Garuda 1420588

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 12

Perancangan Model Layanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit untuk

Mengurangi Waktu Antrian pada Pelayanan Obat di Farmasi (Studi Kasus :


RSUD Dr.Adhyatama, MPH Kota Semarang)

Sigit Heru Krisnanto, Purnawan Adi W, Dyah Ika Rinawati


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

ABSTRAK
Lama waktu layanan merupakan salah satu indikator penting yang menentukan kepuasan pasien dan
mutu dalam layanan farmasi rumah sakit. Berdasarkan laporan pencapaian mutu Instalasi Farmasi
RSUD Dr.Adhyatama, MPH pada bulan April 2017 layanan obat di Instalasi tersebut telah memenuhi
standar mutu, namun belum mencapai target indikator mutu yang ada. Setelah dilakukan penelitian lebih
lanjut dengan membuat Value Stream Mapping, pada proses layanan obat jadi dan obat racikan instalasi
farmasi Dr. Adhyatama, MPH terdapat 2 jenis waste yang terjadi yaitu delays, dan transportation .
Persentase waste terbesar adalah delays sebesar 71 %, dari keseluruhan waktu layanan obat jadi dan 59
% dari keseluruhan obat racikan. Hasil penelitian untuk mengatasi besarnya waktu tunggu di dalam
Sistem Layanan pada instalasi farmasi RSUD Dr.Adhyatama, MPH Kota Semarang tersebut yaitu
dengan menambah 1 orang petugas skrining, 1 orang teknisi Obat, dan 1 orang teknisi label dan
pengemasan.

Kata Kunci : Lean Health Care, Waktu Tunggu, ExtendSim

ABSTRACT
Design of Pharmacy Hospital Installation Service Model to Reduce Queue Time on Drug Service in
Pharmacy (Case Study : Dr.Adhyatama,MPH Hospital Semarang City) The time required to complete
a service is one of the important indicators that determines patient satisfaction and quality in hospital
pharmacy services. Based on the report on the quality achievement of Pharmacy Installation of RSUD
Dr.Adhyatama Hospital, MPH in April 2017, the drug service in the Installation has met the quality
standard, but has not reached the target of the existing quality indicator. After further research was
done by creating Value Stream Mapping, on the process of finished drug service and medicine for
pharmaceutical installation RSUD Dr. Adhyatama, MPH there are 2 types of waste that happens are
delays and transportation. The largest percentage of waste was delays of 71%, of the total time of taking
the drugs that have been available and 59% of the total time to finished the drugs that need to be
formulated. The result of the research to resolve the waiting time’s problem in the Service System at the
pharmacy installation of RSUD Dr.Adhyatama, MPH Semarang City is by adding 1 person screening
officer, 1 drug technician , and 1 labels and packing technician.

Keywords: Lean Health Care, Waiting Time, ExtendSim

PENDAHULUAN penuh dengan persaingan, rumah sakit meski semakin


Dewasa ini tingkat kesadaran masyarakat tentang sadar tentang perlunya memberikan kualitas
kesehatan semakin meningkat. Seiring dengan pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya
meningkatnya kesadaran tersebut, layanan kesehatan (Setyaningsih, 2013). Maka, rumah sakit harus
seperti rumah sakit dituntut untuk semakin mampu memberikan layanan dengan cepat dan tepat.
memperbaiki layanannya. Berdasarkan perspektif Rumah sakit memiliki berbagai macam praktek
industri, kualitas pelayanan industri merupakan hal medis dan cukup kompleks. Berbagai macam praktek
yang sangat penting dalam mewujudkan kepuasan yang dapat ditemukan di rumah sakit seperti instalasi
pelanggan, apalagi layanan ini berkaitan dengan hidup gawat darurat (IGD), Intensive Care Unit (ICU),
dan mati seseorang. Waktu pelayanan juga merupakan Intensive Cardiac Care Unit (ICCU), Perina, layanan
hal yang sangat penting di dalam menentukan persalinan, operasi, laboratorium, radiologi, layanan
kepuasan pelanggan. Semakin lama waktu yang poliklinik, instalasi farmasi, dan berbagai macam
dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu layanan dapat layanan lain. Praktek medis yang memiliki banyak
menurunkan kepuasan pasien terhadap rumah sakit proses serta kompleks memberikan peluang dalam
tersebut. Selain itu, dalam lingkungan yang semakin meningkatkan pelayanan kepada pasien.

