Ferra Proposal BAB 123
Ferra Proposal BAB 123
Ferra Proposal BAB 123
BENTENG AMBON
OLEH :
FENANSIA M. RESILAY
12114201170212
FAKULTAS KESEHATAN
AMBON
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Kami menyatakan bahwa telah menerima dan menyetujui proposal ini yang disusun oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
NIDN: 1223038001
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat,
Penyusunan proposal ini merupakan syarat dalam menyelesaikan tugas akhir untuk
Indonesia Maluku.
Maluku
4. Ns. S. R. Maelissa S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
5. Ns. Mevy Lilipory, S.Kep., M.Kep sebagai sekretaris Program Studi dan petugas
3
6. Ns. F. A. Tasijawa, M.Kep selaku pembimbing II yang telah membantu penulis
ini.
Universitas Kristen Indonesia Maluku, yang telah membekali penulis dengan ilmu
Keperawatan.
angkatan 2017 yang telah memberikan dukungan dan Doa bagi penulis hingga
Akhir kata, penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kata
sempurna, untuk itu penulis memohon saran dan kritik yang sifatnya membangun
Penulis
4
DAFTAR ISI
COVER...............................................................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................iV
DAFTAR TABEL..........................................................................................................Vi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................................Vii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................Viii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................6
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian..................................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................8
A. Tinjauan Umum Gizi Kurang Pada Balita............................................................8
B. Tinjauan Umum Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Kurang......................19
C. Tinjauan Umum Variabel Penelitian....................................................................36
1. Pengetahuan Ibu............................................................................................36
2. Pola Makan Balita.........................................................................................36
3. Pendapatan Keluarga.....................................................................................36
D. Kerangka Konsep..................................................................................................46
E. Hipotesis Penelitian...............................................................................................47
BAB III METODE PENELITIAN...............................................................................48
A. Jenis Penelitian.....................................................................................................48
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian...............................................................................48
C. Populasi Dan Sampel Penelitian...........................................................................48
D.Variabel Penelitian ................................................................................................49
E. Defenisi Operasional.............................................................................................49
5
F. Instrumen Penelitian..............................................................................................50
G.Teknik Dan Prosedur Pengumpulan Data .............................................................51
H. Analisa Data..........................................................................................................52
I. Etika Penelitian ....................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................57
LAMPIRAN.............................................................................................................59
6
DAFTAR TABEL
7
DAFTAR GAMBAR
8
DAFTAR LAMPIRAN
9
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi kurang merupakan suatu kondisi berat badan menurut umur (BB/U) tidak
sesuai dengan usia yang seharusnya. Kondisi gizi kurang rentang terjadi pada balita usia
2-5 tahun karena balita sudah menerapkan pola makan seperti makanan keluarga dan
mulai dengan tingkat aktivitas fisik yang tinggi. Kekurangan gizi pada masa balita terkait
berdampak pada pembentukan kualitas sumber daya manusia di masa mendatang (Ninja,
2017).
Asupan zat gizi adalah salah satu penyebab langsung yang dapat mempengaruhi
status gizi balita. Asupan zat gizi dapat diperoleh dari beberapa zat gizi, diantaranya yaitu
zat gizi makro seperti energi, karbohidrat, protein dan lemak. Zat gizi makro merupakan
zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar oleh tubuh dan sebagian besar berperan
dalam penyediaan energi. Tingkat konsumsi zat gizi makro dapat mempengaruhi terhadap
status gizi balita. Hal tersebut terdapat hubungan antara tingkat konsumsi energi dan
protein dengan status gizi balita. Asupan energi dan protein yang rendah berdampak pada
meningkatkan resiko masalah gizi seperti kekurangan energi kronis dan kekurangan
energi protein, selain pada balita dapat berdampak pada terhambatnya pertumbuhan dan
lebih dari 47 juta balita menderita gizi kurang menyebab sepertiga dari seluruh dikaitkan
dengan 45% kematian anak di seluruh dunia, 52 juta anak diperkirakan terlalu kurus
untuk tinggi badan. Masalah gizi masih menjadi masalah kesehatan yang serius di
10
Indonesia. terbukti dengan masih ditemukan kasus gizi buruk. Asia selatan merupakan
daerah yang memiliki prevalensi gizi kurang terbesar didunia, yaitu sebesar 46%, disusul
Sub Sahara Afrika 28%, Amerika Latin/Caribbean 7%, dan yang paling rendah terdapat
di Eropa Tengah, Timur dan Common dan Common Wealth of Independen States
(CEE/CIS) sebesar 5% .
yang kompleks. Hasil data riset Kesehatan Dasar Riskesdas (2013) yaitu sebesar 19,6%
yang terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang. Dibandingkan dengan Riskesdas
(2018) gizi kurang pada balita mencapai (usia 0-59 bulan) sehingga menunjukan adanya
dan gizi buruk diatas angka prevalensi Nasional yaitu berkisar antara 21,2% sampai
dengan 33,1%, diantara Provinsi Maluku menduduki posisi urutan ke -4. Sedangkan
menurut data dan informasi Profil Kesehatan Indonesia, gizi kurang di Provinsi Maluku
gizi kurang pada balita sebanyak 17,90%. Diantaranya 11 kabupaten/Kota yang ada di
Provinsi Maluku.
