CBR PSIKOLOGI PENDIDIKAN Syafira Nur Rizki
CBR PSIKOLOGI PENDIDIKAN Syafira Nur Rizki
CBR PSIKOLOGI PENDIDIKAN Syafira Nur Rizki
Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mandiri Pada Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan
DISUSUN OLEH
DOSEN PENGAMPU
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I (PENDAHULUAN)................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................2
B. Identitas Buku..........................................................................................4
A. Kesimpulan .............................................................................................37
B. Saran ......................................................................................................37
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami.
Buku yang dijadikan rujukan harus mudah dimengerti pembaca, baik dari segi
analisis bahasa, serta pemahaman yang tertulis dalam buku tersebut. oleh karena
itu, penulis membuat critical book report ini untuk mempermudah pembaca agar
dapat mengulas kelebihan dan kekurangan buku yang direview.
B. Tujuan CBR
2. Melatih untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap
bab dari sebuah buku.
3. Mencari dan mengetahui kelebihan dan kelemahan yang ada dalam buku.
1
C. Manfaat CBR
2
BAB II
IDENTITAS BUKU
Aulia Deli Serdang District of North Sumatera” dan “Peran Metode Bercerita
untuk Membetengi Kearifan Lokal Menghadapi Perkembangan Teknologi
Pendidikan”. Pada tahun 2016 beliau melakukan penelitian denngan judul
“Training Tutor Teacher for PPL Program Quality Improvement.
3
Beliau sudah mengeluarkan buku sebanyak 6 judul dengan tahun yang
berbeda-beda. Pesantren kilat pada tahun 2005, Psikologi Pendidikan pada tahun
2010, Pembelajaran Tematik pada tahun 2012, Teknik Pengelompokan Siswa
pada tahun 2014, Profesi Keguruan (ed) pada tahun 2015 dan Jendela Tujuh pada
tahun 2016.
B. Identitas Buku
ISBN : 978-602-8935-64-7
4
BAB III
A. BAB I
Gejala jiwa yang dijadikan objek pembahasan dalam psikologi ada empat
macam yakni; gejala pengenalan (kognisi), gejala perasaan (emosi), gejala
kehenak (konasi), dan gejala campuran (kombinasi). (M. Dimyati, 1990:2).
Pendidikan yang berasal dari kata didik dalam bahasa Indonesia juga hasil
dari transeletasi peng-Indonesia-an dari bahasa Yunani yaitu “Peadagogie”.
Etimologi kata peadagogie adalah “pais” yang artinya “anak”, dan “again” yang
terjemahannya adalah “bimbing”. Jadi terjemahan bebas kata peadagogie berarti
“bimbingan yang diberikan kepada anak”. Menurut terminologi yang lebih luas
maka pendidikan adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok
orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tujuan hidup dan penghidupan
yang lebih tinggi dalam arti mental (Sudirman N, 1992:4).
Penelusuran makna dua kata psikologi dan pendidikan di atas dapat dijadikan
dasar untuk melihat lebih jauh pengertian dan definisi psikologi pendidikan.
Dengan maksud untuk memahami lebih luas psikologi dan pendidikan dari sudut
masing-masing.
5
sebagai sebuah pengetahuan ilmiah didasarkan pada tiga syarat utama yakni;
objek, metode dan sistematika (Jujun S. Suriasumantri, 1984:9).
1. Objek.
Ada dua macam objek ilmu pengetahuan, yaitu objek materia dan objek
forma. Objek materia adalah seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan objek
penyelidikan suatu ilmu, sedangkan objek forma ialah objek materia yang disoroti
oleh suatu ilmu sehingga membedakan ilmu satu dengan ilmu lainnya, jika
berobjek materia sama. (E.S.Ansari, 1987:50).
2. Metode.
1. Metode Observasi
5. Metode Sosiometri
6. Metode Statistik
Sementara itu metode lain adalah seperti pendapat pada tokoh-tokoh psikologi.
Beberapa metode yang dapat digunakan dalam penelitian di bidang psikologi
(Atkinson, 1983:25) diantaranya:
