MAKALAH Pak Hazas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MODEL BISNIS BANK SYARIAH

Disusun untuk memenuhi Mata Kuliah Manajemen Pembiayaan Bank Syariah

DosenPengampu: Ahmad Hazas Syarif, S.E.I., M.E.I.

Disusun Oleh :

Viviannisa Victoria .P (2051020181)

Kelas B

PRODI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN AJARAN 2022/2023


DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................................i

Daftar Isi……………………………………………………………………………................ii

Pembahasan…………………………………………………………………………...............iii

- Definisi Model Bisnis Bank Syariah……………………………………………………


- Kajian Bisnis Model Bank Syariah……………………………………………………..
- Contoh Penerapan Model Bisnis Bank Syariah………………………………………...
1. Green Banking……………………………………………………………………...

a. Pengertian……………………………………………………………………...…….

b. Prinsip………………………………………………………………………….……

c. Tujuan………………………………………………………………………….……

d. Strategi…………………………………………………………………….…………

e. Tahapan……………………………………………………………………..…….....

f. Indikator………………………………………………………………………………

g. Keunggulan…………………………………………………………………………..

h. Kelemahan………………………………………………………….…………….….

i. Produk………………………………………………………………………………...

j. SDM Yang Digunakan……………………………………………………………….

k. Akad Yang Digunakan……………………………………………………………....

l. Implementasi Green Banking Perbankan Syariah……………………………………

m. Peran Dan Tanggung jawab Perbankan Syariah Dalam Green Banking……………

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
PEMBAHASAN

A. Definisi Model Bisnis Bank Syariah

Christensen (2001) mendefiniskan bahwa model bisnis sebagai sumber segala


keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh sebuah organisasi yang membedakannya dengan
positioning perusahaan dari produk di industri yang sama 1. Adapun definisi model bisnis
pada bank syariah :

a) Regulatory Perspective
Menjelaskan model-model bank syariah (operasional, economic, social and sharia
value) yang ditawarkan kepada masyarakat (public) dan meng-create the future model
bank syariah.
b) Company Perspective
Menjelaskan bisnis model saat ini dan bisnis model benchmark yang menjelaskan
operasional sebuah perusahaan/organisasi untuk mendeliver value-value kepada
customer.

B. Kajian Bisnis Model Bank Syariah yang dilakukan Bank Indonesia

Menggambarkan bagaimana existing Bisnis Model yang dijalankan oleh industri


perbankan syariah saat ini dan menggambarkan arah pengembangan bisnis model bank
syariah yang ideal ke depan yang lebih menonjolkan nilai-nilai perbankan syariah sesuai
harapan/mimpi stakeholders. Stakeholder adalah pihak pemangku kepentingan atau beberapa
kelompok orang yang memiliki kepentingan di dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi
atau dipengaruhi oleh tindakan dari bisnis secara keseluruhan.

C. Contoh Penerapan Model Bisnis Bank Syariah (Green Banking)

a. Pengertian Green Banking

Green banking atau perbankan ramah lingkungan adalah suatu konsep pembiayaan
atau kredit produk jasa- jasa perbankan yang mengutamakan aspek- aspek keberlanjutan baik
ekonomi, lingkungan, sosial budaya dan teknologi secara bersamaan, ini merupakan konsep
atau paradigma baru dalam industri perbankan internasional yang sedang berkembang selama
satu dekade terakhir. konsep tersebut muncul sebagai respons atau tuntutan masyarakat global

1
Kajian Model bisnis Perbankan Syariah, Direktorat Perbankan Syariah 2012
yang meminta industri perbankan turut berpartisipasi aktif dalam upaya mengatasi krisis
lingkungan dan pemanasan global yang kian serius. Secara khusus, green banking bermakna
bahwa korporasi perbankan tidak lagi hanya berfokus pada tanggung jawab keuangan yaitu
mengelola bisnisnya sebaik mungkin untuk menghasilkan laba (profit) sebesar- besarnya bagi
para pemegang saham, tetapi juga harus memfokuskan tanggung jawabnya pada upaya–
upaya untuk memelihara kelestarian lingkungan dan alam semesta (planet) serta
meningkatkan kesejahteraan sosial kepada masyarakat (people).

