MAKALAH Pak Hazas
MAKALAH Pak Hazas
MAKALAH Pak Hazas
Disusun Oleh :
Kelas B
Halaman Judul.............................................................................................................................i
Daftar Isi……………………………………………………………………………................ii
Pembahasan…………………………………………………………………………...............iii
a. Pengertian……………………………………………………………………...…….
b. Prinsip………………………………………………………………………….……
c. Tujuan………………………………………………………………………….……
d. Strategi…………………………………………………………………….…………
e. Tahapan……………………………………………………………………..…….....
f. Indikator………………………………………………………………………………
g. Keunggulan…………………………………………………………………………..
h. Kelemahan………………………………………………………….…………….….
i. Produk………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….
PEMBAHASAN
a) Regulatory Perspective
Menjelaskan model-model bank syariah (operasional, economic, social and sharia
value) yang ditawarkan kepada masyarakat (public) dan meng-create the future model
bank syariah.
b) Company Perspective
Menjelaskan bisnis model saat ini dan bisnis model benchmark yang menjelaskan
operasional sebuah perusahaan/organisasi untuk mendeliver value-value kepada
customer.
Green banking atau perbankan ramah lingkungan adalah suatu konsep pembiayaan
atau kredit produk jasa- jasa perbankan yang mengutamakan aspek- aspek keberlanjutan baik
ekonomi, lingkungan, sosial budaya dan teknologi secara bersamaan, ini merupakan konsep
atau paradigma baru dalam industri perbankan internasional yang sedang berkembang selama
satu dekade terakhir. konsep tersebut muncul sebagai respons atau tuntutan masyarakat global
1
Kajian Model bisnis Perbankan Syariah, Direktorat Perbankan Syariah 2012
yang meminta industri perbankan turut berpartisipasi aktif dalam upaya mengatasi krisis
lingkungan dan pemanasan global yang kian serius. Secara khusus, green banking bermakna
bahwa korporasi perbankan tidak lagi hanya berfokus pada tanggung jawab keuangan yaitu
mengelola bisnisnya sebaik mungkin untuk menghasilkan laba (profit) sebesar- besarnya bagi
para pemegang saham, tetapi juga harus memfokuskan tanggung jawabnya pada upaya–
upaya untuk memelihara kelestarian lingkungan dan alam semesta (planet) serta
meningkatkan kesejahteraan sosial kepada masyarakat (people).
Prinsip dasar green banking adalah upaya memperkuat kemampuan manajemen risiko
bank khususnya terkait dengan lingkungan hidup dan mendorong perbankan untuk
meningkatkan portofolio pembiayaan ramah lingkungan seperti energiterbarukan, efisiensi
energi, pertanian organik, eco-tourism, transportasi ramah lingkungan dan berbagai produk
eco-label. Upaya tersebut merupakan wujud kesadaran Bank terhadap risiko kemungkinan
terjadinya masalah lingkungan pada proyek yang dibiayainya yang mungkin berdampak
negatif berupa penurunan kualitas kredit dan reputasi bank yang bersangkutan. Dalam
kerangka yang lebih makro dan bersifat jangka panjang, Bank Indonesia berharap green
banking akan memberikan kontribusi positif pada upaya penguatan kebijakan fiskal dan
moneter yang antara lain tercermin dari menurunya bebas impor minyak dan produk
pertanian karena terjadi peningkatan pasokan energi terbarukan, peningkatan efisiensi
penggunaan energi oleh industri, dan peningkatan produk pertanian organik yang didukung
oleh perbankan di seluruh Indonesia.2
Prinsip dasar green banking adalah upaya memperkuat kemampuan manajemen risiko
bank khususnya terkait dengan lingkungan hidup dan mendorong perbankan untuk
meningkatkan portofolio pembiayaan ramah lingkungan seperti energi terbarukan, efisiensi
energi, pertanian organik, eco-tourism, transportasi ramah lingkungan dan berbagai produk
eco label (Walida Lathifatuz Zahro, 2015, p. 16). Upaya tersebut merupakan wujud kesadaran
bank terhadap risiko kemungkinan terjadinya masalah lingkungan pada proyek yang
dibiayainya yang mungkin berdampak negatif berupa penurunan kualitas kredit dan reputasi
bank yang bersangkutan (Pramiana Omi, 2018, pp.172–182).
