Yuli Kamasari - Laporan KP
Yuli Kamasari - Laporan KP
Yuli Kamasari - Laporan KP
DISUSUN OLEH
Yuli Kamasari
NIM. 12191084
PEMBIMBING
DISUSUN OLEH
Yuli Kamasari 12191084
ABDUL ALIMUL KARIM, S.T., M.T. VRIDAYANI ANGGI LEKSONO, S.Si., M.T
NIPH. 100118159 NIPH. 100116077
i
LEMBAR PENGESAHAN
DISUSUN OLEH
YULI KAMASARI 12191084
PEMBIMBING LAPANGAN
ALI MUHSIN
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat, kemudahan, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan KerjaPraktik dengan judul :
“Analisis Metode Kerja pada Proses Set Up untuk
Peningkatan Produktivitas pada Operator dan Chroming
Materials menggunakan Fishbone dan FMEA (Failure
Mode and Effect) di PT. Mulia Perdana Mupeco ”
Laporan kerja praktik ini sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh
untuk menyelesaikan Program Sarjana di Program Studi Teknik Industri, Jurusan
Teknologi Industri dan Proses, Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Balikpapan.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada :
1. Ibu Vridayani Anggi Leksono, S.Si., M.T selaku Dosen Pembimbing.
2. Bapak Khairul Ikhsan selaku HRGA Manager PT. Mulia Perdana
Mupeco yang sudah memberi kesempatan kepada saya untuk
melaksanakan kerja praktik di PT. Mulia Perdana Mupeco.
3. Bapak Ali Muhsin selaku Pembimbing Lapangan dan Engineering di
PT. Mulia Perdana Mupeco.
iii
10. Serta semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Laporan Kerja
Praktik ini.
Saya menyadari bahwa penyusunan laporan kerja praktik ini masih jauh dari
kata sempurna. Karena itu saya mengharapkan segala kritik dan saran yang
membangun. Semoga Laporan Kerja Praktik ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
serta dapat menambah pengetahuan dan mempermudah penelitian yang akan
dilakukan selanjutnya. Atas perhatiannya saya ucapakan terima kasih.
Yuli Kamasari
iv
Analisis Metode Kerja pada Proses Set Up untuk Peningkatan
Produktivitas pada Operator dan Chroming Materials menggunakan
Fishbone dan FMEA (Failure Mode and Effect) di PT. Mulia Perdana
Mupeco
INTISARI
PT. Mulia Perdana Mupeco merupakan perusahaan jasa yang memiliki bisnis utama
yaitu hard chrome plating specialist dan manufacture cylinder and repair service.
Perusahaan ini bergerak dibidang fabrikasi dan machining, line boring, seal
specialist, perbaikan hydraulic, perbaikan turbo charger, perbaikan motor stater &
altenator, perbaikan engine. Dalam proses bagian departemen hard chrome, Proses
pelapisan krom keras (hard chrome) adalah salah satu proses akhir dari pengerjaan
logam yang banyak diterapkan dalam industri logam maupun industri permesinan.
Pelapisan krom keras banyak digunakan untuk benda kerja yang pada
penggunaannya memerlukan sifat-sifat tertentu, karena pelapisan krom keras
mempunyai sifat yang biasa memperbaiki kualitas bahan. Data pengamatan di olah
dengan metoda statistika seperti uji keseragaman data, uji kecukupan data.
Identifikasi aktifitas dan permasalah diolah dengan membuat Peta Proses operasi,
Peta aliran proses dan Peta pekerja dan mesin. Dari Peta pekerja dan proses didapat
waktu baku proses set up sekarang adalah 516 menit dengan beban kerja tidak
merata antara pekerja (53.4%) dan mesin (46.5%). Dari Peta aliran proses
Orang/pekerja di identifikasi aktifitas tidak bermanfaat. Pengolahan data dengan
menggunakan metode Fishbone diagram untuk identifikasi penyebab dan perbaikan
yang akan di usulkan di perubahan dan Metoda FMEA untuk menetapkan prioritas
perbaikan terhadap usulan.Berdasarkan analisis FMEA, diperoleh nilai RPN untuk
menetapkan prioritas perbaikan metode kerja, yaitu lokasi Peralatan Jauh (27), tool
tidak terawat (18), kotoran debu dan minyak yang bercampur dengan cairan
elektrolit (27), penempatan mesin yang terlalu berdekatan (27), dan komponen dan
material lama tiba di workshop (27). Simulasi dilakukan dengan membuat peta
pekerja dan mesin, dan peta aliran proses, serta memasukan data waktu pengukuran
langsung pada peta aliran proses didapatkan hasil waktu baku 291 menit dengan
beban kerja merata antara pekerja (98%) dan Mesin (84%). Terjadi peningkatan
beban kerja operator dan mesin dimana beban kerja operator dari 53.4% menjadi
98% dan beban kerja mesin dari 46.5% menjadi 84% maka hal ini menaikan direct
hour and peningkatan produktivitas.
Kata kunci : Produktivitas, Peta Kerja,FMEA,Fish Bone
v
DAFTAR ISI
vi
4.2.6 Pengukuran Waktu Kerja ................................................................ 23
4.2.7 Peta-Peta Kerja ................................................................................ 24
4.2.8 Peta Pekerja dan Mesin ................................................................... 25
4.2.9 Peta Proses Operasi ......................................................................... 26
4.3 Metodologi ................................................................................................ 29
4.4 Proses Produksi pada hard chroming......................................................... 30
4.5 Pengumpulan Data ..................................................................................... 31
4.5.1 Perhitungan Waktu Baku Proses Set Up ......................................... 34
4.6 Hasil dan Pembahasan................................................................................ 36
4.6.1 Uji Keseragaman Data .................................................................... 36
4.6.2 Uji Kecukupan Data ........................................................................ 38
4.6.3 Fishbone .......................................................................................... 39
4.6.4 Peningkatan Produktifitas ............................................................... 44
4.7 Kesimpulan dan Saran................................................................................ 46
4.7.1 Kesimpulan ..................................................................................... 46
4.7.2 Saran ................................................................................................ 47
3.8 Daftar Pustaka ............................................................................................ 47
3.9 Lampiran .................................................................................................... 49
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
ix
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini merupakan sebuah tantangan yang berat bagi
tiap elemenyang ada di masyarakat. Perkembangan dunia yang begitu pesat
memaksa tiap individu terutama mahasiswa untuk meningkatkan kualitas diri
baik secara akademik maupun non-akademik. Hal tersebut menuntut kita
semua untuk mempersiapkan diri dengan baik agar mampu bersaing secara
sehat di era globalisasi dengan cara mengingkatkan kemampuan diri.
