Makalah: Klasifikasi Obat

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Klasifikasi Obat
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Farmakologi
Dosen : Faida Annisa, S. Kep., Ns., MNS
Dini Prastyo Wijayanti, S. Kep., Ns., M. Kep.

Disusun Oleh :

1. Ananda Sofi Nur H (2201003)


2. Sindy Nabila Martha (2201004)
3. Sherly Diana Putri (2201005)
4. Lia Nur Abhidah (2201007)
5. Ayu Ristiani (2201008)
6. Adis Abilia (2201009)
7. Afif Apriyanto (2201012)
8. Dea Cahya Yudistira (2201015)

D3 KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KERTA CENDEKIA
2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah farmakologi ini tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan ibu Faida Annisa, S. Kep., Ns., MNS dan. Dini Prastyo Wijayanti,
S. Kep., Ns., M. Kep dalam mata kuliah Farmakologi. Makalah farmakologi ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai
pihak. Akhir kata, kami berharap semoga makalah farmakologi ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Sidoarjo, 25 maret 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Obat adalah zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup. Farmakologi adalah ilmu
yang sangat luas cakupannya, karena itu bidang kesehatan manusia hanya membatasi ilmu
farmakologi klinik yang hanya mempelajari efek obat terhadap manusia dan farmakologi
eksperimental yang hanya mempelajari efek obat terhadap binatang.
Antibiotik merupakan obat yang berfungsi untuk mencegah dan mengobati infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. Sebagai salah satu jenis obat umum, antibiotik banyak beredar di
masyarakat. Hanya saja, penggunaan antibiotik yang tidak tepat menimbulkan beragam
masalah. Hal ini merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama dalam hal resistensi
antibiotik. Resistensi antibiotik terjadi karena penggunaan yang meluas dan tidak rasional,
beberapa faktor yang mendukung terjadinya resistensi adalah penggunaannya yang terlalu
singkat, dosis yang terlalu rendah, diagnosis awal yang salah, indikasi yang kurang tepat,
misalnya infeksi virus, dan penggunaan antibiotik tanpa resep
Obat Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi umum dan anestesi lokal
Anestesi umum adalah hilang rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Anestesi umum ini
digunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan pingsan, merintangi
rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi refleks terhadap manipulasi pembedahan
serta menimbulkan pelemasan otot (relaksasi). Anestesi umum yang kini tersedia tidak dapat
memenuhi tujuan ini secara keseluruhan, maka pada anestesi untuk pembedahan umumnya
digunakan kombinasi hipnotika, analgetika, dan relaksansia otot. Sedangkan anestesi lokal
adalah obat yang digunakan untuk mencegah rasa nyeri dengan memblok konduksi sepanjang
serabut saraf secara reversibel. Anestesi lokal umumnya digunakan dalam prosedur minor
pada tempat bedah sehari. Untuk menghilangkan rasa nyeri pasca-operasi maka dokter dapat
memberi anestesi lokal pada area pembedahan
Obat antipiretik dan analgesik merupakan obat yang sudah di kenal luas seperti obat
asetaminofen. Bayak dijual sebagai kemasan tunggal maupun kemasan kombinasi dengan
bahan obat lain. Obat ini tergolong sebagai obat bebas sehingga mudah ditemukan di apotik
toko obat maupun warung pinggr jalan. Karena mudahnya resiko untuk mengamankan obat ini
semakin besar. Di Amerika Serikat dilaporkan lebih dari 100.000 kasus per tahun yang
menghubungi pusat informasi keracunan, 56.000 kasus datang ke unit gawat darurat, 26.000
kasus memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. Pada umumnya (sekitar 90%) analgesik
mempunyai efek antipiretik. Bagi para pengguna mungkin memerlukan bantuan dalam
mengkonsumsi obat yang sesuai dengan dosisi-dosis obat. Penggunaan Obat Analgetik
Narkotik atau Obat Analgesik ini mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa
berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat
kesadaran. Obat Analgetik atau Analgesik ini tidak menimbulkan efek ketagihan pada
penggunanya.

3
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Antibiotik, antipiretik, analgesic, anestesi?
2. Apa saja golongan obat dari Antibiotik, antipiretik, analgesic, anestesi?
3. Bagaimana mekanisme kerja obat Antibiotik, antipiretik, analgesic, anestesi?
4. Bagaimana efek Farmakodinamika dari obat Antibiotik, antipiretik, analgesic, anestesi?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari Antibiotik, antipiretik, analgesic, anestesi
2. Untuk mengetahui golongan obat dari Antibiotik, antipiretik, analgesic, anestesi
3. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat Antibiotik, antipiretik, analgesic, anestesi
4. Untuk mengetahui efek farmakodinamika dari obat Antibiotik, antipiretik, analgesic,
anestesi

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Antibiotik
2.1.1 Pengertian Antibiotik
Antibiotik adalah zat kimiawi, yang dihasilkan oleh mikroorganisme secara
semisintesis, yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme lain terutama bakteri karena memiliki sifat toksik. Sifat
toksik senyawa-senyawa yang terbentuk mempunyai kemampuan menghambat
pertumbuhan bakteri (efek bakteriostatik) dan ada pula yang langsung membunuh
bakteri ( efek bakterisid). Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengobati
infeksi bakteri. Permasalahan dalam penggunaan terapi antibiotik adalah ketika
bakteri sudah resistensi terhadap antibiotik. Pemilihan antibiotik harus didasarkan
atas spektrum antibiotik, efektivitas klinik, keamanan, kenyamanan dan cocok
tidaknya obat yang dipilih untuk pasien bersangkutan, biaya atau harga obat, serta
potensi untuk timbulnya resistensi dan risiko superinfeksi.

2.1.2 Fungsi antibiotik


Antibiotik hanya dapat mengatasi infeksi akibat bakteri, seperti radang
tenggorokan, meningitis akibat bakteri, infeksi kulit, gigi, dan telinga, batuk rejam,
demam tifoid, penumonia akibat bakteri, infeksi gagal ginjal juga kandung kemih serta
beberapa penyakit menular seksual. Antibiotik tidak dapat mengatasi sebagian besar
infeksi saluran pernapasan atas seperti pilek, flu, sakit tenggorokan atau beberapa jenis
batuk dan bronkitis. Pasalnya kondisi tersebut disebabkan oleh virus. Kondisi ini perlu
ditangani oleh sistem kekebalan tubuh atau obat antiviral.
Tidak hanya untuk mengobati, antibiotik juga dapat digunakan sebagai upaya
pencegahan. Fungsi antibiotik ini disebut profilaksis. Pada kasus ini biasanya
antibiotik diberikan sebelum operasi ortopedi dan saluran cerna

