Kurikulum Selaput Dara

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

KURIKULUM PEMBERDAYAAN TEMAN SEBAYA TENTANG

PERSEPSI SELAPUT DARA BERBASIS BUDAYA DAN ETIKOLEGAL


Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas
Praktik Asuhan Kebidanan Holistik Remaja Dan Pranikah

Oleh:
1. Fitri Rahmadayanti P. (P17312215105)
2. Nurul Hidayati F. (P17312215112)
3. Diana Merza O. D. (P17312215114)
4. Laksmitha Janasti (P17312215118)
5. Paradixtya A. I. (P17312215124)
6. Latiefatus Salaamah (P17312215127)
7. Putri Wulandari. (P17312215135)
8. Eka Mardiati (P17312215136)
9. Meisya Ika R. D. (P17312215137)
10. Badriyatur Robi’ah (P17312215138)
11. Bekti Rachmadi J. (P17312215145)
12. Ningmas Arka A. P. (P17312215146)
13. Siti Amalia (P17312215147)
14. Novia Rodiana (P17312215148)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

KURIKULUM PEMBERDAYAAN TEMAN SEBAYA TENTANG


PERSEPSI SELAPUT DARA BERBASIS BUDAYA DAN ETIKOLEGAL

Kurikulum Pemberdayaan Remaja diajukan oleh


Nama Anggota kelompok oleh:
1. Fitri Rahmadayanti P. (P17312215105)
2. Nurul Hidayati F. (P17312215112)
3. Diana Merza O. D. (P17312215114)
4. Laksmitha Janasti (P17312215118)
5. Paradixtya A. I. (P17312215124)
6. Latiefatus Salaamah (P17312215127)
7. Putri Wulandari. (P17312215135)
8. Eka Mardiati (P17312215136)
9. Meisya Ika R. D. (P17312215137)
10. Badriyatur Robi’ah (P17312215138)
11. Bekti Rachmadi J. (P17312215145)
12. Ningmas Arka A. P. (P17312215146)
13. Siti Amalia (P17312215147)
14. Novia Rodiana (P17312215148)

Kurikulum Pemberdayaan Teman Sebaya Tentang Persepsi Selaput Dara Berbasis


Budaya Dan Etikolegal ini telah disetujui pembimbing
pada Oktober 2021

Dosen Pembimbing

Ni Wayan Dwi R, M.Kes


NIP. 196611151986032001
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
keruniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Kurikulum "Pemberdayaan
Teman Sebaya Tentang Selaput Dara Berbasis Budaya dan Etiko Legal" dapat
diselesaikan dengan tepat waktu. Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak, karena itu kesempatan kali ini penulis mengucapkan
banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Budi Susatia, S.Kp.M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang
2. Ibu Herawati Mansur, SST., M.Psi selaku Ketua Jurusan Kebidanan
3. Ibu Ika Yudianti, S.ST., M.Keb selaku Ketua Program Studi Profesi Bidan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
4. Ibu Ni Wayan Dwi R.,M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Kepanitraan
Umum
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga modul ini  dapat bermanfaat untuk
semua pihak.

DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
PENDEKATAN PELATIHAN
PERAN DAN KOMPETENSI
A. PERAN
B. KOMPETENSI
TUJUAN PELATIHAN
A. TUJUAN UMUM
B. TUJUAN KHUSUS
PESERTA, FASILITATOR, NARASUMBER, DAN PENYELENGGARA
A. PESERTA
B. FASILITATOR
C. NARASUMBER
D. PENYELENGGARA
STRUKTUR PROGRAM
A. MATERI DASAR
B. MATERI INTI
C. MATERI PENUNJANG
DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN DAN METODE PEMBELAJARAN
A. DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN
B. METODE PEMBELAJARAN
GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN
EVALUASI

DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Pengetahuan dasar tentang kesehatan reproduksi pada remaja menurut
Kemenkes RI salah satunya yaitu pengenalan dan mengetahui tentang proses,
fungsi, dan sistem alat reproduksi. Pengetahuan dan persepsi yang salah tentang
seksualitas dan kesehatan reproduksi dapat menyebabkan remaja berperilaku
berisiko terhadap kesehatan reproduksinya sehingga sangat penting untuk melihat
pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi (Kemenkes RI, 2018)
Remaja dan permasalahannya akhir-akhir ini selalu menjadi sorotan,
khususnya yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi. Kebanyakan
permasalahan timbul akibat ketidaktahuan remaja terhadap sistem dan proses
reproduksi yang sebenarnya merupakan bagian integral dalam kehidupan mereka.
Salah satu permasalahan yang timbul adalah ketidaktahuan remaja mengenai
selaput dara dan fenomena yang terjadi di dunia mengenai  pro dan kontra tentang
rekonstruksi selaput dara.
Lahirnya hukum kesehatan tidak dapat dipisahkan dengan proses
perkembangan kesehatan, sehingga perkembangan kesehatan sangat diperlukan
bagi permasalahan hukum kesehatan. Untuk itu di era yang modern ini kemajuan
teknologi dibidang kedokteran sangatlah pesat hingga dapat melakukan operasi
selaput dara yang mana itu dianggap sebagai harta yang sangat berharga yang
harus dimiliki oleh setiap wanita. Oleh sebab itu, untuk mendukung
pemberdayaan perempuan khususnya di kalangan remaja perempuan diperlukan
langkah-langkah edukasi kepada masyarakat antara lain dengan upaya
peningkatan pengetahuan tentang selaput dara berbasis budaya dan etik.
Untuk maksud tersebut, perlu disusun kurikulum bagi mahasiswa profesi
kebidanan tentang konseling dan penyuluhan mengenai  remaja dan pranikah
khususnya tentang selaput dara berbasis budaya dan etikolegal sehingga dapat
digunakan sebagai acuan berbagai pihak yang akan menyelenggarakan konseling
dan penyuluhan. Kurikulum ini disusun pada pendidikan profesi bidan pada stase
satu tentang asuhan kebidanan pada remaja dan pra nikah yang merupakan salah
satu unsur penunjang yang sangat penting bagi seorang bidan dalam menjalankan
praktek profesinya.

PENDEKATAN PELATIHAN
Pelatihan ini diselenggarakan dengan berdasarkan pendekatan berikut. 
A. Berdasarkan Masalah (Problem Based), yakni proses pelatihan didekatkan
pada permasalahan nyata yang ada di lapangan.
B. Berdasarkan Kompetensi (Competency Based), yakni proses pelatihan selalu
berupaya untuk mengembangkan keterampilan berjenjang langkah demi
langkah menuju kemampuan paripurna.
C. Pembelajaran Orang Dewasa (Adult Learning), yakni proses pelatihan yang
diselenggarakan dengan pendekatan pembelajaran orang dewasa, yang selama
pelatihan peserta berhak untuk:
1. Didengarkan dan dihargai pengalamannya.
2. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada di dalam konteks
pelatihan.
3. Dihargai keberadaannya.
D. Pembelajaran Dengan Melakukan (Learning by Doing), yang memungkinkan  
peserta untuk: 
1. Berkesempatan melakukan eksperimentasi dari materi pelatihan dengan
menggunakan metode pembelajaran antara lain diskusi kelompok, studi
kasus, simulasi, role play (bermain peran), dan latihan (exercise) baik
secara individu maupun kelompok. 
2. Melakukan pengulangan maupun perbaikan yang dirasa perlu

PERAN DAN KOMPETENSI


A. PERAN
Remaja sebagai pemberi konseling pada teman sebaya
B. KOMPETENSI
Peserta latih mempunyai kompetensi:
1. Mampu memahami tentang selaput dara berbasis budaya dan etikolegal
2. Mampu memberikan konseling pada teman sebaya khususnya tentang
persepsi selaput dara berbasis budaya dan etikolegal
3. Mampu melakukan pendokumentasian dalam bentuk pencatatan dan
pelaporan
4. Mampu menyusun rencana tindak lanjut

TUJUAN PELATIHAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah selesai pelatihan peserta latih memahami dan mampu melaksanakan
konseling dan penyuluhan dalam konteks pemberdayaan teman sebaya
tentang persepsi selaput dara berbasis budaya dan etikolegal
B. TUJUAN KHUSUS
Peserta latih mampu : 
1. Memahami tentang selaput dara berbasis budaya dan etikolegal
2. Memberikan konseling pada teman sebaya khususnya tentang persepsi
selaput dara berbasis budaya dan etikolegal
3. Melakukan pendokumentasian dalam bentuk pencatatan dan pelaporan
4. Menyusun rencana tindak lanjut

PESERTA, FASILITATOR, NARASUMBER, DAN PENYELENGGARA


A. PESERTA
1. Kriteria Peserta
        Remaja usia 15-<17 tahun dan Remaja Pranikah usia 17-21 tahun
2. Jumlah Peserta
    Jumlah peserta 20-30 orang
B. FASILITATOR
Fasilitator terdiri atas Mahasiswa Pendidikan Profesi Bidan kelas C
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang dan Dosen Politeknik Kesehatan
Poltekkes Malang
C. NARASUMBER
1. Mahasiswa Pendidikan Profesi Bidan kelas C Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang
2. Dosen Politeknik Kesehatan Poltekkes Malang
D. PENYELENGGARA
Pelatihan diselenggarakan oleh Mahasiswa Pendidikan Profesi Bidan kelas C
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
STRUKTUR PROGRAM

No Materi Waktu (jpl)

1 Materi Dasar T P PL Jumlah

Gambaran umum tentang selaput dara dan stigma 1 1


tentang keperawanan

2 Materi Inti

1. Pengertian selaput dara 1 1


2. Macam-macam bentuk selaput dara 1 1
3. Faktor-faktor yang dapat merusak selaput dara 1 1
4. Tinjauan budaya tentang  selaput dara
5. Tinjauan etik tentang rekonstruksi selaput dara
1 1

