0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
28 tayangan23 halaman

Oleh

Laporan ini membahas penatalaksanaan keperawatan pasien dengan diare di IGD RSUD Wangaya Kota Denpasar. Diare adalah pengeluaran feses yang cair lebih dari 3 kali sehari yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan parasit serta gangguan pencernaan. Penatalaksanaan utama pasien diare adalah rehidrasi oral untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang."

Diunggah oleh

Yogi Ambara
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
28 tayangan23 halaman

Oleh

Laporan ini membahas penatalaksanaan keperawatan pasien dengan diare di IGD RSUD Wangaya Kota Denpasar. Diare adalah pengeluaran feses yang cair lebih dari 3 kali sehari yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan parasit serta gangguan pencernaan. Penatalaksanaan utama pasien diare adalah rehidrasi oral untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang."

Diunggah oleh

Yogi Ambara
Hak Cipta
© © All Rights Reserved
Kami menangani hak cipta konten dengan serius. Jika Anda merasa konten ini milik Anda, ajukan klaim di sini.
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online di Scribd
Anda di halaman 1/ 23

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWAT DARURATAN PADA PASIEN DENGAN DIARE


DI IGD RSUD WANGAYA KOTA DENPASAR

OLEH:

NI LUH YUNI SUARNINGSIH


P07120120087
3.2 D-III KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2023
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
KEGAWAT DARURATAN PADA PASIEN DENGAN DIARE
DI IGD RSUD WANGAYA KOTA DENPASAR

Konsep Dasar Penyakit Diare


A. Pengertian
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair atau buang air
besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari
biasanya. Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal
atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran
,serta frekuensi nya lebih dari 3 kali.
Diare adalah gangguan fungsi penyerapan dan sekresi dari saluran
pencernaan, dipengaruhi oleh fungsi kolon dan dapat diidentifikasikan dari
perubahan jumlah, konsistensi, frekuensi, dan warna dari tinja (Ridha, 2014).
Diare adalah gangguan buang air besar/BAB ditandai dengan BAB lebih dari
3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat disertai dengan darah dan atau
lender (Kementerian Kesehatan RI, 2013).
Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak
atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran
tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi
sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam (Juffrie, 2010).

B. Etiologi
Menurut PPNI (2017) dalam SDKI, penyebab diare adalah sebagai berikut.
Fisiologis
1. Inflamasi gastrointestinal
2. Iritasi gastrointestinal
3. Proses infeksi
4. Malabsorpsi
Psikologis
1. Kecemasan
2. Tingkat stres tinggi
Situasional
1. Terpapar kontaminan
2. Terpapar toksin
3. Penyalahgunaan laksatif
4. Penyalahgunaan zat
5. Program pengobatan (agen troid, analgesik, pelunak feses, ferosulfat,
antasida, cimetidine, dan antibiotik)
6. Perubahan air dan makanan
7. Bakteri pada air
Menurut Ngastiyah (2014), etiologi atau penyebab diare adalah sebagai berikut.
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.Meliputi infeksi eksternal sebagai berikut
:

• Infeksi bakteri: Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,


Yersinia, aeromonas, dan sebagainya.
• Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis)
Adenovirus, Rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.
• Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides)
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis), jamur (Candida albicans)
b. Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti:
otitits media akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia,
ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsornsi protein
3. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak
yang lebih besar).

C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang sering menyertai diare adalah muntah (77,8%)
dan demam (77,8%), sedangkan kejang jarang terjadi (9,1%). Derajat
dehidrasi terbanyak adalah dehidrasi ringan sedang (71,6%).
Menurut PPNI (2017) dalam SDKI, tanda dan gejala diare adalah sebagai berikut.
1. Gejala dan Tanda Mayor
• Subjektif
(tidak tersedia)
• Objektif
1. Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
2. Fese lembek atau cair
2. Gejala dan Tanda Minor
• Subjektif
1. Urgency
2. Nyeri atau kram abdomen
• Objektif
1. Frekuensi peristaltik meningkat
2. Bising usus hiperaktif
Menurut Lia dewi (2014), berikut ini adalah tanda dan gejala orang yang
mengalami diare:
1. Suhu meningkat.
2. Gelisah.
3. Nafsu makan menurun.
4. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan darahnya. Kelamaan,
feses ini akan berwarna hijau dan asam.
5. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan
tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan
kesadaran, dan diakhiri dengan syok.

6. Anus lecet.
7. Berat badan menurun.
8. Turgor kulit menurun.
9. Mata dan ubun-ubun cekung.
10. Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering

D. Patofisiologi
Patofisiologi Diare Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi
sebagai berikut:
1) Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik;
2) sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik;
3) malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak;
4) Defek sistem pertukaran anion atau transpot elektrolit aktif di enterosit;
5) Motilitas dan waktu transit usus abnormal;
6) gangguan permeabilitas usus;
7) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik;
8) Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi (Setiawan, 2006)
Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang dikarenakan oleh obat-obatan atau zat kimia yang
yang hiperosmotik, malabsorbsi umum dan defek dalam absorbsi mukosa usus
misal pada defisiensi disararidase, malabsorbsi glukosa atau galaktosa (Sudoyo,
2006). Diare sekretorik disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan elektrolit
dari usus, menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare tipe sekretorik secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Penyebab dari diare ini
antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Eschersia colli
(Setiawan, 2006) Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini
disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan
absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain:
diabetes melitus, pasca vagotomi, hipertiroid (Elain et all., 2008).
Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas
usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel
spesifik pada usus halus (Setiawan, 2006).

Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan adanya
kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus
yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorbsi
air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri
Shigella) atau noninfeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Chron) (Setiawan, 2006)
Diare infeksi; infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dilihat
dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non invasif (tidak merusak
mukosa) dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare
karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut diare toksigenik. Contoh diare
toksigenik adalah kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio cholera atau
eltor merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus, yang lalu
membentuk adenosin monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan
menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation
natrium dan kalium. Mekanisme absorbsi ion natrium melalui mekanisme pompa
natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion bikarbonat,
air, natrium, ion, kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorbsi ion
natrium (diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida. kompensasi ini
dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh
dinding sel usus (Setiawan, 2006).
E. Pathway

F. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri


atas: rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan, memberikan terapi
simptomatik, dan memberikan terapi definitif.
1. Terapi Rehidrasi

Langkah pertama dalam menterapi diare adalah dengan rehidrasi,


dimana lebih disarankan dengan rehidrasi oral. Akumulasi kehilangan cairan
(dengan penghitungan secara kasar dengan perhitungan berat badan normal
pasien dan berat badan saat pasien diare) harus ditangani pertama. Selanjutnya,
tangani kehilangan cairan dan cairan untuk pemeliharaan. Hal yang penting
diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
a) Jenis cairan
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia
cukup banyak di pasaran, meskipun jumlah kaliumnya lebih rendah bila
dibandingkan dengan kadar Kalium cairan tinja. Apabila tidak tersedia cairan ini,
boleh diberikan cairan NaCl isotonik. Sebaiknya ditambahkan satu ampul Na
bikarbonat 7,5% 50 ml pada setiap satu liter infus NaCl isotonik. Asidosis akan
dapat diatasi dalam 1-4 jam. Pada keadaan diare akut awal yang ringan, tersedia di
pasaran cairan/bubuk oralit, yang dapat diminum sebagai usaha awal agar tidak
terjadi dehidrasi dengan berbagai akibatnya. Rehidrasi oral (oralit) harus
mengandung garam dan glukosa yang dikombinasikan dengan air.
b) Jumlah Cairan
Pada prinsipnya jumlah cairan yang hendak diberikan sesuai dengan jumlah
cairan yang keluar dari badan. Kehilangan cairan dari badan dapat dihitung
dengan memakai Metode Daldiyono berdasarkan keadaan klinis dengan skor.
Rehidrasi cairan dapat diberikan dalam 1-2 jam untuk mencapai kondisi rehidrasi.

c) Jalur Pemberian Cairan

Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral dan intravena.
Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang komposisinya
berkisar antara 29g glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na bikarbonat dan 1,5g KCI
setiap liternya. Cairan per oral juga digunakan untuk memperlahankan
hidrasi setelah rehidrasi inisial.

2. Terapi Simtomatik

Pemberian terapi simtomatik haruslah berhati-hati dan setelah benar-benar


dipertimbangkan karena lebih banyak kerugian daripada keuntungannya. Hal yang
harus sangat diperhatikan pada pemberian antiemetik, karena Metoklopropamid
misalnya dapat memberikan kejang pada anak dan remaja akibat rangsangan
ekstrapiramidal. Pada diare akut yang ringan kecuali rehidrasi peroral, bila tak ada
kontraindikasi dapat dipertimbangkan pemberian Bismuth subsalisilat maupun
loperamid dalam waktu singkat. Pada diare yang berat obat-obat tersebut dapat
dipertimbang dalam waktu pemberian yang singkat dikombinasi dengan
pemberian obat antimikrobial.
3. Terapi Antibiotik

Pemberian antibiotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut


infeksi, karena 40% kasus diare sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian
antibiotik. Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare
infeksi, seperti demam, feses berdarah, leukosit pada feses, mengurangi
ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada
diare infeksi, diare pada pelancong dan pasien immunocompromised.
Pemberian antibiotic dapat secara empiris, tetapi antibiotic spesifik diberikan
berdasarkan kultur dan resistensi kuman.

G. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gadar

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan dasar utama dan hal yang penting di lakukan


baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama pasien dirawat
di rumah sakit.
a. Biodata
Terdiri dari identitas klien, yaitu: nama, umur, jenis kelamin, status
perkawinan, agama, suku atau bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan
nomor register.
b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

2) Riwayat kesehatan dahulu

3) Riwayat kesehatan sekarang


4) Riwayat kesehatan keluarga

2. Asesmen gawat darurat


Asesmen gawat darurat merupakan asesmen medis yang dilakukan terhadap
pasien dengan kondisi gawat darurat (emergensi.Asesmen gawat darurat dapat
dijelaskan sebagai berikut :

A. PRIMARY SURVEY
1). Penilaian tahap primary survey, meliputi :
• A=Airway adalah mempertahankan jalan napas dengan teknik manual
atau menggunakan alat bantu. Tindakan ini mungkin akan banyak
memanipulasi leher sehingga harts diperhatikan untuk menjaga stabilitas
tulang leher (cervical spine control).
• B = Breathing adalah menjaga pernafasan ventilasi dapat berlangsung
dengan baik
• C = Circulation adalah mempertahankan sirkulasi bersama
dengantindakan untuk menghentikan perdarahan (hemorrhage control)
• D = Disability adalah pemeriksaan untuk mendapatkan
kemungkinanadanya gangguan neurologic.
• E = Exposure/environmental control adalah pemeriksaan pada
seluruhtubuh penderita untuk melihat jejas atau tanda-tanda kegawatan
yangmungkin tidak terlihat dengan menjaga supaya tidak terjadi
hipotermi

2). Pemeriksaan Fisik primary survey untuk pasien emergensi menggunakan


penilaian sebagai berikut:

a. Airway, menjaga airway dengan kontrol servikal (cervical spine control).

Penilaian :

1). Mengenal patensi airway


2). Penilaian cepat akan adanya obstruksi

b. Breathing dan Ventilasi

Penilaian :

1). Buka leher dan dada sambil menjaga imobilisasi leher dan kepala.

2). Tentukan laju dan dalamnya pemafasan.

3). Inspeksi dan palpasi leher dan. toraks untuk adanya deviasi trakea,ekspansi
toraks simeteris atau tidak simetris, pemakaian otottambahan, dan tandatanda
cedera.

4). Perkusi toraks untuk menentukan redup atau hipersonor.

5). Auskultasi toraks bilateral

c. Circulation dengan kontrol perdarahan

Penilaian :

1). Dapat mengetahui sumber perdarahan ekstemal yang fatal.

2). Mengetahui sumber perdarahan internal.

3). Nadi : Kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoxus.

4). Warna kulit.

5).Tekanan darah (bila ada waktu)\

d. Disability (Neurologic Evaluation)

Penilaian :

1). Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS


2). Nilai pupil untuk besarnya, isokor dan reaksi

e. Exposure/Environment

Buka pakaian pasien tetapi cegah hipotermia

B. SECONDARY SURVEY

Penilaian pada tahap secondary survey, meliputi:

1. Anamnesis
Step 1 : Dapatkan riwayat AMPLE dan pasien, keluarga atau petugas pra-rumah
sakit. Riwayat "AMPLE" patut diingat :

A : Alergi

Medikasi: (obat yang diminum saat ini)

P:Past illness (penyakit pen yerta)lpregnancy

L: Last meal

E :Eventz'environment (lingkungan) yang berhubungan dengan kejadian


perlukaan.

2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada secondary survey dilakukan berurutan mulai dari
kepala, maksilo-fasial, servikal dan leher, dada, abdomen,
perineum/rektum/vagina, muskuloskeletal sampai pemeriksaan neurologis.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagonasa keperawatan yang muncul pada pasien diare menurut SDKI adalah
sebagai berikut.
1. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
dibuktikan dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang
normal, kram atau nyeri absomen, nafsu makan menurun, bising usus
hiperaktif, membran mukosa pucat, diare.
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, merasa
lemah, mengeluh haus, suhu tubuh meningkat, berat badan turun tiba-tiba.
3. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit dibuktikan dengan diare.
4. Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi dibuktikan dengan suhu tubuh
diatas normal, kulit merah, kejang, kulit terasa hangat.
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi dibuktikan dengan dispneu, PCO2 meningkat atau menurun, PO2
menurun, takikardia, pH arteri meningkat atau menurun, bunyi napas
tambahan, sianosis, gelisah, pola napas abnormal, warna kulit abnormal.
C. PERENCANAAN

NO Diagnosis Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1.. Setelah dilakukan intervensi Intervensi Utama
Defisit Nutrisi
keperawatan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan
(I.03119)
ketidakmampuan ...x24 jam diharapkan Status
mencerna makanan Observasi
dibuktikan dengan berat Nutrisi (L.03030) membaik
1. Identifikasi status
badan menurun minimal dengan kriteria hasil :
10% di bawah rentang nutrisi
normal, kram atau nyeri 1. Porsi makan yang
2. Identifikasi alergi dan
absomen, nafsu makan dihabiskan meningkat
menurun, bising usus 2. Verbilisasi keinginan intoleransi makanan
hiperaktif, membran untuk meningkatkan 3. Identifikasi makanan
mukosa pucat, diare yang disukai
nutrisi meningkat
4. Identifikasi
3. Nyeri abdomen
kebutuhan kalori dan
menurun
jenis nutrient
4. Diare menurun 5. Identifikasi perlunya
5. Berat badan Indeks
penggunaan selang
Massa Tubuh
nasogastric
(IMT) membaik
6. Monitor
6. Nafsu makan
asupan
membaik
makanan
7. Bising usus membaik
7. Monitor berat badan
8. Frekuensi makan
8. Monitor hasil
membaik
pemeriksaan
9. Bising usus membaik
laboratorium
10. Membran mukosa
Terapeutik
membaik
9. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
10. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
11. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
12. Berikanan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
13. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
14. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
2.Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
3. pemberian medikasi
sebelum makan (mis,
pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
4. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
5. Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
6. Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi
7. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis,
pereda nyeri,
antlemetik), jika
perlu
8. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang
dibutuhkan, jika perlu
2. Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama
berhubungan dengan
keperawatan ...x24 jam Manajemen Hipovolemia
kehilangan cairan
aktif dibuktikan diharapkan Observasi
dengan turgor kulit 1. Periksa tanda dan
Status Cairan (L.03028)
menurun, membran
mukosa kering, membaik dengan kriteria gejala hipovolemia
volume urin 2. Monitor intake
hasil :
menurun, merasa
lemah, mengeluh 1. Turgor kulit dan output cairan
haus, suhu tubuh Terapeutik
meningkat
meningkat, berat
badan turun tibatiba 2. Output urine 1. Hitung kebutuhan
meningkat cairan
3. Perasaan lemah 2. Berikan asupan cairan
menurun oral

4. Keluhan haus Edukasi

menurun 1. Anjurkan
memperbanyak asupan
5. Membran mukosa
membaik cairan oral

6. Berat badan Kolaborasi


1.Kolaborasi pemberian
membaik
cairan IV isotonis
7. Oliguria membaik
8. Intake cairan 2. Kolaborasi pemberian

membaik cairan IV hipotonis

9. Suhu tubuh 3. Kolaborasi pemberian


cairan koloid
membaik
4. Kolaborasi pemberian
produk darah
3 Risiko Setelah dilakukan Pemantauan Elektrolit
Ketidakseimbangan intervensi keperawatan Observasi
Elektrolit dibuktikan
selama ....x24 jam, maka 1 Identifikasi kemungkinan
dengan diare
Keseimbangan Elektrolit penyebab ketidakseimbangan
(L03021) meningkat, elektrolit
dengan kriteria hasil 2 Monitor kadar elektrolit
1. Serum natrium serum
membaik 3 Monitor mual, muntah, dan
2. Serum kalium diare
mambaik 4 Monitor kehilangan
3. Serum klorida cairan, jika perlu
membaik 5 Monitor tanda dan
Serum kalsium gejala hipokalemia
membaik 6 Monitor tanda dan gejala
4. Serum magnesium hiperkalemia
membaik 7 Monitor tanda dan gejala
5. Serum membaik hipernatremia
8 Monitor tanda dan gejala
hiponatremia
9 Monitor tanda dan gejala
hiperkalsemia
10 Monitor tanda dan gejala
hipomagnesemia
11 Monitor tanda dan gejala
hipermagnesemia
Terapeutik
1. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
keadaan pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1.Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu

D. Implementasi Keperawatan

implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan terhadap rencana tindakan


keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana yang sudah dilakukan validasi,
teknik yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat dengan
selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis. Setelah selesai implementasi,
dilakukan dokumentasi yang meliputi intrvensi yang sudah dilakukan dan bagaimana
respon dari pasien.

E. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan

perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan

tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Hasil evaluasi terdiri

dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif yaitu menghasilkan

umpan balik selama program berlangsung, sedangkan evaluasi sumatif dilakukan


setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas pengambilan

keputusan.

Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan yaitu format SOAP
yang terdiri dari :

1. SubjektIf, yaitu pernyataan atau keluhan subjek

2. Objektif, yaitu data yang diobservasi oleh perawat dan keluarganya

3. Analisis, yaitu kesimpulan dari subjektif dan objektif (biasanya ditulis

dengan bentuk masalah keperawatan). Ketika menentukan apa tujuan

telah tercapai, perawat dapat menarik satu dari tiga kemungkinan

simpulan, yaitu :Tujuan tercapai, yaitu respon klien sama dengan hasil

yang diharapkan.

a. Tujuan tercapai sebagian, yaitu hasi yang diharapkan hanya sebagian

yang berhasil. b. Tujuan tidak tercapai

4. Planning, yaitu rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis.


DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah.(2014). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC.


PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Wedayanti, D. P. K. 2017. PBL Gastroenteritas Akut. Universitas Udayana.
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, Maret 2023

Nama Pembimbing /CI Nama Mahasiswa

Ni Luh Yuni Suarningsih


P07120120087

Nama Pembimbing/CT

Ns. Ni Made Wedri, A.Per. Pen., S,Kep.,M.Kes


NIP.196106241987032002

Anda mungkin juga menyukai