Pemanfaatan Abu Dasar (Bottom Ash) Dan Kapur Sebagai Pengganti Sebagian Semen Pada Paving Block Sesuai Dengan Sni 03-0691-1996

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

PEMANFAATAN ABU DASAR (BOTTOM ASH) DAN KAPUR SEBAGAI

PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PADA PAVING BLOCK SESUAI DENGAN SNI


03-0691-1996
Ria Nur Hayni1, Prihantono2, dan Anisah3
1,2,3PendidikanTeknik Bangunan, FT, UNJ
Email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah memanfaatkan bottom ash dan kapur sebagai pengganti parsial
semen untuk mengetahui kualitas produk berdasarkan SNI 03-0691-1996 tentang paving block baik secara
fisik maupun mekanik, sehingga dapat mengurangi jumlah limbah B3 yang tidak terpakai. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimental, populasi paving block menggunakan bottom ash dan kapur sebagai
pengganti sebagian semen sebesar 5 persen 25%, 30%, 35%, 40%, dan 45% dari jumlah semen yang
digunakan dalam campuran normal. Penelitian ini menguji enam pengujian, yaitu: pengujian tekan, ketahanan
aus, ketahanan terhadap natrium sulfat, uji absorpsi air dan pengujian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perbedaan kualitas produk mempunyai persentase yang berbeda, yaitu persentase 25% dan 30% menunjukkan
kualitas B berdasarkan SNI 03-0691-1996. Persentase 35% menunjukkan mutu C dan 40% menunjukkan
mutuD berdasarkan SNI 03-0691-1996. Persentase 45% menunjukkan hasil di bawah mutu berdasarkan SNI
03- 0691-1996. Paving block optimum yang dihasilkan pada penelitian ini adalah 30% dengan hasil rata-rata
20,66MPa pada uji tekan dan maksimum 21,86 MPa, ketahanan aus maksimum 0,086 mm / menit dari
persentase 35% dan 2,25% merupakan jumlah maksimum untuk uji penyerapan air dari persentase 30%.
Dalam penelitian ini semua produk yang menggunakan abu dasar dan kapur memiliki ketahanan natrium sulfat
rata-rata 0,744%.

Kata kunci: paving block, limbah b3, bottom ash, kapur, semen

ABSTRACT

The purpose of this research is to utilize bottom ash and lime as substitute partial cement to know
quality of product based on SNI 03-0691-1996 about paving block both physically and mechanically so that
can reduce amount of B3 waste unused. This research used an experimental method, the population of paving
block using bottom ash and lime as substitute partial of cement within 5 percentage 25%, 30%, 35%, 40%, and
45% ofthe amount of cement used in the normal mix. This research examined the six test, namely: testing of
compressive test, wear resistance, resistance to sodium sulfate, water absorption and testing measure. The
resultshowed that the difference of quality of product which have different percentage.Percentage 25% and
30% showed B quality based on SNI 03-0691-1996. Percentage 35% showed C quality and 40% showed a D
quality based on SNI 03-0691-1996. Percentage 45% showed result below quality based on SNI 03-0691-1996.
The optimum paving block produced in this research is 30% which has average 20,66 MPa result on
compressive test and maximum 21,86 MPa, 0,086 mm/minute maximum for wear resistance from 35%
percentage and 2,25% is maximum amount for water absorption test from 30% percentage. In this research all
product which used bottom ash and lime has average 0.744% resistance of sodium sulfate.

Keywords: paving block, b3 waste, bottom ash, lime, cement

Menara: Jurnal Teknik Sipil, Vol 15 No 1 (2020) 14


Pemanfaatan Abu Dasar… (Ria/ hal. 14-22)

