Latar Belakang Hubungan Prilaku Dengan Hipertensi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah

meningkat secara kronis hal tersebut dapat terjadi karena jantung bekerja lebih

keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh.

Jika dibiarkan, penyakit ini dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama

organ-organ vital seperti jantung dan ginjal. Didefinisikan sebagai hipertensi jika

pernah didiagnosis menderita hipertensi/penyakit tekanan darah tinggi oleh

tenaga kesehatan. Hipertensi menurut World Health Organization (WHO) adalah

suatu kondisi dimana pembuluh darah memiliki tekanan darah tinggi (tekanan

darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg) yang

menetap. Tekanan darah adalah kekuatan darah untuk melawan tekanan

dinding arteri ketika darah tersebut dipompa oleh jantung ke seluruh tubuh.

Semakin tinggi tekanan darah maka semakin keras jantung bekerja (WHO,

2018).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 70% penderita

hipertensi yang diketahui hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya

12,5% yang diobati dengan baik (adequately treated cases), diperkirakan sampai

Tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan darah tinggi akan bertambah 60%, dan

akan mempengaruhi 1,56 milyar penduduk di seluruh dunia. Riset Kesehatan

dasar atau Riskesdas (2018) yang diselenggarakan oleh kementrian kesehatan

1
2

menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sangat tinggi yaitu 31.7%

dari total penduduk dewasa atau satu dari 3 penduduk menderita hipertensi.

Prevalensi hipertensi di Indonesia tersebut bila dibandingkan dengan Singapura

27.3%, Thailand 22.7% dan Malaysia 22%.

Data dari Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (InaSH)

menyebutkan, angka kematian di Indonesia mencapai 56 juta jiwa terhitung dari

Tahun 2000-2017. Diketahui bahwa faktor kematian paling tinggi adalah

hipertensi, menyebabkan kematian pada sekitar 7 juta penduduk Indonesia (Ina

SH, 2017). Hal ini menunjukkan, 76% kasus hipertensi pada masyarakat belum

terdiagnosis atau 76% masyarakat belum mengetahui bahwa mereka menderita

hipertensi. Menurut National Basic Health Survey 2016, prevalensi hipertensi di

Indonesia pada kelompok usia 15-24 Tahun adalah 8,7%, pada kelompok usia

25-34 Tahun adalah 14,7 %, 35-44 Tahun 24,8 %, 45-54 Tahun 35,6 %, 55-

64 Tahun 45,9%, 65-74 Tahun 57,6 %, dan lebih dari 75 Tahun adalah

63,8%, dengan prevalensi yang tinggi tersebut, hipertensi yang tidak disadari

mungkin jumlahnya bisa lebih tinggi lagi. Hal ini disebabkan karena hipertensi

dan komplikasi jumlahnya jauh lebih sedikit dari pada hipertensi tidak bergejala

(Ina SH, 2017).

Berdasarkan Riskesdas Tahun 2019 prevalensi hipertensi berdasarkan

hasil pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 Tahun menurut Provinsi Aceh

Tahun 2018 yaitu sebesar 22,2% sementara paling tertinggi yaitu Kalimantan

selatan yaitu berjumlah 44,1%. Prevalensi hipertensi di Aceh mencapai 21% dari
3

keseluruhan kasus hipertensi di Indonesia.Hipertensi merupakan salah satu

penyakit yang termasuk dalam 10 penyakit terbesar di puskesmas-puskesmas

yang terdapat di Provinsi Aceh. Pada Tahun 2017 dengan jumlah kasus

prevalensi hipertensi sebesar 18,72%, dan terjadi kenaikan pada Tahun 2018

dengan jumlah prevalensi hipertensi sebesar 52,77%, kemudian pada Tahun 2019

prevalensi hipertensi kembali menurun menjadi 44,64% (Dinas Kesehatan

Provinsi Aceh, 2019).

Prevalensi hipertensi tertinggi pada Tahun 2019 terdapat di kota

Lhokseumawe (0,7%), kota Sabang (0,6%), Pidie Jaya dan Kota Banda Aceh

masing-masing 0,5%. Prevalensi hipertensi di Aceh yang didapat melalui

pengukuran pada umur >18 Tahun sebesar 21,5%, tertinggi di Gayo Lues

(28,8%), diikuti Aceh Singkil (28,7%), Nagan Raya (26,7%) dan Pidie (26,4%).

Prevalensi hipertensi rata-rata di Provinsi Aceh yang dilihat berdasarkan tekanan

darah lebih dari seperlima penduduk Aceh menderita hipertensi, bahkan hampir

30% di Aceh Singkil dan Gayo Lues (Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, 2019).