Khususnya dalam persaingan sektor industri. Untuk itu, sangat diperlukan
tenaga kerja yang memiliki kemampuan dan keahlian profesional agar industri
yang dikelola tidak kalah saing dalam menghadapi perkembangan dan
persaingan baik untuk masa kini maupun masa mendatang.
Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknologi Industri dan Proses
Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Balikpapan sadar akan pentingnya kaitan
antara dunia kampus dan dunia industri. Oleh karena itu, pengaplikasian teori
yang telah diperoleh selama perkuliahan menjadi sangat penting bagi
mahasiswa agar dapat menjaga keseimbangan antara kecerdasan akademik
dan non-akademik. Salah satu pengaplikasian tersebut adalah berupa Kerja
Praktik (KP).
Adapun tujuan umum yang ingin dicapai dari pelaksanaan kerja praktik ini
adalah sebagai berikut :
1
1. Sebagai sarana adaptasi bagi mahasiwa dengan dunia kerja sebelum terjun
langsung ke dunia kerja yang sesungguhnya.
2. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui sistem kerja di dunia industri
serta mampu mengidentifikasi permasalahan yang ada.
3. Sebagai salah satu syarat memenuhi mata kuliah wajib yang ada di program
studi teknik industri.
4. Mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmu teoritis yang di dapat pada
pembelajaran dalam kampus.
1.3 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang ingin dicapai dan didapatkan dari pelaksanaan kerja
praktik ini adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan pengalaman secara langsung di dunia industri yang ada di
PT. Mulia Perdana Mupeco yang tidak dipelajari secara teoritis.
2. Mengetahui sistem kerja di dunia industri terutama di PT. Mulia Perdana
Mupeco.
3. Mampu melakukan upaya peningkatan terhadap produktivitas operator
berdasarkan Productivity Evaluation Tree (PET).
Adapun manfaat yang didapatkan dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah
sebagai berikut :
2
2. Adanya kerjasama antara duni industri/perusahaan dengan dunia
pendidikan sehingga dapat meningkatkan citra perusahaan di kalangan
akademis.
3. Membantu serta berkontribusi pada dunia pendidikan dalam hal
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
c. Bagi Mahasiswa
1. Mahasiswa mendapatkan ilmu yang tidak pernah didapatkan semasa
kuliah.
2. Mahasiswa dapat mengukur kemampuan dalam penguasaan pekerjaan
dengan bekal pengalaman kerja di dunia industri.
3. Mahasiswa dapat menambah pengalaman beradaptasi dengan dunia
kerja yang sesungguhnya.
3
BAB 2
GAMBARAN UMUM
PT. MULIA PERDANA MUPECO
4
Gambar 2. 1 Workshop PT. Mulia Perdana Mupeco
Sumber : Penulis, 2022
2.2.2 Misi
Memberikan pelayanan, mutu, dan kepuasan terbaik kepada
pelangg3an dan stakeholder dengan tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance) serta turut berpartisipasi dalam pengembangan
Negara Republik Indonesia melalui program energi baru terbarukan dan
konservasi energi (EBTKE). Melaksanakan pengusahaan sektor konstruksi
dengan berkomitmen berwawasan mutu dan mengutamakan kesehatan dan
keselamatan kerja, serta keunggulan yang memberikan nilai tambah bagi
stakeholder.
Prinsip dasar dari penerapan Sistem Manajemen Mutu, K3 &
Lingkungan adalah peningkatan Mutu, K3 & Lingkungan secara
berkelanjutan atau “Continual Improvement” sesuai persyaratan umum
yang ditetapkan dalam klausul ISO 9001:2015, ISO 14001:2015, dan
5
OHSAS 18001:2007, dimana formatnya mengacu pada standar yang
mencakup 7 elemen pokok, yaitu :
1. Persyaratan Umum (General Requirements)
2. Kebijakan (Policy)
3. Perencanaan (Planning)
4. Penerapan dan Operasi (Implementation and Operation)
5. Penilaian Kinerja (Performance Assessment)
6. Peningkatan (Improvement)
7. Tinjauan Manajemen (Management Review)
6
BAB 3
DESKRIPSI UNIT PT. MULIA PERDANA MUPECO
7
komponen yang akan di remanufactured diterima dari customer, yang
selanjutnya akan disimpan terlebih dahulu untuk menunggu sampai
mendapat perintah memulai pekerjaan (Job Order) release.
8
Sumber : Penulis, 2022
3. Honing
Honing bertujuan untuk menghaluskan permukaan dinding silinder dari
baret (Cross hatch) yang dihasilkan saat korter blok silinder.
9
Gambar 3. 5 Proses Las/ Welding
Sumber : Penulis, 2022
5. Milling
Pada proses milling material akan melalui penyayatan menggynakan mesin
Milling untuk menyingkirkan atau memotong material yang keras dan tidak
rata. .
10
6. Polish
Bertujuan untuk meratakan material bagian luar agar simetris dan sempurna,
serta membuat permukaan materialterlihat lebih halus.
11
Gambar 3. 8 Proses Pelapisan/ Chroming
Sumber : Penulis, 2022
8. Assembly
Setelah produk tube dan rod sudah selesai diperbaiki, selanjutnya akan
dilakukan proses perakitan. Pada bagian Assembly ini operator melakukan
pemasangan shel untuk head glenn dan oiston. Selanjutnya melakukan
testing untuk hydraulic cylinder apakah produk akan bekerja dengan baik
dan tidak terjadi kebocoran produk. Testing dilakukan dengan mesin Test
bench.
12
Gambar 3. 9 Proses Perakitan/ Assembly
Sumber : Penulis, 2022
9. Painting
Setelah produk lolos dalam pengujian, kemudian akan dilakukan tahap
selanjutnya yaitu painting. Produk akan dicat dengan menggunakan spray
gun pada ruangan terbuka.
