LP Dan Askep HHD (Irnawati)

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

DIAGNOSA MEDIS HIPERTENSI HEART DISEASE (HHD)

DISUSUN OLEH :

IRNAWATI
201901012

CI LAHAN CI INSTITUSI

( Maswiyah.,S.Kep.,Ns) (Ns. Sisilia Rammang, S.Kep.,M.Kep)

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2022
1. KONSEP TEORITIS
A. Definisi
Hipertensi Heart Disease (HHD) adalah istilah yang diterapkan
untuk menyebutkan penyakit jantung secara keseluruhan, mulai dari left
ventricle hyperthrophy (LVH), aritmia jantung, penyakit jantung koroner,
dan penyakit jantung kronis, yang disebabkan karena peningkatan tekanan
darah, baik secara langsung maupun tidak langsung. (Morton, 2012)
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
diatas 90 mmHg. (Somantri, 2008)
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara
95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105
dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg
atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik
karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik. (Paula, 2009)

B. Etiologi
Menurut Oman (2008), hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat
dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi.
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah :
1) Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat.
2) Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan).
3) Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah:
1) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr).
2) Kegemukan atau makan berlebihan.
3) Stress.
4) Merokok.
5) Minum alcohol.
6) Minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin)
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain.
a. Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut,
Tumor.
b. Vascular :Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma,
Emboli kolestrol, Vaskulitis.
c. Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme.
d. Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB.
e. Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid
Menurut Mansjoer (2008), penyebab hipertensi pada orang dengan
lanjut usia adalah terjadinya perubahan-perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi
karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

C. Patofisiologi
Penyulit utama pada penyakit jantung hipertensif adalah hipertrofi
ventrikel kiri yang terjadi sebagai akibat langsung dari peningkatan
bertahap tahanan pembuluh darah perifer dan beban akhir ventrikel kiri.
Faktor yang menentukan hipertrofi ventrikel kiri adalah derajat dan
lamanya peningkatan diastole. Pengaruh beberapa faktor humoral seperti
rangsangan simpato-adrenal yang meningkat dan peningkatan aktivasi
system renin-angiotensin-aldosteron (RAA) belum diketahui, mungkin
sebagai penunjang saja. Fungsi pompa ventrikel kiri selama hipertensi
berhubungan erat dengan penyebab hipertrofi dan terjadinya aterosklerosis
primer.
Pada stadium permulaan hipertensi, hipertrofi yang terjadi adalah
difus (konsentrik). Rasio massa dan volume akhir diastolik ventrikel kiri
meningkat tanpa perubahan yang berarti pada fungsi pompa efektif
ventrikel kiri. Pada stadium selanjutnya, karena penyakir berlanjut terus,
hipertrofi menjadi tak teratur, dan akhirnya eksentrik, akibat terbatasnya
aliran darah koroner. Khas pada jantung dengan hipertrofi eksentrik
menggambarkan berkurangnya rasio antara massa dan volume, oleh
karena meningkatnya volume diastolik akhir. Hal ini diperlihatkan sebagai
penurunan secara menyeluruh fungsi pompa (penurunan fraksi ejeksi),
peningkatan tegangan dinding ventrikel pada saat sistol dan konsumsi
oksigen otot jantung. Hal-hal yang memperburuk fungsi mekanik
ventrikel kiri berhubungan erat bila disertai dengan penyakit jantung
koroner.