2.1.3 Penggolongan dan mekanisme kerja antibiotik


Kemampuan suatu terapi antimikrobial sangat bergantung kepada obat, pejamu,
dan agen penginfeksi. Namun dalam keadaan klinik hal ini sangat sulit untuk
diprediksi mengingat kompleknya interaksi yang terjadi diantara ketiganya. Namun
pemilihan obat yang sesuai dengan dosis yang sepadan sangat berperan dalam
menentukan keberhasilan terapi dan menghindari timbulnya resistensi agen
penginfeksi.
Antibiotik adalah senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai efek
menekan atau menghentikan suatu proses biokimia didalam organisme, khususnya
dalam proses infeksi oleh bakteri. Literatur lain mendefinisikan antibiotik sebagai
substansi yang bahkan didalam konsentrasi rendah dapat menghambat pertumbuhan
dan reproduksi bakteri dan fungi. Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik
dibagi menjadi dua, antibiotik yang bersifat bakterisidal (bersifat destruktif terhadap

5
bakteri) dan bakteriostatik (bekerja menghambat bakteri). Cara yang ditempuh oleh
antibiotik dalam menekan bakteri dapat bermacam-macam, namun tujuan yang sama
yaitu menghambat perkembangan bakteri. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 2406/Menkes/Per/XII/2011 Tentang Pedoman Umum
Penggunaan Antibiotik, penggolongan antibiotik berdasarkan mekanisme kerja, yaitu

1. Obat yang menghambat sintesis atau merusak dinding sel bakteri


a. Antibiotik beta-laktam
Antibiotik beta-laktam terdiri dari berbagai golongan obat yang mempunyai
struktur cincin beta-laktam yaitu penisilin, sefalosporin, monobaktam,
karbapenem dan inhibitor beta-laktamase. Obat-obat antibiotik beaktam
umumnya bersifat bakterisid dan sebagian besar efektif terhadap bakteri Gram-
positif dan negatif. Antibiotik betalaktam mengganggu sintesis dinding sel
bakteri
1) Penisilin, contoh obat pada golongan ini yaitu, Penesilin G dan Penesilin
V, Amoksisilin, Ampisilin dan Piperasilin.
2) Sefalosporin. Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
makanisme yang sama dengan Penisilin . Antibiotik yang termasuk
golongan ini yaitu, Sefadroksil, Sefuroksim dan Seftriakson
3) Monobaktam, contoh obat pada golongan ini yaitu, aztreonam yang
menjadi alternatif yang aman untuk pasien yang alergi terhadap penisilin
dan sefalosporin
4) Inhibitor beta-laktam. Antibiotik yang termasuk dalam golongan ini
yaitu, Asam klavulamat, Sulbaktam dan Tazobaktam.

b. Vankomisin
Vankomisin merupakan antibiotika lini ketiga yang terutama aktif terhadap
bakteri Gram-positif. Vankomisin hanya diindikasikan untuk infeksi yang
disebabkan oleh Streptococcus aureus yang resistensi terhadap metisilin.
Semua basil Gram-negatif dan mikobakteri resisten terhadap vankomisin.
Vankomisin diberikan secara intravena, dengan waktu paruh sekitar 6 jam.
Efek sampingnya adalah reaksi hipersensitivitas, demam, flushing dan
hipotensi (pada infus cepat), serta gangguan pendengaran dan nefrotoksisitas
pada dosis tinggi.Contoh obat ini antara lain Vancodex, Vancomycin
Hydrochloride, dan Vancep

c. Basitrasin
Basitrasin adalah kelompok yang terdiri dari antibiotik polipeptida, yang utama
adalah basitrasin A. Basitrasin tersedia dalam bentuk salep mata dan kulit, serta
bedak untuk topikal. Basitrasin jarang menyebabkan hipersensitivitas. Pada
beberapa sediaan, sering dikombinasi dengan neomisin dan/atau polimiksin.
Basitrasin bersifat nefrotoksik bila memasuki sirkulasi sistemik.Berbagai

6
bakteri kokus dan basil Gram-positif, Neisseria, H. influenzae, dan Treponema
pallidum sensitif terhadap obat ini. Contoh obat ini antara lain Bacitracin –
Polymyxin B, Enbatic, Liposin, NB Topical Ointment, Nebacetin, Scanderma
Plus, dan Tracetin

2. Obat yang memodifikasi atau menghambat sistesis protein


a. Aminoglikosida.
Aminoglikosida bersifat bakterisidal. Antibiotik yang termasuk golongan ini
contohnya Streptomisin, Kanamisin, Neomisin, Gentamisin, Amikasin dan
Tobramisin.
b. Tetrasiklin.
Tetrasiklin adalah antibiotik yang bersifat bakteriostatik. Antibiotik yang
termasuk golongan ini adalah Tetrasiklin, Doksisiklin, Minosiklin,
Klortetrasiklin dan Oksitetrasiklin.
c. Kloramfenikol.
Kloramfenikol merupakan antibiotika berspektrum luas dan bersifat
bakterisidal, dengan kerja menghambat bakteri Gram-positif dan Gram negatif,
bakteri aerob dan anaerob, Klamidia, Ricketsia dan Mikoplasma.
d. Makrolida.
Makrolida aktif terhadap bakteri Gram-positif, tetapi juga dapat menghambat
beberapa Enterococcus dan basil Gram-positif. Antibiotik yang termasuk ke
dalam golongan ini adalah Azitromisin, Eritromisin, Roksitromisin dan
Klaritromisin.
e. Klindamisin.
Klindamisin menghambat sebagian besar bakteri kokus Gram-positif dan
sebagian besar bakteri anaerob, tetapi tidak bias menghambat bakteri Gram
negatif aerob seperti Haemophilus, Mycoplasma dan Clamydia.
f. Mupirosin.
Mupirosin merupakan obat topical yang menghambat bakteri Gram-positif dan
beberapa Gram-negatif. Tersedia dalam bentuk salep atau krim 2% untuk
penggunaan di kulit.
g. Spektinomisin
Obat ini dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk infeksi Gonokokus bila
obat lini pertama tidak dapat digunakan. Diberikan secara intramuscular (IM).

3. Obat antimetabolit yang menghambat enzim-enzim esensial dalam metabolism


folat
a. Sulfonamida.
Sulfonamide adalah antibiotik yang bersifat bakteriostatik.
b. Trimethoprim.
Trimethoprim dikombinasikan dengan Sulfametoksazol mampu menghambat
sebagian besar patogen saluran kemih, kecuali P.aeruginosa dan Neisseria sp.

