalah sudah
diperbaiki oleh tim pengembang guna memastikan masalah tersebut
sudah sepenuhnya diperbaiki dan tidak menimbulkan masalah yang
lain.
6. Reopened → status yang digunakan ketika masalah yang sudah
diperbaiki ternyata belum sepenuhnya tuntas. Jika perbaikan berhasil
tetapi menghasilkan masalah baru yang berbeda maka membuat
laporan bug yang baru.
7. Closed → status yang digunakan ketika seluruh masalah sudah
diperbaiki.
8. Deferred → status yang digunakan ketika masalah ditunda
perbaikannya karena dianggap memiliki prioritas yang lebih rendah
dibanding masalah yang lainnya.

3
9. Cancelled → status yang digunakan ketika anggota tim proyek

mencabut status suatu masalah karena masalah tersebut tidak benar


atau hanya sekedar false positive.

C. Bug Reporting Element


1. Bug ID → Setiap bug atau cacat memiliki itu nomor identifikasi unik
2. Defect Description → Berisi informasi abstrak masalah.
3. Versi Produk → Berisi informasi termasuk versi produk dari aplikasi
yang cacat ditemukan.
4. Detail Steps → Berisi informasi langkah-langkah rinci menemukan bug
dan screenshot sehingga developer dapat menangani.
5. Tanggal publikasi → Berisi informasi Tanggal ketika bug tersebut
dilaporkan
6. Dilaporkan oleh → Berisi informasi rincian tester yang melaporkan bug
seperti Nama dan ID
7. Status → Berisi informasi meliputi status cacat seperti New, Open,
Closed dan lain lain
8. Fixed by → Berisi informasi mencakup rincian dari pengembang yang
menyelesaikan bug seperti Nama dan ID
9. Tanggal Ditutup → Berisi informasi Tanggal ketika bug ditutup
10. Severity → Berisi informasi berdasarkan tingkat keparahan (Critical,
Mayor atau Minor) informasi terkait dampak bug.
11. Prioritas → Berisi informasi berdasarkan Prioritas (High / Medium /
Low), prioritas menekankan urutan perbaikan bug.

4
D. Perbedaan Bug Severity Vs Priority
Table 1. Perbedaan Bug Severity vs Priority
Pembeda Bug Priority Bug Severity

Pengertian Tingkat dampak keparahan Tingkat dampak


kerusakan

Hubungan Penjadwalan Hubungan &


Fungsionalitas

Dampak Harus segera ditangani atau Serius Atau tidak


ditunda

Dioperasikan oleh Nilai Bisnis Fungsionalitas

Dinilai dari perspektif User Experience Technical Workflow

Ditetapkan Oleh Developer, Tim QA, Product Tim QA


Manager

Dokumen yang User Acceptance Criteria(UAT) System Integration


dihasilkan Testing(SIT)

Level 1. Critical Critical


2. High Major
3. Medium Moderate
4. Low Low

E. Tools Report Bug


1. Jira
2. Asana
3. Bughost

5
4. LightHouse
5. Clickup
6. dan masih banyak lainnya

6
References
JM Siagian, L. (2018). Otomatisasi Pengujian Perangkat Lunak. Sleman : Deepublish,
2018 © 2018.
Difference between severity and priority in testing (example). (2020, March 11).

Guru99. https://www.guru99.com/defect-severity-in-software-testing.html

7
1
A. Performance Test 2

B. Jenis- Jenis Performance Test 2

C. Jenis Permasalahan Performance Aplikasi 3

D. Performance Testing Process 4

E. Tools Performance Test 5

F. Format Report Performance Test 6

References 7

1
A. Performance Test
Performance testing adalah teknik pengujian non-fungsional yang
menentukan stability, speed, scalability, dan responsiveness dari sebuah
aplikasi dapat bertahan dengan dalam workload yang diberikan
Fokus dari performance testing antara lain.
a. Speed → menentukan apakah respon aplikasi cepat atau lambat
b. Scalability → menentukan beban pengguna maksimum aplikasi.
c. Stability → menentukan apakah aplikasi tersebut stabil di bawah
beban yang bervariasi
d. Reliability → menentukan cara menghandle aplikasi apabila ada beban
yang berat

B. Jenis- Jenis Performance Test


1. Load Testing → untuk memeriksa kemampuan dari aplikasi dalam
melakukan load aplikasi / website, gunanya agar mengetahui beban
dari aplikasi / website ke database / server sehingga resource yang
digunakan tidak terlalu berat
2. Stress testing → untuk memeriksa kemampuan dari aplikasi dalam
menerima trafik dari luar, gunanya agar aplikasi/website tidak down
saatnya banyak user yang mengakses aplikasi / website tersebut.
3. Endurance Testing → untuk menentukan parameter sistem di bawah
beban yang diharapkan terus menerus. Selama endurance testing
penggunaan memori dipantau untuk mendeteksi kebocoran memori

2
atau masalah kinerja lainnya. Tujuan utama adalah untuk menemukan
kinerja sistem dalam penggunaan berkelanjutan.
4. Spike testing → pengujian spike dilakukan dengan meningkatkan
jumlah pengguna tiba-tiba dengan jumlah yang sangat besar dan
mengukur kinerja sistem. Tujuan utama adalah untuk menentukan
apakah sistem akan mampu mempertahankan beban kerja.

C. Jenis Permasalahan Performance Aplikasi


1. Long Load time → website tidak mungkin melakukan loading di atas
satu menit, load time harus di bawah 10 detik jika memungkinkan,
agar pengguna merasa puas.
2. Poor scalability → performance aplikasi bisa dibilang gagal apabila
aplikasi tersebut tidak dapat menampung beban yang sangat berat,
sehingga aplikasi tersebut bisa "down", maka dari itu performance
testing harus dilakukan untuk memastikan aplikasi dapat menangani
jumlah pengguna dalam jumlah tertentu.
3. Bottlenecking → bottleneck menjadi penghalang pada sistem dan
menurunkan kinerja sistem secara keseluruhan. Bottlenecking adalah
ketika ada kesalahan pada
4. kode atau masalah hardware yang menyebabkan penurunan
throughput pada beban tertentu

3
D. Performance Testing Process

Gambar 1. Performance Test process


1. Identify your testing environment → memahami rincian konfigurasi
hardware, software dan jaringan yang digunakan selama pengujian
sebelum Anda memulai proses pengujian. Proses identifikasi
environment testing akan membantu penguji membuat tes yang lebih
efisien dan membantu mengidentifikasi kemungkinan hambatan pada
saat testing
2. Identify the performance acceptance criteria → diperlukan untuk
mengidentifikasi kriteria keberhasilan proyek di luar tujuan dan
kendala. Penguji harus menetapkan kriteria kinerja dan tujuan karena
sering spesifikasi proyek tidak akan mencakup cukup berbagai tolok
ukur kinerja.
3. Plan & design performance tests → Membuat test plan untuk
mengidentifikasi semua pengujian yang akan dilakukan

4
4. Configuring the test environment → mempersiapkan lingkungan
pengujian sebelum eksekusi. Juga, mengatur alat dan sumber daya
lainnya.
5. Implement test design → membuat Scenario test sesuai dengan
design
6. Run the tests → eksekusi test
7. Analyze, tune and retest → Melakukan analisa dari hasil test, untuk
melihat apakah ada peningkatan atau penurunan kinerja aplikasi.
Sehingga dapat menentukan apa yang harus ditingkatkan dari sebuah
aplikasi.

E. Tools Performance Test


Performance testing tools yang akan dibahas adalah:
1. Locust
Locust adalah alat pengujian beban pengguna yang mudah digunakan,
didistribusikan, dan dapat digunakan. Locust ditujukan untuk situs
web untuk menguji beban dan mencari tahu berapa banyak pengguna
yang dapat ditangani oleh suatu sistem secara bersamaan.
2. Jmeter
Apache Jmeter adalah perangkat lunak open-source, murni 100%
aplikasi java yang dirancang untuk melakukan uji fungsional dan
mengukur kinerja suatu server perangkat lunak (seperti aplikasi web).
JMeter bukanlah browser, dari sisi web-service mungkin JMeter
terlihat seperti browser (atau lebih tepatnya beberapa browser),
namun sebenarnya JMeter tidak melakukan semua tindakan layaknya

5
browser. Secara khusus JMeter tidak mengeksekusi Javascript yang
ditemukan di HTML, juga tidak merender halaman HTML layaknya
browser.

F. Format Report Performance Test


Ada beberapa format laporan yang digunakan untuk menampilkan hasil
performance test yaitu :
a. View Results in Table
b. View Results Tree
c. Response Times Over Time
d. Transactions per Second
e. Statistical Aggregate Report
f. Summary Report

6
References
Hamilton, T. (2020, February 22). Performance testing tutorial – types (example).

Guru99. https://www.guru99.com/performance-testing.html

JM Siagian, L. (2018). Otomatisasi Pengujian Perangkat Lunak. Sleman : Deepublish,


2018 © 2018.

7
1
A. Security Testing 2

B. Type Security Testing 2

C. Teknik Security Testing 3

D. Security Testing Tools 4

E. Security Testing Roles 4

F. Contoh Test Scenario Security Testing 4

Reference 6

1
A. Security Testing
Security Testing adalah jenis Pengujian Perangkat Lunak yang mengungkap
kerentanan, ancaman, risiko dalam aplikasi perangkat lunak dan mencegah
serangan berbahaya dari penyusup. Tujuan Security Testing adalah untuk
mengidentifikasi semua kemungkinan celah dan kelemahan sistem
perangkat lunak yang dapat mengakibatkan hilangnya informasi,
pendapatan, reputasi di tangan karyawan atau pihak luar organisasi.

B. Type Security Testing

1. Vulnerability Scanning: Ini dilakukan melalui perangkat lunak otomatis


untuk memindai sistem terhadap tanda tangan kerentanan yang
diketahui.
2. Security Scanning: Ini melibatkan identifikasi jaringan dan kelemahan
sistem, dan kemudian memberikan solusi untuk mengurangi risiko ini.
Pemindaian ini dapat dilakukan untuk pemindaian Manual dan
Otomatis.

2
3. Penetration Testing: Pengujian semacam ini mensimulasikan serangan
dari peretas jahat. Pengujian ini melibatkan analisis sistem tertentu
untuk memeriksa potensi kerentanan terhadap upaya peretasan
eksternal.
4. Risk Assessment: Pengujian ini melibatkan analisis risiko keamanan
yang diamati dalam organisasi. Risiko diklasifikasikan sebagai Rendah,
Sedang dan Tinggi. Pengujian ini merekomendasikan kontrol dan
tindakan untuk mengurangi risiko.
5. Security Auditing: Ini adalah inspeksi internal Aplikasi dan sistem
Operasi untuk kelemahan keamanan. Audit juga dapat dilakukan
melalui pemeriksaan kode baris demi baris
6. Posture Assessment: Ini menggabungkan pemindaian Keamanan,
Peretasan Etis, dan Penilaian Risiko untuk menunjukkan postur
keamanan organisasi secara keseluruhan.
7. Ethical Hacking: Ini meretas sistem Perangkat Lunak Organisasi. Tidak
seperti peretas jahat, yang mencuri untuk keuntungan mereka sendiri,
tujuannya adalah untuk mengungkap kelemahan keamanan dalam
sistem.

C. Teknik Security Testing


Dalam Security Testing, metodologi yang berbeda diikuti, dan mereka adalah
sebagai berikut:
1. Tiger Box: Peretasan ini biasanya dilakukan pada laptop yang memiliki
kumpulan OS dan alat peretasan. Pengujian ini membantu penguji
penetrasi dan penguji keamanan untuk melakukan penilaian
kerentanan dan serangan.

3
2. Black Box: Tester berwenang untuk melakukan pengujian pada segala
sesuatu tentang topologi jaringan dan teknologi.
3. Grey Box: Sebagian informasi diberikan kepada penguji tentang
sistem, dan merupakan campuran model kotak putih dan hitam.

D. Security Testing Tools


1. Acunetix
2. Intruder
3. Owasp
4. WireShark
5. W3af

E. Security Testing Roles


1. Hackers – Akses sistem komputer atau jaringan tanpa otorisasi
2. Crackers – Membobol sistem untuk mencuri atau menghancurkan
data
3. Ethical Hacker– Melakukan sebagian besar aktivitas pembobolan
tetapi dengan izin dari pemiliknya
4. Script Kiddies atau packet monkeys – Peretas yang tidak
berpengalaman dengan keterampilan bahasa pemrograman

F. Contoh Test Scenario Security Testing


Contoh skenario Uji untuk memberi Anda gambaran sekilas tentang kasus
Security Testing:
- A password should be in encrypted format

4
- Application or System should not allow invalid users
- Check cookies and session time for application
- For financial sites, the Browser back button should not work.

5
Reference
JM Siagian, L. (2018). Otomatisasi Pengujian Perangkat Lunak. Sleman : Deepublish,
2018 © 2018.
What is Security Testing? Example. (2020, April 30). Guru99.

https://www.guru99.com/what-is-security-testing.html

6
1
A. Alpha Testing 2

B. Beta Testing 3

C. Perbedaan Alpha Vs Beta Testing 4

D. Phase A/B Testing 5

Reference 7

1
A. Alpha Testing
Alpha Testing adalah jenis pengujian penerimaan; dilakukan untuk
mengidentifikasi semua kemungkinan masalah dan bug sebelum merilis
produk akhir ke pengguna akhir. Alpha Testing dilakukan oleh Tester yang
merupakan karyawan internal organisasi. Tujuan utamanya adalah untuk
mengidentifikasi tugas-tugas yang mungkin dilakukan oleh user biasa dan
mengujinya.
Sederhananya, pengujian semacam ini disebut alpha hanya karena dilakukan
sejak awal, menjelang akhir pengembangan perangkat lunak, dan sebelum
pengujian beta. Fokus utama pengujian alfa adalah mensimulasikan
pengguna nyata dengan menggunakan teknik Black Box dan White Box.
Pengujian Alpha adalah pengujian akhir sebelum sebuah perangkat lunak
diluncurkan untuk pengguna umum. Pengujian alpha memiliki dua fase:
● Pada tahap pertama dari pengujian alpha, perangkat lunak diuji oleh
pengembang di lingkungan internal developer. Mereka men-debug
perangkat lunak atau debugger hardware-assisted. Tujuannya adalah
untuk menangkap bug dengan cepat.
● Pada tahap kedua pengujian alpha, perangkat lunak diserahkan
kepada staf QA, untuk pengujian tambahan dalam lingkungan yang
mirip dengan yang dipakai pengguna umum. Hal tersebut bertujuan
untuk mensimulasikan kondisi atau lingkungan pengujian yang
sebenarnya sehingga ketika sistem tersebut di-deploy, maka sudah
tidak terjadi kegagalan maupun cacat sistem.

2
B. Beta Testing
Beta Testing dilakukan oleh "Real User" dari aplikasi perangkat lunak di "real
environment" dan dapat dianggap sebagai bentuk Pengujian Penerimaan
Pengguna eksternal. Ini adalah tes terakhir sebelum mengirimkan produk ke
pelanggan. Umpan balik langsung dari pelanggan adalah keunggulan utama
Pengujian Beta. Pengujian ini membantu menguji produk di lingkungan
pelanggan.
Versi beta dari perangkat lunak dirilis ke sejumlah pengguna akhir produk
untuk mendapatkan Feedback tentang kualitas produk. Beta Testing
mengurangi risiko kegagalan produk dan meningkatkan kualitas produk
melalui validasi pelanggan.
Keuntungan dari pengujian beta:
● Anda memiliki kesempatan untuk mensimulasikan aplikasi di tangan
pengguna sebelum rilis ke pengguna langsung.
● Pengguna dapat menginstal, menguji aplikasi, dan mengirim saran
selama periode pengujian beta.
● Penguji beta dapat menemukan masalah pada aplikasi yang mungkin
tidak disadari, seperti alur aplikasi yang membingungkan, bahkan
crash.
● Memanfaatkan feedback untuk memperbaiki masalah sebelum rilis ke
seluruh pengguna.
● Semakin cepat proses perbaikan masalah, semakin tinggi kualitas
aplikasi ketika rilis.
● Memiliki aplikasi berkualitas tinggi ketika rilis sehingga akan
meningkatkan kepuasan pelanggan.

3
● Menerapkan pengujian beta dari awal pengembangan aplikasi, akan
memperbesar peluang kepuasan pelanggan terhadap aplikasi

C. Perbedaan Alpha Vs Beta Testing


Table 1 Perbandingan Alpha Vs Beta Testing
Alpha Testing Beta Testing

Pengujian alfa dilakukan oleh penguji Pengujian beta dilakukan oleh Klien
yang biasanya merupakan karyawan atau pengguna akhir yang bukan
internal organisasi merupakan karyawan organisasi

Pengujian Alfa dilakukan di situs Pengujian beta dilakukan di lokasi


pengembang klien atau pengguna akhir produk

Pengujian keandalan dan keamanan Keandalan, keamanan, kekokohan


tidak dilakukan pengujian alpha diperiksa selama pengujian beta
secara mendalam

Pengujian alfa melibatkan teknik Pengujian beta biasanya


kotak putih dan kotak hitam menggunakan pengujian kotak hitam

Pengujian alfa membutuhkan Pengujian beta tidak memerlukan


lingkungan lab atau lingkungan lingkungan lab atau lingkungan
pengujian pengujian apa pun. Perangkat lunak
ini tersedia untuk umum dan
dikatakan sebagai lingkungan waktu
nyata

