Oleh
Oleh
OLEH:
B. Etiologi
Menurut PPNI (2017) dalam SDKI, penyebab diare adalah sebagai berikut.
Fisiologis
1. Inflamasi gastrointestinal
2. Iritasi gastrointestinal
3. Proses infeksi
4. Malabsorpsi
Psikologis
1. Kecemasan
2. Tingkat stres tinggi
Situasional
1. Terpapar kontaminan
2. Terpapar toksin
3. Penyalahgunaan laksatif
4. Penyalahgunaan zat
5. Program pengobatan (agen troid, analgesik, pelunak feses, ferosulfat,
antasida, cimetidine, dan antibiotik)
6. Perubahan air dan makanan
7. Bakteri pada air
Menurut Ngastiyah (2014), etiologi atau penyebab diare adalah sebagai berikut.
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.Meliputi infeksi eksternal sebagai berikut
:
C. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang sering menyertai diare adalah muntah (77,8%)
dan demam (77,8%), sedangkan kejang jarang terjadi (9,1%). Derajat
dehidrasi terbanyak adalah dehidrasi ringan sedang (71,6%).
Menurut PPNI (2017) dalam SDKI, tanda dan gejala diare adalah sebagai berikut.
1. Gejala dan Tanda Mayor
• Subjektif
(tidak tersedia)
• Objektif
1. Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
2. Fese lembek atau cair
2. Gejala dan Tanda Minor
• Subjektif
1. Urgency
2. Nyeri atau kram abdomen
• Objektif
1. Frekuensi peristaltik meningkat
2. Bising usus hiperaktif
Menurut Lia dewi (2014), berikut ini adalah tanda dan gejala orang yang
mengalami diare:
1. Suhu meningkat.
2. Gelisah.
3. Nafsu makan menurun.
4. Feses cair dan berlendir, kadang juga disertai dengan darahnya. Kelamaan,
feses ini akan berwarna hijau dan asam.
5. Dehidrasi, bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi penurunan volume dan
tekanan darah, nadi cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan
kesadaran, dan diakhiri dengan syok.
6. Anus lecet.
7. Berat badan menurun.
8. Turgor kulit menurun.
9. Mata dan ubun-ubun cekung.
10. Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering
D. Patofisiologi
Patofisiologi Diare Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi
sebagai berikut:
1) Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik;
2) sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik;
3) malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak;
4) Defek sistem pertukaran anion atau transpot elektrolit aktif di enterosit;
5) Motilitas dan waktu transit usus abnormal;
6) gangguan permeabilitas usus;
7) Inflamasi dinding usus, disebut diare inflamatorik;
8) Infeksi dinding usus, disebut diare infeksi (Setiawan, 2006)
Diare osmotik disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang dikarenakan oleh obat-obatan atau zat kimia yang
yang hiperosmotik, malabsorbsi umum dan defek dalam absorbsi mukosa usus
misal pada defisiensi disararidase, malabsorbsi glukosa atau galaktosa (Sudoyo,
2006). Diare sekretorik disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan elektrolit
dari usus, menurunnya absorbsi. Yang khas pada diare tipe sekretorik secara klinis
ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Penyebab dari diare ini
antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio cholera, atau Eschersia colli
(Setiawan, 2006) Motilitas dan waktu transit usus abnormal: diare tipe ini
disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan
absorpsi yang abnormal di usus halus. Penyebab gangguan motilitas antara lain:
diabetes melitus, pasca vagotomi, hipertiroid (Elain et all., 2008).
Gangguan permeabilitas usus: diare tipe ini disebabkan permeabilitas
usus yang abnormal disebabkan adanya kelainan morfologi membran epitel
spesifik pada usus halus (Setiawan, 2006).
Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik): diare tipe ini disebabkan adanya
kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi mukus
yang berlebihan dan eksudasi air dan elektrolit ke dalam lumen, gangguan absorbsi
air-elektrolit. Inflamasi mukosa usus halus dapat disebabkan infeksi (disentri
Shigella) atau noninfeksi (kolitis ulseratif dan penyakit Chron) (Setiawan, 2006)
Diare infeksi; infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dilihat
dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non invasif (tidak merusak
mukosa) dan invasif (merusak mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare
karena toksin yang disekresi oleh bakteri tersebut diare toksigenik. Contoh diare
toksigenik adalah kolera. Enterotoksin yang dihasilkan kuman Vibrio cholera atau
eltor merupakan protein yang dapat menempel pada epitel usus, yang lalu
membentuk adenosin monofosfat siklik (AMF siklik) di dinding usus dan
menyebabkan sekresi aktif anion klorida yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation
natrium dan kalium. Mekanisme absorbsi ion natrium melalui mekanisme pompa
natrium tidak terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion bikarbonat,
air, natrium, ion, kalium) dapat dikompensasi oleh meningginya absorbsi ion
natrium (diiringi oleh air, ion kalium dan ion bikarbonat, klorida. kompensasi ini
dapat dicapai dengan pemberian larutan glukosa yang diabsorbsi secara aktif oleh
dinding sel usus (Setiawan, 2006).
E. Pathway
F. Penatalaksanaan Medis
Rute pemberian cairan pada orang dewasa terbatas pada oral dan intravena.
Untuk pemberian per oral diberikan larutan oralit yang komposisinya
berkisar antara 29g glukosa, 3,5g NaCl, 2,5g Na bikarbonat dan 1,5g KCI
setiap liternya. Cairan per oral juga digunakan untuk memperlahankan
hidrasi setelah rehidrasi inisial.
2. Terapi Simtomatik
1. Pengkajian
1) Keluhan utama
A. PRIMARY SURVEY
1). Penilaian tahap primary survey, meliputi :
• A=Airway adalah mempertahankan jalan napas dengan teknik manual
atau menggunakan alat bantu. Tindakan ini mungkin akan banyak
memanipulasi leher sehingga harts diperhatikan untuk menjaga stabilitas
tulang leher (cervical spine control).
• B = Breathing adalah menjaga pernafasan ventilasi dapat berlangsung
dengan baik
• C = Circulation adalah mempertahankan sirkulasi bersama
dengantindakan untuk menghentikan perdarahan (hemorrhage control)
• D = Disability adalah pemeriksaan untuk mendapatkan
kemungkinanadanya gangguan neurologic.
• E = Exposure/environmental control adalah pemeriksaan pada
seluruhtubuh penderita untuk melihat jejas atau tanda-tanda kegawatan
yangmungkin tidak terlihat dengan menjaga supaya tidak terjadi
hipotermi
Penilaian :
Penilaian :
1). Buka leher dan dada sambil menjaga imobilisasi leher dan kepala.
3). Inspeksi dan palpasi leher dan. toraks untuk adanya deviasi trakea,ekspansi
toraks simeteris atau tidak simetris, pemakaian otottambahan, dan tandatanda
cedera.
Penilaian :
Penilaian :
e. Exposure/Environment
B. SECONDARY SURVEY
1. Anamnesis
Step 1 : Dapatkan riwayat AMPLE dan pasien, keluarga atau petugas pra-rumah
sakit. Riwayat "AMPLE" patut diingat :
A : Alergi
L: Last meal
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada secondary survey dilakukan berurutan mulai dari
kepala, maksilo-fasial, servikal dan leher, dada, abdomen,
perineum/rektum/vagina, muskuloskeletal sampai pemeriksaan neurologis.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagonasa keperawatan yang muncul pada pasien diare menurut SDKI adalah
sebagai berikut.
1. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
dibuktikan dengan berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang
normal, kram atau nyeri absomen, nafsu makan menurun, bising usus
hiperaktif, membran mukosa pucat, diare.
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan
turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, merasa
lemah, mengeluh haus, suhu tubuh meningkat, berat badan turun tiba-tiba.
3. Risiko Ketidakseimbangan Elektrolit dibuktikan dengan diare.
4. Hipertemia berhubungan dengan dehidrasi dibuktikan dengan suhu tubuh
diatas normal, kulit merah, kejang, kulit terasa hangat.
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi-
perfusi dibuktikan dengan dispneu, PCO2 meningkat atau menurun, PO2
menurun, takikardia, pH arteri meningkat atau menurun, bunyi napas
tambahan, sianosis, gelisah, pola napas abnormal, warna kulit abnormal.
C. PERENCANAAN
NO Diagnosis Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1.. Setelah dilakukan intervensi Intervensi Utama
Defisit Nutrisi
keperawatan Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan
(I.03119)
ketidakmampuan ...x24 jam diharapkan Status
mencerna makanan Observasi
dibuktikan dengan berat Nutrisi (L.03030) membaik
1. Identifikasi status
badan menurun minimal dengan kriteria hasil :
10% di bawah rentang nutrisi
normal, kram atau nyeri 1. Porsi makan yang
2. Identifikasi alergi dan
absomen, nafsu makan dihabiskan meningkat
menurun, bising usus 2. Verbilisasi keinginan intoleransi makanan
hiperaktif, membran untuk meningkatkan 3. Identifikasi makanan
mukosa pucat, diare yang disukai
nutrisi meningkat
4. Identifikasi
3. Nyeri abdomen
kebutuhan kalori dan
menurun
jenis nutrient
4. Diare menurun 5. Identifikasi perlunya
5. Berat badan Indeks
penggunaan selang
Massa Tubuh
nasogastric
(IMT) membaik
6. Monitor
6. Nafsu makan
asupan
membaik
makanan
7. Bising usus membaik
7. Monitor berat badan
8. Frekuensi makan
8. Monitor hasil
membaik
pemeriksaan
9. Bising usus membaik
laboratorium
10. Membran mukosa
Terapeutik
membaik
9. Lakukan oral hygiene
sebelum makan, jika
perlu
10. Fasilitasi
menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
11. Sajikan makanan
secara menarik dan
suhu yang sesuai
12. Berikanan makanan
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
13. Berikan makanan
tinggi kalori dan
tinggi protein
14. Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasogatrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
2.Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
3. pemberian medikasi
sebelum makan (mis,
pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
4. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
nasogatrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
5. Anjurkan posisi
duduk, jika
mampu
6. Ajarkan diet
yang
diprogramkan
Kolaborasi
7. Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan (mis,
pereda nyeri,
antlemetik), jika
perlu
8. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
jenis nutrient
yang
dibutuhkan, jika perlu
2. Hipovolemia Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama
berhubungan dengan
keperawatan ...x24 jam Manajemen Hipovolemia
kehilangan cairan
aktif dibuktikan diharapkan Observasi
dengan turgor kulit 1. Periksa tanda dan
Status Cairan (L.03028)
menurun, membran
mukosa kering, membaik dengan kriteria gejala hipovolemia
volume urin 2. Monitor intake
hasil :
menurun, merasa
lemah, mengeluh 1. Turgor kulit dan output cairan
haus, suhu tubuh Terapeutik
meningkat
meningkat, berat
badan turun tibatiba 2. Output urine 1. Hitung kebutuhan
meningkat cairan
3. Perasaan lemah 2. Berikan asupan cairan
menurun oral
menurun 1. Anjurkan
memperbanyak asupan
5. Membran mukosa
membaik cairan oral
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Hasil evaluasi terdiri
dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif yaitu menghasilkan
keputusan.
Format yang dapat digunakan untuk evaluasi keperawatan yaitu format SOAP
yang terdiri dari :
simpulan, yaitu :Tujuan tercapai, yaitu respon klien sama dengan hasil
yang diharapkan.
Nama Pembimbing/CT