Tugas Akhir
Tugas Akhir
oleh
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini
dengan baik. Laporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok kami untuk
memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Agribisnis.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan penulis dimasa yang akan datang.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
M. Jefri Saputra
iii
DAFTAR ISI
Halaman
COVER .................................................................................................. i
DAFTAR TABEL .................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1997-2013......... 1
2. Tingkat Pengangguran Di Indonesia tahun 1997-2013.................... 2
3. Persentase Perkembangan Konsumsi Rata – rata Makanan Perkapita Per
Bulan ............................................................................................... 4
4. Komposisi Zat Gizi Beberapa Jenis Ikan Tawar dan Laut
(per 100 gram) ................................................................................. 5
5. Matriks SWOT ................................................................................ 15
6. Jumlah Produksi dan Nilai Jual Bandeng Isi ................................... 34
7. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek.................................................... 34
8. Biaya Investasi ................................................................................ 35
9. Biaya Reinvestasi ............................................................................ 36
10. Biaya Operasional Per Tahun .......................................................... 36
11. Biaya Tetap ..................................................................................... 37
12. Rekapitulasi Penerimaan dan Pengeluaran Total ............................ 38
13. Break Even Point (BEP) Pembuatan Ikan Bandeng Isi (BANISI). . 38
v
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Skema Aliran Pemasaran Bandeng Isi (BANISI) .............................. 24
2. Skema Proses Produksi Bandeng Isi (BANISI) ................................ 30
3. Struktur Organisasi Perusahaan Bandeng Isi (BANISI) .................... 32
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Layout Banisi ..................................................................................... 46
2. Cash Flow Budget Pembuatan Bandeng Isi ...................................... 47
3. Proyeksi Laba Rugi Pembuatan Bandeng Isi .................................... 48
4. Perhitungan Payback Period .............................................................. 50
1
I. PENDAHULUAN
2013 5.62
Sumber : Bank Indonesia, data diolah dari berbagai edisi
2013 6.25
Sumber : BPS, 2013
Dalam Tabel 2 terlihat dari tahun 1997 sampai tahun 2006 terus terjadi peningkatan
jumlah pengangguran di Indonesia. Penurunan angka pengangguran di Indonesia
terjadi di tahun 1999 ke tahun 2000 sebesar 170.000 orang, kemudian berangsur –
angsur mengalami penurunan mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2013, walaupun di
tahun 2013 mengalami kenaikan 11 persen.
Tetapi meskipun demikian masih ada usaha yang tetap dapat bertahan di
bawah tekanan krisis ekonomi yang melanda Indonesia, usaha tersebut tak lain adalah
usaha kecil/menengah atau biasa dikenal dengan UKM. Di saat perusahaan-
perusahaan besar banyak yang mengalami keterpurukan UKM justru mampu
mempertahankan usahanya untuk tetap terus berjalan. UKM dapat dikatakan
memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Menurut data
Kementerian Negara Koperasi dan UKM pada tahun 2007 sektor UKM mampu
menyumbang sekitar 53 persen dari PDB Nasional atau sebesar Rp 1.778,75 triliun.
Dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja sektor UKM mampu menyerap tenaga kerja
hingga 85,4 juta jiwa. Melihat data tersebut tidak diragukan lagi bahwa peran UKM
terbukti memang sangat strategis dalam mengurangi angka pengangguran di
Indonesia. Meningkatnya pelaku UKM memiliki dampak positif pada jangka pendek
karena mampu mengurangi angka pengangguran. Tetapi pada jangka panjang sektor
UKM harus memperhatikan daya saing dengan perusahaan-perusahaan besar agar
keduanya dapat berjalan secara seimbang.
Pangan merupakan kebutuhan pokok individu yang harus dipenuhi selain
sandang dan papan. Jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 200 juta jiwa
menempatkan negara Indonesia di peringkat keempat jumlah penduduk terbesar di dunia.