D. Manifestasi Klinik
Menurut Alsagaff (2008), manifestasi klinis pada hipertensi
dibedakan menjadi dua, yaitu
1. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang untuk pasien
Hipertensi Heart Disease (HHD), yaitu :
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.
2. Pemeriksaan retina.
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung.
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri.
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
6. Pemeriksaan; renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi.
7. Ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
8. Foto dada dan CT scan.
F. Penatalaksanaan
Pengobatan pasien dengan penyakit jantung hipertensi terbagi
dalam dua kategori pengobatan dan pencegahan tekanan darah yang
tinggi dan pengobatan penyakit jantung hipertensi. Tekanan darah ideal
adalah kurang dari 140/90 pada pasien tanpa penyakit diabetes dan
penyakit ginjal kronik dan kurang dari 130/90 pada pasien dengan
penyakit diatas. Berbagai macam strategi pengobatan penyakit jantung
hipertensi menurut Oman (2008), yaitu :
1. Pengaturan Diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau
dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan bisa
memperbaiki keadaan LVH. Beberapa diet yang dianjurkan, yaitu :
a. Rendah garam,beberapa studi menunjukan bahwa diet rendah
garam dapat menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi.Dengan pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi
stimulasi system renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi
sebagai anti hipertensi.Jumlah intake sodium yang dianjurkan 50–
100 mmol atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b. Diet tinggi potassium,dapat menurunkan tekanan darah tapi
mekanismenya belum jelas.Pemberian Potassium secara intravena
dapat menyebabkan vasodilatasi,yang dipercaya dimediasi oleh
nitric oxide pada dinding vascular.
c. Diet kaya buah dan sayur.
d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
e. Tidak mengkomsumsi Alkohol.
2. Olahraga Teratur
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan dapat memperbaiki
keadaan jantung. Olaharaga isotonik dapat juga bisa meningkatkan
fungsi endotel, vasodilatasi perifer, dan mengurangi katekolamin
plasma.
3. Penurunan Berat Badan
Pada beberapa studi menunjukkan bahwa obesitas berhubungan
dengan kejadian hipertensi dan LVH. Jadi penurunan berat badan
adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan (1kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan
berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian
khusus karena umumnya obat penurun berat badan yang terjual bebas
mengandung simpatomimetik, sehingga dapat meningkatan tekanan
darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjainya
eksaserbasi aritmia
4. Farmakoterapi
Pengobatan hipertensi atau penyakit jantung hipertensi dapat
menggunakan berbagai kelompok obat antihipertensi seperti thiazide,
beta-blocker dan kombinasi alpha dan beta blocker, calcium channel
blockers, ACE inhibitor, angiotensin receptor blocker dan vasodilator
seperti hydralazine. Hampir pada semua pasien memerlukan dua atau
lebih obat antihipertensi untuk mencapai tekanan darah yang
diinginkan.

G. Komplikasi
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya
gejala pada hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial
berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ
sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung.Gejala-gejala seperti
sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala
klinis hipertensi essensial.
Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai
berikut : pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan),
sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata
berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
gangguan penglihatan gangguan saraf, gagal jantung,gangguan fungsi
ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan
pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan,
gangguan kesadaran hingga koma, sebelum bertambah parah dan terjadi
komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan
pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup dan
pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup
tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol,
merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan makan juga perlu diqwaspadai.
pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan
karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi. (Paula, 2009)
2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian primer
a. Airway
1) Kaji dan pertahankan jalan napas.
2) Lakukan head tilt, chin lift jika perlu.
3) Gunakan alat batu untuk jalan napas jika perlu.
4) Pertimbangkan untuk merujuk ke ahli anestesi untuk dilakukan
intubasi jika tidak dapat mempertahankan jalan napas.
b. Breathing
1) Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter,
untuk mempertahankan saturasi >92%.
2) Berikan oksigen dengan aliran tinggi melalui non re-breath
mask.
3) Pertimbangkan untuk mendapatkan pernapasan dengan
menggunakan bag-valve-mask ventilation.
4) Lakukan pemeriksaan gas darah arterial untuk mengkaji PaO2
dan PaCO2.
5) Kaji jumlah pernapasan.
6) Lakukan pemeriksan system pernapasan.
7) Dengarkan adanya bunyi pleura.
8) Lakukan pemeriksaan foto thorak.
c. Circulation
1) Kaji heart rate dan ritme, kemungkinan terdengan suara gallop.
2) Kaji peningkatan JVP.
3) Catat tekanan darah.
4) Pemeriksaan EKG
d. Disability
1) Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU.
2) Penurunan kesadaran menunjukan tanda awal pasien masuk
kondisi ekstrim dan membutuhkan pertolongan medis segera dan
membutuhkan perawatan di ICU.
e. Exposure
1) Jika pasien stabil lakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik lainnya.
2) Jangan lupa pemeriksaan untuk tanda DVT.
3) Terapi
Pengkajian Sekunder
a. Riwayat penyakit sekarang
Lama menderita hipertensi, hal yang menimbulkan serangan, obat
yang pakai tiap hari dan saat serangan.
b. Riwayat penyakit sebelumnya
c. Riwayat penyakit keluarga
Adakah riwayat penyakit hipertensi pada keluarga.
d. Riwayat sosial ekonomi
f. Riwayat makanan
jenis makanan yang berhubungan dengan kenaikan tekanan darah
seperti sodium