Prinsip dasar green banking adalah upaya memperkuat kemampuan manajemen risiko
bank khususnya terkait dengan lingkungan hidup dan mendorong perbankan untuk
meningkatkan portofolio pembiayaan ramah lingkungan seperti energiterbarukan, efisiensi
energi, pertanian organik, eco-tourism, transportasi ramah lingkungan dan berbagai produk
eco-label. Upaya tersebut merupakan wujud kesadaran Bank terhadap risiko kemungkinan
terjadinya masalah lingkungan pada proyek yang dibiayainya yang mungkin berdampak
negatif berupa penurunan kualitas kredit dan reputasi bank yang bersangkutan. Dalam
kerangka yang lebih makro dan bersifat jangka panjang, Bank Indonesia berharap green
banking akan memberikan kontribusi positif pada upaya penguatan kebijakan fiskal dan
moneter yang antara lain tercermin dari menurunya bebas impor minyak dan produk
pertanian karena terjadi peningkatan pasokan energi terbarukan, peningkatan efisiensi
penggunaan energi oleh industri, dan peningkatan produk pertanian organik yang didukung
oleh perbankan di seluruh Indonesia.2

b. Prinsip Green Banking

Prinsip dasar green banking adalah upaya memperkuat kemampuan manajemen risiko
bank khususnya terkait dengan lingkungan hidup dan mendorong perbankan untuk
meningkatkan portofolio pembiayaan ramah lingkungan seperti energi terbarukan, efisiensi
energi, pertanian organik, eco-tourism, transportasi ramah lingkungan dan berbagai produk
eco label (Walida Lathifatuz Zahro, 2015, p. 16). Upaya tersebut merupakan wujud kesadaran
bank terhadap risiko kemungkinan terjadinya masalah lingkungan pada proyek yang
dibiayainya yang mungkin berdampak negatif berupa penurunan kualitas kredit dan reputasi
bank yang bersangkutan (Pramiana Omi, 2018, pp.172–182).

c. Tujuan Green Banking


2
Sindi Anggraini, Muhammad Iqbal Fasa, Suharto, Adib Fachri, “Analisis Pengaruh Green Banking
Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Indonesia”, Journal of Business Management and
Islamic Banking, 2022 Vol. 1 No. 1, hal 9
Secara khusus, green banking bermakna bahwa korporasi perbankan tidak lagi hanya
berfokus pada tanggung jawab secara keuangan yaitu mengelola bisnisnya sebaik mungkin
untuk menghasilkan laba (Profit) sebesar – besarnya bagi pemegang saham, tetapi juga harus
memfokuskan tanggung jawabnya pada upaya- upaya untuk memelihara kelestarian
lingkungan dan alam semesta (planet) serta meningkatkan kesejahteraan sosial kepada
masyarakat (people). Integrasi tiga pilar itu disebut triple bottom line of banking
accountability yang disebutkan sebelumnya (Sufian Fadzlan, 2009, pp. 120–138).

Tujuan utama integrasi tersebut adalah untuk menjamin keberlanjutan laba dan bisnis
perbankan itu sendiri dalam jangka panjang. Asumsinya, apabila lingkungan sebagai pilar
dasar pertama bisnis perbankan terjaga kelestarian dan daya dukungnya, serta masyarakat
sebagai pilar dasar kedua juga terjaga kesejahteraan sosial, ekonomi, dan ekosistem
ekologinya, maka otomatis bisnis dan laba korporasi perbankan akan tumbuh secara
berkelanjutan dalam jangka panjang. Dalam rangka mendukung ekonomi keberlanjutan
(sustainable financing) tahun 1992, UNEP mengeluarkan Statement of Commitment by
Financial Institutions on Sustainable Development. Hal itu ditindaklanjuti dengan
pembentukan UNEP FI juga bertujuan untuk memberikan sasaran kebijakan serta komitmen,
yang disepakati dengan menyatakan dukunganterhadap konsep pembiayaan dan investasi
untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, yang (Nuraeni Andi, 2019, p.79).