13
Gambar 3. 11 Komponen Keluar
14
Tabel 3. 1 Produk Perusahaan
15
BAB 4
TUGAS KHUSUS
4.1 Pendahuluan
Pendahuluan ini berisikan latar belakang, rumusah masalah, tujuan, dan
batasan masalah yang digunakan dalam penelitian kerja praktik sebagai berikut :
4.1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi dan pasar bebas, perkembangan industri baik
manufaktur maupun jasa terus-menerus mengalami peningkatan sehingga
menuntut pelaku industri harus siap berkompetisi serta selalu siap
meningkatkan kinerja serta produktivitasnya. Masalah peningkatan
produktivitas tidak dapat terlepas dari faktor manusia beserta lingkungan
kerjanya yang dapat diamati, diteliti, dianalisa, dan diperbaiki. Oleh karena itu,
setiap perusahaan harus memiliki strategi untuk mempertahankan,
memperbaiki, dan bahkan meningkatkan kinerja untuk mengembangkan
perusahaan. Salah satu cara agar perusahaan dapat berkembang yaitu dengan
meningkatkan kinerja dan produksi. Untuk mencapai hal tersebut adalah
dengan memperbaiki proses produksi. Perbaikan proses produksi perlu
dilakukan secara berkesinambungan dan terus-menerus agar pemborosan
material dan waktu dapat diperkecil. Hal ini dilakukan guna mendapatkan
alternative cara kerja yang lebih baik, efektif, dan efisien serta di dukung juga
oleh lingkungan kerjanya yang lebih baik. Salah satu usaha yang dapat
dilakukan untuk mendapatkan metode kerja operator yang lebih baik yaitu
dengan menggunakan metode Fishbone dan Failure Mode and Effect Analysis
(FMEA).
PT. Mulia Perdana Mupeco merupakan perusahaan yang bergerak
pada bidaang jasa remanufacturing dan fabrikasi hard chrome. Remanufacture
adalah proses mengkondisikan alat atau komponen kembali seperti standar.
Komponen-komponen alat berat di bidang fabrikasi dan machining, line
boring, seal specialist, perbaikan hydraulic, perbaikan turbocharger,
perbaikan motor stater & alternator, dan perbaikan engine.
Dalam proses bagian departemen hard chrome, Proses pelapisan krom
keras (hard chrome) adalah salah satu proses akhir dari pengerjaan logam yang
16
banyak diterapkan dalam industri logam maupun industri permesinan. Proses
pelapisan ini cukup luas penggunaannya untuk berbagai aplikasi teknik karena
selain dapat menghasilkan tampilan yang dekoratif serta perlindungan bagi
logam yang dilapisi dari pengaruh lingkungan, juga menambah sifat-sifat
logam yang dikehendaki. Pelapisan krom keras banyak digunakan untuk benda
kerja yang pada penggunaannya memerlukan sifat-sifat tertentu, karena
pelapisan krom keras mempunyai sifat yang biasa memperbaiki kualitas bahan.
Sifat paling penting yang dihasilkan dari pelapisan krom keras adalah
kekerasan, daya lekat, ketahanan korosi, permukaan yang mengkilap, koefisien
gesek yang rendah, dan tahan terhadap suhu tinggi. Sehingga penelitian ini
berfokus untuk menganalisis produktivitas pada operator dan proses hard
chroming di PT. Mulia Perdana Mupeco.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis produktivitas proses set up
pada proses Chroming Materials dengan mesin Retifire 5000 A di PT. Mulia
Perdana Mupeco. Dengan tujuan untuk mengidentifikasi permasalahan yang
ada di PT. Mulia Perdana Mupeco, dimana kelemahan tersebut adalah kurang
produktif nya suatu mesin dan operator pada saat beroperasi. Hal ini,
mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara beban kerja mesin dan
beban kerja operator. Setelah melakukan pengamatan hal-hal yang sering
terjadi adalah pada saat mesin beroperasi, maka operator menunggu sampai
mesin berhenti memproduksi sehingga memnyebabkan waktu menganggur
pada operator semakin lama dan beban kerja mesin semakin meningkat.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mendapatkan metode
kerja operator yang lebih baik yaitu dengan menggunakan metode Fishbone
dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Dengan tujuan agar waktu
proses produksi pada Hard Chroming menjadi lebih efisien dan produktif,
sehingga dapat dijadikan sebagai landasan perancangan untuk memperbaiki
atau meminimalisir kelemahan yang ada, permasalahan yang terjadi.
17
1. Bagaimana cara memperbaiki proses produksi pada proses set up hard
chroming ?
2. Bagaimana cara meningkatkan kinerja pada operator hard chroming ?
3. Bagaimana cara menganalisa dan melakukan perbaikan metode kerja
operator pada proses set up ?
4.1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari dilaksanakannya kerja praktik di PT. Mulia
Perdana Mupeco yaitu :
1. Mengetahui cara memperbaiki proses produksi pada proses set up hard
chroming.
2. Mengetahui cara meningkatkan kinerja pada operator hard chroming.
3. Mengetahui hasil analisa dan perbaikan metode kerja operator pada proses
set up.
4.1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan terbagi menjadi 2, yaitu manfaat
untuk Mahasiswa atau penulis dan manfaat untuk Perusahaan. Manfaat yang
didapatkan adalah sebagai berikut :
1. Manfaat bagi peneliti :
a. Mahasiswa dapat menganalisis secara langsung terhadap produktivitas
operator dan mesin secara langsung.
b. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkan pada
masa perkuliahan ke perusahaan.
2. Manfaat bagi perusahaan :
a. Hasil peneitian yang didapatkan bisa dijadikan masukan bagi
perusahaan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, serta dapat
menjadi masukan bagi perusahaan dalam jadwal produksi.
b. Perusahaan dapat mengetahui hasil pengukuran dan perbaikan
produktivitas terutama pada bagian Hard Chroming.
18
dasar tanpa menggunakan lapisan dasar (strike), contohnya lapisan dasar
tembaga (Cu) dan lapisan dasar nikel (Ni). Pelapisan hard
chromedilakukan, karena memanfaatkan sifat-sifat krom dalam tujuan
mendapatkan keuntungan. Keuntungan tersebut ialah sifat tahan panas,
korosi, erosi, abrasi, dan koefisien gesek rendah. Oleh karena itu
pelapisan hard chromebanyak digunakan untuk melapis produk-produk
engineeringseperti komponen-komponen kendaraan bermotor,
komponen mesin tekstil, dan sebagainya.
Ketahan lapisan hard chrome terhadap korosi tergantung tebal lapisan
krom, tebal lapisan 8-10 mikron cukup efektif melindungi logam
dasar terhadap media korosif ringan, tebal 13-18 mikron cukup mampu
menahan korosi di atmosfer, dan ketebalan 50-75 mikron cukup
efektif untuk melindungi terhadap reaksi kimia (chemical attack).
