Yoga Urip Ciptadi
Yoga Urip Ciptadi
Yoga Urip Ciptadi
disusun oleh:
JOGJAKARTA
2007
KONTROL FASA SCR DENGAN IC TCA 785
disusun oleh:
JOGJAKARTA
2007
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
Tim Pengmji,
Ir. Hi. Budi Astutu MT
Ketua
Wahvudi Budi P. ST ^*
Anggota I
Anggota II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro
Teknologi Industri
is Islam Indonesia
in
tfALAMJWtt^vmjWjlN
IV
MOTTO
Mulailah dari yang kecil, mulailah dari diri sendiri dan mulailah dari
sekarang.
(AA Gym)
(Art Martell)
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr.Wb.
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, tauflq
Akhir dengan judul "Kontrol Fasa SCR Dengan IC TCA 785". Sholawat dan
salam pun tak lupa penulis haturkan kepada Nabi besar Rasulullah Muhammad
Adapun maksud dari penyusunan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi
dan juga sebagai perbandingan ilmu-ilmu yang telah diperoleh dibangku kuliah
secara teoritis dengan keadaan yang sebenarnya yang ada di dunia industri.
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
VI
3. Ibu Ir. Hj. Budi Astuti, MT, selaku Dosen Pembimbing I. Terima kasih
atas kesabaran dan bimbingannya dan juga saran serta kritiknya yang
4. Bapak Wahyudi Budi Pramono, ST, selaku dosen pembimbing II. Yang
Indonesia, terima kasih atas ilmu dan nilai yang diberikan sewaktu masih
kuliah.
7. Kakak dan adikku, Tyas dan Juwita yang banyak memperhatikanku dan
Ega, Ari, Fendi dan semua rekan-rekan elektro UII pada umumnya yang
10. Buat Koro, Aldi, Iskandar, Farid, Eko, Wira, Iqbal, Andre, Bintoro,
menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan
vn
dalam penulisan ataupun bentuk lainnya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
Akhir kata, semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua
yang membacanya, dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
Penulis
vin
ABSTRAK
IX
DAFTARISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR vi
ABSTRAK ix
DAFTARISI x
DAFTARGAMBAR xii
BAB IPENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan 49
5.2. Saran 50
DAFTAR PUSTAKA 51
LAMPIRAN
XI
DAFTAR GAMBAR
xn
Gambar 4.9. Bentuk gelombang dengan menggunakan beban induktif
(a) 150°, (b) 120°, (c) 90°, (d) 60°, (e) 30°, (f) 15° 42
xm
BAB I
PENDAHULUAN
aliran energi dapat dikontrol oleh variasi nilai rms dari tegangan ac yang dipakai oleh
beban. Dalam transfer energi, ada dua jenis pengontrol yang biasanya digunakan
yaitu:
1. kontrol on-off
beberapa siklus tegangan masukan dan diputus selama beberapa siklus yang lain.
Thyristors (GTOs), transistor daya, Insulated Gate Bipolar Transistor (IGBTs) dan
MOS-controlled Thyristors (MCTs). Pada kontrol fasa, saklar menghubungkan
beban dengan sumber AC untuk setiap bagian dari putaran tegangan masukan.
Kontrol fasa menggunakan Silicon Controlled Rectifier (SCR) atau TRIAC karena
Dalam tugas akhir ini akan dibuat suatu rangkaian pengontrol fasa thyristor
keluaran ac yang variabel. IC TCA 785 digunakan sebagai penghasil pulsa pemicuan
pada thyristor. Untuk pengambilan data pada model ini digunakan beban lampu
pijar.
Pada tugas akhir ini, akan memaparkan bagaimana IC TCA 785 mengontrol
thyristor dengan metode kontrol fasa. Dimana IC TCA 785 bertindak sebagai
yang sudah dijelaskan diatas, maka bisadiambil rumusan masalah sebagai berikut:
pemicuan.
Tujuan yang hendak dicapai dari tugas akhir ini adalah membuat rangkaian
Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:
l.StudiPustaka
dengan materi bahasan pada tugas akhir ini, dimana data-data tersebut didapatkan
4. Pengujian Alat
BAB I Pendahuluan
direncanakan.
implementasi sistem.
dibuat.
BAB V Penutup
akhir.
BAB II
LANDASAN TEORI
Gambar 2.1 adalah bentuk fisik IC TCA 785. IC ini dapat diaplikasikan pada
kontrol tegangan ac terkontrol (ac-ac converter) satu fasa dan tiga fasa, penyearah
terkontrol (controlled rectifier) satu fasa maupun tiga fasa, dan kontrol tegangan dc
terkontrol (dc chopper). IC ini memiliki kaki (pin) sejumlah 16, seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 2.2.
GNO [ 1 l-< 16 J'*
02[[ 2 15 ]02
QuQ 3 W ]oi
01£ t 13
J^
I'SYKC C 5 «]fK
'C 6 11 ] l/„
oil 7 w]fw
feC 8 9]/?,
a = 180° x Vcont*ql
V
' St
yZA)
Dimana:
"15- 02
hiQi
L/lS Q2,Pin12toGND
Vu- Q1,Pin12toGN0
• I
J_ jr - V2 -TTZ, Pin13toGN0
II J P4 ' Ql, Pin13toGND
~L_U <V3 • QU
' K7 • QZ
u—ru
0 V 180' IED00359
Vs, (Vio) biasanya bernilai 10 Volt, namun lebih tepatnya pengaturan sudut
pemicuan dapat dilakukan dengan menggunakan oscilloscope, sehingga dapat
diperoleh hasil pengukuran yang lebih baik. Gambar 2.3 adalah diagram pulsa
keluaran yang dihasilkan oleh setiap kaki pada IC TCA 785.
Setiap kaki pada IC TCA 785 akan berhubungan satu sama lainnya yang
membentuk suatu alur kerja yang dinamis. Sebagaimana diperlihatkan pada Gambar
2.4 yang merupakan blok diagram kerja dari IC TCA 785.
10
.Pulse
'Extension
ik12
x QU
D>° QZ
0- *e Control
Comparator
GNO
1 ,T 68
_L Discharge
10 11 Transistor 13
!v r —L /_\Contro
^stob %-r- (=;VoltaggeI Inhibit Long-Pulse
Commutation
IEB00358
2.2 Thyristor
Thyristor adalah komponen yang prinsip kerjanya mirip dengan dioda namun
dilengkapi dengan gate untuk mengatur besarnya fasa yang dialirkan. Simbol
thyristor dan struktur dasar thyristor terdapat pada Gambar 2.5. Thyristor (SCR)
adalah komponen semikonduktor yang terbentuk dengan struktur empat lapis, yaitu
P-N-P-N, dengan tiga lapis sambungan P-N dengan cara penggabungan difusi
(diffusion).
11
Anode
J1
/e/ /a?
N
(
Gate J2 N
N
*4
\la Jl
J3
N Igp Ib2
K
Ik
Katode
Thyristor memiliki tiga terminal yaitu :anoda (anode), katoda (cathode), dan
gate. Dimana arah arus tetap dari anoda ke katoda bila telah tersulut (triggering).
Berdasarkan Gambar 2.5 dapat dipelajari sistem operasi thyristor. Apabila
sambungan P-N (P-Njunction) berturut-turut dari anoda ke katoda diberi notasi J,,
h, dan J3. Ketika tegangan anoda dibuat lebih positif dibandingkan dengan tegangan
katoda, sambungan J, dan J3 berada pada kondisi bias maju. Sambungan J2 berada
pada kondisi bias mundur dan akan mengallr arus bocor yang kecil antara anoda dan
katoda. Dalam kondisi seprti ini, thyristor dikatakan pada kondisi forward blocking
atau kondisi off-state dan arus bocor dikenal sebagai arus off-state ID.
Ketika tegangan anoda ke katoda ditingkatkan hingga suatu tegangan
tertentu, sambungan J2 akan bocor. Hal ini dikenal dengan avalanche breakdown dan
tegangan tersebut dikenal sebagaiforward breakdown voltage. Karena sambungan J,
12
dan J3 sudah berada pada kondisi bias maju, maka akan terdapat lintasan pembawa
muatan bebas melewati tiga sambungan, yang akan menghasilkan arus anoda yang
besar. Thyristor pada kondisi ini disebut berada pada keadaan konduksi atau keadaan
hidup. Tegangan jatuh yang terjadi dikarenakan oleh tegangan ohmic antara empat
lapisan dan biasanya cukup kecil sekitar 1V. Arus anoda harus lebih besar dari suatu
nilai yang disebut latching current IL, agar diperoleh cukup banyak aliran pembawa
muatan bebas yang melewati sambungan. Latching current adalah arus anoda
minimum yang diperlukan agar dapat membuat thyristor letup pada kondisi hidup
begitu suatu thyristor telah dihidupkan dan sinyal gerbang dihilangkan. Gambar 2.6
menunjukkan karakteristik umum sebuah thyristor.
Ketika berada pada kondisi menghantar, thyristor akan bertindak seperti
dioda yang tidak dapat dikontrol. Thyristor akan berada pada kondisi menghantar,
karena tidak adanya lapisan deplesi pada sambungan J2 karena pembawa-pembawa
muatan yang bergerak bebas. Akan tetapi, jika arus maju anoda berada di bawah
suatu tingkatan yang disebut holding current IH, daerah deplesi akan terbentuk di
sekitar J2 karena adanya pengurangan pembawa muatan bebas dan thyristor akan
berada pada keadaan blocking. Holding current terjadi pada orde miliamper dan
lebih kecil dari latching current IL, IH>k. Holding current adalah arus anoda
minimum untuk mempertahankan thyristor pada kondisi menghantar.
13
Dn-state
Forward ^
characteristic
current
>0 lG=0
Reverse Forward
voltage Ivoltage
Avalanche
Reverse Off-state
breakdown
characteristic characteristic
region
Reverse
current
akan terbias maju, akan tetapi sambungan J! dan J2 akan terbias mundur. Hal ini
seperti dioda-dioda yang terhubung secara seri dengan tegangan balikbagi keduanya.
Thyristor akan berada pada kondisi reverse blocking dan arus bocor reverse dikenal
tegangan breakdownnya, akan tetapi kondisi ini bersifat merusak. Dalam prakteknya,
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.6 dengan garis putus-putus. Begitu thyristor
14
dihidupkan dengan sinyal penggerbangan itu dan anodanya lebih besar dari holding
current, thyristor akan terus berada pada kondisi tersambung, bahkan bila sinyal
penggerbangan dihilangkan. Thyristor dapat dikategorikan sebagai latching device.
Dalam penggunaannya harus mengetahui cara-cara mengoperasikan thyristor,
yaitu metoda membuat thyristor dalam kondisi menghantar (trigger methods) atau
penyulutan dan metoda membuat thyristor dalam kondisi tidak menghantar
(commutation methods) atau komutasi.
a. Radiasi
b. Tegangan
Setiap thyristor dibuat dengan batas suhu kerja dalam beberapa puluh
bahkan ratus derajat Celcius, bila thyristor dikenakan pada suhu diatas
batas tersebut maka resistansi pada sambungannya (junction) akan
mengecil sehingga dapat dilalui arus.
15
d. Gate
katoda.
yang dihasilkan ditunjukan pada Gambar 2.7.b. Ketika thyristor dinyalakan pada cot
=a, thyristor akan tersambung dan arus akan mengalir ke beban.
-t^A-
J=^—*£
(a) (b)
digunakan untuk menghitung komponen snubber untuk menjaga dv/dt suatu thyristor
dengan dv(com/dt rating dari piranti.
Parameter-parameter yang dibutuhkan dalam persamaannya adalah :
(2.2)
1TD
Dimana:
dv
= kondisi komutasi (volt/us)
dt
Nilai Rs yang tinggi akan mengurangi arus pengosongan, dan nilai Cs yang rendah
Bagian utama atau boleh dikatakan jantung suatu catudaya adalah rangkaian
penyearah yang mengubah gelombang sinus AC menjadi deretan pulsa DC. Ini
merupakan dasar atau langkah awal untuk memperoleh arus DC halus yang
dibutuhkan oleh suatu peralatan elektronik. Dan perlu diperhatikan bahwa dalam
2.9. Menggunakan dua dioda dan satu center tape transformer. Jika titik tengah
fasa 180 derajat. Misalnya, apabila tegangan dititik A mengayun ke arah positif
diukur dari titik tengah lilitan sekunder maka tegangan dititik B mengayun ke arah
a fcl c
r *1
PLX R,
V_b^
negatif. Pada kedudukan ini hanya DI saja yang ternonduksi atau terhubung singkat.
Arus listrik mengalir dari titik tengah sekunder melalui beban, kemudian melalui DI
dan kembali ke titik tengah melalui lilitan atas sekunder. Dalam hal ini DI berfiingsi
seperti saklar atau switch yang menutup, sehingga arus listrik mengalir melalui
konduksi atau terhubung singkat. Pada keadaan ini arus listrik mengalir dari titik
setengah sekunder melalui beban dan D2 kembali ke titik tengah setelah melalui
(Gambar 2.10) berbentuk pulsa-pulsa positip. Nampak bahwa arus yang mengalir
melalui RL sudah searah walaupun belum rata. Karena satu gelombang penuh
«^
T,
p »
Ao ••
T* b
Pada Gambar 2.11 terlihat bahwa selama setengah siklus positif dari tegangan
tersambung dan tegangan masukan akan muncul pada beban. Sedangkan pada saat
itu thyristor T2 terbias mundur sehingga tidak terdapat aliran arus pada T2 menuju
beban. Sedangkan ketika semi terkontrol siklus negatif akan berlaku sebaliknya
dimana T2 terbias maju dengan a sebagai sudut penyalaannya dan Ti akan terbias
mundur. T2 akan tersambung dan tegangan akan muncul pada beban. Berikut ini
tegangan dan arus keluaran yang dihasilkan oleh rangkaian kontrol fasa tegangan ac
Jika Vy = 4l Vs sin co/ adalah tegangan masukan, dan sudut tunda thyristor
T\ dan T2 sama (ai = a2 = a), tegangan keluaran rms dapat ditentukan melalui
X2
Vo — \l Vl sin2 cot d{cot)
In
Vi
— f Vl (1 -cos2cot) d(cot)
7t {
1/2
1 '(
\ (1 - cos2<ar) d(cot)
7t
Vi
1( sin 2a ^
= Vs — 7t - a +
n \ 2
1/2
a sin 2a
= v. 1 + (2.4)
n 2n
PERANCANGAN SISTEM
Perancangan rangkaian kontrol fasa SCR ini terdiri dari rangkaian catu
daya, rangkaian pemicuan dan rangkaian daya. Berikut ini diberikan diagram
SUPLAI 1 0) RANGKAIAN B
DAYA E
ik
B
A
N
RANGKAIAN RANGKAIAN
-*• CATU DAYA PEMICUAN
sebagai berikut:
diperoleh dari tegangan jala-jala PLN yang dilewatkan pada sebuah trafo
daya (center tap) 220/15 volt, untuk menyuplai rangkaian TCA yang
25
26
500R yang berfiingsi sebagai saklar yang dapat diatur dalam rangkaian
elektronika daya.
untuk memicu thyristor dengan sudut picu (phase angle) antara 0° - 180°
lampu pijar 45 W.
Suplai ac yang digunakan berasal dari jala-jala PLN satu fasa dengan
satu fasa, suplai ac ini akan diturunkan tegangannya melalui transformator step
7815
15Vdc
FASA
15V
dengan tegangan fasa ke netral 15 volt sebesar 2 ampere seperti yang tersedia di
yang hampir linier. Suplai tegangan yang digunakan yaitu tegangan 15 Volt dc
untuk suplai IC TCA 785 yang akan dihubungkan pada pin 16 IC TCA 785.
Sedang sebuah tegangan 15 volt ac dari sumber tegangan rangkaian daya yang
akan dihubungkan pada pin 5 IC TCA 785 digunakan untuk sinkronisasi antara
frekuensi tegangan sumber rangkaian daya dan frekuensi picuan dengan cara
Pada IC TCA ini terdapat dua keluaran yaitu Ql dan Q2 yang berada pada
pin 14 dan 15. pada pin 14 dihubungkan dengan thyristor pertama dan pin 15
oleh gelombang masukan sinusoida pada sudut 0 - 180° dan thyristor kedua
360°. Dalam aplikasinya sebagai rangkaian pemicuan yang akan dibuat pada
tugas akhir ini, pin 14 akan mengontrol selama siklus negatif dan pin 15 akan
thyristor.
28
220 V-
,i »
♦15 V
«22nf [Jl2
1w° rjioidj
k2
01NW01$
1N4O01
BZXB3
1)
Tfe 0.47(if
BAY BAT
mrou
TCA ?S5 HTTWAMN
load
15 kW
Pulse
Rejec
tion
+ * -♦ ♦■
1ES0BK Hp
gate dan katoda thyristor yang dihubung antiparalel. Keluaran Ql dan Q2 yang
berada pada pin 14 dan 15 akan mengontrol setiap putaran dari tegangan
oleh gelombang masukan sinusoida pada sudut 180 - 360° dan thyristor kedua
(Vsync) melalui resistor berhambatan tinggi. Pin 5 ini diberikan resistor 220 kQ,
v
_ r SYNC
*SYNC (3.1)
R
15
* SYNC 68,1/iA
220
Dimana:
R = Hambatan (ohm)
Pada IC TCA 785 terdapat peraba nol (zero detector) yang akan
menentukan letak titik nol dan disimpan kedalam memori sinkron. Memori
sinkron ini mengontrol sebuah generator ramp, kapasitor Cio yang diisi dengan
VmF x K
ho = - ^K9 (3.2)
Dimana:
memiliki nilai 1,10 ± 20%. R9 tersusun dari resistor 22 kQ dan trimpot (kapasitor
cp), sebuah sinyal diproses dalam logic. Berdasarkan pada besamya tegangan
kontrol Vn, pemicuan dapat diatur pada sudut 0 - 180°. Pin 11 ini kemudian
dan konfigurasi pin dari SCR BT 151-500R ini dapat dilihat dari Gambar 3.4 di
bawah ini.
PIN KEIERANGAN
1 Katoda
2 Anoda
3 Gate
tab Anoda
15
Igm Arus gate max. A
\\
Dengan melihat nilai dv/dt dan ITD dari datasheet SCR BT 151-500R
(lampiran 2), maka dapat ditentukan nilai snubber sebagai rangkaian proteksi
yang digunakan untuk SCR BT 151 adalah berupa resistor dan kapasitor yang
R = s
s hn
Rs = 22°
7,5
= 29,33Q
dv _ 0,632. Vs 0.632.VS
dt x CS.RS
0,632.220 V
130V/^s
C5.29,33Q
0,632.220 V
130.106V/s
C5.29,33Q
0,632.220 V
r
^s
130.106V/s.29,33Q
= 0,036//F
rangkaian proteksi untuk membatasi nilai dv/dt yang cukup tinggi untuk
yang telah dipaparkan diatas. Terdapat beberapa penggantian komponen, hal ini
Berikut ini dapat dilihat perangkat keras yang telah dibuat dari rangkaian
catu daya, rangkaian kontrol dan rangkaian dayanya dalam bentuk wirring
diagram peralatan fasa.
15 V
SpAMS dc
1i-
2 i!—DH3- TV
3 u—W-S-
H
i:-
45 !g
tin 1
8»Y
» Ei^X
i
-H—i J ^^
+ + •
a T
I' 4
Dalam bab ini akan diperlihatkan hasil pengujian dan analisis tentang
keluaran.
dan arus.
34
35
Gambar 4.1. Bentuk gelombang tegangan antara pin 10 (ramp) dan 11, T/d - 5
ms, V/d = 5 Volt,cx = 90°
i i i f. 1
Gambar 4.2. Bentuk gelombang tegangan antara pin 5 V/d = 0,2 Volt dan Gate
(14) V/d =5Volt, T/d =5ms, a - 90°
36
mi'^r^,vf^^m^'W-}^f^'mffm'"ml
Gambar 4.3. Bentuk gelombang tegangan antara pin 5 V/d = 0,2 Volt dan Gate
Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 merupakan bentuk gelombang pada pin
akan menentukan letak titik nol dimana gate pada pin nomor 14 dan 15 akan
memicu. Pin 15 akan memicu selama siklus positif dan pin 14 akan memicu
~~H«*
•
•* 1
,4 11 11 •,
-f ;: 1 1.
• •' ii •' ~l P"~
™*"*"Jir"i|* «!.'. ,
:'"l l
"|. 1 j
r™ I J
j '__i._l_... . - . . .
T~
Gambar 4.5. Bentuk gelombang tegangan pin 15 V/d - 5Volt T/d - 0,2 ms
Data yang diambil pada subbab ini hanya berupa bentuk gelombang
masukan dan keluaran pada rangkaianyang diuji.
Skala= 1:100
V/D =2V/div
T/D =5mS/div
Skala =1:1
V/D =5V/div
T/D =5mS/div
1'^l;#il
Gambar 4.7. Gelombang sumber tegangan pemicuan (15 Vdc)
Data yang diambil dalam pengujian rangkaian daya ini adalah data
gelombang hasil pengontrolan sudut fasa thyristor dengan beban resitif. Variasi
sudut yang dilakukan adalah 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, 90°, 105°, 120°, 135°, 150°,
165° dan 180°. Gambar gelombang diambil dengan skala 1:100, time/div 5ms,
dan yang terukur di osiloskop merupakan lOOx dari nilai Volt/div (V/D)
Gambar 4.8. Bentukgelombang hasil kontrol fasa pada sudut (a) 15°, (b) 30°, (c)
45°, (d) 60°, (e) 75°, (f) 90°, (g) 105°, (h) 120°, (i) 135°, (j) 150°, (k) 165°
dan (1)180°
tegangan masukan yang semula berupa gelombang sinusoida murni akan menjadi
gelombang dengan yang tidak sinusoida lagi, karena dipotong sesuai dengan
fasa gelombang, maka tegangan yang dihasilkan akan menjadi bervariasi dimana
semakin besar pemotongannya maka tegangan yang dihasilkan akan semakin
kecil.
beban resitif. Maka, beban induktif disini hanya digunakan sebagai pembanding
antara bentuk sinyal yang dihasilkan dari beban resitif dengan bentuk sinyal yang
dihasilkan dari beban induktif. Perbedaan yang terjadi antara menggunakan
beban resitif dengan beban induktif terletak pada bentuk sinyal keluarannya yang
mempunyai ripple. Beban induktif yang digunakan berupa motor induksi 1fasa.
Gambar di bawah ini merupakan hasil tegangan keluaran dari proses pemicuan
dari sudut 15°, 30°, 60°, 90°, 120°, 150° di ambil pada output thyristor pada
motor induksi satu fasa dengan skala 1:100, time/div 5ms, volt/div (Chi 2V).
(e)30° (f)15°
Gambar 4.9. Bentuk gelombang dengan menggunakan beban induktif (a) 150°,
(b) 120°, (c) 90°, (d) 60°, (e) 30°, (f) 15°
Dari pengujian ini dapat dilihat bahwa peralatan ini bekerja dengan baik
dalam mengontrol fasa, karena dapat menaik-turunkan tegangan secara perlahan
«„™ Vcontrol
a = 180°x
Vst
Variasi sudut yang akan dilakukan adalah 15°, 30°, 45°, 60°, 75°, 90°,
105°, 120°, 135°, 150°, 165° dan 180°. Dengan menggeser variable resistor yang
43
terhubung dengan pin 11, maka akan diketahui besamya Vcontrol (pin 11).
Kemudian lihat besarnya tegangan VH (diukur dengan menggunakan
Tabel 4.1. Besamya Vst, Vcontrol dan besamya sudut fasa yang dihasilkan
5,51 0,46 15
5,51 0,92 30
5,51 1,38 45
5,51 1,84 60
5,51 2,30 75
5,51 2,76 90
masukan, karena tegangan jala-jala PLN bisa berubah dalam sesaat. Kemudian.
tegangan sumber tersebut disinkronisasi melalui kaki no 5 (Vsync) untuk
menentukan letak titik nol dari tegangan masukannya.
44
Pengukuran dilakukan pada sisi sumber dan sisi keluaran. Pada sisi
Tegangan yang terukur pada suplai bempa tegangan bolak balik yaitu berkisar
antara 224 - 226 V ac dan tegangan keluaran penyearah bempa tegangan searah
sebesar 15,8 V dc. Pengukuran pada sisi keluaran dilakukan dengan mengukur
Tabel 4.2. Tegangan dan arus keluaran pada variasi sudut fasa
Tegangan keluaran
Sudut fasa (°) Arus keluaran (A)
(V)
15 222,1 0,52
30 220,1 0,49
45 210,9 0,47
60 195,1 0,45
75 170,1 0,44
90 145,5 0,4
180 0 0
45
alat ukur. Terjadi perbedaan antara hasil pengukuran dengan hasil perhitungan.
Hal ini mungkin terjadi karena alat yang dibuat belum ideal. Berikut adalah data
yang diperoleh dengan perhitungan guna membandingkan data yang telah diukur
1/2
a sin 2a
Vo 1 +
n 2n
besamya Vs yang tercatat pada alat ukur kedalam persamaan, maka besamya Vo
adalah
1/2
a sin 2a
Saat sudut terpicu 15°, Vo Vs 1 — +
n 2n
nVl
15° sin 2(15°)
224 — + —-
n 2n
223,538 volt
variasi sudut fasa dan variasi tegangan masukan dari tegangan jala-jala PLN
Tabel 4.3. Variasi sudut fasa, tegangan masukan dan tegangan keluaran yang
dihasilkan
Tegangan Tegangan
Sudut fasa (°) Keluaran (V)
Masukan (V)
15 224 223,58
30 226 220,75
45 224 213,59
60 224 200,92
75 226 183,10
90 225 159,09
180 226 0
hasil pengukuran dengan hasil perhitungan. Hal tersebut bisa terjadi, karena
faktor alat yang belum ideal atau kesalahan dalam menggunakan alat ukur,
karena setelah diukur dengan multimeter baik bempa digital maupun analog
hasilnya berbeda. Karena hal tersebut, maka diambil data yang mendekati dengan
hasil perhitungan.
