PPD Topik 1. Ruang Kolaborasi
PPD Topik 1. Ruang Kolaborasi
PPD Topik 1. Ruang Kolaborasi
Anggota Kelompok :
1. Anggi Maharani
2. Ato'illah Sholahuddin
3. Depril Aka Laksana
4. Kessy Masita
5. Lizia Nur Kholisoh
6. Vira Nurbaning. P
Setelah mempelajari konsep belajar dan teori belajar, Anda akan melakukan kegiatan
yaitu Diskusi Ruang Kolaborasi untuk menjawab pertanyaan berikut (waktu 45 menit).
1. Berikan penjelasan bagaimana penerapan teori behavioristik, teori sosial kognitif, dan teori
konstruktivisme di dalam kelas!
1) Pemberian tes diperlukan dalam pembelajaran untuk melatih siswa dalam memahami
hubungan antara pertanyaan dengan jawaban atau hubungan antara masalah dengan
solusinya;
2) Dalam pembelajaran perlu adanya proses pengulangan (repetition) materi, karena dapat
membentuk pembiasaan;
3) Pemberian stimulus yang menyenangkan terhadap tindakan baik siswa (contoh: prestasi
belajar yang baik) hal tersebut dilakukan untuk memotivasi siswa agar terus mempertahankan
prestasinya. Sebaliknya, pemberian stimulus tidak menyenangkan terhadap tindakan siswa
yang tidak baik (contoh: prestasi belajar yang buruk karena malas belajar) juga perlu
dilakukan untuk memotivasi siswa agar lebih giat dalam belajar serta meningkatkan prestasi
belajarnya;
4) Pemberian hukuman atau hadiah diperlukan dalam rangka menciptakan kedisiplinan atau
mengkondusifkan proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien. Pemberian hukuman atau hadiah harus dilakukan secara variatif, sehingga
tidak menimbulkan kebosanan maupun kebiasaan buruk pada siswa yang menerimanya;
5) Proses pembelajaran akan berjalan secara efektif jika siswa memiliki kesiapan untuk
mengikuti pembelajaran, baik kesiapan mental maupun kesiapan menerima materi baru.
Sehingga pemberian appersepsi sebelum memulai proses pembelajaran menjadi penting.
3) Proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-
contoh yang dijumpai dalam kehidupannya;
4) Penyusunan materi pembelajaran harus diatur dari yang sudah diketahui menuju yang baru,
dari yang sederhana menuju pada yang lebih kompleks, serta dari yang mudah menuju pada
yang sulit;
5) Menggunakan metode belajar memahami lebih bermakna dari pada belajar menghafal;
6) Guru perlu memahami dan memperhatikan adanya perbedaan individual pada diri siswa,
karena menjadi salah satu faktur sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.
2) Proses pembelajaran tidak berorientasi pada hasil, tetapi lebih berorientasi pada proses
bagaiman siswa memperoleh pemahaman;
5) Menghindari pola pembelajaran yang memberikan tekanan kepada siswa untuk bertindak
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh guru;
7) Memfasilitasi siswa agar dapat belajar dengan sumber yang tidak terbatas pada apa yang
diberikan oleh guru, oleh karena itu guru harus membantu siswa agar dapat memanfatkan
media atau sumber lain untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman.
2. Berikan penjelasan model-model pembelajaran apa saja yang terbentuk berdasarkan prinsip
konstruktivisme!
Jawaban: Konstruktivisme merupakan model pembelajaran mutakhir yang mengedepankan
aktivitas siswa dalam setiap interaksi ekukatif untuk dapat melakukan eksplorasi dan
menemukan pengetahuannya sendiri. Terdapat dua pandangan konstruktivistik, yaitu
konstruktivistik kognitif yang dicetuskan oleh Jean Piaget dan konstuktivistik sosial dari
Vigotsky. Perbedaan kedua teori tersebut terletak pada penekanan pada proses konstruksi dan
peran agen pemenuhannya. Vigotsky menempatkan konteks sosiokultural sebagai pembentuk
struktur kognitif dan bahasa seseorang. Piaget menekankan tahapan perkembangan kognitif
sebagai syarat bagi pemerolehan pengetahuan dan keterampilan dalam berpikir.
a. Model Jigsaw
Model pembelajaran ini dapat digunakan jika materi yang akan di pelajari dapat dibagi
menjadi beberapa bagian. Materi tersebut tidak harus disampaikan secara berurutan. Metode
ini dapat melibatkan seluruh siswa dalam kelas dan sekaligus dapat melatih siswa untuk dapat
mengajarkan sesuatu kepada orang lain.
Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning adalah suatu metode pembelajaran atau
strategi dalam belajar dan mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja dengan kata lain pembelajaran dilakukan dengan membuat sejumlah kelompok
dengan jumlah peserta didik 2-5 anak yang bertujuan untuk saling memotivasi antar
anggotanya untuk saling membantu agar tujuan dapat tercapai secara maksimal.
d. Cooperative script
e. Group investigation
Group investigation adalah tipe pembelajaran kelompok yang melibatkan siswa dalam
perencanaan baik dari topik yang akan dipelajari dan bagaimana jalannya penyelidikan
mereka (Susanto, 2014, p. 235; Andini, 2016). Model pembelajaran investigasi kelompok
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa ke dalam
kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5- 6 orang siswa yang heterogen. Kelompok
dengan anggota yang tidak terlalu banyak akan mendinamiskan kegiatan dalam belajar
sehingga setiap anggota akan merasa menjadi bagian dari kelompok yang bertanggung jawab.
Penyusunan kelompok oleh guru dilakukan sebagai upaya antisipasi adanya masalah
kesenjangan dalam kemampuan antar kelompok . Model investigasi kelompok menuntut
siswa untuk belajar dalam kelompok dan mampu berkoordinasi dengan anggota kelompok
lainnya dalam pemecahan masalah. Model pembelajaran ini, siswa diberikan kuasa penuh
untuk memilih sendiri topik dari pembelajaran sehingga tahu gambaran yang akan dipelajari
dan cara menjalankan investigasinya. Dalam menerapkan model investigasi kelompok pada
pembelajaran diperlukan keterampilan berkomunikasi yang baik antar siswa untuk
memperlancar jalannya proses kelompok sehingga sebelum melakukan investigasi kelompok
guru diharapkan memberikan pelatihan-pelatihan berkomunikasi kepada siswa. Keberhasilan
pelaksanaan investigasi kelompok sangat tergantung dengan latihan-latihan berkomunikasi
dan berbagai keterampilan sosial lain yang dilakukan sebelumnya. Kedudukan guru dalam
model pembelajaran ini, dijelaskan bahwa guru berperan sebagai fasilitator yang
mengarahkan proses yang terjadi dalam kelompok (membantu siswa merumuskan rencana,
melaksanakan, mengelola kelompok. Selain itu guru tidak berperan sebagai sumber informasi
dalam pembelajaran, melainkan lebih berpusat pada siswa. Siswa dapat mencari sumber
belajar tidak hanya dari guru namun siswa bisa mencari dari film, berbagai bahan bacaan,
buku-buku gambar, artikel, dan lain-lain. Dengan demikian, guru hanya sebagai konsultan
dari kelompok dan membuat keputusan yang bijak.
3. Diskusikan dalam kelompok, buatlah rencana untuk meningkatkan motivasi para siswa yang
ada di kelas dengan gambaran sebagai berikut:
a. Tania, 7 tahun, memiliki kemampuan rendah dan keinginan yang rendah untuk
sukses.
Jawaban: Melakukan pendekatan individual untuk melatih mindset peserta didik dari
fixed mindset menjadi growth mindset melalui tahapan-tahapan:
Jawaban:
5) Follow up pada orang tua peserta didik untuk penyesuaian beban dan tekanan.
Jawaban: Jika dilihat dari permasalahan diatas, sandra merupakan siswa yang
memiliki kemampuan atau keterampilan yang bagus namun kelebihan tersebut tidak
menutup kemungkinan menimbulkan sikap yang meremehkan keterampilan orang
lain/ teman-temannya, untuk meningkatkan motivasi agar sandra dapat merubah
perilaku tersebut sepertinya sejalan dengan motivasi perspektif sosial dengan cara;
d. Robert, 16 tahun, yang menunjukkan sedikit minat di sekolah dan saat ini tinggal
bersama dengan bibinya (Anda sudah tidak dapat menghubungi orangtuanya),
Jawaban:
3) Guru juga dapat membicarakan hal ini kepada pihak keluarga apabila
dimungkinkan adanya faktor internal yang mempengaruhi minat dan semangat
Robert, karena keluarga cenderung mimiliki kedekatan yang lebih erat
sehingga keluarga akan lebih banyak mengetahui permasalahan yang dihadapi
oleh anak.