1. Metode Eksperimental
3. Metode Survey
4. Metode Tes
5. Riwayat Kasus
6
3. Sistematika.
Dalam struktur filsafat ilmu pengetahuan suatu objek dapat didekati dari
berbagai sudut pandang sesuai dengan sasaran dan tekanan pembahasan yang akan
dilakukan. Diantara bidang ilmiah dari ilmu pengetahuan adalah filsafat fisika,
filsafat astronomi, filsafat biologi dan filsafat imu sosial. (M.D. Ghony,tt:30). Ada
dua pendekatan yaitu pendekatan deduktf dan pendekatan induktif. Pendekatan
deduktif disini maksudnya melihat satu proses keilmuan dari induk (akar) sampai
kepada lahirnya Psikologi Pendidikan. Pendekatan induktif maksudnya melihat
bidang kajian praktis yang nyata kaitan antara Psikologi Pendidikan dengan ilmu
lainnya. Pendidikan adalah sebuah proses yang dilakukan anak manusia untuk
mempersiapkan generasi muda. Sebagai sebuah proses maka pendidikan
memerlukan media, ruang dan penataan, begitu juga dengan generasi maka
memerlukan pemahaman tentang manusia. Menurut Patrick Suppes (1974)
sedikitnya ada empat fungsi teori belajar yakni: (1) berguna sebagai kerangka
untuk melakukan penelitian, (2) memberikan suatu kerangka kerja bagi
pengorganisasian butir-butir informasi tertentu, (3) mengungkapkan peristiwa-
peristiwa yang kelihatannya sederhana dan (4) mengorganisasikan kembali
pengalaman-pengalaman sebelumnya. (Gredler, 1994:6).
7
B. BAB II
Pada diri seorang anak gejala pertumbuhan dan perkembagan selalu menyatu
dalam proses pendidikan atau proses belajar yang dialami anak. Hal ini erat
kaitannya dengan tingkat kemampuan, keinginan serta kejenuhan yang menjadi
lingkaran bagi kegiatan belajar dan tentunya akan berpengaruh pada hasil belajar
itu sendiri.
1. Perhatian
2. Pengamatan
3. Tanggapan
4. Ingatan
8
5. Fantasi
6. Pikiran
7. Perasaan
8. Kemauan
9
menurut penulis dianggap representatif untuk mengklasifikasi urutan
perkembangan kognitif anak ini yakni sebagai berikut :
b. Cognitive - schema
c. Object - permanance
d. Assimilation
e. Accomodation
f. Eguilibrium
1. Proses Hereditas.
Hereditas pada seorang anak adalah berupa warisan "specific genes" yang
berasal dari kedua orang tuanya "Genes" ini terhimpun di dalam kromoson-
kromoson atau "colored bodies". Kromoson- kromoson, baik dari pihak ayah
ataupun dari pihak ibu ber- interaksi membentuk pasangan pasangan. Dua anggota
dari masing masing pasangan memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Untuk
catatan dalam hal ini bahwa dalam pendekatan biologis terdapat satu aturan sistem
yang memberikan pedoman bagi psikologi pendidikan dimana anak dalam
kelahiran dan pertumbuhan telah diawali dari adanya garis keturunan yang tidak
terpisah dengan orang tuanya. Untuk itu nativisme yang menjadi aliran dalam hal
ini sangat penting sebagai bagian kajian yang harus ditelusuri lebih jauh.
10
2. Prinsip-prinsip Hereditas.
Prinsip dalam hal ini adalah aturan yang memang menjadi hukum atau bagian
teori yang menjadi pedoman bagi ilmuan atau pengguna untuk menjadikan
hereditas sebagai landasan pendidikan. Dari beberapa penelitian tentang prinsp
hereditas menurut catatn ( Tadjab, 1994:29) bahwa dikemukakan beberapa hal
yang utama yakni :
1. Prinsip reprosuksi
2. Prinsip konformitas
3. Prinsip variasi
11
C. BAB III
Belajar adalah syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam semua hal, baik
dalam hal ilmu pengetahuan maupun dalam hal bidang keterampilan atau
kecakapan. Berikut beberapa defenisi belajar menurut para ahli : Belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. (Slameto, 1988:2).
Faktor ini dapat dikatakan juga tidak terbilang banyak jumlahnya seperti
keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu pagi, atau siang, malam, letak tempat,
alat-alat yang dipakai untuk belajar dengan kata lain alat alat pelajaran.
12
2. Faktor sosial.
Faktor ini adalah faktor manusia baik manusianya itu ada (hadir) ataupun
tidak hadir. Faktor sosial yang telah dikemukakan tersebut umumnya bersifat
mengganggu situasi proses belajar dan prestasi belajar, sebab mengganggu
konsentrasi, hal ini perlu diatur agar belajar berlangsung dengan sebaik baiknya.
3. Faktor fisiologis.
Faktor ini harus ditinjau, sebab bisa terjadi yang melatar belakangi aktivitas
belajar, keadaan tonus jasmani, karena jasmani yang segar dan kurang segar,
lelah, tidak lelah akan mempengaruhi situasi belajar.