PENDAHULUAN parkiran, jalanan pemukiman atau komplek


perumahan, dan taman (Adi, 2017). Paving
Pembuatan produk yang menggunakan block digolongkan dalam beberapa kategori
bahan-bahan sisa atau limbah telah banyak mutu sebagai berikut :
dikembangkan pada saat ini, baik itu limbah
pertanian maupun limbah industri. Tabel 1. Kategori Mutu Paving block
Pemanfaatan bahan-bahan limbah ini
memiliki banyak keuntungan, di antaranya
harganya yang murah dan dapat memberikan
nilai tambah bagi produk tersebut. Salah satu
contohnya adalah pemanfaatan abu dasar
(bottom ash). Abu dasar (bottom ash) adalah
salah satu limbahpadat yang dihasilkan dari Pada penelitian yang dilakukan oleh
proses pembakaran batubara dalam PLTU. Agoes Soehardjono,dkk (2013) mengenai
Bottomash merupakan salah satu limbah B3 penggunaan bottom ash untuk pengganti
berdasarkan PP No.101 tahun 2014 tentang sebagian semen pada paving block dengan
pengelolaan limbah B3 (Aziyar & Lisha, variasi 0%,25%, 30%,40%, 45%, 50%,
2019). 55%, dan 60% dari berat semen, dari
Batu bara banyak digunakan pada penelitian ini didapatkan bahwa kadar
industri besar di Indonesia. Jumlah produksi optimum penggunaan bottom ash adalah
batu bara pada tahun 2013 mencapai 450 juta 30%. bottom ash yang dapat mencapai mutu
ton dengan penggunaan jumlah konsumsi A, yaitu variasi 25%, 30% dan mutu Badalah
sebesar 70,320 juta ton dansekitar 60,49 juta variasi 35% dan 40%. Padapenelitian ini juga
ton dialokasikan untukPLTU (Badan Pusat dianjurkan agar memvariasikan faktor air
Statistik, 2013:2). Hal ini juga menyebabkan semen danmenambahkan bahan tambah agar
hasil pembakaran batu bara menyumbang bottomash dapat memenuhi kandungan kimia
limbah yang besar terutama pada PLTU. yangsetara dengan semen.
Bottom ash memiliki kontribusi sekitar 20%- Melihat kandungan kimia bottom ash
30% dari limbah batu bara (Kurniawaan & terutama kalsium yang terkadung di dalamnya
Widiastuti, 2017). Bottom ash kaya akan tidak setara dengan kandungan kalsium yang
kandungan silika, kalsium, aluminium dan berada di dalam semen. Disarankan
besi (Whittaker M., Taylor, Li, Li, & Black, menggunakan kapur dimaksudkan agar
2009). Oleh sebab banyaknya jumlah abu menambahkan senyawa kalsium yang kurang pada
dasar (bottom ash) yang tidak digunakan bottom ash (Soehardjono, Prastumi, & Hidayat,
tetapi dapat dimanfaatkan, maka abu dasar 2013). Kapur mentah yang merupakan senyawa
tersebut diharapkan dapat digunakan dalam CaO memiliki fungsi untuk menghasilkan energi
pembuatan paving block karena kandungan panas dalam pembentukan hidrat dalam bahan ikat
bottom ash yang berpotensi dapat seperti semen (Sormin, Olivia, & Saputra, 2017).
menggantikan semen. Menurut Mulyono (2005, hal. 22) kapur adalah
Menurut SNI 03-0691-1996, paving bahan pengikat yang sudah dimanfaatkan dari
block merupakan suatu komposisi bahan zaman Romawi dan Yunani. Menurut SNI 15-
bangunan yang dibuat dari campuran semen 2049-2004, Kapur Merupakan bahan penyusun
Portland atau bahan perekat, air, dan agregat semen terbanyak dengan kandungan 58%-65%
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya dari berat semen.
yang tidak mengurangi mutu beton itu.
Pada penelitian digunakan kapur tohor
Paving block dikenal juga dengan sebutan
karena kapur yang diperjualbelikan saat ini
bata beton (concrete block) atau cone blok.
Paving block banyak digunakan untuk memiliki kemungkinan kandungan pemutih di
perkerasan jalan seperti trotoar, areal dalamnya jika dalam bentuk bubuk.

17 Menara: Jurnal Teknik Sipil, Vol 15 No 1 (2020)


Pemanfaatan Abu Dasar… (Ria/ hal. 14-22)
Sedangkan kapur tohor merupakan kapuryang menentukan adanya kandungan
pada dasarnya berbentuk bongkahan, bahan organik dalam pasir yang
sehingga tidak terdapat kandungan pemutih di dapat memengaruhi kualitas
dalamnya. Kapur tohor merupakan hasil paving block dilakukan sesuai
pembakaran batu kapur alam yang dengan SNI 03-1755-1990.
komposisinya sebagian besar merupakan b. Pengujian kadar air pasir sesuai
SNI 03-1971-1990.
kalsium karbonat (CaCO3) pada temperaturdi
c. Pengujian kadar lumpur pasir
atas 900 derajat Celcius terjadi proses
sesuai dengan SNI 03-1753-
calsinasi dengan pelepasan gas CO2 hingga 1990.
tersisa padatan CaO atau bisa juga disebut d. Pengujian gradasi pasir sesuai
quick lime (Sormin, Olivia, & Saputra, 2017). dengan SNI 03-1968-1990.
Dalam penelitian ini akan dilakukan e. Pengujian spesifik gravity dan
pembuatan paving block dengan penyerapan air pasir sesuai
menggunakan bahan bottom ash dan kapur dengan SNI 03-1970-1990
sebagai pengganti semen. Dalam hal ini, 3. Air
ditinjau sejauh mana mutu yang dihasilkan Air yang digunakan adalah air
dari penggunaan bottom ash dan kapur PAM, sehingga tidak dilakukan
sebagai pengganti sebagian semen pada pengujian.
pembuatan paving block memenuhi standar
SNI 03-0691-1996 tentang bata beton C. Tahap Pembuatan Benda Uji
(paving block). Dalam hal ini, mutu yang Benda uji dibuat dengan ukuran 21 cm
ingin dicapai adalah mutu A standar SNI 03- x 10,5 cm x 8 cm dengan menggunakan
0691-1996 karena pada penelitian relevan mesin press hidrolik. Pembuatan benda uji
yang dilakukan oleh Agoes Soehardjono paving block menggunakan perbandingan
penggunaan abu dasar maksimal dapat semen : pasir = 1:4, dengan ketentuan:
mencapai mutu A. 1. Kelompok N, dengan komposisi
normal [0% bottom ash dan kapur
METODE +100% semen] : 4 pasir.
2. Kelompok A, dengan komposisi
A. Tahap Persiapan [(25% yang terdiri dari: 18,75%
Bahan-bahan yang akan digunakan bottom ash+ 6,25%kapur) + 70%
dipersiapkan terlebih dahulu seperti bottom semen] : 4 pasir.
ash, kapur tohor, semen, agregat halus dan 3. Kelompok B, dengan komposisi
air. [(30% yang terdiri dari: 22,5%
bottom ash+ 7,5% kapur) + 70%
B. Tahap Pemeriksaan Bahan semen] : 4 pasir.
Pemeriksaan bahan dilakukan untuk 4. Kelompok C, dengan komposisi
mengetahui sifat bahan seperti di bawah ini: [(35% yang terdiri dari: 26,25%
1. Semen bottom ash+ 8,75% kapur) + 65%
Pengujian ini menggunakan semen semen] : 4 pasir.
tipe I dan dilakukan sesuai SNI 15- 5. Kelompok D, dengan komposisi
7064-2004. [(40% yang terdiri dari: 30%bottom
2. Agregrat Halus ash+ 10% kapur) + 60% semen] : 4
a. Pemeriksaan zat organik dalam pasir.
pasir bertujuan untuk 6. Kelompok E, dengan komposisi
[(45% yang terdiri dari: 33,75%
bottom ash+ 11,25% kapur) + 55%
semen] : 4 pasir

Menara: Jurnal Teknik Sipil, Vol 15 No 1 (2020) 16


Pemanfaatan Abu Dasar… (Ria/ hal. 14-22)