Tujuan utama integrasi tersebut adalah untuk menjamin keberlanjutan laba dan bisnis
perbankan itu sendiri dalam jangka panjang. Asumsinya, apabila lingkungan sebagai pilar
dasar pertama bisnis perbankan terjaga kelestarian dan daya dukungnya, serta masyarakat
sebagai pilar dasar kedua juga terjaga kesejahteraan sosial, ekonomi, dan ekosistem
ekologinya, maka otomatis bisnis dan laba korporasi perbankan akan tumbuh secara
berkelanjutan dalam jangka panjang. Dalam rangka mendukung ekonomi keberlanjutan
(sustainable financing) tahun 1992, UNEP mengeluarkan Statement of Commitment by
Financial Institutions on Sustainable Development. Hal itu ditindaklanjuti dengan
pembentukan UNEP FI juga bertujuan untuk memberikan sasaran kebijakan serta komitmen,
yang disepakati dengan menyatakan dukunganterhadap konsep pembiayaan dan investasi
untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, yang (Nuraeni Andi, 2019, p.79).
3
Ibid, hal 10-11
industri jasa keuangan dengan memasukkan faktor risiko ekonomi, sosial dan lingkungan
hidup secara berkelanjutan, kebijakan tersebut sudah menjadi bagian dari portofolio industri
jasa keuangan yang bersangkutan (Athanasoglou, Brissimis 2006, 14).
Menurut jurnal Vikas Nath, Nitin Nayak dan Ankit Goel dalam Jurnal Internasional
Green Banking Practice mengatakan bahwasanya ada indikator dalam penentuan Perbankan
hijau.
a. Carbon Emisi Adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar di dalam mesin pembakaran
dalam, luar , mesin jet yang dikeluarkan melalui sistem pembuangan mesin. meliputi
Bahan Bakar , Pemakaian listrik dan sebagainya.
b. Green Rewards Adalah bisnis ramah lingkungan etis yang didirikan dengan visi
sederhana yaitu memberi penghargaan kepada orang atau perusahaan untuk hidup
berkelanjutan. Dalam hal ini perusahaan telah berhubungan langsung dengan proses
menjaga alam ataupun ekosistem didalamnya.
c. Green Building Adalah ruang untuk hidup dan kerja yang sehat dan nyaman sekaligus
merupakan bangunan yang hemat energi dari sudut perancangan, pembangunan dan
penggunaan yang dampak terhadap lingkungannya sangat minim. Dimana maksud
dari green buildings ini adalah dengan pemanfaatan bahan - bahan yang ramah
lingkungan dalam membangun gedung ataupun memberikan sentuhan- sentuhan yang
mencirikan tentang alam.
d. Reuse/Recycle/Refurbish merupakan Konsep dimana menggunakan, mengolah
kembali sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat. Maksud dari
indikator ini adalah penggunaan barang – barang yang sudah tidak berguna untuk
dimanfaatkan kembali sebagai barang baru yang bisa dipakai.
e. Paper Work atau Paperless Kebijakan pengurangan kertas dalam kegiatan
administrasi terutama pada bisnis perbankan. Penggunaan kertas sejauh ini semakin
pesat dan terus bertambah seiring berkembangnya kemajuan jaman dan tuntutan dari
segala bidang.
f. Green Invesment Adalah kegiatan penanaman modal yang berfokus kepada
perusahaan atau prospek investasi yang memiliki komitmen kepada konservasi
sumber daya alam, produksi serta penemuan sumber alternatif energi baru dan
terbarukan (EBT), Implementasi proyek air dan udara bersih, serta kegiatan aktivitas
investasi yang ramah terhadap lingkungan sekitar.4
Saat ini isu-isu mengenai kelestarian lingkungan dan kesehatan lingkungan menjadi
trending topic dalam pertemuan-pertemuan internasional antar negara sehingga kehadiran
institusi-institusi yang ramah lingkungan dalam operasionalnya sangat diharapkan bahkan
sangat diharuskan. Apalagi bagi negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang emisi
karbonnya tergolong tinggi. Kehadiran green banking di Indonesia menjadi potensial dan
penting untuk ikut serta melestarikan lingkungan dan mengurangi emisi karbon Indonesia.
