RPP Teori Asam Basa
RPP Teori Asam Basa
RPP Teori Asam Basa
(RPP)
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:
1. menentukan lima (5) zat yang bersifat asam atau basa dalam kehidupan sehari-hari.
2. membedakan konsep asam basa menurut Arrhenius, Brønsted-Lowry dan
Lewis dalam bentuk tabel.
3. menentukan lima (5) bahan alam yang dapat digunakan sebagai indikator.
4. mengidentifikasi perubahan warna lima (5) jenis indikator dalam
berbagai larutan.
5. mengidentifikasi lima (5) larutan asam basa dengan dua (2) jenis indikator.
6. mengidentifikasi pH larutan dengan menggunakan dua (2) jenis indikator.
7. membandingkan pH berbagai larutan asam lemah, asam kuat, basa lemah, dan
basa kuat yang konsentrasinya sama dengan menggunakan indikator
universal atau pH meter dalam bentuk grafik.
D. Materi Pembelajaran
Istilah asam berasal dari bahasa Latin “acetum” yang berarti cuka. Zat utama
dalam cuka adalah asam asetat. Adapun istilah basa (alkali) berasal dari bahasa Arab
yang berarti abu. Terdapat beberapa teori yang mengemukakan pengertian asam basa,
diantaranya teori Arrhenius, Bronsted – Lowry, dan Lewis.
Teori-teori Asam Basa Menurut Para Ahli
Kimiawan asal Swedia bernama Svante Arrhenius merupakan pencetus pertama teori
asam basa. Arrhenius mencetuskan teori asam basa pada tahun 1884. Dalam penelitiannya itu,
Arrhenius menjelaskan bahwa ketika asam yang merupakan suatu zat, kemudian dimasukkan
ke dalam air akan menghasilkan suatu ion hydronium atau H+. Asam itu juga disebut dengan
kovalen polar yang bisa larut ketika dicampurkan dengan air. Asam yang menghasilkan ion
hidroksida sempurna disebut dengan asam kuat, sementara asam yang tidak sempurna dalam
proses ionisasinya sehingga menghasilkan ion hidroksida yang kecil disebut dengan asam
lemah. Arrhenius kemudian mendefinisikan basa sebagai suatu zat mampu menghasilkan ion
hidroksida (OH-) saat dicampurkan ke dalam air. Namun, meskipun juga larut ke dalam air,
basa ini berbeda dengan asam karena ion yang dihasilkan berbeda. Misalnya ketika suatu
natrium hidroksida dan amonium hidroksida dilarutkan akan menghasilkan banyak ion
hidroksil atau OH-. Hasil ion hidroksil yang banyak itu disebut dengan basa kuat, sedangkan
yang sedikit disebut dengan basa lemah. Teori dari Arrhenius ini mempunyai kekurangan
yaitu tidak berlaku pada pelarut selain air.
Kesimpulan Teori Arrhenius
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa teori Arrhenius menyatakan bahwa
asam adalah senyawa yang bisa menghasilkan ion hidroksida atau H+ ketika dilarutkan di
dalam air. Sementara basa menghasilkan ion hidroksil atau OH-.
Lebih lanjut, teori Arrhenius juga menyatakan bahwa asam akan menghasilkan satu H+
tiap molekulnya dan disebut dengan asam monoprotic. Sementara asam yang menghasilkan
dua H+ disebut dengan asal diprotic. Sedangkan asam yang menghasilkan tiga H+ per molekul
disebut dengan triprotik. Sementara itu, secara umum apabila ion hidrogen yang dihasilkan
oleh asam yang dilarutkan lebih dari satu per molekul, maka dinamakan dengan poliprotik.
2. Teori Asam Basa Bronsted-Lowry
Teori asam basa versi Bronsted-Lowry ini pertama kali dicetuskan pada 1923 oleh ahli
kimia asal Denmark bernama J.N Bronsted dan ahli kimia asal Inggris, T.M Lowry. Bronsted-
Lowry mengungkap bahwa asam dan basa terdiri dari berbagai macam larutan. Keduanya
menjelaskan bahwa asam merupakan suatu zat yang bisa menghasilkan atau mendonorkan
ion H+ (donor proton), sementara basa adalah zat yang menerima H+ (akseptor proton).
Kemudian setelah transfer proton dilakukan, maka benda yang dilarutkan di suatu larutan
yang mengandung zat yang berbeda bisa diketahui sifat dari asam basanya.
