BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah utama dalam rongga mulut pada anak adalah karies gigi. Karies
adalah kerusakan jaringan gigi yang bisa membentuk lubang. Kerusakan ini
ditandai dengan tumbuhnya bercak putih pada permukaan gigi, yang lama
kelamaan membentuk lubang (Kemenkes RI, 2012). Gigi berlubang dapat
menyebabkan rasa ngilu bila terkena makanan atau minuman dingin atau manis.
Bila dibiarkan tidak dirawat, lubang akan semakin besar dan dalam, sehingga
menimbulkan pusing, dan bahkan sampai mengakibatkan pipi menjadi bengkak
dan sakit (Kemenkes RI, 2016).
Karies yang sering dijumpai pada anak-anak adalah karies rampan. Ciri-ciri
khas karies rampan adalah terjadinya sangat cepat bila dibandingkan karies gigi
umumnya, penyebarannya mengenai beberapa gigi, kavitas karies berwarna
putih sampai kekuningan, jaringan karies lunak, serta menimbulkan rasa nyeri
atau dapat terjadi pembengkakan. Tanda-tanda yang sering dijumpai pada anak
yang terkena karies rampan yaitu adanya kesulitan makan karena bila
mengunyah terasa nyeri atau linu, sering mengemut makanannya untuk
menghindari terjadinya nyeri bila mengunyah dan sering menangis karena
adanya rasa nyeri yang mengenai seluruh gigi (Mariati, 2015).
Menurut WHO (2015) Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan mulut di
negara-negara industri besar, yang mempengaruhi 60% sampai 90% dari anak-
anak sekolah dan sebagian besar orang dewasa. Ini juga merupakan penyakit
mulut yang paling sering dijumpai di beberapa negara manapun. Survei yang
dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan
prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80%, 90%
diantaranya adalah golongan umur anak balita.
Kesehatan gigi dan mulut pada anak merupakan faktor yang harus
diperhatikan sejak sedini mungkin, karena kerusakan pada gigi pada usia anak
dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi pada usia selanjutnya. Kesehatan gigi
dan mulut untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan pada gigi dan mulut
yaitu dalam membentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan, dan
pengobatan penyakit gigi serta pemulihan kesehatan gigi secara terpadu,
terintegrasi dan saling memberitahu satu sama lain(Oktarina dkk, 2016).
Karies gigi ini dapat terjadi karena adanya berbagai faktor yaitu bisa
disebabkan oleh keadaan gigi tersebut, makanan dan minuman yang sering
dikonsumsi. Faktor lain penyebab karies gigi pada anak usia balita adalah
kebiasaan menggosok gigi pada malam hari sangat penting karena jika anak
tidak menggosok gigi yaitu akan menyebabkan karies gigi. Hal ini dikarenakan,
pada malam hari terutama saat tidur, frekuensi saliva manusia cenderung
menurun akibatnya mulut akan terasa kering dan proses penetralan plak tidak
berlangsung optimal (Kusumaningrum, 2018). Kerusakan gigi seperti karies
pada gigi anak dapat dicegah dengan melakukan gosok gigi secara benar (setelah
makan dan sebelum tidur), karena gosok gigi dengan benar merupakan dasar
program membersihkan gigi dan mulut yang efektif (Susanto dan Fitriana, 2015).
Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang,
melalui pengetahuan orang akan menjadi tahu tentang sesuatu dan akan
mencerna pengetahuan tersebut menjadi tindakan. Pengetahuan orang akan tahu
tentang sebab dan akibat, sehingga akan melaksanakan tindakan berdasarkan
pengetahuan yang dimiliki. Begitu juga pengetahuan mengenai kesehatan gigi
dan mulut akan menentukan meningkatnya kesehatan gigi dan mulut yang lebih
baik. (Notoatmodjo, 2012).