Kecenderungan jumlah penduduk yang semakin meningkat diduga akan berdampak
positif terhadap peningkatan kebutuhan pangan di Indonesia. Menurut BPS (2013) telah
terjadi peningkatan konsumsi rata-rata makanan per kapita khususnya pada komoditi
makanan jadi dari olahan ikan meskipun memang dari rata – rata konsumsi ikan dari
4
Tabel 3
Persentase Perkembangan Konsumsi Rata-Rata Makanan Per Kapita Per Bulan
2013
Kelompok Barang 2002 2005 2008
Septembe
Maret
r
Makanan:
- Padi-padian 12.47 8.54 9.57 8.24 7.46
- Umbi-umbian 0.64 0.58 0.53 0.45 0.47
- Ikan 5.17 4.66 3.96 4.03 3.98
- Daging 2.86 2.44 1.84 1.88 1.8
- Telur dan susu 3.28 3.12 3.12 3.06 2.85
- Sayur-sayuran 4.73 4.05 4.02 4.43 3.91
- Kacang-kacangan 2.02 1.70 1.55 1.34 1.24
- Buah-buahan 2.84 2.16 2.27 2.33 1.84
- Minyak dan lemak 2.25 1.93 2.16 1.64 1.56
- Bahan minuman 2.71 2.23 2.13 1.90 1.74
- Bumbu-bumbuan 1.55 1.33 1.12 0.96 0.94
- Konsumsi lainnya 1.37 1.34 1.39 1.04 0.94
- Makanan jadi 9.70 11,44*) 11,44*) 13,11*) 12,46*)
- Minuman beralkohol 0.08 - - - -
- Tembakau dan sirih 6.80 6.18 5.08 6.24 6.01
Jumlah makanan 58.47 51.37 50.17 50.66 47.19
Adanya peningkatan jumlah konsumsi dan perubahan pola gaya hidup instan
masyarakat perkotaan saat ini juga ikut memicu timbulnya banyak jenis usaha
terutama di bidang makanan. Menurut Wibowo (1999) pengelompokkan usaha
berdasarkan jenisnya dibagi menjadi tiga. Pertama jenis usaha perdagangan/ industri,
dimana usaha jenis ini bergerak dalam kegiatan memindahkan barang dari produsen
ke konsumen atau dari tempat yang memiliki kelebihan persediaan ke tempat yang
membutuhkan. Jenis usaha yang kedua yaitu usaha produksi/industri, usaha ini
bergerak dalam kegiatan proses pengubahan suatu bahan/barang menjadi
bahan/barang lain yang berbeda bentuk dan sifatnya dan mempunyai nilai tambah.
5
Terakhir adalah jenis usaha jasa komersial yang bergerak dalam kegiatan pelayanan
atau menjual jasa sebagai kegiatan utamanya.
Olahan Ikan Bandeng Isi (BANISI) merupakan salah satu usaha dibidang
makanan jadi yang menggunakan bahan baku berupa ikan bandeng. Ide munculnya
usaha ini pada mulanya hanya sebagai bentuk ketidakpuasan konsumen terhadap
produk olahan bandeng yang ada selama ini. Tetapi melihat adanya peluang pasar
untuk produk ini pemilik akhirnya memutuskan untuk mengusahakannya secara
komersil. Selain untuk menjawab peluang yang ada seiring dengan meningkatnya
kebutuhan manusia akan konsumsi pangan produk ini juga diciptakan untuk
mengatasi kelemahan bandeng yang selama ini dialami oleh konsumen. Bandeng
merupakan salah satu komoditas perikanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat.
Ikan bandeng memiliki kelebihan diantaranya kandungan protein yang cukup tinggi,
rasanya yang gurih dan netral, harga yang relatif terjangkau dan tidak mudah hancur
ketika dimasak. Ikan bandeng memiliki tingkat atau kadar protein yang cukup tinggi
yaitu sekitar 20 gram (per 100 gram). Nilai ini sebanding dengan jumlah protein yang
terkandung dalam ikan kakap (Tabel 4). Selain itu harga ikan bandeng relatif dapat
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dibandingkan ikan kakap.
Tabel 4
Komposisi Zat Gizi Beberapa Jenis Ikan Tawar dan Laut (per 100 gram)
Jenis Ikan Protein Lemak Kalsium Fosfor Besi
Teri 33.3 g 2.9 g 1209 mg 1225 mg 3.0 mg
Peda 28.0 g 4.0 g 174 mg 316 mg 3.1 mg
Kembung 22.0 g 1.0 g 20 mg 200 mg 1.0 mg
Kakap 20.0 g 0.7 g 20 mg 200 mg 1.0 mg
Bandeng 20.0 g 4.8 g 20 mg 150 mg 2.0 mg
Lele 18.2 g 2.2 g 34 mg 116 mg 0.2 mg
Ikan Mas 16.0 g 2.0 g 20 mg 150 mg 2.0 mg
Produk yang dihasilkan oleh BANISI berupa makanan olahan siap saji
berbentuk bandeng isi ini dapat dikatakan sebagai inovasi sebab produk bandeng isi
belum pernah ada sebelumnya dipasaran. Produk yang diciptakan oleh BANISI dapat
dikonsumsi tanpa harus diolah kembali karena produk ini sudah melalui proses
6
pemanggangan dengan menggunakan oven. Selain itu bandeng isi telah melalui
proses pencabutan tulang sehingga konsumen dapat menikmati ikan bandeng tanpa
harus terganggu duri bandeng yang dapat mengurangi kenikmatan ikan bandeng.