4.2.2 Fishbone Diagram
Ishikawa diagram (juga disebut dengan Fishbone Chart) adalah
suatu diagram yang menunjukan penyebab dari suatu kejadian tertentu.
Penggunaan umum dari fishbone chart ini adalah pada desain produk, yang
gunanya mengidentifikasi faktor potensial yang menyebabkan beberapa
akibat.
Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu
metode/ tool di dalam meningkatkan kualitas. Sering juga diagram ini
disebut dengan diagram Sebab-Akibat atau cause effect diagram.
Penemunya adalah seorang ilmuwan jepang pada tahun 60-an. Bernama
Dr. Kaoru Ishikawa, ilmuwan kelahiran 1915 di Tikyo Jepang yang juga
alumni teknik kimia Universitas Tokyo. Sehingga sering juga disebut
dengan diagram ishikawa. Metode tersebut awalnya lebih banyak
digunakan untuk manajemen kualitas. Yang menggunakan data verbal
(non-numerical) atau data kualitatif. Dr. Ishikawa juga ditengarai sebagai
orang pertama yang memperkenalkan 7 alat atau metode pengendalian
kualitas (7 tools). Yakni fishbone diagram, control chart, run chart,
histogram, scatter diagram, pareto chart, dan flowchart.
Dikatakan Diagram Fishbone (Tulang Ikan) karena memang
berbentuk mirip dengan tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap
19
ke kanan. Diagram ini akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari
sebuah permasalahan, dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat
dituliskan sebagai moncong kepala. Sedangkan tulang ikan diisi oleh
sebab-sebab sesuai dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan
diagram Cause and Effect (Sebab dan Akibat) karena diagram tersebut
menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Berkaitan dengan
pengendalian proses statistikal, diagram sebab-akibat dipergunakan untuk
untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik
kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. Fungsi
dasar diagram Fishbone (Tulang Ikan)/ Cause and Effect (Sebab dan
Akibat)/ Ishikawa adalah untuk mengidentifikasi dan mengorganisasi
penyebab-penyebab yang mungkin timbul dari suatu efek spesifik dan
kemudian memisahkan akar penyebabnya . Sering dijumpai orang
mengatakan “penyebab yang mungkin” dan dalam kebanyakan kasus harus
menguji apakah penyebab untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah
memperbesar atau menguranginya akan memberikan hasil yang
diinginkan.
20
Sumber : (Surya A, Agung. S, dan Charles. P, 2016)
• Frekuensi (occurrence) Dalam menentukan occurrence ini dapat
ditentukan seberapa banyak gangguan yang dapat menyababkan
sebuah kegagalan pada operasi perawatan dan kegiatan operasional
pabrik.
• Tingkat Kerusakan (severity) Dalam menentukan tingkat kerusakan
(severity) ini dapat ditentukan seberapa serius kerusakan yang
dihasilkan dengan terjadinya kegagalan proses dalam hal operasi
perawatan dan kegiatan operasional pabrik.
• Tingkat Deteksi (detection) Dalam menentukan tingkat deteksi ini
dapat ditentukan bagaimana kegagalan tersebut dapat diketahui
sebelum terjadi. tingkat deteksi juga dapat dipengaruhi dari banyaknya
kontrol yang mengatur jalanya proses. semakin banyak kontrol dan
prosedur yang mengatur jalanya sistem penanganan operasional
perawatan dan kegiatan operasional pabrik maka diharapkan tingkat
deteksi dari kegagalan dapat semakin tinggi.
Terdapat dua jenis penggunaan FMEA yaitu dalam bidang desain
(FMEA Desain) dan dalam proses (FMEA Proses). FMEA Desain akan
membantu menghilangkan kegagalan-kegagalan yang terkait dengan
desain, misalnya kegagalan karena kekuatan yang tidak tepat, material
yang tidak sesuai, dan lain-lain. FMEA proses akan menghilangkan
kegagalan yang disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam variabel
proses, misalkan kondisi diluar batas-batas spesifikasi yang ditetapkan
seperti ukuran yang tidak tepat, tekstur dan warna yang tidak sesuai,
ketebalan yang tidak tepat, dan lain-lain.
4.2.4 Risk Priority Number (RPN)
Metodologi Risk Priority Number (RPN) merupakan sebuah teknik
untuk menganalisa resiko yang berkaitan dengan masalah-masalah yang
potensial yang telah diindentifikasikan selama pembuatan FMEA
(Stamatis, DH, 1995). RPN metode yang memberi peringkat dari setiap
risiko kegagalan yang berada pada sistem atau organisasi berdasarkan
penghitungan dari tiga elemen yaitu, severity (dampak), occurrence
21
(frekuensi), detection (deteksi). RPN akan mempengaruhi pilihan yang
diambil untuk mengatasi kegagalan sebuah sistem. Hasil RPN akan
menunjukan area yang paling bermasalah, dan RPN dengan peringkat
tertinggi harus mendapatkan prioritas tertinggi dalam pengambilan
tindakan untuk menyelesaikan permasalahan.
Tujuan dari pengambilan tindakan yaitu, menghilangkan potensi
kegagalan, mengurangi dampak dari kegagalan, mengurangi frekuensi
kegagalan, dan memudahkan deteksi kegagalan. Cara perhitungan rumus
dari RPN yaitu dengan melakukan perkalian berdasarkan tiga elemen yaitu,
severity (dampak), occurrence (frekuensi) dan detection (deteksi)
selanjutnya hasil perkalian tersebut lah yang menjadi nilai akhir RPN di
setiap asetnya. RPN akan mempengaruhi pilihan yang diambil untuk
mengatasi kegagalan sebuah sistem. Perhitungan ditentukan melalui
persamaan
RPN = S x O x D
22
material, dan lain-lain setelah proses setup selesai.
2. Jenis 2 : memindahkan peralatan, parts, dan lain-lain setelah
penyelesaian lot terakhir lalu menata parts, peralatan untuk sebelum lot
selanjutnya.
3. Jenis 3 : mengukur, mensetting dan mengkalibrasi mesin, peralatan,
fixture dan part pada saat proses berlangsung.
4. Jenis 4 : memproduksi suatu produk contoh setelah setting awal selesai
dan mengecek produk, contoh tersebut apakah sesuai standar produk.
Kemudian menyetel mesin memproduksi produk kembali sampai
menghasilkan produk yang sesuai standar.