47
250
♦ ♦
200
150
♦ Teg keluaran
100
50
keluaran dengan sudut fasa dimana semakin besar sudut fasa maka akan semakin
secara perlahan dan teratur (soft). Hal ini membuktikan bahwa perangkat keras
akan bergantung pada tegangan masukan yang diberikan pada motor listrik
tersebut.
0.6
♦
0.5 ♦
-♦
♦
♦
A
0.4
♦
! 0.3 ♦ Arus
♦ keluaran
0.2 ♦
♦
n 1
0
15 30 45 60 75 90 105 120 135 150 165 180
a
yang konstan (tetap). Sehingga perabahan ams keluaran yang terjadi akan
arasnya akan semakin besar. Apabila dilihat dari kurva hubungan sudut fasa
dengan arus keluaran maka dapat dilihat bahwa arus keluaran akan semakin kecil
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
berikut:
masukan.
49
50
5.2 Saran
menggunakan osciloscope.
[1] Eugene C. Lister, Ir. Drs. Hanapi Gunawan, Mesin Dan Rangkaian Listrik,
Penerbit Erlangga, Jakarta, 1993.
[2] M. Rashid, Elektronika Daya, Rangkaian, Devais Dan Aplikasinya Jilid 1, PT.
Prenhallindo, Jakarta, 1993.
[3] M. Rashid, Power Electronics Circuit, Device, and Aplication 2nd, Prentice-
Hall International Inc, 1988.
51
Lampiran 1
SIEMENS
TCA 785
Phase Control IC
Bipolar IC
Features
• Re iao e recognition of zero sassagi
• Large a Dpi cation scope
• May be used as zero point switch
• LSL compatioe
• ""rree-onase ooeratlon poss ble >;? IwS.I
• Cutout c urrent 250 rnA
• Large ranp current range
• Wise temperatu'e range
"his phase control IC is intencec :o cortrol thyristors riacs. and -.-arsisters. Tne trigge- pulses
car i;e shiftec wthir a phase arge cetween 0 : anc '°.Z ' Typica apcicatcrs mc tee
corvene' circuts AC cortro ers arc three-pnase curert cortrc ers.
—his IC rep aces tne previous types TCA ^60 arc TCA 760 C.
•3
T-i.i
Rams *esistance
,-c •c
]* 10 Rams capacitance
T"
Cortol vctase
<•[ * <?
3* 11 ( 'I
12 c •. Pulse extension
13 L Lone pu se
14 G 1 Output '
15 G2 Output 2
Pin Configuration
16
T"
Supply voltage
:top view)
TCA 785
SIEMENS
Functional Description
T* synchronization sigra is obtained vs a high-ohm c -esistarce -Ten' the ine votage
•voltage rv:. Azero voltage aetector evaluates the zero passages ana transfers then to the
synch-or izat op -egiste'
-hh» syncn-or izat on -egiste- contro s a rams generate', the capacito- <.-, o'which is cna'gea
ay a constant current (determined oy A.:. If the rams voltage V>exceeds.the contro votage
- ^tSgerirg ang e,• •. 3sianal sprocessed to the logic Dependent on the magnitude o- the
control votage V- the trggering angle •«- can be shited within a phase angle <r 0- to 130\
pot every haf wave, a positive du se of approx. 30 us au-ation appears attne outputs Q1arc
Q2 me pL.se curation can ce proionoea up to *6D: via a capacitor c-, I'pn . *coi rectec
to grouro, oj ses with a dura: on ceweer *anc *&0! wi resu t
Outputs "="" and TT1 supply the inverse signa s of Q "arc Q2.
Asignal cU- -1?": whicn can oe used *cr contro ling 3-\ exteT-a log c.is avail ao eat pr ?.
Asignal which corresponds to the NCR Ink of Q"anc Q2is availac eat cutoat GZ:pir 7;,.
"he inhiat irp«-t can be usee to aisable cjtputs CI, C2 and ^ ~- .
=in •? can be usee toextera the outputs rr anc — to M pulse ergth f"&0! -♦!
.PuUe
<-•?-
'E-tension
•STNC Synchron,
Zero Q1
Register
Detector 0~1
14 u?
Discharge Logic
u"?