Upaya perbaikan gizi masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan,
perbaikan perilaku sadar gizi, peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan
tersedianya bahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi secara merata dan
juga berkewajiban menjaga agar bahan makanan yang dimaksud memenuhi standar mutu
gizi yang baik. Penyediaan bahan makanan dilakukan secara lintas sektor dan antar
Provinsi, antar Kabupaten, dan atau antar kota. Upaya perbaikan gizi diatas di lakukan
pada seluruh siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai lanjut usia dengan prioritas
11
kepada keluarga rawan. Pemerintah bertanggungjawab menetapkan standar angka
kehidupan gizi, standar pelayanan gizi, dan standar tenaga gizi pada berbagai tingkat
pelayanan. Pemerinta juga bertanggung jawab atas pemenuhan kecukupan gizi pada
keluarga miskin serta bertanggungjawab terhadap pendidikan dan informasi yang benar
Status gizi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu Faktor langsung dan Faktor tidak
langsung. Faktor langsung yaitu penyakit infeksi dan asupan nutrisi yang dikonsumsi.
Faktor tidak langsung antara lain: sosial, ekonomi, jarak kelahiran yang terlalu cepat,
sanitasi lingkungan yang kurang baik, rendahnya ketahanan pangan tingkat rumah tangga,
pendidikan, pengetahuan, pendapatan, pola asuh, pola makan, dan ASI Eksklusif (Irianti,
2016).
Status gizi sangat penting bagi balita. Masa balita merupakan periode penting
dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan dimasa itu
selanjutnya. Masa tumbuh kembang diusia ini merupakan masa yang terlalu cepat dan
tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut masa keemasan (Kartikasari, 2014).
Faktor pengetahuan ibu yang rendah dari sebagian ibu akan pentingnya pemberian
makanan bergizi dan seimbang untuk anaknya dapat dikaitkan dengan masalah KEP.
Rendahnya pendidikan dan pengetahuan ibu tentang gizi balita akan berdampak pada
pemenuhan nutrisi pada balita karena pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting dari terbentuknya perilaku seseorang, terutama pada ibu. Ibu merupakan sasaran
utama pendidikan gizi keluarga, karena ibu memiliki peran sebagai pengatur makanan
keluarga dalam mengolah sumber daya yang ada untuk mendapatkan kecukupan bahan
12
Menurut Notoatmodjo (2005), keadaan sosial ekonomi atau pendapatan
merupakan aspek sosial budaya yang sangat mempengaruhi status kesehatan dan juga
berpengaruh pada pola penyakit, bahkan juga berpengaruh pada kematian. Pendapatan
keluarga yang sangat minim juga menjadi pengaruh dalam memberikan asupan gizi yang
baik bagi anak balita karena sulit untuk bisa membeli bahan makanan yang bergisi.
Tingkat pendapatan yang diperoleh oleh setiap individu atau keluarga akan menentukan
jenis dan ragam makanan yang akan dibeli dengan uang tambahan, keluarga dengan
penghasilan rendah berarti rendah pula jumlah uang yang akan dibelanjakan untuk
makanan, sehingga bahan makanan yang dibeli untuk keluarga tersebut tidak mencukupi
penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi yang umum. Hal ini harus
mendapat perhatian serius karena keadaan ekonomi ini relative mudah diukur dan
Faktor pola makan balita merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
pada gizi kurang. Pola makan adalah cara seseorang atau kelompok orang (keluarga)
dalam memilih jenis dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang
atau lebih, yang bertujuan untuk mendapatkan zat gizi yang cukup dibutuhkan untuk
pertumbuhan. Pola makan yang baik terdiri dari konsumsi makanan yang berkualitas
yaitu konsumsi makanan yang sehat dan bervariasi, serta konsumsi makan yang cukup
dari segi kualitas diikuti dengan perilaku makan yang benar. Jika hal ini diterapkan, maka
Berdasarkan data survei awal yang diperoleh dari salah satu tenaga medis
kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng Ambon di temukan bahwa kasus gizi
kurang selalu ada dan meningkat di setiap tahunnya dilihat dari perbandingan status gizi
kurang pada balita bahkan pada setiap tahunnya mengalami kenaikan seperti pada data
13
yang diperoleh dalam waktu tiga tahun terakhir di dapatkan bahwa pada tahun 2020 balita
yang mengalami gizi kurang sebanyak 113 balita, kemudian pada tahun 2021 balita yang
mengalami gizi kurang sebanyak 558 balita sedangkan pada tahun 2022 mengalami
peningkatan sebanyak 839 balita. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti
kepada 7 ibu memiliki balita dengan status gizi kurang, diketahui 2 ibu mengatakan
anaknya sering mengalami cacingan. Hal ini dikarenakan anaknya sering dibiarkan
ditempat yang kotor dan tidak mencuci tangan saat mengambil makanan. Dari hasil
wawancara juga di dapatkan 2 ibu memiliki pola asuh yang kurang baik terhadap anaknya
yang ditunjukan seperti sering membiarkan anaknya jajan sembarangan, dan ibu sehari-
hari jarang menyajikan makanan yang bergizi untuk balitanya. Selanjutnya, diketahui 3
orang ibu tidak sanggup memberikan makanan yang bergizi kepada anak dikarenakan
faktor ekonomi, banyak orang tua masih kesulitan memenuhi kebutuhan gizi anak.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-Faktor apa saja yang
berhubungan dengan kejadian gizi kurang pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Benteng Ambon”?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang tersebut maka tujuan dari penelitian ini terbagi
1. Tujuan umum
14
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor yang berhubungan
dengan kejadian gizi kurang pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Benteng Ambon
2. Tujuan Khusus
a. Hubungan antara pengetahuan ibu balita dengan kejadian gizi kurang pada balita
b. Hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian gizi kurang pada balita di
c. Hubungan antara pola makan anak balita dengan kejadian gizi kurang pada balita
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
berhubungan dengan kejadian gizi kurang pada balita sehingga dapat dijadikan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
15
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan referensi
E. Hipotesis Penelitian
menyatakan tidak adanya hubungan dua variabel atau tidak adanya pengaruh. Hipotesis
H0 : Tidak ada hubungan antara kejadian gizi kurang pada balita di Wilayah Kerja
Ha : Ada hubungan antara kejadian gizi kurang pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas
Benteng Ambon.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian Balita
Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibwah
satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat
dibedakan menjadi dua yaitu anakusia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun
yang dikenal dengan balita dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun
yang dikenal dengan usia prasekolah. Masa ini menjadi tantangan bagi orang tua
karena anak susah makan, memilih makan dan suka pada jajan yang kandungan
gizinya tidak baik seperti mie instan, sehingga menyebabkan kekurangan atau
kelebihan asupan zat gizi yang dapat mempengaruhi status gizi dan kesehatannya
(Setyawati, 2018).