-1-
Salah satu layanan yang terdapat dalam rumah menunjukkan angka rata-rata keterlambatan untuk
sakit yaitu instalasi farmasi. Farmasi atau juga dikenal obat jadi 15,19 menit dan rata-rata keterlambatan obat
dengan apotek merupakan salah satu bagian terpenting racikan menunjukkan angka 18,14 menit. Persentase
dalam sebuah rumah sakit. Seorang apoteker memiliki keterlambatan pada bulan april menunjukkan angka
peran untuk menyediakan konseling medis, skrining sebesar 28,21% pada obat jadi dan obat racikan
resep obat, memberikan obat, dan pekerjaan sebesar 3,1 %. Berdasarkan laporan tersebut, instalasi
manajerial lain berkaitan dengan stok obat-obatan. farmasi RSUD Dr.Adhyatama, MPH sudah memenuhi
Menurut Cua (Chua, Kuan, & Ramli, 2003) standar mutu dengan rata-rata respons time masih di
menyatakan bahwa kesalahan berkaitan dengan resep bawah batas 30 menit untuk obat jadi dan 60 menit
obat-obatan melebihi 2% dari keseluruhan proses untuk obat racikan. Namun, jika melihat indikator
medis di dalam rumah sakit. Waktu tunggu juga mutunya, rumah sakit tersebut masih harus melakukan
menjadi hal yang penting yang paling menentukan perbaikan karena sebanyak 28,21% obat jadi
kepuasan pelanggan dalam layanan pada instalasi mengalami keterlambatan di atas 10 menit dan 3,1%
farmasi. Sehingga menjadi tantangan bagi instalasi obat racikan terlambat di atas 15 menit yang
farmasi rumah sakit untuk mengurangi tingkat merupakan batas kelebihan waktu yang
kesalahan dan bekerja secara efisien sehingga diperbolehkan.
meningkatkan kepuasan pelanggan. Peneliti kemudian melakukan pengukuran kerja
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adhyatma, MPH secara langsung pada layanan instalasi farmasi lantai 1
merupakan RSUD milik pemerintah provinsi Jawa RSUD Dr.Adhyatama, MPH pada senin 31 Juli 2015
Tengah ini terletak di jalan raya Walisongo Semarang dengan total pasien rawat jalan sebanyak 158 pasien.
yang merupakan ruas jalur utama Semarang-Jakarta. Dari hasil pengukuran kerja tersebut dilakukan
RSUD Dr. Adhyatma, MPH memiliki letak yang process activity mapping untuk melihat aktivitas di
sangat strategis yaitu berada jalur padat dengan dalam layanan tersebut. Berdasarkan process activity
potensi rawan kecelakaan cukup tinggi, dikelilingi mappping yang telah dilakukan terdapat 2 jenis waste
oleh lingkungan pemukiman dan perumahan yang yaitu waiting, transportation, dan processing.
padat, serta dilingkupi sentra industri besar antara lain: Aktivitas menunggu terjadi pada saat resep datang,
Kawasan Industri Wijaya Kusuma, Kawasan Industri resep menunggu untuk entry data, konfirmasi data, dan
Tugu Indah, Kawasan Industri Candi dan Kawasan pada saat penyerahan obat dengan rata-rata waiting
Guna Mekar. Sehingga, pasien yang datang ke rumah tiap layanan sebesar 29,6 menit. Waste berupa
sakit tersebut cukup banyak. Laporan jumlah pasien transportasi terjadi pada saat pengambilan obat dan
instalasi farmasi tahun 2017 pada 4 bulan pertama penyerahan obat dengan jarak 19,5 meter dan
menunjukkan angka 58.743 orang dengan rata-rata menyumbang 0,55 menit dari proses layanan.
14.685 orang pasien tiap bulan. Berdasarkan root cause analysis yang dilakukan,
Pelayanan instalasi farmasi terbagi ke dalam 2 ditemukan indikasi masalah terkait pengaturan
golongan pasien yaitu pasien rawat jalan (outpatient) pekerja. Dari hasil yang telah didapat tersebut perlu
dan pasien rawat inap (inpatient). Pasien rawat jalan dilakukan penelitian lebih lanjut letak adanya waste
dalam 4 bulan terakhir berjumlah 35.521 pasien atau dan upaya perbaikan yang dapat dilakukan yaitu
60,4% dari total pasien pada instalasi farmasi. berupa penambahan pekerja pada area tertentu.
Sedangkan, jenis obat yang ada di dalam pelayanan Toyota Production System (TPS) atau juga dikenal
instalasi farmasi dapat digolongkan menjadi 2 jenis dengan lean metodology, pada mulanya digunakan
yaitu obat jadi dan obat racikan. Peraturan Gubernur untuk merampingkan proses dalam manufaktur, saat
Jawa Tengah no. 27 tahun 2017 telah mengatur standar ini secara meningkat diterapkan dalam operasional
maksimum respon time resep obat jadi (non-racikan) rumah sakit (Castaldi, 2016). TPS berdasarkan pada
yaitu 30 menit, dan maksimum respon time obat prinsip teknik industri dan inovasi operasional
racikan 60 menit. Sedangkan indikator mutu juga telah merupakan metode yang digunakan untuk mencapai
diatur di dalam Peraturan Gubernur no. 34 tahun 2014 penurunan waste atau pemborosan dan efisiensi, di
berupa angka keterlambatan maksimum obat jadi yaitu saat yang bersamaan mampu meningkatkan kualitas
10 menit dan angka keterlambatan obat racikan produk (Jimmerson, 2005). Beberapa key tools dan
maksimum 15 menit. Respons time dihitung dari prinsip di dalam lean yang telah diadaptasi ke dalam
jumlah kumulatif waktu tunggu layanan dibagi jumlah layanan kesehatan terbukti secara efektif mampu
pasien yang disurvei, sedangkan angka keterlambatan memperbaiki operasional rumah sakit (Jimmerson,
merupakan jumlah kelebihan waktu yang lebih dari 30 2005).
menit dibagi dengan jumlah pasien yang mengalami Menurut Christoper S. Kim (Kim, 2006)
keterlambatan layanan. menyatakan bahwa filosofi dari Lean Thingking yang
Pada laporan pencapaian sasaran mutu dan berasal dari TPS semakin banyak diikuti oleh para
indikator mutu pada bulan April tahun 2017 pimpinan layanan kesehatan dengan beberapa rumah
menunjukkan hasil rata-rata respons time obat jadi sakit dan medical group di seluruh negara mengadopsi
untuk resep rawat jalan sebesar 20,83 menit dan rata- lean production sebagai pendekatan sistematis mereka
rata respons time obat racikan resep untuk rawat jalan dalam memperbaiki kualitas dan dan efisiensi.
sebesar 26,49 menit. Hasil indikator mutu Beberapa tahun terakhir, penerapan prinsip dan
2
metode pada lean telah memberikan dampak sarana kesehatan dapat diselenggarakan oleh
perubahan dari bagaimana layanan kesehatan pemerintah, dan atau masyarakat.
disajikan, dengan potensi peningkatan secara dramatis Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
dalam kualitas, keamanan, efisiensi, dan kelayakannya Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah
(Christoper S. Kim, 2006). Lean metodology yang sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
diterapkan di dalam layanan kesehatan ini kemudian menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
dikenal dengan istilah lean health care. Namun, secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
dengan proses dan pengaturan yang cukup banyak di inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
dalam rumah sakit, tidaklah mudah untuk melakukan Farmasi merupakan salah satu bagian yang sangat
perubahan secara keseluruhan dalam waktu penting di dalam rumah sakit. Pekerjaan kefarmasian
bersamaan. Perubahan di dalam sebuah membutuhkan menurut Ketentuan Umum Undang-Undang
waktu. Penerapan lean Health Care tidaklah harus Kesehatan No. 23 tahun 1992 yaitu pekerjaan yang
diterapkan dalam semua departemen sekaligus. meliputi pembuatan, pengolahan, peracikan,
Namun, rumah sakit dapat memulai dari salah satu pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, dan
departemen yang kemudian dapat menginspirasi penyerahan obat atau bahan obat ; pengadaan,
departemen lain (www.leanindonesia.com, 2016). penyimpanan, penyaluran, dan penyerahan perbekalan
Penerapan lean Health Care pada layanan farmasi lainnya, serta pelayanan informasi mengenai
kesehatan dapat dimulai melalui instalasi farmasi. perbekalan farmasi yang terdiri atas obat, bahan obat,
Penelitian di Yale-New Haven Hospital (YNHH) pada obat asli Indonesia (obat tradisional), bahan obat asli
Oktober 2009 oleh Sullivan, dkk (Sullivan, Soefje, Indonesia (simplisia), alat kesehatan, dan kosmetika.
Reinhart, McGeary, & Cabie, 2014), menunjukkan Sedangkan, pelayanan kefarmasian adalah suatu
perubahan dalam layanan di instalasi farmasi setelah layanan langsung dan bertanggung jawab kepada
menerapkan konsep lean. Mereka berhasil pasien yang berkaitan kepada pasien yang berkaitan