4. Faktor Psikologi.
Teori belajar secara ideal mencakup secara luas mengenai kenapa perubahan
belajar terjadi namun tidak lengkap dalam hal implikasi praktisnya bagi pendidik.
( Nana Sudjana, 1991:6). Dekan memperhatikan aktivitas yang berlangsung dalam
belajar serta tahapan perkembangan anak, Gagne mengelompokkan belajar atas 8
tipe :
3. Chaening ( Mempertautkan ).
7. Rule Learning ( Belajar membuat generalisasi atau hukum dan disebut juga
menghubungkan beberapa konsep ).
13
Merencanakan masa depan intinya adalah pendidikan, dalam pendidikan
intinya adalah pembelajaran, dalam pembelajaran yang dibahas adalah kegiatan
belajar. Sampai disini benar kata Ivor K. Davies bahwa hakikat pendidikan adalah
belajarnya murid dan bukan mengajarnya guru. ( Ivor K. Davies, 1991:31).
Bagaimana sebenarnya belajar, hal ini pernah diuraikan oleh Kimble (1961)
sebagaimana dikutip oleh Hergenhahn sebagai berikut : (1) belajar adalah
perubahan perilaku yang dapat diukur, (2) perubahan itu relatif permanen, (3)
perubahan tidak mesti langsung terjadi tetapi dapat dengan lambat laun, (4)
perubahan terjadi akibat dari pengalaman atau pelatihan, dan (5) pengalaman dan
praktek harus diperkuat. ( B. R. Hergenhahn, 2008:2).
Tiga kata kunci dalam pembelajaran begitu penting, yakni; proses interaksi,
sumber dan lingkungan, serta pengetahuan dan keterampilan baru. Merancang
pembelajaran memerlukan input sumber dan lingkungan, atau berfikir sebaliknya,
sumber dan lingkungan yang ada harus secara tepat dimanfaatkan untuk kegiatan
belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Pola pola interaksi antara siswa
dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber dan lingkungan harus
didasarkan pada pendekatan psikologis.
D. BAB IV
Secara garis besar teori belajar dapat dikelompokkan menjadu dua bagian.
Pembagian ini didasarkan atas pandangan belajar dalam mengenal manusia yakni:
1. Konneksionsime ( Thorndike).
14
Pandangan kedua menganggap manusia adalah bebas untuk membuat semua
kegiatan.
1. Teori kognitif.
Teori yang termasuk dalam kelompok teori kognitif adalah : (1) Teori Gestalt
(Kohler), (2) Teori Medan (Kurt Lewin), (3) Teori Organistik (Whuler), (4) Teori
Sign Gestalt, (5) Teori Humanistik (A. Maslow). Dari hasil percobaan Thorndike,
maka kita mengenal 3 hukum pokok yaitu : (1) Hukum Kesiapan (Law of
readiness), (2) Hukum Latihan (Law of exercise), (3) Hukum Akibat (Law of
effect). Selain tiga hukum pokok di atas Thorndike mengemukakan adanya 5
hukum tambahan yaitu: (1) Law of multiple respnse, (2) Law of attitude, (3) Law
of partial activity, (4) Law of response by analogy, (5) Law of associative.
2. Teori Konditioning.
Pelopor teori ini adalah Ivan P. Pavlov (Rusia) seorang ahli psikologi.
Menurut kondisioning belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan
mengasosiasikan stimulus dengan stimulus yang lebih kuat pada waktu yang
bersamaan.
1. Memilih stimulus
15
2. Memberikan penguatan
1. Belajar isyarat
2. Belajar stimulus-respon
4. Asosiasi verbal
5. Belajar diskriminasi
6. Belajar konsep
7. Belajar aturan
1. Keterampilan motorik
2. Informasi verbal
3. Kemampuan intelektual
4. Strategi kognitif
16
5. Sikap bidang ini tidak dipelajari dengan praktek, satu cara yang paling efektif
untuk merubah sikap adalah dilakukan oleh orang tersebut dan
mempraktekkannya kepada orang lain.
Pengertian dasar dari atribusi berasal dari kata “Attribute” yang artinya (sifat,
cii, tanda) yakni sifat karakteristik yang fundamental atau pokok dari sesuatu atau
seseorang. (Chaplin, 1989:44). Teori atribusi untuk mengembangkan penjelasan
dari cara kita menilai orang secara berlainan. Bergantung pada makna apa yang
kita hubungkan sesuatu perilaku tertentu. Tetapi penentuan tersebut sebagian
besar bergantung pada tiga faktor (1) kekhususan ketersendirian, (2) konsensus,
(3) Konsistensi. (Robin, 1996:127). Artinya adalah seseorang akan melakukan
sesuatu pertama didasarkan atas keadaan secara spesifik yang ada pada dirinya
sendiri tanpa campur tangan pihak lain.