"oniror
au
x
L-rrri QZ
''<& •8 ContruL
Comparator
GHD
1
_L Dhclhorge
10
Tron$hT»r
Block Diagram
TCA 785
SIEMENS
T*_ _ ™ c
Sucoy votage 13 '•'
- 12 i'DO 1lA
Output current at o n 1-, 15 J J
_ " c 'v
hnieit voltage _ ™ c n. V
Contro voltage
T*l v
Votage shon-puse circuit
T*_ ±200
Synchron zaticn nput current -220 MA
10 11A
Output current a* o n 2, 3. 4.7 J J
Junction temperature
T
150 !C
_ cc :c
Storage ten*pe'ature 125
Operating Range
T"_ 0
13 V
Suooy votage
r* 12 500 Hz
Operating -"rerjuency
A n-o e nt te m oeratu re r* _ ~c ?5 :C
Characteristics
3 i T\. i 13 V; - 25 :C ^ J'- i 65 ; C: /= 50 H:
4.5 8 5 10 mA
Succ y cuTent consumot on h
SI .. 36 open
J-.--0V
C-=47rF:R:,= '02 ktj
Synchron zation oin 5
Inout cuTent I)> ItlB. 2-0 200 mA
R. varied
7C
32 mv 4
Offset voltage
Contro input pin '"
Contro voltage range rv 0.2 T It: „Pji» c
Inout resistance 15 ta 5
TCA 785
SIEMENS
Characteristics (cont'd)
8 * r*5 -i ' 9 V: - 25 :C * 7-. * 85 !C;/= 50 Hz
Parameter Symbol Limit Values Unit Test
Circuit
min. typ. max.
Rarrp generator
Charge cur-ent Ji: 10 1000 HA
V 1
Max. 'amp voltage i :
Inhibit pin 6
S'.vitch-over of pin 7
3.3 2.5 V 1
Outputs disabled 1 i .
3.3 V 1
Outputs enabled 4
Signal transition time fr I IIS 1
Input current
T
50C 800 nA 1
r-. - g \/
Input current -JlL §0 •5C 200 nA 1
r== '.7 V
Deviaton oeI-z Ji: 1
R • = const
:: = 12V;C-c = 47r^
Deviaton o*/i: J.: -20 20 1
Rs = const.
7': = 6Vtol9V
Deviaton o' the ramp voltage
between 2 fo low ng
ha'-waves. V-. = const. ±1
Long pu se switch-over
pin !3
switch-ove' of S8
2.5 v 1
Short puse at output
2.5 2 v 1
Long pu se at output
Input current
T
J 1J - 10 nA 1
V- - 9 V
Input current 45 55 100 HA 1
V-= \7V
Outputs pin 2. 3, 4, 7
Reverse current 10 nA 2.6
J\ = V:
0.1 0.4 2 2.6
Satu'at or vo tage
Iz - 2 rr A
TCA 785
SIEMENS
Characteristics (cont'd)
e^Tsi t6V:-25!CiJ^i85IC;/=50Hz
Outputs pin U, 15
I": - 3 r'c-2.5 T:-10 V 3.6
H-output voltage
-lo = 250 mA
0.3 0.6 2 v 2.6
L-output voltage |"'J If l
h = 2 rr A
Pulse 'width (short pulse) 20 30 40 us 1
S9 open
Pulse width (short pulse) 530 52C 760 JlS.' 1
nF
•>v th C :
Internal voltage cont'ol
2.8 3.1 3.4 V 1
Reference voltage
Parallel connection of
10 ICs possible
2- 'C-1 5 • 10-4 l/K 1
TCof 'eference voltage ae==
TCA 785
SIEMENS
Rarrp capacitance C : 500 p= 1u= The m n mum and max mum values of I:
a'e to be observed
r • R< • C: -:
Trigge'ing po nt
JVef • K
Ramp vo tage = s= - -V
7"=ef • A" -:
T , - • *_ V t
R» R; • C
EHKMO
7 SO
l^=15V
660 C,j!sini-
1 630
540
o *B0
fe *20
"J 560
J JOG
a.
?40
ISO
* *f
60
r,
(0
(3
a>
*-
i
i
i
\\
\ \
4)
>
'-S V
^Z V ^
0)
'Z 3 *
\
c
z i
i
\
-i *
fc J V X-
*-ft-
LU *->
o
r- in m T_ tj*- r-
rj m ivi f^ ,-v' ,%' f^ rj c* «' • ' *
lt pi '. 3> r- lt pi
T
'.
*
c--.
fJ
o
o m < =r- rn
i a ^ ut ^ rn
>
s a? E --" r-' £ in -^ -^
m
(A
<S>
00
<
1.1 *
£>
-i<^i
a. I
^ !-• CS
*- i •*•
0> ; 0
£ ? <M
fJpf T"E
J J II
n—*-
S'5 Bo
O -"' -.-.
••-- cO •*
(A 4- CO
53 r" H
H
-J ' II
J-C '"
e2=:
—& TJ?H b o r.
-v,C3 C
^r± go'!.
,i!toi
Z
u
o
2 o
♦-»
u (A
TCA 785
SIEMENS
% '-CEO'
Pin ? •> i. -;
r'Ct
u. is
< '0
I
ll^CzH
Test Circuit 2
Fin'VF
-1=3-4- fCb
<
]E>03tS
1
The rerrairing pins are connected as intest circu t I
Test Circuit 3
TCA 785
SIEMENS
v'r-'mv '•'E
't< / / \
\ —
iyV
I 'CC k*
Pin 5
>
==-Cuf[J'Its; 4'E
..II tESO:««
Test Circuit 4
A
r
i
-. i.
