Laporan Pendahuluan Hipertensi
Laporan Pendahuluan Hipertensi
Laporan Pendahuluan Hipertensi
1. Definisi
Menurut WHO, Hipertensi adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah
memiliki tekanan darah tinggi (tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg) (Sunarwinadi, 2017).
Hipertensi sering dijuluki sebagai silent killer atau pembunuh diam-diam
karena dapat menyerang siapa saja secara tiba-tiba serta merupakan salah satu
penyakit yang dapat mengakibatkan kematian. Hipertensi juga beresiko menimbulkan
berbagai macam penyakit lainnya yaitu seperti gagal jantung, jantung koroner,
penyakit ginjal dan stroke, sehingga penanganannya harus segera dilakukan sebelum
komplikasi dan akibat buruk lainnya terjadi seperti dapat menurunkan umur harapan
hidup penderitanya (Sulastri, Elmatris, and Ramadhani, 2012).
Hipertensi pada lansia dibedakan atas hipertensi dimana tekanan sistolik sama
atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari
90 mmHg, serta hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg (NOC, 2015).
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
diusat vasomotor ada medulla di otak. Dari usat vasomotor ini bermula jaras saraf
simatis, yang berlanjut ke bawah, corda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah dalam bentuk system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuro preganglion melepaskan asetilkolin
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon
vasokontrikstor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang menyebabkan penurunan aliran
ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan
Angiotensin I yang kemudian dirubah menjadi Angiotensin II, suatu vasokonstriktor
kuat yang pada giliran nya merangsang sekresi aldosterone oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan
hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh darah perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastitisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi pembuluh darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup) mengakibatkan penurunaan curah jantung dan peningkatan tahan
perifer (Smeltzer, 2001). Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
“hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak di kompresi
oleh cuff shpygmamonometer (Darmojo, 1999).
4. Manifestasi Klinis
Hipertensi sering dikatakan sebagai silent killer, hal ini karena hipertensi dapat
menyerang siapa saja dan dapat menyebabkan kematian. Ciri-ciri dari Hipertensi
(Intan, 2012), yaitu :
a. Sakit Kepala
Salah satu ciri dari penyakit hipertensi yaitu sakit kepala. Hal ini karena
aliran darah yang dihasilkan oleh jantung ke seluruh tubuh semakin
meningkat sehingga membuat sakit pada daerah kepala.
b. Sesak Nafas
Pada penderita hipertensi sesak nafas bisa terjadi, hal ini karena
pendarahan tidak lancar sehingga membuat penderita hipertensi merasa
sesak.
c. Pendarahan Dari Hidung (mimisan)
Mimisan adalah salah satu ciri dari hipertensi. Hal ini karena akan
menyebabkan pecahnya pembuluh darah dibagian belakang (epistaksis
posteor) sehingga menyebabkan terjadinya mimisan.
d. Gelisah
Gelisah terjadi karena berbagai hal yaitu diantaranya karena faktor emosi
yang berlebihan.
e. Denyut Jantung Semakin Cepat
Ketika denyut jantung semakin cepat, jantung terasa berdebar-debar. Hal
ini terjadi karena faktor emosi sehingga masih merupakan salah satu ciri
dari penyakit darah tinggi (hipertensi).
5. Komplikasi
Pasien hipertensi biasanya meninggal dunia lebih cepat apabila penyakitnya
tidak terkontrol dan telah menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital. Sebab
kematian yang sering terjadi adalah penyakit jantung dengan atau tanpa disertai stroke
dan gagal ginjal. Dengan pendekatan per organ system, dapat diketahui komplikasi
yang mungkin terjadi akibat hipertensi, yaitu antara lain jantung ; infark miokard,
angina pectoris, gagal jantung kongestif. System saraf pusat; stroke, hypertensive
encephalopathy. Ginjal; penyakit ginjal kronik. Mata; hypertensive retinopathy.
Pembuluh darah perifer; peripheral vascular disease (Anonim, 2009).
6. Penatalaksanaan
Prinsip pengelolaann penyakit hipertensi meliputi:
a. Terapi nonfarmakologis
1) Diet
2) Penurunan berat badan
3) Latihan fisik
4) Menghentikan rokok
b. Edukasi psikologis
1) Tehnik relaksasi
2) Pendidikan kesehatan
c. Terapi farmakologis
1) Penghambat saraf simpatis
2) Beta bloker
3) Vasodilator
4) Angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor
5) Calcium antagonis
6) Antagonis reseptor angiotensin II
7) Diuretic
7. Pemeriksaaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium; Hb/Ht, BUN/Kreatinin. Urine Analisa
b. CT Scan
c. EKG
d. IU ; mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti: batu ginjal, perbaikan ginjal
e. Poto Dada (Sobel, et al, 1999)
8. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian
1) Riwayat atau adanya factor-faktor resiko, antara lain; kegemukan, Riwayat
keluarga positif, peningkatan kadar lipid serum, merokok berat, penyakit
ginjal, terapi hormon kronis, gagal jantung, kehamilan
2) Aktivitas/istirahat;
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
3) Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung coroner/katup dan
penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi.