mengurangi langkah-langkah pekerjaan dari 20 dengan sediaan farmasi, dengan maksud mencapai
langkah menjadi 14 langkah, rata-rata waktu hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan
turnaround dari 91 menit menjadi 71 menit, perbaikan pasien (Bogadenta, 2012).
signifikan juga terjadi dalam proses verifikasi
pesanan, verifikasi produk, dan pengiriman. Secara Lean Thinking
keseluruhan, terjadi penurunan rata-rata waktu Dasar pemikiran dari Lean Thinking adalah
layanan sebesar 33 %, dari 25 menit 11 detik menjadi berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di
16 menit 5 detik. dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu
Seiring dengan makin populernya penggunaan konsep perampingan atau efisiensi. Konsep Lean
metode lean di rumah sakit, tidak menutup Thinking ini dapat diaplikasikan pada perusahaan
kemungkinan bahwa lean Health Care yang telah manufaktur maupun jasa, karena pada dasarnya
memberikan dampak signifikan di beberapa rumah efisiensi selalu menjadi target yang ingin dicapai oleh
sakit di luar negeri juga dapat digunakan di Indonesia. semua perusahaan (Pujawan, 2005). Lean juga dapat
Terkait dengan indikasi masalah yang ada dalam didefinisikan sebagai suatu pendekatan sistemik untuk
farmasi RSUD Dr.Adhyatama, MPH maka lean dapat mengidentifikasi dan menghilangkan waste melalui
digunakan sebagai tools untuk mengidentifikasi peningkatan terus-menerus secara radikal dengan cara
masalah dan digunakan simulasi komputer untuk mengalirkan produk dan informasi menggunakan
mendapatkan upaya perbaikan yang dapat dilakukan. sistem tarik dari pelanggan internal dan eksternal
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : untuk mengejar keunggulan dan kesempurnaan
1. Mengidentifikasi aktivitas yang merupakan waste (Gasperz & Fontana, 2011). Tujuan lean adalah
dan menyebabkan keterlambatan layanan bagian meningkatkan terus menerus costumer-value melalui
instalasi farmasi RSUD Dr. Adhyatma, MPH. peningkatan terus menerus rasio antara nilai tambah
2. Mendapatkan rekomendasi perbaikan berdasarkan terhadap waste (The waste-to-waste ratio).
model simulasi untuk mengurangi waktu tunggu di Prinsip-prinsip lean adalah sebagai berikut
dalam proses layanan instalasi farmasi RSUD (Gasperz & Fontana, 2011)
Dr.Adhyatama, MPH Kota Semarang. 1. Mengidentifikasi nilai produk (barang dan/atau
jasa) berdasarkan perspektif pelanggan, dimana
pelanggan menginginkan produk berkualitas
TINJAUAN PUSTAKA superior, dengan harga yang kompetitif dan
penyerahan tepat pada waktunya.
Rumah Sakit dan Manajemen Farmasi 2. Mengidentifikasi value stream process mapping
Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa untuk setiap produk. Kebanyakan manajemen
rumah sakit merupakan pusat pelayanan yang perusahaan industri di Indonesia hanya melakukan
menyelenggarakan pelayanan medik dasar dan medik pemetaan proses bisnis atau proses kerja, bukan
spesialistik, pelayanan penunjang medis, pelayanan melakukan pemetaan proses produk. Hal ini
perawatan, baik rawat jalan, rawat inap maupun berbeda dengan pendekatan lean.
pelayanan instalasi. Rumah sakit sebagai salah satu
3
3. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai yang seharusnya tidak diperlukan. Akar
tambah dari semua aktivitas sepanjang proses penyebabnya adalah Peralatan yang tidak andal
value stream itu. (unreliable equipment), aliran kerja yang tidak
4. Mengorganisasikan agar material, informasi, dan seimbang (unbalanced flow), pemasok yang tidak
produk itu mengalir secara lancar dan efisien kapabel (incapable suppliers), peramalan
sepanjang proses value stream menggunakan kebutuhan yang tidak akurat (inaccurate
sistem tarik (Pull System). forecasting), ukuran batch yang besar ( large bath
5. Terus-menerus mencari berbagai teknik dan alat sizes), long changeover times.
peningkatan (improvement tools and techniques) 6. Motions: suatu pergerakan dari orang atau mesin
untuk mencapai keunggulan dan peningkatan yang tidak menambah nilai kepada barang dan jasa
terus-menerus. yang akan diserahkan kepada pelanggan, tetapi
hanya menambah biaya dan waktu saja. Akar
Waste penyebabnya adalah metode kerja yang tidak
Pada dasarnya dikenal dua kategori utama konsisten, organisasi lokasi kerja yang jelek, tata
pemborosan, yaitu type one waste dan type Two waste. letak tidak diatur dengan baik.
Type one waste merupakan aktivitas kerja yang tidak 7. Defect products: pengerjaan ulang terhadap
menciptakan nilai tambah dalam proses transformasi produk atau bila produk cacat maka harus
input menjadi output sepanjang value stream, namun dimusnahkan. Akar penyebabnya adalah
aktivitas itu pada saat sekarang tidak dapat Incapable processes, insufficent training,
dihindarkan karena berbagai alasan. Type two waste ketiadaan prosedur-prosedur operasi standar.
merupakan aktivitas yang tidak menciptakan nilai 8. Defective design : desain yang tidak memenuhi
tambah dan dapat dihilangkan dengan segera. kebutuhan pelanggan, penambahan fitur yang
Biasanya disebut dengan waste saja karena benar- tidak perlu. Akar penyebabnya adalah lack of
benar merupakan pemborosan yang harus dapat costumer input in design dan overdesign.
diidentifikasi dan dihilangkan segera.
Menurut Gaspersz dan Fontana (2011), Lean Health Care
menjelaskan 7 jenis pemborosan dengan 1 tambahan Prinsip-prinsip lean yang diimplemantisakan
klasifikasi yang kemudian dikenal dengan “seven dalam industri kesehatan kemudian dikenal sebagai
waste plus One” yaitu Lean Health Care atau sering disebut LeanCare dapat
1. Overproduction : memproduksi lebih dari menghilangkan pemborosan-pemborosan yang terjadi
kebutuhan pelanggan internal dan eksternal atau di rumah-rumah sakit, sehingga meningkatkan
memproduksi lebih cepat dari waktu kebutuhan pelayanan kesehatan serta menurunkan biaya
pelanggan. Akar penyebabnya karena kurang kesehatan (Gasperz & Fontana, 2011). Menurut
berkomunikasi, hanya berfokus pada kesibukan Christoper S. Kim (Kim, 2006) menyatakan bahwa
kerja masing-masing, tidak memenuhi kebutuhan filosofi dari Lean Thingking yang berasal dari TPS
pelanggan. semakin banyak diikuti oleh para pimpinan layanan
2. Delays (waiting time): keterlambatan saat kesehatan dengan beberapa rumah sakit dan medical
menunggu mesin, peralatan, bahan baku, supplier, group di seluruh negara mengadopsi lean production
perawatan mesin dan sebagainya. Akar sebagai pendekatan sistematis mereka dalam
penyebabnya adalah waktu penggantian produk memperbaiki kualitas dan dan efisiensi. Beberapa
yang panjang (long changover times), dan lain- tahun terakhir, penerapan prinsip dan metode pada
lain. lean telah memberikan dampak perubahan dari
3. Transportation: memindahkan material dengan bagaimana layanan kesehatan disajikan, dengan
jarak yang sangat jauh dari satu proses ke proses potensi peningkatan secara dramatis dalam kualitas,
berikut yang dapat mengakibatkan waktu keamanan, efisiensi, dan kelayakannya (Christoper S.
penanganan material bertambah. Akar Kim, 2006).
penyebabnya adalah tata letak yang jelek, kurang
berkoordinasi dalam proses, poor housekeeping, Penerapan Lean Health Care pada Instalasi
organisasi tempat kerja yang jelek (poor Farmasi
workplace organization), lokasi penyimpanan Pemanfaatan prinsip-prinsip lean di dalam farmasi
material yang banyak dan saling berjauhan idealnya akan memberikan beberapa dampak
(multiple and long distance storage locations). perbaikan. Penerapan lean akan membuat apoteker
4. Processes: proses tambahan atau aktivitas kerja menghabiskan waktu lebih banyak untuk melakukan
yang tidak perlu atau tidak efisien. Akar aktivitas yang memiliki nilai tambah dan
penyebabnya adalah ketidakpastian dalam mengembangkan pelayanan kepada pasien.
penggunaan peralatan, pemeliharaan perlatan yang Reorganisasi tanggung jawab dari teknisi, klinik
jelek (poor tooling maintenance), gagal umum, dan klinik spesialis dapat menciptakan
mengombinasi operasi kerja. kesempatan kolaborasi dan efisiensi di dalam