Teori belajar secara ideal mencakup secara luas mengenai kenapa perubahan
perubahan belajar terjadi namun tidak lengkap dalam hal implikasi praktisnya
bagi pendidik. Sedangkan teori pengajaran idealnya mencakup secara luas
mengenai prinsip-prinsip praktis namun tidak lengkap mengenai bagaimana
prosedur perubahan itu terjadi. ( Sudjana, 1991: 6).
17
E. BAB V
Setiap individu adalah hasil dari dua keturunan atau dua faktor utama yakni,;
hereditas dan lingkungan. Kedua faktor inilah yang sangat berarti mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Agar individu dapat dipelajari secara utuh,
hal ini harus dilihat dari banyak factor utama yakni:
1. Kesiapan
2. Motivasi
Berikut dijabarkan bagian utama tingkah laku penting yang harus diketahui
untuk kepentingan proses belajar mengajar sebagai berikut :
1. Motivasi
2. Perhatian
3. Ingatan
4. Fantasi
5. Berfikir
6. Perasaan
7. Bakat
18
Ada tiga rana sebagai pembahasan utata, namun harus didasari ketga itu
tetapi memiliki keterkaitan dan kesatuan yang utuh sebagai pengklasifikasian
tujuan intruksional.
1. Rana Kognitif.
2. Rana Afektif.
Taksonomi ini lebih dikenal pada rana yang berorientasi pada rasa atau
kesadaran. Adapaun ciri dari organisasi rana afektif ini adalah lebih
mengorientasikan pada nilai-nilai, norma untuk diinternalisaikan dalam sistem
kerja pribadi seseorang.
3. Rana Psikomotor.
3. Konsepsi yang didasarkan atas analisis faktor yang disebut konsepsi faktor
19
5. Konspsi yang didasarkan atas analisis fungsional yang disebut sebagai konsepsi
fungsional. (Sumadi Suyabrata, 1989:128).
Dalam hal ini yang dimaksud dengan tingkah laku inteligensi adalah
pernyataan dan aktivitas manusia yang dengannya dapat diketahui, diukur dan
ditentukan apa dan bagaimana keadaan inteligensi. Salah satu penegasan tentang
inteligensi ada yang menyebutkan bahwa; inteligensi sebagai kemauan yang
dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara
tertentu. (Ahmad Mudzakir, 1997:133). Sampai disini jrlas bahwa inteligensi pada
konsepnya adalah abstrak, namun dapat dilihat dan dipahami ketika tingkah laku
manusia menunjukkan adanya usaha atau aktivitas.
1. Tes Wechsler.
a. WAIS yang diperuntukkan pada anak usia 16-17 tahun hingga dewasa.
b. WISC yang diperuntukkan bagi anak usia 6 tahun 0 bulan hingga 16 tahun 11
bulan
c. WPPSI yang diperuntukkan bagi anak usia 4 tahun hingga 6 tahun 6 bulan.
Dibuat pada tahun 1938 yang merupakan alat tes nonverbal dan hanya
berupa stimulus gambar saja. Ada 3 jenis tes Progressive Matrices yakni; (1)
CPM (Coloured Progressive Matrices), (2) SPM (Standard Progressive
Matrices), (3) APM (Advance Progressive Matrices). (Sattler,1988:309). 3.
Tes Army Alpha dan Beta. Digunakan untuk mentes calon tentara di Amerika
Serikat. Tes ini awalnya diciptakan untuk memenuhi keperluan yang mendesak
dengan menseleksi calon tentara waktu perang dunia II.
4. Tes Binet-Simon.
20
Intelligence adalah satu kecerdasan yang dimiliki manusia untuk merespon,
mrngadaptasi apa yang ada disekelilingnya dengan cara menggunakan berfikir,
merasa dan bertindak. Multiple intelligence sebagai satu gagasan bahwa
kecerdasan yang dimiliki manusia adalah beragam, dan masing masing individu
memiliki keunikan tidak sama satu dengan lainnya.
F. BAB VI
Yang paling rasional adalah dengan belajar manusia akan mendapat hasil,
bila belajar didayagunakan atau diprogram secara tepat dan benar, maka akan
memperoleh hasil seperti yang diinginkan. Dari sini lahir apa yang disebut dengan
pengukuran kepintaran atau yang disebut dengan intelligence quotient, begitulah
dan terus berkembang sampai beberapa dekade.
