Makalah Prosedur Perawatan Luka Sederhana 1
Makalah Prosedur Perawatan Luka Sederhana 1
Makalah Prosedur Perawatan Luka Sederhana 1
Disusun Oleh:
Kelas A (Kelompok 2)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolongannya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Makalah Prosedur
Perawatan Luka Sederhana" Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami
dalam proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikan makalah tersebut dengan
baik.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
ibu Ns. Gamya Tri Utami, M.Kep. pada mata kuliah Keterampilan Dasar Keperawatan.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengalaman lalu wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Ns. Gamya Tri Utami, M.Kep. selaku dosen
bidang studi Keterampilan Dasar Keperawatan yang telah memberikan tugas ini dan tak lupa
kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
membagi sebagian ilmunya sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Luka merupakan masalah kesehatan yang cukup besar dewasa ini, banyaknya komplikasi
yang mungkin muncul pada pasien dengan luka dapat menyebabkan mortalitas dan
morbiditas tinggi. Dalam upaya untuk mengurangi beban luka, telah banyak upaya yang
dilakukan untuk memahami fisiologi penyembuhan luka dan perawatan luka.
a. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan pada mata kuliah Keterampilan Dasar
Keperawatan yang bertemakan Prinsip dan Prosedur perawatan luka sederhana
b. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui prinsip perawatan luka
- Untuk mengetahui prosedur perawatan luka
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan pengetahuan, informasi dan
wawasan baru kepada mahasiswa keperawatan maupun pembaca makalah ini tentang
Prinsip dan Prosedur perawatan luka agar dapat menunjang kesembuhan luka pasien dan
melakukan perawatan sesuai SOP.
4
BAB 2
PEMBAHASAN
Luka Bersih adalah luka tidak terinfeksi yang memiliki inflamasi minimal. Tidak sampai
mengenai saluran pernapasan, pencernaan, genital atau perkemihan. Perawatan Luka
Bersih adalah suatu tindakan untuk mempercepat proses penyembuhan luka bersih dan
mencegah supaya tidak terjadi infeksi pada luka. Sedangkan Luka Kotor atau Luka
Terinfeksi adalah luka yang didalamnya terdapat pertumbuhan mikroorganisme dan
kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan semakin tinggi.
Tujuan :
1. Debridement
Debridement adalah suatu proses usaha menghilangkan jaringan nekrotik atau jaringan
non vital dan jaringan yang sangat terkontaminasi dari bed luka dengan
mempertahankan secara maksimal struktur anatomi yang penting seperti syaraf,
pembuluh darah, tendon dan tulang. Jika jaringan nekrotik tidak dihilangkan akan
berakibat tidak hanya menghalangi penyembuhan luka tetapi juga dapat terjadi
kehilangan protein, osteomielitis, infeksi sistemik dan kemungkinan terjadi sepsis,
amputasi tungkai atau kematian. Setelah debridement akan terjadi perbaikan sirkulasi
5
dan suplai oksigen yang adekuat ke luka. Debridement dilakukan pada luka akut
maupun pada luka kronis.
Metode Debridement:
1. Dapat mengurangi dehidrasi dan kematian sel karena sel-sel neutropil dan makrofag
tetap hidup dalam kondisi lembab, serta terjadi peningkatan angiogenesis pada
balutan berbahan oklusive (Merdekawati & Rasyidah, 2017).
6
2. Meningkatkan debridement autolisis dan mengurangi nyeri. Pada lingkungan
lembab enzim proteolitik dibawa ke dasar luka dan melindungi ujung saraf sehingga
dapat mengurangi/menghilangkan rasa nyeri saat debridemen (Fatmadona &
Oktarina, 2016).
3. Meningkatkan re-epitelisasi pada luka yang lebar dan dalam. Proses epitelisasi
membutuhkan suplai darah dan nutrisi. Pada krusta yang kering dapat
menekan/menghalangi suplai darah dan memberikan barier pada epitelisasi
(Fatmadona & Oktarina, 2016). Dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan prinsip
Moist Wound Care cenderung menjadi pilihan perawatan luka Sectio Caesarea
karena dapat mengurangi resiko infeksi, mempercepat proses penyembuhan luka dan
mengurangi nyeri ketika rawat luka ketika debridement sehingga memberikan suatu
kenyaman bagi pasien post operasi Sectio Caesarea (Arisanty, 2014).
"Mencegah cedera lebih lanjut" atau "prevent further injury" dalam konteks luka artinya
mengambil tindakan untuk mencegah kondisi luka semakin parah atau terinfeksi. Langkah-
langkah ini dapat meliputi menghentikan aktivitas yang memperparah luka, menghindari
gesekan atau tekanan pada luka, menjaga kebersihan dan kekeringan pada area sekitar luka,
dan mengikuti instruksi dari dokter atau tenaga medis. Tujuan dari pencegahan cedera lebih
lanjut adalah untuk mempromosikan penyembuhan yang lebih cepat dan mencegah
komplikasi yang dapat mengganggu proses penyembuhan. Imobilisasi lama juga dapat
menyebabkan kerusakan jaringan misalnya terbentuk ulkus dekubitus, dan infeksi sekunder.
4. Nutritional Therapy
Terapi nutrisi pada luka adalah suatu tindakan pemberian nutrisi yang terencana dan terukur
untuk membantu proses penyembuhan luka. Tujuannya adalah untuk memberikan dukungan
nutrisi yang cukup agar tubuh dapat memperbaiki jaringan yang rusak dan merangsang
pertumbuhan sel-sel baru yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka.
Terapi nutrisi pada luka dapat meliputi pemberian suplemen nutrisi, perubahan diet, atau
kombinasi dari keduanya. Suplemen nutrisi seperti protein, vitamin, mineral, dan asam
lemak omega-3 dapat membantu meningkatkan kecepatan penyembuhan luka dan
mencegah terjadinya komplikasi. Sedangkan perubahan diet yang disesuaikan dengan
7
kondisi tubuh dan jenis luka dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi dan mendukung
proses penyembuhan.
"Menangani penyakit yang mendasari pada luka", maka artinya adalah bahwa ketika
seseorang mengalami luka atau cedera, penting untuk mengobati penyakit atau kondisi
medis yang mendasari yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka tersebut.
Misalnya, seseorang dengan diabetes dapat mengalami kesulitan dalam penyembuhan luka
karena tingkat gula darah yang tinggi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengaturan gula
darah yang baik agar luka tersebut dapat sembuh dengan baik. Ada juga kondisi medis lain
yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka, seperti tekanan darah tinggi, kekurangan
nutrisi, dan infeksi. Oleh karena itu, penting untuk mengobati kondisi medis yang mendasari
tersebut agar luka dapat sembuh dengan baik.
“Time heals all wounds” adalah sesungguhnya penyembuhan luka dilakukan oleh tubuh
penderita itu sendiri, yang dapat dilakukan yaitu, memberikan suasana & kondisi yang ideal
agar luka dapat sembuh tanpa adanya hambatan atau gangguan. Jika seluruh faktor yang
menghambat penyembuhan luka dapat diatasi (mulai dari faktor sistemik sampai keadaan
status lokalis luka itu sendiri), maka tidak ada alasan luka tidak dapat sembuh.
8
2.2 Prosedur Perawatan Luka
A. Tujuan Pencucian
Menurut Carville K (1998), Bellingeri et al., 2016), Klasinc et al., 2017, (Bongiovanni,
2014), Cheng, et al 2016, Creppy, 2014.
a. Normal Saline
b. Chlorhexidine Gluconate
c. Centrimide (Savlon)
d. Tap water
e. Larutan ringer lactat
f. Hypochlorous acid
g. Polyhexamethylene biguanide (PHMB)
h. Natrium hipoklorit (NaClO)
i. Electrolyzed strong water acid ( ESWA)
j. Hydrogen Peroxide
k. Povidone Iodine
l. Trisdine
m. Varidase Topical
n. Elase
o. Cadexomer Iodine Ointment
Teknik swabbing (usap) dan scrubbing (gosok) sering dilakukan pada luka akut atau kronis.
Teknik swabbing dan scrubbing memungkinkan untuk melepaskan kotoran yang menempel
9
pada luka dengan mudah. Namun teknik ini tidak dianjurkan pada luka yang granulasi
karena dapat merusak proses proliferasi jaringan.
b. Penyiraman
Teknik penyiraman (showering) adalah teknik pencucian yang paling sering digunakan.
Tekanan yang tepat pada penyiraman, dapat mengangkat bakteri yang terdapat pada luka,
dapat mengurangi kejadian trauma, dan dapat juga mencegah terjadinya infeksi silang.
Sedangkan teknik irigasi dilakukan pada luka yang memiliki rongga atau luka yang terdapat
pada rongga tubuh misalnya, mulut, hidung, servik dan lain-lain.
c. Teknik perendaman
Dilakukan pada luka dengan balutan yang melekat. Teknik ini dapat mengurangi nyeri saat
pelepasan balutan. Teknik ini juga dilakukan pada daerah-daerah yang sukar dijangkau
dengan pinset
B. Pengkajian Luka
Model dan seni perawatan luka sesungguhnya telah lama di kembangkan yaitu sejak jaman
pra sejarah dengan pemanfaatan bahan alami yang diturunkan dari generasi ke generasi
berikutnya, yang akhirnya perkembangan perawatan luka menjadi modern seiring
ditemukannya ribuan balutan untuk luka. Menurut Carville (1998) tidak ada satu jenis
balutan yang cocok atau sesuai untuk setiap jenis luka. Pernyataan ini menjadikan kita harus
dapat memilih balutan yang tepat untuk mendukung proses penyembuhan luka. Pemilihan
balutan luka yang baik dan benar selalu berdasarkan pengkajian luka. Sehingga pengkajian
luka hendaknya dilakukan secara komprehensif dan sistematis.
Tujuan Pengkajian
10
Pengkajian luka harusnya dilakukan secara holistic yang bermakna bahwa pengkajian luka
bukan hanya menentukan mengapa luka itu ada namun juga menemukan berbagai faktor
yang dapat menghambat penyembuhan luka. (Carvile K 1998). Faktor –faktor penghambat
penyembuhan luka didapat dari pengkajian riwayat penyakit klien. Faktor yang perlu
diidentifikasi antara lain :
a. Faktor Umum
● Usia
● Penyakit Penyerta
● Vaskularisasi
● Status Nutrisi
● Obesitas
● Gangguan Sensasi atau mobilisasi
● Status Psikologis
● Terapi Radiasi
● Obat-obatan
b. Faktor Lokal
● Kelembaban luka
● Penatalaksanaan manajemen luka
● Suhu Luka
● Tekanan, Gesekan dan Pergeseran
● Benda Asing
● Infeksi Luka
Sedangkan pada penatalaksanaan perawatan luka perawat harus mengevaluasi setiap pasien
dan lukanya melalui pengkajian terhadap :
11
● Penyakit akut dan kronis, kegagalan multi sistem: penyakit jantung, penyakit
vaskuler perifer, anemia berat, diabetes, gagal ginjal, sepsis, dehidrasi, gangguan
pernafasan yang membahayakan, malnutrisi atau cachexia
● Faktor-faktor lingkungan seperti distribusi tekanan, gesekan dan shear pada jaringan
yang dapat menciptakan lingkungan yang meningkatkan kelangsungan hidup
jaringan dan mempercepat penyembuhan luka
1. Type/jenis luka
a. Luka akut yaitu berbagai jenis luka bedah yang sembuh melalui intensi primer atau
luka traumatik atau luka bedah yang sembuh melalui intensi sekunder dan melalui
proses perbaikan yang tepat pada waktu dan mencapai hasil pemulihan integritas
anatomis sesuai dengan proses penyembuhan secara fisiologis.
b. Luka kronik, adalah terjadi bila proses perbaikan jaringan tidak sesuai dengan waktu
yang telah diperkirakan dan penyembuhannya mengalami komplikasi, terhambat
baik oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik yang berpengaruh kuat pada individu,
luka atau lingkungan. Atau dapat dikatakan bahwa luka kronis merupakan kegagalan
penyembuhan pada luka akut.
2. Type Penyembuhan
a. Primary Intention, Jika terdapat kehilangan jaringan minimal dan kedua tepi luka
dirapatkan baik dengan suture (jahitan), clips atau tape (plester). Tipe penyembuhan
ini umumnya, jaringan parut yang dihasilkan minimal.
b. Delayed Primary Intention, Jika luka terinfeksi atau mengandung benda asing dan
membutuhkan pembersihan intensif, selanjutnya ditutup secara primer pada 3-5 hari
kemudian.
c. Secondary Intention, penyembuhan luka terlambat dan terjadi melalui proses
granulasi, kontraksi dan epithelization. Jaringan parut cukup luas.
d. Skin Graft, Skin graft tipis dan tebal digunakan untuk mempercepat proses
penyembuhan dan mengurangi resiko infeksi.
e. Flap, Pembedahan relokasi kulit dan jaringan subkutan pada luka yang berasal dari
jaringan terdekat.
12
3. Kehilangan jaringan
a. Stage I: Lapisan epidermis utuh, namun terdapat eritema atau perubahan warna.
b. Stage II : Kehilangan kulit superfisial dengan kerusakan lapisan epidermis dan dermis.
Eritema di jaringan sekitar yang nyeri, panas dan edema. Exudte sedikit sampai sedang
mungkin ada.
c. Stage III : Kehilangan sampai dengan jaringan subkutan, dengan terbentuknya rongga
(cavity), terdapat exudat sedang sampai banyak.
4. Penampilan klinis
Tampilan klinis luka dapat dibagi berdasarkan warna dasar luka antara lain :
a. Hitam atau Nekrotik yaitu eschar yang mengeras dan nekrotik, mungkin kering atau
lembab.
b. Kuning atau Sloughy yaitu jaringan mati yang fibrous, kuning dan slough.
c. Merah atau Granulasi yaitu jaringan granulasi sehat.
d. Pink atau Epithellating yaitu terjadi epitelisasi.
e. Kehijauan atau terinfeksi yaitu terdapat tanda-tanda klinis infeksi seperti nyeri,
panas, bengkak, kemerahan dan peningkatan exudate.
13
5. Lokasi
Lokasi atau posisi luka, dihubungkan dengan posisi anatomis tubuh dan mudah dikenali
didokumentasikan sebagai referensi utama. Lokasi luka mempengaruhi waktu
penyembuhan luka dan jenis perawatan yang diberikan. Lokasi luka di area persendian
cenderung bergerak dan tergesek, mungkin lebih lambat sembuh karena regenerasi dan
migrasi sel terkena trauma (siku, lutut, kaki). Area yang rentan oleh tekanan atau gaya
lipatan (shear force ) akan lambat sembuh (pinggul, bokong), sedangkan penyembuhan
meningkat diarea dengan vaskularisasi baik (wajah).
6. Ukuran Luka
Dimensi ukuran meliputi ukuran panjang, lebar, kedalaman atau diameter ( lingkaran ).
Pengkajian dan evaluasi kecepatan penyembuhan luka dan modalitas terapi adalah
komponen penting dari perawatan luka. Semua luka memerlukan pengkajian 2 dimensi pada
luka terbuka dan pengkajian 3 dimensi pada luka berongga atau berterowongan
Pengukuran superfisial dapat dilakukan dengan alat seperti penggaris untuk mengukur
panjang dan lebar luka. Jiplakan lingkaran (tracing of circumference) luka
direkomendasikan dalam bentuk plastik transparan atau asetat sheet dan memakai spidol.
Pengkajian kedalaman berbagai sinus tract internal memerlukan pendekatan tiga dimensi.
Metode paling mudah adalah menggunakan instrumen berupa aplikator kapas lembab steril
atau kateter/baby feeding tube. Pegang aplikator dengan ibu jari dan telunjuk pada titik yang
berhubungan dengan batas tepi luka. Hati-hati saat menarik aplikator sambil
mempertahankan posisi ibu jari dan telunjuk yang memegangnya. Ukur dari ujung aplikator
pada posisi sejajar dengan penggaris centimeter (cm). Melihat luka ibarat berhadapan
dengan jam. Bagian atas luka (jam 12) adalah titik ke arah kepala pasien, sedangkan bagian
14
bawah luka (jam 6) adalah titik ke arah kaki pasien. Panjang dapat diukur dari ” jam 12 –
jam 6 ”. Lebar dapat diukur dari sisi ke sisi atau dari ” jam 3 – jam 9 ”.
7. Eksudasi
Hal yang perlu dicatat tentang exudate adalah jenis, jumlah, warna, konsistensi dan bau.
a. Jenis Exudate
● Serous – cairan berwarna jernih.
● Hemoserous – cairan serous yang berwarna merah terang.
● Sanguenous - cairan berwarna darah kental/pekat.
● Purulent – kental mengandung nanah.
b. Jumlah, Kehilangan jumlah exudate luka berlebihan, seperti tampak pada luka bakar
atau fistula dapat mengganggu keseimbangan cairan dan mengakibatkan gangguan
elektrolit. Kulit sekitar luka juga cenderung maserasi jika tidak menggunkan balutan
atau alat pengelolaan luka yang tepat.
15
c. Warna,Ini berhubungan dengan jenis exudate namun juga menjadi indikator klinik
yang baik dari jenis bakteri yang ada pada luka terinfeksi (contoh, pseudomonas
aeruginosa yang berwarna hijau/kebiruan).
d. Konsistensi, Ini berhubungan dengan jenis exudate, sangat bermakna pada luka
yang edema dan fistula.
e. Bau, Ini berhubungan dengan infeksi luka dan kontaminasi luka oleh cairan tubuh
seperti feses terlihat pada fistula. Bau mungkin juga berhubungan dengan proses
autolisis jaringan nekrotik pada balutan oklusif (hidrocolloid).
Inspeksi dan palpasi kulit sekitar luka akan menentukan apakah ada selulitis, edema, benda
asing, ekzema, dermatitis kontak atau maserasi. Vaskularisasi jaringan sekitar dikaji dan
batas-batasnya dicatat. Catat warna, kehangatan dan waktu pengisian kapiler jika luka
mendapatkan penekanan atau kompresi. Nadi dipalpasi terutama saat mengkaji luka di
tungkai bawah. Penting untuk memeriksa tepi luka terhadap ada tidaknya epithelisasi
dan/atau kontraksi.
9. Nyeri
Penyebab nyeri pada luka, baik umum maupun lokal harus dipastikan. Apakah nyeri
berhubungan dengan penyakit, pembedahan, trauma, infeksi atau benda asing. Atau apakah
nyeri berkaitan dengan praktek perawatan luka atau prodak yang dipakai. Nyeri harus diteliti
dan dikelola secara tepat.
Infeksi klinis dapat didefinisikan sebagai ”pertumbuhan organisme dalam luka yang
berkaitan dengan reaksi jaringan”. (Westaby 1985). Reaksi jaringan tergantung pada daya
tahan tubuh host terhadap invasi mikroorganisme. Derajat daya tahan tergantung pada
faktor-faktor seperti status kesehatan umum, status nutrisi, pengobatan dan derajat
kerusakan jaringan. Infeksi mempengaruhi penyembuhan luka dan mungkin menyebabkan
dehiscence, eviserasi, perdarahan dan infeksi sistemik yang mengancam kehidupan. Secara
16
reguler klien diobservasi terhadap adanya tanda dan gejala klinis infeksi sistemik atau
infeksi luka. Berdasarkan kondisi infeksi, luka diklasifikasikan atas:
a. Bersih. Tidak ada tanda-tanda infeksi. Luka dibuat dalam kondisi pembedahan yang
aseptik, tidak termasuk pembedahan pada sistem perkemihan, pernafasan atau
pencernaan.
b. Bersih terkontaminasi. Luka pembedahan pada sistem perkemihan, pernafasan atau
pencernaan. Luka terkontaminasi oleh flora normal jaringan yang bersangkutan
namun tidak ada reaksi host.
c. Kontaminasi. Kontaminasi oleh bakteri diikuti reaksi host namun tidak terbentuk
pus/nanah.
d. Infeksi. Terdapat tanda-tanda klinis infeksi dengan peningkatan kadar leukosit atau
makrophage.
Efek psikososial dapat berkembang luas dari pengalaman perlukaan dan hadirnya luka.
Kebijaksanaan dan pertimbangan harus digunakan dalam pengkajian terhadap masalah
potensial atau aktual yang berpengaruh kuat terhadap pasien dan perawatnya dalam
kaitannya terhadap:
Luka kronis di abdomen dengan ukuran 26 x 23 cm, dengan goa pkl 01–05 + 4 cm, warna
dasar luka nekrotik (hitam) 40 %, Slough (kuning) 60 %, exudate sedang purulent ... cc, bau
(+), kulit sekitar luka kering, nyeri dg skala...., terkontaminasi kuman..... (setelah kultur)
17
C. Pemilihan Balutan
Luka menyebabkan desintegrasi dan discontuinitas dari jaringan kulit. Sebagai akibatnya
fungsi kulit dalam memproteksi jaringan yang ada di bawahnya menjadi terganggu. Kulit
sama seperti baju yakni memberikan perlindungan bagi jairngan yang ada di bawahnya dari
paparan secara fisik, mekanik, biologis maupun kimiawi dari lingkungan eksternal.
Oleh karena itu tujuan utama dari balutan luka (wound dresssing) adalah menciptakan
lingkungan yang kondusif dalam mendukung proses penyembuhan luka. Seperti baju yang
memiliki ukuran, corak, dan warna, balutan luka (wound dressing) bersifat individual
bergantung pada karakteristik dari luka itu sendiri.
Di negara-negara yang sudah maju mereka tidak lagi menggunakan dressing seperti rivanol,
larutan iodine povidine 10 % yang diencerkan dan lain sebagainya. Mereka sudah
menggunakan advanced dressing yang mempunyai fungsi mempertahankan kelembaban
pada luka sehingga memicu perbaikan jaringan.
18
c. Untuk melindungi luka dan kulit sekitarnya.
h. Menampung eksudat.
a. Hidrofobik.
Terbuat dari katun yang mengandung bahan aktif dialcylcarbamoil chloride (DACC) yang
bersifat hidrofobik kuat. Sifat ini sama dengan karakteristik bakteri sehingga diharapkan
dapat terjadi ikatan secara fisika dan dengan pergantian dressing, bakteri yang ada di
permukaan luka juga terangkat.
Kelebihan:
Kekurangan:
19
● Biasanya membutuhkan secondary dressing.
Contoh Produk:
Pembalut luka ini terbuat dari kapas, kasa, atau kombinasi keduanya. Kasa sudah lama
dikenal oleh semua tenaga kesehatan sebagai balutan sejak lama. ekonomis membuat kasa
menjadi primadona, namun akhir-akhir ini ratingnya mulai menurun tergantikan oleh
modern dressing.
Kelebihan:
Contoh Produk:
● Kapas.
● Kasa/gauze.
Dilapisi dengan bahan perekat, tipis, transparan, mengandung polyurethane film. Permeabel
terhadap gas, tapi impermeabel terhadap cairan dan bakteri, mendukung kelembaban
termasuk pada ‘nerve endings’ sehingga mengurangi nyeri, dan yang paling penting adalah
memudahkan inspeksi pada luka.
Kelebihan:
20
● Permeabel terhadap gas.
● Impermeabel terhadap cairan dan bakteri.
● Mengurangi nyeri sebab ujung saraf dipertahankan tetap lembab.
● Memudahkan inspeksi luka.
Kekurangan:
Contoh Produk:
d. Foam Dressing.
Mengandung Polyurethane foam, tersedia dalam kemasan sheets (lembaran) atau ‘cavity
filling’. Dressing ini sangat cocok digunakan pada luka dengan ‘severe’ hingga ‘high
eksudat’.
Kelebihan:
Kekurangan:
Contoh Produk:
e. Hydrocolloids.
21
Balutan ini mengandung partikel hydroactive (hydrophilic) yang terikat dalam polymer
hydrophobic. Partikel hydrophilic-nya mengabsorbsi kelebihan kelembaban pada luka dan
menkonversikannya ke dalam bentuk gel. Hydrogel dapat bertahan 5-7 hari bergantung
karakter eksudat.
Kelebihan:
Kekurangan:
Contoh Produk:
● DuoDERM (ConvaTec).
● Aquacell Hydrofiber (ConvaTec).
● Comfeel (Coloplst).
f. Hydrogels.
Salah satu contoh colloid yang berbahan dasar gliserin atau air mengembang dalam air
(exudat luka). Mirip dengan hydrocolloid tapi dalam bentuk gel.
Kelebihan:
Kekurangan:
● Amphorous gel tidak boleh digunakan pada sinus yang belum jelas dasarnya.
22
● Biasanya membutuhkan balutan sekunder. Dapat terjadi maserasi disekitar kulit
luka.
Contoh Produk:
g. Calcium Alginate.
Kelebihan:
Kekurangan:
Contoh Produk:
● Kaltostat (ConvaTEC).
● Algisite (Smith & Nephew).
● Comfeel Seasorb (Coloplast).
h. Silver Dressing
Silver dressing cocok digunakan untuk luka kronis yang tak kunjung sembuh. Memiliki
kemampuan dalam mengendalikan kolonisasi bakteri pada permukaan luka sehingga
mempercepat reephitelisasi hingga 40 % dibanding penggunaan cairan antibiotik.
23
Kelebihan:
Kekurangan:
Contoh Produk:
Kasus:
Tn.B mengalami bengkak dan bernanah pada plantar pedis dekstra. Keluhan dirasakan sejak
2 hari yang lalu .Awalnya saat Tn.B bermain bola kaki, telapak kakinya tertusuk batu kerikil
kecil. Karena lukanya kecil dan hanya nyeri sedikit, Tn.B hanya membersihkan lukanya
dengan betadine saja. Sehari kemudian lukanya semakin nyeri, terdapat kemerahan dan
bengkak disekitar luka disekitar luka serta panas saat dipegang. Dua hari kemudian luka
tersebut menjadi bernanah (terdapat pus) dan Tn.B merasa badannya demam. Pada saat
dikaji perawat luka luka mulai kehitaman, terdapat cairan serosa, dan luka semakin dalam.
Perawat kemudian melakukan perawatan luka pada Tn.B.
Pembahasan:
Luka tn. B di bagian plantat pedis dekstra merupakan jenis luka tusuk akut disebabkan oleh
tertusuk batu kerikil kecil dan tidak langsung dibersihkan tetapi malah langsung dikasih
Betadine maka dari itu luka makin dalam. prinsip perawatan luka yang harus diberikan
perawat konsep steril, mencuci tangan 6 benar, menggunakan handscoon, pinset steril, dan
kasa+cairan steril. nanah yang di luka harus dikeluarkan karena pada area luka tidak
membentuk abses yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri akan tetapi pengeluaran
nanah yang terlalu dipaksa dapat menyebabkan luka bertambah parah dan dalam.
24
Prinsip Perawatan luka:
25
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau pembedahan
(Agustina, 2009: 83). Luka Bersih adalah luka tidak terinfeksi yang memiliki inflamasi
minimal. Perawatan Luka Bersih adalah suatu tindakan untuk mempercepat proses
penyembuhan luka bersih dan mencegah supaya tidak terjadi infeksi pada luka. Sedangkan
Luka Kotor atau Luka Terinfeksi adalah luka yang didalamnya terdapat pertumbuhan
mikroorganisme dan kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan semakin
tinggi.
Prinsip perawatan semua jenis luka sebenarnya sama. Luka harus dibersihkan terlebih dulu
dari kotoran atau benda asing yang menempel dan dipastikan steril dari kuman penyebab
infeksi. Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk merawat luka
agar dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit membran mukosa jaringan lain
yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka operasi yang dapat merusak permukaan
kulit. Serangkaian kegiatan tersebut meliputi pembersihan luka, memasang balutan,
mengganti balutan, pengisian (packing) luka, memfiksasi balutan, tindakan pemberian rasa
nyaman yang meliputi membersihkan kulit dan daerah drainase, irigasi, pembuangan
drainase, pemasangan perban.
3.2 Saran
Kita sebagai calon perawat pada nantinya seharusnya menerapkan semua prinsip dalam
perawatan luka dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka
sehingga tercapainya derajat kesehatan luka pasien yaitu, sembuh.
26
DAFTAR PUSTAKA
Taurina, Hilda dkk. 2022. Perawatan Luka Modern Pada Luka Kronis. Bandung: Penerbit
Media Sains Indonesia.
27