Produk yang disediakan BANISI terdiri dari tiga varian, bandeng isi daging ayam,
daging sapi dan udang yang saat ini baru tersebar di daerah Bandar Lampung. Karena
usaha ini tergolong baru sehingga diperlukan adanya studi kelayakan mengenai
BANISI untuk melihat kelayakan dan kelangsungan usahanya.
1.3 TUJUAN
Dari uraian di atas maka tujuan penulisan ini menjawab beberapa hal yang ingin
diketahui mengenai kelayakan usaha ini yaitu :
1. Untuk menganalisis kelayakan usaha bandeng isi (BANISI) dilihat dari aspek
yuridis dan pemasaran, aspek teknik, aspek sosial dan lingkungan serta aspek
organisasi dan manajemen
2. Untuk menganalisis kelayakan finansial usaha bandeng isi (BANISI)
7
Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang harus
dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu :
1. Aspek Pasar
Untuk mencapai hasil pemasaran yang diinginkan suatu perusahaan harus
menggunakan alat - alat pemasaran yang membentuk suatu bauran pemasaran.
Adapun yang dimaksud dengan bauran pemasaran menurut Kottler (2002) yaitu
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus menerus untuk
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Analisis aspek pasar mencakup
permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan digunakan, serta
perkiraan penjualan.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis mencakup masalah penyediaan sumber-sumber dan pemasaran hasil
- hasil produksi, seperti lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai
kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, layout, proses
produksi, serta ketepatan penggunaan teknologi.
3. Aspek Manajemen
Analisis aspek manajemen difokuskan pada kondisi internal perusahaan. Aspek-
aspek yang diperhatikan pada studi kelayakan terdiri dari manajemen pada masa
pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana
studi masing-masing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu bentuk
organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga
kerja yang digunakan.
4. Aspek Hukum
Terdiri dari bentuk usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang dapat
diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat dan izin yang
diperlukan dalam menjalankan usaha.
5. Aspek Sosial Lingkungan
Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya terhadap
devisa negara, peluang kerja, dan pengembangan wilayah dimana proyek
dilaksanakan
9
6. Aspek Finansial
Adapaun pentingnya analisis pada aspek finansial yaitu :
a. Untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam
suatu proyek
b. Menghindari pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari
pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan
c. Mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat
memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan
d. Menentukan prioritas investasi (Gray, et al, 1992).
rasanya yang gurih dan netral, harga yang relatif terjangkau dan tidak mudah hancur
ketika dimasak.
Analisis SWOT
A. Judul Proposal
Analisis Studi Kelayakan Usaha Pembuatan Bandeng Isi (BANISI)
B. Analisis SWOT
a. Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal
1. Faktor Internal
Kekuatan (Strong)
Motivasi kerja tinggi
Umur produktif
Jumlah tenaga kerja banyak
Bahan baku (ikan bandeng) tersedia
Kualitas produk sudah baik
Hasil produk olahan ikan bandeng yang sudah cukup spesifik atau unik
Waktu kerja yang cukup luang terutama ditujukkan untuk wanita
nelayan
Kelemahan (Weakness)
Volume produksi yang masih sedikit
Belum efektifnya untuk melakukan promosi guna penyaluran produk
yang dihasilkan
Distribusi produk yang masih terbatas
Dikarenakan volume produksi yang masih sedikit, sehingga
menimbukan produk yang dijual memiliki harga yang relatif mahal
dibanding pengelolaan ikan bandeng lain
14
2. Faktor Eksternal
Peluang (Opportunity)
Permintaan yang semakin tinggi akan produk pangan olahan terutama
produk perikanan
PBI No.7/39/PBI/2005 tentang Pemberian Bantuan Teknis Dalam
Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Menunjukkan perhatian pemerintah yang relatif tinggi bagi
pengembangan usaha kecil menengah dan mikro seperti pemberian
berbagai skim bantuan usaha dan peralatan produksi