Dengan mempelajari, mengklarifikasi dan mengorganisir aktifitas-
aktifitas seperti di atas, memungkinkan operator untuk mengurangi total
waktu setup melalui penghapusan aktifitas yang tidak perlu, memperbaiki
aktifitas yang perlu, dan melakukan beberapa aktifitas secara bersamaan
daripada secara berurutan. (Ronald dan Jeffrey, 2001).
23
tersebut dan menetapkan faktor penyesuaian bagi kinerja karyawan selama
penyelesaian setiap elemen kerja.
4. Pengujian kecukupan dan keseragaman data setelah langkah pencatatan
waktu pelaksanaan elemen kerja.
5. Menetapkan waktu longgar (allowance time) untuk memberikan
fleksibilitas. Waktu longgar yang diberikan guna menghadapi kondisi-
kondisi seperti kebutuhan personil yang bersifat pribadi, faktor kelelahan,
keterlambatan material dan lain sebagainya.
6. Menghitung waktu silklus rata-rata
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑢𝑛𝑠𝑢𝑟
Waktu siklus rata-rata = ....................(4.1)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛
1
Output standar = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 ..............................................................(4.4)
24
dkk, 1979). Dengan peta kerja, dapat dilihat semua langkah atau kegiatan yang
dialami suatu obyek (benda kerja) sejak awal proses, sampai pada proses
menghasilkan produk.
Adapun definisi peta kerja lainnya menurut Sutalaksana (2006),
peta-peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas, untuk
berkomunikasi secara luas dan sekaligus melalui peta-peta kerja ini bisa
mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu
metode kerja. Peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja
secara sistematis dan jelas. Berdasarkan kegiatannya, peta-peta kerja dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu:
1. Peta-peta kerja untuk analisa kerja setempat terdiri dari:
i) Peta tangan kiri dan tangan kanan (the left and right chart)
ii) Peta pekerja dan mesin (man and machine chart)
2. Peta-peta kerja untuk analisis kerja keseluruhan terdiri dari:
i) Peta proses operasi (operation process chart)
ii) Peta aliran proses (flow process chart)
iii) Peta proses kelompok kerja (gang process chart)
iv) Diagram aliran (flow diagram)
4.2.8 Peta Pekerja dan Mesin
Peta pekerja dan mesin adalah sebuah bagan yang menggambarkan
koordinasi antara waktu bekerja dan waktu menganggur dari kombinasi antara
pekerja dan mesin. Peta pekerja dan mesin dapat menunjukkan hubungan antara
waktu siklus operator dan mesin atau fasilitas kerja lainnya. Analisa peta
pekerja dan mesin telah dilakukan pada mesin kanan, mesin tengah, dan mesin
kiri.
Di sini terdapat empat kemungkinan terjadi hubungan antara pekerja
dan mesin, yaitu:
1. Operator bekerja- mesin menganggur (idle).
2. Operator menganggur - mesin bekerja.
3. Operator bekerja - mesin bekerja.
4. Operator menganggur - mesin menganggur
Pada dasarnya kondisi menganggur (idle) adalah suatu kerugian, baik itu
terjadi pada manpower (operator) maupun mesin. Oleh karena itu, waktu
25
menganggur baik pada pekerja maupun mesin harus dihilangkan atau setidaknya
diminimumkan. Namun, tentunya harus masih berada dalam batas-batas
kemampuan manusia dan mesinnya.
Apabila didapati keadaan efektivitas pekerja yang menangani sebuah atau
beberapa mesin itu rendah, yaitu pekerja banyak menganggur, sementara ditempat
lain banyak terdapat mesin yang menganggur, maka penambahan tugas bagi
pekerja tersebut mungkin dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi. Sebaliknya
jika terdapat seorang pekerja yang terlampau sibuk dalam menangani tugasnya
sehingga tidak memungkinkan baginya untuk bisa melepas lelah dan melakukan
kepentingan-kepentingan pribadi lainnya, maka tentu hal ini pun akan merugikan,
baik pada pihak perusahaan atau bagi pekerja itu sendiri. Pekerja yang terlampau
lelah cenderung lebih banyak melakukan kesalahan-kesalahan. Bisa jadi ini
mengakibatkan kerusakan pada mesin atau menurunkan kualitas produksi.
Keburukan yang dialami pekerja, terutama dirasakan dalam jangka panjang, saat
pekerja terlampau lelah, tentu akan mengakibatkan semakin memburuknya kondisi
tubuh pekerja tersebut.
Penggunaan peta pekerja dan mesin ini bertujuan untuk mengurangi
kondisi menganggur. Kondisi menganggur, terutama jika terjadi pada manpower
(operator) akan mudah diramalkan dibanding siklus kerja dari operasi mesin
lainnya. Dengan demikian perbaikan dilakukan dengan jalan memanfaatkan
operator tersebut untuk melaksanakan kerja yang lain selama ia menunggu operasi
mesin selesai. Dalam hal ini operator bisa mengoperasikan mesin yang lain atau
melakukan pekerjaan lain selam waktunya memungkinkan.
26
nomor gambar kerja dan Iain-lain.
- Material yang akan diproses diletakkan di atas garis horisontal yang
menunjukkan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses kerja.
- Lambang atau simbol aktivitas ditempatkan dalam arah vertikal secara
berurutan yang menunjukkan terjadinya perubahan proses untuk setiap
simbolnya.
- Penomoran terhadap kegiatan operasi diberikan secara berurutan sesuai
dengan urutan proses yang diperlukan untuk pembuatan produk tersebut
atau sesuai dengan proses yang terjadi.
- Agar diperoleh gambar pada peta proses operasi yang baik maka produk
yang paling banyak memerlukan proses operasi harus dipetakan terlebih
dahulu dan digambarkan pada garis vertikal paling kanan sendiri.
- Membuat ringkasan yang mencantumkan informasi total mengenai
banyaknya operasi dan pemeriksaan yang dilakukan serta jumlah waktu
yang dibutuhkan untuk masing-masing proses tersebut.
Menurut Sutalaksana (2006), Peta Proses Operasi adalah suatu peta
yang menggambarkan langkah-langkah operasi dan pemeriksaan yang dialami
bahan-bahan dalam urut-urutannya sejak awal sampai menjadi produk jadi utuh
maupun sebagai bagian setengah jadi. Peta ini juga memuat informasiinformasi
yang diperlukan untuk menganalisis waktu kerja, material, tempat, alat, mesin
yang digunakan. Informasi-informasi yang bisa didapat dari Peta Proses
Operasi antara lain:
1. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan biayanya.
2. Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku
3. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik
4. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai
5. Sebagai alat untuk pelatihan kerja.
27
yang lebih cermat tentang pola aliran produksi dibanding dengan peta rakitan.
Kegunaan dari teknik konvensional jenis ini ialah :
1. Menunjukkan urutan operasi pada tiap komponen.
2. Menunjukkan operasi yang harus dilakukan untuk tiap komponen.
3. Menunjukkan titik tempat komponen memasuki proses.
4. Menunjukkan hubungan antar komponen.
5. Menunjukkan tingkat kebutuhan sebuah rakitan-bagian.
6. Membedakan antara komponen yang dibuat dan dibeli.
7. Membantu perencanaan tempat kerja mandiri.
8. Menunjukkan jumlah pekerja yang dibutuhkan.
9. Menunjukkan konsentrasi mesin, peralatan dan pekerja secara relatif.
10. Menunjukkan sifat pola aliran bahan.
11. Menunjukkan sifat masalah penanganan bahan.
12. Menunjukkan kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam aliran
produksi.
28
4.3 Metodologi
Berikut ini adalah urutan penelitian dalam pembuatan laporan Kerja
Praktik di PT. Mulia Perdana Mupeco :
29
2. Mengidentifikasi masalah yang terjadi pada workshop, untuk nantinya di
jadikan bahan penelitian dan memberi perbaikan kepada perusahaan.
3. Menentukan suatu tujuan yang akan dicapai pada saat kerja praktik ini
berlangsung.
4. Mencari referensi dari paper/jurnal yang akan digunakan dalam penelitian
yang sekiranya cocok dalam jenis penelitian yang akan dilakukan. Hal ini
juga dapat ,mempermudah dalma menyelesaikan laporan ini.
5. Melakukan pengumpulan data serta mengamati apa saja yang dilakukan
operator, data yang dikumpulkan adalah data primer dengan menggunakan
stopwatch dan wawancara kepada operator untuk memperoleh data yang
akan diolah dalam penelitian ini. Dimana data yang dikumpulkan berupa
menghitung durasi operator selama melakukan proses set up dan
mewawancarai opertor dengan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan.
6. Pengolahan Data
Setelah mengumpulkan data, selanjutnya akan dilakukan pengolahan data
dengan menguji keseragam dan kecukupan data yang dibantu dengan
microsoft excel agar mempermudah pengerjaan laporan serta dapat
memperoleh grafik yang didapat dari hasil uji keseragam data pada
microsoft excel, membuat diagram Fishbone dan analisis FMEA
7. Pembahasan
Setelah melakukan pengolahan data, maka hal selanjutnya melakukan
pembahasan.
8. Kesimpulan dan Saran
Selanjutnya menarik kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah
didapatkan, lalu memberi saran/rekomendasi untuk perusahaan yang
nantinya akan bermanfaat bagi perusahaan maupun penulis.
9. Laporan kerja praktik telah diselesaikan.
30
material. Setelah itu akan dilakukan perakitan massa pada material yang dimana
pada perakitan massa ini akan ada proses pengelasan terlebih dahulu pada bagian
atas/ eyetube material untuk dipasang tembaga/ anoda dan aluminium foil, begitu
juga dengan bagian bawah material. Setelah perakitan massa pada material telah
selesai, operator akan membersihkan material menggunakan cairan oktan, setelah
dibersihkan material tidak boleh tersentuh oleh tangan/ apapun itu yang dapat
membuat material kotor kembali. Selanjutnya material akan dimasukkan kedalam
sumur nikel plating yang berisikan cairan kimia/ elektrolit. Setelah dimasukkan ke
sumur, material akan dipanaskan ± 240 menit atau sekitar 4 jam, waktu tersebut
sudah ditentukan oleh pihak perusahaan yang bersumber dari operator dan engineer
Workshop. pada proses ini bisa saja memakan waktu lebih dari 240 menit atau
bahkan kurang dari 240 menit, hal ini tergantung dari ukuran material, semakin
besar material maka semakin lama juga waktu pemanasannya. Selanjutnya akan
dilakukan pengecekan setiap 1 jam sekali, setelah material melewati proses
pengecekan, material akan di scrubbing/ dibersihkan dari sisa-sisa cairan kimia.
Selanjutnya material akan diangkat dan dilanjutkan ke proses polish.
31
Tabel 4. 1 Peta Pekerja dan Mesin Retifire 5000 A
PETA PEKERJA DAN MESIN
PEKERJAAN : Set Up Chroming
Materials
NAMA MESIN : Retifire 5000 A
NAMA OPERATOR : Sony Afrian Orang [V] Bahan [V]
DIPETAKAN OLEH : Yuli Kamasari Sekarang [ V ] Usulan [V]
TANGGAL DIPETAKAN : 03 Juli 2022
Waktu Waktu
Operator Mesin
(menit) (menit)
Menempelkan top clamp ke material 1
Menempelkan anoda ke material 9 Menunggu 25
Atching material 15
Suhu retifire di 1500 Ampere 120
Proses step Ampere sesuai dimensi
Menunggu 305 5
material
Memproduksi selama 3 jam 180
Total waktu 330 Total waktu 330
Waktu kerja 25 Waktu kerja 305
Waktu menganggur 305 Waktu menganggur 25
Beban kerja (%) 7.6 Beban kerja (%) 92.4
Sumber : Pengolahan Data, 2022
Berdasarkan peta pekerja di atas, saat proses chroming berlangsung, beban
kerja mesin sebesar 92.4 % dengan waktu menganggur selama 25 menit dan beban
kerja operator sebesar 7.6% dengan waktu menganggur saat mesin berjalan selama
305 menit. Kondisi tersebut merupakan standar yang telah ditetapkan oleh
perusahaan dan dapat berubah jika terjadi aktivitas lainnya seperti proses set up,
mesin atau tooling bermasalah.
Gambaran hubungan antara operator dan mesin ketika proses set up dapat
dilihat pada peta pekerja dan mesin pada tabel 4.2.