Usia 1-5 tahun pada balita merupakan usia dalam daur kehidupan dimna
pertumbuhan tidak sepeser pada masa bayi, tetapi aktivitasnya banyak diantaranya
bermain dan bermain. Ini adalah ciri aktivitas balita yang khas. Melihat aktivitas
fisik anak balita sudah mulai padat, cenderung lupa waktu pada saat bermain.
Serta rentang terhadap penyakit infeksi, ataupun terhadap penyakit gizi. Maka
faktor gizi sangat berperan sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan anak
Masalah gizi balita yang harus dihadapi Indnesia pada saat ini adalah
masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang disebabkan oleh
17
kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, sanitasi lingkungan yang kurang baik,
masalah gizi lebih disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada masyarakat disertai
b. Karakteristik Balita
Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menera
makanan dari apa yang disediakan orang tua. Laju pertumbuhan masa balita
lebih besar dari pada masa usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah
dapat memilih yang disukainya pada usia ini akan dimulai bergaul dengan
lingkungannya atau bersekolah playgrup. Pada fase ini anak mencapai fase
gemar memprotes. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami
penurunan, akibat dari aktifitas yang mulai banyak, dan pemilihan maupun
1) Pertumbuhan
jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter),
18
tubuh). Pertumbuhan adalah peningkatan secara brtahap dari tubuh, organ dan
2) Perkembangan
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat ramalkan sebagai hasil proses pematangan. Ada pula yang
(Supariasa, 2012).
termasuk pula perkembangan emosi, intelektual, dan tinka laku sebagai hasil
Gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat
dari makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi didalam tubuh, keadaan
gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan gizi
dan penggunaan zat gizi tersebut dalam keadaan fisiologi akibat dari tersedianya zat
gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan indikator yang digunakan untuk mengukur
gizi kurang pada anak dalah tinggi berat menurut umur (TB/U), berat badan menurut
19
umur (BB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), dan untuk dewasa
Masalah kurang gizi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan dapat
menjadi penyebab kematian terutama pada kelompok resiko tinggi yaitu bayi dan
balita. Gizi kurang pada balita tidak terjadi secata tiba-tiba, tetapi di awali dengan
keterbatasan kenaikan berat badan yang tidak cukup. Apabila seorang anak terkena
defisiensi gizi maka kemungkinan besar sekali anak akan muda terkena infeksi. Gizi
ini sangat berpengaruh terhadap napsu makan, kehilangan bahan makanan misalnya
melalui muntah-muntah dan diare, serta metabolisme pada anak. Selain itu juga dapat
Gizi yang baik sangat diperlukan untuk proses tumbuh kembang bagi anak-
anak yang normal ditinjau dari segi umur, anak balita yaitu anak yang berumur
dibawah lima tahun yang mengalami tumbuh kembang tergolong kelompok yang
rawan terhadap kekurangan kalori protein. Peran gizi dalam pembangunan kualitas
SDM telah dibuktikan dari berbagai penelitian. Gangguan gizi pada awal kehidupan
mempengaruhi kualitas kehidupan berikutnya. Dizi kurang pada balita tidak hanya
kecerdasan dan perkembangan di masa mendatang. Oleh karena itu, peran makanan
yang bernilai tinggi sangat penting seperti pada makanan yang mengandung energy
A), dan mineral (Ca, Fe, Yodium, Fosfor, Zn) (Adriani, 2012).
Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu
perhatian yang serius. Pada masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang
sangat pesat yaitu pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental, dan
20
sosial. Stimulasi psikososial harus dimulai sejak dini dan tepat waktu untuk
d. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energy
Pada masa ini balita perlu memperoleh zat gizi dari makanan sehari-hari dalam
jumlah yang tepat dan kualitas yang baik. Gizi seimbang balita disusun
balita diantaranya energi, protein, lemak, vitamin dan mineral (Adriani, 2012).