Peran orang tua sangat diperlukan didalam membimbing, memberikan
pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak agar anak
dapat
melihara kebersihan gigi dan mulutnya. Selain itu orang tua juga mempunyai
peran yang lumanyan besar di dalam mencegah terjadinya karies pada anak.
Pengetahuan orang tua sangat penting dalam mengedukasi perilaku yang
mendukung atau tidak mendukung kebersihan gigi dan mulut pada anak. Orang
tua dengan pengetahuan rendah mengenai kesehatan gigi dan mulut merupakan
faktor perilaku yang tidak mendukung kesehatan gigi dan mulut anak (Husna,
2016).
Edukasi kesehatan gigi dinilai dari beberapa aspek, salah satunya
pengetahuan. Pengetahuan adalah pengalaman dan ini terjadi karena seseorang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, melalui panca indera manusia.
Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran
(telinga) dan indera pengelihatan (mata) (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan
dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana, yaitu melalui pendidikan
(Rakhmatto, 2017).
Pengetahuan ibu merupakan dasar terbentuknya perilaku positif anak untuk
menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan merawatan yang baik dan benar.
Orang tua, khususnya ibu perlu mengetahui, mengedukasi anak sejak dini untuk
merawat gigi sejak dini karena di usia ini ibu harus mampu mengikuti
perkembangan intelektual anak sehingga anak mudah memahami dan belajar
(Purwaka, 2014). Pengetahuan orang tua khususnya ibu tentang karies gigi akan
sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya. Pengetahuan tentang karies
gigi meliputi pengertian karies, penyebab dan akibat karies, ibu harus tahu
tentang proses terjadinya karies, dan cara mencegah karies gigi (Pratiwi, 2009).
Ibu dengan pengetahuan rendah mengenai kebersihan gigi dan mulut
merupakan faktor pola pikir dari perilaku yang tidak mendukung kebersihan gigi
dan mulut anak sehingga dapat menyebabkan terjadinya karies gigi pada anak
(Hamadi dkk, 2015).
Anak usia prasekolah yaitu 3-5 tahun memiliki resiko karies yang tinggi yaitu
40%-75%. Faktor penyebab karies pada anak usia prasekolah yaitu sering
tidaknya menyikat gigi anak, suplai air yang kurang mengandung fluor, jauhnya
jarak untuk akses pelayanan kesehatan gigi, diet dan yang paling penting adalah
pengetahuan orang tua mengenai kesehatan gigi dan mulut serta kesadarannya
dalam mengedukasi anak (Purwaka, 2014).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimanakah Tingkat Pengetahun Ibu Tentang Karies Gigi dengan Jumlah
Karies Pada Anak Di Desa Pundungsari.
1.3 Tujuan Penelitian
A. Tujuan Umum
Diketahuinya tinngkat pengetahuan ibu tentang karies gigi dengan jumlah
karies pada anak di Desa Pundungsari
B. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan ibu tentang karies gigi di Desa
Pundungsari.
b. Diketahuinya jumlah karies pada anak di Desa Pundungsari.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai peningkatan pengetahuan
ibu tentang kesehatan gigi dan mulut dan dapat digunakan sebagai
informasi tentang Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Karies Gigi dengan
Jumlah Karies Pada Anak di Desa Pundungsari.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti Menambah wawasan dan pengetahuan dalam penelitian
kesehatan khususnya mengenai Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Karies Gigi dengan Jumlah Karies Pada Anak di Desa Pundungsai.
b. Bagi Responden Dapat mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Karies Gigi dengan Jumlah Karies Pada Anak di Desa Pundunsari,
serta diharapkan dapat melakukan upaya pencegahan dan perawatan
kesehatan gigi dan mulut pada anak.
c. Sebagai masukan bagi kemajuan dan perbaikan mutu Masyarakat
serta dapat dijadikan dasar dalam program promotif dan pencegahan
yang tepat bagi anak-anak terutama masalah Tingkat Pengetahuan Ibu
Tentang Karies Gigi dengan Jumlah Karies Pada Anak di Desa
Pundungsari.