Sementara menurut data di Kabupaten Bireuen yang tersebar di 19

Puskesmas jumlah kasus hipertensi mengalami peningkatan dalam 3 (tiga) Tahun

terakhir sejak Tahun 2018 jumlah hipertensi yang berusia ≥15 Tahun sebanyak

23.226 yang terdiri dari laki-laki 7..371, perempuan sebanyak 15,855. Sedangkan

pada Tahun 2019 estimasi jumlah hipertensi berusia >15 Tahun di 20 Puskesmas

diperoleh 86.493 yang terdiri dari laki-laki 39.691 kasus dan perempuan

sebanyak 42.157 kasus. pada Tahun 2020 penderita hipertensi di 20 Puskesmas


4

yaitu sebesar 92.946 kasus, dimana jumlah penderita laki-laki sebanyak 44.601

kasus dan perempuan sebanyak 48.344 kasus dan terhitung sejak Januari s/d

Maret Tahun 2021 jumlah kasus penderita hipertensi di Kabupaten Bireuen

adalah 3.517 (Dinkes Kab. Bireuen, 2021).

Berdasarkan data di Kecamatan Gandapura untuk Tahun 2018 yaitu 732

kasus yang terbagi atas laki-laki 270 kasus dan perempuan 462 kasus. Tahun

2019 mengalami peningkatan kasus hipertensi yaitu sebanyak 3.415 kasus, laki-

laki 1.604 orang dan perempuan sebanyak 1.811 kasus. Sementara untukTahun

2020 jumlah kasus hipertensi yaitu sebesar 3.772 kasus, laki-laki 1.810 dan

perempuan 1.962 kasus. (Dinkes Kab. Bireuen, 2021).

Angka insiden hipertensi sangat tinggi terutama pada populasi lanjut usia

(lansia), usia di atas 60 Tahun, dengan prevalensi mencapai 60% sampai 80%

dari populasi lansia. Diperkirakan 2 dari 3 lansia mengalami hipertensi. Untuk

tingkat Kabupaten Bireuen jumlah kasus hipertensi pada lansia dilaporkan pada

Tahun 2019 sebanyak 22.716 kasus yang terdiri dari laki-laki sebanyak 7.136

dan perempuan 15.580 kasus, sedangkan pada Tahun 2020 jumlah kasus

hipertensi pada lansia dilaporkan sebanyak 13.764 kasus yang terbagi laki-laki

4.408 kasus dan perempuan 9. 356 kasus (Dinkes Kab. Bireuen, 2021).

Sebanyak 60-80% lansia mengalami peningkatan prevalensi hipertensi.

karena lansia memiliki tingkat kesehatan ataupun kesadaran yang rendah,.

Hipertensi merupakan penyakit yang sulit untuk dikontrol apabila tidak

mencegah dengan pola gaya hidup seseorang baik dengan tindakan pemberian
5

obat-obatan maupun dengan tindakan pencegahan yang baik. Apabila hipertensi

yang tidak terkontrol akan mengakibatkan terjadinya gagal jantung, infark

jantung, kerusakan mata, stroke serta komplikasi berbahaya lainnya

(Kemenkes, 2017).

Hipertensi dapat dicegah dan dikontrol dengan membudayakan perilaku

hidup sehat. Perilaku hidup sehat antara lain seperti mengkonsumsi makanan

dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya

serat, rendah lemak dan rendah natrium (kurang dari 6 gr natrium perhari),

berolahraga secara teratur, istirahat yang cukup, berpikir positif, tidak merokok,

dan tidak mengonsumsi alkohol karena rokok dan alkohol dapat meningkatkan

resiko hipertensi. Namun kurangnya pengetahuan masyarakat yang memadai

tentang hipertensi dan pencegahannya cenderung meningkatkan angka kejadian

hipertensi (Wahid, 2018).

Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2017), Perilaku Kesehatan adalah

suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman,

serta lingkungannya. Menurut Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2017),

membedakan adanya 3 domain perilaku, yakni kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Dalam perkembangan selanjutnya, untuk kepentingan pendidikan

praktis dikembangkan menjadi 3 domain perilaku yang dapat diamati antara lain

pengetahuan, sikap, dan tindakan.


6

Penelitian Nugraheni (2018) menunjukkan bahwa penatalaksanaan

hipertensi dalam upaya mencegah terjadinya hipertensi dengan mengendalikan

faktor determinan yaitu melakukan olahraga teratur, menurunkan asupan lemak,

menurunkan asupan natrium, meningkatkan asupan serat minimal, meningkatkan

asupan kalium, serta melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin.

Salah satu cara untuk menanggulangi masalah kesehatan adalah dengan

pencegahan terjadinya hipertensi bagi masyarakat secara umum dan pencegahan

kekambuhan pada penderita hipertensi pada khususnya. Perilaku kesehatan

untuk pengendalian hipertensi perlu dilakukan oleh semua penderita hipertensi

agar tidak terjadi peningkatan tekanan darah yang lebih parah. Tetapi sayangnya

tidak semua penderita hipertensi dapat melakukan pengendalian terhadap

penyakitnya. Hal ini disebabkan karena tingkat pengetahuan dan sikap penderita

hipertensi tentang hipertensi tidaklah sama.