21
B. Tinjauan Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gizi Kurang
Menurut Adriani (2006) faktor yang mempengaruhi status gizi anak balita
1. Faktor langsung
a. Konsumsi pangan
menurut daerah, golongan sosial ekonomi dan sosial budaya, konsumsi pangan
lebih sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk memajukan tingkat
b. Infeksi
Penyakit infeksi dan keadaan gizi anak merupakan 2 hal yang saling
kedalam tubuh anak. Dampak infeksi yang lain adalah muntah dan kehilangan zat
gizi. Infeksi yang menyebabkan diare pada anak mengakibatkan cairan dan zat
a. Pengetahuan gizi
sumber zat-zat gizi dan kepandaian dalam mengolah bahan makanan. Status gizi
yang baik penting bagi kesehatan setiap orang, termasuk ibu hamil, ibu menyusui
dan anaknya. Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting dalam
penggunaan dan pemilihan bahan makanan dengan baik sehingga dapat mencapai
22
b. Status Ekonomi Keluarga
Kemiskinan sebagai penyebab gizi kurang menduduki posisi pertama pada kondisi
yang umum. Hal ini harus mendapat perhatian serius karena keadaan ekonomi ini
relative mudah di ukur dan berpengaruh besar pada konsumsi pangan (Suhardjo,
2002). Pendapatan keluarga dalam jumlah pendapatan tetap dan sampingan dari
kepala keluarga, ibu, dan anggota keluarga yang dinyatakan dalam rupiah per
Menurut (Supariasa, 2002) pada dasarnya penilaian status gizi dapat dibagi
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu
tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Parameter antropometri
23
Indeks antropometri, yaitu :
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti
a) Dapat mengakibatkan interprestasi status gizi yang keliru bila terdapat edema
maupun asites.
b) Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima
tahun.
24
Tabel 2.1 Status Gizi Balita dengan Indikator BB/U
badan, relative kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu
b) Pengukuran relatif lebih sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak,
25
Tabel 2.2 Status Gizi dengan Indikator TB/U
Normal ≥-2,0 SD
karena ukuran ini dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih
atau “wasted”. Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan
badan yang normal akan proporsional dengan tinggi badannya. Oleh karena itu
badan, atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur
tidak dipertimbangkan.
26
c) Membutuhkan dua macam alat ukur.
Gemuk >2,0 SD
Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Hasil pengukuran
tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak
status gizi anak sekolah dapat dilakukan dengan indeks antropometri dan
menggunakan Indeks masa tubuh (IMT) anak sekolah. Rumus IMT adalah :
1) Survey konsumsi
seseorang.
27
2) Statistik vital
angka kematian, orang sakit dan kematian yang disebabkan oleh hal-hal yang
3) Faktor ekologi
faktor ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain sebagainya. Tujuannya
anak yang dapat mengganggu perkembangan optimal fisik dan mental anak.
Keadaan ini lebih dikenal penyakit yang kurang darah, terjadi karena terlalu
sedikit atau kekurangan kandungan zat gizi besi dalam jumlah yang tidak
b. Kekurangan Vitamin A
anak dan merupakan gangguan pada organ manusia yang disebabkan oleh dua
faktor yaitu : Kurangnya Vitamin A ini akan menimbulkan kebutuan pada anak,
28
tidak mencukupi kebutuhannya kurang vitamin A disebut pada awalnya menderita
buta senja, yaitu ketidakmampuan melihat pada cahaya remang-remang pada sore
hari. Kemudian (bila tidak diobati) pada bola matanya timbul bercak putih yang
disebut bercak bitot dan pada akhirnya menderita kebutaan (Anggraeni, 2015).
(Adriani, 2016).
d. Karies Gigi
Lubang gigi sering terjadi pada anak, karena terlalu sering makan cemilan yang
lengket dan banyak mengandung gula. Karies yang terjadi pada gigi sulung
memang tidak berbahaya, namun kejadian ini biasanya berlanjut sampai anak
e. Penyakit Kronis
Penyakit yang tidak menguras cadangan energy sekalipun, jika berlangsung lama
Disamping itu, ada pula jenis penyakit yang menguras cadangan zat gizi, misalnya
Masalah ini disebabkan karena konsumsi makanan yang melebihi dari yang
dibutuhkan terutama konsumsi lemak yang tinggi dan makanan dari gula murni.
Pada umumnya masalah ini banyak terdapat didaerah perkotaan dengan dijumpai
29
g. Berat Badan Kurang
Masalah ini disebabkan karena konsumsi gizi yang tidak mencukupi kebutuhan
dalam waktu tertentu. Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak yang
kebiasaan makan yang buruk. Sama seperti masalah kelebihan berat, langka
(Wirjatmadi, 2016).