4
Siklus eksekusi yang panjang Hanya beberapa minggu eksekusi
mungkin diperlukan untuk pengujian yang diperlukan untuk pengujian beta
alpha

Masalah atau perbaikan kritis dapat Sebagian besar masalah atau umpan
segera diatasi oleh pengembang balik yang dikumpulkan dari
dalam pengujian alfa pengujian beta akan diterapkan
diversi produk yang akan datang

Pengujian alfa adalah untuk Pengujian beta juga berkonsentrasi


memastikan kualitas produk sebelum pada kualitas produk, tetapi
beralih ke pengujian beta mengumpulkan masukan pengguna
tentang produk dan memastikan
bahwa produk tersebut siap untuk
pengguna waktu nyata.

D. Phase A/B Testing

Gambar 1 Phase A/B testing


Berikut Penjelasan mengenai gambar diatas:
1. Pra-Alfa: - Perangkat lunak adalah prototipe. UI selesai. Namun tidak
semua fitur selesai. Pada tahap ini, perangkat lunak tidak
dipublikasikan.

5
2. Alpha: Perangkat lunak mendekati pengembangannya dan diuji secara
internal untuk bug/masalah
3. Beta: Perangkat lunak stabil dan dirilis ke basis pengguna terbatas.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan umpan balik pelanggan tentang
produk dan membuat perubahan pada perangkat lunak yang sesuai
4. Release Candidate (RC): Berdasarkan umpan balik dari Uji Beta, Anda
membuat perubahan pada perangkat lunak dan ingin menguji
perbaikan bug. Pada tahap ini, Anda tidak ingin melakukan perubahan
radikal pada fungsionalitas tetapi hanya memeriksa bug. RC juga
diumbar ke publik
5. Release: Semua berfungsi, perangkat lunak dirilis ke publik.

6
Reference
Alpha test. (n.d.). Product Management Glossary. Retrieved February 23, 2023, from

https://www.productplan.com/glossary/alpha-test/

Alpha testing vs beta testing – difference between them. (2020, April 3). Guru99.

https://www.guru99.com/alpha-beta-testing-demystified.html

JM Siagian, L. (2018). Otomatisasi Pengujian Perangkat Lunak. Sleman : Deepublish,


2018 © 2018.

7
1
A. API Introduction 2

B. Jenis Jenis API 2

C. API Testing 3

D. REST API 3

E. Jenis Jenis HTTP Response Code 4

F. Install Postman 4

Reference 10

1
2
A. API Introduction
Antarmuka pemrograman aplikasi (dalam bahasa Inggris disebut Application
Programming Interface disingkat API) adalah sekumpulan perintah, fungsi,
serta protokol yang dapat digunakan oleh programmer saat membangun
perangkat lunak untuk sistem operasi tertentu. API memungkinkan
programmer untuk menggunakan fungsi standard untuk berinteraksi dengan
sistem operasi. Pada Gambar 1 terlihat alur bagaimana API berinteraksi yaitu
antara client dan server.

Gambar 1. Web API

B. Jenis Jenis API


1. Public API: Jenis API ini tersedia untuk umum untuk digunakan seperti API
OAuth dari Google. Itu juga tidak memberikan batasan untuk
menggunakannya. Jadi, mereka juga dikenal sebagai API Publik.
2. Partner API: Hak atau lisensi khusus untuk mengakses jenis API ini karena
tidak tersedia untuk umum.

3
3. Internal API: Internal atau pribadi. API ini dikembangkan oleh perusahaan
untuk digunakan dalam sistem internal mereka. Ini membantu Anda untuk
meningkatkan produktivitas tim Anda.
4. API Komposit: Jenis API ini menggabungkan API data dan layanan yang
berbeda.

C. API Testing
Pengujian API merupakan bagian dari integration testing untuk memastikan
keseluruhan fungsional API berjalan dan menjamin tidak ada kendala pada
client yang memakai API. Pengujian API sangat penting di-automasi, karena
sering terjadi perubahan pada response.
Berikut hal-hal yang umum diuji pada API:
1. Memeriksa nilai kembalian API berdasarkan kondisi input.
2. Memastikan jika respons API tidak mengembalikan hasil yang salah.
3. Memverifikasi jika terjadi perubahan struktur data pada API, tidak
menimbulkan masalah pada endpoint lama dan baru.
4. Memeriksa kode status, pesan kesalahan dan pesan sukses

D. REST API
REST merupakan kepanjangan dari Representational State Transfer.
REST mendefinisikan fungsi-fungsi seperti GET, PUT, DELETE, dll. yang dapat
digunakan klien untuk mengakses data server. Klien dan server saling
bertukar data dengan menggunakan HTTP.

4
E. Jenis Jenis HTTP Response Code
Hypertext Transfer Protocol (HTTP) adalah protokol jaringan pada application
interface yang digunakan untuk mengirimkan data pada sebuah website atau
server, data yang dikirim dapat berupa teks, gambar, atau berkas format
lainnya . Tidak hanya melakukan pengiriman data, client juga dapat
mengambil, mengubah atau bahkan menghapus data yang terdapat pada
server.
Tabel 1 Jenis- jenis response code

Level 2xx Level 3xx Level 4xx (Client Level 5xx (Server
(Success) (Redirection) Error) Error)

301 (Permanent 500 (Internal Server


200 (Ok) 400 (Bad Request)
Redirect) Error)

302 (Temporary 503 (Service


201 (Created) 401 (Unauthorized)
Redirect) Unavailable)

203
(Non-Authorita 304 (Not 501 (Not
403 (Forbidden)
tive Modified) Implemented)
Information)

204 (No 504 (Gateway


404 (Not Found)
Content) Timeout)

405 (Method Not 599 (Network


Allowed) Timeout)

409 (Conflict) 502 (Bad Gateway)

F. Install Postman
Postman tersedia sebagai native app pada sistem operasi MAC, Windows dan
linux. Untuk menginstall postman kunjungi halaman berikut:

5
https://www.getpostman.com/apps Kemudian klik Download untuk Mac /
Windows / Linux sesuai dengan platform yang Anda gunakan seperti pada
Gambar 2.

