BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Nyeri
Nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif. Keluhan
sensorik dinyatakan seperti pegal, linu, ngilu, keju, kemeng, cangkeul, dan
seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri.
Walaupun rasa nyeri hanya salah satu rasa protopatik (primer), namun
pada hakekatnya apa yang tersirat dalam rasa nyeri itu adalah ras majemuk
yang diwarnai oleh nyeri, panas/dingin, dan rasa tekan. Pada peninjauan
selanjutnya nyeri hatus dimengerti sebagai pengertian yang mewakili rasa
majemuk, yaitu kombinasi segala komponen rasa protopatik (primer).
Meskipun penting artinya bagi setiap perawat untuk mempercayai
klien yang melaporkan nyeri, yang juga sama penting nya untuk waspada
terhadap klien yang mengabaikan nyeri saat nyeri terjadi. Seorang perawat
yang menduga nyeri pada klien yang menyangkal nyeri harrus menggali
bersama klien penalaran terhadap dugaan nyeri, seperti kenyataan bahwa
gangguan atau prosedur biasanya menimbulkan nyeri, atau bahwa klien
meringis saat bergerak atau menghindari gerakan. Menggali kemungkinan
alasan mengapa klien mengabaikan rasa nyeri adalah juga sangat membantu.
Banyak orang menyangkal nyeri yang dialaminya karena mereka takut dengan
pengobatan/tindakan yang mungkin terjadi jika mereka mengeluh nyeri atau
takut menjadi ketergantungan opioid (narkotik) jika obat-obat ini diberikan
untuk meredakan nyerinya.
Nyeri merupakan mekanisme fisiologi yang bertujuan untuk
melindungi diri. Apabila seseorang mengalami nyeri, maka perilaku nya aka
berubah. Misalnya seseorang yang kaki nyar terkilir menghindari aktivitas
mengangkat barang yang memeberi beban penuh pada kakinya untuk
mencegah cedera lebih lanjut. Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa
terjadinya kerusakan jaringan, yang harus menjadi timbangan utama
keperawatan dalam mengkajinya.
B.Fisiologi Nyeri
Terlepas dari sifat subjektifnya, sebagian besar rasa sakit dengan
kerusakan jaringan dan memiliki dasar fisiologis. Namun, tidak semua jaringan
sensitif terhadap jenis cedera yang sama. Misalnya, meskipun kulit sensitif
terhadap rasa terbakar dan terpotong, organ viseral dapat dipotong tanpa
menimbulkan rasa sakit. Distensi berlebihan atau kimiawi pada permukaan
viseral, bagaimanapun, akan menyebabkan nyeri. beberapa jaringan tidak
menimbulkan rasa sakit, tidak peduli bagaimana mereka dirangsang; hati dan
alveolus paru -paru tidak peka terhadap hampir setiap rangsangan. Dengan
demikian, jaringan hanya merespons spesifik yang mungkin mereka hadapi dan
umumnya tidak menerima semua jenis kerusakan.
Rasa sakit reseptor, terletak di kulit dan jaringan lain, adalah serabut
saraf dengan ujung yang dapat dirangsang oleh tiga jenis:rangsangan —
mekanis, termal, dan kimia; beberapa ujung merespon terutama satu jenis
objek, sedangkan ujung lainnya dapat mendeteksi semua. Zat kimia yang
diproduksi oleh tubuh yang membangkitkan reseptor rasa antara lain
bradikinin, serotonin , dan histamin .Prostaglandin adalah asam lemak yang
membuat saat peradangan terjadi dan dapat meningkatkan nyeri dengan
membuat saraf sensasi sensitif; peningkatan sensitivitas disebut hiperalgesia.