5. Inventories: menyembunyikan masalah dan departemen. Standarisasi layanan pasien akan
menimbulkan aktivitas penanganan tambahan meningkatkan kualitas dan reabilitas pelayanan.
4
Penerapan lean beberapa perubahan dapat dicapai untuk melakukan eksperimen dan untuk mendapatkan
dengan cepat dan murah, tanpa harus meningkatkan hasil yang dapat diterapkan ke dalam dunia nyata.
demand, menambah sumber daya dan karyawan. Dalam semua pendekatan yang disebutkan, model
Penelitian di Yale-New Haven Hospital (YNHH) simulasi dikembangkan juga untuk pembuatan peta
pada Oktober 2009 oleh Sullivan, dkk (Sullivan, value stream. Itu berarti bahwa kekurangan simulasi
Soefje, Reinhart, McGeary, & Cabie, 2014), seperti usaha waktu dan pengetahuan ahli yang
menunjukkan perubahan dalam layanan di instalasi dibutuhkan tidak dihilangkan. Selanjutnya, aplikasi
farmasi setelah menerapkan konsep lean. Mereka simulasi yang dipublikasikan ini hanya dimodelkan
berhasil mengurangi langkah-langkah pekerjaan dari untuk kasus-kasus spesifik yang menyiratkan tingkat
20 langkah menjadi 14 langkah, rata-rata waktu kerumitan yang tinggi dan tidak fleksibel mengenai
turnaround dari 91 menit menjadi 71 menit, perbaikan modifikasi sistem manufaktur lainnya. Ini
signifikan juga terjadi dalam proses verifikasi memungkinkan definisi yang lebih sederhana dari
pesanan, verifikasi produk, dan pengiriman. Secara rantai proses namun terbatas pada sejumlah stasiun
keseluruhan, terjadi penurunan rata-rata waktu kerja yang diperbaiki dan tidak memungkinkan
layanan sebesar 33 %, dari 25 menit 11 detik menjadi analisis Multi - produk. Sebagai konsekuensinya, yang
16 menit 5 detik. masih diperlukan adalah metode yang memungkinkan
kemudahan, analisis dan interpretasi aliran nilai
Value Stream Mapping termasuk perilaku dinamis dalam sistem manufaktur.
APICS Dictionary (2005) mendefinisikan value
stream sebagai proses untuk membuat, memproduksi,
dan menyerahkan produk (barang dan/atau jasa) ke METODE PENELITIAN
pasar. Untuk proses pembuatan barang (good), value Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini penulis
stream mencakup pemasok bahan baku, manufaktur menjabarkan rangkaian pelaksanaan pada penelitian
dan perakitan barang, dan jaringan pendistribusian yakni metodologi penelitian. Metodologi penelitian
kepada pengguna dari barang itu. Untuk proses jasa merupakan gambaran secara sistematik mengenai
(service), value stream terdiri dari pemasok, personel pelaksanaan penelitian pada masalah yang terjadi.
pendukung dan teknologi, produsen jasa, dan saluran- Metode penelitian ini berisi langkah-langkah yang
saluran distribusi dari jasa itu. Suatu value stream dilakukan oleh peneliti dalam memecahkan masalah
dapat dikendalikan oleh satu bisnis tunggal atau yang diteliti. Dengan adanya metodologi penelitian
jaringan dari beberapa bisnis. maka struktur pemecahan masalah dapat dilaksanakan
Value Stream Mapping memberikan gambaran secara terstruktur. Berikut adalah penjelasan dari
yang nyata dan kekuatan teknik yang digunakan untuk metodologi penelitian yaitu:
mengidentifikasi aktivitas tambahan yang tidak
bernilai di dalam perusahaan. Value Stream Mapping Studi Pustaka
(VSM) juga merupakan perangkat dari manajemen Studi pustaka dilakukan untuk mencari teori yang
kualitas (quality management tools) yang dapat berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.
menyusun keadaan saat ini dari sebuah proses dengan Studi ini digunakan untuk menentukan tema
cara membuka kesempatan untuk melakukan penelitian, mencari metode penelitian, mencari
perbaikan dan mengurangi pemborosan. Secara langkah pengolahan dan analisis data. Sumber-sumber
umum, Value Stream Mapping berasal dari prinsip yang digunakan dalam pencarian dasar teori yaitu dari
Lean. Prinsip dari teori Lean adalah mengurangi studi literatur, jurnal ilmiah dan artikel
pemborosan, menurunkan persediaan (inventory) dan
biaya operasional, memperbaiki kualitas produk, Pemilihan Target/Lingkup Operasi
meningkatkan produktivitas dan memastikan Penelitian ini dilakukan di Kota Semarang yaitu di
kenyamanan saat bekerja. Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo. Hal yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
VSM dan Simulasi Komputer mendapatkan upaya perbaikan guna mempersingkat
Metodologi Value Stream mapping (VSM) waktu tunggu pasien instalasi farmasi di Rumah Sakit
tradisional menyediakan representasi sederhana dan Umum Daerah (RSUD) Dr.Adhyatama MPH
statis dari aliran nilai produk dan semua aktivitas Semarang. Lingkup yang dipilih untuk penelitian ini
terkait, yang menyoroti value-added activity dan non- yaitu pada instalasi farmasi RSUD Dr. Adhyatma,
value-added activity. Sebagai solusi untuk mengatasi MPH Semarang. Ruang lingkup operasi pada
karakter statis dan tampilan snapshot pada VSM, penelitian ini adalah pada proses layanan obat jadi dan
diusulkan dalam beberapa publikasi untuk obat racikan mulai dari pasien datang, resep mengantri
menggunakan kombinasi antara VSM dan simulasi dalam kotak hingga obat tersebut sampai kepada
(Schönemanna, 2015). Simulasi adalah metodologi pasien.
yang banyak digunakan dalam industri dan penelitian
yang bertujuan untuk menganalisis perilaku sistem
dunia nyata dari waktu ke waktu. Simulasi Pengumpulan Data
menggunakan model sederhana dari sistem nyata
5
Pengumpulan data dilakukan dengan dua metode yaitu Pada tahap ini akan dilakukan validasi dan
: verifikasi antara waktu pelayanan dalam model
1. Metode observasi, dilakukan dengan melakukan dengan waktu dalam model. Hal ini untuk
pengamatan langsung di lantai produksi (dalam membandingkan apakah rataan dalam model sama
penelitian ini dilakukan di bagian instalasi atau tidak dengan model nyata sehingga model
farmasi). Observasi dilakukan dengan bantuan dapat mewakili keadaan di dalam layanan.
kamera untuk merekam setiap aktivitas guna 6. Melakukan Formulasi Model Alternatif
mendapatkan data berupa pengukuran waktu Pada tahap ini dilakukan perancangan model
proses kerja pada layanan kedua jenis obat. alternatif, sebagai upaya perbaikan layanan. Dari
2. Metode wawancara, dilakukan kepada pihak yang beberapa alternatif layanan yang ada kemudian
yang menangani dan melihat langsung proses kerja dilakukan perbandingan dengan model awal
dalam layanan obat guna mendapatkan informasi sehingga model alternatif yang terbaik yang akan
yang diperlukan terutama untuk menemukan dijadikan dasar perbaikan.
penyebab terjadinya waste di dalam proses 7. Memberikan Saran Upaya Perbaikan
layanan. Saran upaya perbaikan merupakan tahap akhir dari
penelitian ini. Saran perbaikan dilihat dari model
Pengolahan Data terbaik yang dibuat. Perubahan yang dilakukan
Dari hasil pengumpulan data, kemudian dilakukan dalam model tersebut adalah upaya perbaikan yang
beberapa tahapan pengolahan data yaitu : dapat dilakukan oleh rumah sakit.
1. Mengukur dan mengidentifikasi waste yang ada di
dalam proses layanan obat. Analisis Hasil
Pada tahap ini, setiap tahapan dalam proses Pada tahap ini, hasil dari beberapa tahapan
layanan akan diidentifikasi menggunakan process pengolahan data yang telah dilakukan dianalisis agar
activity mapping untuk mengidentifikasi value menjadi jawaban dari permasalahan yang diteliti.
added activity dan non-value-added activity untuk
menemukan waste di dalam proses layanan. Proses Kesimpulan dan Saran
aliran kerja yang ada di dalam proses layanan akan Tahapan ini berisi kesimpulan dari seluruh
diolah menggunakan value stream mapping dalam penelitian yang telah dilakukan beserta rekomendasi
bentuk current State Map yang akan digunakan yang dapat diusulkan kepada pihak-pihak terkait
untuk memetakan proses layanan saat ini dan dengan objek penelitian. Selain ini diberikan pula sara
menunjukkan letak waste di dalam proses layanan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan.
obat pada instalasi farmasi. Pemborosan yang ada Tahapan dalam penelitian ini ditunjukkan dalam
kemudian diklasifikasikan ke dalam seven waste. gambar 1.
2. Mengidentifikasi penyebab pemborosan yang Mulai A