Gaya hidup yang semakin menuntut kepraktisan dalam mengkonsumsi
makanan sehingga diperlukan produk pangan siap saji
Adanya dorongan dan kepedulian dari berbagai lembaga untuk
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat pesisir baik pemerintah
maupun swasta seperti LSM
Permintaan ekspor tinggi untuk produk olahan perikanan seperti olahan
ikan bandeng
Ancaman (Threat)
Produk pesaing yang lebih berkualitas
Tingginya tuntutan masyarakat konsumen akan produk pangan
berkualitas
Pasar bebas yang semakin dekat yang memungkinkan produk impor
termasuk makanan olahan masuk ke Indonesia
Tingkat perlindungan kunsumen yang cukup tinggi oleh berbagai
lembaga standarisasi, memungkinkan produk olahan masyarakat
semakin sulit untuk diterima
15
b. Menentukan Strategi
wanita nelayan
Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan Tingkatkan kualitas dan kuantitas Program bantuan alat produksi hendaknya
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menunjukkan produk untuk mengakses pasar yang merata dan sesuai dengan kebutuhan
perhatian pemerintah yang relatif tinggi bagi luas terutama pasar eksport. kelompok
pengembangan usaha kecil menengah dan mikro Tingkatkan program KKP untuk Tingkatkan kualitas produk sesuai standar
seperti pemberian berbagai skim bantuan usaha pemberdayaan perempuan penjaminan mutu (ISO) melalui
dan peralatan produksi Pendampingan & pembinaan pada pendampingan dan pembinaan program KKP
Gaya hidup yang semakin menuntut kepraktisan kelompok perempuan perlu Diversifikasi produk yang sesuai dengan
dalam mengkonsumsi makanan sehingga diintensifkan kebutuhan dan harga yang terjangkau oleh
diperlukan produk pangan siap saji Pembinaan dan pemberdayaan konsumen
Adanya dorongan dan kepedulian dari berbagai kelompok usaha berbasis sumberdaya
lembaga untuk kemajuan dan kesejahteraan dan potensi daerah masing- masing
masyarakat pesisir baik pemerintah maupun Pencarian dan pembukaan jaringan
swasta seperti LSM pemasaran dengan menciptakan produk
Permintaan ekspor tinggi untuk produk olahan spesifik dengan kualitas yang
perikanan seperti olahan ikan bandeng terstandarisasi
Acaman (Threats) Strategi S - T Strategi W - T
Produk pesaing yang lebih berkualitas Memperkuat kelembagaan kelompok Melakukan riset pasar
Tingginya tuntutan masyarakat konsumen akan UKM Melakukan pengembangan kualitas dan
produk pangan berkualitas Meningkatkan pembinaan kepada kuantitas produk
17
Pasar bebas yang semakin dekat yang kelompok UKM Perlu ada toko yang letaknya strategis di
memungkinkan produk impor termasuk makanan pinggir jalan yang mudah diakses sebagai
olahan masuk ke Indonesia tempat pemasaran produk olahan perikanan
Tingkat perlindungan kunsumen yang cukup sebagai oleh - oleh khas bagi suatu daerah
tinggi oleh berbagai lembaga standarisasi, dan juga produk lain yang berprospek
memungkinkan produk olahan masyarakat
semakin sulit untuk diterima
d) Bahan baku (ikan bandeng) tersedia 0,10 4 0,4 dan perluasan ekspor
e. Manambah tingkat kepercayaan
e) Kualitas produk sudah baik 0,10 4 0,4 konsumen
f. Menambah aneka olahan ikan bandeng
f) Hasil produk olahan ikan bandeng yang sudah cukup 0,10 3 0,3
spesifik atau unik g. Meingkatkan produktifitas dan
g) Waktu kerja yang cukup luang terutama wanita nelayan 0,05 2 0,1 pemberdayaan warga sekitar
Jumlah 0,60 1,9
Kelemahan
a) Volume produksi yang masih sedikit
0,15 4 0,6 a. Belum optimalnya pemberian kredit
b) Belum efektifnya untuk melakukan promosi guna
0,05 2 0,1 b. Banyaknya anggota yang menunggak
penyaluran produk yang dihasilkan
c. Kurang selektif dalam pemilihan calon
c) Distribusi produk yang masih terbatas
0,10 3 0,3 peminjam
d) Dikarenakan volume produksi yang masih sedikit,
0,10 3 0,3 d. Kurangnya tenaga kerja
sehingga menimbukan produk yang dijual memiliki harga
e. Atas dasar keinginan peminjam
yang relatif mahal dibanding pengelolaan ikan bandeng
lain
Ket : *) Proporsi jumlah bobot pada setiap komponen (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) tidak ditentukan secara pasti, tetapi
tergantung pada pertimbangan penyusun studi kelayakan usaha. Yang penting jumlah bobot untuk masing-masing faktor = 1,00.