d. Strategi Green Banking

Untuk menghijaukan perbankan nasional menuju green banking. Menurut Andreas


Lako ada beberapa langkah manajerial yang perlu dilakukan industri perbankan. Adapun
strategi dalam green banking adalah 3:

a) Greening akuntabilitas dan transparansi informasi korporasi kepada publik


b) Greening sistem tata kelola korporasi dan infrastruktur perbankan.
c) Greening visi, misi, tujuan dan budaya korporasi perbankan.
d) Greening struktur organisasi, proses manajemen, strategibisnis dan output korporasi
perbankan (Tan Y, 2012, pp. 675–696).

e. Tahapan Menuju Green Banking

Menurut Jeucken istilah sutainable finance atau sustainabe banking merupakan


implementasi pengelolaan kredit/pemberian pembiayaan serta investasi pada seluruh sektor

3
Ibid, hal 10-11
industri jasa keuangan dengan memasukkan faktor risiko ekonomi, sosial dan lingkungan
hidup secara berkelanjutan, kebijakan tersebut sudah menjadi bagian dari portofolio industri
jasa keuangan yang bersangkutan (Athanasoglou, Brissimis 2006, 14).

f. Indikator Green Banking

Menurut jurnal Vikas Nath, Nitin Nayak dan Ankit Goel dalam Jurnal Internasional
Green Banking Practice mengatakan bahwasanya ada indikator dalam penentuan Perbankan
hijau.

a. Carbon Emisi Adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam mesin pembakaran
dalam, luar , mesin jet yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin. meliputi
Bahan Bakar , Pemakaian listrik dan sebagainya.
b. Green Rewards Adalah bisnis ramah lingkungan etis yang didirikan dengan visi
sederhana yaitu memberi penghargaan kepada orang atau perusahaan untuk hidup
berkelanjutan. Dalam hal ini perusahaan telah berhubungan langsung dengan proses
menjaga alam ataupun ekosistem didalamnya.
c. Green Building Adalah ruang untuk hidup dan kerja yang sehat dan nyaman sekaligus
merupakan bangunan yang hemat energi dari sudut perancangan, pembangunan dan
penggunaan yang dampak terhadap lingkungannya sangat minim. Dimana maksud
dari green buildings ini adalah dengan pemanfaatan bahan - bahan yang ramah
lingkungan dalam membangun gedung ataupun memberikan sentuhan- sentuhan yang
mencirikan tentang alam.
d. Reuse/Recycle/Refurbish merupakan Konsep dimana menggunakan, mengolah
kembali sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat. Maksud dari
indikator ini adalah penggunaan barang – barang yang sudah tidak berguna untuk
dimanfaatkan kembali sebagai barang baru yang bisa dipakai.
e. Paper Work atau Paperless Kebijakan pengurangan kertas dalam kegiatan
administrasi terutama pada bisnis perbankan. Penggunaan kertas sejauh ini semakin
pesat dan terus bertambah seiring berkembangnya kemajuan jaman dan tuntutan dari
segala bidang.
f. Green Invesment Adalah kegiatan penanaman modal yang berfokus kepada
perusahaan atau prospek investasi yang memiliki komitmen kepada konservasi
sumber daya alam, produksi serta penemuan sumber alternatif energi baru dan
terbarukan (EBT), Implementasi proyek air dan udara bersih, serta kegiatan aktivitas
investasi yang ramah terhadap lingkungan sekitar.4

g. Keunggulan Green Banking

Saat ini isu-isu mengenai kelestarian lingkungan dan kesehatan lingkungan menjadi
trending topic dalam pertemuan-pertemuan internasional antar negara sehingga kehadiran
institusi-institusi yang ramah lingkungan dalam operasionalnya sangat diharapkan bahkan
sangat diharuskan. Apalagi bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang emisi
karbonnya tergolong tinggi. Kehadiran green banking di Indonesia menjadi potensial dan
penting untuk ikut serta melestarikan lingkungan dan mengurangi emisi karbon Indonesia.