Contohnya adalah ketika suatu asam klorida dilarutkan di dalam air dan melewati proses
ionisasi yang sempurna akan menghasilkan ion baru. Namun, akan terjadi hal berbeda ketika
asam klorida itu dilarutkan dengan pelarut benzena. Asam klorida tidak akan terionisasi
secara sempurna bahkan tidak bereaksi dan hanya mengendap saja.
Selain itu, penjelasan dari Bronsted-Lowry juga menjawab alasan mengapa HCl yang bisa
larut di air. Hal itu disebabkan karena HCl berperan sebagai asam sedangkan air menjadi
senyawa basa. Bronsted-Lowry juga mencetuskan istilah asam basa konjugasi yang
merupakan suatu senyawa yang berada di bagian kanan atau reaksi yang mendapat tambahan
dari satu atom hidrogen dari reaktan. Sementara basa konjugasi adalah senyawa pada bagian
kanan yang kehilangan satu atom hidrogen pada reaksinya.
Teori asam basa Lewis ini dicetuskan oleh ahli kimia dari UC Berkeley, Gilbert Newton
Lewis, pada tahun 1923. Lewis menawarkan adanya teori alternatif yang lebih mudah untuk
menjelaskan asam dan basa.Lewis memberikan penjelasan yang lebih luas lagi terkait dengan
asam basa.Lewis memiliki opini bahwa asam dan basa adalah suatu senyawa yang mempunyai
senyawa dan juga ikatan.
Lebih lanjut, Lewis mengatakan bahwa asam merupakan suatu akseptor pasangan dari
elektron. Contoh dari asam menurut Lewis adalah BF 3, AlF3, serta SO3. Sedangkan basa
menurut Lewis adalah molekul yang mampu memberikan pasangan elektron bebas, seperti Cl-
dan ROH.
Teori dari Lewis ini diklaim menjadi teori yang memiliki kelebihan untuk mencari tahu
reaksi dari asam-basa yang ada di dalam benda padat, gas, serta medium pelarut lainnya. Teori
dari Lewis ini berbeda dari argumen Bronsted-Lowry karena menurut teorinya tidak
melibatkan pengiriman dan penerimaan proton. Selain itu, keunggulan dari teori Lewis adalah
bisa menjelaskan sifat asam basa dalam molekul atau ion yang menerima pasangan elektron
atau memiliki elektron bebas. Terakhir, teori asam basa juga mampu menjelaskan sifat basa
dari zat organik yang memiliki pasangan elektron bebas dan mengandung atom nitrogen.
Kesimpulan Teori Asam Basa Lewis
Dapat disimpulkan bahwa menurut Gilbert Newton Lewis asam adalah suatu molekul
yang bisa menerima pasangan elektronnya. Sedangkan basa adalah molekul yang memberikan
pasangan elektronnya.
Dibandingkan dengan teori asam basa lainnya, teori menurut Lewis ini memiliki
keunggulan yang lebih banyak, seperti mampu menjelaskan sifat asam dan basa di dalam
pelarut air, selain air, dan bahkan tanpa pelarut apapun.
Adanya ion H+ atau OH- dalam larutan digunakan pula untuk menerangkan
derajat keasaman atau kebasaan larutan asam basa. Pada tahun 1909, Soren Peter
Lauritz Sorensen mengemukakan istilah pH (power Hidrogen). Angka pH suatu larutan
menyatakan derajat atau tingkat keasaman larutan tersebut. Nilai pH diperoleh sebagai
hasil negatif logaritma 10 dari konsentrasi ion H+.
pH = - log [H+]
pH + pOH = 14 pH = 14 - pOH
Berdasarkan nilai Kw, rentang pH suatu larutan dengan pelarut air adalah 0 sampai
dengan 14.
- pH = 7, larutan bersifat netral
- pH < 7, larutan bersifat asam
- pH > 7, larutan bersifat basa
G. Sumber Belajar
LKS Kimia Kelas XI
LKPD (Lampiran)
H. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Pertemuan 1 : 4 x 45 menit
Kegiatan Langkah Pembelajaran Alokasi
Pembelajaran Waktu
Kegiatan Fase 1 : Mengklarifikasi tujuan Pembelajaran dan kriteria keberhasilan 20 Menit
Pendahuluan belajar
Mengucapkan salam, memanjatkan syukur kepada Tuhan
YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran.
Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin.
Memeriksa kebersihan kelas sebagai sikap peduli
lingkungan.
Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan dengan pengalaman peserta didik dengan
materi/tema/kegiatan sebelumnya.
Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari
pelajaran yang akan dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik memperhatikan mengamati berbagai contoh bahan
larutan