a. Pertama dengan green banking semua transaksi dilakukan dengan online banking
sehingga lebih paperless.
b. Kedua, meningkatkan kesadaran kepada para pelaku bisnis akan pentingnya praktek
bisnis yang ramah lingkungan.
c. Ketiga, bank menyusun kebijakan pemberian pinjaman pada kegiatan usaha yang
ramah lingkungan dan secara tidak langsung akan membuat pelaku bisnis mengubah
bisnis mereka menjadi lebih ramah lingkungan ( Ragupathi M, 2015, p. 77).
Mem-benchmark first green bank Florida, 1/5 dari total lendingnya proyek-proyek
hijau. Produk-produk dari bank ini dibedakan berdasarkan segmen nasabahnya yakni nasabah
perseorangan/personal dan entitas business. Produk-produk untuk personal dan entitas bisnis
tersebut adalah produk-produk funding dan lending yang ramah lingkungan.
4
N Kapoor, 2016, p. 69–72
j. SDM Yang Diperlukan Green Banking
SDM yang dibutuhkan sebagai pelaksana green banking adalah yang memahami
mengenai praktik-praktik green banking sebagaimana yang disyaratkan oleh first green bank
di Florida, Amerika yang mensyaratkan SDM nya memiliki sertifikasi ketentuan mengenai
lingkungan di Amerika yakni LEED (Leadership in Energy and Environmental Design).
SDM yang memiliki sertifikat ini berarti bahwa mereka memahami praktik green banking.
Skema akad yang digunakan pada model green banking adalah seperti akad pada bank
umum yang membedakannya adalah pada model green bank pembiayaannya diberikan
kepada perusahaan-perusahaan/proyek yang mendapat jaminan ramah lingkungan/tidak
merusak lingkungan. 5
Konsep green banking ini sangat erat kaitannya dengan istilah green financing. Green
financing dapat diartikan sebagai fasilitas pinjaman dari lembaga keuangan kepada debitur
yang bergerak di sektor bisnis yang tidak berdampak pada penurunan kualitas lingkungan
maupun kondisi sosial masyarakat. Meski demikian, green banking tidak hanya berkutat pada
dunia pembiayaan, namun juga program-program lain yang berwawasan lingkungan (Ajeng
Radyati).
Pemberian pembiayaan oleh perbankan syariah dapat merupakan suatu masalah bila
pembiayaan itu dipergunakan untuk usaha ataupun kegiatan yang pada akhirnya
menimbulkan atau mengakibatkan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup. Dalam hal
ini seharusnya badan-badan atau lembaga-lembaga keuangan yang memberikan pembiayaan
dapat digerakkan untuk berperan serta dalam pengelolaan lingkungan hidup, karena
perusahaan yang ingin berkembang tergantung pada fasilitas pembiayaan.
Dengan demikian dalam pembiayaan perbankan, analisis resiko tidak hanya terbatas
pada analisis berdasarkan kinerja proyek, tetapi juga memerlukan metode analisis yang
memperhitungkan biaya-biaya eksternal (benefit and risk analysis)yang bila pembiayaan itu
dipergunakan untuk usaha ataupun kegiatan yang pada akhirnya menimbulkan atau
mengakibatkan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup. Dengan berlakunya undang-
5
Kajian Model bisnis Perbankan Syariah, 2012 hal 108-109
undang Perbankan dan sebagai akibat dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian (prudent
banking) serta masalah tingkat kesehatan bank, sektor perbankan tentunya akan sangat
concern kepada masalah lingkungan.