Paving block yang telah selesai dicetak,


Perbandingan antara bottom ash dan didiamkan terlebih dahulu pada suhu ruangan
kapur adalah 1:4. Dimana jumlah masing- selama 24 jam. Kemudian paving block disiram
masing kelompok adalah 20 buah ( 5 buah pagidan sore selama 3 hari kemudian dibawa
benda uji untuk tes kuat tekan dan 5 benda ke laboratorium. Paving block kemudian
uji untuk tes penyerapan air,1 buah untuk direndam dalam air selama 28 hari.
uji ketahanan aus, 2 buah untuk uji natrium
sulfat), sehingga total paving block yang D. Tahap Pengujian Bedan Uji
dibuat adalah 120 buah. Ukuran yang dibuat Pengujian yang akan dilakukan
adalah 21 cm x 10,5 cm x 8 cm.Tahap menggunakan SNI 03-0691-1996 sebagai
pembuatan benda uji sebagai berikut: standar pengujian. Pengujian yang
1. Menyiapkan bahan penyusun dilakukan adalah sebagai berikut :
paving block 1. Uji Sifat Tampak
Menimbang bahan-bahan penyusun Paving block harus mempunyai
paving block, yaitu semen, pasir, bottom permukaan yang rata, tifak terdaat
ash, kapur dan air dengan berat yang retak-retak dan cacat, bagian sudut dan
telah ditentukan dalam perencaan rusuknya tidak mudah direpihkan
campuran. Mempersiapkan cetakan dengan kekuatan jari tangan. Hal ini
paving block dan peralatan lain yang dapat diperiksa dengan pengamatan
dibutuhkan. yang teliti. Paving block disusun di atas
2. Pengadukan campuran paving permukaan yang rata sebagaimana pada
block pemasangan yang sebenarnya.
Masukkan air 70% dari air yang 2. Uji Ukuran
dibutuhkan dengan faktor air semen 0,5 Paving block harus mempunyai
ke mesin pengaduk kemudian ukuran tebal nominal minimum 60 mm
masukkan semen, pasir, bottom ash, dengan toleransi +8%. Digunakan
kapur dengan proporsi campuran 0%, peralatan caliper atau sejenisnya
25%, 30%, 35%, 40%, dan 45% dari dengan ketelitian 0,1 mm. pengukuran
berat semen. Sisa air dimasukkan tebal dilakukan terhadap 3 tempat yang
sedikit demi sedikit dalam jangka berbeda dan diambil nilai rata-rata.
waktu ±3-5 menit. Pengadukan Pengujian dilakukan terhadap 10 buah
dilakukan satu kali untuk setiap benda uji.
proporsi campuran dan dilakukan 3. Kuat Tekan
pemeriksaan tingkat kelembaban Pengujian kuat tekan melalui
campuran agar benda uji menyatu pada prosedur sebagai berikut:
saat dicetak. a. Ambil 10 buah contoh uji
3. Pencetakan paving block masing-masing
Adukan paving block dimasukkan dipotong berbentuk kubus
cetakan. Adukan diisi hingga penuh dengan ukuranyang disesuaikan
kemudian di getarkan dan kemudian di dengan ketebalan, yaitu 8cm x 8
press. Permukaan paving block cm x 8 cm dan rusuk-rusuknya
kemudian diratakan apabila terdapat disesuaikan dengan ukuran
permukaan yang tidak rata. Paving benda uji.
block disusun dengan menggunakan b. Benda uji yang telah dipotong
papan sebagai alas terlebih dahulu kemudian diukur menggunakan
hingga paving block agak mengeras (6 peralatan kapiler dan sejenisnya
jam). dengan ketelitian 0,1mm.
4. Pemeliharaan paving block