Ibu merupakan orang yang berperan penting dalam penentuan konsumsi dalam
keluarga khususnya pada anak balita. Pengetahuan yang dimiliki ibu berpengaruh
terhadap pola konsumsi makanan keluarga. Kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi
berakibat pada rendahnya anggaran untuk belanja pangan atau mutu serta
pengaruh kebiasaan, iklan, dan lingkungan. selain itu, gangguan gizi juga disebabkan
Pengetahuan ibu tentang gizi balita merupakan titik penting yang menentukan
pola makan balita yang nantinya akan menentukan status gizi balita. Seorang ibu yang
memiliki pengetahuan tinggi tentang gizi balita akan mampu memiliki jenis bahan
yang akan yang akan digunakan untuk memberi makan balitanya. Demikian juga
dalam memilih frekuensi serta waktu makan bagi balita, sehingga kebutuhan nutrisi
balita akan terpenuhi dengan baik. Dengan demikian, status gizi dari balita tersebut
akan semakin baik pula. Berbeda dengan seorang ibu yang pengetahuannya rendah
30
tentang gizi balita, maka dalam pemberian makanan, serta waktu maupun frekuensi
makan pun akan kurang teratur karena tidak mempunyai pedoman gizi yang baik,
1) Tingkat pendidikan
berikut : tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, tamat Perguruan Tinggi dan
tingkat pengetahuannya.
2) Informasi
3) Budaya
4) Pengalaman
b. Pengukuran Pengetahuan
(kuesioner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari subjek
31
disajikan dalam tabel distribusi frekuensi (Arikunto, 2013). Pengetahuan
kualitatif, yaitu :
macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan
merupakan ciri khas suatu kelompok masyarakat tertentu. Pemberian makanan balita
adalah segala upaya dan cara ibu untuk memberikan makanan pada anak balita
dengan tujuan supaya kebutuhan anak tercukupi, baik dalam jumlah maupun nilai
Pola pemberian makanan balita dapat diartikan sebagai upaya dan cara yang
biasa dipraktekan ibu untuk memberikan makanan kepada anak balita mulai dari
supaya kebutuhan makan anak tercukupi, baik dalam macam, jumlah maupun nilai
gizinya. Pemberian pada anak bertujuan untuk mencapai kembang anak secara
optimal. Pemberian makanan yang baik dan benar dapat menghasilkan gizi yang baik
32
Ketidakcukupan zat gizi dalam tubuh, maka simpanan zat gizi berkurang dan
lama kelemaan simpanan menjadi habis. Apabila keadaan ini dibiarkan maka akan
terjadi perubahan faali dan metabolism. Terjadi kemerosotan jaringan yang ditandai
dengan penurunan berat badan dan akhirnya memasuki ambang klinis. Proses ini
berlanjut hingga menyebabkan orang sakit. Tingkat kesakitan dimulai dari sakit
ringan sampai sakit tingkat berat. Dari kondisi ini akhirnya ada 4 kemungkinan yaitu
kematian, sakit kronis, cacat dan sembuh apabila ditangani secara intensif (Supariasa,
2002).
fungsi, yaitu :
dengan hati-hati sesuai dengan kebutuhan gizi, usia dan keadaan kesehatannya.
Pemberian makanan yang teratur berarti memberikan semua zat gizi yang diperlukan
baik untuk energy maupun untuk tumbuh kembang yang optimal. Jadi apapun
makanan yang diberikan, anak harus memperoleh semua zat yang sesuai dengan
kebutuhannya.
33
Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai
asupan makanan, jenis makanan, jadwal makan yang dikonsumsi setiap hari (Persagi,
1) Jumlah Makanan
dalam sehari. Penilaian asupan makanan biasanya dilihat melalui jumlah zat-zat
gizi yang dikonsumsi. Zat-zat gizi yang masuk terdiri dari micronutrient yakni
karbohidrat, protein dan lemak serta micronutrient yang terdiri dari vitamin dan
mineral. Kita harus menyeimbangkan jumlah kalori yang masuk dengan jumlah
karbohidrat 50-60%, lemak 25-30% dan protein 15-20. Apabila jumlah kalori
yang masuk lebih besar dari pada energy yang dikeluarkan maka akan mengalami
2) Jenis Makanan
Dalam terdapat berbagai jenis bahan pangan baik pangan nabati maupun
pangan hewani. Diantara beragam jenis bahan pangan tersebut, ada yang kaya
akan satu jenis zat gizi dan ada yang kekurangan zat gizi tertentu. Oleh karena itu
manusia memerlukan berbagai macam bahan pangan untuk menjamin agar semua
zat gizi yang diperlukan tubuh dapat dipenuhi dalam jumlah yang cukup. Jenis
makanan yang kita konsumsi harus mengandung karbihidrat, protein, lemak dan
nutrient spesifik. Karbohidrat kompleks bias kita penuhi dari gandum, beras,
terigu, buah dan sayuran. Jenis karbohidrat yang baik dikonsumsi adalah
karbohidrat yang berserat tinggi. Karbohidrat yang berasal dari gula, sirup dan
makanan yang mais-manis sebaiknya dikurangi yakni 3-5 sendok makan perhari
34
saja. Konsumsi protein harus lengkap antara protein nabati dan protein hewani
(Persagi, 2006).
protein hewani berasal dari ikan, telur, dan daging (sapi, ayam, kambing dan
kerbau). Sumber vitamin dan mineral terdapat pada vitamin A (hati, susu, wortel
dan sayuran), vitamin D (ikan, susu, dan kuning telur), vitamin E (minyak,
(gandum, ikan, susu, dan telur), serta kalsium (susu, ikan dan kedelai). Makanan
terbagi atas dua jenis yaitu makanan selingan dan makanan utama. Makanan
Makanan utama terdiri dari makanan pokok, lauk pauk hewani dan nabati, sayur,
buah dan minuman. Penjelasan lebih lanjut mengenai makanan selingan dijelaskan
dibawah ini :
a) Makanan selingan adalah makanan kecil yang dibuat sendiri maupun yang
35
3) Frekuensi makanan
Frekuensi adalah suatu kejadian yang berkelanjutan atau kejadian yang berulang.