7
4. Obat yang mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat
a. Kuinolon.
Antibiotik yang termasuk golongan ini yaitu:
1) Asam nalidiksat
2) Fluorokuinolon golongan ini meliputi Siprofloksasin, Ofloksasin,
Moksifloksasin, Norfloksasin, Levofloksasin dan lain-lain.
Fluorokuinolon biasa digunakan untuk infeksi yang di sebabkan oleh
Gonokokus, Shgella, E.coli, Salmonella, Haemophilus, Moraxella
catarrhalis serta Enterobacteriacea dan P.aerginosa.
b. Nitrofuran
Nitrofuran meliputi Nitrofurantoin, Furazolidin dan Nitrofurazo. Nitrofuran
dapat menghambat bakteri Gram-positif dan negatif, termasuk E.coli,
Staphylococcus sp, Klebsiella sp, Enterococcus sp, Neisseria sp, Salmonella
sp, Shigella sp dan Proteus sp.

2.1.4 Mekanisme kerja antibiotik


Mekanisme Kerja Antibiotik Antibiotik dibagi menjadi lima kelompok berdasarkan
cara kerjanya
1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel mikroba (contohnya penicillin,
cephalosporin, vancomycin, bacitracin)
2. Antibiotik yang bekerja mengganggu permeabilitas membran sel sehingga
menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting sel (contohnya polymyxin)
3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel mikroba (contohnya tetracycline,
erythromycin, clindamycin, chloramphenicol dan aminoglycoside)
4. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat (contohnya rifampin dan
quinolone)
5. Agen yang menghambat metabolime sel mikroba (contohnya trimethoprim dan
sulfonamide)

Gambar 1. Skema mekanisme kerja antibiotik

8
2.1.5 Resistensi Antibiotik
Resistensi antibiotik adalah keadaan dimana kuman tidak dapat lagi dibunuh
dengan antibiotik. Pada saat antibiotik diberikan sejumlah kuman akan mati. Tapi
kemudian terjadi mutasi gen kuman sehingga ia dapat bertahan dari serangan antibiotik
tersebut. Kuman yang tidak bisa bertahan dari serangan antibiotik akan mati, tapi
kuman yang mengalami mutasi akan bertahan hidup. Kuman ini lalu membelah dengan
cepat dan terbentuklah jutaan kolonikuman yang mampu melawan antibiotik tersebut.
Bila nanti kumpulan kuman ini menginfeksi individu lain, maka antibiotik tersebut tak
akan mampu mengatasi infeksi tersebut.
Resistensi antibiotik menyebabkan semakin sedikit pilihan yang dapat dipakai
untuk mengobati infeksi. Semakin sering antibiotik digunakan, semakin cepat
resistensi timbul. Infeksi yang tadinya dapat ditangani dengan mudah namun karena
antibiotik yang biasa tidak lagi bisamengatasinya, maka infeksi menjadi sulitditangani.
Contohnya, beberapa tahun setelah penggunaan penisilin massal, kuman
Staphylococcus aureus merupakan salah satu yang mengalami resisten. Bakteri ini
merupakan bagian dari mikroflora yang hidup dikulit manusia. Sekarang, sebagian
besar Staphylococcus aureus resisten terhadap banyak antibiotik dan infeksinya
menjadi sulit ditangani
Resistensi antibiotik akan terus berjalan seiring dengan penggunaan antibiotik,
namun lajunya dapat kita perlambat
a. Minumlah antibiotik hanya bila anda memerlukannya dan bila diberi oleh dokter
b. Minumlah antibiotik sampai habis sesuai petunjuk dokter. Jangan
menghentikannya di tengah-tengah hanya karena merasa sudah baikan
c. Janganlah minum antibiotik orang lain hanya karena anda merasa penyakit anda
sama dengan orang tersebut
d. Janganlah membeli antibiotik sendiri untuk flu dan nyeri tenggorokan. Penyakit
ini biasanya disebabkan oleh virus
e. Cucilah tangan untuk menghindari penularan penyakit infeksi

2.1.6 Penggunaan Antibiotik


Antibiotik digunakan jika ada infeksi oleh kuman. Infeksi terjadi jika kuman
memasuki tubuh. Kuman memasuki tubuh melalui pintu masuknya sendiri-sendiri.
Ada yang melalui mulut bersama makanan dan minuman, lewat udara napas memasuki
paru-paru, lewat luka renik di kulit, melalui hubungan kelamin, atau masuk melalui
darah lalu kuman menuju organ yang disukai untuk bersarang.
Gejala umum tubuh terinfeksi biasanya disertai suhu badan meninggi, demam,
nyeri kepala, dan nyeri. Infeksi di kulit menimbulkan reaksi meradang, bengkak, panas
dan nyeri contohnya bisul. Di usus bergejala mencret. Di saluran napas, batuk, nyeri
tenggorokan, atau sesak napas. Di otak, nyeri kepala. Di ginjal, banyak berkemih
kencing merah
Penyakit yang disebabkan bukan oleh kuman tidak mempan diobati dengan
antibiotik. Untuk virus diberi antivirus, untuk parasit diberi antinya, seperti

9
antimalaria, antijamur dan anticacing. Jika infeksi oleh jenis kuman yang spesifik,
biasanya dokter langsung memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman
penyebab. Caranya dengan melakukan penbiakan (kultur) kuman. Bahan biakannya
diambil dari dahak, darah, air liur, tinja, nanah, cairan otak kerokan kulit
Dengan perkembang biakan kuman, selainmenemukan jenis kumannya, dapat
langsung diperiksa pula jenis antibiotik yang cocok untukmenumpasnya. Dengan
demikian, pengobatan infeksinya lebih tepat. Jia tidak dilakukan tes resistensi, bisa
jadi antibiotik yang dianggap mampu sudah tidak mempan, sebab kumannya sudah
kebal terhadap jenis antibiotik yang dianggap ampuh tersebut

2.2 Antipiretik
2.2.1 Pengertian Antipiretik
Obat antipiretik adalah obat untuk menurunkan panas atau untuk obat
mengurangi suhu tubuh yang tinggi. Obat tersebut hanya menurunkan temperatur
suhu tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang normal. Dapat menurunkan
panas karena dapat menghambat prostatglandin pada CNS. Contoh obat
antipiretik yaitu parasetamol, panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol,
santol, zacoldin, poldan mig, acetaminophen, asetosal atau asam salisilat,
salisilamida.
Demam adalah keadaan dimana suhu meningkat diatas 37°C. Tubuh tidak
berhasil lagi menyingkirkan melalui saluran-saluran normalnya. Semua kalor
yang diproduksi berlebihan. Peningkatan sampai 38 disebut peningkatan suhu
anata 38°C dan 39°C disebut demam sedang, dan suhu diatas 39 dinamakan
tinggi. Demam dapat disebabka oleh infeksi atau non infeksi. Penyebab demam
oleh infeksi antara lain disebabkan oleh kuman, virus, parasit, atau
mikroorganisme lain.