Rating : 4 = sangat penting; 3 = penting; 2 = cukup penting; 1 = tidak penting
c. Pemilihan Strategi
1) Bila menggunakan pendekatan matriks, pemilihan strategi didasarkan atas beberapa pertimbangan yang cenderung lebih subyektif dan
lebih ditentukan oleh kemampuan si pengambil keputusan. Namun agar lebih tepat pilihan strateginya maka pada proses pemilihannya
sebaiknya memperhatikan aspek - aspek : dimensi waktu, pragmatisme, keterukuran, dan realistik.
2) Sedangkan menggunakan pendekatan scoring, strategi yang dipilih didasarkan atas besarnya jumlah skor dari faktor internal dan
eksternal.
Berdasarkan hasil kasus di atas maka, diperoleh hasil:
1. Strategi S-O = 1,9 + 2,0 = 3,9
2. Strategi S-T = 1,9 + 1,3 = 3,2
3. Strategi W-O = 3,2 + 2,0 = 5,2
4. Strategi W-T = 3,2 + 1,3 = 4,5
Strategi yang dipilih adalah W-O (jumlah skor terbesar), yaitu berusaha meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang, yang
diimplementasikan dengan pengembangan usaha pengolahan ikan bandeng isi (Banisi).
22
Pada aspek yuridis / perizinan usaha, hal yang perlu dianalisis adalah bentuk
badan hukum usaha yang dijalankan serta izin usaha yang diperoleh perusahaan.
b) Izin Usaha
Dalam menjalankan kegiatan usaha pembuatan bandeng isi ini, tidak ada
hambatan dalam perolehan izin usaha, karena usaha yang akan kami lakukan
merupakan usaha pengembangan dari BANISI yang telah ada sebelumnya,
sehingga telah memperoleh izin usaha dari Dinas Kesehatan setempat yaitu
berdasarkan P. IRT No. 802320401509. Selain dari Dinas Kesehatan setempat
23
usaha ini juga telah mendapat izin dari LP. POM No. 01031026620907 dan juga
sertifikasi halal dari MUI, sehingga konsumen tidak perlu merasa khawatir untuk
mengkonsumsi produk bandeng isi karena produk ini aman dan halal untuk
dikonsumsi.
B. Aspek Pasar
a) Permintaan
Potensi pasar untuk produk bandeng isi cukup tinggi. Tingginya potensi pasar
bandeng isi ini terbukti dari tingginya jumlah permintaan untuk bandeng isi baik
di Bandar Lampung maupun di luar Bandar Lampung. Permintaan bandeng isi ini
biasanya datang dari agen maupun rumah tangga. Namun, penawaran produk
bandeng isi masih sangat terbatas karena masih sedikit orang yang menggeluti
usaha pembuatan bandeng isi. Hal ini membuat harga bandeng isi cukup tinggi
yaitu Rp. 13.000 per ekor. Harga tersebut berlaku di tingkat agen, sedangkan
harga pada tingkat end user dapat mencapai kisaran Rp. 16.000 - 17.000 per ekor.
Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran produk bandeng isi
memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Dengan demikian, pasar
dapat menyerap seluruh jumlah bandeng isi yang diproduksi oleh perusahaan.
Kebutuhan bandeng isi untuk memenuhi pasar Bandar Lampung saja mencapai
1200 ekor per bulan, sedangkan untuk di luar Bandar Lampung perusahaan baru
berencana untuk melakukan ekspansi ke Kalianda, Lampung Selatan.
b) Penawaran
Tingginya suatu potensi pasar tidak hanya dilihat dari tingkat permintaan tetapi
juga dari tingkat penawaran. Produk bandeng isi dapat dikatakan masih sangat
rendah dari sisi penawaran karena saat ini hanya BANISI yang menawarkan
24
produk bandeng isi secara komersil. Dengan kondisi yang demikian perusahaan
memperoleh keuntungan tersendiri dalam menjalankan usahanya. Dengan tidak
adanya pesaing secara langsung, BANISI mampu memperoleh posisi tawar yang
tinggi di mata konsumen. Tetapi penawaran yang ada untuk produk bandeng isi
saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar. Hal ini terbukti dari produk
bandeng isi yang selalu habis terjual, bahkan terkadang ada pembeli yang tidak
mendapatkan produk bandeng isi karena telah habis terjual. Melihat potensi
penawaran tersebut produk ini menjanjikan untuk diusahakan.