Menurut Okviani (2011), frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari
maupun kuantitatif yang terjadi secara berkelanjutan. Frekuensi makan juga dapat
sehari baik makan utama maupun makan selingan. Frekuensi makan merupakan
jumlah waktu makan dalam sehari meliputi makanan lengkap (full meat) dan
makanan selingan (snack). Makanan lengkap biasanya diberikan tiga kali sehari
(makan pagi, makan siang, makan malam), sedangkan makanan selingan biasanya
diberikan antara makan pagi dan makan siang dan antara makan siang dan makan
malam.
makan kurang dari frekuensi dapat dianjurkan yaitu makan tiga kali sehari. Secara
alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari
mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan
jenis makanan. Jika rata-rata umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka
jadwal makan ini pun harus menyesuai dengan kosongnya lambung. Pada
umumnya setiap orang melakukan kegiatan makan makanan utama 3 kali dalam
sehari yaitu makan pagi, makan siang, dan makan malam atau sore. Ketiga waktu
makan tersebut yang paling penting adalah makan pagi sebab dapat membekali
tubuh dengan sebagai zat makanan terutama kalori dan protein yang berguna
36
bahwa orang yang makan pagi dapat mengendalikan napsu makan mereka.
(Okviani, 2011).
Hal ini dapat mencegah mereka makan secara berlebihan saat makan siang atau
makan malam. Makan siang diperlukan setiap orang karena sejak pagi merasa
lelah akibat melakukan aktivitas. Selain makan utama yang dilakukan tiga kali,
maka selingan juga harus dilakukan yakni sekali atau dua kali diantara waktu kana
guna mengulangi rasa lapar, sebab jarak waktu makan yang lama.
3. Pendapatan keluarga
dan menengah, ini akan berdampak pada penemuhan bahan makanan terutama
makanan bergizi. Jika keterbatasan ekonomi yang tidak mampu membeli makanan
yang baik maka pemenuhan gizi akan berkurang. Tingkat pendapatan sangat
menentukan bahan makanan yang akan dibeli. Pendapatan merupakan faktor yang
penting untuk menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungannya
dengan gizi. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer
setiap aliran pendapatan yang diterima. Namun, cara lain untuk melihat generasi
sosial, uang pension, kepentingan atau dividen, royalti, piutang atau tunjangan lain
Pendapatan dapat dilihat dalam dua istilah, relative dan mutlak. Pendapatan
mutlak, sebagaimana diteorikan oleh ekonom John Maynard Keynes adalah hubungan
37
yang sering dengan kenaikan pendapatan, sehingga akan dikonsumsi, tetapi tidak pada
tingkat yang sama. Pendapatan relative menentukan seorang atau tabungan keluarga
dan konsumsi berdasarkan pendapatan keluarga dalam kaitannya dengan orang lain.
Keluarga dengan pendapatan yang lebih tinggi dan mengeluarkan uang dapat
dapat mengkonsumsi dan menikmati kemewahan dan krisis cuaca (Ohara, 2017).
Rp. 2.500.000. Tingkat pendapatan yang diperoleh keluarga setiap bulan untuk
memenuhi kebutuhan setiap hari. Bahkan sangat dibutuhkan untuk setiap hari pada
bahan makanan yang akan dibeli. Pendapatan merupakan faktor yang penting untuk
menentukan kualitas dan kuantitas makanan, maka erat hubungan dengan gizi
tangga terutama pada ibu hamil dan anak balita akan berakibat pada kekurangan gizi
yang berdampak pada lahirnya generasi muda yang tidak berkualitas. Pemenuhan
kebutuhan pangan dipengaruhi oleh jumlah pendapatan yang dihasilkan oleh keluarga.
2015).
38
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau kaitan
antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau diukur melalui
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Hubungan
39
E. Hipotesis Penelitian
1. Ha
a. Ada hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita di
b. Ada hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Gizi Kurang pada
c. Ada hubungan antara Pola Makan Balita dengan Kejadian Gizi Kurang pada Balita
2. Ho
a. Tidak ada hubungan antara Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Gizi Kurang pada
b. Tidak ada hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Gizi Kurang
c. Tidak ada hubungan antara Pola Makan Balita dengan Kejadian Gizi Kurang pada
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
kuesioner sebagai sarana pengumpulan data. Desain Cross Sectional merupakan desain
penelitian yang mengukur variabel penelitian pada satu waktu dan satu kali dalam
penelitian Cross Sectional peneliti mencari hubungan antara variabel dependen gizi
kurang pada balita dan variabel independen pengetahuan ibu balita, pendapatan keluarga
dan pola makan balita. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dikarenakan data
yang akan diperoleh merupakan data rasio dan yang menjadi fokus dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh antar variable yang akan diteliti
(Batkormbawa, 2021). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan kejadian gizi kurang pada balita di Wilayah Kerja
1. Lokasi Penelitian
Benteng Ambon.