17 Menara: Jurnal Teknik Sipil, Vol 15 No 1 (2020)


Pemanfaatan Abu Dasar… (Ria/ hal. 14-22)

c. Benda uji di masukkan ke dalam


oven selama 24 jam dengan suhu ubin semen. Berikut ini
110°C. merupakan tata cara ubin semen
d. Benda uji yang telah siap, berdasarkan SNI 03-0028-1987:
ditekan hingga hancur dengan - Penentuan berat jenis (benda
mesin penekan yang dapatdiatur uji persegi dengan ukuran
kecepatannya. Kecepatan kurang dari 20mm). Benda
penekanan dari mulai uji dibersihkan kemudian
pemberian beban sampai contoh dikeringkan sampai berat
uji hancur, diatur dalam waktu 1 tetap lalu ditimbang sampai
sampai 2 menit. Arah ketelitian
penekanan pada contoh uji 1 mg. Kemudian dihitung
disesuaikan dengan arahtekanan berat jenis dari benda uji
beban di dalam pemakaiannya. (Bj) dengan menghitung
e. Kuat tekan dihitung dengan volume dari benda uji dan
rumus sebagai berikut: berat benda uji. Kemudian
𝑃 hitung berat jenis dengan
𝑘𝑢𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑘𝑎𝑛 = menggunakan rumus :
𝐿
Keterangan : 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 =
P = Beban tekan (N) 𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
L = Luas bidang tekan (mm²) - Benda uji diukur dan
4. Ketahanan Aus ditimbang, kemudian
Ketahanan aus melalui prosedur diletakkan di dalam mesin
sebagai berikut : pengaus yang telah diberi
a. Ambil lima buah benda uji beban tambahan untuk
dipotong berbentuk bujur menekan benda uji dan
sangkar dengan ukuran 50 mm bahan pengaus, yaitu pasir
x 50 mm dan tebal 20 mm (untuk kuarsa.
pengujian ketahanan aus). - Mesin pengaus dijalankan
b. Sisa dari pemotongan dibuat selama 2,5 menit kemudian
benda uji persegi dengan ukuran benda uji diputar 180°.
50mm x 20 mm dan 20 mm Pengujian dilakukan selama
(untuk penentuan berat jenis 5 menit (w).
yang akan digunakan pada - Selama pengausan
perhitungan ketahanan aus). berlangsung diperhatikan
c. Benda uji yang akan digunakan apakah benda uji rusak atau
untuk aus dan berat jenis serpih.
dimasukkan ke dalam oven - Benda uji yang tidak rusak
dengan suhu 110° selama 24 selama pengausan
jam. dibersihkan dengan kuas
d. Penandaan berat jenis dan ditimbang dengan
disesuaikan dengan penandaan ketelitian 10 mg.
pada benda uji aus. - Catat hasil penimbangan
e. Mesin aus yang dipergunakan, dan hitung selisih berat
cara-cara mengaus dan mencari benda uji sebelum dan
berat jenis disesuaikan dengan sesudah diaus (A).
SNI 03-0028-1987, cara uji - Ketahanan Aus masing-
masing benda uji dihitung
sebagai berikut:

Menara: Jurnal Teknik Sipil, Vol 15 No 1 (2020) 18


Pemanfaatan Abu Dasar… (Ria/ hal. 14-22)

𝐾𝑒𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛𝑎𝑛 𝐴𝑢𝑠 jenuh natrium sulfat selama 16