Ada 3 keuntungan yang diperoleh ketika perbankan menerapkan green banking :

a. Pertama dengan green banking semua transaksi dilakukan dengan online banking
sehingga lebih paperless.
b. Kedua, meningkatkan kesadaran kepada para pelaku bisnis akan pentingnya praktek
bisnis yang ramah lingkungan.
c. Ketiga, bank menyusun kebijakan pemberian pinjaman pada kegiatan usaha yang
ramah lingkungan dan secara tidak langsung akan membuat pelaku bisnis mengubah
bisnis mereka menjadi lebih ramah lingkungan ( Ragupathi M, 2015, p. 77).

h. Kelemahan Green Banking

Green banking sebagaimana praktiknya di negara-negara lain mensyarakatkan bank


untuk memasukkan proyek-proyek hijau yang ramah lingkungan dalam portofolio
pembiayaan nya serta praktik-praktikoperasional yang mengikuti persetujuan Kyoto tentang
lingkungan, jika bank syariah mempraktikkan hal ini tanpa disertai dukungan peraturan yang
kuat dan memadai maka hal ini akan menjadi counterproductive bagi bank syariah yang saat
ini pangsa pasar dan asetnya masih kecil.

i. Produk Green Banking

Mem-benchmark first green bank Florida, 1/5 dari total lendingnya proyek-proyek
hijau. Produk-produk dari bank ini dibedakan berdasarkan segmen nasabahnya yakni nasabah
perseorangan/personal dan entitas business. Produk-produk untuk personal dan entitas bisnis
tersebut adalah produk-produk funding dan lending yang ramah lingkungan.

4
N Kapoor, 2016, p. 69–72
j. SDM Yang Diperlukan Green Banking

SDM yang dibutuhkan sebagai pelaksana green banking adalah yang memahami
mengenai praktik-praktik green banking sebagaimana yang disyaratkan oleh first green bank
di Florida, Amerika yang mensyaratkan SDM nya memiliki sertifikasi ketentuan mengenai
lingkungan di Amerika yakni LEED (Leadership in Energy and Environmental Design).
SDM yang memiliki sertifikat ini berarti bahwa mereka memahami praktik green banking.

k. Akad Yang Digunakan

Skema akad yang digunakan pada model green banking adalah seperti akad pada bank
umum yang membedakannya adalah pada model green bank pembiayaannya diberikan
kepada perusahaan-perusahaan/proyek yang mendapat jaminan ramah lingkungan/tidak
merusak lingkungan. 5

l. Implementasi Green Banking Perbankan Syariah

Konsep green banking ini sangat erat kaitannya dengan istilah green financing. Green
financing dapat diartikan sebagai fasilitas pinjaman dari lembaga keuangan kepada debitur
yang bergerak di sektor bisnis yang tidak berdampak pada penurunan kualitas lingkungan
maupun kondisi sosial masyarakat. Meski demikian, green banking tidak hanya berkutat pada
dunia pembiayaan, namun juga program-program lain yang berwawasan lingkungan (Ajeng
Radyati).

Pemberian pembiayaan oleh perbankan syariah dapat merupakan suatu masalah bila
pembiayaan itu dipergunakan untuk usaha ataupun kegiatan yang pada akhirnya
menimbulkan atau mengakibatkan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup. Dalam hal
ini seharusnya badan-badan atau lembaga-lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan
dapat digerakkan untuk berperan serta dalam pengelolaan lingkungan hidup, karena
perusahaan yang ingin berkembang tergantung pada fasilitas pembiayaan.