Pengalaman dual-fase nyeri akut dimediasi oleh dua jenis
primer :Serabut saraf aferen yang menghantarkan impuls listrik dari jaringan ke
sumsum tulang belakang melalui traktus saraf asendens. ituSerabut delta adalah
yang paling besar dan paling cepat menghantarkan kedua jenis ini, karena
lapisan mielinnya yang tipis , dan oleh karena itu, serabut ini berhubungan
dengan nyeri tajam dan terlokalisasi yang pertama kali terjadi. Sebuah serat
delta diaktifkan oleh rangsangan mekanik dan termal. Lebih kecil, tidak
bermielinSerabut C berespons terhadap rangsangan kimia, mekanik, dan termal
dan berhubungan dengan nyeri yang menetap dan tidak terlokalisasi yang
mengikuti sensasi nyeri pertama yang cepat
Impuls nyeri memasuki sumsum tulang belakang, di mana mereka
bersinaps terutama dineuron tanduk dorsal di zona marginal dansubstansia
gelatinosa dari materi abu-abu sumsum tulang belakang. Area itu bertanggung
jawab untuk mengatur dan memodulasi impuls yang masuk. Dua jalur yang
berbeda,spinotalamikus dan spinoreticular, mengirimkan impuls ke batang otak
dan thalamus . Input spinotalamikus diperkirakan mempengaruhi sensasi nyeri
yang disadari, dansaluran spinoreticular diperkirakan mempengaruhi aspek
gairah dan emosi.
Sinyal nyeri dapat dihambat secara selektif di medula spinalis melalui
jalur menurun, yang berasal dari otak tengah dan berakhir di kornu dorsalis.
iturespon analgesik (penghilang rasa sakit) dikendalikan oleh zat kimia saraf
yang disebutendorfin , yang merupakan peptida opioid sepertienkefalin yang
diproduksi oleh tubuh. Zat-zat tersebut menghalangi rangsangan rangsangan
dengan mengikat reseptor saraf yang mengaktifkan jalur saraf rasa sakit.
Sistem itu dapat diaktifkan oleh stres atau syok dan mungkin bertanggung
jawab atas tidak adanya rasa sakit yang terkait dengan cedera parah. Ini juga
dapat menjelaskan kemampuan yang berbeda di antara individu untuk
merasakan rasa sakit.
Asal usul sinyal rasa sakit bisa jadi tidak jelas bagi penderitanya.
Nyeri yang timbul dari jaringan dalam tetapi “terasa” di jaringan superfisial
disebutnyeri yang bermain . Meskipun mekanisme yang tepat tidak jelas,
fenomena itu mungkin hasil dari konvergensi serabut saraf dari jaringan yang
berbeda ke bagian yang sama dari sumsum tulang belakang, yang dapat
mendukung impuls saraf dari satu jalur untuk lulus ke jalur lain.Nyeri tungkai
phantom dialami oleh seorang yang diamputasi yang mengalami nyeri pada
tungkai yang hilang. Fenomena itu terjadi karena batang saraf yang
menghubungkan anggota tubuh yang sekarang tidak ada di otak masih ada dan
mampu dirangsang. Otak terus melihat gambar-gambar dari serat-serat itu
sebagai datang dari apa yang telah dipelajari sebelumnya adalah anggota
badan.
C.Macam – Macam Reseptor Nyeri
Reseptor yang menerima rangsangan nyeri disebut dengan nosiseptor,
ada terdapat 3 nosiseptor yang menerima asal rangsangan masing – masing,
yakni:
a. Nosiseptor Mekanik
Nosiseptor mekanik merespons kerusakan mekanis seperti
memotong, menghancurkan, atau mencubit.
b. Nosiseptor Termal
Nosiseptor termal merespon suhu ekstrim, terutama panas.
c. Nosiseptor Polimodal/Kemikal
Nosiseptor polimodal/kemikal memberikan respons yang sama
terhadap semua jenis rangsangan kerusakan , termasuk bahan
kimia bersifat mengiritasi yang dilepaskan dari jaringan yang
terluka.
Memberikan stimulus terhadap reseptor harus memiliki intensitas
yang cukup. Nosiseptor membutuhkan ambang stimulus yang tinggi sebelum
diaktifkan. Stimulus awal untuk aktivasi terjadi perubahan mekanik dari ujung
saraf. Reseptor di kulit dan jaringan lain semuanya adalah ujung saraf bebas.
Mereka tersebar luas di lapisan superfisial kulit serta di jaringa internal tertentu
seperti periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, dan falx dan tentorium di
tengkorak. Sebagian besar jaringan yang lebih dalam lainnya hanya jarang
disuplai dengan ujung saraf nyeri, namun demikian kerusakan jaringan yang
luas dapat menyebabkan rasa sakit yang kronik, menusuk, dan lambat di
sebagian besar daerah daerah tersebut. Berlawanan dengan sebagian besar
reseptor sensorik tubuh lainnya, nosiseptor beradaptasi sangat sedikit dan
terkadang tidak sama sekali. Bahkan di bawah beberapa kondisi, eksitasi
serabut nyeri menjadi progresi lebih besar, terutama untuk nyeri yang lambat
karena stimulus nyerinya terus berlanjut dan peningkatan sensitivitas reseptor
nyeri ini disebut hiperalgesia.