32
Tabel 4. 2 Peta Pekerja dan Mesin saat Proses Set Up
PETA PEKERJA DAN MESIN
PEKERJAAN : Set Up Chroming
Materials
NAMA MESIN : Retifire 5000 A
NAMA OPERATOR : Andri Orang [V] Bahan
DIPETAKAN OLEH : Yuli Kamasari [V]
TANGGAL DIPETAKAN : 01 Juli 2022 Sekarang [ V ] Usulan
[V]
Waktu Waktu
Operator Mesin
(menit) (menit)
Memastikan suhu tanki harus 40° -
210
45°
Menentukan Amper pada mesin 2
Mempersiapkan kunci 3
Mengambil peralatan lifting 5
Menurunkan top clamp 2
Perakitan Massa ke Material
20
bagian atas
Memasang peralatan lifting ke
2
material
Menunggu 255
Menaikkan material menggunakan
1
Lifting
Membuka plastik Wrapping pada
1
material
Mencuci material menggunakan
5
cairan Oktan
Perakitan massa ke material
2
bagian bawah
Memasukkan material ke sumur
2
plating nikel
Menunggu 240 Memanaskan material 240
Mengangkat material untuk dicek 2
Mengecek material setiap 1 jam
1
sekali
Scrubing material 10
Menunggu 21
Memastikan Chroming telah
5
mencapai ukuran 150 Micron
Melepas dan mengembalikan
3
peralatan lifting
Total waktu 516 Total waktu 516
Waktu kerja 276 Waktu kerja 240
Waktu menganggur 240 Waktu menganggur 276
Beban kerja (%) 53.4 Beban kerja (%) 46.5
Sumber : Pengolahan Data, 2022
Berdasarkan peta kerja proses set up di atas dapat diketahui bahwa mesin
banyak menganggur dengan total selama 276 menit dan hanya memiliki beban kerja
33
mesin sebesar 46.5% sedangkan beban kerja operator pada saat set up mencapai
53,4% dengan waktu menganggur 240 menit.
34
Tabel 4. 3 Data Pengamatan Waktu Set Up
Pengamatan Ke-
No Aktivitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Memastikan suhu tanki harus
1 210 210 210 210 210 210 210 210 210 210
40° - 45°
Menentukan Amper pada
2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2
mesin
3 Mempersiapkan kunci 3 3 2 1 2 2 1 2 3 3
Total (∑x) 507 507 551 505 498 506 503 521 510 521 520
35
didapatkan nilai rata-rata sebesar 514,2 yang akan digunakan untuk menghitung
nilai Standar Deviasi yang nantinya akan di lanjutkan dengan menguji
keseragaman Data.
∑ = standar deviasi
xi = nilai x ke i
X̅ = nilai rata-rata
N = jumlah data (dikurang 1 karena sampel)
d. nilai BKA didapatkan dengan rumus
x̄ + kσ
x̄ = nilai rata-rata
k = tingkat kepercayaan
σ = standar deviasi
e. Nilai BKB didapatkan dengan rumus
x̄ - kσ
x̄ = nilai rata-rata
k = tingkat kepercayaan
36
σ = standar deviasi
maka setelah dilakukan perhitungan, didaptkan hasil seperti berikut
:
a.) Tingkat ketelitian (s) yang ditetapkan penulis adalah 5 %, dengan
b.) tingkat keyakinan (k) sebesar 95%.
c.) Standar deviasi (σ)
√∑(𝑥𝑖−𝑋̄)²
σ= 𝑁−1
BKA = X̅ + k . σ BKB = X̅ + k . σ
= 514,2 + (2.(15,23)) = 514,2 – (2.(15,23))
= 544,67 = 483,72
37
Gambar 4. 3 Grafik Uji Keseragaman Data
Sumber : Pengolahan Data, 2022
Berdasarkan uji keseragaman data yang telah dilakukan, ada satu
data yang tidak seragam sehingga penulis menghapus data yang tidak
seragam tersebut dan melakukan perhitungan ulang dengan menghitung
jumlah, rata-rata, dan standar deviasi. Data yang telah diseragamkan
sebanyak 1 kali memperoleh hasil perhitungan Standar deviasi sebesar
8.55, BKA sebesar 527.21 dan BKB sebesar 493.01, maka data
pengamatan dapat dinyatakan seragam, sehingga bisa dilakukan tahap
penelitian selanjutnya.
38
2/0,05√10(2646106)−(26440164)
N’ = [ ]
5124
5782,17 2
=[ ] = 1,27
5124
4.6.3 Fishbone
Analisis dan perbaikan dilakukan dengan cara brainstorming kepada pihak-
pihak yang terlibat pada proses set up berlangsung dengan menggunakan metode
fishbone, dimana pihak yang terlibat adalah operator hard chroming. Pada metode
ini dilakukan identifikasi potensi penyebab terjadinya waktu set up yang dapat
digambarkan pada gambar 5.1 Fishbone diagram Waktu Set up
39
Tabel 4. 4 Rincian Permasalahan dan Usulan Perbaikan
40
Sumber : Pengolahan Data, 2022
Pembobotan pada setiap permasalahan dilakukan dengan analisa FMEA
untuk mengetahui tingkat prioritas (Risk Priority Number) dari setiap kegagalan
atau permasalahan aktivitas yang dilakukan pada saat proses set up berlangsung
sehingga dapat diambil rindakan untuk mencegah atau mengurangi tingkat
kemungkinan permasalahan terjadi. Nilai yang digunakan pada setiap kategori
Severity, Occurance, dan Detection yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala satu sampai lima. Nilai skala 1 – 5 ini akan menunjukkan tingkat keparahan
yang ada di Workshop dimana :
Tabel 4. 5 Skala RPN
Skala Keterangan
1 Tidak Parah
2 Cukup Parah
3 Sedang
4 Parah
5 Sangat Parah
41
Tabel 4. 6 Pembobotan Nilai Potensi Kegagalan
42
Nilai Kritis Permasalahan
30
25
20
15
10
5
0
43
operator teliti dalam menjaga cairan elektrolit sehingga menyebabkan
cairan tersebut kotor dan embuat pelapisan chroming kurang baik. Maka
dilakukan perbaikan dengan mewajibkan operator untuk menjaga
kebersihan cairan elektrolit yang berada di dalam sumur plating agar selalu
terjaga kebersihannya.
4. Penempatan mesin pada workshop terlalu berdekatan, hal ini menyebabkan
ruangan workshop menjadi tidak teratur dan sedikit sempit sehingga
membuat operator kesulitan dalam bekerja, bahkan terkadang operator satu
dan yang lainnya sering bersenggolan pada saat berjalan. Maka akan
dilakukan perbaikan dengan mengatur kembali tata letak pada mesin-mesin
yang berada di workshop dengan jarak yang tidak berdekatan dan
mengeluarkan barang-barang yang tidak terpakai agar terlihat lebih rapi dan
nyaman.