c) Strategi Pemasaran
Untuk sarana promosi, BANISI belum memiliki alat atau media khusus untuk
memasarkan bandeng isi yang diproduksinya. Sejauh ini, BANISI akan menjual
hasil produksinya kepada agen-agen yang telah dikenal dan masyarakat di
lingkungan sekitar tempat produksi. Distribusi dari perusahaan ke agen dilakukan
sendiri oleh perusahaan. Bandeng isi yang telah diproduksi terlebih dahulu
dikemas dalam kemasan vacuum yang kedap udara agar tetap awet, kemudian
dikirim ke pengumpul yaitu agen atau outlet-outlet makanan yang tersebar di
sekitar Bandar Lampung. Dari agen atau outlet-outlet tersebut, barulah bandeng
isi kemudian didistribusikan kepada konsumen akhir. Di setiap outlet sendiri telah
memasang media promosi berupa banner yang bertujuan untuk meningkatkan
awareness konsumen akan produk bandeng isi tersebut. Berikut adalah skema
aliran pemasaran bandeng isi yang dilakukan oleh BANISI.
4. Fasilitas Transportasi
Lokasi usaha ini telah memiliki fasilitas jalan aspal dengan kondisi baik.
Untuk alat transportasi yang digunakan dalam membantu proses produksi
baik untuk pendistribusian produk maupun akses untuk menuju sumber
bahan baku pemilik menggunakan sepeda motor milik sendiri. Tidak ada
kesulitan untuk menuju lokasi proyek karena fasilitas jalan yang telah
memadai sehingga dapat diakses dengan menggunakan kendaraan beroda
dua maupun beroda empat.
6. Sikap masyarakat
Sikap masyarakat sangat terbuka dan mendukung adanya usaha pembuatan
bandeng isi ini. Karena dengan adanya usaha pembuatan bandeng isi ini
mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat lingkungan sekitar.
Masyarakat sekitar juga mulai tertarik untuk ikut menjadi agen penjual
bandeng isi, tetapi diantara mereka masih belum ada yang ikut membuka
usaha pembuatan bandeng isi ini yang mungkin dikarenakan kurangnya
modal dan terbatasnya pengetahuan untuk membuat bandeng isi.
b) Layout
Layout adalah keseluruhan proses penentuan “bentuk” dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Layout perusahaan disesuaikan
dengan sifat proses produksi yang direncanakan untuk proyek yang dilaksanakan
oleh perusahaan (Husnan dan Muhammad, 2000). BANISI akan memiliki luas
bangunan sebesar 110 m2. Lokasi produksi terletak menyatu dengan kediaman
pemilik dalam satu bangunan. Ruangan untuk memproduksi bandeng isi selain
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses produksi juga berfungsi sebagai
dapur pribadi. Struktur ruangan untuk proses produksi ditata sesuai dengan alur
proses produksi. Ruangan ini ini terbagi menjadi dua, satu ruangan berfungsi
sebagai tempat mengolah bandeng sedangkan ruang kedua berfungsi sebagai
tempat melakukan pengemasan produk akhir yang siap untuk dipasarkan. Untuk
lebih lengkapnya, layout BANISI dapat dilihat pada Lampiran 1.
Untuk kegiatan yang sifatnya administratif biasanya digunakan ruangan bagian
depan dari kediaman pemilik yang dalam keadaan normal berfungsi sebagai ruang
28
tamu. Kegiatan ini dapat berupa penerimaan tamu yang akan membeli produk
bandeng isi dan semua kegiatan administratif lainnya.
c) Proses Produksi
Proses produksi bandeng isi di BANISI melalui beberapa tahap mulai dari
persiapan bahan baku sampai proses pengemasan. Berikut adalah tahapan proses
produksi bandeng isi :
1. Persiapan Bahan Baku Utama
Ikan bandeng yang telah disiapkan dicuci terlebih dahulu untuk
menghilangkan bau lumpur yang biasanya ada pada ikan bandeng.
