0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
382 tayangan58 halaman

Tugas Akhir

Laporan ini membahas analisis kelayakan usaha pembuatan bandeng isi (BANISI). Krisis ekonomi 1998 membuat perekonomian Indonesia terpuruk dengan pertumbuhan negatif 13,12%. Hal ini mendorong penulis untuk memulai usaha BANISI karena potensi pasar yang besar dan kandungan gizi tinggi. Studi ini menganalisis aspek pemasaran, produksi, organisasi, dan keuangan untuk mengevaluasi kelayakan usaha BANISI.

Diunggah oleh

septi alfiani
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
382 tayangan58 halaman

Tugas Akhir

Laporan ini membahas analisis kelayakan usaha pembuatan bandeng isi (BANISI). Krisis ekonomi 1998 membuat perekonomian Indonesia terpuruk dengan pertumbuhan negatif 13,12%. Hal ini mendorong penulis untuk memulai usaha BANISI karena potensi pasar yang besar dan kandungan gizi tinggi. Studi ini menganalisis aspek pemasaran, produksi, organisasi, dan keuangan untuk mengevaluasi kelayakan usaha BANISI.

Diunggah oleh

septi alfiani
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 58

i

ANALISIS STUDI KELAYAKAN USAHA


PEMBUATAN BANDENG ISI (BANISI)

oleh

Nama : M. Jefri Saputra (1211021077)

P.S : Ekonomi Pembangunan


Mata Kuliah : Agribisnis
Dosen : M. Husaini, S.E., M.E.P.

Jurusan Ekonomi Pembangunan


Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
Bandar Lampung
Juni 2015
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala
rahmat dan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini
dengan baik. Laporan ini merupakan laporan tertulis dari kelompok kami untuk
memenuhi tugas akhir Mata Kuliah Agribisnis.

Laporan ini ditujukan kepada Bapak M. Husaini, S.E., M.E.P.sebagai


Dosen Mata Kuliah Agribisnis. Dalam laporan ini akan membahas mengenai
analisis studi kelayakan usaha pembuatan bandeng isi (BANISI)

Pada kesempatan ini saya selaku mahasiswa menyampaikan ucapan terima


kasih kepada Bapak M. Husaini, S.E., M.E.P. selaku Dosen Mata Kuliah
Agribisnis dan pihak lain yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk perbaikan penulis dimasa yang akan datang.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Penulis

M. Jefri Saputra
iii

DAFTAR ISI

Halaman
COVER .................................................................................................. i
DAFTAR TABEL .................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN............................................................................ 1
I.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah .................................................................... 6
I.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7
II.1Studi Kelayakan Usaha / Proyek ................................................ 7
II.2Penelitian Terdahulu .................................................................. 9
III. METODE PENGUMPULAN DATA ............................................. 11
III.1..............................................................Jenis dan Sumber Data
.................................................................................................11
III.2................................................................Metode Analisis Data
.................................................................................................11
IV. HASIL STUDI KELAYAKAN USAHA ....................................... 12
IV.1...................................Penentuan Usaha yang Akan Dilakukan
.................................................................................................12
IV.2....................................Analisis Aspek Yuridis dan Pemasaran
.................................................................................................22
IV.3......................................................Analisis Aspek Teknis/Fisik
.................................................................................................25
IV.4....................................Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan
.................................................................................................31
iv

IV.5.........................................Analisis Organisasi dan Manajemen


.................................................................................................31
IV.6...........................................................Analisis Aspek Finansial
.................................................................................................33
V. SIMPULAN .................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1997-2013......... 1
2. Tingkat Pengangguran Di Indonesia tahun 1997-2013.................... 2
3. Persentase Perkembangan Konsumsi Rata – rata Makanan Perkapita Per
Bulan ............................................................................................... 4
4. Komposisi Zat Gizi Beberapa Jenis Ikan Tawar dan Laut
(per 100 gram) ................................................................................. 5
5. Matriks SWOT ................................................................................ 15
6. Jumlah Produksi dan Nilai Jual Bandeng Isi ................................... 34
7. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek.................................................... 34
8. Biaya Investasi ................................................................................ 35
9. Biaya Reinvestasi ............................................................................ 36
10. Biaya Operasional Per Tahun .......................................................... 36
11. Biaya Tetap ..................................................................................... 37
12. Rekapitulasi Penerimaan dan Pengeluaran Total ............................ 38
13. Break Even Point (BEP) Pembuatan Ikan Bandeng Isi (BANISI). . 38
v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Skema Aliran Pemasaran Bandeng Isi (BANISI) .............................. 24
2. Skema Proses Produksi Bandeng Isi (BANISI) ................................ 30
3. Struktur Organisasi Perusahaan Bandeng Isi (BANISI) .................... 32
vi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Layout Banisi ..................................................................................... 46
2. Cash Flow Budget Pembuatan Bandeng Isi ...................................... 47
3. Proyeksi Laba Rugi Pembuatan Bandeng Isi .................................... 48
4. Perhitungan Payback Period .............................................................. 50
1

I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dampak krisis moneter yang telah melanda Indonesia pada tahun 1998 telah
membuat perekonomian Indonesia terpuruk. Perekonomian Indonesia mengalami
penurunan yang sangat drastis pada tahun tersebut. Banyak perusahaan besar yang
akhirnya gulung tikar karena tidak mampu melawan tekanan krisis ekonomi yang
terjadi di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya penurunan tingkat
pertumbuhan perekonomian Indonesia pada periode 1996 sampai dengan 1998.
Tingkat pertumbuhan ekonomi per tahun dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1997 – 2013


Tahun Pertumbuhan (%)
1997 4.70
1998 -13.12
1999 0.84
2000 4.92
2001 3.44
2002 3.66
2003 4.10
2004 5.03
2005 5.69
2006 5.50
2007 6.35
2008 6.01
2009 4.63
2010 6.22
2011 6.49
2012 6.23
2

2013 5.62
Sumber : Bank Indonesia, data diolah dari berbagai edisi

Dari Tabel 1, terlihat telah terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi dari


tahun 1997 ke tahun 1998 sebesar 8,42 persen. Angka ini merupakan angka
penurunan pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam kurun waktu 1997 sampai dengan
tahun 2013. Krisis ekonomi ini tidak hanya berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi
Indonesia, tetapi juga pada jumlah tingkat pengangguran di Indonesia. Banyak
perusahaan yang akhirnya mengambil jalan memecat banyak tenaga kerja dengan
tujuan untuk memangkas biaya operasional perusahaan, akibatnya angka
pengangguran di Indonesia semakin bertambah karena semakin banyaknya tenaga
kerja yang di PHK. Jumlah tingkat pengangguran di Indonesia disajikan dalam Tabel
2.
Tabel 2. Tingkat Pengangguran Di Indonesia Tahun 1997 – 2013
(dalam juta orang)
Tahun Jumlah Pengangguran
1997 4.28
1998 5.06
1999 6.03
2000 5.86
2001 8.00
2002 9.06
2003 9.67
2004 9.86
2005 10.26
2006 10.28
2007 9.11
2008 8.39
2009 7.87
2010 7.14
2011 6.56
2012 6.14
3

2013 6.25
Sumber : BPS, 2013

Dalam Tabel 2 terlihat dari tahun 1997 sampai tahun 2006 terus terjadi peningkatan
jumlah pengangguran di Indonesia. Penurunan angka pengangguran di Indonesia
terjadi di tahun 1999 ke tahun 2000 sebesar 170.000 orang, kemudian berangsur –
angsur mengalami penurunan mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2013, walaupun di
tahun 2013 mengalami kenaikan 11 persen.
Tetapi meskipun demikian masih ada usaha yang tetap dapat bertahan di
bawah tekanan krisis ekonomi yang melanda Indonesia, usaha tersebut tak lain adalah
usaha kecil/menengah atau biasa dikenal dengan UKM. Di saat perusahaan-
perusahaan besar banyak yang mengalami keterpurukan UKM justru mampu
mempertahankan usahanya untuk tetap terus berjalan. UKM dapat dikatakan
memiliki peranan penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Menurut data
Kementerian Negara Koperasi dan UKM pada tahun 2007 sektor UKM mampu
menyumbang sekitar 53 persen dari PDB Nasional atau sebesar Rp 1.778,75 triliun.
Dilihat dari sisi penyerapan tenaga kerja sektor UKM mampu menyerap tenaga kerja
hingga 85,4 juta jiwa. Melihat data tersebut tidak diragukan lagi bahwa peran UKM
terbukti memang sangat strategis dalam mengurangi angka pengangguran di
Indonesia. Meningkatnya pelaku UKM memiliki dampak positif pada jangka pendek
karena mampu mengurangi angka pengangguran. Tetapi pada jangka panjang sektor
UKM harus memperhatikan daya saing dengan perusahaan-perusahaan besar agar
keduanya dapat berjalan secara seimbang.
Pangan merupakan kebutuhan pokok individu yang harus dipenuhi selain
sandang dan papan. Jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah lebih dari 200 juta jiwa
menempatkan negara Indonesia di peringkat keempat jumlah penduduk terbesar di dunia.
Kecenderungan jumlah penduduk yang semakin meningkat diduga akan berdampak
positif terhadap peningkatan kebutuhan pangan di Indonesia. Menurut BPS (2013) telah
terjadi peningkatan konsumsi rata-rata makanan per kapita khususnya pada komoditi
makanan jadi dari olahan ikan meskipun memang dari rata – rata konsumsi ikan dari
4

tahun ke tahun mengalami penurunan yang tidak begitu signifikan. Peningkatan


konsumsi rata-rata makanan perkapita dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3
Persentase Perkembangan Konsumsi Rata-Rata Makanan Per Kapita Per Bulan
2013
Kelompok Barang 2002 2005 2008
Septembe
Maret
r
Makanan:          
- Padi-padian 12.47 8.54 9.57 8.24 7.46
- Umbi-umbian 0.64 0.58 0.53 0.45 0.47
- Ikan 5.17 4.66 3.96 4.03 3.98
- Daging 2.86 2.44 1.84 1.88 1.8
- Telur dan susu 3.28 3.12 3.12 3.06 2.85
- Sayur-sayuran 4.73 4.05 4.02 4.43 3.91
- Kacang-kacangan 2.02 1.70 1.55 1.34 1.24
- Buah-buahan 2.84 2.16 2.27 2.33 1.84
- Minyak dan lemak 2.25 1.93 2.16 1.64 1.56
- Bahan minuman 2.71 2.23 2.13 1.90 1.74
- Bumbu-bumbuan 1.55 1.33 1.12 0.96 0.94
- Konsumsi lainnya 1.37 1.34 1.39 1.04 0.94
- Makanan jadi 9.70 11,44*) 11,44*) 13,11*) 12,46*)
- Minuman beralkohol 0.08 - - - -
- Tembakau dan sirih 6.80 6.18 5.08 6.24 6.01
           
Jumlah makanan 58.47 51.37 50.17 50.66 47.19

Sumber : BPS, 2013

Adanya peningkatan jumlah konsumsi dan perubahan pola gaya hidup instan
masyarakat perkotaan saat ini juga ikut memicu timbulnya banyak jenis usaha
terutama di bidang makanan. Menurut Wibowo (1999) pengelompokkan usaha
berdasarkan jenisnya dibagi menjadi tiga. Pertama jenis usaha perdagangan/ industri,
dimana usaha jenis ini bergerak dalam kegiatan memindahkan barang dari produsen
ke konsumen atau dari tempat yang memiliki kelebihan persediaan ke tempat yang
membutuhkan. Jenis usaha yang kedua yaitu usaha produksi/industri, usaha ini
bergerak dalam kegiatan proses pengubahan suatu bahan/barang menjadi
bahan/barang lain yang berbeda bentuk dan sifatnya dan mempunyai nilai tambah.
5

Terakhir adalah jenis usaha jasa komersial yang bergerak dalam kegiatan pelayanan
atau menjual jasa sebagai kegiatan utamanya.
Olahan Ikan Bandeng Isi (BANISI) merupakan salah satu usaha dibidang
makanan jadi yang menggunakan bahan baku berupa ikan bandeng. Ide munculnya
usaha ini pada mulanya hanya sebagai bentuk ketidakpuasan konsumen terhadap
produk olahan bandeng yang ada selama ini. Tetapi melihat adanya peluang pasar
untuk produk ini pemilik akhirnya memutuskan untuk mengusahakannya secara
komersil. Selain untuk menjawab peluang yang ada seiring dengan meningkatnya
kebutuhan manusia akan konsumsi pangan produk ini juga diciptakan untuk
mengatasi kelemahan bandeng yang selama ini dialami oleh konsumen. Bandeng
merupakan salah satu komoditas perikanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat.
Ikan bandeng memiliki kelebihan diantaranya kandungan protein yang cukup tinggi,
rasanya yang gurih dan netral, harga yang relatif terjangkau dan tidak mudah hancur
ketika dimasak. Ikan bandeng memiliki tingkat atau kadar protein yang cukup tinggi
yaitu sekitar 20 gram (per 100 gram). Nilai ini sebanding dengan jumlah protein yang
terkandung dalam ikan kakap (Tabel 4). Selain itu harga ikan bandeng relatif dapat
dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat dibandingkan ikan kakap.

Tabel 4
Komposisi Zat Gizi Beberapa Jenis Ikan Tawar dan Laut (per 100 gram)
Jenis Ikan Protein Lemak Kalsium Fosfor Besi
Teri 33.3 g 2.9 g 1209 mg 1225 mg 3.0 mg
Peda 28.0 g 4.0 g 174 mg 316 mg 3.1 mg
Kembung 22.0 g 1.0 g 20 mg 200 mg 1.0 mg
Kakap 20.0 g 0.7 g 20 mg 200 mg 1.0 mg
Bandeng 20.0 g 4.8 g 20 mg 150 mg 2.0 mg
Lele 18.2 g 2.2 g 34 mg 116 mg 0.2 mg
Ikan Mas 16.0 g 2.0 g 20 mg 150 mg 2.0 mg
Produk yang dihasilkan oleh BANISI berupa makanan olahan siap saji
berbentuk bandeng isi ini dapat dikatakan sebagai inovasi sebab produk bandeng isi
belum pernah ada sebelumnya dipasaran. Produk yang diciptakan oleh BANISI dapat
dikonsumsi tanpa harus diolah kembali karena produk ini sudah melalui proses
6

pemanggangan dengan menggunakan oven. Selain itu bandeng isi telah melalui
proses pencabutan tulang sehingga konsumen dapat menikmati ikan bandeng tanpa
harus terganggu duri bandeng yang dapat mengurangi kenikmatan ikan bandeng.
Produk yang disediakan BANISI terdiri dari tiga varian, bandeng isi daging ayam,
daging sapi dan udang yang saat ini baru tersebar di daerah Bandar Lampung. Karena
usaha ini tergolong baru sehingga diperlukan adanya studi kelayakan mengenai
BANISI untuk melihat kelayakan dan kelangsungan usahanya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kelayakan usaha bandeng isi (BANISI) dilihat dari aspek yuridis
dan pemasaran, aspek teknik, aspek sosial dan lingkungan serta aspek
organisasi dan manajemen?
2. Bagaimana kelayakan finansial usaha bandeng isi (BANISI)?

1.3 TUJUAN
Dari uraian di atas maka tujuan penulisan ini menjawab beberapa hal yang ingin
diketahui mengenai kelayakan usaha ini yaitu :
1. Untuk menganalisis kelayakan usaha bandeng isi (BANISI) dilihat dari aspek
yuridis dan pemasaran, aspek teknik, aspek sosial dan lingkungan serta aspek
organisasi dan manajemen
2. Untuk menganalisis kelayakan finansial usaha bandeng isi (BANISI)
7

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Studi Kelayakan Usaha/Proyek


Proyek adalah keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber
untuk mendapatkan manfaat (benefit), atau suatu aktivitas dimana dikeluarkan uang
dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan datang, dan
yang dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu unit (Kadariah,
2001). Menurut Gittinger (1986) mengatakan bahwa proyek yang bergerak dalam
bidang pertanian adalah suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber
finansial menjadi barang-barang modal yang dapat menghasilkan keuntungan atau
manfaat setelah beberapa periode waktu. Sedangkan menurut Gray (1992) proyek
adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu
bentuk kesatuan dengan mempergunakan sumber-sumber untuk mendapatkan benefit.
Sumber-sumber yang dimaksud dapat berupa barang-barang modal, tanah, bahan
setengah jadi, bahan mentah, tenaga kerja dan waktu.
Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu
proyek dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono, 2000). Suatu proyek
dapat dikatakan berhasil apabila memenuhi kriteria manfaat investasi sebagai
berikut :
1. Manfaat ekonomis proyek terhadap proyek itu sendiri (biasa disebut juga sebagai
manfaat finansial).
2. Manfaat proyek bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (disebut juga manfaat
ekonomi nasional).
3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat di sekitar proyek.
8

Menurut Gittinger (1986), pada proyek pertanian ada enam aspek yang harus
dipertimbangkan dalam mengambil keputusan yaitu :
1. Aspek Pasar
Untuk mencapai hasil pemasaran yang diinginkan suatu perusahaan harus
menggunakan alat - alat pemasaran yang membentuk suatu bauran pemasaran.
Adapun yang dimaksud dengan bauran pemasaran menurut Kottler (2002) yaitu
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan terus menerus untuk
mencapai tujuan pemasarannya di pasar sasaran. Analisis aspek pasar mencakup
permintaan, penawaran, harga, program pemasaran yang akan digunakan, serta
perkiraan penjualan.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis mencakup masalah penyediaan sumber-sumber dan pemasaran hasil
- hasil produksi, seperti lokasi proyek, besaran skala operasional untuk mencapai
kondisi yang ekonomis, kriteria pemilihan mesin dan equipment, layout, proses
produksi, serta ketepatan penggunaan teknologi.
3. Aspek Manajemen
Analisis aspek manajemen difokuskan pada kondisi internal perusahaan. Aspek-
aspek yang diperhatikan pada studi kelayakan terdiri dari manajemen pada masa
pembangunan yaitu pelaksana proyek, jadwal penyelesaian proyek, dan pelaksana
studi masing-masing aspek, dan manajemen pada saat operasi yaitu bentuk
organisasi, struktur organisasi, deskripsi jabatan, personil kunci, dan jumlah tenaga
kerja yang digunakan.
4. Aspek Hukum
Terdiri dari bentuk usaha yang akan digunakan, jaminan-jaminan yang dapat
diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta, sertifikat dan izin yang
diperlukan dalam menjalankan usaha.
5. Aspek Sosial Lingkungan
Terdiri dari pengaruh proyek terhadap penghasilan negara, pengaruhnya terhadap
devisa negara, peluang kerja, dan pengembangan wilayah dimana proyek
dilaksanakan
9

6. Aspek Finansial
Adapaun pentingnya analisis pada aspek finansial yaitu :
a. Untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dicapai melalui investasi dalam
suatu proyek
b. Menghindari pemborosan sumber-sumber, yaitu dengan menghindari
pelaksanaan proyek yang tidak menguntungkan
c. Mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang ada sehingga kita dapat
memilih alternatif proyek yang paling menguntungkan, dan
d. Menentukan prioritas investasi (Gray, et al, 1992).

II.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian mengenai analisis kelayakan investasi suatu usaha telah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya tetapi dengan jenis produk yang berbeda. Penelitian yang
terkait dengan analisis kelayakan investasi telah dilakukan oleh Pramuji (2007)
dengan judul Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri Ubi Jalar (Studi Kasus pada
Agroindustri Unit Pengolahan Tepung Ubi Jalar di Desa Giri Mulya, Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa ternyata usaha unit pengolahan tepung ubi jalar tidak layak untuk dijalankan
berdasarkan aspek kelayakan usaha. Untuk hasil analisis sensitivitas menunjukkan
bahwa penurunan harga bahan baku sebesar 10% dan 40% menghasilkan NPV, IRR,
Net B/C rasio dan Payback Period yang memenuhi kriteria kelayakan investasi
dilihat dari aspek finansial. Sedangkan untuk hasil switching value menunjukkan
penurunan bahan baku sebesar 5,61% dan kenaikan harga jual sebesar 3,08% pada
penggunaan modal dari Pemda Kabupaten Bogor dan pinjaman bank serta penurunan
bahan baku sebesar 10,34% dan kenaikan harga jual sebesar 5,36% pada penggunaan
modal yang berasal dari Pemda Kabupaten Bogor masih memenuhi kriteria minimum
kelayakan investasi.
Rosmawanty (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kelayakan
Investasi Pengusahaan Penggillingan Padi (Kasus Beberapa Pengusahaan
10

Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang, Jawa Barat) mengemukakan bahwa


pengusahaan penggilingan padi dilihat dari aspek teknis, manajemen, Sosial dan
aspek pasar layak untuk dilaksanakan. Dalam penelitian ini hasil analisis finansial
dibagi ke dalam tiga skenario, yaitu pertama penggilingan skala kecil dengan nilai
NPV Rp 175.228.679; Net B/C Rasio 2,4; IRR 33,59% dan Payback Period lima
tahun enam bulan. Skenario kedua yaitu penggilingan skala sedang dengan nilai NPV
Rp 805.401.116; Net B/C Rasio 2,1; IRR 31,18% dan Payback Period enam tahun
satu bulan. Sedangkan yang terakhir yaitu skala besar dengan nilai NPV Rp
9.825.060.859; Net B/C Rasio 3,1; IRR 43,35% dan Payback Period tiga tahun empat
bulan. Dari analisis finansial terlihat ketiga jenis penggilingan layak untuk
diusahakan dengan tingkat suku bunga yang berlaku sebesar 8,75%, tetapi yang
paling menguntungkan adalah penggilingan dengan skala usaha besar karena
penerimaan yang didapat lebih besar. Hasil analisis switching value menunjukkan
penggilingan skala sedang merupakan yang paling sensitif terhadap peningkatan
biaya pembelian gabah dan penurunan volume produksi.
Perbedaan kedua penelitian sebelumnya dengan penelitian kali ini adalah
adanya perbedaan komoditi yang diteliti. Selain perbedaan komoditi lokasi tempat
dilakukannya penelitian kali ini berbeda dengan ketdua penelitian sebelumnya.
11

III. METODE PENGUMPULAN DATA

III.1 Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data hasil wawancara, pemberian kuesioner maupun
observasi langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil laporan
perusahaan, artikel, studi serta data lembaga yang terkait penelitian ini.

III.2 Metode Analisis Data


Data dan informasi kuantitatif yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan
program Microsoft Excel yang kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi yang
bertujuan untuk mengklasifikasikan serta memudahkan dalam menganalisis data.
Data yang bersifat kuantitatif antara lain data biaya baik biaya investasi, maupun
biaya operasional serta data penerimaan sebagai hasil dari penjualan produk BANISI.
Untuk data yang bersifat kualitatif seperti analisis aspek pasar, aspek teknis, aspek
bahan baku, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan
lingkungan selanjutnya akan disajikan dalam bentuk analisis deskriptif.
12

IV. HASIL STUDI KELAYAKAN USAHA

IV.1 Penentuan Usaha yang Dilakukan


Peluang Usaha
Peningkatan jumlah konsumsi dan perubahan pola gaya hidup instan
masyarakat perkotaan saat ini juga ikut memicu timbulnya banyak jenis usaha
terutama di bidang makanan. Menurut Wibowo (1999) pengelompokkan usaha
berdasarkan jenisnya dibagi menjadi tiga. Pertama jenis usaha perdagangan/ industri,
dimana usaha jenis ini bergerak dalam kegiatan memindahkan barang dari produsen
ke konsumen atau dari tempat yang memiliki kelebihan persediaan ke tempat yang
membutuhkan. Jenis usaha yang kedua yaitu usaha produksi/industri, usaha ini
bergerak dalam kegiatan proses pengubahan suatu bahan/barang menjadi
bahan/barang lain yang berbeda bentuk dan sifatnya dan mempunyai nilai tambah.
Terakhir adalah jenis usaha jasa komersial yang bergerak dalam kegiatan pelayanan
atau menjual jasa sebagai kegiatan utamanya.
Olahan Ikan Bandeng Isi (BANISI) merupakan salah satu usaha dibidang
makanan jadi yang menggunakan bahan baku berupa ikan bandeng. Ide munculnya
usaha ini pada mulanya hanya sebagai bentuk ketidakpuasan konsumen terhadap
produk olahan bandeng yang ada selama ini. Tetapi melihat adanya peluang pasar
untuk produk ini pemilik akhirnya memutuskan untuk mengusahakannya secara
komersil. Selain untuk menjawab peluang yang ada seiring dengan meningkatnya
kebutuhan manusia akan konsumsi pangan produk ini juga diciptakan untuk
mengatasi kelemahan bandeng yang selama ini dialami oleh konsumen. Bandeng
merupakan salah satu komoditas perikanan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat.
Ikan bandeng memiliki kelebihan diantaranya kandungan protein yang cukup tinggi,
13

rasanya yang gurih dan netral, harga yang relatif terjangkau dan tidak mudah hancur
ketika dimasak.

Analisis SWOT
A. Judul Proposal
Analisis Studi Kelayakan Usaha Pembuatan Bandeng Isi (BANISI)

B. Analisis SWOT
a. Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal
1. Faktor Internal
Kekuatan (Strong)
 Motivasi kerja tinggi
 Umur produktif
 Jumlah tenaga kerja banyak
 Bahan baku (ikan bandeng) tersedia
 Kualitas produk sudah baik
 Hasil produk olahan ikan bandeng yang sudah cukup spesifik atau unik
 Waktu kerja yang cukup luang terutama ditujukkan untuk wanita
nelayan

Kelemahan (Weakness)
 Volume produksi yang masih sedikit
 Belum efektifnya untuk melakukan promosi guna penyaluran produk
yang dihasilkan
 Distribusi produk yang masih terbatas
 Dikarenakan volume produksi yang masih sedikit, sehingga
menimbukan produk yang dijual memiliki harga yang relatif mahal
dibanding pengelolaan ikan bandeng lain
14

2. Faktor Eksternal
Peluang (Opportunity)
 Permintaan yang semakin tinggi akan produk pangan olahan terutama
produk perikanan
 PBI No.7/39/PBI/2005 tentang Pemberian Bantuan Teknis Dalam
Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Menunjukkan perhatian pemerintah yang relatif tinggi bagi
pengembangan usaha kecil menengah dan mikro seperti pemberian
berbagai skim bantuan usaha dan peralatan produksi
 Gaya hidup yang semakin menuntut kepraktisan dalam mengkonsumsi
makanan sehingga diperlukan produk pangan siap saji
 Adanya dorongan dan kepedulian dari berbagai lembaga untuk
kemajuan dan kesejahteraan masyarakat pesisir baik pemerintah
maupun swasta seperti LSM
 Permintaan ekspor tinggi untuk produk olahan perikanan seperti olahan
ikan bandeng

Ancaman (Threat)
 Produk pesaing yang lebih berkualitas
 Tingginya tuntutan masyarakat konsumen akan produk pangan
berkualitas
 Pasar bebas yang semakin dekat yang memungkinkan produk impor
termasuk makanan olahan masuk ke Indonesia
 Tingkat perlindungan kunsumen yang cukup tinggi oleh berbagai
lembaga standarisasi, memungkinkan produk olahan masyarakat
semakin sulit untuk diterima
15

b. Menentukan Strategi

1. Menentukan Strategi Dengan Matriks SWOT


Tabel 5 Matriks SWOT
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weaknesses)
Faktor Internal  Motivasi kerja tinggi  Volume produksi yang masih sedikit
 Umur produktif  Belum efektifnya untuk melakukan promosi
 Jumlah tenaga kerja banyak guna penyaluran produk yang dihasilkan
 Bahan baku (ikan bandeng) tersedia  Distribusi produk yang masih terbatas
 Kualitas produk sudah baik  Dikarenakan volume produksi yang masih
 Hasil produk olahan ikan bandeng yang sedikit, sehingga menimbukan produk yang
Faktor Eksternal dijual memiliki harga yang relatif mahal
sudah cukup spesifik atau unik
 Waktu kerja yang cukup luang terutama dibanding pengelolaan ikan bandeng lain

wanita nelayan

Peluang (Opportunities) Strategi S – 0 Strategi W - O


 Permintaan yang semakin tinggi akan produk  Tingkatkan motivasi dan keterampilan  Penguatan modal untuk meningkatkan
pangan olahan terutama produk perikanan kerja untuk mendukung produksi yang kualitas produk
 PBI No.7/39/PBI/2005 tentang Pemberian berkesinambungan  Menjalin kemitraan dan memperkuat jaringan
16

Bantuan Teknis Dalam Rangka Pengembangan  Tingkatkan kualitas dan kuantitas  Program bantuan alat produksi hendaknya
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menunjukkan produk untuk mengakses pasar yang merata dan sesuai dengan kebutuhan
perhatian pemerintah yang relatif tinggi bagi luas terutama pasar eksport. kelompok
pengembangan usaha kecil menengah dan mikro  Tingkatkan program KKP untuk  Tingkatkan kualitas produk sesuai standar
seperti pemberian berbagai skim bantuan usaha pemberdayaan perempuan penjaminan mutu (ISO) melalui
dan peralatan produksi  Pendampingan & pembinaan pada pendampingan dan pembinaan program KKP
 Gaya hidup yang semakin menuntut kepraktisan kelompok perempuan perlu  Diversifikasi produk yang sesuai dengan
dalam mengkonsumsi makanan sehingga diintensifkan kebutuhan dan harga yang terjangkau oleh
diperlukan produk pangan siap saji  Pembinaan dan pemberdayaan konsumen
 Adanya dorongan dan kepedulian dari berbagai kelompok usaha berbasis sumberdaya
lembaga untuk kemajuan dan kesejahteraan dan potensi daerah masing- masing
masyarakat pesisir baik pemerintah maupun  Pencarian dan pembukaan jaringan
swasta seperti LSM pemasaran dengan menciptakan produk
 Permintaan ekspor tinggi untuk produk olahan spesifik dengan kualitas yang
perikanan seperti olahan ikan bandeng terstandarisasi
Acaman (Threats) Strategi S - T Strategi W - T
 Produk pesaing yang lebih berkualitas  Memperkuat kelembagaan kelompok  Melakukan riset pasar
 Tingginya tuntutan masyarakat konsumen akan UKM  Melakukan pengembangan kualitas dan
produk pangan berkualitas  Meningkatkan pembinaan kepada kuantitas produk
17

 Pasar bebas yang semakin dekat yang kelompok UKM  Perlu ada toko yang letaknya strategis di
memungkinkan produk impor termasuk makanan pinggir jalan yang mudah diakses sebagai
olahan masuk ke Indonesia tempat pemasaran produk olahan perikanan
 Tingkat perlindungan kunsumen yang cukup sebagai oleh - oleh khas bagi suatu daerah
tinggi oleh berbagai lembaga standarisasi, dan juga produk lain yang berprospek
memungkinkan produk olahan masyarakat
semakin sulit untuk diterima

2. Menentukan Strategi Dengan Scoring

a. Faktor Strategis Internal Olahan Ikan Bandeng Isi (Banisi)


Faktor Internal Bobot *) Rating Bobot x rating Keterangan
Kekuatan
a) Motivasi kerja tinggi 0,10 3 0,3 a. Meningkatkan kualitas produksi
b) Umur produktif 0,10 3 0,3 b. Menjamin keberlangsungan usaha
c) Jumlah tenaga kerja banyak 0,05 2 0,1 c. Dapat memberikan efesiensi waktu
dan mengurangi jumlah angka
pengangguran
d. Meningkatkan hasil volume penjualan
18

d) Bahan baku (ikan bandeng) tersedia 0,10 4 0,4 dan perluasan ekspor
e. Manambah tingkat kepercayaan
e) Kualitas produk sudah baik 0,10 4 0,4 konsumen
f. Menambah aneka olahan ikan bandeng
f) Hasil produk olahan ikan bandeng yang sudah cukup 0,10 3 0,3
spesifik atau unik g. Meingkatkan produktifitas dan
g) Waktu kerja yang cukup luang terutama wanita nelayan 0,05 2 0,1 pemberdayaan warga sekitar
Jumlah 0,60 1,9
Kelemahan
a) Volume produksi yang masih sedikit
0,15 4 0,6 a. Belum optimalnya pemberian kredit
b) Belum efektifnya untuk melakukan promosi guna
0,05 2 0,1 b. Banyaknya anggota yang menunggak
penyaluran produk yang dihasilkan
c. Kurang selektif dalam pemilihan calon
c) Distribusi produk yang masih terbatas
0,10 3 0,3 peminjam
d) Dikarenakan volume produksi yang masih sedikit,
0,10 3 0,3 d. Kurangnya tenaga kerja
sehingga menimbukan produk yang dijual memiliki harga
e. Atas dasar keinginan peminjam
yang relatif mahal dibanding pengelolaan ikan bandeng
lain

Jumlah 0,40 1,3


19

Total 1,00 3,2


Ket : *) Proporsi jumlah bobot pada setiap komponen (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) tidak ditentukan secara pasti, tetapi
tergantung pada pertimbangan penyusun studi kelayakan usaha. Yang penting jumlah bobot untuk masing-masing faktor = 1,00.
Rating : 4 = sangat penting; 3 = penting; 2 = cukup penting; 1 = tidak penting

b. Faktor Strategis Internal Olahan Ikan Bandeng Isi (Banisi)


Faktor Eksternal Bobot *) Rating Bobot x rating Keterangan
Peluang
a) Permintaan yang semakin tinggi akan produk pangan 0,15 4 0,6 a. Memberikan prospek keberlanjutan
olahan terutama produk perikanan usaha
b) PBI No.7/39/PBI/2005 tentang Pemberian Bantuan 0,05 2 0,1 b. Memberikan dukungan terhadap
Teknis Dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, pengembangan UMKM di masyarakat
Kecil, dan Menengah. Menunjukkan perhatian
pemerintah yang relatif tinggi bagi pengembangan usaha
kecil menengah dan mikro seperti pemberian berbagai
skim bantuan usaha dan peralatan produksi
c) Gaya hidup yang semakin menuntut kepraktisan dalam 0,10 4 0,4 c. Memberikan inovasi pengolahan
mengkonsumsi makanan sehingga diperlukan produk makanan ikan siap saji yang digemari
20

pangan siap saji masyarakat


d) Adanya dorongan dan kepedulian dari berbagai lembaga 0,15 4 0,6 d. Memberikan semangat sekaligus
untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat pesisir peningkatan kesejahteraan kepada
baik pemerintah maupun swasta seperti LSM masyarakat, khususnya sekitar pesisir
e) Permintaan ekspor tinggi untuk produk olahan perikanan 0,10 3 0,3 e. Memperbanyak volume produksi
seperti olahan ikan bandeng
Jumlah 0,55 2,0
Ancaman
a) Produk pesaing yang lebih berkualitas
0,15 4 0,6 a. Pesaing yang lebih kompetitif
b) Tingginya tuntutan masyarakat konsumen akan produk
0,10 2 0,2 b. Berkurangnya pangsa pasar
pangan berkualitas
c) Pasar bebas yang semakin dekat yang memungkinkan
0,10 3 0,3 c. Kurangnya kesiapan masyarakat untuk
produk impor termasuk makanan olahan masuk ke
bersaing secara global
Indonesia
d) Tingkat perlindungan kunsumen yang cukup tinggi oleh
0,10 2 0,2 d. Standar peraturan yang menyulitkan
berbagai lembaga standarisasi, memungkinkan produk
perkembangan usaha
olahan masyarakat semakin sulit untuk diterima
Jumlah 0,45 1,3
Total 1,00 3,3
21

Ket : *) Proporsi jumlah bobot pada setiap komponen (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman) tidak ditentukan secara pasti, tetapi
tergantung pada pertimbangan penyusun studi kelayakan usaha. Yang penting jumlah bobot untuk masing-masing faktor = 1,00.
Rating : 4 = sangat penting; 3 = penting; 2 = cukup penting; 1 = tidak penting

c. Pemilihan Strategi
1) Bila menggunakan pendekatan matriks, pemilihan strategi didasarkan atas beberapa pertimbangan yang cenderung lebih subyektif dan
lebih ditentukan oleh kemampuan si pengambil keputusan. Namun agar lebih tepat pilihan strateginya maka pada proses pemilihannya
sebaiknya memperhatikan aspek - aspek : dimensi waktu, pragmatisme, keterukuran, dan realistik.
2) Sedangkan menggunakan pendekatan scoring, strategi yang dipilih didasarkan atas besarnya jumlah skor dari faktor internal dan
eksternal.
Berdasarkan hasil kasus di atas maka, diperoleh hasil:
1. Strategi S-O = 1,9 + 2,0 = 3,9
2. Strategi S-T = 1,9 + 1,3 = 3,2
3. Strategi W-O = 3,2 + 2,0 = 5,2
4. Strategi W-T = 3,2 + 1,3 = 4,5

Strategi yang dipilih adalah W-O (jumlah skor terbesar), yaitu berusaha meminimalkan kelemahan dengan memanfaatkan peluang, yang
diimplementasikan dengan pengembangan usaha pengolahan ikan bandeng isi (Banisi).
22

4.2 Kajian Aspek Yuridis dan Pemasaran


A. Aspek Yuridis

Pada aspek yuridis / perizinan usaha, hal yang perlu dianalisis adalah bentuk
badan hukum usaha yang dijalankan serta izin usaha yang diperoleh perusahaan.

a) Bentuk Badan Usaha


Bentuk badan usaha yang digunakan oleh BANISI saat ini dapat dikategorikan
sebagai badan usaha perseorangan. Karena sesuai dengan ciri-ciri perusahaan
perseorangan yaitu modal usaha yang digunakan berasal dari 1 orang yaitu
pemilik perusahaan, seluruh modal yang digunakan untuk menjalankan kegiatan
pembuatan bandeng isi ini juga berasal dari pemilik perusahaan. Keuntungan dari
bentuk usaha ini adalah pemilik perusahaan dapat menikmati seluruh keuntungan
yang diperoleh perusahaan. Sedangkan kelemahannya adalah segala bentuk
kerugian atau beban perusahaan harus ditanggung sendiri oleh pemilik
perusahaan. Berbeda dengan perusahaan yang telah berbentuk CV atau Firma.
Pada CV atau Firma, jumlah pemilik modal biasanya berjumlah lebih dari 1
orang. Jadi, pengumpulan modal usaha dilakukan oleh beberapa orang untuk
menjalankan usaha yang telah disepakati bersama. Perbedaan yang paling
menonjol antara CV dan Firma adalah tanggung jawab antar pemilik modal. Jika
pada CV terdapat sekutu aktif yaitu orang yang memberikan modalnya serta
terlibat dalam pelaksanaan kegiatan usaha dan sekutu pasif yaitu orang yang
hanya memberikan modal tanpa ikut serta dalam pelaksanaan kegiatan usaha.
Sedangkan pada Firma, tidak terdapat sekutu aktif dan sekutu pasif, semua
pemilik modal ikut terlibat dalam pelaksanaan kegiatan usaha.

b) Izin Usaha
Dalam menjalankan kegiatan usaha pembuatan bandeng isi ini, tidak ada
hambatan dalam perolehan izin usaha, karena usaha yang akan kami lakukan
merupakan usaha pengembangan dari BANISI yang telah ada sebelumnya,
sehingga telah memperoleh izin usaha dari Dinas Kesehatan setempat yaitu
berdasarkan P. IRT No. 802320401509. Selain dari Dinas Kesehatan setempat
23

usaha ini juga telah mendapat izin dari LP. POM No. 01031026620907 dan juga
sertifikasi halal dari MUI, sehingga konsumen tidak perlu merasa khawatir untuk
mengkonsumsi produk bandeng isi karena produk ini aman dan halal untuk
dikonsumsi.

B. Aspek Pasar

Aspek pasar digunakan untuk mengkaji mengenai potensi pasar produk


bandeng isi baik dari sisi permintaan, penawaran maupun harga yang berlaku,
juga strategi pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran
pemasaran yaitu harga, tempat, promosi, dan distribusi.

a) Permintaan
Potensi pasar untuk produk bandeng isi cukup tinggi. Tingginya potensi pasar
bandeng isi ini terbukti dari tingginya jumlah permintaan untuk bandeng isi baik
di Bandar Lampung maupun di luar Bandar Lampung. Permintaan bandeng isi ini
biasanya datang dari agen maupun rumah tangga. Namun, penawaran produk
bandeng isi masih sangat terbatas karena masih sedikit orang yang menggeluti
usaha pembuatan bandeng isi. Hal ini membuat harga bandeng isi cukup tinggi
yaitu Rp. 13.000 per ekor. Harga tersebut berlaku di tingkat agen, sedangkan
harga pada tingkat end user dapat mencapai kisaran Rp. 16.000 - 17.000 per ekor.
Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran produk bandeng isi
memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Dengan demikian, pasar
dapat menyerap seluruh jumlah bandeng isi yang diproduksi oleh perusahaan.
Kebutuhan bandeng isi untuk memenuhi pasar Bandar Lampung saja mencapai
1200 ekor per bulan, sedangkan untuk di luar Bandar Lampung perusahaan baru
berencana untuk melakukan ekspansi ke Kalianda, Lampung Selatan.

b) Penawaran
Tingginya suatu potensi pasar tidak hanya dilihat dari tingkat permintaan tetapi
juga dari tingkat penawaran. Produk bandeng isi dapat dikatakan masih sangat
rendah dari sisi penawaran karena saat ini hanya BANISI yang menawarkan
24

produk bandeng isi secara komersil. Dengan kondisi yang demikian perusahaan
memperoleh keuntungan tersendiri dalam menjalankan usahanya. Dengan tidak
adanya pesaing secara langsung, BANISI mampu memperoleh posisi tawar yang
tinggi di mata konsumen. Tetapi penawaran yang ada untuk produk bandeng isi
saat ini belum mampu memenuhi permintaan pasar. Hal ini terbukti dari produk
bandeng isi yang selalu habis terjual, bahkan terkadang ada pembeli yang tidak
mendapatkan produk bandeng isi karena telah habis terjual. Melihat potensi
penawaran tersebut produk ini menjanjikan untuk diusahakan.

c) Strategi Pemasaran
Untuk sarana promosi, BANISI belum memiliki alat atau media khusus untuk
memasarkan bandeng isi yang diproduksinya. Sejauh ini, BANISI akan menjual
hasil produksinya kepada agen-agen yang telah dikenal dan masyarakat di
lingkungan sekitar tempat produksi. Distribusi dari perusahaan ke agen dilakukan
sendiri oleh perusahaan. Bandeng isi yang telah diproduksi terlebih dahulu
dikemas dalam kemasan vacuum yang kedap udara agar tetap awet, kemudian
dikirim ke pengumpul yaitu agen atau outlet-outlet makanan yang tersebar di
sekitar Bandar Lampung. Dari agen atau outlet-outlet tersebut, barulah bandeng
isi kemudian didistribusikan kepada konsumen akhir. Di setiap outlet sendiri telah
memasang media promosi berupa banner yang bertujuan untuk meningkatkan
awareness konsumen akan produk bandeng isi tersebut. Berikut adalah skema
aliran pemasaran bandeng isi yang dilakukan oleh BANISI.

Bandeng Isi (BANISI)

Agen atau Outlet – outlet


Penjual Makanan Khas

Konsumen Akhir (Rumah Tangga)

Gambar 1. Skema Aliran Pemasaran Bandeng Isi (BANISI)


25

d) Hasil Analisis Aspek Ekonomi dan Pasar


Berdasarkan analisis potensi ekonomi dan pasar bandeng isi di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengusahaan bandeng isi ini layak untuk diusahakan. Hal ini
dikarenakan besarnya potensi ekonomi serta pasar untuk produk bandeng isi
dilihat dari sisi permintaan, penawaran, dan harga. Jumlah permintaan yang tidak
diimbangi oleh jumlah penawaran menciptakan peluang besar pada pengusahaan
bandeng isi. Di samping itu, harga jual yang tinggi juga cukup menjanjikan bahwa
usaha pembuatan bandeng isi dapat mendatangkan keuntungan.

4.3 Aspek Teknis/ Fisik/ Pelayanan


Analisis dalam aspek teknis mencakup lokasi usaha proyek, besarnya skala usaha
proyek, jenis pemilihan mesin, proses produksi, dan ketepatan teknologi yang
digunakan. Berikut adalah hasil analisis pada tiap kriteria aspek teknis.
a) Lokasi Usaha
Lokasi usaha BANISI akan ditempatkan di Jl. Letkol H. Endro Suratmin
Sukarame, Bandar Lampung. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi
produksi adalah :
1. Letak pasar yang dituju
BANISI akan lebih banyak menjual hasil produksinya kepada agen yang
tersebar di sekitar Bandar Lampung dibandingkan langsung ke konsumen
akhir. Hal ini karena BANISI belum memiliki outlet tersendiri untuk
menjual langsung kepada konsumen akhir, sehingga sangat sulit bagi
konsumen akhir yang berada jauh dari tempat produksi untuk membeli
produk bandeng isi. Harga yang diberikan BANISI dibedakan antara agen
dan konsumen akhir. Untuk agen satu ekor bandeng isi dijual dengan harga
Rp 13.000, sedangkan untuk konsumen harga bandeng isi dijual dengan
harga Rp 16.000-17.000 per ekor. Dalam menjual bandeng isi BANISI
memberi batasan jumlah minimum kepada agen dalam melakukan
pembelian yaitu sebanyak lima dus atau setara dengan lima belas ekor
bandeng isi. Dari agen inilah baru kemudian produk banisi sampai ke
tangan konsumen. Sedangkan untuk konsumen akhir tidak ada batasan
jumlah minimum dalam membeli bandeng isi.
26

2. Tenaga listrik dan air


Untuk tenaga listrik daerah produksi bandeng isi akan dijangkau oleh aliran
listrik sehingga untuk penggunaan listrik, tidak ada masalah dalam hal ini.
Sementara itu, air sangat berlimpah di daerah lokasi proyek dikarenakan
daerah tersebut letak geografisnya cukup tinggi sehingga pasokan air bersih
masih terbilang melimpah di daerah tersebut. Saat ini BANISI
menggunakan air yang berasal dari sumber air tanah untuk keperluan
usahanya. Hal ini sangat membantu perusahaan dalam masalah
ketersediaan air. Selain bersih, air yang digunakan pun tidak mengandung
bahan kimia atau logam sehingga perusahaan tidak perlu melakukan proses
penyaringan air untuk menghilangkan kandungan bahan kimia dan logam.

3. Suplai tenaga kerja


Perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan tenaga
kerja. Suplai tenaga kerja dapat diperoleh dari warga sekitar lokasi proyek.
Tenaga kerja dibutuhkan dalam proses pencabutan duri, pemanggangan,
dan pengemasan. Sementara untuk kegiatan membuat bahan isian dan
bumbu masih ditangani oleh anggota keluarga

4. Fasilitas Transportasi
Lokasi usaha ini telah memiliki fasilitas jalan aspal dengan kondisi baik.
Untuk alat transportasi yang digunakan dalam membantu proses produksi
baik untuk pendistribusian produk maupun akses untuk menuju sumber
bahan baku pemilik menggunakan sepeda motor milik sendiri. Tidak ada
kesulitan untuk menuju lokasi proyek karena fasilitas jalan yang telah
memadai sehingga dapat diakses dengan menggunakan kendaraan beroda
dua maupun beroda empat.

5. Iklim dan keadaan tanah


Kondisi iklim dan keadaan tanah Kota Bandar Lampung dapat dikatakan
cukup baik, walaupun kedua hal ini tidak terlalu berpengaruh terhadap
proses produksi bandeng isi.
27

6. Sikap masyarakat
Sikap masyarakat sangat terbuka dan mendukung adanya usaha pembuatan
bandeng isi ini. Karena dengan adanya usaha pembuatan bandeng isi ini
mampu menyerap tenaga kerja dari masyarakat lingkungan sekitar.
Masyarakat sekitar juga mulai tertarik untuk ikut menjadi agen penjual
bandeng isi, tetapi diantara mereka masih belum ada yang ikut membuka
usaha pembuatan bandeng isi ini yang mungkin dikarenakan kurangnya
modal dan terbatasnya pengetahuan untuk membuat bandeng isi.

7. Rencana untuk perluasan usaha


BANISI berencana untuk melakukan ekspansi usaha dengan menambah
jumlah peralatan produksinya dalam rangka memenuhi jumlah permintaan
yang terkadang belum terpenuhi. Untuk merealisasikan harapan tersebut,
kendala yang menghambat adalah modal karena alat yang digunakan untuk
produksi terbilang cukup mahal.

b) Layout
Layout adalah keseluruhan proses penentuan “bentuk” dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Layout perusahaan disesuaikan
dengan sifat proses produksi yang direncanakan untuk proyek yang dilaksanakan
oleh perusahaan (Husnan dan Muhammad, 2000). BANISI akan memiliki luas
bangunan sebesar 110 m2. Lokasi produksi terletak menyatu dengan kediaman
pemilik dalam satu bangunan. Ruangan untuk memproduksi bandeng isi selain
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses produksi juga berfungsi sebagai
dapur pribadi. Struktur ruangan untuk proses produksi ditata sesuai dengan alur
proses produksi. Ruangan ini ini terbagi menjadi dua, satu ruangan berfungsi
sebagai tempat mengolah bandeng sedangkan ruang kedua berfungsi sebagai
tempat melakukan pengemasan produk akhir yang siap untuk dipasarkan. Untuk
lebih lengkapnya, layout BANISI dapat dilihat pada Lampiran 1.
Untuk kegiatan yang sifatnya administratif biasanya digunakan ruangan bagian
depan dari kediaman pemilik yang dalam keadaan normal berfungsi sebagai ruang
28

tamu. Kegiatan ini dapat berupa penerimaan tamu yang akan membeli produk
bandeng isi dan semua kegiatan administratif lainnya.

c) Proses Produksi
Proses produksi bandeng isi di BANISI melalui beberapa tahap mulai dari
persiapan bahan baku sampai proses pengemasan. Berikut adalah tahapan proses
produksi bandeng isi :
1. Persiapan Bahan Baku Utama
Ikan bandeng yang telah disiapkan dicuci terlebih dahulu untuk
menghilangkan bau lumpur yang biasanya ada pada ikan bandeng.
Pencucian mencakup pengambilan insang dan isi perut bandeng, karena
biasanya lumpur banyak terdapat di dalam insang yang tersaring ketika
ikan bandeng bernafas. Setelah melalui proses pencucian ikan bandeng
kemudian dihilangkan sisiknya menggunakan tulang sapi. Penggunaan
tulang sapi dimaksudkan agar saat proses membersihkan sisik kulit
bandeng tidak menjadi rusak. Setelah itu bandeng yang telah dihilangkan
sisiknya dicuci kembali dengan menggunakan air bersih. Dalam tahapan ini
juga dilakukan penyortiran untuk menjaga mutu produk yang dihasilkan.
2. Persiapan Bahan Baku Tambahan (Isian)
Bahan baku yang digunakan untuk isian mencakup daging sapi, daging
ayam dan udang, telur, susu, kelapa, serta bumbu-bumbu seperti bawang
putih, bawang merah, kemiri, kunir, gula dan garam. Semua bahan
kemudian dicuci bersih untuk menjaga agar tetap higienis.
3. Pengambilan Daging Ikan Bandeng (Pemisahan Duri dan Kulit)
Bandeng yang telah dicuci bersih dan disortir kemudian dipisahkan antara
daging, duri dan kulitnya. Duri yang telah dipisahkan kemudian dibuang
agar ketika konsumen mengkonsumsi bandeng isi ini tidak lagi terganggu
dengan duri bandeng yang terkenal halus. Dalam pengerjaan proses ini
sangat dibutuhkan kehati-hatian karena apabila kulit bandeng rusak maka
kulit ini tidak dapat digunakan untuk proses selanjutnya.
29

4. Penggilingan Daging Bandeng


Daging bandeng yang telah dipisahkan dari kulit dan durinya lalu dicuci
dan digiling kemudian ditiriskan untuk mengurangi kadar air dan nantinya
dicampurkan dengan bahan isian.
5. Pembuatan Bahan Isian
Daging sapi, ayam dan udang yang digunakan untuk isian digiling sesuai
jenisnya baru kemudian dicampur dengan bumbu-bumbu dan bahan-bahan
lain sehingga membentuk adonan.
6. Pengisian Bahan Isian Ke Dalam Bandeng
Bahan-bahan isian yang telah berbentuk adonan kemudian dicampur
dengan daging bandeng yang telah digiling setelah itu dimasukkan ke
dalam kulit bandeng untuk selanjutnya menjalani proses pemanggangan.
7. Pemanggangan
Bandeng isi yang telah siap kemudian dipanggang menggunakan oven
dengan temperatur 140 derajat celcius selama kurang lebih 6 jam atau
sampai bandeng berwarna kuning keemasan yang menandakan bahwa
bandeng isi telah matang dan siap untuk dikemas.
8. Pengemasan
Proses terakhir yaitu proses pengemasan. Bandeng yang telah melalui
proses pemanggangan kemudian dikemas dalam kemasan plastik kedap
udara dengan menggunakan alat vacuum agar tahan lama. Kemudian
bandeng dimasukkan ke dalam kemasan karton untuk kemudian siap
dipasarkan.
Untuk skema proses produksi bandeng isi dapat dilihat pada gambar 2.
30

Gambar 2. Skema Proses Produksi Bandeng Isi


31

4.4 Aspek Sosial dan Lingkungan


Keberadaan BANISI tidak memberikan dampak buruk bagi kondisi
lingkungan daerah sekitar proyek/usaha. Berbeda dengan kegiatan usaha
perindustrian pada umumnya yang menghasilkan limbah yang berbahaya bagi
lingkungan, kegiatan usaha pembuatan bandeng isi yang dilakukan oleh BANISI
ini tidak menghasilkan limbah yang dapat berdampak buruk bagi keseimbangan
lingkungan. Limbah yang dihasilkan oleh perusahaan ini tergolong sebagai limbah
organik. Limbah yang berupa duri, insang dan isi perut ikan ini biasanya dibuang
dalam kolam yang telah disediakan pemilik sebagai pakan ikan. Selain itu
BANISI juga memberikan peluang kerja tambahan bagi masyarakat sekitar.
Contohnya adalah pada saat ada pesanan khusus, dimana perusahaan
membutuhkan tenaga kerja lebih untuk memenuhi pesanan. Jika dilihat dari aspek
sosial dan lingkungan, pengusahaan pembuatan bandeng isi ini layak untuk
dijalankan. Selain tidak menimbulkan limbah yang dapat merusak lingkungan,
kegiatan usaha ini juga dapat menambah kesempatan kerja bagi masyarakat
sekitar.

4.5 Aspek Organisasi dan Manajemen


Dalam menjalankan usahanya BANISI belum mempunyai struktur organisasi
formal seperti perusahaan pada umumnya. Alasannya adalah perusahaan ini masih
tergolong baru dan merupakan usaha keluarga. Jadi, karena sifatnya yang
kekeluargaan membuat perusahaan ini bergerak secara non formal tanpa struktur
yang jelas. Meskipun tanpa struktur organisasi lengkap, BANISI memiliki
pembagian tugas yang jelas. Secara umum dapat disimpulkan bahwa struktur
organisasi BANISI terdiri atas pemilik perusahaan, bagian keuangan, bagian
produksi, quality control dan litbang, dan bagian pemasaran. Pemilik perusahaan
memiliki peran yang dominan dalam setiap aktivitas perusahaan. Struktur
perusahaan BANISI dapat dilihat pada Gambar 3.
32

Pemilik
Perusahaan

Penanggung Jawab
Keuangan

Penanggung Jawab Quality Control Penanggung Jawab


Produksi Dan Litbang Pemasaran

Gambar 3. Struktur Organisasi Perusahaan Bandeng Isi (BANISI)

Pemilik Perusahaan : M. Jefri Saputra


Penanggung Jawab Keuangan : Rini Novia Napitupulu
Penanggung Jawab Produksi : Rina Anggraini
Quality Control dan Litbang : Rizka Mardela
Penanggung Jawab Pemasaran : Bpk. Iwan Susanto

Struktur perusahaan BANISI dapat dilihat pada Pemilik perusahaan bertindak


menangani masalah quality control. Sementara itu, pegawainya bertugas untuk
memisahkan daging bandeng dengan kulit dan duri, memanggang, serta
mengemas bandeng isi yang telah siap. Jumlah tenaga kerja yang digunakan
sebanyak 5 orang. Kelima orang yang bekerja tersebut merupakan warga daerah
setempat. Kebutuhan tenaga kerja yang paling banyak adalah pada saat menangani
pesanan khusus seperti acara pernikahan, khitanan, dan lain-lain. Untuk
menangani pesanan khusus ini perusahaan terkadang merekrut tenaga kerja
sementara agar permintaan akan produk bandeng isi tetap dapat terpenuhi.
Perusahaan ini cukup layak untuk dijalankan jika dilihat dari aspek
manajemen. Walaupun perusahaan ini belum memiliki struktur organisasi formal,
tetapi telah mempunyai pembagian tugas yang jelas antara pemilik dan pengelola
kegiatan usaha. Hal ini disebabkan karena perusahaan ini masih baru dan skala
33

usahanya kecil serta merupakan usaha keluarga. Jadi, cukup wajar apabila
perusahaan ini belum mempersiapkan struktur formal untuk sebuah organisasi
atau perusahaan.

4.6 Aspek Finansial


Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan keuangan untuk mengetahui
kelayakan pengusahaan pembuatan bandeng isi. Untuk mengetahui hasil
kelayakan pengusahaan pembuatan bandeng isi akan dilihat dari kriteria - kriteria
kelayakan finansial yang meliputi analisis anggaran arus kas (Cash Flow Budget),
analisis proyeksi laba-rugi, analisis Revenue Cost Ratio (R/C), analisis titik pulang
pokok (Break Event Point/BEP), dan analisis periode pengembalian (Payback
Period).

A. Analisis Anggaran Arus Kas (Cash Flow Budget)


a) Analisis Hasil Inflow
Pada usaha pembuatan bandeng isi dengan alat yang ada sekarang ini, arus
penerimaan diperoleh dari hasil penjualan produk bandeng isi. Selain itu,
penerimaan juga diperoleh dari nilai sisa biaya investasi berupa kolam, motor dan
alat-alat yang saat ini digunakan untuk proses pembuatan bandeng isi. Jumlah alat
yang digunakan untuk memproduksi bandeng isi saat ini yaitu satu buah oven,
satu buah kalakat (semacam panci), satu buah mesin vacuum, satu set kompor gas,
dua buah tabung gas, frezeer, mesin giling, wadah stainless steel untuk
menampung bandeng isi yang telah matang, blender, gunting bedah, serta satu
buah timbangan. Dalam sekali siklus produksi dapat dihasilkan bandeng isi
sebanyak 75 buah. Dalam seminggu dilakukan proses produksi sebanyak empat
kali sehingga total produksi dalam seminggu yaitu 300 ekor bandeng isi dan
dalam sebulan dapat dihasilkan 1200 bandeng isi. Total penjualan bandeng isi
pada tiap tahun disajikan pada Tabel 6.
34

Tabel 6. Jumlah Produksi dan Nilai Penjualan Bandeng Isi


Tahun Jumlah Produksi Harga Satuan Nilai (Rp)
(ekor) (Rp/ekor)
1 14.400 13.000 187.200.000
2 14.400 13.000 187.200.000
3 14.400 13.000 187.200.000
4 14.400 13.000 187.200.000
5 14.400 13.000 187.200.000
6 14.400 13.000 187.200.000
7 14.400 13.000 187.200.000
8 14.400 13.000 187.200.000
9 14.400 13.000 187.200.000
10 14.400 13.000 187.200.000
Total 1.872.000.000

Selain dari penjualan produk bandeng isi, penerimaan perusahaan juga diperoleh
dari nilai sisa (salvage value) biaya investasi yang terdapat hingga akhir umur
proyek sehingga dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek. Biaya-biaya
investasi pada usaha pembuatan bandeng isi ini yang masih memiliki nilai hingga
akhir umur proyek antara lain oven, kalakat, wadah stainless steel, dan mesin
giling. Nilai sisa pada proyek dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 7. Nilai Sisa Biaya Investasi Proyek


No Uraian Nilai (Rp) Umur Penyusutan Sisa (Rp)
Ekonomis Per Tahun
(tahun)
1 Oven 6.000.000 3 2.000.000 4.000.000
2 Kalakat 150.000 3 50.000 100.000
3 Loyang 1.500.000 3 500.000 1.000.000
4 Mesin Giling 300.000 3 100.000 200.000
Total 5.300.000
35

b) Analisis Hasil Outflow


Arus pengeluaran terdiri dari pengeluaran untuk biaya investasi, biaya
operasional, dan biaya tetap. Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
pada tahun pertama proyek. Rincian Biaya investasi pada skenario I ini terdapat
pada Tabel 7.

Tabel 8. Biaya Investasi


N Uraian Jumlah Panjang Harga Nilai (Rp) Umur
o (buah) (m)/Luas Satuan Ekonomis
(m2) (Rp) (Tahun)
1 Kolam Limbah 1 100 m2 200.000 20.000.000 10
2 Freezer 1 - 2.000.000 2.000.000 5
3 Mesin Vacuum 1 - 17.000.000 17.000.000 10
4 Oven 1 - 6.000.000 6.000.000 3
5 Kompor 1 - 350.000 350.000 5
6 Tabung Gas 2 - 300.000 600.000 1
7 Mesin Giling 1 - 300.000 300.000 3
8 Timbangan 1 - 80.000 80.000 2
9 Kalakat 1 - 150.000 150.000 3
10 Loyang 1 set - 1.500.000 1.500.000 3
11 Motor 1 - 10.000.000 10.000.000 10
12 Blender 1 - 170.000 170.000 1
13 Peralatan Dapur 1 set - 228.000 228.000 1
14 Gunting Bedah 1 - 125.000 250.000 1

Selain biaya investasi juga ada biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan apabila ada komponen pada biaya investasi yang dikeluarkan telah
habis umur ekonomisnya. Tidak semua biaya investasi mengalami reinvestasi,
hanya beberapa biaya saja yang umur ekonomisnya tidak selama umur proyek.
Biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri dari:
36

Tabel 9. Biaya Reinvestasi/Penyusutan


No Uraian Umur Jumlah Harga Nilai
Ekonomis (buah)/Panjang Satuan (Rp)
(tahun) (m) (Rp)
1 Freezer 5 1 2.000.000 2.000.000
2 Oven 3 1 6.000.000 6.000.000
3 Kompor 5 1 350.000 350.000
4 Tabung Gas 1 2 300.000 600.000
5 Mesin Giling 3 1 300.000 300.000
6 Timbangan 2 1 80.000 80.000
7 Kalakat 3 1 150.000 150.000
8 Loyang 3 1 1.500.000 1.500.000
9 Blender 1 1 170.000 170.000
10 Peralatan Dapur 1 1 228.000 228.000
11 Gunting Bedah 1 2 125.000 250.000

Biaya operasional adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melakukan produksi


bandeng isi. Biaya operasional dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Biaya Operasional Per Tahun


N Uraian Jumlah Harga Satuan Nilai (Rp)
o
1 Ikan Bandeng 4.800 kg 15.000 72.000.000
2 Daging Sapi 240 kg 45.000 10.800.000
3 Daging Ayam 240 kg 24.000 5.760.000
4 Udang 384 kg 30.000 11.520.000
5 Bumbu - - 8.956.800
6 Gas - - 1.320.000
7 Transportasi - - 1.920.000
8 Minyak Goreng 288 L 16.000 4.608.000
9 Kemasan 4.800 buah 1000 4.800.000
37

Selain biaya investasi dan biaya operasional, perusahaan juga mengeluarkan biaya
tetap. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan terdiri atas :

Tabel 11. Biaya Tetap


No Uraian Jumlah Nilai (Rp)
1 Gaji Pegawai 5 orang 45.000.000
2 Perawatan Kendaraan 150.000
3 Listrik, air, dan telepon 2.520.000
4 Sewa Tempat 4.800.000

B. Analisis Proyeksi Laba Rugi


Laporan laba rugi digunakan untuk menunjukkan hasil suatu operasi selama
kegiatan satu periode anggaran. Dengan demikian kita dapat mengetahui prospek
dari proyek/usaha selama periode tertentu, dalam hal ini tiap tahunnya.
Pada laporan laba rugi usaha pembauatn bandeng isi (BANISI) yang ada pada
lampiran I, evaluasi harga atau biaya produksi yaitu biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan biaya listrik terus diasumsikan meningkat berdasarkan kenaikan
jumlah produksi dan perkiraan kenaikan bahan baku karena adanya pengaruh
kenaikan mata uang asing dan kenaikan inflasi serta suku bunga bank.
Pengambilan waktu selama 10 tahun yaitu periode proyeksi keuangan merupakan
suatu batas saja, dimana untuk mengetahui bentuk aliran arus kas, dan apabila
pada jangka waktu tertentu periode tersebut belum mencapai sejumlah uang
pengembalian modal, maka proyeksi waktu dapat diperpanjang.

C. Analisis Revenue Cost Ratio (R/C)


R/C (Revenue/Cost Ratio) atau dikenal sebagai perbandingan antara penerimaan
dan biaya. Analisis ini digunakan untuk mengetahui apakah usaha BANISI itu
menguntungkan atau tidak dan layak untuk dikembangkan. Jika hasil R/C Ratio
lebih dari satu maka usaha BANISI tersebut menguntungkan, sedangkan jika hasil
R/C Ratio sama dengan satu maka usaha BANISI tersebut dikatakan impas atau
tidak mengalami untung dan rugi dan apakah hasil R/C Ratio kurang dari satu
maka usaha BANISI tersebut mengalami kerugian.
38

Total Penerim aan


R/C= x 100
Total Biaya

Tabel 12
Rekapitulasi Penerimaan dan Pengeluaran Total

Tahun Penerimaan Pengeluaran

1 187,200,000 232,782,800
2 187,200,000 175,402,800
3 187,200,000 175,482,800
4 187,200,000 183,352,800
5 187,200,000 175,482,800
6 187,200,000 177,752,800
7 187,200,000 183,432,800
8 187,200,000 175,402,800
9 187,200,000 175,482,800
10 192,500,000 183,352,800
Jumlah 1,877,300,000 1,837,928,000.00

1,877,300,000
R/C= x 100=1,02
1,837,928,000
Berdasarkan hasil perhitungan R/C , didapatkan hasil sebesar 1,02. Hal tersebut
berarti bahwa usaha pembuatan ikan bandeng isi (BANISI) memiliki potensi yang
menguntungkan untuk dijalankan (1,02 > 1)

D. Analisis Titik Pulang Pokok (Break Event Point/BEP)

Tabel 13
Break Even Point (BEP) Pembuatan Ikan Bandeng Isi (BANISI)

No Uraian Nilai
1. Biaya Variabel
Bandeng 72,000,000
Bumbu 8,956,800
Daging Sapi 10,800,000
Daging Ayam 5,760,000
Udang 11,520,000
Minyak Goreng 4,608,000
Kemasan 4,800,000
Gas 1,320,000
Transportasi 1,920,000
39

Total 121,684,800
2. Biaya Tetap
Penyusutan 8,808,000
Sewa Tempat 4,800,000
Perawatan Kendaraan 150,000
Gaji Pegawai 45,000,000
Listrik, Air, Telepon 2,520,000
Total 61,278,000
Total Keseluruhan Biaya 182,962,800
3. Total Produksi 14,400 Kg
4. Biaya Variabel Per Kilogram Ikan Bandeng 8,430
5. Harga Per ekor 13,000
Break Event Point Harga Bandeng Isi 12,705
Break Event Point Volume Bandeng Isi 13,408 Kg
Break Event Point Penerimaan Bandeng Isi 170,348,640

Break Event Point Harga Bandeng Isi


Total Biaya (TC )
BEP Harga=
Total Produksi
182,962,800
BEP Harga= =12,705
14,400
Break Event Point harga menunjukkan harga minimal yang harus
ditentukkan oleh BANISI untuk mencapai kondisi impas. Data tersebut
menunjukkan bahwa besarnya harga minimum yang harus di tentukkan oleh
BANISI untuk menjaga keuntungan adalah sebesar Rp. 12,705. Sehingga pada
saat harga Rp. 12,705 pembuatan ikan bandeng isi (BANISI) tidak akan
mengalami keuntungan maupun kerugian.
Pada awal tahun usaha berjalan, BANISI menetapkan harga untuk ikan
bandeng isinya dengan harga sebesar Rp. 13.000/ekor, sedangkan hasil
perhitungan Break Event Point harga menunjukkan bahwa harga minimal yang
harus ditetapkan sebesar Rp. 12,705. Ini menunjukkan bahwa harga yang
ditetapkan oleh BANISI lebih besar dari harga hasil perhitungan Break Even
Point Harga, yang berarti pembuatan ikan bandeng isi (BANISI) memberikan
keuntungan sebesar selisih harga yang ditetapkan dengan hasil perhitungan Break
Event Point ( Rp. 13,000 – Rp. 12,705 = Rp. 295)

Break Event Point Volume Bandeng Isi


40

Break Event volume produksi pembuatan bandeng isi (BANISI) adalah


sebesar 13,408 Kg. Nilai ini berarti usaha pembuatan ikan bandeng isi dengan
harga jual Rp. 13.000 tidak akan mengalami keuntungan maupun kerugian saat
volume produksi mencapai .
TFC
BEP=
P−v
61,278,000
BEP= =13,408 Kg
13,000−8,430
Dimana :
TFC = Total Biaya Tetap
P = Harga Per unit
v = Biaya variabel per unit

Volume produksi pada pembuatan bandeng isi (BANISI) pada tahun


proyeksi yakni sebesar 14,400 Kg, yang berarti lebih besar dibandingkan hasil
perhitungan Break Event Point volume produksi yang sebesar 13,408 Kg. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha pembuatan ikan bandeng isi (BANISI) memberikan
keuntungan yang cukup besar jika dilihat dari selisih volume produksi dengan
perhitungan Break Event Point volume produksinya.

Break Event Point Penerimaan Bandeng Isi


Break Event penerimaan produksi pembuatan bandeng isi (BANISI)
adalah sebesar Rp. 170.348.640. Nilai tersebut menunjukkan pada saat harga jual
BANISI sebesar Rp. 12.705 dan volume produksi sebesar 13.408 Kg tidak akan
mengalami keuntungan maupun kerugian saat volume produksi mencapai .
Penerimaan dari hasil produksi pada pembuatan bandeng isi (BANISI)
pada tahun proyeksi yakni sebesar Rp. 187.200.000, yang berarti lebih besar
dibandingkan hasil perhitungan Break Event Point penerimaan hasil produksi
yang hanya sebesar Rp. 170.348.640. Hal ini menunjukkan bahwa usaha
pembuatan ikan bandeng isi (BANISI) memberikan keuntungan yang cukup besar
jika dilihat dari selisih penerimaan hasil produksi dengan perhitungan Break Event
Point penerimaan produksinya (Rp. 187.200.000 - Rp. 170.348.640 = Rp.
16.851.360)
41

BEP Penerimaan=P¿ x Q¿
BEP Penerimaan=13,408 x 12,705=170,348,640

Dimana :
¿
P = Harga saat BEP
Q¿ = Jumlah unit saat BEP

E. Analisis Pokok Pengembalian Usaha (Payback Period)


Payback Period digunakan untuk melihat jangka waktu pengembalian suatu
investasi yang dikeluarkan melalui pendapatan bersih tambahan yang diperoleh dari
usaha BANISI. Semakin kecil Payback Period menunjukkan semakin cepat jangka
waktu pengembalian suatu investasi dan semakin kecil resiko yang dihadapi oleh
investor. Rumus untuk menghitung Payback Period yaitu (Husnan, 2000) :
a−b
Payback Period =n+ x 1 tahun
c −b
Dimana:
n = tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutupi
investasi awal
a = jumlah investasi awal
b = jumlah kummulatif arus kas pada tahun ke n
c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n+1

Pembuatan bandeng isi (BANISI) ini memiliki periode pengembalian biaya investasi
(payback period) selama 7 tahun 7 bulan 6 hari. (Hitungan Terlampir)
42

V. SIMPULAN

Berdasarkan analisis kelayakan usaha yang telah dilakukan, maka dapat


disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Bentuk usaha yang dianalisis dalam kelayakan usaha ini yaitu “Pembuatan Ikan
Bandeng Isi (BANISI)
2. Bentuk badan usaha yang digunakan oleh BANISI saat ini dapat dikategorikan
sebagai badan usaha perseorangan. Karena sesuai dengan ciri-ciri perusahaan
perseorangan yaitu modal usaha yang digunakan berasal dari 1 orang yaitu
pemilik perusahaan, seluruh modal yang digunakan untuk menjalankan
kegiatan pembuatan bandeng isi ini juga berasal dari pemilik perusahaan.
Usaha yang akan kami lakukan merupakan usaha pengembangan dari BANISI
yang telah ada sebelumnya, sehingga telah memperoleh izin usaha dari Dinas
Kesehatan setempat yaitu berdasarkan P. IRT No. 802320401509. Selain dari
Dinas Kesehatan setempat usaha ini juga telah mendapat izin dari LP. POM
No. 01031026620907 dan juga sertifikasi halal dari MUI.
3. Untuk strategi pemasaran, BANISI belum memiliki alat atau media khusus
untuk memasarkan bandeng isi yang diproduksinya. Sejauh ini, BANISI akan
menjual hasil produksinya kepada agen-agen yang telah dikenal dan
masyarakat di lingkungan sekitar tempat produksi. Distribusi dari perusahaan
ke agen dilakukan sendiri oleh perusahaan.
4. Untuk aspek teknis, lokasi usaha BANISI akan ditempatkan di Jl. Letkol H.
Endro Suratmin Sukarame, Bandar Lampung. BANISI akan memiliki luas
bangunan sebesar 110 m2. Lokasi produksi terletak menyatu dengan kediaman
pemilik dalam satu bangunan. Ruangan untuk memproduksi bandeng isi selain
berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses produksi juga berfungsi
sebagai dapur pribadi. Kemudian, proses produksi bandeng isi di BANISI
melalui beberapa tahap mulai dari persiapan bahan baku, persiapan bahan baku
43

tambahan, pengambilan daging ikan bandeng, penggilingan daging bandeng,


pembuatan bahan isian, pengisian bahan isian ke dalam bandeng,
pemanggangan, pengemasan.
5. Pada aspek lingkungan dan sosial, keberadaan BANISI tidak memberikan
dampak buruk bagi kondisi lingkungan daerah sekitar proyek/usaha. Limbah
yang dihasilkan oleh perusahaan ini tergolong sebagai limbah organik. Limbah
yang berupa duri, insang dan isi perut ikan ini biasanya dibuang dalam kolam
yang telah disediakan pemilik sebagai pakan ikan. Selain itu BANISI juga
memberikan peluang kerja tambahan bagi masyarakat sekitar.
6. Dilihat dari aspek organisasi dan manajemen, BANISI memiliki pembagian
tugas yang jelas. Secara umum dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi
BANISI terdiri atas pemilik perusahaan, bagian keuangan, bagian produksi,
quality control dan litbang, dan bagian pemasaran. Pemilik perusahaan
memiliki peran yang dominan dalam setiap aktivitas perusahaan.
7. Dalam aspek finansial, diperoleh beberapa hasil yaitu berdasarkan hasil
perhitungan R/C , didapatkan hasil sebesar 1,02. Hal tersebut berarti bahwa
usaha pembuatan ikan bandeng isi (BANISI) memiliki potensi yang
menguntungkan untuk dijalankan (1,02 > 1). Selain itu diperoleh hasil BEP
Harga BANISI sebesar Rp. 12,705, lalu BEP Volume sebesar 13,408 Kg dan
BEP Penerimaan sebesar Rp. 170,348,640. Kemudian untuk periode
pengembalian usaha (Payback Period, Pembuatan bandeng isi (BANISI) ini
memiliki periode pengembalian biaya investasi (payback period) selama 7 tahun 7
bulan 6 hari.
44

DAFTAR PUSTAKA

Gittinger. 1986. Analisa Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Jakarta : UIPress.


Husnan, S dan Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : Unit
Penerbit dan Pencetak AMP YPKN.
Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Fakultas Ekonomi.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Kottler, P. 2002. Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Jakarta : Prenhallindo.
Pramuji, I. 2007. Analisis Kelayakan Usaha Agroindustri Ubi Jalar (Studi Kasus
pada Agroindustri Unit Pengolahan Tepung Ubi Jalar di Desa Giri Mulya,
Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Skripsi. Sarjana Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Rosmawanty. 2007. Analisis Kelayakan Investasi Pengusahaan Penggilingan Padi
(Kasus Beberapa Pengusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang).
Skripsi. Sarjana Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Wibowo. 1999. Petunjuk Mendirikan Usaha Kecil. Jakarta : PT. Penebar Swadaya
www.bi.go.id (diakses tanggal 10 Juni 2015)
www.bps.go.id (diakses tanggal 10 Juni 2015)
45

LAMPIRAN
46

Lampiran 1. Layout BANISI


47

Tahun
Uraian Lampiran 2. Cash Flow Budget Pembuatan Bandeng Isi (BANISI)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Inflow                    
1. Penjualan 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000
2. Nilai Sisa                    
Total Inflow 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000
                     
Outflow                    
1. Biaya Investasi                    
Motor 10,000,000                  
Kolam Limbah 20,000,000                  
Mesin Vacuum 17,000,000                  
Oven 6,000,000     6,000,000     6,000,000     6,000,000
Kalakat 150,000     150,000     150,000     150,000
Kompor 350,000         350,000        
Tabung Gas 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000 600,000
Freezer 2,000,000                  
Timbangan 80,000   80,000   80,000   80,000   80,000  
Loyang 1,500,000     1,500,000     1,500,000     1,500,000
Gunting Bedah 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000   250,000 250,000 250,000 250,000
Mesin Giling 300,000     300,000     300,000     300,000
Blender 170,000 170,000 170,000 170,000 170,000 170,000 170,000 170,000 170,000 170,000
Peralatan Dapur 228,000 228,000 228,000 228,000 228,000 228,000 228,000 228,000 228,000 228,000
2. Biaya Operasional                    
Bandeng 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000
Bumbu 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800
Daging Sapi 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000
Daging Ayam 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000
Udang 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000
Minyak Goreng 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000
48

Gas 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000
Kemasan 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000
Transportasi 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000
3. Biaya Tetap                    
Sewa Tempat 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000
Perawatan Kendaraan 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000
Gaji Pegawai 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000
Listrik, Air, Telepon 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000
Total Outflow 232,782,800 175,402,800 175,482,800 183,352,800 175,482,800 177,752,800 183,432,800 175,402,800 175,482,800 183,352,800
Net Benefit (45,582,800) 11,797,200 11,717,200 3,847,200 11,717,200 9,447,200 3,767,200 11,797,200 11,717,200 9,147,200
DF 8% 1.0000 0.9259 0.8573 0.7938 0.7350 0.6806 0.6302 0.5884 0.5403 0.5002
PV DF 8% (45,582,800) 10,923,333 10,045,610 3,054,031 8,612,492 6,429,606 2,373,975 6,883,553 6,330,439 4,575,877
PV Negatif (45,582,800)
PV Positif 59,228,916
NPV 13,646,116
Net B/C 12,994
IRR 15%
Payback Period 7.76

Tahun
Uraian Lampiran 3. Proyeksi Laba Rugi Usaha Bandeng Isi (BANISI)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
49

Penerimaan                    
Penjualan 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000
Nilai Sisa                   5,300,000
Total Penenrimaan 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 187,200,000 192,500,000
                     
Pengeluaran                    
1. Biaya Operasional                    
Bandeng 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000 72,000,000
Bumbu 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800 8,956,800
Daging Sapi 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000 10,800,000
Daging Ayam 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000 5,760,000
Udang 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000 11,520,000
Minyak Goreng 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000 4,608,000
Kemasan 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000
Gas 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000 1,320,000
Transportasi 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000 1,920,000
Total Biaya Variabel 121,684,800 121,684,800 121,684,800 121,684,800 121,684,800 121,684,800 121,684,800 121,684,800 121,684,800 121,684,800
Laba Kotor 65,515,200 65,515,200 65,515,200 65,515,200 65,515,200 65,515,200 65,515,200 65,515,200 65,515,200 70,815,200
2. Biaya Tetap                    
Penyusutan 8,808,000 8,808,000 8,808,000 8,808,000 8,808,000 8,808,000 8,808,000 8,808,000 8,808,000 8,808,000
Sewa Tempat 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000 4,800,000
Perawatan Kendaraan 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000 150,000
Gaji Pegawai 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000 45,000,000
Listrik, Air, Telepon 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000 2,520,000
Total Biaya Tetap 61,278,000 61,278,000 61,278,000 61,278,000 61,278,000 61,278,000 61,278,000 61,278,000 61,278,000 61,278,000
EBIT 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 9,537,200
50

Biaya Bunga                    
EBT 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 9,537,200
Pajak Penghasilan                    
Laba Bersih Setelah Pajak 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 4,237,200 9,537,200

Lampiran 4. Perhitungan Payback Period


51

Tahun Cash Flow Cash Flow Kumulatif


1 (45,582,800) -
2 11,797,200 11,797,200
3 11,717,200 23,514,400
4 3,847,200 27,361,600
5 11,717,200 39,078,800
6 9,447,200 48,526,000
52,293,200
7 3,767,200 n
64,090,400
8 11,797,200 n+1
9 11,717,200 75,807,600
10 9,147,200 84,954,800

- Investasi Awal = Rp. 61.278.000

a−b
Payback Period =n+ x 1 tahun
c −b
Dimana:
n = tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutupi investasi awal
a = jumlah investasi awal
b = jumlah kummulatif arus kas pada tahun ke n
c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n+1
52

61.278 .000−52.293 .200


Payback Period =7 tahun+ X1
64.090 .400−52.293 .200
¿ 7 tahun+ 0,76
¿ 7,76 (7 tahun, 7 bulan, 6 hari)
Pembuatan bandeng isi (BANISI) ini memiliki periode pengembalian biaya investasi (payback period) selama 7
tahun 7 bulan 6 hari.

Anda mungkin juga menyukai