1 1

3 Materi Penunjang

1. Dinamika kelompok 0 2 2 4
2. Rencana tindak lanjut 0 1 1 2

Ket:
T      : Teori
P      : Penugasan
PL    : Praktik Lapangan
1jpl  : 15 menit
DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN DAN METODE PEMBELAJARAN
A. DIAGRAM PROSES PEMBELAJARAN

B. METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran Metode pelatihan ini berdasarkan pada prinsip: 
1. Orientasi kepada peserta meliputi latar belakang, kebutuhan dan harapan
yang terkait dengan tugas yang akan dilaksanakan setelah mengikuti
pelatihan, memberikan kesempatan belajar dengan melakukan (learning
by doing), dan belajar atas pengalaman (learning by experience). 
2. Peran serta aktif peserta (active learner participatory) sesuai dengan
pendekatan pembelajaran (learning). 
3. Pembinaan iklim yang demokratis dan dinamis untuk terciptanya
komunikasi dari dan ke berbagai arah. 
Oleh sebab itu, metode yang digunakan selama proses pembelajaran di
antaranya adalah: 
a. Ceramah singkat dan tanya jawab. 
b. Curah pendapat, untuk penjajakan pengetahuan dan pengalaman
peserta terkait dengan materi yang akan diberikan. 
c. Penugasan berupa: diskusi kelompok, studi kasus, tugas baca, bermain
peran (role play), simulasi, dan praktik lapangan. 

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

Materi : Persepsi Selaput Dara Berbasis Budaya dan Etikolegal

Tujuan Setelah selesai pelatihan peserta mampu memahami  dan


Pembelajaran melaksanakan pemberdayaan teman sebaya tentang persepsi selaput
Umum (hasil dara berbasis budaya dan etikolegal
Belajar)

Tujuan Setelah selesai pelatihan peserta mampu :


Pembelajaran 1. Menjelaskan tentang Pengertian selaput dara
Khusus 2. Menjelaskan Macam-macam  bentuk selaput dara
(Indikator 3. Menjelaskan Faktor-faktor yang dapat merusak selaput dara
Hasil Belajar) 4. Menjelaskan Tinjauan budaya tentang  selaput dara
5. Menjelaskan Tinjauan etik tentang rekonstruksi selaput dara

Pokok Persepsi Selaput Dara Berbasis Budaya dan Etikolegal


Bahasan Dan Sub Pokok Bahasan :
Sub Pokok 1. Pengertian selaput dara
Bahasan 2. Macam2 bentuk selaput dara
3. Faktor2 yg dapat merusak selaput dara
4. Tinjauan budaya tentang  selaput dara
5. Tinjauan etik tentang rekonstruksi selaput dara

Metode Ceramah tanya Jawab

Media/ Alat Poster


Bantu

Estimasi 180 menit


Waktu

Referensi http://repository.unmuha.ac.id/xmlui/bitstream/handle/
123456789/165/7.%20BAB%20II.pdf?sequence=10&isAllowed=y
http://eprints.undip.ac.id/62453/3/BAB_II.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-nurhendif-5401-
2-babii.pdf
Sue Hinchliff, Churchill Livingstone's Dictionary of Nursing, ter. Andry
Hartono, Kamus Keperawatan (Jakarta: EGC, 1999), hal 215.
Sumiati, Biologi Reproduksi untuk Bidan (Jakarta: Trans Info Media,
2011), hal 17
EVALUASI
Evaluasi yang digunakan selama proses kegiatan terdiri dari evaluasi terhadap :
1. Peserta
2. Fasilitator
3. Penyelenggara

Evaluasi yang digunakan selama proses pembelajaran terdiri dari evaluasi


terhadap: 
1. Peserta, peserta mampu mengikuti dinamika kelompok dengan praktik
penyuluhan dan konseling terhadap teman sebaya
2. Pelatih dan fasilitator/CI meliputi: 
a. Penguasaan materi. 
b. Ketepatan waktu. 
c. Sistematika penyajian. 
d. Penggunaan metode dan alat bantu diklat. 
e. Empati gaya dan sikap kepada peserta. 
f. Pencapaian kompetensi sesuai bidang yang diajarkan. 
g. Kesempatan tanya jawab. 
h. Kemampuan menyajikan. 
i. Kerja sama antara fasilitator. 
3. Penyelenggara, meliputi: 
a. Pengalaman peserta dalam pelatihan. 
b. Rata-rata penggunaan metode pembelajaran. 
c. Tingkat semangat peserta untuk mengikuti program pelatihan. 
d. Tingkat kepuasan peserta terhadap proses pembelajaran. 
e. Kenyamanan ruang pelatihan.
f. Penyediaan alat bantu pelatihan.

Anda mungkin juga menyukai