Pln l
<
«-r"
Pin "5
u
1
]E£S33
1 cathode
2 anode
3 gate
tab anode
LIMITING VALUES
Limiting values inaccordance\ nth the Absolute Maximum System (EC 134)
MIN. MAX. UNIT
SYMBOL PARAMETER CONDITIONS
400R •600R -800R
450' 650' 800
<E=M
Repetitive peak off-state
voltages
13 A
Average on-state current half sine wave; T„. < 103 C
20 A
"AV:
RMS on-state current all conduction anqles
Non-repetitive peak half sine wave; T = 25 'C prior to
on-state current surge
200 A
t= lOms
220 A
t = 8.3 ms
2UU A"S
,;t for fusing t= !0ms
l-t 200 A/ms
dl-'dt Repetitive rate of riseof I-,, = 50 A: lG = 0 2 A:
on-state current after dlc./dt = 0.2 Ajis
tngqermq 5 A
Peak gate current f, V
1Although not recommended, ofl-state voltages up to 800V may be applied without damage, but the thyristor may
switch to the on-state The rate of rise of current should not exceed 15 A-ns.
THERMAL RESISTANCES UNIT
MIN, TYP. MAX.
PARAMETER CONDITIONS
SYMBOL
1.1
Thenra resietance
jurctioo to nourting base 60
Therrra resistance in free a r
jurcti s-n :c ambient
STATIC CHARACTERISTICS
T = 25 C unless otherwise states
MIN. TYP. MAX. UNIT
SYMBOL PARAMETER CONDITIONS
3-
Gate trigge'current ,;IT=0.1A 60 nA
La: china current
.:l'T-0.1 a nA
15 60
Hcl 3 ire current v--' = 12' : I-t = 0.1 a 1.75
Or-stale voltage I- '= i0 A
v-= 12 V; It =0.1 A o'.e
Gate trigs*".oltage 025
;/-=V-f!«.,,M.:: i-=_p,:i A: : ' 125 :C
= 125 :C 0.2 1.: nA
Off-state eakaje current "- ~ "-pMuim1 'R~ 'i*li"•*'
* I
DYNAMIC CHARACTERISTICS
T = 25 !C urless otherwise states
MIN. TYP. MAX. UNIT
PARAMETER CONDITIONS
SYMBOL
— _ "?C. 2:0 500 V.'ns
iticalrate o'nse s* .^ = 67%V^. „. .
d'-' e<Dorertial wave'orrr gate oper arc Jt
off-s:a:e vc tage v,«V-f,v),„„>:lc = :iA;dl,/<lt = 5A4ts: US
,ate cortre ed ttn-or
tine 1's
Crcuit connctates .. ,.;T = -25'C:
ti,rn-c":rre 50 .• • 2"! V; dl-Jct = 3J3..
SY-xr.-50V:iis:Ra,= 1~"
^ l-
E £•& I.
*->
T- ---
1
r ..--
•5 ? g>
__.-
pp.
i. r- -i
Kg
II. *o . •u !!>
7? -Iffl f -^
"ft o .. V, io
"'.' ,<n «s
'« r:
L _ V O -'- tj UJi
«v = .-. CI
HH41" i ;•; -
&. 3 Ir «
< U
{ V-~- i i _
••>.
Si/"
v> >. < i: ">
t-
n lllll i ri t -
..
.',
"* 13
*«S ir
it>
"> *
•i/ 1
;,; tji
!! '—* hi r, ... ri •»
- IL
if.
T \
ti -12= : -
~ m ;£ c —
/
\ / *tn%
*z
\
^
X.. 1
"""- / / /
"'"--_ : / • r f *
/ /
--'.
- s 1 s
Fig ? Normalised gate trigger current Fig 10 Typical and o\i*;mw. on-state characteristic
,,..:T.t,i,..v5',L".1 versusjunctor temperature ~.
_ Zfr l-rt :K A
\
"••••...
""-'
"----..
. -.1
i i 1 i >i i <i { >| j
.•l-iti|U-~;ii-|.r:i.-t:
~>g 9. Normalised holding current ij~if ijZS'C > •lg. )2. fyo-cai erica:rate ofrise ofoff-state wtage.
versus junction temoerature Z dVv'a: versus junction temperature 7,
MECHANICAL DATA
Dimensions :n cii
4,5
Net Mass: 2 g max
10.3^
max
• 3.7H
n_L
s~' ~\ .8 D.'s
] - 'v._ _y' 4_. ..
nvn
\
15.6
i max
J
3,0 max
L ';'••"')' ' »1 f 1
rot tinned
i L 13.5
•ri J 3
min
\
•2x) •*"H- 0.9 tiax Ox) 0.6
2.4
2,54 2.54
Notes
• Re'e' to n-sji: rs irstactions *c TO220 enve opes
2 Epoxy 'lieets JL94 vo at 1/S .
DEFINITIONS
Data sheet status
Object ve specificat or This cata sheet cortains target v goal sseciflsatiors 'or s-octct de-.elssnent
Prelininary spec fica*.or This cata sheet cortains srein rarydata sjsslerrentary cata n-aybe puc ished ate-
Product specification
Limiting values
AppIication information
Where app icatior h~onra: or is giver, it is asvissry aid does not form sart sftne spetilcation
Philips Electronics N.V. 1997
-ights a-e reser.-ed. Reproduct or ir who e srin sart is s-ohibited without the prisr writer corsert sfthe
copyright owner
corsequer
ircustrial or intellectua proserty rights