Tanda : kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis,
takikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokonstriksi perifer) pengisian kapiler mungkin
lambat/tertunda.
4) Integritas ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress multiple
(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan)
Tanda : letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue, perhatian,
tangisan meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola
bicara
5) Eliminasi
Gejala : gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi/Riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu.
6) Makanan/cairan
Gejala : makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir-akhir ini
(meningkat/turun) dan Riwayat penggunaan diuretic.
Tanda : berat badan normal atau obesitas, adanya edema, glikosuria
7) Neurosensory
Gejala : keluhan pusing/pening, berdenyut, sakit kepala, sub oksipital (terjadi
saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam),
gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur, epistakis).
Tanda : status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, efek,
proses piker, penurunan kekuatan genggaman tangan.
8) Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : angina (penyakit arteri coroner/keterlibatan jantung), sakit kepala
9) Pernapasan
Gejala : dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea, orthopnea,
dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, Riwayat merokok.
Tanda : distress pernapasan/penggunaan otot aksesori pernafasan bunyi nafas
tambahan.
10) Keamanan
Gejala : gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural (Hidayat,
2009).
b. Diagnosis Keperawatan
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventrikuler
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2
3) Gangguan rasa nyaman;nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vaskuler serebral
4) Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi (Doengoes, 2000).
c. NCP
Diagnose Tujuan & kriteria hasil Intervensi
Resiko tinggi terhadap Setelah dilakukan Tindakan Perawatan Jantung
penurunan curah curah keperawatan selama 2 x 24 jam Observasi
jantung berhubungan diharapkan keadekuatan jantung - Identifikasi tanda/gejala
dengan peningkatan memompa darah untuk memenuhi primer penurunan curah
afterload, vasokonstriksi, kebutuhan metabolisme tubuh jantung (meliputi dispnea,
iskemia miokard, hipertropi meningkat dengan kriteria hasil: kelelahan, edema, ortopnea,
ventrikuler Kriteria hasil Skor paroxysmal nocturnal
Kekuatan nadi perifer 5 dyspnea, peningkatan CVP)
Cardiac index (CI) 5 - Identifikasi tanda/gejala
Palpitasi 5 sekunder penurunan curah
Bradikardia 5 jantung (meliputi
Gambaran EKG 5 peningkatan berat badan,
aritmia hepatomegaly, distensi vena
Lelah 5 jugularis, palpitasi, ronkhi
Edema 5 basah, oliguria, batuk, kulit
Dispnea 5 pucat)
Distensi vena jugularis 5 - Monitor tekanan darah
Oliguria 5 - Monitor intake dan output
Pucat/sianosis 5 cairan
d. Evaluasi
1) Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat; tekanan darah dalam rentang
yang dapat diterima dengan pengobatan terapi diet dan perubahan gaya hidup,
tidak menunjukan gejala angina, palpitasi atau penurunan penglihatan, kadar
BUN dan kreatinin serum stabil, dan teraba denyut nadi perifer
2) Mematuhi program asuhan dini; minum obat sesuai resep dan melaporkan
setiap ada efek samping, mematuhi aturan diet sesuai yang dianjurkan,
pengurangan natrium, kolesterol dan kalori, berlatih secara teratur dan cukup,
mengukur tekanan darahnya sendiri secara teratur, berhenti mengkonsumsi
tembakau, kafein dan alcohol, menepati jadwal kunjungan klinik atau dokter
3) Bebas dari komplikasi; tidak terjadi ketajaman penurunan penglihatan, dasar
mata tidak memperlihatkan perdarahan retina, kecepatan napas dalam batas
normal, tidak terjadi dyspneu atau edema, menjaga haluaran urin sesuai
dengan masukan cairan, pemeriksaan fungsi ginjal dalam batas normal, tidk
memperlihatkan defisik motoric, bicara atau sensorik dan tidak mengalami
sakit kepala, pusing, atau perubahan cara berjalan (Tucker, et al, 1999).
9. Daftar Pustaka
a. Anonym.(September, 2009). Penderita hipertensi rawan lupa. Diakses pada
tanggal 18 September 2010, dari http://waspada.co.id/indeks.php?
option=com_content&view=articel&id=5426zpenderita-hipertensi-rawan-
lupa&catid=28&itemid=48
b. Doengoes, Marilyn E.2000. rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
c. Hidayat. (Mai, 2009). Askep Hipertensi. Diakses pada tanggal 17 September
2010, dari http://hidayat2.wordpress.com/2009/05/12/askep-hipertensi/.
d. Tucker, S.M, et all. 1999. Standar perawatan pasien: proses keperawatan,
diagnosis dan evaluasi edisi V. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.