D. Jenis Nyeri
1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri dengan durasi sensasi nyeri pendek dan
bertahan kurang dari 3 hingga 6 bulan. Nyeri akut memiliki fungsi peringatan
pada tiap individu akan adanya penyakit maupun rangsangan yang akan
membahayakan dan mengakibatkan kerusakan jaringan. Nyeri akut memiliki
onset yang lebih cepat dibandingkan nyeri kronis.nyeri akut biasanya dapat
diobati dengan baik menggunakan obat golongan analgesik, NSAID ataupun
opioid.
Nyeri akut pada perlukaan biasanya hilang seiring sembuh nya
perlukaan. Nyeri akut meliputi nyeri nosiseptif, nyeri somatis atau viseral
pramedikasi, nyeri pra dan pasca operasi, nyeri pasca traumatis, nyeri pasca
melahirkan, sakit kepala akut,nyeri pada neuralgia terminal(Tic Doloreux),
nyeri intervensional ( akibat prosedurdiagnostik dan terapetik), pankreatitis dan
nyeri kolik lainnya.
2. Nyeri Kronis
Nyeri kronis bertahan lebih lama hingga tenggang waktu lebih dari
6 bulan berkisar antara intensitas ringan hingga berat.nyeri ini muncul karena
adanya kerusakan atau perubahan patofisiologi pada sistem saraf, baik sentral
maupun perifer. Nyeri kronis yang berkepanjangan dapat menimbulkan
berbagai perubahan yang signifikan dalam hal perilaku, kemampuan dan gaya
hidup. Nyeri kronis yang diasosiasikan dengan keganasan meliputi nyeri akibat
kanker, AIDS, multipel sklerosis, anemia sel sabit, sklerosis, obstruksi paru
yang parah, gagal jantung yang parah dan Parkinson. Nyeri kronis yang tidak
terkait dengan keganasan dapat disebabkan oleh penyakit yang diketahui
maupun tidak diketahui. Nyeri tipe ini meliputi nyeri yang diasosiasikan
dengan berbagai kelainan neuropati akibat penekanan pada saraf. Nyeri kronis
yang disebabkan inflamasi dapat berlanjut menjadi nyeri neuropati karna
adanya lesi pada saraf perifer maupun saraf pusat yang disebabkan oleh
sensitasi teru-menerus dari mediator inflamasi. Keadaan nyeri dapat bertambah
parah seiring adanya stres, emosi, dan kondisi fisik namun dapat mereda oleh
relaksasi.
E. Macam-Macam Nyeri Berdasarkan Kecepatan
a. Nyeri cepat (fast pain) ditransmisikan oleh serat A-delta. Ini terjadi sangat
cepat, biasanya dalam waktu 0,1 detik setelah stimulus diterapkan dan tidak
terasa di jaringan tubuh yang lebih dalam. Jenis rasa sakit ini juga dikenal
sebagai rasa sakit yang tajam, cepat, dan rasa sakit menusuk. Contohnya adalah
rasa sakit yang dirasakan akibat tusukan jarum atau pisau yang tersayat pada
kulit.
b. Nyeri lambat (slow pain) ditransmisikan oleh serat C. Serabut C
membutuhkan waktu sedikit lebih lama dari serabut. A-delta untuk
mentransmisikan rasa sakit dan berakhir di area yang luas dari batang otak
serta talamus. Sinyal nyeri lambat ini tidak diteruskan ke korteks
somatosensori dan sulit dilokalisasi. Contoh dari jenis ini adalah sakit gigi
F. Klasifikasi Nyeri
Nyeri diklasifikasikan berdasar beberapa hal, antara lain:
1) Berdasarkan waktu durasi nyeri:
a. Nyeri akut: nyeri yang berlangsung kurang dari 3 bulan, mendadak akibat
trauma atau inflamasi, tanda respons simpatis, penderita anxietas
sedangkan keluarga suportif.
b. Nyeri kronik: nyeri yang berlangsung lebih dari 3 bulan, hilang timbul atau
terus menerus, tanda respons parasimpatis, penderita depresi sedangkan
keluarga lelah.