Dengan demikian dalam pembiayaan perbankan, analisis resiko tidak hanya terbatas
pada analisis berdasarkan kinerja proyek, tetapi juga memerlukan metode analisis yang
memperhitungkan biaya-biaya eksternal (benefit and risk analysis)yang bila pembiayaan itu
dipergunakan untuk usaha ataupun kegiatan yang pada akhirnya menimbulkan atau
mengakibatkan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup. Dengan berlakunya undang-

5
Kajian Model bisnis Perbankan Syariah, 2012 hal 108-109
undang Perbankan dan sebagai akibat dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian (prudent
banking) serta masalah tingkat kesehatan bank, sektor perbankan tentunya akan sangat
concern kepada masalah lingkungan.

Pihak perbankan dalam memberikan pembiayaan tidak menginginkan proyek yang


dibiayainya menimbulkan pencemaran lingkungan, misalnya sampai menimbulkan keresahan
masyarakat. Oleh karena bank syariah sebagai pemberi pembiayaan akan diminta
pertanggungjawabannya, dalam hal ini penilaian terhadap analisa lingkungan serta dampak
lingkungannya. Namun demikian resiko kerusakan lingkungan yang timbul akibat sebuah
proyek yang dapat diantisipasi sejak awal.

Dalam Pasal 22 ayat (2) UPPLH, untuk menentukan suatu kegiatan yang memiliki
dampak penting terhadap lingkungan hidup ditentukan oleh :

a) Jumlah manusia yang akan terkena dampak;


b) Luas wilayah persebaran dampak;
c) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung;
d) Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak;
e) Sifat kumulatif dampak tersebut;
f) Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.
g) Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, sektor perbankan dalam membiayai proyek
industri secara umum dapat mengkaji hal-hal sebagai berikut :

a. ada hal-hal yang berbahaya terhadap kesehatan yang berkaitan dengan proses
industrinya;
b. akan terjadi gangguan yang cukup berarti terhadap masyarakat;
c. ada potensi konflik dengan kepentingan lainnya;
d. perlunya penambahan pembangunan infrastruktur termasuk transport dan
pembangkit tenaga listrik yang ada;
e. proyek industri sudah memiliki instalasi pengolahan limbah atau belum
keseluruhan itu perlu dikaji karena sektor perbankan yang berfungsi sebagai
intermediary dalam pembangunan telah melakukan mobilisasi dana masyarakat
dan menyalurkan dana tersebut antara lain berupa pembiayaan pada industri-
industri dalam proses pembangunannya. Penjabaran pelaksanaan wawasan
tersebut tercermin pada Pasal 22 ayat (1) UUPPLH.
Dalam mengarahkan kebijaksanaan pembiayaan yang berwawasan lingkungan,
contoh ketentuan yang harus diajukan kepada calon debitur dalam proses pemberian dan
persetujuan pembiayaannya yaitu:

a. AMDAL sebagai persyaratan perizinan atas setiap kegiatan yang mempunyai


dampak penting terhadap lingkungan hidup.
b. Keputusan persetujuan atas Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) sesuai dengan syarat-syarat.
c. Surat pernyataan lingkungan dari perusahaan/calon debitur.
d. Internal monitoring, yaitu kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh
perusahaan/debitur secara cermat keadaan fasilitas, pengoperasian dan
pengaruh terhadap lingkungan serta melaporkannya secara berkala, baik
kepada pemerintah maupun bank.
e. Inspection/trade checking, yaitu kegiatan pemantauan yang dilakukan oleh
bank syariah untuk melihat sejauh mana ketaatan dan pengoperasian serta
pengaruh terhadap lingkungan. Oleh komite pembiayaan hal ini dilaporkan
sebagai laporan hasil kunjungan debitur.

m. Peran dan Tanggung Jawab perbankan syariah dalam penegakan Green Banking

Peran dan tanggung jawab perbankan perlu melakukan antisipasi terhadap potensi
pencemaran dalam kegiatan usaha calon nasabah debitur, setidak-tidaknya karena tiga hal,
yaitu sebagai pemegang pembiayaan, ikut dalam manajemen dan demi keamanan atau
kelancaran ikut dalam manajemen dan demi keamanan atau kelancaran pembayaran
pembiayaan itu sendiri.