𝐴 𝑥 10 𝑥1.222 𝑚𝑚 sampai 18 jam.
= f. Ulangi perendaman dan
𝐵𝑗 𝑥 1 𝑥 𝑤 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡 pengeringan sampai 5 kali
Keterangan: berturut-turut.
g. Pada pengeringan yang terakhir,
A = selisih berat benda uji benda uji dicuci sampai tidak ada
sebelum dan setelah di Aus lagi sisa sisa garam sulfat yang
Bj = berat jenis benda uji tertinggal.
I = luas permukaan bidang h. Untuk mengetahui bahwa tidak
aus (cm²) ada lagi garam sulfat yang
w = waktu pengausan tertinggal, larutan pencucinya
(menit) dapat diuji dengan larutan BaC1₂.
1.222 = koefisien mesin uji i. Untuk mempercepat pencucian
aus yang digunakan dapat dilakukan pencuciandengan
- Hitung ketahanan aus rata- air panas bersuhu kuranglebih 40-
rata (jumlah dari nilai aus 50ºC.
tiap benda uji dibagidengan j. Setelah pencucian sampai bersih,
jumlah benda uji yang diaus) benda uji dikeringkandalam dapur
dinyatakan dalam mm/menit. pengering sampaiberat tetap (±2-4
5. Ketahanan Terhadap Natrium jam), didiginkan dala eksisator.
Sulfat Kemudian ditimbang lagisampai
Pengujian ketahanan terhadapnartium ketelitian 0,1 gram.
sulfat dengan prosedur sebagaiberikut : k. Di samping itu diamati keadaan
a. Dua buah benda uji utuh (bekas benda uji apakah setelah
pengujian ukuran) dibersihkan dari perendaman dalam larutangaram
kotoran-kotoran yang melekat, sulfat terjadi atau tampak adanya
kemudian dipotong dengan ukuran retakan, gugusan atas cacat-cacat
50mm x 50 mm x 10 mm, lainnya.
keringkan benda uji dalam oven l. Laporkan keadaan setelah
pada suhu (110)ºC hingga berat perendaman itu dengan kata-kata:
tetap, lalu didinginkan dalam - Baik/tidak cacat, bila tidak
eksisator. tampak adanya retak-retak
b. Larutkan natrium sulfat dengan atau perubahan lainnya
proporsi 1 liter aquades di - Cacat/retak-retak, bila
campurkan dengan 282 gram tampak adanya retak-retak
natrium sulfat sesuai dengan SOP (meskipun kecil), rapuh, dan
laboratorium yang berlaku. gugus dan lain-lain.
c. Setelah dingin ditimbang sampai m. Apabila selisih penimbangan
ketelitian 0,1 gram, kemudian sebelum perendaman dan setelah
direndam dalam larutan jenuh perendaman tidak lebih besar dari
garam natrium sulfat selama 16 1% dan benda uji tidak cacat,
sampai dengan 18 jam, setelahitu maka dinyatakan benda- benda uji
diangkat dan didiamkan dulu agar tadi baik. Bila selisih
cairan yang berlebihan meniris. penimbangan dari 2 diantara 3
d. Selanjutnya benda uji dijemur agar benda uji tadi lebih besar dari1%,
terkana cahaya matahariselama 30 sedangkan benda ujinya baik
menit. (tidak cacat) dinyatakan bahwa
e. Benda uji dimasukkan kembali ke benda uji secara keseluruhan
dalam wadah yang berisi larutan

19 Menara: Jurnal Teknik Sipil, Vol 15 No 1 (2020)


Pemanfaatan Abu Dasar… (Ria/ hal. 14-22)

menjadi cacat. adalah analisis statistik deskrpitif.


6. Penyerapan Air Bambang Suryoatmono (2004, hal. 18)
Pengujian penyerapan air menyatakan statistika deskriptif adalah
menggunakan prosedur sebagai statistika yang menggunakan data pada
berikut: suatu kelompok untuk menjelaskan atau
a. Lima buah benda uji dalam menarik kesimpulan mengenai kelompok
keadaan utuh direndam dalam itu saja. Statistik deskriptif dapat
air hingga jenuh (24 jam), pada dinyatakan denganfrekuensi, mode, mean
suhukurang lebih 110ºC sampai dan keragaman (variability). Pada
beratnya dua kali penimbangan penelitian ini akan dilakukan statistika
berselisih tidak lebih dari 0,5% deskriptif dengan menggunakan mean
penimbangan yang terdahulu. (nilai rata-rata) tiap variasi campuran dan
b. Penyerapan air dihitung sebagai tiap jenis pengujian yang akan dijelaskan
berikut : dalam bentuk tabel dan grafik.
𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑛 𝐴𝑖𝑟
𝐴−𝐵 HASIL DAN PEMBAHASAN
= 𝑥 100 %
𝐵
Keterangan : Berdasarkan hasil penelitian paving
A = Berat paving block basah block yang menggunakan abu dasar
B = Berat paving block kering (bottomash) dan kapur sebagai pengganti
sebagian semen dengan persentase 0%,
E. Metode Penelitian 25%, 30%, 35%, 40%, dan 45% dapat
Metode yang akan dilakukan dalam kita lihat bahwa mutu yang dicapai oleh
penelitian ini adalah metode eksperimen di setiap pengujian berbeda. Mutu yang
laboratorium dengan benda uji paving dicapai oleh setiap kelompok uji diambil
block yang menggunakan bottom ash dan dari mutu terendah yang dicapai pada
kapur dengan perbandingan terhadap berat pengujian. Sementara pengujian
semen. ketahanan terhadap natrium sulfat tidak
termasuk dalam pengelompokkan mutu
F. Perlakuan Penelitian paving block sesuai SNI 03-0691-1996.
Pada penelitian ini akan dilakukan Ketahanan terhadap natrium sulfat hanya
pengujian berdasarkan SNI 03-0691-1996, dimaksudkan untuk mengetahui nilai
dengan perlakuan sebagai berikut : ketahanan pada natrium tanpa
menggolongkan mutu dari kelompok uji.
Tabel 2. Jumlah Sampel Uji Berdasarkan Berikut ini merupakan tabel mutu
SNI 03-0691-1996 berdasarkan hasil penelitian :