2. Waktu Penelitian
41
C. Populasi dan sampel penelitian
1. Populasi
tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa sikap hidup dan sebagainya sehingga objek
penelitian ini adalah 215 gizi kurang pada baliata dengan rentang usia 1-3 tahun di
2. Sampel
Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat digunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2017). Unit analisa dari penelitian ini
terdiri dari objek penelitian yaitu gizi kurang pada balita di Wilaya Kerja Puskesmas
Benteng Ambon yang memenuhi kriteria. Adapun kriteria inklusi dari sampel yang
diambil yaitu :
a. Kriteria Inklusi
populasi yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2017). Adapun kriteria
b. Kriteria Eksklusi
1) Gizi Kurang Pada Balita yang tidak berada dalam gizi kurang
42
2) Tidak tersedia menjadi responden
Dalama penelitian ini jumlah sampel akan dihitung dengan menggunakan rumus
Slovin dimana :
N
Rumus Slovin n=
1+ N ( d )2
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
Berdasarkan pada rumus Slovin, maka besarnya penarikan jumlah sampel penelitian
ini adalah :
215
n=
1+215 ( 0,05 )2
215
n=
1+215 (0,0025)
215
n=
1+0,5375
215
n=
1,5735
n=139,837
n = 140
Dari hasil yang diperoleh maka populasi yang diambil sebagai sampel adalah
43
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen/Bebas
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen pengetahuan ibu balita,
pendapatan keluarga, dan pola makan balita dengan kejadian gizi kurang pada balita
2. Variabel Dependen/Terikat
Dalam penelitian ini variabel dependen adalah kejadian gizi kurang pada balita di
E. Definisi Operasional
Variabel Dependen/Terikat
Variabel Independen/Bebas
44
badan balita, status ≤50%
gizi yang
mempengaruhi
pertumbuhan balita,
dan tanda-tanda gizi
kurang pada balita.
3. Pendapatan Pendapatan Kuesioner 1. Baik : jika Ordinal
Keluarga keluarga dalam pendapatan
bentuk rupiah yang kepala keluarga
diterima setiap sama besar atau
bulan untuk lebih dari Rp
memenuhi 500.000 per
kebutuhan setiap bulan
hari 2. Kurang : Jika
pendapatan
keluarga kecil
kurang dari
500.000 per
bulan
4. Pola Makan Pola makan yang Kuesioner 1. Baik : jika Nominal
Balita diberikan kepada makan ≥ 3 kali
balita dengan sehari dan
frekuensi konsumsi jumlah ≥ 3
dan sejumlah jenis jenis, (nasi,
bahan makanan lauk, dan sayur)
yang mengandung 2. Kurang : jika
karbihidrat, protein, makan < 3x
lemak, dan vitamin sehari dan < 3
atau makanan jadi jenis
selama periode
tertentu seperti hari,
minggu dan bulan.
45
F. Instrument Penelitian
kuesioner, daftar pertanyaan dan lainnya yang berkaitan dengan pencari data terkait
kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket skala likert, data
yang dipakai untuk menjembatani antara subjek dan objek (secara substansial antara hal-
hal teoritis dengan empiris, antara konsep dengan data), sejauh mana data mencerminkan
konsep yang ingin diukur tergantung pada instrument (yang substansinya disusun
mengumpulkan data.
Kuesioner tertutup adalah daftar pertanyaan yang alternatif jawabannya telah disediakan
oleh peneliti. Cara ini seringkali dianggap efektif dengan alasannya karena responden
46
G. Jenis Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat atau dikumpulkan langsung dengan cara
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung
a. Tahap Persiapan
Benteng Ambon.
penelitian
47
Pengolahan data dalam statistik, informasi yang diperoleh digunakan untuk proses
a) Editing
b) Coding
c) Tabulating
penelitian.
Entri data adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan dan
48
H. Analisa Data
1) Analisa Univariat
unuvariat dilakukan terhadap tiap variabel (variabel bebas dan variabel terikat),
yaiut pengetahuan ibu, pola makan anak, pendapatan, dan kejadian gizi kurang.
2) Analisa Bivariat
Analisa bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
variabel bebas yaitu pengetahuan ibu balita, pendapatan keluarga, dan pola
makan. Variabel terkait yaitu kejadian gizi kurang. Dalam analisis ini uji statistik
yang digunakan adalah chi-square Syarat chi-square adalah tidak ada sel dengan
nilai observed yang nilai 0 dan sel yang mempunyai nilai expected kurang dari 5
maksimal 20% dari jimlah sel. Jika syarat uji chi-square tidak terpenuhi, maka uji
a) Tidak boleh ada actual count atau F0 dengan nilai 0 (nol) pada cell.
harapan atau expected count (fh) yang kurang dari 5 pada 1 cell pun.
c) Jika bentuk tabel adalah lebih dari 2x2, baik itu 2x3 atau lebih, tidak boleh
ada cell dengan expected count (fh) kurang dari 5 lebih dari 20% maka
49
I. Etika Penelitian
surat rekomendasi dari institusi untuk pihak lain dengan cara mengajukan permohonan
izin kepada institusi lembaga tempat penelitian yang ditujukan oleh peneliti, Setelah
Peneliti tidak akan mencantumkan nama responden tetapi pada lembar tersebut
diberi kode.
3) Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya kelompok data
menjelaskan terlebih dahulu prosedur penelitian kepada responden. Jika masih ada
yang kurang jelas, peneliti juga mempersilahkan responden untuk bertanya. Selain
itu, peneliti juga memberikan perlakuan serta kompensasi yang sama kepada
semua subjek peneliti tanpa membedakan ras, agama, status ekonomi dan
50
sebagainya.
benefits)
masyarakat umum dan subyek penelitian secara khusus. Hasil dari penelitian ini
dapat dijadikan masukan bagi para perawat maupun pendidik untuk menyusun
kurikulum pendidikan kesehatan khususnya terkait konsep diri anak usia sekolah.
51
DAFTAR PUSTAKA
Almushawwir, M. D. (2016). Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi pada
Puskesmas Baumata. 2021. Laporan Kesehatan Puskesmas Baumata Timur Tahun 2021.
Kabupaten Kupang.
Puskesmas Baumata. 2022. Data Status Gizi Balita Tahun 2022. Kabupaten Kupang. Profil
Achmat Djaeni Sediaoetama. (2004). Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi.Edisi Kelima.
Adriani, Merryana. (2006). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta : peranan medika
Group
Adriani, Merryana. (2011). Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Status Gizi
Adriani, M., & Wirjatmadi, B. (2016). Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta : Kencana
Asrar, M., Hadi, H., & Boediman, D. (2009). Pola Asuh, Pola Makan, Asupan Zat Gizi dan
Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, 6(2),84
52
Anita, Sri. 2010. Media Pembelajaran. Surakarta : Yuma Pustaka.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Anggraeni. 2012.
Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Cetakan Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta
Adriani Ayu. 2014. Apabila Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan Reproduksi.
Adriani Ayu 2016. Ilmu Gizi Dilengkapi Dengan Standar Penilaian Stats Gizi Dan Daftar
Adima. 2018. Gizi Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu
Departemen Kesehatan RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat,
Tradisional.
Depkes RI. (2009). Klasifikasi Umur Menurut Kategori. Jakarta : Ditjen Yankes.
Depkes RI 2012, Stiulasi, Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Depkes
Dainur. 2015. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penerbit Widja Media.
Jakarta
Dahlan Sopiyudin M. 2013. Besar Aampel dan Cara Pengambilan Sampel. Jakarta : Salemba
Medika.
Tingkat Konsumsi dan Infeksi Dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Kabupaten
53
Semarang Tahun 2003 Tesis, Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro :
Semarang
Gibson, R.S. 2005. Principles of Nutrition Assesment. Oxford University Press : New York
Gunawan, Gladys. (2011). Hubungan Status Gizi dan perkembangan anak usia 1-2 tahun.
Judarwanto, Widodo. (2004). Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak. Jakarta : Puspa Swara.
Kemenkes
Kemenkes RI. (2015). Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia. Jakarta : Pusat data dan
informasi (Infodatin).
Kemenkes RI, 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Keputusan Menteri Kesehatan
Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2017. Kementrian
Kartikasari, H.Y., Nuryanto, 2014, Hubungan Kejadian Karies Gigi Dengan Konsumsi
Makanan Kariogenik dan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasar. Journal Of Nutrition
Marimbi. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi dan Imunisasi Dasar Pada Balita.
Cipta
54
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Notoatmodjo, S. 2016. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2016. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta
Okviani. (2011). Hubungan Pola Makan Dengan Gastritis Pada Mahasiswa S1 Keperawatan
http ://www.library.ac.id/pdf/3keperawatanpdf/207312041/abstrak.pdf.
Proverawati, Wati. 2012. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan & Gizi Kesehatan. Nuha Medika.
Yokyakarta
Phalevi, A. E. (2012). Determinan status gizi pada siswa sekolah dasar. KEMAS : Jurnal
Putri, R. F., Sulastri, D., & Lestari, Y. (2015). Artikel Penelitian Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Raffalovich, L.E., Monnat, S.M., & Tsao, H. (2009). Family Incaome at the Bottom and at
Rahmawati, 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu
KesMasdaSka.
RIKESDAS. 2013. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas Tahun 2013).
Riskesdas 2018. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan
Suharjo, 2017. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
55
Supariasa. 2001. “Penilaian Status Gizi”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Soekirman, 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
Suhardjo. 2002. Pemberian makanan pada bayi dan anak. Yogyakarta. Kanisius
Suhardjo, Hardinsyah, Riyadi H. 2009. Survey Konsumsi Pangan. Bogor : Pusat Antar
Sukmawandari, 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita 1-5 tahun
Sugito, M Wati. (2016). Hubungan ASI Eksklusif dengan kejadian Underweight di Jawa
Sholika A, Rustiana ER, Yuniastuti A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Shiombing, E. 2017. Pola Pengasuhan dan Status Gizi Balita Ditinjau Dari Karakteristik
Setyawaty, V., & Hartini, E. (2018). Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat.
Yogyakarta : Deepublish.
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
UNICEF. (2013). Ringkasan Kajian Gizi. Jakarta : Pusat Promosi Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI.
UNICEF. (2018). UNICEF Data : Monitoring the situation of Children and women.
Malnutrion, 1.
56
Wibowo A. 2015. Kesehatan Masyarakat Di Indonesia. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Wirjatmadi, Adriani. 2016. Peranan Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Prenadamedia Group.
Jakarta
World Health Organization. (2018). Levels and Trends in Child Malnutririon. WHO :
WWW.Who.int.
57