OJK berada pada posisi yang sangat penting dalam memberikan pedoman bagi bank-
bank pembangunan dan lembaga keuangan bukan bank untuk mendorong bahkan
mewajibkan bank-bank memberikan pedoman sangat penting karena lembaga perbankan
menempati posisi yang strategis dalam “memaksa” kalangan usaha peduli pada aspek
perlindungan daya dukung lingkungan, keselamatan, serta kesejahteraan orang banyak.

Dalam rangka penerapan AMDAL, bank syariah harus meneliti bahwa proyek yang
dibiayai tidak bertentangan dengan tatanan lingkungan yang ada. Apabila dampak negatifnya
cukup besar, bank syariah harus mengkaji apakah industri itu memiliki plant treatment untuk
pencegahan kerusakan lingkungan atau tidak. Bank syariah dapat menolak proposal
pemrakarsa, apabila proyek tersebut tidak memiliki sarana pengolahan limbah yang baik.6

Kewajiban hukum dan moral setiap bank syariah di Indonesia untuk ikut mengelola
lingkungan hidup, sekalipun secara tidak langsung, sebaiknyaa tidak terbatas hanya kepada
melakukan analisis lingkungan hidup dalam rangka mempertimbangkan permohonan
pembiayaan dari calon nasabah debitur. Baru sebatas tahap sebelum pembiayaan diberikan.
Setelah pembiayaan diputuskan pemberiannya oleh bank syariah dan selama pembiayaan itu
digunakan oleh nasabah debitur, sama sekali belum diatur oleh OJK, saat in diharapkan
mengacu pada suistainable financing.

Selain daripada melakukan analisis mengenai dampak lingkungan hidup pada setiap
mempertimbangkan pemberian pembiayaan, bank syariah dapat juga ikut berpartisipasi
dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup. Bank syariah dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut :

a. mencantumkan klausul-klausul lingkungan hidup di dalam perjanjian pembiayaan.


b. dapat memberikan jaminan bahwa nasabah debitur telah memiliki izin-izin yang
diperlukan dari instansi yang berwenang yang berkaitan dengan pengelolaan
lingkungan hidup sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
c. melakukan pemantauan selama pembangunan proyek yang dibiayai dengan
pembiayaan bank syariah itu, untuk memastikan apakah sarana-sarana yang
diperlukan oleh proyek dalam rangka mencegah perusakan dan pencemaran
lingkungan hidup telah dibangun sebagaimana mestinya. Pelanggaran mengenai
hal itu kiranya dapat dikategorikan sebagai event of default dari perjanjian
pembiayaan, yang dengan demikian memberikan hak kepada bank syariah untuk
menghentikan penarikan lebih lanjut oleh nasabah debitur dan atas pembiayaan itu
seketika itu pula menagih nasabah debitur untuk melunasi pembiayaan itu;
d. memantau nasabah debitur tidak melakukan perusakan atau pencemaran
lingkungan hidup disekitar proyek itu berdiri dengan memastikan bahwa proyek
nasabah debitur itu tidak membuang atau menyimpan zat-zat berbahaya disekitar
proyek.

6
Rahmayati Nasution, “Sinergi Dan Optimalisasi Green Banking Perbankan Syariah
Dalam Mewujudkan Suistainable Finance”, Jurnal Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, 2018 Vol.
18 No. 1 hal 5-7
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini Sindi, dkk. (2022). “Analisis Pengaruh Green Banking Terhadap


Profitabilitas Bank Umum Syariah Indonesia”. Journal of Business Management and Islamic
Banking. Vol 1 No 1. Hal 73-88.

Nasution, Rahmayati (2018). “Sinergi Dan Optimalisasi Green Banking Perbankan


Syariah Dalam Mewujudkan Suistainable Finance”. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan. Vol 18 No 1. Hal 1-20

Kajian Model Bisnis Bank Syariah, Direktorat Perbankan Syariah. (2012). 1-122

Anda mungkin juga menyukai