1. Orientasi kurikulum.
G. BAB VII
Bahasa lahir dari perlunya interaksi dan komunikasi baik antara individu
dengan individu lain, antar individu dengan kelompok, antar individu dengan
bukan manusia dan lain sebagainya. Seperti dijelaskan bahwa: bahasa adalah alat
22
komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi suara, yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. (Kerap, 1984:16). fungsi bahasa disamping
sebagai alat komunikasi juga bahasa untuk menyatakan ekspresi diri, sarana untuk
beradaptasi dan berintegrasi dalam masyarakat, dan sarana untuk mengontrol
masyarakat itu sendiri. (Santuri dkk, tt:3). Jadi bahasa sebagai sistem komunikasi
memiliki makna yang lebih luas dari sekedar berbicara. Setiap bahasa merupakan
komponen aset yang berharga. Aset ini perlu dibudayakan komunitas atau bangsa
yang hanya berbicara dalam satu bahasa, dari generasi ke generasi. (Najafi,
2006:151).
Bahasa lahir dari perlunya interaksi dan komunikasi baik antara individu
dengan individu lain, antar individu dengan kelompok, antar individu dengaan
bukan manusia dan lain sebagianya.
Kemampuan kita menguasai berbagai bahasa selain bahasa ibu dengan baik
dan benar adalah satu anugrah dari Tuhan, disamping didukung oleh bakat dan
keinginan yang kuat. Artinya mampu berbahasa asing tidak semua orang dapat
23
memilikinya, tetapi bagi mereka yang menginginkan akan lebih mudah
mendapatkan kemampuan tersebut.
Dalam hal ini; kesulitan yang dihadapi dalam mempelajari bahasa asing
adalah jika bahasa diharapkan menjadi subjek alat yang efektif, pelajar harus
dapat berfikir dalam bahasa itu sebagai gambaran ekspresi dirinya jika seorang
individu mulai pelajaran bahasa asingnya setelah ia memperkembangkan
kebiasaan berfikir yang sukar dalam bahasa daerah, sering sulit baginya untuk
berfikir dalam bahasa asing, terutama apabila ia hanya mempergunakan waktu
tidak lebih dari dua tahun dalam studinya. ( Crow & Crow, 1987:114).
Setelah lingkungan yang tidak baik, ternyata kesulitan belajar berbahasa juga
ada pada faktor diri anak. Maka banyak hal yang harus diperhatikan menurut
Lovitt (1989) sebagaimana dikutip Muliyono bahwa kesulitan belajar bahasa
disebabkan lima faktor yakni; (1) kekurangan kognitif, (2) kekurangan dalam
memori, (3) kekurangan kemampuan melakukan evaluasi, (d) kekurangan
kemampuan memproduksi bahasa dan, (5) kekurangan dalaam bidang pragmatik
atau penggunaan fungsional bahasa. (Abdurrahman, 1994:162).
24
4. Ciri ciri khas kelompok anak anak tertentu
Perlu diingat, bahawa pembelajaran bahasa asing, telah banyak strategi dan
metode yang dikembangkan para ahli, apakah itu hasil penelitian, dari teori
tentang belajar dan lain sebagainya. Namun demikian yang harus juga
diperhatikan adalah; kemampuan guru dalam merancang pembelajaran, mengelola
kegiatan pembelajaran, menjadikan media sebagai pendukung pembelajaran,
sampai pada evaluasi untuk keterampilan berbahasa, adalah hal yang sangat utama
dalam pembelajaran. Kemahiran berbahasa harus dimiliki oleh anak anak dan
pelajar untuk menimba ilmu pengetahuan. Penguasaan bahasa membantu dalam
pemprosesan informasi yang diterima dan seterusnya disimpan dalam memori
untuk diaplikasikan dalam kehidupan seharian oleh pelajar. (Nachiappan dkk,
2008:119). Jadi yang paling penting dari kemahiran berbahasa adalah pemakaian
bahasa secara baik untuk kepentingan tiap individu dalam masyarakat, untuk
kebaikan umat manusia sendiri. (Kerap, 1984:10).
H. BAB VIII
Sekarang sudah sangat jelas bahwa kemanusiaan berada dalam keadaan yang
sangat sekarat dalam peralihan ke masyarakat global. (Karan Sing,1996:12).
Justru lahir dari satu kelebihan manusia yakni ia dapat berkreasi dan lahirlah
kreatifitas.
Jelas bahwa kedudukan kreatifitas tidak dapat dipandang hanya sebagai satu
kebetulan atau satu kemampuan biasa, akan tetapi memiliki dimensi yang unik
tetapi handal dalam pengembangan sumber daya mansuia. Rancang bangun
kreatifitas diawali dengan berfikir yang baik tepat, dan benar, dan puncak
keberhasilannya adalah peradaban.