Tabel 3. Mutu Kelompok Uji


Berdasarkan SNI 03-0691-1996

Penggunaan bottom ash dan kapur


sebagai pengganti sebagian semen dengan
G. Teknik Analisis Data persentase 25%, 30%, 35%, 40%, dan 45%
Teknik analisis data yang digunakan dari berat semen dengan komposisi 1

Menara: Jurnal Teknik Sipil, Vol 15 No 1 (2020) 22


Pemanfaatan Abu Dasar… (Ria/ hal. 14-22)

semen: 4 pasir dapat mencapai mutu B-D. ketahanan aus bergantung kepada lapisan
Persentase 25% dan 30 % mencapai mutu atas benda ujidan ketahanan natrium sulfat
B, 35% mencapai mutu C, 40% mencapai bergantung pada komposisi kimia bahan
mutu D dan 45% tidak dapat digolongkan penyusun benda uji. Penambahan kapur
dalam mutu. Kuat tekan rata-rata yang dan bottom ash pada paving block tidak
dihasilkan oleh paving block A sampai menghasilkan mutu yang semakin baik.
dengan E adalah 20.6 MPa, 20.2 MPa, Mutu yang optimum dihasilkan pada
15.4 MPa, 10.8 MPa, 10.8 MPa, dan 9.4 campuran 25% dan 30%. Berdasarkan
Mpa secara berturut-turut dengan penelitian relevan pada penelitian ini
penyerapan air 3.89%, 5.34%, 7.38%, dimana hasil pengujian kuat tekan dan
7.82%, 10,05% dan ketahanan aus 0.145 penyerapan air disimpulkan bahwa
mm/menit, 0.159 mm/menit, 0.127 penggunaan 25%,30%,35% dan 40%
mm/menit, 0.155 mm/menit, dan 0.230 termasuk antara mutu A dan B.
mm/menit. Penggunaan 45% termasuk mutu B
Ketahanan terhadap natrium sulfat (Soehardjono, Prastumi, & Hidayat, 2013,
pada benda uji mencapai 0.60%~0.89%, hal. 4). Mutu yang dihasilkan lebih rendah
sehingga benda uji seluruh kelompok dibandingkan paving block yang hanya
dinyatakan lolos uji dan dapat menggunakan bottom ash sebagai
dipergunakan karena tidak lebih dari 1%. pengganti semen.
Nilai kuat tekan rata- rata paving block Dapat diperkirakan bahwa
yang menggunakan bottom ash dan kapur penambahankapur dan bottom ash sebagai
sebagai pengganti sebagian semen adalah pengganti sebagian semen tidak mencapai
15.33 MPa. Nilai maksimal kuat tekan hasil yang maksimal. Perbedaan
adalah 23.57 MPa terdapat pada kelompok kandungan persentase kandungan kimia,
uji B. kandungan logam alkali yang bertambah,
kandungan TiO2 dan faktor teknis
pembuatan, yaitu pencampuranbahan yang
tidak merata akibat mesin pengaduk yang
tidak sesuai dengan jumlah campuran,
penambahan lapisan atas benda uji yang
tidak sesuai dengan FAS yang digunakan
dan mesin press manual yang memiliki
kekuatan press yang tidak merata adalah
alasan penambahan bottom ash dan kapur
tidak mencapai hasil yang maksimal.
Gambar 1. Grafik Hubungan Kuat Tekan
dan Penyerapan Air KESIMPULAN
Dapat dilihat dari gambar histogram di Berdasarkan hasil penelitian paving
atas bahwa kuat tekan berbanding terbalik block yang menggunakan abu dasar
dengan penyerapan air pada hasil (bottom ash) dan kapur sebagai pengganti
penelitian yang telah dilakukan. Hal ini sebagian semen, maka dapat disimpulkan
disebabkan oleh semakin tingginya sebagai berikut :
penyerapan air, maka semakin banyak
rongga pada benda uji (porositas). Semakin banyak penggunaan bahan
Sehingga pada saat pengujian tekan hal ini subtitusi semen menyebabkan penurunan
menyebabakan rendahnya nilai kuat tekan. mutu. Sehingga penggunaan bottom ash dan
Ketahanan natrium sulfat dan ketahanan kapur tidak dapat mencapai mutu A. Mutu
aus tidak saling memengaruhi karena maksimal yang dapat dihasilkan adalah