Dalam Pasal 22 ayat (2) UPPLH, untuk menentukan suatu kegiatan yang memiliki
dampak penting terhadap lingkungan hidup ditentukan oleh :
Berkaitan dengan hal tersebut di atas, sektor perbankan dalam membiayai proyek
industri secara umum dapat mengkaji hal-hal sebagai berikut :
a. ada hal-hal yang berbahaya terhadap kesehatan yang berkaitan dengan proses
industrinya;
b. akan terjadi gangguan yang cukup berarti terhadap masyarakat;
c. ada potensi konflik dengan kepentingan lainnya;
d. perlunya penambahan pembangunan infrastruktur termasuk transport dan
pembangkit tenaga listrik yang ada;
e. proyek industri sudah memiliki instalasi pengolahan limbah atau belum
keseluruhan itu perlu dikaji karena sektor perbankan yang berfungsi sebagai
intermediary dalam pembangunan telah melakukan mobilisasi dana masyarakat
dan menyalurkan dana tersebut antara lain berupa pembiayaan pada industri-
industri dalam proses pembangunannya. Penjabaran pelaksanaan wawasan
tersebut tercermin pada Pasal 22 ayat (1) UUPPLH.
Dalam mengarahkan kebijaksanaan pembiayaan yang berwawasan lingkungan,
contoh ketentuan yang harus diajukan kepada calon debitur dalam proses pemberian dan
persetujuan pembiayaannya yaitu:
m. Peran dan Tanggung Jawab perbankan syariah dalam penegakan Green Banking
Peran dan tanggung jawab perbankan perlu melakukan antisipasi terhadap potensi
pencemaran dalam kegiatan usaha calon nasabah debitur, setidak-tidaknya karena tiga hal,
yaitu sebagai pemegang pembiayaan, ikut dalam manajemen dan demi keamanan atau
kelancaran ikut dalam manajemen dan demi keamanan atau kelancaran pembayaran
pembiayaan itu sendiri.
OJK berada pada posisi yang sangat penting dalam memberikan pedoman bagi bank-
bank pembangunan dan lembaga keuangan bukan bank untuk mendorong bahkan
mewajibkan bank-bank memberikan pedoman sangat penting karena lembaga perbankan
menempati posisi yang strategis dalam “memaksa” kalangan usaha peduli pada aspek
perlindungan daya dukung lingkungan, keselamatan, serta kesejahteraan orang banyak.
Dalam rangka penerapan AMDAL, bank syariah harus meneliti bahwa proyek yang
dibiayai tidak bertentangan dengan tatanan lingkungan yang ada. Apabila dampak negatifnya
cukup besar, bank syariah harus mengkaji apakah industri itu memiliki plant treatment untuk
pencegahan kerusakan lingkungan atau tidak. Bank syariah dapat menolak proposal
pemrakarsa, apabila proyek tersebut tidak memiliki sarana pengolahan limbah yang baik.6
Kewajiban hukum dan moral setiap bank syariah di Indonesia untuk ikut mengelola
lingkungan hidup, sekalipun secara tidak langsung, sebaiknyaa tidak terbatas hanya kepada
melakukan analisis lingkungan hidup dalam rangka mempertimbangkan permohonan
pembiayaan dari calon nasabah debitur. Baru sebatas tahap sebelum pembiayaan diberikan.
Setelah pembiayaan diputuskan pemberiannya oleh bank syariah dan selama pembiayaan itu
digunakan oleh nasabah debitur, sama sekali belum diatur oleh OJK, saat in diharapkan
mengacu pada suistainable financing.
Selain daripada melakukan analisis mengenai dampak lingkungan hidup pada setiap
mempertimbangkan pemberian pembiayaan, bank syariah dapat juga ikut berpartisipasi
dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup. Bank syariah dapat melakukan hal-hal sebagai
berikut :
6
Rahmayati Nasution, “Sinergi Dan Optimalisasi Green Banking Perbankan Syariah
Dalam Mewujudkan Suistainable Finance”, Jurnal Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, 2018 Vol.
18 No. 1 hal 5-7
DAFTAR PUSTAKA
Kajian Model Bisnis Bank Syariah, Direktorat Perbankan Syariah. (2012). 1-122