2.2.2 Golongan Obat Antipiretik


Macam-macam obat Antipiretik, yaitu :
1. Benorilat
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat ini
digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan
demam pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol
dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah. Karena obat ini turunan dari
aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap
Sindrom Reye.
2. Fentanil
Fentanyl bekerja di dalam sistem pusat syaraf untuk menghilangkan rasa sakit.
Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam sistem saraf
pusat. Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi
tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan aturan. Ketergantungan

10
biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara mendadak. Sehingga untuk
mencegah efek samping tersebut perlu dilakukan penurunan dosis secara
bertahap dengan jangka waktu tertentu sebelum pengobatan dihentikan.
3. Piralozon
Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan novalgin. Obat ini
amat manjur sebagai penurun panas dan penghilang rasa nyeri. Namun
piralozon diketahui menimbulkan efek berbahaya yakni agranulositosis
(kurangnya sel darah putih), karena itu penggunaan analgesik yang
mengandung piralozon perlu disertai resep dokter.

2.2.3 Mekanisme kerja antipiretik


Antipiretik bekerja dengan merangsang pusat pengaturan panas
hipotalamus sehingga pembentukan panas yang tinggi akan dihambat dengan cara
memperbesar pengeluaran panas yaitu dengan menambah aliran darah ke perifer
dan memperbanyak pengeluaran keringat. Mekanisme kerja antipiretik adalah
dengan mengembalikan fungsi thermostat i hipotalamus ke posisi normal dengan
cara pembuangan panas melalui bertambahnya aliran darah ke perifer disertai
dengan keluarnya keringat. Zat antipiretik dapat mengikat enxim siklooksigenase
yang memicu pembentukan prostaglandin, sehingga kadar prostaglandin menurun
kadarnya di daerah thermostat dan menurunkan suhu tubuh. Penurunan suhu tubuh
tersebut adalah hasil kerja obat pada sistem saraf pusat yang melibatkan pusat
kontrol suhu hipotalamus
Antipiretik digunakan untuk membantu untuk mengembalikan suhu set
point ke kondisi normal dengan cara menghambat sintesa dan pelepasan
prosaglandin E2, yang distimulasi oleh pirogen pada hipotalamus. Obat ini
menurunkan suhu tubuh hanya pada keadaan demam namun pemakaian obat
golongan initidak boleh digunakan secara rutin karena bersifat toksik. Efek
samping yang sering ditimbulkan setelah penggunaan antipiretik adalah respon
hemodinamik seperti hipotensi, gangguan fungsi hepar dan ginjal, oliguria, serta
retensi garam dan air

11
2.3 Analgesic
2.3.1 Pengertian Analgesic
Analgetik atau analgesik, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi
atau menghilangkan rasa sakit atau obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang
menderita. Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak
menyenangkan, berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau
kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut. Gejala Nyeri dapat
digambarkan sebagai rasa benda tajam yang menusuk, pusing, panas seperti rasa
terbakar, menyengat, pedih, nyeri yang menjalar, rasa nyeri yang hilang timbul
dan berbagai tempat nyeri. Adapun jenis nyeri beserta terapinya, yaitu:
1. Nyeri ringan
Contohnya: sakit gigi, sakit kepala, sakit otot karena virus infeksi, nyeri haid,
keseleo. Pada nyeri ringan dapat digunakan analgetik perifer seperti
parasetamol, asetosal dan glafenin.
2. Nyeri yang disertai pembengkakan
Contohnya : Jatuh, tendangan, dan tubrukan Pada nyeri ini dapat digunakan
analgetik antiradang seperti aminofenazon dan NSAID (ibu profen,
mefenaminat, dll)
3. Nyeri hebat
Contoh: nyeri organ dalam, lambung, usus, batu ginjal, batu empedu. Pada
nyeri ini dapat digunakan analgetik sentral berupa morfin, atropine,
butilskopolamin (bustopan), camylofen ( ascavan).
4. Nyeri hebat menahun
Contoh : kanker, rematik, dan neuralgia berat. Pada nyeri ini dapat digunakan
analgetik berupa fentanil, dekstromoramida, dan benzitramida.
2.3.2 Penggolongan obat analgesic
Analgetik dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan opioid dan non-opioid.
a. Analgetik golongan opioid
Analgetik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti
opium. Opium yang berasal dari getah papaver somniferum mengandung
sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain, dan papaverin.
Saat ini analgetik opioid adalah analgetik paling kuat yang tersedia dan
digunakan dalam penatalaksanaan nyeri sedang-berat sampai berat. Obat-obat
ini merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pascaoperasi, dan nyeri terkait
kanker. Contoh jenis analgetik golongan opioid seperti kodein, morfin,
methadone, oksikodon, dan hidrokodon.

12
Efek analgetik yang ditimbulkan oleh opioid tertutama terjadi akibat kerja
opioid pada reseptor μ . Reseptor δ dan κ dapat juga ikut berperan dalam
menimbulkan analgesia terutama pada tingkat spinal dengan cara berikatan
dengan reseptor opioid yang terutama didapatkan di SSP dan medulla spinalis
yang berperan oada transmisi dan modulasi nyeri. Ketiga jenis reseptor utama
yaitu reseptor μ, δ dan κ banyak didapatkan pada kornu drosalis medula
spinalis. Reseptor didapatkan baik pada saraf yang mentransimisi nyeri di
medulla spinalis maupun pada aferen primer. Agonis opioid melalui reseptor
μ, δ dan κ pada ujung sinaps aferen primer nosiseptif mengurangi pelepasan
transmiter, dan selanjutnya menghambat sara yang mentransmisi nyeri di
kornu dorsalis medula spinalis. Dengan demikian opioid memiliki efek
analgetik yang kuat melalui pengaruh pada medula spinalis.

b. Analgetik golongan non-opioid


Analgetik golongan non-opioid merupakan golongan obat yang bekerja di
sistem saraf perifer untuk menghasilkan efek analgesia. Golongan non-opioid
sangat efektif dalam mengatasi nyeri akut derajat ringan, dan penyakit radang
kronik seperti artritis. Contoh jenis analgetik non-opioid seperti
Asetaminofen, obat-obat golongan OAINS (obat anti-inflamasi nonsteroid)
seperti Ibuprofen, Aspirin, Naproxen, Diklofenak, Asam mefenamat dan
Piroksikam. Analgetik golongan non-opioid menghasilkan analgesia dengan
bekerja di tempat cedera melalui inhibisi sintesis prostaglandin dari prekusor
asam arakidonat. Prostaglandin mensensitasi dan bekerja secara sinergis
dengan produk inflamatori lain di tempat cedera, misalnya bradikinin dan
histamin untuk menimbulkan hiperalgesia. Dengan dihambatnya proses ini,
prostaglandin tidak terbentuk untuk memberi stimulus terhadap nosiseptor.

2.3.3 Analgetik dalam manajemen nyeri


Sesuai dengan ketetapan WHO, prinsip penggunaan analgetik memiliki tiga
langkah, yaitu:
1. Tahap pertama dalam manajemen nyeri adalah menggunakan analgetik non
opioid
2. Jika nyeri masih dirasakan setelah menggunakan analgetik non opioid, maka
pada penatalaksaan ditambahkan opioid lemah
3. Tahap terakhir jika nyeri yang dirasakan belum ada perbaikan adalah memberi
analgetik opioid kuat

Gambar prinsip penggunaan analgetik who


13
2.3.4 Mekanisme kerja analgesic
Rasa nyeri disebabkan oleh rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau
listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yan
disebut mediator nyeri (pengantara). Zat ini merangsang reseptor nyeri yang
letaknya di ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari
tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat
(SSP), melalui sumsum tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat
nyeri di dalam otak besar, dimana rangsangan terasa sebagai nyeri

2.3.5 Efek samping analgesik


Dalam penggunaan yang tidak rasional, analgetik non-opioid dapat
menimbulkan efek samping seperti gangguan saluran cerna, meningkatnya waktu
perdarahan, penglihatan kabur, perubahan minor uji fungsi hati. Penggunaan
dengan dosis yang berlebihan mengakibatkan berkurangnya fungsi ginjal. Efek
samping obat-obat analgetik golongan opioid memiliki pola yang sangat mirip,
termasuk depresi pernafasan, mual, dan muntah, sedasi dan konstipasi. Selain itu,
semua opioid berpotensi menimbulkan toleransi, ketergantungan dan ketagihan.
Toleransi adalah kebutuhan fisiologik untuk dosis yang lebih tinggi untuk
mempertahankan efek analgetik obat. Adiksi atau ketergantungan psikologik
mengacu kepada sindrom perilaku berupa hilangnya kekhawatiran berkaitan
dengan penggunaan dan akuisisi obat, yang menyebabkan perilaku menimbun
obat dan peningkatan dosis tanpa pengawasan

2.4 Anestesi
2.4.1 Pengertian Anestesi
Anestesi (pembiusan; berasal dari Bahasa Yunani an-"tidak, tanpa" dan
aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum berarti suatu
tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Istilah anestesi
digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846. Anestesi
menurut arti kata adalah hilangnya kesadaran rasa sakit, namun obat anestasi
umum tidak hanya menghilangkan rasa sakit akan tetapi juga menghilangkan
kesadaran. Pada operasi-operasi daerah tertentu seperti perut, maka selain
hilangnya rasa sakit dan kesadaran, dibutuhkan juga relaksasi otot yang optimal
agar operasi dapat berjalan dengan lancer

2.4.2 Macam-macam Golongan Obat anestesi


Berdasarkan cara penggunaanya, obat anestesi dapat dibagi dalam sepuluh
kelompok, yakni :
a. Anastetika Inhalasi : gas tertawa, halotan, enfluran, isofluran,
scuofluran. Obat-obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran nafas.
14
Keuntungannya adalah resepsi yang cepat melalui paru – paru seperti
juga ekskresinya melalui gelembung paru (alveoli) yang biasanya dalam
keadaan utuh. Obat ini terutama digunakan untuk memelihara anastesi.
b. Anastetika Intravena : thiopental, diazepam dan midazolam, ketamin,
dan propofol. Obat – obat ini juga dapat diberikan dalam sediaan
suppositoria secara rectal, tetapi resorpsinya kurang teratur. Terutama
digunakan untuk mendahului (induksi) anastesi total, atau
memeliharanya, juga sebagai anastesi pada pembedahan singkat.
c. Anestetika intramuskular : sangat populer dalam praktek anestesi,
karena teknis mudah, relatif aman karena kadar plasma tidak mendadak
tinggi. Keburukannya ialah absorpsi kadang diluar perkiraan,
menimbulkan nyeri dibenci anak-anak, dan beberapa bersifat iritan.
d. Subkutan : sekarang sudah jarang digunakan
e. Spinal : dimasukkan kedalam ruang subarakhnoid (intratekal) seperti
pada bupivacaine.
f. Lidah dan mukosa pipi : absorpsi lewat lidah dan mukosa pipi dapat
menghindari efek sirkulasi portal, bersifat larut lemak, contohnya
fentanil lolipop untuk anak dan buprenorfin.
g. Rektal : sering diberikan pada anak yang sulit secara oral dan takut
disuntik.
h. Transdermal : contoh krem EMLA (eutectic mixture of local
anesthetic), campuran lidokain-prokain masing-masing 2,5%. Krem ini
dioleskan ke kulit intakdan setelah 1-2 jam baru dilakukan tusuk jarum
atau tindakan lain.
i. Epidural: dimasukkan kedalam ruang epidural yaitu antara duramater
dan ligamentum flavum. Cara ini banyak pada anestesia regional
j. Oral : paling mudah, tidak nyeri, dapat diandalkan. Kadang harus
diberikan obat peri-anestesia, seperti obat anti hipertensi, obat penurun
gula darah, dan sebagainya. Sebagian besar diabsorpsi usus halus bagian
atas. Beberapa obat dihancurkan asam lambung. Pengosongan lambung
yang terlambat menyebabkan terkumpulnya obat di lambung. Sebelum
obat masuk sistemik, harus melewati sirkulasi portal. Maka dosis oral
harus lebih besar dari intramuskular, contohnya petidin, dopamin,
isoprenalin, dan propanolol.

OBAT-OBATAN DALAM ANESTESI


Obat-Obatan Anestesi Umum
Sulfas Atropin
Pethidin
Propofol/ Recofol
Succinil Cholin
Tramus

15
Efedrin
Obat untuk Anestesi Spinal:
Buvanest atau Bunascan
Catapress (kadang dokter tertentu menambahkannya untuk menambah efek buvanest)

Obat-obatan emergency yang harus ada dalam kotak emergency:


Atropin
Efedrin
Ranitidin
Ketorolac
Metoklorpamid
Aminofilin
Asam Traneksamat
Adrenalin
Kalmethason
furosemid (harus ada untuk pasien urologi)
lidocain
gentamicyn salep mata
Oxitocyn (untuk pasien obsgyn)
Methergin (untuk pasien obsgyn)
Adrenalin

PENGGOLONGAN OBAT PRE-MEDIKASI


1. Golongan Narkotika
- analgetika sangat kuat.
- Jenisnya : petidin, fentanyl, dan morfin.
- Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat pembedahan.
- Efek samping: mendepresi pusat nafas, mual-muntah, Vasodilatasi pembuluh darah
àhipotensi
- diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat analgesik rendah,
misalnya: halotan, tiopental, propofol.
- Pethidin diinjeksikan pelan untuk:
· mengurangi kecemasan dan ketegangan
· menekan TD dan nafas
· merangsang otot polos
- Morfin adalah obat pilihan jika rasa nyeri telah ada sebelum pembedahan
· mengurangi kecemasan dan ketegangan
· menekan TD dan nafas
· merangsang otot polos
· depresan SSP
· pulih pasca bedah lebih lama

16
· penyempitan bronkus
· mual muntah (+)

2. Golongan Sedativa & Transquilizer


- Golongan ini berfungsi sebagai obat penenang dan membuat pasien menjadi mengantuk.
- Contoh : luminal dan nembufal untuk golongan sedative; diazepam dan DHBF
(Dihidrobensferidol) untuk golongan transquilizer.
- Efek samping: depresi nafas, depresi sirkulasi.
- diberikan apabila pasien memiliki rasa sakit/nyeri sebelum dianestesi, pasien tampak
lebih gelisah
Barbiturat
- menimbulkan sedasi dan menghilangkan kekhawatiran sebelum operasi
- depresan lemah nafas dan silkulasi
- mual muntah jarang

Midazolam
- Midazolam sering digunakan sebagai premedikasi pada pasien pediatrik sebagai sedasi
dan induksi anestesia.
- Pre-medikasi, induksi, rumatan, sedasi post operasi.
- Memiliki efek antikonvulsan sehingga dapat digunakan untuk mengatasi kejang grand
mal
- Dianjurkan sebelum pemberian ketamin karena pasca anestesi ketamin dosis 1-
2mg/kgBB menimbulkan halusinasi.
Diazepam
- induksi, premedikasi, sedasi
- menghilangkan halusinasi karena ketamin
- mengendalikan kejang
- menguntungkan untuk usia tua
- jarang terjadi depresi nafas, batuk, disritmia
- premedikasi 1m 10 mg, oral 5-10 mg

3. Golongan Obat Pengering


- bertujuan menurunkan sekresi kelenjar saliva, keringat, dan lendir di mulut serta
menurunkan efek parasimpatolitik / paravasopagolitik sehingga menurunkan risiko timbulnya
refleks vagal.
- Contoh: sulfas atropine dan skopolamin.
- Efek samping: proses pembuangan panas akan terganggu, terutama pada anak-anak
sehingga terjadi febris dan dehidrasi
- diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan efek hipersekresi, mis:
dietileter atau ketamin

17
OBAT-OBATAN ANESTESI

Jenis anestesi lokal dalam bentuk parenteral yang paling banyak digunakan adalah:
1. Anestesi permukaan.
Sebagai suntikan banyak digunakan sebagai penghilang rasa oleh dokter gigi untuk mencabut
geraham atau oleh dokter keluarga untuk pembedahan kecil seperti menjahit luka di kulit.
Sediaan ini aman dan pada kadar yang tepat tidak akan mengganggu proses penyembuhan
luka.
2. Anestesi Infiltrasi.
Tujuannya untuk menimbulkan anestesi ujung saraf melalui injeksi pada atau sekitar jaringan
yang akan dianestesi sehingga mengakibatkan hilangnya rasa di kulit dan jaringan yang
terletak lebih dalam, misalnya daerah kecil di kulit atau gusi (pada pencabutan gigi).
3. Anestesi Blok
Cara ini dapat digunakan pada tindakan pembedahan maupun untuk tujuan diagnostik dan
terapi.
4. Anestesi Spinal
Obat disuntikkan di tulang punggung dan diperoleh pembiusan dari kaki sampai tulang dada
hanya dalam beberapa menit. Anestesi spinal ini bermanfaat untuk operasi perut bagian bawah,
perineum atau tungkai bawah.
5. Anestesi Epidural
Anestesi epidural (blokade subarakhnoid atau intratekal) disuntikkan di ruang epidural yakni
ruang antara kedua selaput keras dari sumsum belakang.
6. Anestesi Kaudal
Anestesi kaudal adalah bentuk anestesi epidural yang disuntikkan melalui tempat yang berbeda
yaitu ke dalam kanalis sakralis melalui hiatus skralis.

2.3.3 Tujuan Anestesi


Tujuannya untuk menghalau rasa sakit di bagian tubuh tertentu, daripada harus melakukan
pembiusan total. Tujuan utama dari pemberian obat premedikasi adalah untuk memberikan
sedasi psikis, mengurangi rasa cemas dan melindungi dari stress mental atau factor-faktor lain
yang berkaitan dengan tindakan anestesi yang spesifik. Hasil akhir yang diharapkan dari
pemberian premedikasi adalah terjadinya sedasi dari pasien tanpa disertai depresi dari
pernapasan dan sirkulasi. Kebutuhan premedikasi bagi masing-masing pasien dapat berbeda.
Rasa takut dan nyeri harus diperhatikan betul pada pra bedah.
Tujuan anastesi adalah untuk menyediakan, atau menghilangkan rasa sakit.Memblokir
impuls saraf dari bagian bawah segmen tulang belakang yang mengakibatkan penurunan
sensasi di bagian bawah tubuh. Obat epidural jatuh ke dalam kelas obat yang disebut bius lokal
seperti bupivacaine, chloroprocaine, atau lidokain.. Mereka sering disampaikan dalam

18
kombinasi dengan opioid atau narkotika, seperti fentanyl dan sufentanil, untuk mengurangi
dosis yang diperlukan bius lokal. Efek somatic ini timbul didalam kecerdasan dan
menumbuhkan dorongan untuk bertahan atau menghindari kejadian tersebut. Kebanyakan
pasien akan melakukan modifikasi terhadap manifestasi efek somatic tersebut dan menerima
keadaan yaitu dengan Nampak tenang. Reaksi saraf simpatis terhadap rasa takut atau nyeri
tidak dapat disembunyikan oleh pasien. Rasa takut dan nyeri mengaktifkan syaraf simpatis
untuk menimbulkan perubahan system sirkulasi dalam tubuh. Perubahan ini disebabkan oleh
stimulasi efferen simpatis yang ke pembuluh darah, dan sebagian karena naiknya katekolamin
dalam sirkulasi.

2.3.4 Cara pemberian Anestesi


Obat penghilang rasa sakit epidural diberikan dalam beberapa cara :
1. Injeksi dengan topup : Anestesi akan disuntikkan dengan obat penghilang rasa sakit ke dalam
tabung untuk mematikan bagian bawah perut pasien.
2. Infus kontinu : Anestesi yang mengatur kateter epidural. Ujung tabung terpasang pada
pompa, yang akan menghilangkan rasa sakit pada punggung pasien terus-menerus.

2.3.5 Mekanisme kerja anestesi


. Mekanisme Kerja Anestesi Umum
a. Anestesi Inhalasi
Anestesi inhalasi bekerja secara spontan menekan dan membangkitkan aktivitas neuron
berbagai area di dalam otak. Sebagai anestesi inhalasi digunakan gas dan cairan terbang yang
masing-masing sangat berbeda dalam kecepatan induksi, aktivitas, sifat melemaskan otot
maupun menghilangkan rasa sakit. Untuk mendapatkan reaksi yang secepat-cepatnya, obat ini
pada permulaan harus diberikan dalam dosis tinggi, yang kemudian diturunkan sampai hanya
sekadar memelihara keseimbangan antara pemberian dan pengeluaran. Keuntungan anestesi
inhalasi dibandingkan dengan anestesi intravena adalah kemungkinan untuk dapat lebih cepat
mengubah kedalaman anestesi dengan mengurangi konsentrasi dari gas atau uap yang
diinhalasi. Keuntungan anastetika inhalasi dibandingkan dengan anastesi intravena adalah
kemungkinan untuk dapat lebih cepat mengubah kedalaman anastesi dengan mengurangi
konsentrasi dari gas/uap yang diinhalasi. Kebanyakan anastesi umum tidak di metabolisasikan
oleh tubuh, karena tidak bereaksi secara kimiawi dengan zat-zat faali. Mekanisme kerjanya
berdasarkan perkiraan bahwa anastetika umum di bawah pengaruh protein SSP dapat
membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil
b. Anestesi Intravena
Obat-obat intravena seperti thiopental, etomidate, dan propofol mempunyai mula kerja
anestetis yang lebih cepat dibandingkan terhadap senyawa gas inhalasi yang terbaru, misalnya
desflurane dan sevoflurane. Senyawa intravena ini umumnya digunakan untuk induksi
anestesi. Kecepatan pemulihan pada sebagian besar senyawa intravena juga sangat cepat.
Secara umum, mekanisme kerjanya berdasarkan perkiraan bahwa anastesi umum dibawah
pengaruh protein SSP dapat membentuk hidrat dengan air yang bersifat stabil. Hidrat gas ini

19
mungkin dapat merintangi transmisi rangsangan di sinaps dan dengan demikian
mengakibatkan anastesia.

2. Mekanisme Kerja Anestesi Lokal


Anestesik lokal bekerja bila disuntikkan kedalam akson saraf. Anestesi lokal melakukan
penetrasi kedalam akson dalm bentuk basa larut lemak. Anestesi lokal bersifat tergantung
pemakaian artinya derajat blok porsional terhadap stimulasi saraf. Hal ini menunjukkan bahwa
makin banyak molekul obat memasuki kanal Na+ ketika kanal-kanal terbuka menyebabkan
lebih banyak inaktivasi. Anestesi lokal menekan jaringan lain seperti miokard bila
konsentrasinya dalam darah cukup tinggi namun efek sistemik utamanya mencakup sistem
saraf pusat. Adapun mekanisme kerja meliputi :
1. Cegah konduksi dan timbulnya impuls saraf
2. Tempat kerja terutama di membran sel
3. Hambat permeabilitas membran ion Na+ akibat depolarisasi menjadikan ambang
rangsang membran meningkat
4. Eksitabilitas & kelancaran hambatan terhambat
5. Berikatan dg reseptor yg tdpt p d ion kanal Na, terjadi blokade sehingga hambat gerak
ion via membran.

Kebutuhan dan cara kerja anestesi beranekaragam. Anestesi juga memiliki cara penggunaan
yang berbeda sesuai kebutuhannya. Tak hanya cara disuntikkan saja, tetapi juga dihirup
melalui alat bantu nafas. Beberapa cara penggunaan anestesi ini di antaranya :
1. Melalui Pernafasan
Beberapa obat anestesi berupa gas seperti isoflurane dan nitrous oxide, dapat dimasukkan
melalui pernafasan atau secara inhalasi. Gas-gas ini mempengaruhi kerja susunan saraf pusat
di otak, otot jantung, serta paru-paru sehingga bersama-sama menciptakan kondisi tak sadar
pada pasien.
Penggunaan bius jenis inhalasi ini lebih ditujukan untuk pasien operasi besar yang belum
diketahui berapa lama tindakan operasi diperlukan. Sehingga, perlu dipastikan pasien tetap
dalam kondisi tak sadar selama operasi dilakukan.

2. Injeksi Intravena
Sedangkan obat ketamine, thiopetal, opioids (fentanyl, sufentanil) dan propofol adalah obat-
obatan yang biasanya dimasukkan ke aliran vena. Obat-obatan ini menimbulkan efek
menghilangkan nyeri, mematikan rasa secara menyeluruh, dan membuat depresi pernafasan
sehingga membuat pasien tak sadarkan diri. Masa bekerjanya cukup lama dan akan
ditambahkan bila ternyata lamanya operasi perlu ditambah.

3. Injeksi Pada Spinal/ Epidural

20
Obat-obatan jenis iodocaine dan bupivacaine yang sifatnya lokal dapat diinjeksikan dalam
ruang spinal (rongga tulang belakang) maupun epidural untuk menghasilkan efek mati rasa
pada paruh tubuh tertentu. Misalnya, dari pusat ke bawah.
Beda dari injeksi epidural dan spinal adalah pada teknik injeksi. Pada epidural,injeksi dapat
dipertahankan dengan meninggalkan selang kecil untuk menambah obat anestesi jika
diperlukan perpanjangan waktu tindakan. Sedang pada spinal membutuhkan jarum lebih
panjang dan hanya bisa dilakukan dalam sekali injeksi untuk sekitar 2 jam ke depan.

4. Injeksi Lokal
Iodocaine dan bupivacaine juga dapat di injeksi di bawah lapisan kulit untuk menghasilkan
efek mati rasa di area lokal. Dengan cara kerja memblokade impuls saraf dan sensasi nyeri dari
saraf tepi sehingga kulit akan terasa kebas dan mati rasa.

2.3.6 Manfaat anestesi


I. MANFAAT ANESTESI
1. Digunakan sebagai diagnostic, untuk menentukan sumber nyeri
2. Digunakan sebagai terapi, local anestesi merupakan bagian dari terapi untuk kondisi operasi
yang sangat nyeri, kemampuan dokter gigi dalam menghilangkan nyeri pada pasien meski
bersifat sementara merupakan ukuran tercapainya tujuan terapi
3. Digunakan untuk kepentingan perioperatif dan postoperasi. Proses operasi yang bebas nyeri
sebagian besar menggunakan anestesi local, mempunyai metode yang aman dan efektif untuk
semua pasien operasi dentoalveolar.
4. Digunakan untuk kepentingan postoperasi. Setelah operasi dengan menggunakan anestesi
umum atau lokal, efek anestesi yang berlanjut sangat penting untuk mengurangi
ketidaknyamanan pasien.

2.3.7 Efek samping anestesi


Ada beberapa macam efek samping yang ditimbulkan pada penggunaan diantaranya :
1. Penurunan tekanan darah.
2. Sakit kepala (juga dikenal sebagai tulang punggung sakit kepala).
3. Pada bayi,mungkin membuat penurunan tekanan darah.
4. Sakit kepala juga sangat jarang, tetapi mungkin dapat terjadi.
5. Reaksi terhadap obat-obatan yang berlebihan, sepert ruam.
Pendarahan jika pembuluh darah yang secara tidak sengaja rusak

2.3.8 Sifat anestesi


1. Tidak mengiritasi / merusak jaringan saraf secara permanen
2. Batas keamanan harus lebar
3. Larut dalam air
4. Stabil dalam larutan
5. Dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan

21
6. Indikasi & Keuntungan anastesi lokal
7. Penderita dalam keadaan sadar serta kooperatif.
8. Tekniknya relatif sederhana dan prosentase kegagalan dalam penggunaanya relatif kecil.
9. Pada daerah yang diinjeksi tidak terdapat pembengkakan.
10. Peralatan yang digunakan, sedikit sekali dan sederhana serta obat yang digunakan relatif
murah.
11. Dapat digunakan sesuai dengan yang dikehendaki pada daerah anatomi tertentu.Mula kerja
harus sesingkat mungkinDurasi kerja harus cukup lama.

2.3.9 TIPE ANESTESI


Beberapa tipe anestesi adalah :
1. Pembiusan total — hilangnya kesadaran total
2. Pembiusan lokal — hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan (pada sebagian
kecil daerah tubuh).
3. Pembiusan regional — hilangnya rasa pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade
selektif pada jaringan spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.

22
BAB III
PENUTUP

2.5 Kesimpulan
Obat-obatan anestesi terdiri dari obat-obatan pre-medikasi, obat induksi anestesi, obat
anestesi inhalasi, obat anestesi intravena, obat pelumpuh otot (muslce relaxant), obat anestesi
lokal/regional, dan analgesia (opioid dan non-opioid). Metode pemberian obat anestesi terdiri dari
oral, lidah dan mukosa pipi, intramuskular, subkutan, intravena, rektal, transdermal, inhalasi,
epidural, dan spinal. Anamnesis riwayat kemungkinan alergi obat sebelumnya penting untuk
selalu dilakukan walaupun harus dinilai dengan kritis untuk menghindari tindakan berlebihan.
Pengobatan alergi obat terdiri dari antihistamin, steroid, bila terjadi reaksi anafilaksis beri
adrenalin 1/1000 sc dan pengobatan sesuai seperti reaksi anafilaksis karena sebab lain,
menghindari alergen penyebab, dan cara desensitisasi

Anastesi umum adalah obat yang menimbulkan keadaan yang bersifat reversibel dimana seluruh
perasaan dan kesadaran ditiadakan. Obat anestesi umum dibagi menurut bentuk fisiknya dibagi
terdiri dari tiga golongan yaitu obat anestesi gas (inhalasi), obat anestesi yang menguap dan obat
anestesi yang diberikan secara intravena. Anestesi umumyang ideal akan bekerja secara tepat dan
baik serta mengembalikan kesadaran dengan cepat segera sesudah pemberian dihentikan.
Anestesi lokal atau zat penghilang rasa setempat merupakan obat yang pada penggunaan lokal
merintangi secara reversibel penerusan impuls saraf ke sistem saraf pusat dan dengan demikian
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal gatal, rasa panas atau dingin. Obat anestesi lokal
dibagi menurut bentuk fisiknya dibagi terdiri dari tiga golongan yaitu senyawa ester, senyawa
amida dan senyawa lainnya. Anestesi lokal adalah teknik untuk menghilangkan atau mengurangi
sensasi di bagian tubuh tertentu. Ada kalangan medis yang membatasi istilah anestesi lokal hanya
untuk pembiusan di bagian kecil tubuh seperti gigi atau area kulit.

B. Saran
Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran dan semoga bisa
menambah ilmu pengetahuan mengenai obat-obat anestesi umum dan anestesi lokal sehingga
materi yang disampaikan dan dimengerti dalam farmakologi dapat diterima dengan baik. Apabila
penggunaan nya atau pun penggunaan obat secara universal ini disalahgunakan, tentulah akibat
buruk yang akan di dapat di akhri eksperimen kita sebagai orang awam yang tak tahu apapun
tentang obat dan efek sampingnya apabila penggunaannya salah.

23
DAFTAR PUSTAKA

Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Prakis Anestesiologi Edisi Kedua.
Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 2002.
1. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, editors. Anestesiologi. Jakarta: Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 1989.
2. . Komplikasi Anestesi Lokal. Available
at:http://www.gudangmateri.com/2010/03/komplikasi-anastesi-lokal.html. Accessed:
September 16th, 2011.
3. 4. Patofisiologi Alergi. Available at:http://www.irwanashari.com/pdf/patofisiologi-
alergi.html. Accessed: September 16th, 2011.
4. 5. Resiko Anestesi. Available at: http://irwanto-fk04usk.blogspot.com/2011/06/resiko-
anestesi.html. Accessed : September 16th, 2011.
5. 6. Seputar Obat Bius. Available
at:http://www.ikatanapotekerindonesia.net/articles/general-articles/743-seputar-obat-bius-
lain-jenis-lain-kegunaannya.html. Accessed: September 16th, 2011.
6. 7. Apakah Alergi Obat Itu. Available at: http://www.sehatgroup.web.id/?p=1115.
Accessed: September 16th, 2011.
7. 8. Alergi Obat. Available at: http://www.facebook.com/note.php?note_id=92634282078.
Accessed: September 16th, 2011.
8. 9. Seputar Obat Bius. Available
at:http://www.hypnosis45.com/download/Seputar%20Obat%20Bius.pdf. Accessed:
September 17th, 2011.
9. 10. Menguak Misteri Kamar Bius. Available
at:http://www.slideshare.net/rennechiaki/menguak-misterikamarbius. Accessed: September
17th, 2011.

24

Anda mungkin juga menyukai