Gambar. 2 Tampilan Platform yang di Support Postman


Postman mendukung berbagai jenis http requests seperti pada gambar
berikut misalnya GET, POST, PUT, PATCH, DELETE dan lain sebagainya:

6
Gambar 3 Jenis HTTP Request Postman
Cara Mengirimkan request Klik “New” kemudian Request, pada halaman
postman.

7
Gambar 4 Tampilan New Request
Setelah klik request maka akan muncul, pop-up seperti tampilan seperti
pada Gambar 5 , kemudian tuliskan nama, deskripsi dan collection request
(pilih Postman Echo).

8
Gambar 5 Form Save Request to Collection Postman
Setelah klik “Save to Postman Echo” maka akan muncul tampilan halaman
request seperti pada Gambar 6

9
Gambar 6 Tampilan Menyimpan Request Postman
Masukkan salah satu contoh url berikut: https://postman-echo.com/get ,
kemudian klik button biru “Send”, maka akan muncul response dari API
seperti pada Gambar 7

Gambar 7 Tampilan Send Request Postman

10
Reference
API Testing Tutorial: What is API Test Automation? (2020, April 1). Guru99.

https://www.guru99.com/api-testing.html

JM Siagian, L. (2018). Otomatisasi Pengujian Perangkat Lunak. Sleman : Deepublish,


2018 © 2018.
What is an API? Full Form, Meaning, Definition, Types & Example. (2020, January 6).

Guru99. https://www.guru99.com/what-is-api.html

11
Virtual
Internship
Experience

TOOLS QA
Disclaimer
“Dokumen ini memiliki hak cipta. Barang siapa yang menyebarluaskan atau
menduplikasi tanpa izin dari instansi terkait dapat diproses sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.”
1 Confluence

12 JIRA

3 Selenium

4 Case study
1. Pengertian Confluence
Confluence adalah sebuah
workspace tim berbasis web yang
sangat populer yang
memungkinkan karyawan untuk
create, capture, dan berkolaborasi
dalam sebuah proyek.
Confluence memungkinkan
penggunanya untuk menulis,
mengedit, memberikan komentar,
dan menyelesaikan pekerjaan
secara bersamaan di dalam
interface Confluence.
Mengapa memilih Confluence daripada Google
Docs?

Fitur yang dibandingkan Confluence Google Docs

Real-time co-editing

Inline comments

Content is open by default

100+ templates for every


role

Home, blogs & activity


feed

Robust Jira integration

100s of formatting macros


Manfaat confluence untuk
Perusahaan

Kolaborasi Editor Membuat grup

Dapat disinkronkan ke
Feedback yang cepat
handphone
2. JIRA
Jira adalah sebuah software yang dapat membantu
pengelolaan dan pengagendaan pekerjaan di dalam
tim. Jira dapat membantu tim merencanakan,
menetapkan, melacak, melaporkan, dan mengelola
pekerjaan, serta menyatukan tim untuk segala hal,
mulai dari pengembangan perangkat lunak, hingga
customer support bagi perusahaan startup ataupun
enterprises.
Kelebihan JIRA

1 Pelacakan waktu

2 Laporan dan wawasan mendalam

3 Gratis untuk digunakan


Kekurangan JIRA

Dukungan penggunaan website


1 Kompleks untuk pemula 4 yang lambat

Masih adanya error pada fitur-fitur


2 Pengunggahan ukuran file terbatas 5 baru

3 Tidak ada sarana komunikasi 6 Harga yang kurang kompetitif


3. Selenium
Selenium adalah tools automation
testing yang digunakan untuk
mengotomatisasi tes aplikasi web
yang dilakukan pada browser.
Selenium akan melakukan validasi
web apps pada berbagai browser
dan platform.
Jenis - Jenis Selenium
1. Selenium IDE
2. Selenium RC (Remote Control)
(Integrated Development Environment)

Selenium IDE merupakan tools auto testing


paling sederhana dan merupakan yang paling Selenium RC merupakan alat pengujian
mudah untuk dipelajari. Keuntungan web otomatis pertama yang
menggunakan tools auto testing ini adalah memungkinkan para penggunanya untuk
bahwa tes yang direkam melalui plugin dapat menggunakan bahasa pemrograman
diekspor dalam berbagai bahasa yang mereka sukai.
pemrograman seperti: Java, Ruby, Python dll.
Jenis - Jenis Selenium
3. WebDriver 4. Selenium Grid

WebDriver tools auto testing yang lebih baik Selenium Grid adalah alat yang dapat
daripada Selenium IDE dan Selenium RC menjalankan pengujian paralel (menjalankan
dalam berbagai aspek. Webdriver sendiri beberapa tes sekaligus) di berbagai mesin
menerapkan pendekatan yang lebih modern dan browser yang berbeda pada saat.
dan stabil dalam melakukan otomatisasi pada Selenium grid dapat bersamaan digunakan
browser. dengan Selenium RC
Mengapa menggunakan
Selenium untuk automation
testing?