Pencucian mencakup pengambilan insang dan isi perut bandeng, karena
biasanya lumpur banyak terdapat di dalam insang yang tersaring ketika
ikan bandeng bernafas. Setelah melalui proses pencucian ikan bandeng
kemudian dihilangkan sisiknya menggunakan tulang sapi. Penggunaan
tulang sapi dimaksudkan agar saat proses membersihkan sisik kulit
bandeng tidak menjadi rusak. Setelah itu bandeng yang telah dihilangkan
sisiknya dicuci kembali dengan menggunakan air bersih. Dalam tahapan ini
juga dilakukan penyortiran untuk menjaga mutu produk yang dihasilkan.
2. Persiapan Bahan Baku Tambahan (Isian)
Bahan baku yang digunakan untuk isian mencakup daging sapi, daging
ayam dan udang, telur, susu, kelapa, serta bumbu-bumbu seperti bawang
putih, bawang merah, kemiri, kunir, gula dan garam. Semua bahan
kemudian dicuci bersih untuk menjaga agar tetap higienis.
3. Pengambilan Daging Ikan Bandeng (Pemisahan Duri dan Kulit)
Bandeng yang telah dicuci bersih dan disortir kemudian dipisahkan antara
daging, duri dan kulitnya. Duri yang telah dipisahkan kemudian dibuang
agar ketika konsumen mengkonsumsi bandeng isi ini tidak lagi terganggu
dengan duri bandeng yang terkenal halus. Dalam pengerjaan proses ini
sangat dibutuhkan kehati-hatian karena apabila kulit bandeng rusak maka
kulit ini tidak dapat digunakan untuk proses selanjutnya.
29
Pemilik
Perusahaan
Penanggung Jawab
Keuangan
usahanya kecil serta merupakan usaha keluarga. Jadi, cukup wajar apabila
perusahaan ini belum mempersiapkan struktur formal untuk sebuah organisasi
atau perusahaan.
Selain dari penjualan produk bandeng isi, penerimaan perusahaan juga diperoleh
dari nilai sisa (salvage value) biaya investasi yang terdapat hingga akhir umur
proyek sehingga dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek. Biaya-biaya
investasi pada usaha pembuatan bandeng isi ini yang masih memiliki nilai hingga
akhir umur proyek antara lain oven, kalakat, wadah stainless steel, dan mesin
giling. Nilai sisa pada proyek dapat dilihat pada Tabel 6.
Selain biaya investasi juga ada biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan apabila ada komponen pada biaya investasi yang dikeluarkan telah
habis umur ekonomisnya. Tidak semua biaya investasi mengalami reinvestasi,
hanya beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur proyek.
Biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri dari:
36
Selain biaya investasi dan biaya operasional, perusahaan juga mengeluarkan biaya
tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri atas :
Tabel 12
Rekapitulasi Penerimaan dan Pengeluaran Total
1 187,200,000 232,782,800
2 187,200,000 175,402,800
3 187,200,000 175,482,800
4 187,200,000 183,352,800
5 187,200,000 175,482,800
6 187,200,000 177,752,800
7 187,200,000 183,432,800
8 187,200,000 175,402,800
9 187,200,000 175,482,800
10 192,500,000 183,352,800
Jumlah 1,877,300,000 1,837,928,000.00
1,877,300,000
R/C= x 100=1,02
1,837,928,000
Berdasarkan hasil perhitungan R/C , didapatkan hasil sebesar 1,02. Hal tersebut
berarti bahwa usaha pembuatan ikan bandeng isi (BANISI) memiliki potensi yang
menguntungkan untuk dijalankan (1,02 > 1)
Tabel 13
Break Even Point (BEP) Pembuatan Ikan Bandeng Isi (BANISI)
No Uraian Nilai
1. Biaya Variabel
Bandeng 72,000,000
Bumbu 8,956,800
Daging Sapi 10,800,000
Daging Ayam 5,760,000
Udang 11,520,000
Minyak Goreng 4,608,000
Kemasan 4,800,000
Gas 1,320,000
Transportasi 1,920,000
39
Total 121,684,800
2. Biaya Tetap
Penyusutan 8,808,000
Sewa Tempat 4,800,000
Perawatan Kendaraan 150,000
Gaji Pegawai 45,000,000
Listrik, Air, Telepon 2,520,000
Total 61,278,000
Total Keseluruhan Biaya 182,962,800
3. Total Produksi 14,400 Kg
4. Biaya Variabel Per Kilogram Ikan Bandeng 8,430
5. Harga Per ekor 13,000
Break Event Point Harga Bandeng Isi 12,705
Break Event Point Volume Bandeng Isi 13,408 Kg
Break Event Point Penerimaan Bandeng Isi 170,348,640
BEP Penerimaan=P¿ x Q¿
BEP Penerimaan=13,408 x 12,705=170,348,640
Dimana :
¿
P = Harga saat BEP
Q¿ = Jumlah unit saat BEP
Pembuatan bandeng isi (BANISI) ini memiliki periode pengembalian biaya investasi
(payback period) selama 7 tahun 7 bulan 6 hari. (Hitungan Terlampir)
42
V. SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
46
Tahun
Uraian Lampiran 2. Cash Flow Budget Pembuatan Bandeng Isi (BANISI)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow
1. Penjualan 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000
2. Nilai Sisa
Total Inflow 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000