25
Berfikir adalah aktualisasi dari cara kerja otak, dalam hal ini pengetahuan
tentang anatomi otak sangat diperlukan maka lahirlah fisiologi. Kreatifitas adalah
produk dari tata cara berfikir yang baik dan benar, maka lahirlah filsafat sebagai
satu disiplin ilmu tentang tata cara berfikir. Kemudian sebagai satu gejala
kejiwaan baik berfikir maupun kreatifitas maka lahirlah psikologi yang mencoba
menjelaskan bagaimana fenomena jiwa dalam empat hal yakni; gejala mengenal
(kognisi), gejala merasa (emosi), gejala kehendak (konasi), gejala campuran
(kombinasi). (Atkinson,1981:26).
1. Orientasi
2. Preparasi
3. Inkubasi
4. Iluminasi
5. Verifikasi
26
Faktor faktor yang mempengaruhi berpikir kreatif menurut Coleman dan Hammen
(1974) adalah :
1. Kemampuan kognitif
Bentuk dari kegiatan pendidikan sederhananya terdapat dalam tigal hal yakni;
pembelajaran, pelatihan, dan pembimbingan dimana ketiganya mempunyai titik
tekan berbeda, namun pada intinya adalah memanusiakan manusia sesuai dengan
kodrat dan kemampuan yang ia miliki. Berpikir kreatif tentu mempunyai
epistimologi yang kompleks tetapi mapan, intinya adalah upaya menemukan
dimensi kreatifitas dalam sistem pendidikan di Indonesia. Pengetahuan tentang
pengenalan diri (psikologi) diperlukan guna memberi bekal bagaimana kegiatan
pendidikan yang harus dilaksanakan. Salah satu dimensi dari potensi manusia
adalah kreatifitas, maka bagaimana kreatifitas dijadikan power point dalam
kegiatan pendidikan di negeri ini. Salah satu yang membantu berpikir kreatif
adalah psikologi dan filsafat. Psikologi dan filsafat ilmu menurut Beerling (1970)
merupakan suatu bentuk pemikiran secara mendalam yang bersifat lanjutan
dengan dua fungsi utama yakni: (1) dapat mengarahkan metode penyelidikan
ilmiah kejuruan kepada penyelenggaraan kegiatan ilmiah, (2) dapat menerapkan
penyelidikan kefilsafatan terhadap kegiatan ilmiah. Dalam memahami peran
psikologi dan filsafat ilmu ini untuk pengembangan kreatifitas pada pendidikan
yang ada, maka dapat ditata pada tiga pembahasan utama yakni; identifikasi,
analisis, dan konkulisi / solusi.
Filsafat ilmu sebagai satu disiplin pengetahuan yang mencoba menelaah satu
objek, dari sisi ontologi, epistimologi, dan aksiologi. (Jujun.1984). Dengan tiga
rana tersebut pengetahuan yang satu dapat dibedakan dengan pengetahuan lain
seperti antara ilmu, agama, seni dan lainnya.
I. BAB IX
Dari tiga defenisi di atas, secara prinsip motivasi terkait dengan dorongan
yang terdapat pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Tiga kata kunci
dalam motivasi adalah sebagai berikut: (a) dalam motivasi terdapat dorongan yang
menjadikan seseorang mengambil tindakan atau tidak mengambil tindakan, (b)
dalam motivasi terdapat satu pertimbangan apakah harus memprioritaskan
tindakan alternatif, baik itu tindakan A atau tindakan B, dan ( c ) dalam motivasi
terdapat lingkangan yang memberi atau menjadi sumber masukan atau
pertimbangan seseorang untuk melakukan tindakan pertama atau kedua.
28
Motivasi instrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi
sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). (Santrock, 2007:514). Pada setiap proses,
seseorang harus selalu diberi kondisi yang baik, artinya ia jangan sekali kali
melakukan sesuatu atas dasar tekanan, atau tuntutan yang berlebihan. Suasana
yang nyaman, dengan cara seperti itu motivasi dapat dikelola dikendalikan dan
diarahkan sesuai dengan yang diinginkan oleh pendidik, oleh orang tua, oleh
lingkungan dan sesungguhnya untuk masa depan anak itu sendiri. Harus dicatat,
tidak ada motivasi memberi alternatif yang tepat apabila dibalik, bahwa prestasi
adalah menjadi motivasi belajar bagi anak.
J. BAB X
1. Faktor intern siswa, yakni hal hal atau keadaan keadaan yang muncul dari
dalam diri siswa sendiri
2. Faktor ekstern siswa, yakni hal hal atau keadaan keadaan yang datang dan
muncul dari luar siswa. (Muhibbin Syah, 1995:173).
29
Secara umum ada enam tahapan yang akan dilakukan orang untuk mengatasi
kesulitan belajar yang terlanjur dialami siswa yakni :
1. Pengumpulan data
2. Pengolahan data
3. Diagnosis
4. Prognosa
5. Tratmen / Perlakuan
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kesulitan belajar pada anak, diantaranya:
1. Perkembangan fisik
Lupa dalam konteks pembelajaran merupakan bagian integral dari proses itu
sendiri artinya terjadinya lupa sangat tergantung dengan kegiatan yang dilakukan
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Lupa menurut pengertian dasarnya
adalah lepas dari ingatan; tidak dalam pikiran (ingatan) lagi. (Departemen P dan K
RI, 1990:538). Lupa juga diartikan sebagai; ketidakmampuan mengenal atau
mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. (Reber Athur S, 1998).
Lupa lebih bermakna psikologis dimana terjadinya pada saat sederhana lupa
dapat diartikan sebagai; keadaan dimana terjadi proses penghapusan informasi
yang mengakibatkan jejak jejak ingatan hilang atau menjadi kabur (info jarang
digunakan lagi). Dalam Al Qur’an terminologi Lupa dimaknai dengan “Nasiya”
atau “Nisyaanan” yang berarti melupakan atau lupa. Tidak lebih dari 12 kali
dalam 8 surat terdapat kata lupa dalam Al Qur’an, itu berarti lebih sedikit
dibanding dengan kata ingat yakni lebih dari 300 ayat.
Tiga bagian penting untuk memaknai lupa yakni; (1) lupa adalah sebuah
proses yang terjadi pada seseorang dimana ia telah melakukan penyimpanan
informasi, (2) lupa dapat terjadi pada saat kapan saja tergantung pada situasi
pemanggilan memori, dan (3) lupa dapat dihindari atau dikurangi dengan cara-
30
cara tertentu. Dalam hal ini dijelaskan bahwa penyebab lupa sedikitnya ada enam
yakni sebagai berikut;
1. Lupa dapat terjadi karena gangguan konflik antara item item informasi atau
materi yang ada dalam sistem memory siswa.
2. Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item
yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak.
3. Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara
waktu belajar dengan waktu mengingat kembali.
4. Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap minat siswa terhadap proses dan
situasi belajar tertentu.
5. Lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah
digunakan atau dihafalkan siswa.
Dalam proses pembelajaran sedikitnya ada tujuh fase yang dialami oleh peserta
didik yakni;
1. Fase motivasi
2. Fase Konsentrasi
3. Fase mengolah
4. Fase menyimpan
5. Fase……… menggali 1
……….menggali 2
6. Fase prestasi
Usaha yang dapat dilakukan secara praktis oleh peserta didik dalam mengatasi
lupa adalah;
1. Belajar lebih
31
2. Tambahan waktu belajar
3. Muslihat memori
4. Pengelompokan
5. Latihan terbagi
1. Lupa yang terjadi pada benak mengenai berbagai peristiwa dan informasi yang
telah diperoleh sebelumnya. (Qs. 87:6).
3. Lupa dengan pengertian hilang perhatian terhadap sesuatu hal. (Qs. 9:67).
Terjadinya kesulitan dan kepayahan inilah yang dijadikan alasan maka siswa
memerlukan jalan keluar dan tugas pendidik adalah memberikan bimbingan tes
kepada individu dalam menghadapi persoalan persoalan yang (dapat) timbul
dalam hidupnya. (WS Winkel, 1998:11).
K. BAB XI
Seorang antropolog dan psikolog Clyde Kuckhon fan Henry Muray (1954)
bersatu untuk berpendapat, mereka membuat kategori manusia dalam tiga
kelompok yakni;
32
psikologi oleh suatu kelompok yang tertarik pada kapasitas dan potensi dasar pada
manusia yang tidak mendapatkan tempat sistematik dalam teori behavioristik
(mazhab pertama), teori psikoanalitik klasik (mazhab kedua), atau psikologi
humanistik (mazhab ketiga), psikologi transpersonal yang tenagh timbul ini
(mazhab keempat), secara khusus berbicara mengenai nilai-nilai dasar, kesadaran
yang mempersatukan pengalaman puncak, ektase, pengalaman mistik, perasaan
terpesona, ada, aktualisasi diri, hakikat, kebahagiaan, keajaiban, arti dasar,
transendensi diri, roh ketunggalan, kesadaran kosmik dan konsep, pengalaman
serta aktivitas yang berhubungan. (Calvin S. Hall &Gardner Lindzey,1994:233).
1. Teori konstitusional.
2. Teori temperament
4. Teori faktor
5. Teori kebudayaan
33
1. Sifat. Merupakan suatu karakteristik yang membedakan satu individu dengan
individu lainnya. Kata “sifat” dalam istilah psikologi, berarti ciri ciri tingkah
laku yang tetap (hampir tetap) pada tiap seseorang.
3. Watak. Ialah pribadi jiwa yang menyetakan dirinya dalam segala tindakan dan
pernyataan, dalam hubungannya dengan; bakat, pendidikan, pengelaman dan
alam sekitarnya. Watak juga dapat diartikan sebagai karakter seluruh aku yang
ternyata dalam tindakannya terlibat dalam situasi, jadi memang di bawah
pengaruh dari pihak bakat, temperamen, keadaan tubuh dan lain sebagainya.
1. Watak biologis
2. Watak intelijen
Keluarga adalah persekutuan atau organisasi terkecil yang ada dimuka bumi
ini tetapi mempunyai peran yang terbesar dalam menentukan perkembangan
kepribadian anggotanya. Dalam agama islam keluarga dibangun atas dasar syari’at
dalam hal ini terdapat nilai nilai tujuan pembentukan keluarga yang sangat penting
artinya yakni :
34
Pada bagian berikutnya maka tanggung jawab sebuah keluarga terhadap
pendidikan anak begitu besar dan sangat strategis, artinya dikeluargalah penentuan
anak apakah ia akan dijadikan orang baik atau tidak baik. Dalam hal ini pihak
sekolah harus memperhatikan hal hal berikut :
1. Mengerti anak anak dan orang tua yang bukan berasal dari middle class.
2. Punya kesan baik terhadap sekolah maupun kelompok lain diluar sekolah.
Keluarga itu terdiri dari pribadi pribadi, tetapi merupakan bagian bagian dari
jaringan sosial yang lebih besar. Oleh sebab itu kita selalu berada di bawah
pengawasan saudara saudara kita, yang merasakan bebas untuk mengkritik,
menyarankan, memerintah, membujuk, memuji atau mengancam agar kita
melakukan kewajiban yang telah dibebankan kepada kita. (Williem J. Goode,
1985 : 9). Membangun keluarga sebagai pusat pembinaan kepribadian anak dalam
hal ini ditegaskan pada tiga fungsi utama yakni :
Salah satu kewajiban orang tua dalam keluarga terhadap anak adalah;
memberikan rasa aman pada anak-anak, membentuk intelektualitas seraya
memenuhi kebutuhan fisik mereka. Dengan demikian akan terjadi perkembangan
kualitas manusia secara berkesinambungan. (Ibnu Hasan Najati, 2006: 43).
35
BAB IV
A. Kekurangan Buku
3. Banyaknya tanda baca yang salah atau tidak sesuai dengan tempatnya.
5. Adanya kata kata yang sulit dimengerti seperti adanya kata lain yang tidak
memiliki arti.
B. Kelebihan Buku
1. Buku ini terdapat tabel sehingga pembaca dapat lebih mudah memahami isi
buku tersebut.
2. Buku ini dapat dijadikan refrensi karena buku ini terdapat banyak rujukan dari
buku lain.
5. Menggunakan beberapa pendapat para ahli bukan hanya sekedar pendapat saja.
36
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Buku ini terdapat beberapa kelemahan yang dapat menjadi patokan untuk
menyempurnakan isi buku ini. Penulis diharapkan untuk lebih memperhatikan
ejaan dalam penulisan. Namun demikian, buku ini juga terdapat kelebihan yang
patut dipertahankan karena hampir keseluruhan kelebihan buku ini lebih timbul
ketimbang kelemhannya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Barbara K. Given (2007), Brain - Based Teaching, Bandung : Kaifa. (Terj. Lala
Hermawati Dharma).
Calvin S. Hall, Gardner Lindzey (1993), Teori Teori Psikodinamik (Klinis), (Terj.
A. Supratiknya), Yogyakarta : Kanisius.
Endang Saifuddin Ansari (1987), Ilmu Filsafat dan Agama, Surabaya : Bina Ilmu.
Ibnu Hasan Najati & Mohamed A. Khalfan, (2006), Pendidikan & Psikologi
Anak, Jakarta : Cahaya. (Terj. M. Anis Maulachela).
38
Mahmud (2010), Psikologi Pendidikan, Bandung , Pustaka Setia.
Oemar Hamalik (1992), Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru.
Yovan P. Putra (2008), Total - Mind Learning: Memori dan Pembelajaran Efektif,
Jakarta : Yrama Widy.
39