1. Open Source
2. Support berbagai Bahasa pemrograman dan
framework
3. Fleksibel
4. Open untuk berbagai macam web browser dan
sistem Operasi
5. Dapat Melakukan Pengujian Paralel
6. Berbasis Cloud
4. Case Study: Problem Statement

Dokumentasi test case di jubelio masih belum tertata. Tech


lead QA meminta juniornya untuk membuat tutorial
penggunaan confluence agar dokumentasi- dokumentasi
seperti test case tersusun dengan rapi

Bagaimana junior QA tersebut membuat tutorial


penggunaan confluence untuk test case?
4. Case Study: Solution Membuat
Confluence
1. Akses website https://www.atlassian.com/official/confluence dan lakukan login jika sudah
register
2. Buat Space untuk pembuatan test case maka tampilannya akan seperti dibawah ini

Gambar 3. Halaman Awal Confluence


4. Case Study: Solution Membuat
Confluence
3. Klik button create maka tampilannya akan berubah menjadi blank space seperti
dibawah ini

Gambar 4. Step untuk create dokumen confluence test Gambar 5. Halaman awal dokumen confluence
case
4. Case Study: Solution Membuat
Confluence
4. Klik icon untuk membuat table
seperti nomor 1 pada gambar, maka
akan terbentuk table seperti nomor
4 dan 5
5. Isi judul seperti nomor 2 dan 3
6. Isi keterangan -keterangan untuk
membuat test case seperti nomor 4
7. Isi table nomor 5 dengan test case
sesuai dengan PRD yang telah di
Gambar 6. Step by Step Membuat Format Test Case di
analysis confluence

8. Publish jika sudah dibuat


Thank You!
Virtual
Internship
Experience

Test Case &


Test Scenario
Disclaimer
“Dokumen ini memiliki hak cipta. Barang siapa yang menyebarluaskan atau
menduplikasi tanpa izin dari instansi terkait dapat diproses sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.”
1 Apa Itu Test Case?

2 Apa Itu Test Scenario?

13 Komponen Test Case

4 Study Case
1. Apa Itu Test Case?

Test Case atau juga bisa disebut dengan uji kasus


adalah suatu rancangan atau rangkaian mengenai
tindakan yang dilakukan oleh user (dalam hal ini
adalah seorang Quality Assurance atau tester)
untuk melakukan verifikasi terhadap fitur atau
fungsi tertentu dari sebuah software.
2. Apa Itu
Test Scenario?
Test Scenario merupakan sebuah
dokumen berisi summary scenario
atau gambaran umum mengenai
fitur yang akan dilakukan testing
oleh QA.
Test Scenario ini berisi langkah -
langkah sistematis yang dirancang
oleh Tester untuk memenuhi
standar yang diinginkan oleh user
serta dapat berfungsi dengan baik.
Perbedaan Test Scenario VS Test Case
NO Test Scenario Test Case

1. Test scenario itu sifatnya lebih umum, Test case lebih spesifik menyebutkan langkah-langkah
tidak spesifik, tidak menyebutkan pengujian serta hasil yang diharapkan seperti apa
langkah-langkah pengujian

2 Test scenario konsep yang hanya Test case memberikan konsep informasi secara rinci
memberikan summary hal yang akan diuji tentang apa yang akan diuji dan step yang harus
dilakukan serta expected result nya

3 Test Scenario sangat penting ketika Test case sangat penting ketika pengujian tidak
waktu yang dimiliki untuk melakukan terpusat dan development dilakukan onsite. Membuat
testing sangat terbatas dan setiap test case secara detail akan membantu development
individu dalam tim setuju dan memahami team dan QA dalam sinkronisasi.
detail dari test scenario yang ada.

4 Fokus utamanya adalah pada "Apa yang Fokus utamanya adalah pada "apa yang harus diuji"
harus diuji" daripada "Cara menguji" dan "bagaimana menguji"
Flow Gambaran Test Scenario dan
Test Case

Gambar 1. Flow Test Scenario dan Test Case


3. Komponen Test Scenario Beserta Test Case-nya

Komponen Test Scenario

Test Case ID

Test Scenario

Conditions

Test Step

Expected Result

Actual Result

Status
Gambar 2. Contoh test case halaman katalog

Note
Jenis Test Status
Saat pengujian dimulai test case akan memiliki
empat kondisi, yaitu:
1. Passed : kondisi dimana Actual result dan
Expected result sama
2. Failed : kondisi dimana Actual result dan
Expected result berbeda
3. Blocked : kondisi dimana test case tidak bisa
dieksekusi karena ada fitur atau fungsi yang
sedang diperbaiki.
4. Pending : kondisi dimana fungsi atau fitur
yang sedang diuji sedang terdapat perbaikan
atau terdapat pembatalan release
Tips Membuat Test Case
yang baik
1. Test case harus sederhana dan transparan
2. Buat test case dengan mempertimbangkan End
User
3. Hindari pengulangan test case
4. Jangan berasumsi
5. Pastikan Cakupan 100%
6. Test case harus dapat diidentifikasi/Traceable
7. Self-cleaning
8. Repeatable
9. Peer Review
Google
Spreadsheet

Tools lain untuk


GET xRay
membuat Test Case

Testlink TestRail
4. Case Study: Problem Statement
Sebagai seorang QA, Lina diminta membuat test case selama
phase development pada fitur login terlebih dahulu agar
timeline sprint dapat berjalan sesuai rencana.

Bagaimana Lina membuat Test Case & Test Scenario dan


buatkan tutorial menggunakan Confluence pada fitur
login!
4. Case Study Test Scenario:
Solution
Berikut contoh test scenario

No Module Test Scenario Description

1 Login Enter the valid login details (Email, password), and check that the home page is
displayed.

2 Enter the invalid Email and password and check for the home page.

3 Leave Email and password blank, and check for the error message displayed.

Sumber:
- https://www.javatpoint.com/test-scenario
- https://artoftesting.com/test-scenario-examples
4. Case Study Test Case: Solution
Berikut contoh test case
No Pre condition Test steps Data Expected results Status

1 Already register in 1. Input email field Phone number : Page home success Passed
https://app.jubelio.com/regist 2. Input password [email protected] display
er Open browser & go to url field m
https://app.jubelio.com/login 3. Click login Password :
button Pass123!