terjadi di dalam proses layanan.


Pada tahap ini masing-masing tipe pemborosan Studi Pendahuluan

Mencari Penyebab
akan diproses guna mendapati penyebab terjadinya dari waste
menggunakan
waste tersebut. Tools yang digunakan untuk Studi Literatur Studi Lapangan
Fishbone

mencari penyebabnya menggunakan Fishbone


dengan melakukan brainstorming bersama-sama Membuat Future
Identifikasi Masalah State Map
dengan pihak yang terlibat baik dengan manajer
maupun dengan karyawan/apoteker.
Perumusan Masalah
3. Membuat Future State Map Membuat formulasi
model saat ini

Pada tahap ini pengolahan data yaitu dilakukan Pengumpulan Data


menggunakan
ExtendSIM

dengan membuat future State map yang Berupa observasi,


pengukuran, dan

menggambarkan alur atau proses dan waktu yang wawancara


Melakukan validasi
dan verifikasi model
ideal dalam layanan rumah sakit. Future State Map
akan menjadi acuan untuk upaya perbaikan yang Membuat Process
Activity Mapping
dapat dilakukan di kemudian hari. Melakukan validasi
dan verifikasi model

4. Membuat Formulasi Model


Pada tahap ini, berdasarkan pengukuran waktu Mengidentifikasi
Melakukan
formulasi model
layanan obat jadi dan obat racikan pada farmasi waste alternatif

RSUD Dr. Adhyatama, MPH, dilakukan


perancangan model simulasi komputer Membuat Current
State Map
Memberikan saran
perbaikan

menggunakan software ExtendSIM. Model Layanan Instalasi


Farmasi RSUD
Dr.Adhyatama MPH
simulasi ini yang akan dijadikan dasar untuk
dilakukan perancangan eksperimen perbaikan A Selesai

layanan.
5. Melakukan Verifikasi dan Validasi Model
Gambar 1 Diagram Tahapan Penelitian
6
layanan obat. Dengan demikian, persentase waktu
HASIL DAN PEMBAHASAN menunggu yaitu sebesar 70,53 % dari keseluruhan
proses obat jadi dan 58,6 % dari keseluruhan obat
Process Activity Mapping racikan. Kegiatan menunggu tersebut terjadi sebanyak
Process activity mapping dalam penelitian ini 6 kali dan memakan waktu terbesar dari keseluruhan
digunakan untuk menguraikan aktivitas yang ada di proses. Kegiatan lain yang terjadi yaitu kegiatan
dalam layanan obat di farmasi RSUD transportasi dengan jarak total 19,55 meter dan
Dr.Adhyatama,MPH Kota Semarang, khususnya pada memakan waktu 0,55 menit atau sekitar 1,3 % dari
layanan obat jadi dan obat racikan pasien rawat jalan keseluruhan proses layanan obat jadi dan 1,02% dari
di rumah sakit tersebut. Setelah dilakukan pemetaan keseluruhan waktu proses layanan obat racikan. Dan
ini, didapatkan sebanyak 17 langkah untuk aktivitas terakhir yaitu proses inspeksi dengan waktu
menyelesaikan resep obat jadi dan 18 langkah untuk 1,02 menit atau 2,4% dari keseluruhan waktu layanan
menyelesaikan resep obat racikan. Klasifikasi obat jadi dan 2 % dari keseluruhan waktu layanan obat
aktivitas serta jumlah dan waktu untuk resep obat jadi racikan.
dapat dilihat pada tabel 1 dan resep obat racikan
seperti pada tabel 2. Value Stream Mapping
Tabel 1 Klasifikasi aktivitas serta Jumlah dan Current State Map
Waktu layanan obat Jadi Proses awal di dalam proses value stream mapping
Jenis Aktivitas Jumlah Waktu adalah dengan membuat current State map. Current
Operasi 8 10,53 menit State map merupakan gambaran awal atau gambaran
Transportasi 2 0,55 menit saat ini dari aktivitas-aktivitas yang terjadi di dalam
proses layanan berikut waktu dan nilai dari masing-
Tersimpan - - masing aktivitas tersebut. Berdasarkan hasil pemetaan
Menunggu 6 29,87 menit current State map yang dihasilkan, rata-rata value
Inspeksi 1 1,02 menit creating time dari proses layanan obat jadi adalah
Total 17 41,98 menit sebesar 10,81 menit dengan range antara 1,33 menit
hingga 128,2 menit. Value dari proses layanan obat
Tabel 2 Klasifikasi aktivitas serta Jumlah dan jadi tersebut hanya sekitar 25,75 % dengan range
Waktu layanan obat racikan antara 30,72% hingga 65,89%. Dengan demikian
Jenis Aktivitas Jumlah Waktu aktivitas yang memberi nilai tambah di dalam proses
layanan obat jadi dapat dikatakan rendah karena
Operasi 9 19,07 menit
nilainya lebih kecil dibandingkan dengan non-added-
Transportasi 2 0,55 menit value activity-nya.
Tersimpan - - Box score untuk proses layanan obat jadi seperti
Menunggu 6 29,87 menit ditunjukkan pada tabel 3 berikut :
Inspeksi 1 1,02 menit Tabel 3 Box's Score layanan obat jadi
Total 18 50,50 menit Rata-
Satuan Range
rata
Berdasarkan process activity mapping yang telah Obat Jadi 41.98 Menit 1.33 – 128.2
dilakukan pada proses layanan obat jadi terdapat 8 Value
10,81 Menit 0.88 - 39.55
kegiatan operasi atau kegiatan yang memberikan nilai Creating Time
tambah dari 17 langkah yang ada. Kegiatan operasi Value/Waktu 25.75
30.72%-65,9%
yang ada memakan waktu hanya 10,53 menit dari Total %
keseluruhan waktu layanan yang jumlahnya 41,98
menit. Dengan demikian maka kegiatan operasi dalam Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan
layanan obat jadi hanya 25,75 % dari total waktu sebaran untuk value creating map dan non value
proses dihitung dari resep diterima dari pasien hingga creating map pada layanan obat jadi yaitu pada
obat tersebut diserahkan kepada pasien. sedangkan gambar 2 berikut :
untuk layanan obat racikan, terdapat 9 kegiatan
operasi dari 18 kegiatan yang ada. Kegiatan operasi di
dalam layanan obat racikan sebesar 19,07 menit dari
keseluruhan waktu sebesar 50,51 menit. Dengan
demikian, persentase kegiatan operasi juga hanya
38,3% dari keseluruhan proses terhitung dari resep
diterima hingga obat sampai kepada pasien.
Namun, aktivitas selain kegiatan operasi baik pada
resep obat jadi maupun obat racikan memiliki jumlah
dan waktu yang sama. Kegiatan menunggu memakan
waktu sebesar 29,6 menit dari keseluruhan proses