5. Komponen dan material lama tiba di workshop, hal ini menyebabkan
operator menganggur pada saat barang belum datang. Maka akan dilakukan
perbaikan dengan menentukan setiap jadwal barang masuk ke workshop
agar tidak telat dan lama.
44
Tabel 4. 7 Peta Aliran Proses Usulan Perbaikan Proses Set Up
PETA PEKERJA DAN MESIN
PEKERJAAN : Set Up
Chroming
Materials
NAMA MESIN : Retifire 5000 A Orang [V] Bahan
NAMA OPERATOR : Sony A [ V ]
DIPETAKAN OLEH : Yuli Kamasari Sekarang [ V ] Usulan
TANGGAL DIPETAKAN : 05 Agustus 2022 [ V ]
Waktu Waktu
Operator Mesin
(menit) (menit)
Menyalakan tanki 5 Menunggu 5
Memastikan suhu tanki harus 40°
210
- 45°
Menentukan Amper pada mesin 3
Mempersiapkan kunci 1
Mengambil peralatan lifting 5
Perakitan massa ke material
20 Suhu retifire di 5000
bagian atas 130
Ampere
Menaikkan material menggunakan
1
Lifting
Membuka plastik Wrapping pada
1
material
Mencuci material menggunakan
5
cairan Oktan
Perakitan Massa ke Material
2
bagian bawah
Atching material 15 Menunggu 20
Memasukkan material ke sumur
3
plating nikel
Menunggu Proses step ampere sesuai
5 5
dimensi material
Mengangkat material untuk dicek 2 Memproduksi material 120
Mengecek material setiap 1 jam
3
sekali
Scrubing material 7
Memastikan Chroming telah Menunggu 21
5
mencapai ukuran 150 Micron
Melepas dan mengembalikan
3
peralatan lifting
Total waktu 296 Total waktu 296
Waktu kerja 291 Waktu kerja 255
Waktu menganggur 5 Waktu menganggur 41
Beban kerja (%) 98 Beban kerja (%) 86
Sumber : Pengolahan Data, 2022
Berdasarkan peta aliran proses usulan perbaikan pada Gambar 4.5, maka
diketahui waktu yang diperlukan pada saat bagian terakhir berjalan sampai dengan
selesai proses set up berkurang menjadi 296 menit dan mesin akan berhenti
45
memproduksi selama 41 menit pada saat keadaan mesin sudah dinyalakan
sebelumnya dengan beban kerja 86%, dan operator hanya akan memiliki waktu 5
menit untuk menganggur serta beban kerja sebesar 98% ketika proses set up sedang
berjalan. Beban kerja operator tersebut akan kembali menurun menjadi 7.6% ketika
proses set up telah selesai dan mesin berjalan dengan normal.
Dengan perbaikan metode kerja pada proses set up di atas maka diharapkan
bagi perusahaan untuk meningkatkan produktivitas sebesar 59,4%.
46
Machine, Milieu, dan Measurement.
2. Perbaikan dengan peta aliran proses, dengan hasil peningkatan
produktivitas waktu kerja operator menjadi 291 menit dengan
beban kerja sebesar 98%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
besar beban kerja operator maka bisa disimpulkan bahwa kinerja
operator menjadi produktif dan efisien.
3. Memperoleh hasil analisa dan perbaikan metode kerja pada
proses set up dengan menghitung kenaikan produktivitas,
dimana hasil yang diperoleh sebesar 59,4%. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan harus meningkatkan
produktivitas kerja Operator pada saat proses setup sebesar
59,4%.
4.7.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka terdapat
beberapa saran yang ingin disampaikan :
1. Beban kerja operator pada proses set up dapat mencapai 98%
sehingga diperlukan pertimbangan untuk memberikan bantuan
pekerja tambahan pada posisi tool setter untuk membantu
mempersiapkan alat/ tool ketika melakukan set up.
2. Diperlukan adanya pengawasan dan pengarahan dari perusahaan
agar karyawan melakukan dan mentaati instruksi kerja (work
instruction) yang telah dibuat.
3. Untuk mengukur manfaat dan ketepatan penelitian, perlu adanya
penelitian lanjutan tentang penerapan perbaikan metode kerja
pada proses set up.
3.8 Daftar Pustaka
47
Pada Pelat Baja ST37 Terhadap Kekerasan dan Ketebalan Lapisan.
Jurnal Dinamika Vokasional Teknik Mesin.
Kadek, S. (n.d.). Chrome Plating.
Murnawan, H. (2014). Perencanaan Produktivitas Kerja Dari Hasil Evaluasi
Produktivitas Dengan Metode Fishbone Di Perusahaan Percetakan
Kemasan PT.X. Prodi Teknik Industri FT Universitas 17 Agustus
1945 Surabaya.
Rachman, T. (2013). Penggunaan Metode Work Sampling Untuk
Menghitung Waktu Baku Dan Kapasitas Produksi Karungan Soap
Chip Di PT. SA. Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik
Universitas Esa Unggul, Jakarta.
Rizal, Y. (2020). Pengaruh Variasi Waktu Proses Hard Chrome pada
Sprocket Gear Depan Sepeda Motor Terhadap Nilai Keausan.
Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pasir Pengaraian, Rokan
Hulu, Indonesia.
Sakti, F. R. (2016). Analisis Ketebalan, Ketahanan Korosi, Dan Daya Lekat
Lapisan Hasil Proses Hardchrome Plating Pada Baja Karbon Rendah
Sebelum Dan Sesudah Case Hardening. STEMAN.
Santosa, I. (2017). Analisis Available Time pada Mesin A di PT. XYZ.
Jurnal Titra, Vol. 5, No. 2, Juli 2017, pp. 341-345.
Sukrawan, Y. (2016). Analisis variasi waktu proses hard chrome terhadap
kekerasan dan ketebalan lapisan pada besi cor kelabu. Jurnal Torsi.
Volume 1.
tan, P. (2017). Peta Pekerja dan Mesin. Analisis Perancangan Kerja.
Tasukron, M. (2015). Pembuatan dan Proses Pada Alat Hardchrome Plating
Untuk Meningkatkan Kekerasan Permukaan Baja. Politeknik
Manufaktur Negeri Bandung.
Yasra, R. (2021). Perbaikan Metode Kerja Pada Proses Set Up Untuk
Meningkatkan Produktivitas Machining Gate Valve di PT. Cameron
Systems Batam. Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Universitas Ibnu Sina, Batam.
48
3.9 Lampiran
49
50
51
52
53