2 Already register in 1. Input email field Phone number : Show error message Passed
https://app.jubelio.com/regist 2. Input password [email protected] “Password atau email
er Open browser & go to url field m anda salah”
https://app.jubelio.com/login 3. Click login Password :
button 1234567

3 Already register in 1. Click login Show error message Passed


https://app.jubelio.com/regist button “email dan password
er Open browser & go to url harus di isi”
https://app.jubelio.com/login

Sumber: - https://www.javatpoint.com/test-case
Thank You!
Virtual
Internship
Experience

Reporting Bug
Menggunakan JIRA
Disclaimer
“Dokumen ini memiliki hak cipta. Barang siapa yang menyebarluaskan atau
menduplikasi tanpa izin dari instansi terkait dapat diproses sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.”
1 Apa Itu Bug?

2 Penyebab Terjadinya Bug

13 Jenis - Jenis Bug

4 Case Study
1. Apa Itu Bugs?
Bug dalam software adalah kecacatan yang terjadi
pada sebuah perangkat komputer atau mobile
sehingga tidak bisa berjalan sebagaimana
mestinya atau menghasilkan output yang tidak
valid.
Terminologi Bug
1. Error : adalah kesalahan, kesalahpahaman,
atau kesalahpahaman dari developer.
2. Defect : Error yang ditemukan oleh tester
di Production atau Live
3. Bug : Error yang terjadi di fase
development atau sebelum rilis ke
Live/Production
4. Failure : Error yang ditemukan oleh user
langsung di Live
5. Fault : Hasil dari error
2. Penyebab Terjadinya Bug
1. Software yang kompleks
2. Komunikasi yang kurang baik
3. Perubahan kode yang tidak
didokumentasikan dengan
baik
4. Deadline yang terlalu singkat
5. Aplikasi Third-Party
6. Proses testing yang
bermasalah
7. Kesalahan logis pada desain
software
3. Jenis - Jenis Bugs

Usability defects

Functional error Security error

Performance
Jenis - Jenis BUGS Compatibility error
defects

Logic error Syntax error


Bug Life Cycle

Gambar 1. Flow Bug Life Cycle


Perbedaan Bug Priority Vs Bug Severity
Pembeda Bug Priority Bug Severity

Pengertian Tingkat dampak keparahan Tingkat dampak kerusakan

Hubungan Penjadwalan Hubungan & Fungsionalitas

Dampak Harus segera ditangani atau ditunda Serius Atau tidak

Dioperasikan oleh Nilai Bisnis Fungsionalitas

Dinilai dari prespektif User Experience Technical Workflow

Ditetapkan Oleh Developer, Tim QA, Product Manager Tim QA

Dokumen yang dihasilkan User Acceptance Criteria(UAT) System Integration Testing(SIT)

Level 1. Critical 1. Critical


2. High 2. Major
3. Medium 3. Moderate
4. Low 4. Low
Bug Reporting Element
1. Bug ID

2. Problem

3. Environment

4. Data

5. Actual Result

6. Step To Reproduce

7. Expected Result

8. Severity

9. Evidence
4. Case Study Bug Report :
Problem Statement

Seorang Product Manager menemukan minor bug pada Website Jubelio. Dia meminta
tolong kepada Quality Assurance untuk menguji kembali bug tersebut benar atau
tidak, lalu jika benar dibuatkan bug report agar segera diperbaiki oleh developer.

Bagaimana cara Quality Assurance membuat bug report ?


4. Case Study Bug Report : Solution
App Name Jubelio
Created At 04/02/2023
Browser / Mobile | Chrome | Window
Operation
System
Environment Production

No Title Steps to Reproduce Expected Actual Result Attachment Priority Severity


Result

1 User tidak Pre condition : open User langsung User masih di https://drive. Low Minor
menemukan url browser, go to url ke halaman halaman login google.com/fil
lupa password https://app.jubelio.co lupa e/d/1nFXmz3
m/login password WPJGDzxRog
How to test : ykEJX4DY6H
1.User klik kanan, HXIVS2/view?
user memilih open usp=drivesdk
link in new tab pada
tombol lupa
password
4. Case Study Bug Report : Solution JIRA
1. Buka website JIRA untuk membuat report bug pastikan sudah register ketika akan login
https://www.atlassian.com/software/jira/features/bug-tracking
2. Buat Project untuk space report bug bersama tim

Gambar 2. Halaman awal pembuatan Space report bug


4. Case Study Bug Report : Solution JIRA
3. Klik button Create untuk membuat sebuah ticket bug

Gambar 3. Halaman list bug


4. Case Study Bug Report : Solution JIRA
4. Pilih dan isi component pada format report bug dibawah ini seperti project, issue type, status summary,
description dengan element report bug, priority, attachment, assignee
5. Dan yang terakhir click tombol create untuk memunculkan ticket-nya

Gambar 4. Form untuk pengisian report bug


4. Case Study Bug Report : Solution JIRA
6. Hasil ticket yang telah di create

Gambar 5. Ticket bug yang telah dibuat Gambar 6. Detail Ticket bug yang telah dibuat
Thank You!
Virtual
Internship
Experience

API Introduction
Disclaimer
“Dokumen ini memiliki hak cipta. Barang siapa yang menyebarluaskan atau
menduplikasi tanpa izin dari instansi terkait dapat diproses sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.”
1 Apa Itu API?