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
C. Intervensi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.
Definisi : Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung
untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh.
NOC:
1) Cardiac pump effectiveness.
2) Circulation status.
3) Vital sign status.
Kriteria Hasil :
1) Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi,
respirasi).
2) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan.
3) Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites.
4) Tidak ada penurunan kesadaran.
5) AGD dalam batas normal.
6) Tidak ada distensi vena leher.
7) Warna kulit normal
Intervensi/NIC :
Cardiac Care
1) Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi).
2) Catat adanya distrimia jantung.
3) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput.
4) Monitor status caediovaskuler.
5) Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung.
6) Monitor balance cairan.
7) Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia.
8) Atur periode latihan dan istirahat.
Vital Sign Monitoring
1) Monitor TD, nadi, suhu, dan RR.
2) Monitor VS saat pasien berbaring, duduk atau berdiri.
3) Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan.
4) Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama dan setelah aktivitas.
5) Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung.

2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
Definisi : Ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
melnjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-
hari yang harus atau yang ingin dilakukan.
NOC :
1) Energy conservation.
2) Activity tolerance.
3) Self care.
Kriteria Hasil :
1) Berpartisifasi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR.
2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri.
3) Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
4) Level kelemahan.
5) Sirkulasi status baik.
6) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat.
Intervensi/NIC :
1) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
dilakukan.
2) Bantu klien untuk memilih posisi nyaman untuk istirahat atau tidur.
3) Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
4) Dorong klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan.
5) Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut
sesuai indikasi.

3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.


Definisi : Perasaan yang tidak nyaman atau kekawatiran yang samar
disertai respon autonom (sumber sering idak spesifik/tidak
diketahui oleh individu). Perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak menghadapi
ancaman.
NOC :
1) Anxiety self-control.
2) Anxiety level.
3) Coping.
Kriteria Hasil :
1) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas.
2) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukan teknik untuk
mengontrol cemas.
3) Vital sign dalam batas normal.
4) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas
menunjukan berkurangnya kecemasan.
Intervensi/NIC :
1) Lakukan pengkajian tingkat kecemasan.
2) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur.
3) Dorong klien mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi.
4) Dorong keluarga untuk selalu menemani klien.
5) Dengarkan ungkapan klien dengan penuh perhatian.
6) Gunakan pendekatan terapeutik.

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011).
Komponen tahap implementasi :
a. Tindakan keperawatan mandiri
b. Tindakan keperawatan kolaboratif
c. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien
terhadap asuhan keperawatan.

E. Evaluasi
Evaluasi, yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran
dari tindakan. Penilaian proses menentukan apakah ada kekeliruan dari
setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi itu sendiri (Ali, 2009). Evaluasi adalah
membandingkan secara sistematik dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dengan kenyataan yang ada
pada pasien, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan
melibatkan psien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi keperawatan
merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang
berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan
tercapai (Dinarti & Yuli Muryanti, 2017). Evaluasi disusun
menggunakan SOAP yaitu (Suprajitno dalam Wardani, 2013):
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif
oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat
menggunakan pengamatan yang objektif.
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.
DAFTAR PUSTAKA

Suzanne C. Smeltzer. Brenda. E. bare. 2001.Buku Ajar Keperawatan. Medikal


Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta : EGC.
Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasian keperawatan.Jakarta: EGC.
Nanda NIC- NOC .
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi Revisi Jilid II
Jakarta: EGC.Carpenito, Lynda Juall. 1999.
Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis
Keperawatan MasalahKolaboratif, ed. 2EGC, Jakarta.
http://askepterkini.blogspot.co.id/2014/05/laporan-pendahuluan-asuhan-
keperawatan_9355.html diakses pada tanggal 9 Januari 2018 pukul
19.22
PATHWAY

Anda mungkin juga menyukai