7
Gambar 2 Diagram Identifikasi Aktivitas dilakukan proses skrining atau telaah obat dengan rata-
layanan obat jadi rata waktu 13,71 menit dengan range antara 0 hingga
25,52 menit. Keterlambatan kedua terjadi pada saat
Begitu juga dalam proses layanan obat racikan, resep hendak dilakukan input data dengan rataan
hasil pemetaan current State map menunjukkan waktu tunggu sebesar 6,26 menit dan range waktu
sekitar value creating time sebesar 19,35 menit dengan antara 0- 14.58 menit. Keterlambatan selanjutnya
range antara 6,50 menit sampai 51,34 menit dari total terjadi setelah resep diinput dan label dicetak. Pada
waktu 50,5 menit dengan range antara 6,95 menit saat tersebut, resep menunggu untuk dilakukan
sampai 140,53 menit. Value dari proses layanan obat konfirmasi data dan pemberian nomor antrian kepada
racikan sebesar 38,3 % dengan range antara 36,53 % pasien. Rata-rata waktu tunggu yang terjadi sebesar
- 93,46 %. Dengan demikian pada proses layanan obat 2,63 menit dengan range antara 0 hingga 10,88 menit.
racikan juga bisa dikatakan rendah karena nilainya Setelah konfirmasi data selesai dilakukan, resep masih
lebih kecil dibandingkan non-value-added activity- harus mengalami keterlambatan karena resep juga
nya. menumpuk sebelum diambil oleh teknisi untuk proses
Box score untuk proses layanan obat racikan selanjutnya. Rata-rata waktu tunggu yang terjadi
seperti ditunjukkan pada tabel 4 berikut : adalah sebesar 2,18 menit dengan range antara 0
Tabel 4 Box's Score layanan obat racikan sampai 10,88 menit. Dua aktivitas keterlambatan
Rata- terakhir terjadi di dalam ruang obat. Aktivitas tersebut
Satuan Range
rata terjadi sebelum dilakukan inspeksi dan setelah
Obat Racikan 50,51 Menit 6,95 – 140,53 dilakukan inspeksi atau sebelum penyerahan obat
Value Creating kepada pasien. waktu tunggu proses inspeksi yaitu
19,35 Menit 6,50 – 51,34 sebesar 2,17 menit dan rata-rata obat menunggu untuk
Time
Value/Waktu 36.53%- diserahkan kepada pasien sebesar 2,66 menit. Total
38,3 % keseluruhan dari waktu menunggu adalah sebesar
Total 93.46%
29,60 menit atau sekitar 71% dari keseluruhan waktu
Berdasarkan tabel di atas dapat digambarkan layanan obat jadi dan 59% dari keseluruhan waktu
sebaran untuk value creating map dan non value layanan obat racikan. Dengan demikian, delays atau
creating map pada layanan obat racikan yaitu pada waiting time pada beberapa aktivitas memberikan
gambar 3 berikut : pengaruh yang signifikan terhadap keterlambatan
layanan yang dialami oleh rumah sakit khususnya
pada instalasi farmasi rumah sakit.
2. Transportation
Menurut Gaspersz (2011), transportation adalah
proses memindahkan material dalam jarak yang jauh
dari proses ke proses berikutnya yang menyebabkan
penambahan waktu penanganan material. Di dalam
penelitian ini terdapat dua kali aktivitas yang
memerlukan proses transportasi yaitu pada saat teknisi
mengambil obat dari ruang entry menuju ruang obat
dan pada saat obat diserahkan kepada pasien. Jarak
Gambar 3 Diagram Identifikasi Aktivitas untuk teknisi membawa resep dari ruang entry menuju
layanan obat racikan ruang obat adalah 8,3 meter dengan waktu yang
diperlukan adalah 0,18 menit dan jarak untuk
Berdasarkan klasifikasi 7 plus one waste, penyerahan obat adalah 11,4 meter dengan waktu yang
pemborosan yang terjadi di dalam proses layanan obat diperlukan adalah 0,36 menit. Meskipun demikian
adalah total dari kedua waktu tersebut hanya sekitar 1,3 %
1. Delays (Waiting Time) dari total keseluruhan layanan obat pada instalasi
Menurut Vincent Gaspersz (2011), keterlambatan farmasi rumah sakit.
tampak melalui orang-orang yang sedang menunggu Selain kedua jenis waste di atas, terdapat proses
mesin, peralatan, bahan baku, supplies, dll ; atau mesin inspeksi yang juga merupakan non-value added
yang sedang menunggu perawatan, orang-orang yang activity but necessary. Sehingga aktivitas inspeksi
sedang menunggu mesin, bahan baku, dll. Di dalam dalam proses tersebut merupakan salah satu proses
penelitian ini, keterlambatan tampak melalui adanya yang penting. Setelah diketahui kedua jenis waste
penumpukan resep yang menunggu untuk diproses. yang ada di dalam proses layanan, selanjutnya
Keterlambatan pertama kali terjadi saat penerimaan dilakukan identifikasi penyebab dari waste yang ada
resep, saat resep menunggu di dalam kotak untuk di dalam proses layanan menggunakan root cause
analysis menggunakan Cause effect Diagram.

8
4 orang teknisi obat untuk mengerjakan
beberapa pekerjaan
Proses Skrining hanya dikerjakan 1 orang apoteker
Apoteker merangkap sebagai koordinator

Resep datang dari beberapa Poli Pekerja terbatas

Resep yang masuk banyak Pasien akan menumpuk pada siang hari
Dokter terlambat datang
Dokter tidak disiplin dengan waktu

Masalah :
Terjadinya waiting
Setiap pekerja merangkap pekerjaan lain
pada beberapa proses
1 asisten apoteker menginput data +
Waktu sholat Dzuhur konfirmasi data pasien
bersamaan dengan jam sibuk farmasi
1 asisten apoteker melakukan input+
Melakukan input ulang bila terjadi kesalahan
Teknisi mengerjakan pengambilan obat jadi,
meracik obat, inspeksi, dan serah sekaligus