Outflow
1. Biaya Investasi
Motor 10,000,000
Kolam Limbah 20,000,000
Mesin Vacuum 17,000,000
Oven 6,000,000 6,000,000 6,000,000 6,000,000
Kalakat 150,000 150,000 150,000 150,000
Kompor 350,000 350,000
Tabung Gas 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Freezer 2,000,000
Timbangan 80,000 80,000 80,000 80,000 80,000
Loyang 1,500,000 1,500,000 1,500,000 1,500,000
Gunting Bedah 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000
Mesin Giling 300,000 300,000 300,000 300,000
Blender 170,000 170,000 170,000 170,000 170,000 170,000 170,000 170,000 170,000 170,000
Peralatan Dapur 228,000 228,000 228,000 228,000 228,000 228,000 228,000 228,000 228,000 228,000
2. Biaya Operasional
Bandeng 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000
Bumbu 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800
Daging Sapi 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000
Daging Ayam 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000
Udang 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000
Minyak Goreng 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000
48
Gas 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000
Kemasan 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000
Transportasi 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000
3. Biaya Tetap
Sewa Tempat 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000
Perawatan Kendaraan 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000
Gaji Pegawai 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000
Listrik, Air, Telepon 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000
Total Outflow 232,782,800 175,402,800 175,482,800 183,352,800 175,482,800 177,752,800 183,432,800 175,402,800 175,482,800 183,352,800
Net Benefit (45,582,800) 11,797,200 11,717,200 3,847,200 11,717,200 9,447,200 3,767,200 11,797,200 11,717,200 9,147,200
DF 8% 1.0000 0.9259 0.8573 0.7938 0.7350 0.6806 0.6302 0.5884 0.5403 0.5002
PV DF 8% (45,582,800) 10,923,333 10,045,610 3,054,031 8,612,492 6,429,606 2,373,975 6,883,553 6,330,439 4,575,877
PV Negatif (45,582,800)
PV Positif 59,228,916
NPV 13,646,116
Net B/C 12,994
IRR 15%
Payback Period 7.76
Tahun
Uraian Lampiran 3. Proyeksi Laba Rugi Usaha Bandeng Isi (BANISI)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
49
Penerimaan
Penjualan 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000
Nilai Sisa 5,300,000
Total Penenrimaan 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 192,500,000
Pengeluaran
1. Biaya Operasional
Bandeng 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000
Bumbu 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800
Daging Sapi 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000
Daging Ayam 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000
Udang 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000
Minyak Goreng 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000
Kemasan 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000
Gas 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000
Transportasi 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000
Total Biaya Variabel 121,684,800 121,684,800 121,684,800 121,684,800 121,684,800 121,684,800 121,684,800 121,684,800 121,684,800 121,684,800
Laba Kotor 65,515,200 65,515,200 65,515,200 65,515,200 65,515,200 65,515,200 65,515,200 65,515,200 65,515,200 70,815,200
2. Biaya Tetap
Penyusutan 8,808,000 8,808,000 8,808,000 8,808,000 8,808,000 8,808,000 8,808,000 8,808,000 8,808,000 8,808,000
Sewa Tempat 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000
Perawatan Kendaraan 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000
Gaji Pegawai 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000
Listrik, Air, Telepon 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000
Total Biaya Tetap 61,278,000 61,278,000 61,278,000 61,278,000 61,278,000 61,278,000 61,278,000 61,278,000 61,278,000 61,278,000
EBIT 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 9,537,200
50
Biaya Bunga
EBT 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 9,537,200
Pajak Penghasilan
Laba Bersih Setelah Pajak 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 9,537,200
a−b
Payback Period =n+ x 1 tahun
c −b
Dimana:
n = tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutupi investasi awal
a = jumlah investasi awal
b = jumlah kummulatif arus kas pada tahun ke n
c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n+1
52