Berdasarkan studi pendahuluan awal di Desa Lingkakuta Kecamatan

Gandapura Kabupaten Bireuen pada bulan April 2021 diperoleh jumlah lansia

yang menderita hipertensi adalah 42 orang dan berdasarkan keterangan dari 5

orang penderita yang peneliti wawancarai di Desa Lingkakuta, 3 orang penderita

mengatakan bahwa sebenarnya mereka sudah mengetahui tentang hipertensi

tetapi tidak ada tindakan yang dilakukan sebagai upaya pencegahan penyakit

tersebut, 2 orang lainnya mengatakan bahwa mereka baru mengetahui

menderita penyakit hipertensi ketika sudah sakit dan didiagnosa oleh dokter

bahwa mereka menderita hipertensi dan harus melakukan pengobatan rutin.


7

Sebagian besar dari mereka mengakui bahwa tidak pernah terpapar mengenai

dampak yang dialami ketika menderita penyakit hipertensi. Hal inilah yang

menjadi alasan peneliti mengambil judul hubungan perilaku (pengetahuan, sikap,

tindakan) dengan kejadian hipertensi pada lansia Pocut Kuta Aceh di Desa

Lingkakuta Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen Tahun 2021.

1.2 Rumusan Masalah

Angka insiden hipertensi sangat tinggi terutama pada populasi lanjut usia

(lansia), usia di atas 60 Tahun, dengan prevalensi mencapai 60% sampai 80%

dari populasi lansia. Diperkirakan 2 dari 3 lansia mengalami hipertensi. Untuk

tingkat Kabupaten Bireuen jumlah kasus hipertensi pada lansia dilaporkan pada

Tahun 2019 sebanyak 22.716 kasus yang terdiri dari laki-laki sebanyak 7.136

dan perempuan 15.580 kasus, sedangkan pada Tahun 2020 jumlah kasus

hipertensi pada lansia dilaporkan sebanyak 13.764 kasus yang terbagi laki-laki

4.408 kasus dan perempuan 9. 356 kasus (Dinkes Kab. Bireuen, 2021).

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimana Hubungan

Perilaku dengan Kejadian Hipertensi pada lansia Pocut Kuta Aceh di Desa

Lingkakuta Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen Tahun 2021?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan perilaku dengan kejadian hipertensi

pada lansia Pocut Kuta Aceh di Desa Lingkakuta Kecamatan Gandapura

Kabupaten Bireuen Tahun 2021.


8

1.3.4 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian hipertensi

pada lansia Pocut Kuta Aceh di Desa Lingkakuta Kecamatan Gandapura

Kabupaten Bireuen Tahun 2021

b. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan kejadian hipertensi pada

lansia Pocut Kuta Aceh di Desa Lingkakuta Kecamatan Gandapura

Kabupaten Bireuen Tahun 2021

c. Untuk mengetahui hubungan tindakan dengan kejadian hipertensi pada

lansia Pocut Kuta Aceh di Desa Lingkakuta Kecamatan Gandapura

Kabupaten Bireuen Tahun 2021.

d. Untuk mengetahui kejadian hipertensi pada lansia Pocut Kuta Aceh di

Desa Lingkakuta Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen Tahun

2021.

1.4 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pernyataan penelitian (Nursalam, 2017). Adapun hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

Ha1 : Ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian hipertensi pada

lansia Pocut Kuta Aceh di Desa Lingkakuta Kecamatan Gandapura

Kabupaten Bireuen Tahun 2021.

Ho1 : Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian hipertensi pada

lansia Pocut Kuta Aceh di Desa Lingkakuta Kecamatan Gandapura


9

Kabupaten Bireuen Tahun 2021.

Ha2 : Ada hubungan antara sikap dengan kejadian hipertensi pada lansia

Pocut Kuta Aceh di Desa Lingkakuta Kecamatan Gandapura

Kabupaten Bireuen Tahun 2021.

Ho2 : Tidak ada hubungan antara sikap dengan kejadian hipertensi pada

lansia Pocut Kuta Aceh di Desa Lingkakuta Kecamatan Gandapura

Kabupaten Bireuen Tahun 2021.

Ha3 : Ada hubungan antara tindakan dengan kejadian hipertensi pada lansia

Pocut Kuta Aceh di Desa Lingkakuta Kecamatan Gandapura

Kabupaten Bireuen Tahun 2021.

Ho3 : Tidak ada hubungan antara tindakan dengan kejadian hipertensi pada

lansia Pocut Kuta Aceh di Desa Lingkakuta Kecamatan Gandapura

Kabupaten Bireuen Tahun 2021.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Dinas Kesehatan

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan

dalam pengambilan keputusan dan kebijakan mengenai perilaku

(pengetahuan, sikap, tindakan) penderita hipertensi pada lansia untuk

menurunkan kasus hipertensi di Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen.

1.5.2 Puskesmas
10

Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi dan masukan

yang bermanfaat untuk menurunkan kasus hipertensi diwilayah kerja

Puskesmas Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen.

1.5.3 Instansi Pendidikan

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan

referensi diperpustakaan dan menambah bahan bacaan bagi semua pihak

dan juga dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya.

1.5.4 Responden

Memberikan informasi dan pengetahuan khsusunya pada lansia

mengenai penyakit hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai