Divisi 3 2018 Revisi 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 66

SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

DIVISI 3

PEKERJAAN TANAH DAN GEOSINTETIK

SEKSI 3.1

GALIAN

3.1.1 UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau


penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya
yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam Kontrak ini.

b) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk formasi
galian atau fondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya, untuk
pekerjaan stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan
konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, untuk pengupasan dan pembuangan bahan
perkerasan beraspal dan /atau perkerasan beton pada perkerasan lama, dan umumnya
untuk pembentukan profil dan penampang yang sesuai dengan Spesifikasi ini dan
memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar
atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

c) Pekerjaan yang diperlukan untuk pembuangan bahan yang tak terpakai dan
tanah humus akan dicakup oleh Seksi 3.4 dari Spesifikasi ini.

d) Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari Seksi ini berlaku untuk
semua jenis galian yang dilakukan sehubungan dengan Kontrak, dan
pekerjaan galian dapat berupa:

i) Galian Biasa ii) Galian Batu Lunak iii) Galian Batu iv) Galian
Struktur
v) Galian Perkerasan Beraspal
vi) Galian Perkerasan Berbutir

vii) Galian Perkerasan Beton

e) Galian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai
galian batu lunak, galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow
excavation), galian perkerasan beraspal, galian perkerasan berbutir, dan
galian perkerasan beton, serta pembuangan bahan galian biasa yang tidak
terpakai seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

3-1
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

f) Galian Batu Lunak harus mencakup galian pada batuan yang mempunyai
kuat tekan uniaksial 0,6 12,5 MPa (6 125 kg/cm 2) yang diuji sesuai dengan
SNI 2825:2008.

g) Galian batu harus mencakup galian bongkahan batu yang mempunyai kuat
tekan uniaksial > 12,5 MPa (> 125 kg/cm 2) yang diuji sesuai dengan SNI
2825:2008, dengan volume 1 meter kubik atau lebih dan seluruh batu atau
bahan lainnya yang menurut Pengawas Pekerjaan adalah tidak praktis
menggali tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran
(drilling), dan peledakan. Galian ini tidak termasuk galian yang menurut
Pengawas Pekerjaan dapat dibongkar dengan penggaru (ripper) tunggal
yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan daya neto
maksimum sebesar 180 HP atau PK (Paar de Kraft = Tenaga Kuda).

f) Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas
pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur.
Setiap galian yang didefinisikan sebagai Galian Biasa atau Galian Batu atau
Galian Perkerasan Beton tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur.

g) Galian Struktur terbatas untuk galian lantai beton fondasi jembatan, tembok
penahan tanah beton, dan struktur beton pemikul beban lainnya selain yang
disebut dalam Spesifikasi ini. Pekerjaan galian struktur juga meliputi:
penimbunan kembali dengan bahan yang disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan; pembuangan bahan galian yang tidak terpakai; semua keperluan
drainase, pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong; pembuatan
tempat kerja atau cofferdam beserta pembongkarannya.

h) Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan beraspal lama


dan pembuangan bahan perkerasan beraspal dengan maupun tanpa Cold
Milling Machine (mesin pengupas perkerasan beraspal tanpa pemanasan)
seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

i) Galian Perkerasan Berbutir mencakup galian pada perkerasan berbutir


eksisting dengan atau tanpa tulangan dan pembuangan bahan perkerasan
berbutir yang tidak terpakai seperti yang ditunjukkan dalam Gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

j) Galian Perkerasan Beton mencakup galian pada perkerasan beton lama dan
pembuangan bahan perkerasan beton yang tidak terpakai seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan.

k) Pemanfaatan kembali bahan galian ini harus mendapat persetujuan terlebih


dahulu oleh Pengawas Pekerjaan sebelum bahan ini dipandang cocok untuk
proses daur ulang. Material lama bekas galian harus diatur penggunaan/
penempatannya oleh Pengawas Pekerjaan.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini

3-2
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

a) Transportasi dan Penanganan. : Seksi 1.5


b) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas : Seksi 1.8
c) Kajian Teknis Lapangan : Seksi 1.9
d) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
e) Pemeliharaan Jalan Samping dan Bangunan Pelengkapnya :
Seksi 1.14
f) Pengamanan Lingkungan Hidup : Seksi 1.17
g) Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Seksi 1.19
h) Manajemen Mutu : Seksi 1.21
i) Saluran Air : Seksi 2.1
j) Gorong-gorong dan Drainase Beton : Seksi 2.3
k) Drainase Porous : Seksi 2.4
l) Timbunan : Seksi 3.2
m) Penyiapan Badan Jalan : Seksi 3.3
n) Beton dan Beton Kinerja Tinggi : Seksi 7.1
o) Pasangan Batu : Seksi 7.9
p) Pembongkaran Struktur : Seksi 7.15
q) Pemeliharaan Jalan : Seksi 10.1

3) Toleransi Dimensi

a) Elevasi akhir, garis dan formasi sesudah galian selain galian perkerasan
beraspal dan/atau perkerasan beton tidak boleh berbeda lebih tinggi dari 2
cm atau lebih rendah 3 cm pada setiap titik, dan 1 cm pada setiap titik untuk
galian bahan perkerasan lama.

b) Pemotongan permukaan lereng yang telah selesai tidak boleh berbeda dari
garis profil yang disyaratkan melampaui 10 cm untuk tanah dan 20 cm untuk
batu di mana pemecahan batu yang berlebihan tak dapat terhindarkan.

c) Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka
terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan harus memiliki cukup
kemiringan untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu
tanpa terjadi genangan.

4) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan

a) Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut Seksi ini, sebelum
memulai pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengawas
Pekerjaan, gambar detail penampang melintang yang menunjukkan elevasi
tanah asli sebelum operasi pembersihan, memasang patok patok batas
galian, dan penggalian yang akan dilaksanakan.

b) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan metode


kerja dan gambar detail seluruh struktur sementara yang diusulkan atau
yang diperintahkan untuk digunakan, seperti penyokong (shoring), pengaku
(bracing), cofferdam, dan dinding penahan rembesan (cutoff wall), dan
gambar-gambar tersebut harus memperoleh persetujuan dari Pengawas

3-3
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

Pekerjaan sebelum melaksanakan pekerjaan galian yang akan dilindungi


oleh struktur sementara yang diusulkan.

c) Penyedia Jasa harus memberitahu Pengawas Pekerjaan untuk setiap galian


pada tanah dasar, formasi atau fondasi yang telah selesai dikerjakan, dan
bahan landasan atau bahan lainnya tidak boleh dihampar sebelum
kedalaman galian, sifat dan kekerasan bahan fondasi disetujui terlebih
dahulu oleh Pengawas Pekerjaan, seperti yang disebutkan dalam Pasal 3.1.2.

d) Dalam pekerjaan Galian Batu dengan peledakan, arsip tentang rencana


peledakan dan semua bahan peledak yang digunakan, yang menunjukkan
lokasi serta jumlahnya, harus disimpan oleh Penyedia Jasa untuk diperiksa
Pengawas Pekerjaan.

e) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Pengawas Pekerjaan suatu


catatan tertulis tentang lokasi, kondisi dan kuantitas perkerasan beraspal
yang akan
dikupas atau digali. Pencatatan pengukuran harus dilakukan setelah seluruh
bahan perkerasan beraspal telah dikupas atau digali.

5) Pengamanan Pekerjaan Galian

a) Penyedia Jasa harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin


keselamatan pekerja, yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan
bangunan yang ada di sekitar lokasi galian.

b) Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng galian harus dijaga tetap stabil
sehingga mampu menahan pekerjaan, struktur atau mesin di sekitarnya,
harus dipertahankan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku
(bracing) yang memadai harus dipasang bilamana permukaan lereng galian
mungkin tidak stabil. Bilamana diperlukan, Penyedia Jasa harus menyokong
atau mendukung struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan dapat
menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut.

c) Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keselamatan tenaga kerja maka
galian tanah yang lebih dari 5 meter harus dibuat bertangga dengan teras
selebar 1 meter atau sebagaimana yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan.

d) Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan


lainnya tidak diijinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi
galian parit untuk gorong-gorong pipa atau galian fondasi untuk struktur,
terkecuali bilamana pipa atau struktur lainnya yang telah terpasang dalam
galian dan galian tersebut telah ditimbun kembali dengan bahan yang
disetujui Pengawas Pekerjaan dan telah dipadatkan.

e) Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut-off wall) atau cara lainnya


untuk mengalihkan air di daerah galian harus dirancang sebagaimana

3-4
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

mestinya dan cukup kuat untuk menjamin bahwa keruntuhan mendadak


yang dapat membanjiri tempat kerja dengan cepat, tidak akan terjadi.

f) Dalam setiap saat, bilamana tenaga kerja atau orang lain berada dalam
lokasi galiandan harus bekerja di bawah permukaan tanah, maka Penyedia
Jasa harus menempatkan seorang pengawas keamanan di lokasi kerja yang
tugasnya hanya memantau keamanan dan kemajuan. Sepanjang waktu
penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum dipakai) serta
perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.

g) Bahan peledak yang diperlukan untuk galian batu harus disimpan, ditangani,
dan digunakan dengan hati-hati dan di bawah pengendalian yang extra ketat
sesuai dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku. Penyedia
Jasa harus bertanggungjawab dalam mencegah pengeluaran atau
penggunaan yang tidak tepat atas setiap bahan peledak dan harus
menjamin bahwa penanganan peledakan hanya dipercayakan kepada orang
yang berpengalaman dan bertanggungjawab.

h) Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang


(barikade) yang cukup untuk mencegah tenaga kerja atau orang lain terjatuh
ke dalamnya, dan setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun
lokasi bahu jalan harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa
drum yang dicat putih (atau yang sejenis) beserta lampu merah atau kuning
guna menjamin keselamatan para pengguna jalan, sesuai dengan yang
diperintahkan Pengawas Pekerjaan.

3-5
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

i) Ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 1.8, Manajemen dan Keselamatan


Lalu Lintas diterapkan pada seluruh galian di Ruang Milik Jalan.

6) Jadwal Kerja

a) Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi harus dibatasi sepadan
dengan pemeliharaan permukaan galian agar tetap dalam kondisi yang
mulus (sound), dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan,
perendaman akibat hujan dan gangguan dari operasi pekerjaan berikutnya.

b) Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan yang terbuka untuk
lalu lintas harus dilakukan dengan pelaksanaan setengah badan jalan
sehingga jalan tetap terbuka untuk lalu lintas pada setiap saat.

c) Bilamana lalu lintas pada jalan terganggu karena peledakan atau operasi-
operasi pekerjaan lainnya, Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu atas jadwal gangguan tersebut dari pihak yang berwenang
dan juga dari Pengawas Pekerjaan.

d) Kecuali diperintahkan lain oleh Pengawas Pekerjaan maka setiap galian


perkerasan beraspal harus ditutup kembali dengan campuran aspal pada
hari yang sama sehingga dapat dibuka untuk lalu lintas.

7) Kondisi Tempat Kerja

a) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Penyedia Jasa harus
menyediakan semua bahan, perlengkapan dan tenaga kerja yang diperlukan
untuk pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan
drainase sementara, dinding penahan rembesan (cut off wall) dan
cofferdam. Pompa siap pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara
sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak akan terjadi gangguan dalam
pengeringan dengan pompa.

b) Bilamana Pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat


lain di mana air tanah rembesan (ground water seepage) mungkin sudah
tercemari, maka Penyedia Jasa harus senantiasa memelihara tempat kerja
dengan memasok air bersih yang akan digunakan oleh tenaga kerja sebagai
air cuci, bersama-sama dengan sabun dan desinfektan yang memadai.

8) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian yang Tidak Memenuhi Ketentuan

a) Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan dalam Pasal
3.1.1.3) di atas sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan
harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa sebagai berikut :

i) Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis
dan ketinggian yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana

3-6
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan harus digali lebih lanjut


sampai memenuhi toleransi yang disyaratkan.

ii) Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang
ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan, atau lokasi yang mengalami kerusakan
atau menjadi lembek, harus ditimbun kembali dengan bahan
timbunan pilihan atau lapis fondasi agregat sebagaimana yang
diperintahkan Pengawas Pekerjaan.
iii) Galian pada perkerasan lama dengan dimensi dan kedalaman
melebihi yang telah ditetapkan, harus diisi kembali dengan
menggunakan bahan yang sama dengan perkerasan lama sampai
dimensi dan kedalaman yang ditetapkan.

9) Utilitas Bawah Tanah

a) Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk memperoleh informasi


tentang keberadaan dan lokasi utilitas bawah tanah dan untuk memperoleh
dan membayar setiap ijin atau wewenang lainnya yang diperlukan dalam
melaksanakan galian yang diperlukan dalam Kontrak.

b) Penyedia Jasa harus bertanggungjawab untuk menjaga dan melindungi


setiap utilitas bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau
saluran bawah tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai dan untuk
memperbaiki setiap kerusakan yang timbul akibat operasi kegiatannya.

10) Restribusi untuk Bahan Galian

Bilamana bahan timbunan pilihan atau lapis fondasi agregat, agregat untuk
campuran aspal atau beton atau bahan lainnya diperoleh dari galian sumber bahan di
luar ruang milik jalan, Penyedia Jasa harus melakukan pengaturan yang diperlukan
dan membayar konsesi dan restribusi kepada pemilik tanah maupun pihak yang
berwenang untuk ijin menggali dan mengangkut bahan-bahan tersebut.

11) Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian

a) Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas-
batas dan lingkup kegiatan bilamana memungkinkan harus digunakan secara
efektif untuk formasi timbunan atau penimbunan kembali.

b) Bahan galian yang mengandung tanah yang sangat organik, tanah gambut
(peat), sejumlah besar akar atau bahan tetumbuhan lainnya dan tanah
kompresif yang menurut pendapat Pengawas Pekerjaan akan menyulitkan

3-7
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

pemadatan bahan di atasnya atau yang mengakibatkan setiap kegagalan


atau penurunan (settlement) yang tidak dikehendaki, harus diklasifikasikan
sebagai bahan yang tidak memenuhi syarat untuk digunakan sebagai
timbunan dalam pekerjaan permanen.

c) Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan, atau tiap bahan
galian yang tidak disetujui oleh Pengawas Pekerjaan untuk digunakan
sebagai bahan timbunan, harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia Jasa di
luar Ruang Milik Jalan (Rumija) seperti yang diperintahkan Pengawas
Pekerjaan.

d) Penyedia Jasa harus bertanggungjawab terhadap seluruh pengaturan dan


biaya yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai
atau yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, termasuk
pembuangan bahan galian yang diuraikan dalam Pasal 3.1.1.8).a).ii) dan iii),
juga termasuk pengangkutan hasil galian ke tempat pembuangan akhir dan
perolehan ijin dari pemilik atau penyewa tanah di mana pembuangan akhir
tersebut akan dilakukan.

e) Bahan hasil galian struktur yang surplus, tidak boleh diletakkan di daerah
aliran agar tidak mengganggu aliran dan tidak merusak efisiensi atau kinerja
dari struktur. Tidak ada bahan hasil galian yang boleh ditumpuk sedemikian
hingga membahayakan seluruh maupun sebagian dari pekerjaan struktur
yang telah selesai.
12) Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan Sementara

a) Kecuali diperintahkan lain oleh Pengawas Pekerjaan, semua struktur


sementara seperti cofferdam atau penyokong (shoring) dan pengaku
(bracing) harus dibongkar oleh Penyedia Jasa setelah struktur permanen
atau pekerjaan lainnya selesai. Pembongkaran harus dilakukan sedemikian
sehingga tidak mengganggu atau merusak struktur atau formasi yang telah
selesai.

b) Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi milik
Penyedia Jasa atau bila memenuhi syarat dan disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan, dapat dipergunakan untuk pekerjaan permanen dan dibayar
menurut Mata Pembayaran yang relevan sesuai dengan yang terdapat dalam
Daftar Penawaran.

c) Setiap bahan galian yang sementara waktu diijinkan untuk ditempatkan


dalam saluran air harus dibuang seluruhnya setelah pekerjaan berakhir
sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu saluran air.

3-8
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

d) Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh
Penyedia Jasa harus ditinggalkan dalam suatu kondisi yang rata dan rapi
dengan tepi dan lereng yang stabil dan saluran drainase yang memadai.

3.1.2 PROSEDUR PENGGALIAN

1) Prosedur Umum

a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan


elevasi yang ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh
Pengawas Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan
semua material/bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai,
termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu,
bahan organik dan bahan perkerasan lama.

b) Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang


seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar
batas galian. Bilamana material/bahan yang terekspos pada
garis formasi atau tanah dasar atau fondasi dalam keadaan
lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Pengawas
Pekerjaan tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus
seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan diganti dengan
timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana yang
diperintahkan Pengawas Pekerjaan.

c) Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar


dijumpai pada garis formasi untuk selokan yang diperkeras,
pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau
pada dasar galian pipa atau fondasi struktur, maka bahan
tersebut harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan
yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan batu yang
runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal
dan semua pecahan batu yang diameternya lebih besar dari
15 cm harus dibuang. Profil galian yang disyaratkan harus
diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang
dipadatkan sesuai persetujuan Pengawas Pekerjaan.

d) Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh


digunakan jika, menurut pendapat Pengawas Pekerjaan, tidak
praktis menggunakan alat bertekanan udara atau suatu
penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Pengawas

3-9
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

Pekerjaan dapat melarang peledakan dan memerintahkan


untuk menggali batu dengan cara lain,

3 - 10
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

jika, menurut pendapatnya, peledakan tersebut berbahaya bagi manusia


atau struktur di sekitarnya, atau bilamana dirasa kurang cermat dalam
pelaksanaannya.

e) Bilamana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, Penyedia Jasa harus


menyediakan anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk
melindungi orang, bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika
dipandang perlu, peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang diuraikan
oleh Pengawas Pekerjaan.

f) Penggalian batu harus dilakukan sedemikian, apakah dengan peledakan atau


cara lainnya, sehingga tepi-tepi potongan harus dibiarkan pada kondisi yang
aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat
menjadi tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau
orang harus dibuang, baik terjadi pada pemotongan batu yang baru maupun
yang lama.

g) Dalam hal apapun perlu dipahami bahwa, selama pelaksanaan penggalian,


Penyedia Jasa harus melakukan langkah-langkah berdasarkan inisiatifnya
sendiri untuk memastikan drainase alami dari air yang mengalir pada
permukaan tanah, agar dapat mencegah aliran tersebut mengalir masuk ke
dalam galian yang telah terbuka.

2) Galian pada Tanah Dasar Perkerasan dan Bahu Jalan

Ketentuan dalam Seksi 3.3, Penyiapan Badan Jalan, harus berlaku seperti juga
ketentuan dalam Seksi ini.

3) Galian untuk Struktur dan Pipa

a) Galian untuk pipa, gorong-gorong atau drainase beton dan galian untuk
fondasi jembatan atau struktur lain, harus cukup ukurannya sehingga
memungkinkan penempatan struktur atau telapak struktur dengan lebar dan
panjang sebagaimana mestinya dan pemasangan bahan dengan benar,
pengawasan dan pemadatan penimbunan kembali di bawah dan di sekeliling
pekerjaan.

b) Bila galian parit untuk gorong-gorong atau lainnya dilakukan pada timbunan
baru, maka timbunan harus dikerjakan sampai ketinggian yang diperlukan
dengan jarak masing-masing lokasi galian parit tidak kurang dari 5 kali lebar
galian parit tersebut, selanjutnya galian parit tersebut dilaksanakan dengan
sisi-sisi yang setegak mungkin sebagaimana kondisi tanahnya mengijinkan.

3 - 11
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

c) Semua bahan fondasi batu atau strata keras lainnya yang terekspos pada
fondasi jembatan harus dibersihkan dari semua bahan yang lepas dan digali
sampai permukaan yang keras, baik elevasi, kemiringan atau bertangga
sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Semua serpihan
dan retak-retak harus dibersihkan dan diinjeksi. Semua batu yang lepas dan
terurai dan strata yang tipis harus dibuang. Jika fondasi telapak ditempatkan
pada landasan selain batu, galian sampai elevasi akhir fondasi untuk telapak
struktur tidak boleh dilaksanakan sampai sesaat sesudah fondasi telapak
dipastikan elevasi penempatannya.

d) Bila fondasi tiang pancang digunakan, galian setiap lubang (pit) harus selesai
sebelum tiang dipancangkan, dan penimbunan kembali fondasi dilakukan
setelah pemancangan selesai. Setelah pemancangan selesai seluruhnya,
semua bahan lepas dan yang bergeser harus dibuang, sampai diperoleh
dasar permukaan yang rata danutuh untuk penempatan telapak fondasi
tiang pancangnya.

4) Galian Berupa Pemotongan

a) Perhatian harus diberikan agar tidak terjadi penggalian yang berlebihan.


Metode penggalian dan pemangkasan harus disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan.
Papan pengarah profil harus dipasang pada setiap penampang dengan
interval 50 meter pada puncak dari semua pengarah untuk pemotongan
yang menunjukkan posisi dan lereng pengarah rancangan. Papan pengarah
profil harus terpasang pada tempatnya sampai pekerjaan galian selesai dan
sampai Pengawas Pekerjaan telah memeriksa dan menyetujui pekerjaan
tersebut.

b) Galian pada tanah lebih baik dipangkas dengan grader yang dilengkapi
dengan pisau yang dapat dimiringkan atau dengan excavator. Pekerjaan ini
harus sesuai dengan garis yang ditunjukkan oleh papan pengarah profil.
Semua tindakan harus dilakukan segera setelah penggalian selesai tanpa
menunggu selesainya seluruh pekerjaan galian, untuk mencegah kerusakan
pada permukaan hasil pemotongan. Tindakan yang demikian dapat termasuk
penyediaan saluran penangkap, saluran lereng untuk galian, penanaman
rumput atau tindakantindakan lainnya.

c) Singkapanbatu haruslah dipisahkan terlebih dahulu dengan pengeboran


sampai dalam atau peledakan jika disetujui atau diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan.

d) Semua permukaan pemotongan harus dibersihkan dari setiap bahan yang


lepas yang akan menjadi berbahaya setelah pekerjaan selesai. Permukaan
batu atau singkapan batu harus dibersihkan dengan cara manual bilamana
dipandang perlu oleh Pengawas Pekerjaan.

e) Bilamana kondisi permukaan tanah yang tak terduga dihadapi pada lokasi
manapun yang mungkin menyebabkan ketidak-stabilan permukaan lereng
hasil pemotongan, tindakan-tindakan yang diperlukan
3 - 12
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

harus dilakukan untuk menjamin kestabilannya. Perubahan-perubahan yang


perlu harus disetujui sebelum penggalian berikutnya. Semua perubahan akan
tunduk pada perintah atau persetujuan terlebihdahulu dari Pengawas
Pekerjaan.

5) Galian Tanah Lunak, Tanah Ekspansif, atau Tanah Dasar Berdaya Dukung Sedang
Selain Tanah Organik atau Tanah Gambut

Tanah Lunak didefinisikan sebagai setiap jenis tanah yang mempunyai CBR lapangan
kurang dari 2,5%. Tanah Dasar dengan daya dukung sedang didefinisikan sebagai
setiap jenis tanah yang mempunyai CBR hasil pemadatan sama atau di atas 2,5%
tetapi kurang dari nilai rancangan yang dicantumkan dalam Gambar, atau kurang
dari 6% jika tidak ada nilai yang dicantumkan. Tanah ekspansif didefinisikan sebagai
tanah yang mempunyai Pengembangan Potensial lebih dari 5%.

Bilamana tanah lunak, berdaya dukung rendah terekspos pada tanah dasar hasil
galian, atau bilamana tanah lunak berada di bawah timbunan maka perbaikan
tambahan berikut ini diperlukan:

a) Tanah lunak harus ditangani seperti yang ditetapkan dalam Gambar antara
lain:

i) dipadatkan sampai mempunyai kapasitas daya dukung dengan CBR

lapangan lebih dari 2,5%

atau ii) distabilisasi atau iii)

dibuang seluruhnya atau

iv) digali sampai di bawah elevasi tanah dasar dengan kedalaman


yang ditunjukkan dalam Gambar atau jika tidak maka dengan
kedalaman yang diberikan dalam Tabel 3.1.2.1) sesuai dengan Bagan
Desain 2 -

Desain Fondasi Jalan Minimum dari Manual Desain Perkerasan Jalan


No. 02/M/BM/2017. Kedalaman galian dan perbaikan untuk
perbaikan tanah dasar haruslah diperiksa atau diubah oleh
Pengawas Pekerjaan, berdasarkan percobaan lapangan.

b) Selain perbaikan tanah dasar sebagaimana yang disebutkan dalam tabel


3.1.2.1), tanah ekspansif harus ditangani secara khusus.

c) Tanah dasar berdaya dukung sedang harus digali sampai kedalaman tebal
lapisan penopang seperti ditunjukkan dalam Gambar.

Galian harus tetap dijaga agar bebas dari air pada setiap saat terutama untuk tanah
lunak, organik, gambut dan ekspansif, untuk memperkecil dampak pengembangan.
Setiap perbaikan yang tidak disyaratkan khusus dalam Gambar harus disetujui
terlebih dahulu atau sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

3 - 13
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

Tabel 3.1.2.1) Perbaikan Tanah Dasar dan Tipikal Lapisan Penopang

Perkerasan
Perkerasan Lentur
Kaku
Deskripsi Struktur Lalu Lintas Lajur Desain
Kelas Umur Rencana 40 tahun
CBR Tanah Fondasi Jalan (Tanah
Kekuatan (juta CESA pangkat 5)
Dasar Asli dan Stabilisasi
Tanah Dasar
Peningkatannya) <2 2-4 >4 Tanah
Tebal Minimum Perbaikan Dasar(5)
Tanah Dasar (mm)
SG6 Tidak perlu perbaikan 150 mm
Stabilisasi
5 SG5 - - 100
Perbaikan tanah dasar Tanah Dasar
4 SG4 meliputi bahan 100 150 200 di atas
3 SG3 stabilisasi semen atau 150 200 300 150 mm
timbunan pilihan Timbunan
2,5 SG2,5 (pemadatan berlapis 175 250 350 Pilihan
200 mm tebal
Tanah ekspansif lepas)
(pengembangan potensial > 400 500 600 Berlaku
5%) ketentuan
Perkerasan Lapis penopang yang sama
SG1 1000 1100 1200 dengan
lentur di atas (capping layer)(3)(4)
aluvial(2) Perbaikan
tanah atau Lapis Penopang
650 750 850 Tanah Dasar
lunak(1) dan Geogrid(3)(4) Perkerasan
Tanah gambut dengan HRS Lentur
atau Burda untuk jalan raya Lapis penopang
1000 1250 1500
minor (nilai minimum - berbutir(3)(4)
ketentuan lain digunakan)

Catatan :
1. Ditandai oleh kepadatan yang rendah dan CBR lapangan yang rendah
2. Nilai CBR lapangan karena CBR rendaman tidak relevan
3. Permukaan lapis penopang di atas tanah SG1 dan gambut diasumsikan mempunyai daya dukung setara nilai
CBR
2,5%, dengan demikian ketentuan perbaikan tanah SG2,5 berlaku. Contoh: untuk lalu lintas rencana > 4 juta
ESA (pangkat 5), tanah SG1 memerlukan lapis penopang setebal 1200 mm untuk mencapai daya dukung setara
SG2,5 dan selanjutnya perlu ditambah lagi setebal 350 mm untuk meningkatkan menjadi setara SG6.
4. Tebal lapis penopang dapat dikurangi 300 mm jika tanah asli dipadatkan pada kondisi kering.
5. Untuk perkerasan kaku, material perbaikan tanah dasar berbutir halus (klasifikasi tanah menurut AASHTO dari
A4 sampai dengan A6) harus berupa stabilisasi tanah dasar (subgrade improvement).

6) Cofferdam

(a) Cofferdam yang sesuai dan praktis harus digunakan bilamana muka air yang
dihadapi lebih tinggi dari elevasi dasar dari galian. Dalam pengajuannya,
Penyedia Jasa harus menyerahkan gambar yang menunjukkan usulannya
tentang metode pembuatan cofferdam untuk disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan.

(b) Cofferdam atau krib untuk pembuatan fondasi, secara umum harus
dilaksanakan dengan benar sampai di bawah dasar dari telapak dan harus
diperkaku dengan benar dan sekedap mungkin yang dapat dilakukan. Secara
umum, dimensi bagian dalam dari cofferdam haruslah

3 - 14
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

sedemikian hingga memberikan ruang gerak yang cukup untuk pemasangan


cetakan dan inspeksi pada bagain luar dari cofferdam, dan memungkinkan
pemompaan di luar cetakan. Cofferdam atau krib yang bergeser atau
bergerak ke arah samping selama pelaksanaan penurunan fondasi harus
diperbaiki atau diperluas sedemikian hingga dapat menyediakan ruang gerak
yang diperlukan.

(c) Bilamana terdapat kondisi-kondisi yang dihadapi, sebagaimana ditentukan


oleh Pengawas Pekerjaan, dengan memandang kondisi tersebut adalah tidak
praktis untuk mengeringkan air pada fondasi sebelum penempatan telapak,
Pengawas Pekerjaan dapat meminta pelaksanaan lapisan beton yang kedap
dengan suatu dimensi yang dipandang perlu, dan dengan ketebalan yang
sedemikian untuk menahan setiap kemungkinan gaya angkat yang akan
terjadi. Beton untuk lapisan kedap yang demikian harus dipasang
sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Fondasi ini kemudian harus
dikeringkan dan telapak dipasang. Ketika krib pemberat digunakan dan berat
tersebut dimanfaatkan untuk mengatasi sebagian tekanan hidrostatis yang
bekerja pada dasar dari lapisan kedap dari fondasi, jangkar khusus seperti
dowel atau lidah-alur harus disediakan untuk memindahkan seluruh berat
dari krib ke lapisan kedap dari fondasi tersebut. Bilamana lapisan kedap dari
fondasi diletakkan di bawah permukaan air, cofferdam harus dilepas atau
dipisah pada muka air terendah sebagaimana yang diperintahkan.

(d) Cofferdam haruslah dibuat untuk melingdungi beton yang masih muda
terhadap kerusakan akibat naiknya aliran air yang tiba-tiba dan untuk
mencegah kerusakan fondasi akibat erosi. Tidak ada kayu atau pengaku yang
boleh ditinggal dalam cofferdam atau krib sedemikian hingga memperluas
pasangan batu bangunan bawah, tanpa persetujuan Pengawas Pekerjaan.

(e) Setiap pemompaan yang diperkenankan dari bagian dalam dari setiap bagian
fondasi harus dilakukan sedemikian hingga dapat menghindarkan
kemungkinan terbawanya setiap bagian dari bahan beton tersebut. Setiap
pemompaan yang diperlukan selama pengecoran beton, atau untuk suatu
periode yang paling sedikit 24 jam sesudahnya, harus dilaksanakan dengan
pompa yang diletakkan di luar acuan beton tersebut. Pemompaan untuk
pengeringan air tidak boleh dimulai sampai lapisan kedap tersebut telah
mengeras sehingga cukup kuat menahan tekanan hidrostatis.

(f) Jika tidak disebutkan sebaliknya, cofferdam atau krib, dengan semua turap
dan pengaku yang termasuk di dalamnya, harus disingkirkan oleh Penyedia
Jasa setelah bangunan bawah selesai. Pembongkaran harus dilakukan
sedemikian hingga tidak mengganggu, atau menandai pasangan batu yang
telah selesai dikerjakan.

7) Pemeliharaan Saluran

Jika tidak disebutkan sebaliknya, tidak ada galian yang dilakukan di luar sumuran,
krib, cofferdam, atau turap pancang, dan dasar sungai yang berdekatan dengan
struktur tidak boleh terganggu tanpa persetujuan Pengawas

3 - 15
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

Pekerjaan. Jika setiap galian atau pengerukan dilakukan di tempat tersebut atau
struktur sebelum sumuran, krib, atau cofferdam diturunkan, Penyedia Jasa haruslah,
setelah dasar fondasi terpasang, menimbun kembali semua galian ini sampai seperti
permukaan asli atau dasar sungai sebelumnya dengan bahan yang disetujui oleh
Pengawas Pekerjaan. Bahan yang ditumpuk pada aliran sungai dari fondasi atau
galian lainnya atau dari penimbunan cofferdam harus disingkirkan dan daerah aliran
harus bebas dari segala halangan darinya.

Cofferdam, penyokong dan pengaku (bracing) yang dibuat untuk fondasi jembatan
atau struktur lainnya harus diletakkan sedemikian hingga tidak menyebabkan
terjadinya penggerusan dasar, tebing atau bantaran sungai.

8) Galian pada Sumber Bahan

(a) Sumber bahan (borrow pits), apakah di dalam Ruang Milik Jalan atau di
tempat lain, harus digali sesuai dengan ketentuan dari Spesifikasi ini.

(b) Persetujuan untuk membuka sumber galian baru atau mengoperasikan


sumber galian lama harus diperoleh secara tertulis dari Pengawas Pekerjaan
sebelum setiap operasi penggalian dimulai.

(c) Sumber bahan (borrow pits) di atas tanah yang mungkin digunakan untuk
pelebaran jalan mendatang atau keperluan pemerintah lainnya, tidak
diperkenankan.

(d) Penggalian sumber bahan harus dilarang atau dibatasi bilamana penggalian
ini dapat mengganggu drainase alam atau yang dirancang.

(e) Pada daerah yang lebih tinggi dari permukaan jalan, sumber bahan harus
diratakan sedemikian rupa sehingga mengalirkan seluruh air permukaan ke
gorong-gorong berikutnya tanpa genangan.

(f) Tepi galian pada sumber bahan tidak boleh berjarak lebih dekat dari 2 m dari
kaki setiap timbunan atau 10 m dari puncak setiap galian.

9) Galian pada Perkerasan Aspal yang Ada

(a) Pekerjaan galian perkerasan aspal yang dilaksanakan dengan atau tanpa
menggunakan mesin Cold Milling. Maka penggalian terhadap material di
atas atau di bawah batas galian yang ditentukan haruslah seminimum
mungkin. Bilamana pembongkaran dilaksanakan tanpa mesin cold milling
maka tepi lokasi
yang digali haruslah digergaji atau dipotong dengan jack hammer sedemikian
rupa agar pembongkaran yang berlebihan dapat dihindarkan. Bilamana
material pada permukaan dasar hasil galian terlepas atau rusak akibat dari
pelaksanaan penggalian tersebut, maka material yang rusak atau terlepas
tersebut harus dipadatkan dengan merata atau dibuang seluruhnya dan
diganti dengan material yang cocok sesuai petunjuk Pengawas Pekerjaan.
Setiap lubang pada permukaan dasar galian harus diisi
3 - 16
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

dengan material yang cocok lalu dipadatkan dengan merata sesuai dengan
petunjuk Pengawas Pekerjaan.

(b) Pada pekerjaan galian pada perkerasan aspal yang ada, material yang
terdapat pada permukaan dasar galian, menurut petunjuk Pengawas
Pekerjaan, adalah material yang lepas, lunak atau tergumpal atau hal hal lain
yang tidak memenuhi syarat, maka material tersebut harus dipadatkan
dengan merata atau dibuang seluruhnya dan diganti dengan material yang
cocok sesuai petunujuk Pengawas Pekerjaan.

3.1.3 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Galian yang Tidak Diukur untuk Pembayaran

Beberapa kategori pekerjaan galian dalam Kontrak tidak akan diukur dan dibayar
menurut Seksi ini, pekerjaan tersebut dipandang telah dimasukkan ke dalam harga
penawaran untuk berbagai macam bahan konstruksi yang dihampar di atas galian
akhir, seperti pasangan batu (stone masonry) dan gorong-gorong pipa. Jenis galian
yang secara spesifik tidak dimasukkan untuk pengukuran dalam Seksi ini adalah:

a) Galian di luar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang


melintang yang disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang diukur
untuk pembayaran kecuali bilamana:

i) Galian yang diperlukan untuk membuang bahan yang lunak atau


tidak memenuhi syarat seperti yang disyaratkan dalam Pasal
3.1.2.1).b) di atas, atau untuk membuang batu atau bahan keras
lainnya seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.1.2.1).c) di atas;

ii) Pekerjaan tambah sebagai akibat dari longsoran lereng yang


sebelumnya telah diterima oleh Pengawas Pekerjaan secara tertulis
asalkan tindakan atau metode kerja Penyedia Jasa yang tidak sesuai
dengan spesifikasi ini tidak memberikan kontribusi yang penting
terhadap kelongsoran tersebut.

b) Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali untuk galian
batu, tidak akan diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini. Pengukuran
dan Pembayaran harus dilaksanakan menurut Seksi 2.1 dari Spesifikasi ini.

c) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pemasangan gorong-gorong pipa


dan kotak, tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi dari pekerjaan
ini dipandang telah dimasukkan ke dalam berbagai harga satuan penawaran
untuk masing-masing bahan tersebut, sesuai dengan Seksi 2.3 dari Spesifikasi
ini.

d) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk memperoleh bahan konstruksi dari


sumber bahan (borrow pits) atau sumber lainnya di luar
batas-batas daerah kerja tidak boleh diukur untuk
3 - 17
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

pembayaran, biaya pekerjaan ini dipandang telah dimasukkan dalam harga


satuan penawaran untuk timbunan atau bahan perkerasan.
e) Pekerjaan galian dan pembuangan yang diuraikan dalam Pasal 3.1.2.1).a)
selain untuk tanah, batu, perkerasan berbutir, tanah organik dan bahan
perkerasan aspal lama, tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi
untuk pekerjaan ini telah dimasukkan dalam berbagai harga satuan
penawaran yang untuk masing-masing operasi pembongkaran struktur lama
sesuai dengan Seksi 7.15 dari Spesifikasi ini.

f) Pekerjaan galian untuk pembuatan gigi bertangga untuk landasan suatu


timbunan atau untuk penyiapan saluran-saluran untuk penimbunan, yang
dilaksanakan sesuai dengan Pasal 3.2.3.1).c) atau d), tidak boleh diukur
untuk pembayaran, biaya untuk pekerjaan ini telah dianggap termasuk
dalam harga satuan penawaran.

2) Pengukuran Galian untuk Pembayaran

a) Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk


pembayaran sebagai pembayaran dalam meter kubik bahan yang
dipindahkan.

Dasar perhitungan kuantitas galian ini haruslah gambar penampang


melintang profil tanah asli sebelum digali yang telah disetujui dan gambar
pekerjaan galian akhir dengan garis, kelandaian dan elevasi yang disyaratkan
atau diterima. Metode perhitungan haruslah metode luas ujung rata-rata,
menggunakan penampang melintang pekerjaan secara umum dengan jarak
tidak lebih dari 25 meter atau dengan jarak 50 meter untuk medan yang
datar.

b) Bilamana bahan dari hasil galian dinyatakan secara tertulis oleh Pengawas
Pekerjaan dapat digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan
oleh Penyedia Jasa sebagai bahan timbunan, maka volume bahan galian yang
tidak terpakai ini dan terjadi semata-mata hanya untuk kenyamanan
Penyedia Jasa dengan exploitasi sumber bahan (borrow pits) tidak akan
dibayar.

c) Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang
dibatasi oleh bidang-bidang sebagai berikut:

Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar fondasi yang
melalui titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini
galian tanah diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai
dengan sifatnya.

Bidang bawah adalah bidang dasar fondasi.

Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling fondasi.

3 - 18
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang


diuraikan di atas atau sebagai pengembangan tanah selama pemancangan,
tambahan galian karena kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab-
sebab lain.

d) Galian yang bahannya digunakan untuk timbunan, tanah gambut, tanah


organik, tanah lunak, tanah ekspansif, tanah yang tidak dikehendaki, tanah
tergumpal dan tanah dengan daya dukung sedang, jika tidak disebutkan lain
dalam pasal-pasal yang sebelumnya, harus diukur untuk pembayaran sebagai
Galian Biasa.

3) Dasar Pembayaran

Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut
satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, di mana
harga dan pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh
pekerjaan termasuk cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan,
dan biaya yang diperlukan dalam melaksanakan pekerjaan galian dan pembuangan
bahan galian sebagaimana diuraikan dalam Seksi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

3.1.(1) Galian Biasa Meter Kubik

3.1.(2) Galian Batu Lunak Meter Kubik

3.1.(3) Galian Batu Meter Kubik

3.1.(4) Galian Struktur dengan Kedalaman 0 - 2 M Meter Kubik

3.1.(5) Galian Struktur dengan Kedalaman 2 - 4 M Meter Kubik

3.1.(6) Galian Struktur dengan Kedalaman 4 - 6 M Meter Kubik

3.1.(7) Galian Perkerasan Beraspal dengan Cold Meter Kubik


Milling Machine

3.1.(8) Galian Perkerasan Beraspal tanpa Cold Meter Kubik


Milling Machine

3.1.(9) Galian Perkerasan Berbutir Meter Kubik


3.1.(10) Meter Kubik
Galian Perkerasan Beton
3 - 19
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

3 - 20
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

3 - 21
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

SEKSI 3.2

TIMBUNAN

3.2.1 UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan


pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan
timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk
timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan
sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.

b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus dibagi menjadi
empat jenis, yaitu Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Timbunan Pilihan
Berbutir di atas Tanah Rawa, dan Penimbunan Kembali Bahan Berbutir
(Granular
Backfill).

c) Timbunan Pilihan harus digunakan untuk meningkatkan kapasitas daya


dukung tanah dasar pada lapisan penopang (capping layer) dan jika
diperlukan di daerah galian. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk
stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng
yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan
timbunan lainnya di mana kekuatan timbunan adalah faktor yang kritis.

d) Timbunan Pilihan harus digunakan sebagai lapisan penopang (capping layer) pada tanah
lunak yang mempunyai CBR lapangan kurang 2,5% yang tidak dapat ditingkatkan dengan
pemadatan atau stabilisasi.

e) Timbunan Pilihan Berbutir harus digunakan di atas tanah rawa, daerah berair
dan lokasi-lokasi serupa di mana bahan Timbunan Pilihan dan Biasa tidak
dapat dipadatkan dengan memuaskan.

f) Tanah Rawa adalah permukaan tanah yang secara permanen berada di


bawah permukan air, menurut pendapat Pengawas Pekerjaan, tidak dapat
dialirkan atau dikeringkan dengan metoda yang dapat dipertimbangkan
dalam Spesifikasi ini.

g) Penimbunan Kembali Bahan Berbutir (Granular Backfill) harus digunakan


untuk penimbunan kembali di daerah pengaruh dari struktur seperti
abutmen dan dinding penahan tanah serta daerah kritis lainnya yang
memiliki jangkauan terbatas untuk pemadatan dengan alat sebagaimana
ditunjukkan dalam Gambar.

h) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang dipasang
sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun

3 - 22
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

bahan drainase porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau
untuk mencegah hanyutnya partikel halus tanah akibat proses penyaringan.
Bahan timbunan jenis ini telah diuraikan dalam Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini.

i) Pengukuran tambahan terhadap yang telah diuraikan dalam Spesifikasi ini


mungkin diperlukan, ditujukan terhadap dampak khusus lapangan termasuk
konsolidasi dan stabilitas lereng.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini

Pekerjaan Seksi lain yang berkaitan dengan Seksi ini tetapi tidak terbatas berikut ini:

a) Transportasi dan Penanganan : Seksi 1.5


b) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas : Seksi 1.8
c) Kajian TeknisLapangan : Seksi 1.9
d) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
e) Pemeliharaan Jalan Samping dan Bangunan Pelengkapnya : Seksi 1.14
f) Pengamanan Lingkungan Hidup : Seksi 1.17
g) Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Seksi 1.19
h) Manajemen Mutu : Seksi 1.21
i) Drainase Porous Seksi 2.4
j) Galian : Seksi 3.1
k) Penyiapan Badan Jalan : Seksi 3.3
l) Beton dan Beton Kinerja Tinggi : Seksi 7.1
m) Pasangan Batu : Seksi 7.9

3) Toleransi Dimensi

a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi dari
2 cm atau lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui.

b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan
harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan
yang bebas.

c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm


dari garis profil yang ditentukan.

d) Timbunan selain dari Lapisan Penopang di atas tanah lunak tidak boleh
dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam
lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

4) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


SNI 1966:2008 : Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah.

SNI 1967:2008 : Cara uji penentuan batas cair tanah.

SNI 1742:2008 : Cara uji kepadatan ringan untuk tanah.

3 - 23
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

SNI 1743:2008 : Cara uji kepadatan berat untuk tanah.

SNI 1744:2012 : Metode uji CBR laboratorium.

SNI 2828:2011 : Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dgn konus pasir. SNI
3423:2008 : Cara uji analisis ukuran butir tanah.

SNI 6371:2015 : Tata cara pengklasifikasian tanah untuk keperluan teknik dengan
sistem klasifikasi unifikasi tanah (ASTM D2487-06, MOD). SNI 03-6795-2002 : Metode
pengujian untuk menentukan tanah ekspansif

SNI 03-6797-2002 : Tata cara klasifikasi tanah dan campuran tanah agregat untuk
konstruksi jalan.

5) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan Seksi dari
Spesifikasi ini, Penyedia Jasa harus menyerahkan pengajuan kesiapan di
bawah

3 - 24
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

ini kepada Pengawas Pekerjaan sebelum setiap persetujuan untuk memulai


pekerjaan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan:

i) Gambar detail penampang melintang yang menunjukkan permukaan yang


telah dipersiapkan untuk penghamparan timbunan;

ii) Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan pada


permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan dihampar cukup
memadai, bilamana diperlukan menurut Pasal 3.2.3.1).b) di bawah ini.
b) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Pengawas
Pekerjaan paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk
penggunaan pertama kalinya sebagai bahan timbunan:

i) Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, satu


contoh harus disimpan oleh Pengawas Pekerjaan untuk rujukan
selama Periode Kontrak;

ii) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan
untuk bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian
laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut
memenuhi ketentuan yang disyaratkan Pasal 3.2.2.

c) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk tertulis
kepada Pengawas Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas pekerjaan,
dan sebelum mendapat persetujuan dari Pengawas Pekerjaan, tidak
diperkenankan menghampar bahan lain di atas pekerjaan timbunan
sebelumnya :

i) Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan dalam Pasal


3.2.4.

ii) Hasil pengukuran permukaan dan data survei yang menunjukkan


bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.3)
dipenuhi.

6) Jadwal Kerja

a) Timbunan badan jalan pada jalan lama harus dikerjakan dengan


menggunakan pelaksanaan setengah lebar jalan sehingga setiap saat jalan
tetap terbuka untuk lalu lintas.

b) Untuk mencegah gangguan terhadap pelaksanaan abutment dan tembok


sayap jembatan, Penyedia Jasa harus menunda sebagian pekerjaan timbunan
pada oprit setiap jembatan di lokasi-lokasi yang ditentukan oleh Pengawas
Pekerjaan, sampai waktu yang cukup untuk mendahulukan pelaksanaan
abutment dan tembok sayap, selanjutnya dapat diperkenankan untuk

3 - 25
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

menyelesaikan oprit dengan lancar tanpa adanya resiko gangguan atau


kerusakan pada pekerjaan jembatan.

7) Kondisi Tempat Kerja

a) Penyedia Jasa harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering
segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan
selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup
untuk membantu drainase badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga
harus menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik.
Bilamana memungkinkan, air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang
ke dalam sistem drainase permanen. Cara menjebak lanau yang memadai
harus disediakan pada sistem pembuangan sementara ke dalam sistim
drainase permanen.

b) Penyedia Jasa harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk
pengendalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan
pemadatan.

8) Perbaikan Terhadap Timbunan yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau Tidak Stabil

a) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang


disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan dalam
Pasal 3.2.1.3) harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan
membuang atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan
dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali.

b) Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-batas kadar
airnya yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.3).b) atau seperti yang
diperintahkan Pengawas Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru
bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan
dicampur seluruhnya dengan menggunakan "motor grader" atau peralatan
lain yang disetujui.

c) Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan dalam


batasbatas kadar air yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.3).b) atau seperti
yang diperintahkan Pengawas Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru
bahan tersebut dengan penggunaan motor grader atau alat lainnya secara
berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan, dalam
cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan yang memadai tidak dapat
dicapai dengan menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut,
Pengawas Pekerjaan dapat memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan
dari pekerjaan dan diganti dengan bahan kering yang lebih cocok.

d) Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan


dalam Spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal
lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat
bahan dan kerataan permukaan masih memenuhi ketentuan dalam
Spesifikasi ini.

3 - 26
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

e) Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan sifat-


sifat bahan dari Spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tambahan,
penggemburan yang diikuti dengan penyesuaian kadar air dan pemadatan
kembali, atau pembuangan dan penggantian bahan.
f) Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi lembek
setelah pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan diterima oleh Pengawas
Pekerjaan haruslah seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.8).c) dari
Spesifikasi ini.

9) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian

Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan atau
lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Penyedia Jasa dan dipadatkan sampai
mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan oleh Spesifikasi ini.

10) Cuaca yang Diijinkan untuk Bekerja

Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan
pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan
berada di luar rentang yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.3.3).b). Semua permukaan
timbunan yang belum terpadatkan harus digaru dan dipadatkan dengan cukup untuk
memperkecil penyerapan air atau harus ditutup dengan lembaran plastik pada akhir
kerja setiap hari dan juga ketika akan turun hujan lebat.

11) Pengendalian Lalu Lintas

Pengendalian Lalu Lintas harus sesuai dengan ketentuan Seksi 1.8, Manajemen dan
Keselamatan Lalu Lintas.

3.2.2 BAHAN

1) Sumber Bahan

Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai dengan Seksi
1.11 "Bahan dan Penyimpanan" dari Spesifikasi ini.

2) Timbunan Biasa

a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri dari


bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Pengawas
Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam

3 - 27
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam Pasal 3.1.1.1) dari


Spesifikasi ini.

b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi,
yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNI-03-6797-2002 (AASHTO
M145-91(2012)) atau sebagai CH menurut "Unified atau Casagrande Soil
Classification System". Bila penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak
dapat dihindarkan, bahan tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasar
dari timbunan atau pada penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya
dukung atau kekuatan geser yang tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali
tidak boleh digunakan pada 30 cm lapisan langsung di bawah bagian dasar
perkerasan atau bahu jalan atau tanah dasar bahu jalan. Sebagai tambahan,
timbunan untuk lapisan ini bila diuji dengan SNI 1744:2012, harus memiliki
nilai CBR tidak kurang dari karakteristik daya dukung tanah dasar yang
diambil untuk rancangan dan ditunjukkan dalam Gambar atau tidak kurang
dari 6% jika tidak disebutkan lain (CBR setelah perendaman 4 hari bila
dipadatkan 100 % kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang
ditentukan oleh SNI 1742:2008).

c) Tanah sangat ekspansif yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25, atau
derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258-81 (2013)
sebagai "very high" atau "extra high" tidak boleh digunakan sebagai bahan
timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas / PI - (SNI
1966:2008) dan persentase kadar lempung (SNI 3423:2008).

d) Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan galian tanah yang
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

Tanah yang mengadung organik seperti jenis tanah OL, OH dan Pt dalam
sistem USCS serta tanah yang mengandung daun daunan, rumput-
rumputan, akar, dan sampah.

(i) Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak praktis
dikeringkan untuk memenuhi toleransi kadar air pada pemadatan
(melampaui Kadar Air Optimum + 1%).

(ii) Tanah ekspansif yang mempunyai sifat kembang susut tinggi dan
sangat tinggi dalam klasifikasi Van Der Merwe (Lampiran 3.2.A)
dengan ciriciri adanya retak memanjang sejajar tepi perkerasan
jalan.

3) Timbunan Pilihan

a) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai Timbunan Pilihan bila


digunakan pada lokasi atau untuk maksud di mana bahan-bahan ini telah
ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Pengawas Pekerjaan. Seluruh
timbunan lain yang digunakan harus dipandang sebagai timbunan biasa (atau

3 - 28
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

drainase porous bila ditentukan atau disetujui sebagai hal tersebut sesuai
dengan Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini).

b) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari


bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas untuk
timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu
yang tergantung dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau
disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh timbunan
pilihan harus, bila diuji sesuai dengan SNI 1744:2012, memiliki CBR paling
sedikit 10% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100%
kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 1742:2008.

c) Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau pekerjaan


stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser
yang cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka
timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan
bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah.
Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan akan
tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan dibangun atau ditimbun,
atau pada tekanan yang akan dipikul.

4) Timbunan Pilihan Berbutir di atas Tanah Rawa

Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawa dan untuk keadaan di mana
penghamparan dalam kondisi jenuh atau banjir tidak dapat dihindarkan haruslah
batu, pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Index Plastisitas
maksimum 6 % (enam persen).

5) Penimbunan Kembali Bahan Berbutir (Granular Back Fill)

Bahan timbunan berbutir daerah oprit harus terdiri dari kerikil pecah, batu,
timbunan batu atau pasir alam atau campuran yang baik dari kombinasi bahan-
bahan ini dengan bergradasi bukan menerus dan mempunyai Indeks Plastisitas
maksimum 10%. Gradasi timbunan berbutir daerah oprit haruslah sebagaimana yang
ditunjukkan Tabel 3.2.2.1) berikut :

Tabel 3.2.2.1) Gradasi Penimbunan Kembali Bahan Berbutir

Ukuran Ayakan
Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm)
100 100
No.4 4,75 25 - 90
No.200 0,075 0 - 10
3.2.3 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN

3 - 29
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

1) Penyiapan Tempat Kerja

a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang


tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas
Pekerjaan sesuai dengan Pasal 3.1.1.11), 3.1.2.1), dan 3.1.2.5) dari Spesifikasi
ini.

b) Kecuali untuk daerah tanah lunak atau tanah yang tidak dapat dipadatkan
atau tanah rawa, dasar fondasi timbunan harus dipadatkan seluruhnya
(termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan bila
diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar fondasi memenuhi
kepadatan yang disyaratkan untuk Timbunan yang ditempatkan di atasnya.

c) Bilamana timbunan akan dibangun di atas permukaan tanah dengan


kelandaian lereng lebih dari 10%, ditempatkan di atas permukaan lama atau
pembangunan timbunan baru, maka lereng lama akan dipotong sampai
tanah yang keras dan bertangga dengan lebar yang cukup sehingga
memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi. Tangga-tangga
tersebut tidak boleh mempunyai kelandaian lebih dari 4% dan harus
dibuatkan sedemikian dengan jarak vertikal tidak lebih dari 30 cm untuk
kelandaian yang kurang dari 15% dan tidak lebih dari 60 cm untuk kelandaian
yang sama atau lebih besar dari 15%.

d) Dasar saluran yang ditimbun harus diratakan dan dilebarkan sedemikian


hingga memungkinkan pengoperasian peralatan pemadat yang efektif.

2) Penghamparan Timbunan

a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan


disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi
toleransi tebal lapisan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.3). Bilamana
timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut sedapat
mungkin dibagi rata sehingga samatebalnya.

b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke


permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak
diperkenankan, terutama selama musim hujan.

c) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous, harus
diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur.
Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah
yang menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan
sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian
timbunan dan drainase porous dilaksanakan.

d) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus


dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah
pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali,

3 - 30
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 3 jam setelah pemberian


adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity,
pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar
gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah
dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar, juga
diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.

e) Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus
disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang terdapat pada
permukaan lereng dan harus dibuat bertangga (atau dibuat bergerigi)
sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama sedemikian
sampai diterima oleh Pengawas Pekerjaan. Selanjutnya timbunan yang
diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan elevasi
tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan lapis
fondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga
bagian yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin,
dengan demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya
bilamana diperlukan.

f) Lapisan penopang di atas tanah lunak harus dihampar sesegera mungkin dan
tidak lebih dari tiga hari setelah persetujuan setiap penggalian atau
pembersihan dan pengupasan oleh Pengawas Pekerjaan. Lapisan penopang
dapat dihampar satu lapis atau beberapa lapis dengan tebal antara 0,5
sampai 1,0 meter sesuai dengan kondisi lapangan dan sebagimana
diperintahkan atau disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Ketentuan Pasal
3.2.4.2) tidak digunakan.

3) Pemadatan Timbunan

a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus


dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui
Pengawas Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam
Pasal 3.2.4.
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air
bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1% di
atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar
air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah
dipadatkan sesuai dengan SNI 1742:2008.

c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal
20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang
lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian
atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai
mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.2)
di bawah.

d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang


disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Pengawas
Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.

3 - 31
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke
arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima
jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas
alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur
yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan
pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.

f) Dalam membuat timbunan sampai pada atau di atas gorong-gorong dan


bilamana disyaratkan dalam Kontrak sampai pada jembatan, Penyedia Jasa
harus membuat timbunan tersebut sama tinggi pada kedua sisinya. Jika
kondisi-kondisi memerlukan penempatan penimbunan kembali atau
timbunan pada satu sisi jauh lebih tinggi dari sisi lainnya, penambahan bahan
pada sisi yang lebih tinggi tidak boleh dilakukan sampai persetujuan
diberikan oleh Pengawas Pekerjaan dan tidak melakukan timbunan sampai
struktur tersebut telah berada di tempat dalam waktu 14 hari, dan
pengujian-pengujian yang dilakukan di laboratorium di bawah pengawasan
Pengawas Pekerjaan menetapkan bahwa struktur tersebut telah mencapai
kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan apapun yang ditimbulkan oleh
metoda yang digunakan dan bahan yang dihampar tanpa adanya kerusakan
atau regangan yang di luar faktor keamanan.

g) Untuk menghindari gangguan terhadap pelaksanaan abutmen jembatan,


tembok sayap dan gorong-gorong persegi, Penyedia Jasa harus, untuk
tempattempat tertentu yang ditetapkan oleh Pengawas Pekerjaan, menunda
pekerjaan timbunan yang membentuk oprit dari setiap struktur semacam ini
sampai saat ketika pelaksanaan selanjutnya boleh didahulukan untuk
penyelesaian oprit tanpa resiko mengganggu atau merusak pekerjaan
jembatan. Biaya untuk penundaan pekerjaan harus termasuk dalam harga
satuan Kontrak untuk masing-masing mata pembayaran yang relevan.

h) Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat yang sulit dimasuki oleh alat
pemadat normal harus dihampar dalam lapisan mendatar dengan tebal
gembur tidak lebih dari 10 cm dan seluruhnya dipadatkan dengan
menggunakan pemadat mekanis.

i) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur
tidak lebih dari 10 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis
atau timbris (tamper) manual dengan berat statis minimum 10 kg.
Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus
untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa
terdukung sepenuhnya.

4) Penyiapan Tanah Dasar pada Timbunan

Pekerjaan penyiapan tanah dasar pada timbunan baru dilaksanakan bila pekerjaan
lapis fondasi agregat atau perkerasan sudah akan segera dilaksanakan.

3 - 32
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

3.2.4 JAMINAN MUTU

1) Pengendalian Mutu Bahan

a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan


awal mutu bahan akan ditetapkan oleh Pengawas Pekerjaan, tetapi
bagaimanapun juga harus mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan
dalam Pasal 3.2.2 dengan paling sedikit tiga contoh yang mewakili sumber
bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan yang
mungkin terdapat pada sumber bahan.

b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan, menurut


pendapat Pengawas Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat diulangi lagi
agar perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati.

c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin harus dilaksanakan


untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan.
Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan
tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang diperoleh dari
setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan suatu pengujian Nilai
Aktif, seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.2).c). Pengawas Pekerjaan
setiap saat dapat memerintahkan dilakukannya uji ke-ekspansifan tanah
sesuai SNI 03-6795-2002.

2) Ketentuan Kepadatan untuk Timbunan

a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang
ditentukan sesuai SNI 1742:2008. Untuk tanah yang mengandung lebih dari
10 % bahan yang tertahan pada ayakan 19 mm, kepadatan kering maksimum
yang diperoleh harus dikoreksi terhadap bahan yang berukuran lebih
(oversize) tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas
Pekerjaan.

b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum
yang ditentukan sesuai dengan SNI 1742:2008.

c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang


dipadatkan sesuai dengan SNI 2828:2011 dan keseragaman kepadatan diuji
dengan Light Weight Deflectometer (LWD) sesuai dengan Pd 03-2016-B
(prosedur LWD ditunjukkan dalam Lampiran 3.2.B), bilamana diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan dan bila hasil setiap pengujian menunjukkan
kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka Penyedia Jasa harus
memperbaiki pekerjaan sesuai dengan Pasal 3.2.1.(8) dari Seksi ini. Pengujian
harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan

3 - 33
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

oleh Pengawas Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh berselang lebih dari 200
m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur atau pada galian parit
untuk gorong-gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk
satu lapis penimbunan kembali yang telah selesai dikerjakan. Untuk
timbunan, paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus
dilakukan untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan yang dihampar.

3) Kriteria Pemadatan untuk Timbunan Batu

Pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan menggunakan penggilas


berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan berat lainnya yang serupa.
Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang sepanjang timbunan, dimulai
pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan, dan harus dilanjutkan sampai tidak
ada gerakan yang tampak di bawah peralatan berat. Setiap lapis harus terdiri dari
batu bergradasi menerus dan seluruh rongga pada permukaan harus terisi dengan
pecahan-pecahan batu sebelum lapis berikutnya dihampar. Batu tidak boleh
digunakan pada 15 cm lapisan teratas timbunan dan batu berdimensi lebih besar dari
10 cm tidak diperkenankan untuk disertakan dalam lapisan teratas ini.

4) Kriteria Pemadatan untuk Lapisan Penopang

Timbunan Pilihan digunakan sebagai lapis penopang untuk perbaikan tanah dasar
dapat dihampar dalam satu atau beberapa lapis yang harus dipadatkan dengan
persetujuan khusus tergantung kondisi lapangan. Tingkat pemadatan harus cukup
agar dapat memungkinkan pemadatan sepenuhnya pada timbunan pilihan lapis
selanjutnya dan lapisan perkerasan.

5) Kriteria Pemadatan untuk Penimbunan Kembali Bahan Berbutir ( Granular Backfill)

Penimbunan kembali bahan berbutir harus ditempatkan sebagai lapisan tidak lebih
dari 15 cm, dan dipadatkan sampai kepadatan 95 % dari kepadatan kering maksimum
menurut ketentuan SNI 1743:2008.

6) Percobaan Pemadatan

Penyedia Jasa harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan untuk
mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Penyedia Jasa tidak sanggup
mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti.

Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan


pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga dapat
diterima oleh Pengawas Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus
digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar air
untuk seluruh pemadatan berikutnya.

3 - 34
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

3.2.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran Timbunan

a) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang
diperlukan, diselesaikan di tempat dan diterima. Volume yang diukur harus
berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah asli yang disetujui
atau profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan dan gambar dengan
garis, kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan akhir yang disyaratkan dan
diterima. Metode perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang
ujung, dengan menggunakan penampang melintang pekerjaan yang
berselang jarak tidak lebih dari 25 m, dan berselang tidak lebih dari 50 meter
untuk daearah yang datar.

b) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang yang


disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan sebagai
akibat penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam lereng
eksisting, atau sebagai akibat dari penurunan fondasi, tidak akan dimasukkan
ke dalam volume yang diukur untuk pembayaran kecuali bila :

i) Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bahan tidak memenuhi


ketentuan atau bahan yang lunak sesuai dengan Pasal 3.1.2.1).b) dari
Spesifikasi ini, atau untuk mengganti batu atau bahan keras lainnya
yang digali menurut Pasal 3.1.2.1).c) dari Spesifikasi ini.

ii) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk memperbaiki pekerjaan


yang tidak stabil atau gagal bilamana Penyedia Jasa tidak dianggap
bertanggung-jawab menurut Pasal 3.2.1.8).f) dari Spesifikasi ini.

iii) Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah rawa yang dapat
diperkirakan terjadinya konsolidasi tanah asli,maka pembayaran
akan dilakukan tergantung apakah timbunan biasa atau pilihan yang
digunakan:

1) Jika bahan Timbunan Biasa digunakan, pengukuran akan


dilakukan:

Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur


penurunan (settlement) yang harus ditempatkan dan
diamati bersama oleh Pengawas Pekerjaan dengan
Penyedia Jasa. Kuantitas timbunan dapat ditentukan
berdasarkan elevasi tanah asli setelah penurunan
(settlement). Pengukuran dengan cara ini akan dibayar
menurut Mata Pembayaran 3.2.1 dan hanya diijinkan
jika catatan penurunan (settlement) yang
didokumentasikan dipelihara dengan baik.

3 - 35
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

2) Jika bahan Timbunan Pilihan digunakan, pengukuran akan


dilakukan dengan salah satu cara yang ditentukan menurut
pendapat Pengawas Pekerjaan berikut ini:

Dengan pemasangan pelat dan batang pengukur


penurunan (settlement) yang harus ditempatkan dan
diamati bersama oleh Pengawas Pekerjaan dengan
Penyedia Jasa. Kuantitas timbunan dapat ditentukan
berdasarkan elevasi tanah asli setelah penurunan
(settlement). Pengukuran dengan cara ini akan dibayar
menurut Mata Pembayaran 3.2.2 dan hanya diijinkan
jika catatan penurunan (settlement) yang
didokumentasikan dipelihara dengan baik..

Dengan volume gembur yang diukur pada kendaraan


pengangkut sebelum pembongkaran muatan di lokasi
timbunan. Kuantitas timbunan kemudian dapat
ditentukan berdasarkan penjumlahan kuantitas bahan
yang dipasok, yang diukur dan dicatat oleh Pengawas
Pekerjaan, setelah bahan di atas bak truk diratakan
sesuai dengan bidang datar horisontal yang sejajar
dengan tepi-tepi bak truk. Pengukuran dengan cara ini
akan dibayar menurut Mata Pembayaran 3.2.3 dan
hanya akan diperkenankan bilamana kuantitas tersebut
telah disahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

c) Timbunan yang dihampar untuk mengganti tanah yang dibuang oleh


Penyedia Jasa untuk dapat memasang pipa, drainase beton, gorong-gorong,
drainase bawah tanah atau struktur, tidak akan diukur untuk pembayaran
dalam Seksi ini, dan biaya untuk pekerjaan ini dipandang telah termasuk
dalam harga satuan penawaran untuk bahan yang bersangkutan,
sebagaimana disyaratkan menurut Seksi lain dari Spesifikasi ini. Akan tetapi,
timbunan tambahan yang diperlukan untuk mengisi bagian belakang struktur
penahan akan diukur dan dibayar menurut Seksi ini.

d) Timbunan yang digunakan di mana saja di luar batas Kontrak pekerjaan, atau
untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai, atau untuk menutup
sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam pengukuran timbunan.

e) Drainase porous akan diukur menurut Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini dan tidak
akan termasuk dalam pengukuran dari Seksi ini.

f) Bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Pengawas Pekerjaan dapat


digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Penyedia
Jasa sebagai bahan timbunan, maka pekerjaan timbunan biasa atau pilihan

3 - 36
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

berasal dari sumber galian akan diukur untuk pembayaran sebagai timbunan
biasa atau pilihan berasal dari galian.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak angkut
berapapun yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari
masing-masing harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk
Mata Pembayaran terdaftar di bawah, di mana harga tersebut harus sudah
merupakan kompensasi penuh untuk

3 - 37
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

pengadaan, pemasokan, penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan


pengujian bahan, seluruh biaya lain yang perlu atau biaya untuk penyelesaian yang
sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

3.2.(1a) Timbunan Biasa dari Sumber Galian Meter Kubik

3.2.(1b) Timbunan Biasa dari Hasil Galian Meter Kubik

3.2.(2a) Timbunan Pilihan dari Sumber Galian Meter Kubik

3.2.(2b) Timbunan Pilihan dari Galian Meter Kubik

3.2.(3a) Timbunan Pilihan Berbutir (diukur di atas bak truk) Meter Kubik

3.2.(3b) Timbunan Pilihan Berbutir (diukur dengan rod & Meter Kubik
plate)

3.2.(4) Penimbunan Kembali Bahan Berbutir (Granular Meter Kubik


Backfill)

3 - 38
SPESIFIKASI
SPESIFIKASIUMUM
UMUM2018
2018(Revisi
(Revisi2)2)

3 - 39
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

SEKSI 3.3

PENYIAPAN BADAN JALAN

3.3.1 UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan


tanah dasar atau permukaan jalan kerikil lama untuk penghamparan, Lapis
Fondasi Agregat, Lapis Fondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal, Stabilisasi Tanah
(Soil Stabilization) atau Lapis Fondasi Beraspal di daerah jalur lalu lintas
(termasuk jalur tempat perhentian dan persimpangan) dan di daerah bahu
jalan baru yang bukan di atas timbunan baru akibat pelebaran lajur lalu
lintas.

b) Penyiapan tanah dasar ini juga termasuk bagian dari pekerjaan yang
dipersiapkan untuk dasar lapis fondasi bawah (sub-base) perkerasan di
daerah galian. Tanah dasar harus mencakup seluruh lebar jalur lalu lintas dan
bahu jalan dan pelebaran setempat atau daerah-daerah terbatas semacam
itu sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar.

Pekerjaan penyiapan tanah dasar harus diperiksa, diuji dan diterima oleh
pengawas Pekerjaan sebelum lapisan di atasnya akan dilaksanakan.

c) Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan motor grader
untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa penambahan bahan baru.

d) Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta pekerjaan


timbunan minor yang diikuti dengan pembentukan, pemadatan, pengujian
tanah atau bahan berbutir, dan pemeliharaan permukaan yang disiapkan
sampai bahan perkerasan ditempatkan di atasnya, yang semuanya sesuai
dengan Gambar dan Spesifikasi ini atau sebagaimana yang diperintahkan
oleh Pengawas Pekerjaan.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini

a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas : Seksi 1.8


b) Kajian Teknis Lapangan : Seksi 1.9
c) Pemeliharaan Jalan Samping dan Bangunan Pelengkapnya : Seksi 1.14
d) Pengamanan Lingkungan Hidup : Seksi 1.17
e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Seksi 1.19
f) Manajemen Mutu : Seksi 1.21

3 - 40
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

g) Galian : Seksi 3.1


h) Timbunan : Seksi 3.2
i) Lapis Fondasi Agregat : Seksi 5.1
j) Perkerasan Berbutir Tanpa Penutup Aspal : Seksi 5.2
k) Stabilisasi Tanah (Soil Stabilization) : Seksi 5.4
l) Campuran Aspal Panas : Seksi 6.3
m) Pemeliharaan Jalan : Seksi 10.1

3) Toleransi Dimensi

a) Elevasi akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi 2 sentimeter atau
lebih rendah 3 sentimeter dari yang disyaratkan atau disetujui.

3 - 41
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

b) Seluruh permukaan akhir harus cukup rata dan seragam serta memiliki
kelandaian yang cukup untuk menjamin pengaliran air permukaan dan
mempunyai kemiringan melintang sesuai rancangan dengan toleransi ± 0,5%.

4) Standar Rujukan

Standar rujukan yang relevan adalah yang diberikan dalam Pasal 3.2.1.4) dari
Spesifikasi ini.

5) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Pengajuan yang berhubungan dengan Galian, Pasal 3.1.1.4), dan Timbunan,


Pasal 3.2.1.5) harus dibuat masing-masing untuk seluruh Galian dan
Timbunan yang dilaksanakan untuk Penyiapan Badan Jalan.

b) Penyedia Jasa harus menyerahkan dalam bentuk tertulis kepada Pengawas


Pekerjaan segera setelah selesainya suatu ruas pekerjaan dan sebelum setiap
persetujuan yang dapat diberikan untuk penghamparan bahan lain di atas
tanah dasar atau permukaan jalan, berikut ini :

i) Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratakan dalam Pasal


3.3.3.2) di bawah ini.

ii) Hasil pengujian pengukuran permukaan dan data survei yang


menunjukkan bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan dalam
Pasal 3.3.1.3) dipenuhi.

6) Jadwal Kerja

a) Gorong-gorong, tembok kepala dan struktur minor lainnya di bawah elevasi


tanah dasar atau permukaan jalan, termasuk pemadatan sepenuhnya atas
bahan yang dipakai untuk penimbunan kembali, harus telah selesai sebelum
dimulainya pekerjaan pada tanah dasar atau permukaan jalan. Seluruh
pekerjaan drainase harus berada dalam kondisi berfungsi sehingga menjamin
keefektifan drainase, dengan demikian dapat mencegah kerusakan tanah
dasar atau permukaan jalan oleh aliran air permukaan.

b) Bilamana permukaan tanah dasar disiapkan terlalu dini tanpa segera diikuti
oleh penghamparan lapis fondasi bawah, maka permukaan tanah dasar
dapat menjadi rusak. Oleh karena itu, luas pekerjaan penyiapan tanah dasar
yang tidak dapat dilindungi pada setiap saat harus dibatasi sedemikian rupa
sehingga daerah tersebut yang masih dapat dipelihara dengan peralatan
yang tersedia dan Penyedia Jasa harus mengatur penyiapan tanah dasar dan
penempatan bahan perkerasan di mana satu dengan lainnya berjarak cukup
dekat.

3 - 42
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

7) Kondisi Tempat Kerja

Ketentuan dalam Pasal 3.1.1.7) dan 3.2.1.7), yang berhubungan dengan kondisi
tempat kerja yang disyaratkan, masing-masing untuk Galian dan Timbunan, harus
juga berlaku bilamana berhubungan dengan semua pekerjaan Penyiapan Badan
Jalan, bahkan pada tempat-tempat yang tidak memerlukan galian maupun timbunan.

8) Perbaikan Terhadap Penyiapan Badan Jalan yang Tidak Memenuhi Ketentuan

a) Ketentuan yang ditentukan dalam Pasal 3.1.1.8) dan 3.2.1.8) yang


berhubungan dengan perbaikan Galian dan Timbunan yang tidak memenuhi
ketentuan, harus juga berlaku bilamana berhubungan dengan semua
pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, bahkan untuk tempat-tempat yang tidak
memerlukan galian atau timbunan.

b) Penyedia Jasa harus memperbaiki dengan biaya sendiri atas setiap alur
(rutting) atau gelombang yang terjadi akibat kelalaian tenaga kerja atau lalu
lintas atau oleh sebab lainnya dengan membentuk dan memadatkannya
kembali, menggunakan mesin gilas dengan ukuran dan jenis yang diperlukan
untuk pekerjaan perbaikan ini.

c) Penyedia Jasa harus memperbaiki, dengan cara yang diperintahkan oleh


Pengawas Pekerjaan, setiap kerusakan pada tanah dasar yang mungkin
terjadi akibat pengeringan, retak, atau akibat banjir atau akibat kejadian
alam lainnya.

9) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian

Ketentuan dalam Pasal 3.2.1.9) harus berlaku.

10) Pengendalian Lalu Lintas

a) Pengendalian Lalu Lintas harus memenuhi ketentuan dalam Seksi 1.8


Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas.

b) Penyedia Jasa harus bertanggungjawab atas seluruh konsekuensi dari lalu lintas yang
diijinkan melewati tanah dasar, dan Penyedia Jasa harus melarang lalu lintas yang demikian
bilamana Penyedia Jasa dapat menyediakan sebuah jalan alih (detour) atau dengan
pelaksanaan setengah lebar jalan.

3 - 43
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

3.3.2 BAHAN

Tanah dasar dapat dibentuk dari Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, Lapis fondasi
Agregat atau Drainase Porous, atau tanah asli di daerah galian. Bahan yang
digunakan dalam setiap hal haruslah sesuai dengan yang diperintahkan Pengawas
Pekerjaan, dan sifat-sifat bahan yang disyaratkan untuk bahan yang dihampar dan
membentuk tanah dasar haruslah seperti yang disyaratkan dalam Spesifikasi.

3.3.3 PELAKSANAAN PENYIAPAN BADAN JALAN

1) Penyiapan Tempat Kerja

a) Pekerjaan galian yang diperlukan untuk membentuk tanah dasar harus


dilaksanakan sesuai dengan Pasal 3.1.2.1) dari Spesifikasi ini.

b) Seluruh Timbunan yang diperlukan harus dihampar sesuai dengan Pasal 3.2.3
dari Spesifikasi ini.

2) Pemadatan Tanah Dasar

a) Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang relevan dari
Pasal 3.2.3.3) dari Spesifikasi ini.
b) Ketentuan pemadatan dan jaminan mutu untuk tanah dasar diberikan dalam
Pasal 3.2.4 dari Spesifikasi ini.

3) Daya Dukung Tanah Dasar di Daerah Galian

Tanah Dasar pada setiap tempat haruslah mempunyai daya dukung minimum
sebagaimana yang diberikan dalam Gambar, atau sekurang-kurangnya mempunyai
CBR minimum 6 % jika tidak disebutkan. Pekerjaan penyiapan tanah dasar baru
dilaksanakan bila pekerjaan lapis fondasi agregat atau perkerasan sudah akan segera
dilaksanakan.

3.3.4 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran untuk Pembayaran

Daerah jalur lalu lintas eksisting yang memerlukan rekonstruksi, akan ditetapkan
sebagai lokasi yang ditingkatkan dan penyiapan badan jalan akan dibayar menurut

3 - 44
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

Seksi ini. Juga penyiapan tanah dasar di daerah galian untuk jalur lalu lintas dan bahu
jalan.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas dari pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, diukur seperti ketentuan di atas,
akan dibayar per satuan pengukuran sesuai dengan harga yang dimasukkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata Pembayaran seperti terdaftar di bawah ini, di
mana harga dan pembayaran tersebut sudah mencakup kompensasi penuh untuk
seluruh pekerjaan dan biaya lainnya yang telah dimasukkan untuk keperluan
pembentukan pekerjaan penyiapan tanah dasar seperti telah diuraikan dalam Seksi
ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

3.3.(1) Penyiapan Badan Jalan Meter


Persegi

3 - 45
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

SEKSI 3.4

PEMBERSIHAN, PENGUPASAN, DAN PENEBANGAN POHON

3.4.1 UMUM

1) Uraian

(a) Pembersihan dan pengupasan lahan harus terdiri dari pembersihan semua
pohon dengan diameter lebih kecil dari 15 cm, pohon-pohon yang tumbang,
halangan-halangan, semak-semak, tumbuh-tumbuhan lainnya, sampah, dan
semua bahan yang tidak dikehendaki, dan harus termasuk
pembongkarantunggul, akar dan pembuangan semua ceceran bahan yang
diakibatkan oleh pembersihan dan pengupasan sesuai dengan Spesifikasi ini
atau sebagaimana diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan. Pekerjaan ini
juga harus termasuk penyingkiran dan pembuangan struktur-struktur yang
menghalangi, mengganggu, atau sebaliknya menghalangi Pekerjaan kecuali
bilamana disebutkan lain dalam Spesifikasi ini atau diperintahkan oleh
Pengawas Pekerjaan.

(b) Pemotongan pohon yang dipilih harus terdiri dari pemotongan semua pohon
yang ditunjukkan dalam Gambar atau ditetapkan oleh Pengawas Pekerjaan
dengan diameter 15 cm atau lebih yang diukur satu meter di atas permukaan
tanah. Pekerjaan ini harus termasuk tidak hanya penyingkiran dan
pembuangan sampai dapat diterima oleh Pengawas Pekerjaan atas setiap
pohon tetapi juga tunggul dan akar-akarnya.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini

Pekerjaan yang disebutkan di seksi lain dapat termasuk tetapi tidak boleh dibatasi
terhadap berikut ini:

(a) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas : Seksi 1.8


(b) Pengamanan Lingkungan Hidup : Seksi 1.17
(c) Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Seksi 1.19
(d) Kajian Teknis Lapangan : Seksi 1.9
(e) Galian : Seksi 3.1
(f) Timbunan : Seksi 3.2

3) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan

Penyedia Jasa harus menerima gambar penampang melintang Kontrak maupun


mengajukan kepada Pengawas Pekerjaan sebelum memulai pekerjaan,
perbaikanperbaikan terinci terhadap gambar penampang melintang yang

3 - 46
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

menunjukkan permukaan tanah sebelum pengoperasian pembersihan dan


pengupasan, atau setiap pemotongan pohon yang akan dilaksanakan

4) Pengamanan Pekerjaan

Penyedia Jasa harus menanggung semua tanggungjawab untuk memastikan


keselamatan para tenaga kerja yang melaksanakan pembersihan, pengupasan, dan
pemotongan pohon, serta keselamatan publik.

5) Jadwal Kerja

Perluasan setiap pembersihan dan pengupasan pada setiap operasi harus dibatasi
sepadan dengan pemeliharaan permukaan yang terekspos agar tetap dalam kondisi
yang keras (sound), dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan,
perendaman akibat hujan, dan gangguan dari operasi pekerjaan berikutnya.

6) Kondisi Tempat Kerja

Seluruh permukan yang terekspos hasil pembersihan dan pengupasan harus dijaga
agar bebas dari air dan Penyedia Jasa harus menyediakan semua bahan,
perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk pengeringan (pemompaan),
pengalihan saluran air, dan pembuatan drainase sementara. Pompa siap pakai di
lapangan harus senantiasa dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin bahwa tak
akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan pompa.

3.4.2 PELAKSANAAN

1) Pembersihan dan Pengupasan

Pembersihan dan pengupasan lahan untuk semua tanaman/pohon yang berdiameter


kurang dari 15 cm diukur 1 meter dari muka tanah, harus dilaksanakan sampai
batasbatas sebagaimana yang ditunjukkan dalam Gambar atau sebagaimana
diperintahkan Pengawas Pekerjaan. Di luar daerah yang tersebut di atas,
pembersihan dan pengupasan dapat dibatasi sampai pemotongan tanaman yang
tumbuh di atas tanah sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

Pada daerah galian, semua tunggul dan akar harus dibuang sampai kedalaman tidak
kurang dari 50 cm di bawah permukaan akhir dari tanah dasar.

Pada daerah di bawah timbunan, di mana tanah humus atau bahan yang tidak
dikendaki dibuang atau yang ditetapkan untuk dipadatkan, semua tunggul dan akar

3 - 47
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

harus dibuang sampai kedalaman sekurang-kurangnya 30 cm di bawah permukaan


tanah asli atau 30 cm di bawah alas dari lapis permukaan yang paling bawah.

Pengupasan saluran dan selokan diperlukan hanya sampai kedalaman yang


diperlukan untuk penggalian yang diusulkan dalam daerah tersebut.

2) Pembuangan Tanah Humus

Pada daerah di bawah timbunan badan jalan yang ditetapkan oleh Pengawas
Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyingkirkan semua tanah humus dan
membuangnya di lahan yang berdekatan atau diperintahkan.

Secara umum tanah humus hanya termasuk pembuangan tanah yang cukup subur
yang mendorong atau mendukung tumbuhnya tanaman.

Tidak ada pembuangan tanah humus yang keluar dari lokasi yang ditetapkan dengan
kedalaman yang kurang dari 30 cm diukur secara vertikal atau sebagaimana yang
diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan, dan tanah humus itu harus dibuang terpisah
dari galian bahan lainnya.

Pembuangan tanah humus yang melebihi sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal
3.4.2.1) spesifikasi ini, harus dibayar sebagaimana yang disebutkan dalam Galian
Biasa dalam Seksi 3.1.dari Spesifikasi ini.

3) Pemotongan Pohon

Bilamana diperlukan untuk mencegah kerusakan terhadap struktur, bangunan


(property) lainnya atau untuk mencegah bahaya atau gangguan terhadap lalu lintas,
bila diperlukan, pohon yang telah ditetapkan untuk ditebang harus dipotong mulai
dari atas ke bawah. Penyedia Jasa harus menimbun kembali lubang-lubang yang
disebabkan oleh pembongkaran tunggul dan akar-akarnya dengan bahan yang cocok
dan disetujui oleh Pengawas Pekerjaan. Pekerjaan penimbunan kembali ini tidak
dibayar tersendiri, tetapi harus dipandang sebagai kewajiban Penyedia Jasa yang
telah diperhitungkan dalam Harga Kontrak untuk Pemotongan Pohon.

Semua pohon, tunggul, akar, dan sampah lainnya yang diakibatkan oleh operasi ini
harus dibuang oleh Penyedia Jasa di luar Ruang Milik Jalan (Rumija) atau di lokasi
yang ditunjuk oleh Pengawas Pekerjaan.

3.4.3 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran untuk Pembersihan dan Pengupasan

3 - 48
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

Kuantitas pembersihan dan pengupasan lahan akan dibayar sesuai dengan Spesifikasi
ini atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan haruslah jumlah
meter persegi dari pekerjaan pembersihan dan pengupasan lahan yang diterima
dalam batas-batas yang diperintahkan oleh Pengawas Pekerjaan.

Pembersihan dan pengupasan yang diperlukan untuk struktur permanen akan diukur
untuk pembayaran.

Pembersihan dan pengupasan untuk jalur pengangkutan, jalur pelayanan dan semua
konstruksi sementara tidak akan diukur untuk pembayaran.

2) Pengukuran untuk Pemotongan Pohon

Kuantitas pemotongan dan pembuangan pohon termasuk batang dan akar-akarnya


akan diukur untuk pembayaran sebagai jumlah pohon yang benar-benar dipotong
dan diterima oleh Pengawas Pekerjaan.

3) Dasar Pembayaran

(a) Kuantitas pembersihan dan pengupasan, apakah terdapat air atau tidak pada
setiap kedalaman, ditetapkan sebagaimana yang disebutkan di atas, akan
dibayar dengan Harga Kontrak per meter persegi untuk Mata Pembayaran
yang didaftar di bawah dan ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, di
mana harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh
untuk semua pekerja, peralatan, perlengkapan dan semua biaya lain yang
perlu atau digunakan untuk pelaksanaan yang sebagaimana mestinya untuk
pekerjaan yang diuraikan dalam Pasal ini.

(b) Pemotongan dan pembuangan setiap pohon yang sama atau lebih besar dari
diameter 15 cm yang diukur 1 meter dari permukaan tanah, sesuai dengan
perintah Pengawas Pekerjaan akan dibayar dengan Harga Kontrak per pohon
untuk Mata Pembayaran yang didaftar di bawah dan ditunjukkan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga, di mana harga dan pembayaran tersebut harus
merupakan kompenssai penuh untuk semua pekerja, peralatan,
perlengkapan dan lainnya yang perlu untuk pelaksanaan pekerjaan yang
diuraikan dalam Pasal ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

3.4.(1) Pembersihan dan Pengupasan Lahan Meter Persegi

3.4.(2) Pemotongan Pohon Pilihan diameter 15 30 cm Buah

3 - 49
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

3.4.(3) Pemotongan Pohon Pilihan diameter >30 50 cm Buah

3.4.(4) Pemotongan Pohon Pilihan diameter >50 75 cm Buah

3.4.(5) Pemotongan Pohon Pilihan diameter >75 cm Buah

3 - 50
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

SEKSI 3.5

GEOTEKSTIL

3.5.1 UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pemasokan dan pemasangan bahan


geotekstil filter (seperti drainase bawah permukaan), separator dan
stabilisator, sedangkan geotekstil untuk perkuatan tidak termasuk dalam
Seksi ini.

b) Spesifikasi ini memberikan nilai-nilai sifat fisik, mekanis dan ketahanan yang
harus dipenuhi atau dilebihi, oleh geotekstil yang akan digunakan.

c) Spesifikasi ini ditujukan untuk menjamin kualitas dan kinerja geotekstil yang
baik untuk digunakan pada aplikasi yang tertera pada Pasal 3.5.1.1).a).

d) Persyaratan kuat tarik geotekstil dalam spesifikasi ini dipertimbangkan


berdasarkan daya bertahan (survivability) geotekstil terhadap tegangan yang
terjadi pada saat pemasangan.

2) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :


SNI 0264:2015 : Tekstil - Cara uji identifikasi serat pada bahan tekstil SNI
1966:2008 : Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah.

SNI 1742:2008 : Cara uji kepadatan ringan untuk tanah.

SNI 3423:2008 : Cara uji analisis ukuran butir tanah.

SNI 4417:2017 : Metode uji beban putus dan mulur geotekstil dengan cara cekau
(grab) (ASTM D 4632/4632M-15a, MOD).

SNI 08-4418-1997 : Cara uji ukuran pori-pori geotekstil.

SNI 08-4419-1997 : Cara pengambilan contoh geotekstil untuk pengujian.

SNI 08-4644-1998 : Cara uji kekuatan sobek geotekstil cara trapesium.

SNI 08-6511-2001 : Daya tembus air pada geotekstil - Cara uji.

AASHTO :

AASHTO M288-15 : Geotextile Spesifïcation for Highway Applications.

ASTM :
ASTM D123-17 : Standard Terminology Relating to Textiles.

3 - 51
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

ASTM D4355/D4355M-14 : Test Method for Deterioration of Geotextilês from


(2018) Exposure to Ultraviolet Light and Water (Xénon Arc
Type Apparatus)
ASTM D4439-18 : Terminology for Geosynthetics
ASTM D4354-12 : Standard Practice for Sampling of Geosynthetics and
Rolled Erosion Control Products (RECPs) for Testing.
ASTM D4759-11(2018) : Practice for Determining the Spécification
Conformance of Geosynthetics.
ASTM D4873/D4873M-17 : Standard Guide for Identification, Storage, and
Handling of Geosynthetic Rolls and Samples.
ASTM D5261-10 : Test Method for Measuring Mass per Unit Area of
Geotextiles
ASTM D6241-14 : Test Method for Static Puncture Strength of Geotextiles and
Geotextile Related Products Using a 50-mm Probe

3) Istilah dan Definisi

a) Nilai Gulungan Rata-rata Minimum (Minimum Average Roll Value, MARV)

MARV adalah suatu alat kendali mutu pabrik untuk menerbitkan suatu nilai
sehingga para Pengguna Jasa akan mempunyai tingkat keyakinan 97,7 persen
bahwa suatu sifat tertentu akan sesuai dengan nilai yang diterbitkan. Untuk
data yang terdistribusi normal, MARV dihitung sebagai nilai rata-rata
dikurangi dua standar deviasi dari dokumentasi hasil uji kendali mutu untuk
suatu populasi dari satu metode uji spesifik yang berhubungan dengan satu
sifat spesifik bahan.

b) Nilai Minimum

Nilai benda uji terendah dari dokumentasi hasil uji kendali populasi dari satu
metode uji spesifik yang berhubungan spesifik bahan.

c) Nilai Maksimum

Nilai benda uji tertinggi dari dokumentasi hasil uji kendali populasi dari satu
metode uji spesifik yang berhubungan spesifik bahan.

d) Permitivitas (Permittivity)

Kecepatan aliran volumetrik air per satuan luas potongan melintang per
satuan tekanan pada kondisi aliran laminer, dalam arah normal (tegak lurus)
terhadap bidang geotekstil.

e) Ukuran Pori-pori Geotekstil (Apparent Opening Size, AOS)

3 - 52
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

Suatu sifat yang memberikan indikasi perkiraan partikel terbesar yang akan
secara efektif melewati geotekstil

f) Stabilitas Ultraviolet (Ultraviolet Stability)

Stabilitas ultraviolet adalah suatu ukuran penurunan kuat tarik (dalam


persentase) terhadap paparan sinar ultraviolet. Persentase penurunan kuat
tarik tersebut diperoleh dengan membandingkan kuat tarik lima contoh uji
setelah dipapar oleh sinar ultraviolet selama jangka waktu tertentu dalam
alat xenon-arc terhadap kuat tarik contoh uji yang tidak dipapar sinar
ultraviolet.

3.5.2 BAHAN

1) Persyaratan Fisik Geotekstil

a) Serat (fiber) yang digunakan untuk membuat geotekstil dan tali (thread) yang
digunakan untuk menyambung geotekstil dengan cara dijahit, harus terdiri
dari polimer sintetik rantai panjang yang terbentuk dari sekurang-kurangnya
95% berat poliolefin atau poliester. Serat dan tali harus dibentuk menjadi
suatu jejaring yang stabil sedemikian rupa sehingga filamen (serat menerus)
atau untaian serat (yarn) dapat mempertahankan stabilitas dimensinya relatif
terhadap yang lainnya, termasuk selvage (bagian tepi teranyam dari suatu
lembar geotekstil yang sejajar dengan arah memanjang geotekstil).

b) Geotekstil yang digunakan untuk drainase bawah permukaan, pemisah


(separator) dan stabilisasi harus memenuhi persyaratan fisik yang tertera
pada Tabel 3.5.2.1).

c) Seluruh nilai, kecuali Ukuran Pori-pori Geotekstil (Apparent Opening Size,


AOS), dalam spesifikasi ini menunjukkan Nilai Gulungan Rata-rata Minimum
(Minimum Average Roll Value, MARV) pada arah utama terlemah (yaitu
nilai ratarata hasil pengujian dari suatu rol dalam suatu lot yang diambil
untuk uji kesesuaian atau uji jaminan mutu harus memenuhi atau melebihi
nilai minimum yang tertera dalam spesifikasi ini). Nilai Ukuran Pori-pori
Geotekstil (AOS) menunjukkan nilai gulungan rata-rata maksimum.

2) Persyaratan Geotekstil

a) Umum

i) Tabel 3.5.2.1) memberikan sifat-sifat kekuatan untuk tiga kelas


geotekstil. Geotekstil harus sesuai dengan nilai yang tercantum pada
Tabel 3.5.2.1) berdasarkan kelas geotekstil yang tercantum pada

3 - 53
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

Tabel 3.5.2.2), Tabel 3.5.2.3), Tabel 3.5.2.4) atau Tabel 3.5.2.5) sesuai
dengan penggunaannya.

Tabel 3.5.2.1) Persyaratan Kekuatan Geotekstil

Kelas Geotekstil
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Elongasi Elongasi Elongasi Elongasi Elongasi
Sifat Metode Uji Satuan
< 50% (3) (3) < 50% (3) < 50% (3)
(3) Elongasi
(3)

RSNI M-01-2005
Kuat Grab (Grab
(ASTM D4632/ N 1400 900 1100 700 800 500
Strength)
D4632M-15a)
Kuat Sambungan RSNI M-01-2005
Keliman4) (Sewn (ASTM D4632/ N 1260 810 990 630 720 450
Seam Strength) D4632M-15a)
SNI 08-4644-
Kuat Sobek (Tear 1998
N 500 350 400(3) 250 300 180
Strength) (ASTM D4533/
D4533M-15)
Kuat Tusuk
ASTM D6241-14 N 2750 1925 2200 1375 1650 990
(Puncture Strength)
SNI 08-6511-
Permitivitas 2001
detik-1
(Permittivity) (ASTM D4491/
D4491M-17)

Nilai sifat minimum untuk Permitivitas, Ukuran Pori-pori Geosintetik


Ukuran Pori-pori SNI 08-4418- (Apparent Opening Size, AOS), dan Stabilitas Ultraviolet ditenti
Geotekstil(3, 4) 1997 berdasarkan aplikasi geosintetik. Lihat Tabel 3.5.2.(2) untuk drainase
mm bawah permukaan, Tabel 3.5.2.(3) dan Tabel 3.5.2.(4) untuk separator,
(Apparent Opening (ASTM D4751-
Size, AOS) 16) dan Tabel 3.5.2.(5) untuk stabilisator

Stabilitas ASTM D4355/


Ultraviolet D4355M- %
(kekuatan sisa) 14(2018)

Catatan :
1) Kelas geotekstil yang dibutuhkan mengacu pada Tabel 3.5.2.(2), Tabel 3.5.2.(3), Tabel 3.5.2.(4) atau Tabel 3.2.5.(5) sesuai
dengan penggunaannya. Kondisi pemasangan umumnya menentukan kelas geotekstil yang dibutuhkan. Kelas 1
dikhususkan untuk kondisi yang parah di mana pol teijadinya kerusakan geotekstil lebih tinggi, sedangkan Kelas 2 dan Kelas
3 adalah untuk kondisi yang tidak terlalu parah
2) Semua nilai syarat kekuatan menunjukkan Nilai Gulungan Rata-rata Minimum dalam arah utama terlemah.
3) Ditentukan berdasarkan ASTM D4632/D4632M-15a atau SNI 4417:2017
4) Nilai Gulungan Rata-rata Minimum kuat sobek yang dibutuhkan untuk geotekstil filamen tunggal teranyam (woven
monofilamen geotextile) adalah 250 N.

ii) Seluruh nilai pada Tabel 3.5.2.1) menunjukkan Nilai Gulungan


Rata-rata Minimum (Minimum Average Roll Value, MARV) pada
arah utama terlemah. Sifat-sifat geotekstil yang dibutuhkan untuk
setiap kelas bergantung pada elongasi geotekstil. Jika dibutuhkan
sambungan keliman (sewn seam), maka kuat sambungan yang

3 - 54
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

ditentukan berdasarkan SNI 4417:2017 harus sama atau lebih dari


90% kuat grab (grab strength) yang disyaratkan.

b) Geotekstil untuk Drainase Bawah Permukaan

i) Deskripsi: spesifikasi ini dapat digunakan untuk pemasangan


geotekstil pada tanah untuk mengalirkan air ke dalam sistem
drainase bawah permukaan dan menahan perpindahan tanah
setempat tanpa terjadinya penyumbatan dalam jangka panjang.
Fungsi utama geotekstil dalam sistem drainase bawah permukaan
adalah sebagai penyaring atau filter. Sifat-sifat geotekstil filter
merupakan fungsi dari gradasi, plastisitas dan kondisi hidrolis tanah
setempat.

ii) Geotekstil untuk drainase bawah permukaan harus memenuhi syarat


yang tercantum pada Tabel 3.5.2.2). Geotekstil potongan film
teranyam (woven slit film geotextiles) tidak boleh digunakan untuk
drainase bawah permukaan. Seluruh nilai pada Tabel 3.5.2.2), kecuali
Ukuran Pori-pori Geotekstil (Apparent Opening Size, AOS),
menunjukkan Nilai Gulungan Rata-rata Minimum pada arah utama
terlemah. Nilai Ukuran Pori-pori Geotekstil (Apparent Opening Size,
AOS) menunjukkan nilai gulungan rata-rata maksimum.

iii) Nilai-nilai dalam Tabel 3.5.2.2) merupakan nilai-nilai baku (default)


yang memberikan daya bertahan geotekstil pada berbagai kondisi.
Catatan (b) pada Tabel 3.5.2.2) memberikan suatu pengurangan
terhadap persyaratan sifat minimum ketika tersedia informasi
mengenai daya tahan geotekstil.

Tabel 3.5.2.2) Persyaratan Geotekstil untuk Drainase Bawah Permukaan

Persen Lolos Ayakan 0,075 mm (1) dari Tanah


Setempat
Sifat Metode Uji Satuan <15 15 - 50 >50
(2)
Kelas Geotekstil Kelas 2 dari Tabel 3.5.2.(1)

Permitvitas (3,4) SNI 08-6511-2001


(ASTM D4491/ detik-1 0,5 0,2 0,1
(Permittivity) D4491M-17)
0,43 0,25 0,22(5)
Ukuran Pori-pori Geotekstil(3,4)
SNI 08-4418-1997 (nilai gulungan (nilai gulungan (nilai gulungan
(Apparent Opening Size,
(ASTM D4751-16) mm rata-rata rata-rata rata-rata
AOS)
maksimum) maksimum) maksimum)
Stabilitas Ultraviolet ASTM D4355/
% 50% setelah terekpos 500 jam
(kekuatan sisa) D4355M-14(2018)
Catatan:
1. Berdasarkan analisis ukuran butir dari tanah setempat mengacu pada SNI 3423:2008 (AASHTO T88-13).
2. Kelas 2 merupakan pilihan baku (default) untuk drainase bawah permukaan.
3. Nilai sifat filtrasi baku (default) ini didasarkan pada ukuran butir terbesar tanah setempat.
4. Perencanaan geotekstil yang khusus untuk suatu lokasi harus dilakukan terutama jika satu atau lebih dari lingkungan tanah
problematik sebagai berikut ditemukan: tanah yang tidak stabil atau sangat erosif seperti lanau non-kohesif, tanah dengan

3 - 55
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

bergradasi senjang, tanah terlaminasi dengan lapisan pasir/lanau berselang-seling, lempung yang dapat larut, dan/atau
serbuk batuan.
5. Untuk tanah kohesif dengan nilai Indeks Plastisitas lebih dari 7, nilai gulungan rata-rata maksimum geotekstil untuk Ukuran
Poripori Geotekstil (Apparent Opening Size, AOS) adalah 0,30 mm.

c) Geotekstil Separator
1.

i) Deskripsi: spesifikasi ini sesuai untuk geotekstil yang berfungsi untuk


mencegah terjadinya pencampuran antara tanah dasar dengan
agregat penutupnya (lapis fondasi bawah, lapis fondasi, timbunan
pilihan dan sebagainya). Spesifikasi ini juga dapat digunakan untuk
kondisi selain di bawah perkerasan jalan di mana diperlukan
pemisahan antara dua bahan yang berbeda tetapi dengan ketentuan
bahwa penanganan rembesan air (seepage) melalui geotekstil bukan
merupakan fungsi yang utama.

ii) Fungsi geotekstil sebagai pemisah (separator) sesuai untuk struktur


perkerasan yang dibangun di atas tanah dengan nilai CBR sama atau
lebih
Aplikasi
separator sesuai untuk kondisi tanah dasar yang tak jenuh.

iii) Geotekstil untuk separator harus memenuhi syarat yang tercantum


pada Tabel 3.5.2.3). Seluruh nilai pada Tabel 3.5.2.3) kecuali Ukuran
Pori-pori Geotekstil (Apparent Opening Size, AOS) menunjukkan
Nilai Gulungan Rata-rata Minimum pada arah utama terlemah. Nilai
Ukuran Pori-pori Geotekstil menunjukkan Nilai Gulungan Rata-rata
Maksimum.

iv) Nilai-nilai dalam Tabel 3.5.3.3) merupakan nilai-nilai baku (default)


yang memberikan daya bertahan geotekstil pada berbagai kondisi.

Tabel 3.5.2.3) Persyaratan Geotekstil Separator

Sifat Metode Uji Satuan Persyaratan


Kelas Geotekstil Lihat Tabel 3.5.2.(4)
Permitivitas SNI 08-6511-2001 (ASTM
detik-1 0,02(1)
(Permittivity) D4491/ D4491M-17)
Ukuran Pori-pori Geotekstil SNI 08-4418-1997 (ASTM 0,60
(Apparent Opening Size, D4751-16) mm (nilai gulungan rata-rata
AOS) maks)
Stabilitas Ultraviolet ASTM D4355/ D4355M- 50% setelah terekpos 500
%
(kekuatan sisa) 14(2018) jam
Catatan:
1) Nilai baku (default) permitivitas g s )..

d) Geotekstil Stabilisator

3 - 56
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

i) Deskripsi: Spesifikasi ini dapat digunakan untuk aplikasi geotekstil


pada kondisi basah dan jenuh air yang berfungsi ganda yaitu sebagai
pemisah dan penyaring atau filter. Dalam beberapa kasus, geotekstil
dapat juga berfungsi sebagai perkuatan. Fungsi geotekstil untuk
stabilisasi sesuai untuk struktur perkerasan yang dibangun di atas
tanah dengan nilai California Bearing Ratio antara l dan 3 (l < CBR <
3) atau kuat geser antara 30 kPa dan 90 kPa.

Tabel 3.5.2.4) Persyaratan Derajat Daya Bertahan (Survivability)

Alat dengan Alat dengan Alat dengan


Tekanan Tekanan Tekanan
Permukaan Permukaan Permukaan
Rendah Sedang Tinggi
Kondisi Lapangan (Low Ground (Medium (High Ground
Pressure) Ground Pressure)
Pressure)
25 kPa - 50 kPa > 50 kPa
(3,6 psi) (3,6 psi-7,3 psi) (> 7,3 psi)
Tanah dasar telah dibersihkan dari halangan Rendah Sedang Tinggi (Kelas
kecuali rumput, kayu, daun, dan sisa ranting (Kelas 3) (Kelas 2) 1)
kayu. Permukaan halus dan rata sehingga
lubang/ gundukan tidak lebih tinggi
dalam/tinggi dari 450 mm. Lubang yang
lebih besar dari ukuran tersebut harus
ditutup.
Alternatif lain, lantai kerja dapat digunakan.
Tanah dasar telah dibersihkan dari halangan Sedang Tinggi Tinggi (Kelas
yang lebih besar dari cabang kayu dan batu (Kelas 2) (Kelas 1) 1+)
yang berukuran kecil sampai sedang.
Batang dan pangkal/ akar pohon harus
dipindahkan atau ditutup sebagian dengan
lantai keija. Lubang/gundukan tidak boleh
lebih dalamAinggi dari 450 mm. Lubang
yang lebih besar dari ukuran tersebut harus
ditutup.
Diperlukan persiapan lokasi secara minimal. Tinggi Sangat Tinggi Tidak
Pohon dapat ditumbangkan, dipotong- (Kelas l) (Kelas 1+) Direkomendasikan
potong dan ditinggalkan di tempat.
Pangkal/akar pohon harus dipotong dan
tidak boleh lebih dari 150 mm di atas tanah
dasar. Geotekstil dapat dipasang langsung
di atas cabang pohon, pangkal/akar pohon,
lubang besar dan tonjolan, saluran dan
bolder. Ranting, pangkal/akar, lubang besar
dan tonjolan, alur air dan bongkah batu.
Benda-benda harus dipindahkan hanya jika
penempatan geotekstil dan bahan penutup
akan berpengaruh terhadap permukaan
akhir jalan.

3 - 57
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

Catatan:
Syarat derajat daya bertahan (survivability) merupakan fungsi dari kondisi tanah dasar, peralatan konstruksi dan tebal
penghamparan. Sifat-sifat geotekstil Kelas 1, 2 and 3 ditunjukkan pada Tabel 3.5.2.(1); Kelas 1+ sifat-sifatnya lebih tinggi dari
Kelas 1, tetapi belum terdefinisikan sampai saat ini dan jika digunakan harus disyaratkan oleh Pengguna Jasa.

Rekomendasi tersebut adalah untuk tebal penghamparan awal antara 150 - 300 mm. Untuk tebal penghamparan awal lainnya:
- 300 - 450 mm: kurangi syarat daya bertahan sebesar satu tingkat
- 450 - 600 mm: kurangi syarat daya bertahan sebesar dua tingkat
- 600 mm: kurangi syarat daya bertahan sebesar tiga tingkat

Untuk teknik konstruksi khusus, seperti pembuatan alur awal (prerutting), tingkatkan syarat daya bertahan geotekstil sebesar
satu tingkat. Penghamparan awal bahan penutup yang terlalu tebal dapat menyebabkan keruntuhan daya dukung tanah dasar
yang lunak

ii) Aplikasi geotekstil untuk stabilisasi sesuai untuk tanah dasar yang
jenuh air akibat muka air tanah yang tinggi atau akibat musim hujan
dalam waktu lama. Spesifikasi ini tidak sesuai untuk perkuatan
timbunan di mana kondisi tegangan dapat mengakibatkan
keruntuhan menyeluruh

3 - 58
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

tanah dasar fondasi. Perkuatan timbunan merupakan masalah


perancangan yang khusus untuk suatu lokasi.

iii) Geotekstil untuk stabilisasi harus memenuhi syarat yang tercantum


pada Tabel 3.5.2.3). Seluruh nilai pada Tabel 3.5.2.3), kecuali Ukuran
Pori-pori Geotekstil (Apparent Opening Size, AOS), menunjukkan
Nilai Gulungan Rata-rata Minimum pada arah utama terlemah. Nilai
ukuran Pori-pori Geotekstil menunjukkan Nilai Gabungan Rata-rata
Maksimum.

iv) Nilai-nilai dalam Tabel 3.5.2.5) merupakan nilai-nilai baku (default)


yang memberikan daya bertahan geotekstil pada berbagai kondisi.
Catatan (1) pada Tabel 3.5.2.5) memberikan suatu pengurangan
terhadap persyaratan sifat minimum ketika tersedia informasi
mengenai daya bertahan geotekstil.
(1)

Tabel 3.5.2.5) Persyaratan Geotekstil untuk Stabilisasi

Sifat-sifat Metode Uji Satuan Persyaratan


Kelas Geotekstil Kelas 1 dari Tabel 3.5.2.(l) (1)
Permitivitas (Permittivity) SNI 08-6511-2001 detik-1 0,05(2)
(ASTM D4491/
D4491M-17)
Ukuran Pori-pori Geotekstil SNI 08-4418-1997 mm 0,43
(Apparent Opening Size, AOS) (ASTM D4751-16) (nilai gulungan rata-rata
maks)
Stabilitas Ultraviolet (kekuatan sisa) ASTM D4355/ % 50% setelah terekpos 500 jam
D4355M-14(2018)
Catatan :
1) Kelas 1 merupakan pilihan baku (default) geotekstil untuk stabilisasi.
2) Nilai baku (default g s ).

3.5.3 PELAKSANAAN

1) Umum

Setelah penggelaran geotekstil, geotekstil tidak boleh terekpos unsur-unsur atmosfir


lebih dari 14 hari untuk mengurangi potensi kerusakan.

2) Penyambungan

a) Jika sambungan keliman akan digunakan untuk menyambung geotekstil,


maka tali (thread) yang digunakan harus terbuat dari polipropilena atau
poliester dengan kekuatan tinggi. Tali dari nilon tidak boleh digunakan. Tali
harus mempunyai warna yang kontras terhadap geotekstil yang disambung.

b) Untuk sambungan yang dikelim di lapangan, Penyedia Jasa harus


menyediakan sekurang-kurangnya 2 m panjang sambungan

3 - 59
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

keliman untuk diuji oleh Pengawas Pekerjaan sebelum geotekstil dipasang.


Untuk sambungan yang dikelim di pabrik, Pengawas Pekerjaan harus
mengambil contoh uji dari sambungan pabrik secara acak dari setiap
1.
gulungan geotekstil yang akan digunakan di lapangan.
i) Untuk sambungan yang dikelim di lapangan, contoh uji dari
sambungan keliman yang diambil harus dikelim dengan
menggunakan alat dan prosedur yang sama seperti yang akan
digunakan dalam pelaksanaan penyambungan pada pekeijaan
sesungguhnya. Jika sambungan dikelim dalam arah mesin dan arah
melintang mesin, contoh uji sambungan dari kedua arah harus
diambil.

ii) Penyedia Jasa harus memberikan penjelasan mengenai tata cara


penyambungan bersama dengan contoh uji sambungan. Penjelasan
tersebut mencakup jenis sambungan, jenis jahitan, benang jahit dan
kerapatan jahitan.

3) Drainase Bawah Permukaan

a) Penggalian saluran harus dilakukan sesuai dengan rincian dalam rencana


proyek. Setiap penggalian harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah
terjadinya rongga besar pada sisi dan dasar saluran. Permukaan galian harus
rata dan bebas dari kotoran atau sisa galian.

b) Geotekstil untuk drainase harus digelarkan secara lepas tanpa kerutan atau
lipatan, dan tanpa adanya rongga antara geotekstil dan permukaan tanah.
Lembaranlembaran geotekstil yang berurutan harus ditumpang-tindihkan
(ioverlapped) minimum sepanjang 300 mm, dengan lembar bagian hulu
berada di atas lembar bagian hilir.

i) Untuk saluran dengan lebar lebih dari 300 mm, setelah agregat
drainase dihamparkan, geotekstil harus dilipat di bagian atas urugan
agregat sedemikian rupa sehingga menghasilkan tumpang tindih
minimum sebesar 300 mm. Untuk saluran dengan lebar kurang dari
300 mm tetapi lebih dari 100 mm, lebar tumpang tindih harus sama
dengan lebar saluran. Jika lebar saluran kurang dari 100 mm, maka
tumpang tindih geotekstil harus dijahit atau diikat. Seluruh
sambungan harus disetujui oleh Pengawas Pekerjaan.

ii) Jika teijadi kerusakan geotekstil saat penggelaran atau saat


penghamparan agregat drainase, maka suatu tambalan geotekstil
harus ditempatkan di atas area yang rusak. Luas tambalan harus lebih
besar daripada luas area geotekstil yang rusak, yaitu 300 mm dari
tepi luar area yang rusak atau sebesar persyaratan sambungan
tumpang tindih (pilih yang terbesar)

c) Penghamparan agregat drainase harus dilakukan segera setelah penggelaran


geotekstil. Geotekstil harus ditutup dengan agregat setebal minimum 300
mm sebelum dilakukan pemadatan. Jika dalam saluran akan dipasang pipa
berlubang kolektor, maka suatu lapisan dasar (bedding layer) dari agregat

3 - 60
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

drainase harus dipasang di bawah pipa, dengan sisa agregat lainnya


ditempatkan sesuai dengan kedalaman konstruksi minimum yang diperlukan.

d) Agregat drainase harus dipadatkan menggunakan alat getar hingga minimum


95% kepadatan standar, kecuali jika saluran diperlukan sebagai penyangga
struktural. Jika energi pemadatan yang lebih tinggi diperlukan, maka gunakan
geotekstil Kelas 1 pada Tabel 3.5.2.1) dalam spesifikasi ini

4) Separator dan Stabilisator

a) Lokasi pemasangan geotekstil harus diratakan dengan cara membersihkan,


memangkas dan menggali atau menimbun hingga mencapai elevasi rencana.
Termasuk dalam pekerjaan ini adalah mengupas tanah penutup permukaan
dan memangkas rerumputan.
b) Lokasi spot tanah lunak atau daerah dengan kondisi tanah buruk akan
teridentifikasi saat pekerjaan persiapan lahan atau saat pekeijaan
percobaaan pemadatan sesudahnya. Daerah tersebut harus digali dan diurug
dengan timbunan pilihan kemudian dipadatkan berdasarkan prosedur
normal.

c) Geotekstil harus digelarkan secara lepas tanpa kerutan atau lipatan pada
tanah dasar yang telah disiapkan searah dengan lalu lintas alat berat. Tepi
dari gulungangulungan geotekstil yang bersebelahan harus ditumpang-
tindihkan (overlap), dijahit atau digabungkan sesuai dengan Gambar.
Tumpang tindih harus dibuat pada arah yang sesuai dengan Gambar. Tabel
3.5.3.1) menunjukkan ketentuan tumpang tindih berdasarkan nilai CBR tanah
dasar.

Tabel 3.5.3.1) Ketentuan Tumpang Tindih (Overlap)

Nilai CBR Tanah Tumpang Tindih Minimum


>3 300 - 450 mm
1-3 0,6 1,0 m
0,5-1 1 m atau dijahit
Kurang dari 0,5 Dijahit
Semua ujung gulungan 1 m atau dijahit
b)

d) Pada bagian lengkungan jalan, geotekstil dapat dilipat atau dipotong untuk
menyesuaikan dengan bentuk lengkungan. Lipatan atau tumpang tindih
harus searah dengan lalu lintas alat berat dan ditahan dengan jepit, staples
atau gundukan tanah ataupun batu.

e) Sebelum penimbunan, geotekstil harus diperiksa untuk memastikan bahwa geotekstil tidak
mengalami kerusakan (misalnya berlubang, robek atau terkoyak) selama pemasangan.
Pemeriksaan harus dilakukan oleh Pengawas Pekerjaan. Geotekstil yang rusak harus segera
diperbaiki oleh Penyedia Jasa. Tutup daerah yang rusak dengan tambalan geotekstil. Lebar
tambalan harus melebihi daerah yang rusak minimal sama dengan syarat tumpang tindih.

f) Penghamparan lapis fondasi bawah di atas geotekstil harus dilakukan dengan


cara penumpahan ujung atau lend dumping dari tepi
3 - 61
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

geotekstil atau di atas agregat lapis fondasi bawah yang telah terhampar
sebelumnya. Alat berat tidak diperbolehkan melintas langsung di atas
geotekstil. Lapis fondasi bawah harus dihamparkan sedemikian rupa
sehingga sekurang-kurangnya suatu lapisan setebal syarat penghamparan
minimum berada antara geotekstil dan roda atau track alat sepanjang waktu.
Alat berat tidak diperbolehkan berbelok pada hamparan pertama di atas
geotekstil.

g) Setiap alur yang muncul selama konstruksi harus ditimbun dengan bahan
lapis fondasi bawah tambahan, dan dipadatkan sampai mencapai kepadatan
yang ditentukan.

h) Jika penghamparan bahan urugan mengakibatkan kerusakan pada geotekstil,


maka area yang rusak harus diperbaiki sesuai langkah-langkah yang telah
dijelaskan pada butir c). Selanjutnya, prosedur penimbunan harus diubah
untuk menghindari kemungkinan teijadinya kembali kerusakan (yaitu tambah
tebal hamparan awal, kurangi beban alat berat dan sebagainya).

3.5.4 PENGENDALIAN MUTU

1) Sertifikasi

a) Penyedia Jasa harus menyerahkan sertifikat pabrik kepada Pengawas


Pekerjaan yang mencantumkan nama pabrik pembuat, nama produk, nomor
jenis produk, komposisi kimiawi filamen atau untaian serat dan informasi
penting lainnya yang menggambarkan geotekstil secara menyeluruh.

b) Pihak Pabrik bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mempertahankan


keberlangsungan suatu program pengendalian mutu (misalnya ISO 9001)
untuk memastikan kesesuaian bahan terhadap persyaratan yang ditentukan
dalam spesifikasi. Dokumentasi yang menjelaskan tentang program
pengendalian mutu harus tersedia jika diminta.

c) Sertifikat dari Pabrik harus menyatakan bahwa geotekstil yang diberikan


memenuhi syarat Nilai Gulungan Rata-Rata Minimum dalam spesifikasi
setelah dievaluasi di bawah program pengendalian mutu. Suatu pihak yang
mempunyai kewenangan untuk mengikat Pabrik secara hukum harus
mengesahkan sertifikat mutu produk dan lingkungan.

d) Penamaan atau penandaan yang salah pada suatu bahan harus ditolak.

2) Pengambilan Contoh Pengujian dan Penerimaan

a) Geotekstil harus diambil contohnya dan diuji untuk memastikan


kesesuaiannya dengan spesifikasi ini. Pengambilan contoh uji harus mengacu
pada ASTM D4354-12 pada Bab dengan judul "Procedure for Sampling for
Purchaser's Specification Conformance Testing ' atau mengacu pada SNI 08-
4419-1997. Apabila Pengguna Jasa tidak melakukan pengujian, verifikasi
3 - 62
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

dapat didasarkan pada sertifikasi Pabrik yang merupakan hasil pengujian


yang dilakukan Pabrik terhadap benda uji untuk jaminan mutu yang
diperoleh dengan menggunakan prosedur Pengambilan Contoh untuk Uji
Jaminan Mutu Pabrik (Sampling for Manufacturer's Quality Assurane
Testing). Ukuran lot merupakan jumlah yang terkecil dari jumlah pengiriman
suatu produk tertentu, atau suatu muatan truk dari produk tertentu.

b) Pengujian harus dilakukan berdasarkan metode yang tercantum di dalam


spesifikasi ini. Jumlah benda uji untuk setiap contoh ditentukan dalam setiap
metode pengujian. Penerimaan produk geotekstil harus berdasarkan ASTM
D4759-11(2018). Penerimaan produk ditentukan dengan memban-dingkan
nilai rata-rata hasil pengujian dari seluruh benda uji dalam suatu contoh yang
ditentukan terhadap spesifikasi Nilai Gulungan Rata-rata Minimum. Prosedur
penerimaan geotekstil yang lebih rinci mengacu pada ASTM D4759-11(2018).

3) Pengiriman dan Penyimpanan

a) Penamaan, pengiriman dan penyimpanan geotekstil harus mengikuti ASTM


D4873/D4873M-17. Label produk harus dengan jelas memper-lihatkan nama
Pabrik atau Pemasok, nama jenis produk dan nomor gulungan. Setiap
dokumen pengiriman harus mencantumkan pernyataan bahwa bahan yang
dikirimkan telah sesuai dengan sertifikat Pabrik.

b) Setiap gulungan geotekstil harus dibungkus dengan suatu bahan yang dapat
melindungi geotekstil, termasuk ujung-ujung gulungan, dari kerusakan
selama pengiriman, air, sinar matahari dan kontaminasi. Bungkus pelindung
harus dipelihara selama periode pengiriman dan penyimpanan.

c) Selama penyimpanan, gulungan geotekstil harus diletakkan di atas


permukaan tanah dan ditutup secukupnya untuk melindungi dari hal berikut:
kerusakan akibat konstruksi, presipitasi, radiasi ultraviolet termasuk sinar
matahari, senyawa kimia bersifat asam atau basa kuat, api termasuk percikan
las, temperatur melebihi 71°C dan kondisi lingkungan lain yang dapat
merusak nilai sifat fisik geotekstil

3.5.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran Pekerjaan

a) Geotekstil harus diukur berdasarkan jumlah meter persegi yang dihitung dari
garis batas pembayaran pada Gambar atau dari garis batas pembayaran yang
ditentukan secara tertulis oleh Pengawas Pekerjaan. Pengukuran ini tidak
meliputi tumpang tindih sambungan.

b) Persiapan lereng, penggalian dan penimbunan kembali, lapisan dasar


(bedding), dan bahan penutup merupakan mata pembayaran terpisah.

2) Dasar Pembayaran

3 - 63
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

Kuantitas geotekstil yang diukur seperti diuraikan di atas harus dibayar untuk per satuan pengukuran
dari masing-masing harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk Mata
Pembayaran terdaftar di bawah, di mana harga tersebut harus sudah merupakan kompensasi penuh
untuk pengadaan, pemasokan, pemasangan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, seluruh biaya
lain yang perlu atau biaya untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang
diuraikan dalam Seksi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

3.5.(1) Geotekstil Filter untuk Drainase Bawah Meter Persegi


Permukaan
(Kelas 2)

3.5.(2a) Geotekstil Separator Kelas 1 Meter Persegi

3.5.(2b) Geotekstil Separator Kelas 2 Meter Persegi

3.5.(2c) Geotekstil Separator Kelas 3 Meter Persegi

3.5.(3) Geotekstil Stabilisator (Kelas 1) Meter Persegi

3 - 64
SPESIFIKASI UMUM 2018 (Revisi 2)

3 - 65
3 - 66

Anda mungkin juga menyukai