21 Menara: Jurnal Teknik Sipil, Vol 15 No 1 (2020)


Pemanfaatan Abu Dasar… (Ria/ hal. 14-22)

mutu B dan mutu yang terendah di bawah FTEKNIK, 4(2).


mutu D sesuai SNI 03-0691-1996. Dengan
Suparni, S. R. (2009). Kapur Putih.
membandingkan persentase kelompok uji
A~E dengan kelompok uji N (campuran Suryoatmono, B. (2004). Statistika dan
normal). Mutu kelompok uji A(25%) dan Probabilitas. Bandung: Fakultas
B(30%) memiliki kualitas yang dapat Teknik Universitas Katolik
disetarakan dengan kelompok uji N (0%). Parahyangan.
Sebagai pemanfaatan dapat digunakan
Whittaker, M., Taylor, R., Li, Q., Li, S.,
sampai dengan persentase 30%.
& Black, L. (2009). The
Behaviour of Finely Ground
DAFTAR PUSTAKA Bottom Ash in Portland Cement.
Adi, A. S. (2017). Analisa Persentase 29th Cement and Concrete
Penambahan Fly Ash dan Bottom Science Conference.
Ash pada Campuran Beton dalam Whittaker, M., Taylor, R., Li, S., Li, Q.,
Pembuatan Paving Block. 5(2). & Black, L. (2012). The Effect of
Aziyar, A., & Lisha, S. (2019). Bottom Ash as a Partial Cement
Pemanfaatan Limbah Abu Dasar Replacement.
Batubara (Bottom Ash) Sebagai
Logam Fe pada Limbah Cair PLTU
Teluk Sirih, Sumatra Barat. Jurnal
Aerasi, 1(1).
Kurniawaan, R. Y., & Widiastuti, N.
(2017). Sintetis Zeolit-A dari Abu
Dasar Batu Bara dengan Pemisah
Fe dan Ca. Jurnal Sains & Seni,
6(1).
Mulyono, T. (2005). Teknologi Beton.
Yogyakarta: PT. ANDI.
Soehardjono, A., Prastumi, P., & Hidayat,
T. (2013). Pengaruh Penggunaan
Bottom Ash Sebagai Pengganti
Semen terhadap Nilai Kuat Tekan
dan Kemampuan Resapan Air
Struktur Paving. Jurnal Rekayasa
Sipil, 7(1).
Sormin, L. S., Olivia, M., & Saputra, E.
(2017). Porositas dan Sorptivity
Beton OPC dan Beton OPC Pofa
dengan Perbaikan Air Gambut
Sebagai Air Pencampur
Menggunakan Kapur Tohor di
Lingkungan Gambut. Jom

Menara: Jurnal Teknik Sipil, Vol 15 No 1 (2020) 22

Anda mungkin juga menyukai