Obat harus diserahkan sesuai urutan


Proses konfirmasi data pasien beberapa resep
dilakukan bersama-sama

Gambar 4 Cause Effect Diagram Penyebab Waiting Pada Layanan

Cause Diagram Effect terlebih dahulu menumpuk pada poli, dan akan
Setelah dilakukan Root cause analysis didapatkan berdampak pada instalasi farmasi yang menjadi sibuk
beberapa penyebab terjadinya keterlambatan layanan pada siang hari.
di dalam farmasi ke dalam masing-masing aktivitas 2. Metode
dan ke dalam beberapa kategori yaitu : Terdapat 6 faktor dari metode yang menyebabkan
1. Manusia keterlambatan. Pertama, yaitu setiap pekerja
Terdapat 2 faktor utama manusia yang merangkap beberapa pekerjaan. Proses konfirmasi
menyebabkan waktu antrian di dalam sistem yaitu pasien dikerjakan oleh asisten apoteker yang juga
jumlah pekerja yang terbatas dan dokter yang kurang melakukan input data. Dengan demikian ketika asisten
disiplin dengan waktu. Di dalam sistem layanan apoteker tersebut melakukan input data, maka proses
farmasi terdapat 10 orang petugas, sementara pada konfirmasi data akan tertunda dan terjadi
proses skrining hanya dikerjakan oleh 1 orang penumpukan. Sebaliknya, pada saat asisten apoteker
apoteker saja. Di saat yang bersamaan, apoteker melakukan konfirmasi data pasien maka, proses input
tersebut juga merangkap sebagai koordinator di dalam data menjadi tertunda menyebabkan adanya waktu
instalasi farmasi tersebut. Hal ini menyebabkan tunggu. satu asisten apoteker yang lain bertugas untuk
terganggunya proses skrining apabila apoteker harus melakukan input ulang apabila terjadi kesalahan atau
mengerjakan hal terkait tanggung jawab sebagai perlu input ulang data. Sehingga ketika petugas
koordinator. 4 orang teknisi lainnya memiliki tersebut harus melakukan input ulang maka, proses
tanggung jawab untuk melakukan beberapa pekerjaan menjadi terhambat. Selain itu, terdapat 4 teknisi yang
yaitu mengambil resep, mengambil obat jadi, meracik, mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus yaitu
melakukan inspeksi, dan melakukan serah obat. meracik obat,mengambil obat, melakukan inspeksi,
Dengan jumlah tersebut, apabila terdapat hambatan dan melakukan serah obat. Hal ini menyebabkan
pada satu orang pekerja dapat mempengaruhi terjadinya antrian pada beberapa proses apabila teknisi
beberapa proses kerja lainnya. Misalnya, akibat mengerjakan suatu pekerjaan. Pada saat seluruh
seluruh teknisi sedang mengerjakan obat, maka resep teknisi melakukan pengerjaan obat, maka terjadi
akan menumpuk pada kotak karena resep tersebut penumpukan resep pada kotak. Antrian pada saat
belum dapat diambil. Selain itu, masih terdapat 5 inspeksi dan penyerahan juga terjadi akibat teknisi
petugas lain, 3 bertugas sebagai input data dan 2 sedang mengambil atau meracik obat.
bertugas pada pengemasan dan pemberian label obat. Faktor kedua, salah satu tugas dari farmasi adalah
Faktor kedua yaitu dokter yang tidak disiplin, atau memberikan konsultasi pasien. pada saat pasien
tidak datang tepat waktu. Seluruh instalasi rumah sakit membutuhkan konsultasi obat, maka asisten apoteker
beroperasi mulai pukul 08.00 WIB, termasuk poli dan akan memberikan layanan tersebut dengan
farmasi. Namun, di beberapa poli dokter datang lebih konsekuensi pekerjaan yang sedang ia kerjakan juga
siang dari waktu tersebut, menyebabkan pasien menjadi tertunda. Ketiga, waktu proses lebih lambat

9
dibandingkan dengan waktu antar kedatangan pasien. time yaitu 19,07 menit atau 92,52 % dengan jangkauan
Pada saat siang hari, pasien yang datang menjadi 89,16 % hingga 93,46 %.
semakin banyak dengan waktu antar kedatangan
pasien khususnya pada jam sibuk sekitar 1,04 menit Upaya Perbaikan Menggunakan ExtendSIM
sedangkan waktu skrining memiliki rata-rata 1,17 Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan
menit dan hanya dikerjakan oleh satu orang. Hal metode Lean, telah didapatkan beberapa akar
tersebut menyebabkan terjadinya antrian. permasalahan pada farmasi RSUD Dr.Adhyatama
Keempat, tingkat penyelesaian masing-masing resep MPH lantai 1. Sebagian besar akar penyebab yang
berbeda. Perbedaan tersebut muncul karena jumlah ditemukan, berkaitan dengan pengaturan kerja, jumlah
obat dan jenis obat yang diperlukan berbeda-beda. pekerja, dan banyaknya resep yang masuk. Dengan
Selain itu, waktu untuk menyelesaikan waktu obat adanya beberapa faktor yang mempengaruhi proses di
racikan juga berbeda. Hal tersebut berkaitan dengan dalam proses layanan tersebut, maka digunakan
faktor kelima, yaitu penyerahan obat yang harus sesuai metode simulasi untuk mencoba menggambarkan
dengan urutan antrian. Oleh karena waktu sistem saat ini dan mendapatkan solusi permasalahan
penyelesaian yang berbeda dan harus diserahkan tersebut, dalam hal ini menggunakan software
secara urut, maka terjadi waktu tunggu apabila proses ExtendSim. Setelah dilakukan proses simulasi
obat sebelumnya belum selesai. komputer menggunakan ExtendSIM telah didapatkan
Faktor terakhir yaitu resep yang dibiarkan menumpuk hasil terbaik yang diperoleh dengan menambah 3
terlebih dahulu dan dilakukan konfirmasi secara orang pekerja di dalam instalasi tanpa harus mengubah
bersamaan untuk beberapa resep sekaligus. Hal proses kerjanya. Penambahan pekerja tersebut yaitu 1
tersebut sebetulnya untuk memudahkan pekerjaan orang apoteker, 1 orang teknisi untuk mengerjakan
asisten apoteker yang melakukan konfirmasi data yang obat, dan 1 orang teknisi untuk melakukan proses
juga melakukan input data. Namun, akibat dari proses pemberian label dan pengemasan. Dengan
tersebut terdapat resep yang harus menunggu untuk penambahan 3 orang pekerja tersebut melalui simulasi
dilakukan konfirmasi data. terbukti dapat mengurangi waktu antrian. Pada bagian
awal dari penelitian ini, sistem nyata telah dipetakan
3. Material menggunakan Value stream mapping dan terjadi
Terdapat satu faktor material yang menyebabkan antrian di beberapa proses yaitu skrining, input data,
proses harus menunggu yaitu banyaknya resep yang konfirmasi data, inspeksi dan penyerahan. Penelitian
masuk ke dalam sistem. Proses yang telah selesai di kemudian dilanjutkan dengan perancangan model
beberapa poli di dalam rumah sakit menyebabkan awal menggunakan ExtendSIM. Pada skenario model
pasien yang datang ke bagian farmasi datang hampir awal, sistem terdiri dari 1 orang skrining resep; 3
bersamaan khususnya pada siang hari. Sehingga resep orang asisten apoteker untuk melakukan input data-
yang masuk cukup banyak dan menyebabkan antrian print label, 1 di antaranya untuk melakukan konfirmasi
di dalam sistem. data pasien; 4 orang teknisi obat yang akan melakukan
pengambilan obat, meracik obat, dan melakukan
4. Lingkungan inspeksi ; serta 2 orang teknisi untuk melakukan label.
Faktor lingkungan yang menyebabkan adanya Dengan asumsi bahwa sistem bergerak secara terus
waktu tunggu yaitu jam sholat Dzuhur yang menerus dan operator berada di tempat, terjadi antrian
bersamaan dengan jam sibuk farmasi. Mengingat pada proses skrining saja.
bahwa Sholat merupakan kewajiban yang tidak dapat Berdasarkan hasil simulasi model awal tersebut,
ditinggalkan, maka pada saat jam sholat tiba maka maka dirancang model alternatif 1 yaitu dengan
pekerja akan bergantian untuk beribadah. Hal tersebut, menambah 1 orang apoteker untuk proses skrining.
menyebabkan jumlah petugas yang bekerja berkurang Dengan adanya penambahan server untuk proses
dan menyebabkan kemampuan sistem berkurang skrining tersebut, resep yang masuk memadai lebih
apalagi hal tersebut terjadi pada jam sibuk. cepat. Apabila sistem tidak mampu mengimbangi
kecepatan tersebut, maka proses selanjutnya terjadi
Future State Map antrian seperti pada model alternatif 1 tersebut, setelah
Setelah dilakukan pembuatan future State map proses skrining dipercepat terjadi penumpukan pada
dengan menghilangkan waiting akan diperoleh waktu pekerjaan teknisi dan proses label. Oleh karena itu
rata-rata pelayanan sebesar 12,37 menit pada layanan penelitian mencoba membuat 2 skrenario model
obat jadi dengan jangkauan antara 1,33 menit sampai alternatif. Skenario model alternatif 2 dibuat dengan
dengan 45,79 menit. Sedangkan pada obat racikan, menambah 4 orang pekerja yaitu 1 orang skrining, 1
rata-rata waktu layanan yang dapat dicapai yaitu 20,91 orang label dan penambahan 2 orang khusus untuk
menit dengan jangkauan antara 6,95 menit hingga mengerjakan inspeksi. Selain itu pada skenario model
57.58 menit. Persentase value creating time dapat 2 ini, terjadi pemisahan antara obat jadi dan obat
berubah secara signifikan, yaitu 10,81 menit atau racikan, dengan spesialisasi kerja 1 teknisi khusus
87,35 % dari keseluruhan proses dengan jangkauan mengerjakan obat racikan dan 3 teknisi lain
antara 65,89 % dan 87.35 % untuk obat jadi. mengerjakan obat jadi. Hasilnya, masih terjadi antrian
Sedangkan pada obat racikan rata-rata value creating resep yang cukup tinggi pada proses sebelum meracik
10
dan mengambil resep. Sedangkan pada skenario proses kerjanya. Penambahan pekerja tersebut
model yang ketiga, tidak terjadi perubahan pekerjaan yaitu 1 orang apoteker, 1 orang teknisi untuk
seperti pada model awal. Namun, skenario model mengerjakan obat, dan 1 orang teknisi untuk
alternatif 3 dilakukan dengan menambah petugas melakukan proses pemberian label dan
sebanyak 3 orang yaitu 1 orang skrining, 1 orang pengemasan. Penambahan 3 orang petugas
teknisi obat, dan 1 orang teknisi untuk proses label. tersebut dapat mengurangi waktu antrian yang
Hasil simulasi model ketiga menunjukkan bahwa terjadi di dalam Instalasi Farmasi RSUD Dr.
proses berjalan dengan lancar. Adhyatama,MPH.