2 REST API

13 HTTP - API

4 Case study
1. Apa Itu API?
API adalah singkatan dari Application Programming Interface. API sendiri merupakan interface
yang dapat menghubungkan satu aplikasi dengan aplikasi lainnya. Mekanisme yang dilakukan
API yakni memungkinkan dua komponen perangkat lunak untuk saling berkomunikasi
menggunakan serangkaian definisi dan protokol

Gambar 1. Flow API


Tipe API

Public API atau Partner API atau Internal API Composite API
API publik API mitra atau API pribadi
API ini
API ini terbuka API ini hanya API ini hanya
menggabungkan
dan tersedia tersedia untuk untuk digunakan
outside dua atau lebih
untuk digunakan di dalam
developer atau API untuk
oleh developer perusahaan
konsumen API menyusun
atau bisnis luar. yang dipilih dan untuk
urutan operasi
disahkan secara menghubungkan
yang terkait atau
khusus, adalah sistem dan data
saling
sarana untuk dalam bisnis.
memfasilitasi bergantung.
kegiatan bisnis ke
bisnis.
Manfaat API

Meringankan Beban Server

Pengembangan Aplikasi Menjadi Lebih


Efisien

Memudahkan Membangun Aplikasi


yang Fungsional
2. Apa Itu REST API?
REST merupakan kepanjangan dari
Representational State Transfer. REST
mendefinisikan fungsi-fungsi seperti GET,
PUT, DELETE, dll. yang dapat digunakan klien
untuk mengakses data server. Klien dan
server saling bertukar data dengan
menggunakan HTTP.
PATCH

GET REST METHOD DELETE

POST PUT
REST STRUCTURE
Contoh Struktur URL (halaman website) pada sebuah website:
https://docs.google.com/presentation?id=123123&name=jubelio

Keterangan
Server URL :
https://docs.google.com
/

Endpoint : /presentation

Query Parameters : ?id=123123&name=sanber


3. HTTP-API Protocol
Hypertext Transfer Protocol (HTTP) adalah protokol
jaringan pada application interface yang digunakan
untuk mengirimkan data pada sebuah website atau
server, data yang dikirim dapat berupa teks,
gambar, atau berkas format lainnya . Tidak hanya
melakukan pengiriman data, client juga dapat
mengambil, mengubah atau bahkan menghapus
data yang terdapat pada server.
Jenis - Jenis HTTP Response
Level 3xx
Level 2xx (Success) Level 4xx (Client Error) Level 5xx (Server Error)
(Redirection)

301 (Permanent 500 (Internal Server


200 (Ok) 400 (Bad Request)
Redirect) Error)

302 (Temporary 503 (Service


201 (Created) 401 (Unauthorized)
Redirect) Unavailable)

203 (Non-Authoritative
304 (Not Modified) 403 (Forbidden) 501 (Not Implemented)
Information)

204 (No Content) 404 (Not Found) 504 (Gateway Timeout)

405 (Method Not Allowed) 599 (Network Timeout)

409 (Conflict) 502 (Bad Gateway)


JSON

JSON (JavaScript Object Notation) adalah


sebuah format data yang digunakan untuk
pertukaran dan penyimpanan data. JSON
digunakan pada API karena memiliki
struktur data yang sederhana dan mudah
dipahami.

Gambar 3. Contoh bentuk JSON Berbentuk


Array

Gambar 2. Contoh bentuk JSON


API Mandatory Field
Body : data yang dikirim oleh klien ke API,
URL : Alamat website menuju API
1 yang diinginkan 5 yang paling terkenal menggunakan format
JSON

Method : metode yang digunakan Status Code : HTTP Response yang


2 untuk hit request ke API tersebut 6 diberikan oleh serve4

Header : sumber informasi tambahan


Response body : data yang dikirim
3 untuk setiap panggilan API yang Anda
lakukan
7 oleh server ke ke client

Params : bagian variabel dari API, Message : informasi tambahan yang


4 contohnya queryParams 8 diberikan oleh server
Cara Membuat API:

1 Merencanakan API

2 Membangun API

3 Uji API

4 Mendokumentasikan API

5 Memasarkan API
4. Case Study: Problem Statement

Seorang QA di sebuah perusahaan biasanya bekerja sebagai UI tester, tetapi


Senior QA meminta Anda untuk melakukan API testing pada sebuah produk
baru. Apa yang akan Anda lakukan?
4. Case Study: Solution

Belajar dan memahami konsep


1 dasar dari API testing 4 Params : bagian variabel dari API,
contohnya queryParams

2 Mempelajari spesifikasi dan


dokumentasi AP
5 Melakukan pengujian

3 Membuat skenario pengujian 6 Membuat skenario pengujian


Thank You!
Virtual
Internship
Experience

POSTMAN
Disclaimer
“Dokumen ini memiliki hak cipta. Barang siapa yang menyebarluaskan atau
menduplikasi tanpa izin dari instansi terkait dapat diproses sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.”
1 Apa Itu Postman?

2 Install Postman

13 Fitur - Fitur Postman

4 Case study
1. Apa Itu POSTMAN?
Postman adalah sebuah aplikasi yang berfungsi
sebagai REST Client untuk uji coba REST API.
Postman biasa digunakan oleh developer pembuat
API sebagai tools untuk menguji API yang telah
mereka buat
2. Install Postman
Untuk installation Postman dapat melakukan download melalui link dibawah ini:

Apps :
https://www.postman.c
om/downloads/

Website : https://www.postman.com

(Diperlukan install postman desktop agent untuk tes via browser


website https://www.postman.com/downloads/postman-agent/ )
3. Fitur - Fitur Postman

1 Collection 4 Script Test

2 Environment 5 Automated Test (Runner)

3 Response 6 Mock Server

7 API Documentation
4. Case Study: Problem Statement

Andi seorang QA baru di perusahaan Jubelio. Sambil menunggu


frontend developer menyelesaikan mengintegrasikan APInya. Andi
ingin melakukan pengujian API fitur login dan register pada Website
Jubelio.

Bagaimana Andi sebagai QA menguji API pada fitur Login dan


Register pada website jubelio yang belum selesai
pengembanganya?
4. Case Study: Solution

QA dapat menguji Login dan Register melalui API dengan tools


Postman. Dengan cara :
- Method post pada end point / url Login, sehingga mendapat
expected result response status 200 created.
- Method post pada end point / url Register, sehingga
mendapat expected result response status 2001ok.
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai