Makalah I'Tiradh, Iltifat Dan Fawasil Ayat: Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Balaghah Al-Quran
Makalah I'Tiradh, Iltifat Dan Fawasil Ayat: Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Balaghah Al-Quran
Makalah I'Tiradh, Iltifat Dan Fawasil Ayat: Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Balaghah Al-Quran
Disusun oleh :
FAKULTAS USHULUDDIN
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia Nya kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah dengan materi “ Iltifat,
I’tiradh dan Fawasil Ayat ”.
Shalawat beserta salam tak luput kami hadiahkan untuk panutan umat muslim
sedunia, Rasulullah SAW contoh tauladan sekaligus orang yang mampu membawa umat
muslim dari zaman jahiliyah kepada zaman modernisasi seperti yang kita rasakan saat ini.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen Ustadz Ahmad Zulfikar, LC,
MA.Yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini. Terimakasih tak luput
juga diucapkan kepada rekan-rekan kelompok yang telah berpartisipasi dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mohon kritik dan saran yang mendukung dari
pembaca demi kemajuan kedepannya agar bias bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB 1...................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
1. I’tiradh.......................................................................................Error! Bookmark not defined.
2. Iltifat.........................................................................................................................................6
A. Pengertian............................................................................................................................6
B. Pembagian Iltifat.................................................................................................................8
3. Fawasil Ayat...............................................................................................................................12
A. Pengertian..............................................................................................................................12
B. Cara untuk mengetahui ilmu fawasil...............................................................................15
C. Faedah mengetahui Ilmu Fawasil.....................................................................................15
BAB III...............................................................................................................................................17
PENUTUP..........................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................16
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nilai keindahan sastra yang terkandung dalam suatu ungkapan merupakan ruh dari
pada ungkapan itu sendiri. Tak akan ada nilai lebih satu ungkapan atas ungkapan lainnya jika
tidak terdapat sisi keindahan dalam ungkapan tersebut.
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan dalam bentuk ungkapan bahasa
Arab yang fasih sebagaimana pernyataan Allah SWT yang tegas dan lugas, dalam salah satu
ayat al-Qur’an, yaitu surat az-Zumar ayat 28 :
(Ialah) Alquran dalam bahasa Arab yang tidak ada kebengkokan (di dalamnya)
supaya mereka bertakwa.
Alquran merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw. Kemukjizatan tersebut
terkandung pada aspek bahasa dan isi kandungan maknanya. Sehingga dalam beberapa ayat
dijelaskan bahwa tak ada seorangpun yang dapat menandingi keindahan bahasa Alquran. Dari
aspek bahasa, Alquran mempunyai tingkat fasahah yang tinggi. Sedangkan dari aspek isi,
pesan dan kandungan maknanya melampaui batas kemampuan manusia.
Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang diakui sarat akan nilai keindahan dan ke-
balagh-an. Hal itu tampak dalam ketepatan diksi, kesesuaian antara lafal dan maknanya, dan
sisi keindahan lainnya yang menjadikannya tetap tak tertandingi dan tak akan pernah
tertandingi oleh ungkapan manapun. Karena didalam keindahan itulah letak salah satu ke-
Ijaz-an kitab suci tersebut. Betapa indahnya ungkapan seorang pujangga dalam lirik syair
yang berbunyi:
و كتابه أهدى واقوم قيال# هللا اكبر إن دين محمد
“Allah Akbar!!! Sungguh benar agama (yang di bawa) oleh Muhammad (Islam), dan kitab
(yang diterimanya) itu (al-Qur‟an) sungguh kitab yang paling sarat akan petunjuk dan
sepaling baik ungkapan. Oleh karenanya, janganlah kalian menyebut-nyebut kitab klasik
disisinya (sebagai padanan dan bandingan)! Karena jika fajar telah terbit, maka (cahaya fajar
itu) pasti akan meredupkan cahaya lentera”.
Dan makna Al-qur'an diungkapkan oleh Allah menggamabarkan petujuk yang meliputi
aqidah, tentang hubungan manusia dengan Rabnya, aturan-aturan tentang hubungan manusia
dengan alam sekitar, ajaran tentang Akhlaq dan lain sebagainya yang sangat tinggi, mulia dan
begitu indahpenuh daya cipta dan orisini sedemikian rupa sehingga manusia lemah dalam
menandinginya.
Jadi, bagi siapa saja yang ingin berinteraksi dengan al-Qur‟an (al-Mu‟amalah bi al-
Qur‟an) dalam bentuk upaya menafsirkannya, maka dipersyaratkan bagi orang tersebut untuk
memahami secara komprehensif sisi kebalaghannya agar benar-benar memiliki modal yang
memadai dalam menangkap pesan-pesan yang terkandung dibalik redaksinya yang
fasih,baligh, dan tentu saja jawami‟ al-kalim
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
1. I’tiradh
I’tiradh artinya menyisipkan satu kalimat atau lebih kedalam suatu kalimat atau ke
antara dua kata yang berhubungan dengan tujuan tertentu. Lafadz yang ditambah diantara 2
kalimat yang terpisah dalam maknanya. Diantaranya :
- Maknanya bisa doa
- Maknanya attanjih (membersihkan)
- Sebagai penambah penguatan1
Jumlah mu'taradhah pada ayat ini adalah َولَ ْن تَ ْف َعلُوْ اyang terletak antara fi'il syarat dan
jawabnya sebagai penegasan bahwa mereka tidak dapat dan tidak akan dapart membuatnya. 2
2. Iltifat
A. Pengertian
Secara etimologi iltifat adalah bentuk mashdar dari kata “ َ “التُفَتmengikuti wazan “
”فتعالdengan tambahan hamzah dan ta. Kata dasarnya “”لفت.secara etimologis, kata “”لفت
memiliki arti ( الصَّرفperubahan). Sedangkan secara Terminology menurut Al-Hasyimi
bahwa iltifat adalah perpindahan dari semua dhamir, mutakalim, mukhotob atau ghaib
kepada dhamir lain, karena tuntutan dan keserasian yang lahir melalui pertimbangan
dalam menggugah perpindahan itu, untuk menghiasi percakapan dan mewarnai seruan,
agar tidak jemu dengan satu keadaan dan sebagai dorongan untuk lebih memperhatikan,
karena dalam setiap yang baru itu adalah kenyamanan, sedangkan sebagian iltifat
memiliki kelembutan, pemiliknya adalah rasa bahasa yang sehat.
1
Dodi Insan Kamil, Definisi Al-Ithnab dan Bentuk-Bentuk Ithnab, [Dodiinsankamil.id], Definisi Al-Ithnab dan
Bentuk-Bentuk Ithnab - Dodi insan Kamil, diakses pada 04 April 2023
2
Dr. Mahdir Muhammad, MA. “Esensitas Pembelajaran Balaghah Al Quran”, Jurnal Al-Fikrah. Vol, 8 No. 1
(2019), 89.
bentuk ghoib ke bentuk takallum atau khitob, atau dari bentuk khitob ke bentuk ghoib
atau takallum)3
Iltifât merupakan fenomena kebahasaan yang memiliki struktur berbeda dengan yang
biasanya. Beberapa definisi yang diberikan oleh para ahli adalah sebagai berikut: Abd al-
Mu'thy 'Azafah memberikan definisi illtifât dengan
انصراف المتكلم عن المخاطبة الى اإلخبار وعن اإلخبار الى المخاطبة وما أشبه ذالك
Artinya :
Beralihnya penutur dari menggunakan bentuk mukhatabah (dialogis) kepada tutur ikhbar
(infomatif) dan dari ikhbar kepada mukhatabah dan sebagainya.
Abdul Qadir Husein berpendapat Iltifât adalah perpindahan dari bentuk dhamir khithâb
atau dhamir ghaibah atau dhamir takallum ke bentuk lain dari bentuk-bentuk tersebut di atas,
dengan syarat dhamirnya kembali pada bentuk yang sama. Apabila tempat kembali dhamir
pertama berbeda dengan tempat kembalinya dhamir kedua, maka bukanlah dinamakan iltifât.
(Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah
shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah). Q.S. Al Kautsar 1-2
Pada ayat tersebut terdapat iltifât dari dhamir takallum ke dhamir ghaibah, tepatnya yaitu dari
penggunaan dhamir takallum (nâ) kemudian ber-iltifât kepada penggunaan bentuk ghaibah
(lirabbika). Seandainya tidak terjadi pengalihan, maka struktur redaksi ayat tersebut adalah
(lanâ), lengkapnyaلنا إنا أعطيناك الكوثرفصل
3
Khalid Mawardi,” Iltifat”, [All about pendidikan] Iltifat | إلتفاتAll About Pendidikan (wordpress.com), diakses
pada 02 April 2023
Contoh lain yaitu:
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon
pertolongan”. (Al Fatihah : 5)
Pada ayat ini menggunakan gaya Bahasa iltifat, yang kita bandingkan jika tidak
menggunakan iltifat menjadi ُاِيَّاه نَ ْعبُ ُد َواِيَّاه نَ ْستَ ِعي ْۗن. Disini penggunaan dhomir “ka” dianggap
lebih pantas digunakan karena bermaksud kembali kepada Allah SWT.
B. Pembagian Iltifat
1. Iltifat Al-Dhamir
Yang dimaksud dengan Iltifat Al- Dhamir adalah perpindahan dari satu dhamir
kepada dhamir yang lain diantara dhamir yang tiga (mutakallim, mukhatab, dan ghaib).
Dengan catatan dhamir yang baru kembali kepada dhamir yang sudah ada dengan materi
yang sama.
Artinya :
Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah mnciptakanku dan yang hanya kepada-
Nya kamu akan dikembalikan. (QS. Yasin 22)
Ayat tersebut merupakan gaya bahasa iltifat, berupa perpindahan dhamir, yaitu dari
dhamir mutakalim اليJJوم mengapa aku) kepada dhamir mukhatab ونJJترجع (kamu akan
dikembalikan), dan ternyata dhamir baru itu (dhamir mukhotob) pada ترجعون kembali kepada
dhamir yang sudah dalam materi yang sama, yaitu dhamir mutakalim pada ومالي
Sesungguhnya Aku (Allah) telah memberikan kepadamu nikmat yang sangat banyak (telaga
kautsar), maka sholatlah kamu pada Tuhanmu dan berkurbanlah (QS.Al-kautsar 1-2).
Dari bentuk takalum انّا berpindah kebentuk Ghaib فص ِّل لربِّك asalnya فص ِّل لنا (sholatlah
padaku).
c. Dari mukhatab ke mutakallim
ب
ُ ش ْي
ِ ان َم
ِ َص َر َح ًّ طروب * بُ َع ْي َد ال
ْ شباب ع ُ قلب في الحسان
ُ طهابك
Lafazh مالك يوم الدين merupakan bentuk ghaib, lalu pindah kebentuk khitob ايّك
f. Dari ghoib ke mutakallim
Artinya :
Allah yang telah meniupkan angin, lalu angin itu menerjang mendung, lalu aku (Allah)
menggiringnya (QS. Al- Fathir :9)
انّا اعتد نا جهنم للكافرين نزال,افحسب الذين كفروا ان يتخذوا عبادي من دوني اولياء
Artinya :
Ayat tersebut menggunakan gaya bahasa ‘udul yang berpola kepada iltifat. Perpindahanya
terjadi pada bilangan dhamir, berupa perpindahan dari mutakallim mufrad (personal tunggal)
عبادي (hambab-hamba-Ku) kepada mutakalim jamak (jamak) انَا (sesungguhnya kami), dan
dhamir mutakalim jamak pada انَا kembali kepada dhamir yang sudah ada dalam materi yang
sama, yaitu dhamir mutakalim mufrod pada عبادي.
Artinya :
Kami berfirman : turunlah kamu semua dari syurga itukemudian jika datang petunjuk-Ku
kepadamu…(QS. Al- baqarah 38).
Ayat tersebut menggunakan gaya bahasa udul yang berpola kapadal iltifat.
Perpindahanya tejdai pada bilangan dhamir, berupa perpindahan dari mutakalim jamak قلنا
(kami berfirman) kepada mutakalim mufrad مني هدى.(petunjuk-Ku), dan dhamir mutakalim
mufrad jamak pada مني هدى. Kembali kepada dhamir yang sudah ada dalam materi yang sama
yaitu dahamir mutakalim jamak pada قلنا
Artinya
(dan mereka menyatakan bahwa sulaiman itu mengerjakan sihir) padahal sulaiman tidak
kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan –syaitan itulah-itulah yang kafir (mengerjakan
sihir)…..( QS. Al-baqarah 102)
Ayat tersebut menggunakan pola iltifat, berupa perpindahan anwa’al-jumlah (ragam kalimat),
yaitu dari jumlah fiiliyah ُ( َو َما َكفَر سليمانterdiri dari fiil dan fail) kepada jumlah ismiyah َولَكن
ُروJياطينَ َكفJJالش (terdiri dari mubtada dan khobar), kalimat kedua merupakan penjelasan dari
kalimat pertama.
Artinya
segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, maha pemurah lagi maha penyayang, yang
menguasai hari pembalasan dan. Hanya kepada engkaulah kami menyembah…
Ayat tersebut merupakan pola iltifaty, berupa perpindahan pada anwa’al-jumlah yaitu dari
jumlah ismiyah الحمدهلل (terdiri dari mubtada dan khobar) kepada jumlah fi’liyah اك نعبدJJاي
(terdiri dari fiil, fail dan maful bih), kalimat kedua merupakan penjelasan tentang keadaan
persona III pada kalimat pertama.
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri)yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah (dalam berbuat ) kebaikan (QS. Al- Baqarah 148)
Ayat tersebut merupakan pola iltifat, berupa perpindahan pada anwa’al-jumlah yaitu
dati kalimat berita ( ولكل وجهة هوموليهاdan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia
menghadap kepadanya), kepada kalimat perintah فاس––تبقو الخ––يراتmaka berlomba-lombalah
kamu dalam berbuat kebaikan), kalimat kedua merupakan penjelasan tentang sikap mukhotob
terhadap pernyataan pada kalimat pertama.4
3. Fawasil Ayat
A. Pengertian Fawasil Ayat
Secara etimologi, fawasil adalah bentuk jamak dari kata fashilah yang berarti ujung akhir
suatu ayat. Adapun secara istilah,
س آيَاتِهَا َوخَاتِ َمتِهَا ِ ْرفَةُ َع َد ِد آيَا
ِ ْت ُكلِّ سُوْ َر ٍة َم َع بَيَا ِن ُرُؤ و ُ ت ْالقُرْ آ ِن ْال َك ِري ِْم ِم ْن َحي
ِ ْث َمع ِ ث فِ ْي ِه ع َْن َأحْ َوا ِل آيَا
ُ ه َُو ِع ْل ٌم يُ ْب َح
Ilmu yang di dalamnya dibahas tentang berbagai keadaan ayat Al-Qur’an al-Karim
dari sisi pengetahuan terhadap jumlah ayat pada setiap surat disertai penjelasan tentang ujung
akhir dari ayat itu.
Istilah lain yang juga dipergunakan oleh para ulama’ adalah istilah “Ilmul ‘Adad”,
suatu ilmu yang berbicara tentang jumlah ayat setiap surat Al-Qur’an. Dari sini dapat
dikatakan secara umum bahwa yang dimaksud dengan al-Fashilah (al-Fawashil) adalah kalam
(pembicaraan) yang terpisah dari kalam yang setelahnya, yang terkadang ia di ujung ayat dan
4
Khalid Mawardi,” Iltifat”, [All about pendidikan] Iltifat | إلتفاتAll About Pendidikan (wordpress.com), diakses
pada 02 April 2023
terkadang tidak. Dan Fashilah terletak di akhir penggalan pembicaraan. Ia dinamakan dengan
hal itu karena kalam terputus (berakhir) di tempat itu. 5
B. Macam-Macam Fawasil Ayat
1. Pemisah ayat yang hampir sama (Fashilah mutamatsilah), seperti dalam firman-
Nya:
” Demi bukit, dan kitab yang ditulis, pada lembaran yang terbuka, dan demi Baitul
Ma'mur.”(QS. Ath-Thuur: 1-4)
Dan firman-Nya:
ِ } َوالَّ ْي ِل ِإ َذا يَس3{ } َوال َّش ْف ِع َو ْال َو ْت ِر2{ } َولَيَا ٍل َع ْش ٍر1{ َو ْالفَجْ ِر
}4{ ْر
” Demi fajar, dan malam yang sepuluh, dan yang genap dan yang ganjil, dan malam
bila berlalu.”(QS. Al-Fajr: 1-4)
Dan firman-Nya:
” Sungguh, aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam, demi
malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, dan demi subuh apabila fajarnya
mulai menyingsing.”(QS. At-Takwir: 15-18)
2. Pemisah ayat yang berdekatan dalam huruf (Fashilah mutaqaribah fi huruf), seperti
firman-Nya:
5
Elrosyid, Pengertian Ilmu Fawasil, [296 group], Pengertian Ilmu Fawashil - 296 GROUP, diakses pada 03 April
2023
” Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalasan.”(QS. Al-
Fatihah: 3-4)
Dan firman-Nya:
” Qaaf Demi al-Qur'an yang sangat mulia. (Mereka tidak menerimanya) bahkan
mereka tercengang karena telah datang kepada mereka seorang pemberi peringatan
dari (kalangan) mereka sendiri, maka berkatalah orang-orang kafir:"Ini adalah suatu
yang amat ajaib" Apakah kami setelah mati dan setelah menjadi tanah (kami akan
kembali lagi), itu adalah suatu pengembalian yang tidak mungkin.”(QS. Qaaf: 1-3)
Karena huruf dal dengan ba berdekatan.
3. Pemisah ayat yang bertepatan (Fashilah Mutawaziyah), yaitu jika dua kata sama
dalam wazn (pola) dan huruf-huruf sajaknya, seperti firman-Nya:
}14{ ٌ} َوَأ ْك َوابُُ َّموْ ضُو َعة13{ ٌفِيهَا ُس ُر ُُر َّمرْ فُو َعة
Pemisah ayat yang seimbang (Fashilah Mutawazin), apabila hanya irama yang
diperhatikan dalam penggalan kalimat, seperti firman-Nya:
6
Mohammad Sholiheen bin Osman, Ilmu Fawasil (Ilmu kira ayat Al Quran) Mukadimah, [Ulumul Quran],
ULUMUL QURAN: ILMU FAWASIL(ILMU KIRA AYAT AL-QURAN)MUKADIMAH (abisholiheen.blogspot.com),
diakses pada 03 April 2023
Untuk mengetahui bilangan ayat yang disunatkan membacanya selepas al fatihah di
dalam sholat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari pembelajaran balaghatul qur’an adalah mengungkap kandungan mu’jizat
Al-Qur’an di bidang sastra Arab dengan mempelajari kaidah-kaidah Balaghoh,
memahami kaidah, uslub, ta’bir, dandzauq dari segi bentuk makna, dan fungsi dari
ayat-ayat Al-Alqur’an. Menggunakan Balaghoh untuk meningkatkan kemampuan
intelektual dalam tafsir Al-Qur’an. Menerapkan Balaghoh Al-Qur’an untuk
berkomunikasi transformative global secara lisan maupun tulis. Menikmati dan
memanfaatkan karya Balaghoh Al-Qur’an untuk ,memperluas wawasan, memperhalus
budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa dan sastra.
Menghargai dan membanggakan Balaghoh Al-Qur’an sebagai khazanah ilmu melalui
firman-firman Allah.
B. Saran
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan
karena keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman juga keterbatasan kami sebagai
manusia biasa, untuk itu kritik dan saran amat kami harapkan demi kesempurnaan
kami dalam menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Ali al-Jarim & Musthafa Amin, Al-Balaghah al-Wadhihah, (Kairo: Dar al-
Ma‟arif, tt