Tabel 5 Tabel Total Waktu Antrian


Model Total Waktu Antrian SARAN
(menit) Berdasarkan kesimpulan diatas, berikut saran yang
Model Awal 28,09 menit diberikan, antara lain :
Model Alternatif 1 34,42 menit 1. Hasil penelitian ini berupa waste berupa process
Model Alternatif 2 16,68 menit dan transportation saat ini dapat dilakukan
penelitian selanjutnya yaitu dengan membuat
Model Alternatif 3 5,6 menit upaya perbaikan untuk menghilangkan kedua
waste tersebut.
Setelah dilakukan proses simulasi komputer 2. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan dan
menggunakan ExtendSIM telah didapatkan hasil pengukuran aktivitas di dalam waktu satu hari
terbaik yang diperoleh dengan menambah 3 orang yaitu hari senin, yaitu pada hari yang selalu banyak
pekerja di dalam instalasi tanpa harus mengubah pasien yang datang. Selain itu, waktu penelitian
proses kerjanya. Penambahan pekerja tersebut yaitu 1 hanya diambil pada saat sistem mulai mengalami
orang apoteker, 1 orang teknisi untuk mengerjakan jam sibuk. Sehingga, untuk memperoleh hasil yang
obat, dan 1 orang teknisi untuk melakukan proses lebih baik dan lebih mampu mendekati sistem
pemberian label dan pengemasan. Dengan nyata, penulis menyarankan untuk dilakukan
penambahan 3 orang pekerja tersebut melalui simulasi pengukuran untuk waktu yang lama.
terbukti dapat mengurangi waktu antrian. 3. Penelitian ini menggunakan software ExtendSIM
versi 4.1.1 yang hanya mengakomodir 17 jenis
KESIMPULAN pola distribusi saja. Sedangkan hasil penelitian di
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada lapangan memungkinkan kita untuk mendapatkan
penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik pola distribusi di luar dari distribusi yang ada.
kesimpulan sebagai berikut : Selain itu terdapat beberapa keterbatasan lain
1. Pada proses layanan obat jadi dan obat racikan dalam software tersebut. Sehingga, penulis
instalasi farmasi Dr. Adhyatama, MPH terdapat 2 menyarankan untuk penelitian selanjutnya dapat
jenis waste yang terjadi yaitu delays dan digunakan software dengan versi terbaru atau
transportation. Pemborosan berupa delays atau software lain yang lebih baik yang dapat
waktu menunggu terjadi pada aktivitas skrining mendukung keterbatasan di dalam software
resep, input data, konfirmasi data, inspeksi, dan tersebut.
sebelum penyerahan obat. Sedangkan waste
berupa process terjadi pada saat inspeksi dan waste DAFTAR PUSTAKA
berupa transportation terjadi pada saat resep
dibawa dari ruang entry menuju ruang obat dan
Bogadenta, A. (2012). Manajemen Pengelolaan
penyerahan obat dari ruang obat menuju ruang
Apotek. Yogyakarta: DIVA Press.
tunggu. Presentase delays cukup besar yaitu 71 %
Castaldi, M. (2016). Lean Philosophy and The Public
dari keseluruhan waktu layanan obat jadi dan 59 %
Hospital. (D. H. Berger, Penyunt.) Perioperative
dari keseluruhan obat racikan. Dengan demikian,
Care and Operating Room Management, 3, 25-
delay yang terjadi pada beberapa proses telah
28.
memberikan pengaruh yang cukup besar di dalam
Christoper S. Kim, D. A. (2006). Lean Health Care :
keterlambatan layanan obat yang terjadi di dalam
What Can Hospital Learn from a World-Class
instalasi farmasi RSUD Dr.Adhyatama, MPH.
Automaker? Journal of Hospital Medicine, 1(3),
Sedangkan waste berupa process dan
191-199.
transportation merupakan non-added-value
Chua, Kuan, M., & Ramli, M. (2003). Outpatient
activity but necessary karena untuk saat ini
prescription intervention activities by
merupakan aktivitas penting dan tidak dapat
pharmacist in a teaching hospital. Malaysian
dihilangkan.
Journal of Pharmacy, 86-90.
2. Setelah dilakukan proses simulasi komputer
Gasperz, V., & Fontana, A. (2011). Lean Six Sigma for
menggunakan ExtendSIM telah didapatkan hasil
Manufacturing and Service Industri. Bogor:
terbaik yang diperoleh dengan menambah 3 orang
Vinchristo Publication.
pekerja di dalam instalasi tanpa harus mengubah

11
Jimmerson, C. (2005). Reducing waste and errors: Setyaningsih, I. (2013). Analisis Kualitas Pelayanan
piloting lean principles at Intermountain Rumah Sakit terhadap Pasien menggunakan
Healthcare. The Joint Commission Journal on Pendekatan Lean Servperf. 133-148.
Quality and Patient Safety , 31(5), 249-257. --------www.leanindonesia.com. (2016, April 25).
Schönemanna, M. (2015). Multi-product EVSM Dipetik March 19, 2017, dari
simulation . 48th CIRP Conference on www.leanindonesia.com:
MANUFACTURING SYSTEMS - CIRP CMS http://www.leanindonesia.com/2016/04/lean-
2015 , 334 – 339. healthcare-indonesia/

12

Anda mungkin juga menyukai