2) Berdasarkan etiologi:
a. Nyeri nosiseptif: rangsang timbul oleh mediator nyeri, seperti pada
pasca trauma operasi dan luka bakar.
b. seperti pada diabetes mellitus, herpes zooster.
3) Berdasarkan intensitas nyeri:
a. Skala visual analog score: 1- 10
b. Skala wajah Wong Baker: tanpa nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang,
nyeri berat.
4) Berdasarkan lokasi:
a. Nyeri superfisial: nyeri pada kulit, subkutan, bersifat tajam, terlokasi.
b. Nyeri somatik dalam: nyeri berasal dari otot, tendo, tumpul, kurang
terlokasi.
c. Nyeri visceral: nyeri berasal dari organ internal atau organ
pembungkusnya, seperti nyeri kolik gastrointestinal dan kolik ureter.
d. Nyeri alih/referensi: masukan dari organ dalam pada tingkat spinal
disalahartikan oleh penderita sebagai masukan dari daerah kulit pada
segmen spinal yang sama.
e. Nyeri proyeksi: misalnya pada herpes zooster, kerusakan saraf
menyebabkan nyeri yang dialihkan ke sepanjang bagian tubuh yang
diinervasi oleh saraf yang rusak tersebut sesuai dermatom tubuh.
f. Nyeri phantom: persepsi nyeri dihubungkan dengan bagian tubuh yang
hilang seperti pada amputasi ekstremitas.
G. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
1. Usia
Usia mempengaruhi seseorang bereaksi terhadap nyeri. Sebagai
contoh anak-anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-kata
mengalami kesulitan dalam mengungkapkan secara verbal dan
mengekspresikan rasa nyarinya, sementara lansia mungkin tidak akan
melaporkan nyerinya dengan alasan nyeri merupakan sesuatu yang harus
mereka terima (Potter & Perry, 2006).
2. Jenis kelamin
Secara umum jenis kelamin pria dan wanita tidak berbeda secara
bermakna dalam merespon nyeri. Beberapa kebudayaan mempengaruhi
jenis kelamin misalnya ada yang menganggap bahwa seorang anak laki-laki
harus 22 berani dan tidak boleh menangis sedangkan seorang anak
perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama (Rahadhanie dalam
Andari, 2015)
3. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengruhi individu mengatasi
nyeri. Individu mempelajari apa yang ajarkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka (Rahadhanie dalam Andari, 2015).
4. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan
dengan nyeri yang meningkat. Sedangkan upaya pengalihan (distraksi)
dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Konsep ini merupakan
salah satu konsep yang perawat terapkan di berbagai terapi untuk
menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing (guided
imaginary) dan mesase, dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi
klien pada stimulus yang lain, misalnya pengalihan pada distraksi
(Fatmawati, 2011).
5. Ansietas
Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri. Namun nyeri juga
dapat menimbulkan ansietas. Stimulus nyeri mengaktifkan bagian system
limbik yang diyakini mengendalikan emosi seseorang khususnya ansietas
(Wijarnoko, 2012).
6. Kelemahan
Kelemahan atau keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa
kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan
kemampuan koping (Fatmawati, 2011).
7. Pengalaman sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Apabila individu sejak
lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh
maka ansietas atau rasa takut dapat muncul. Sebaliknya jika individu
mengalami jenis nyeri yang sama berulang-ulang tetapi nyeri tersebut
dengan berhasil dihilangkan akan lebih mudah individu tersebut
menginterpretasikan sensasi nyeri (Rahadhanie dalam Andari, 2015).
8. Gaya koping
Gaya koping mempengaruhi individu dalam mengatasi nyeri. Sumber
koping individu diantaranya komunikasi dengan keluarga, atau melakukan
latihan atau menyanyi (Ekowati, 2012).
9. Dukungan keluarga dan social
Kehadiran dan sikap orang-orang terdekat sangat berpengaruh untuk
dapat memberikan dukungan, bantuan, perlindungan, dan meminimalkan
ketakutan akibat nyeri yang dirasakan, contohnya dukungan keluarga
(suami) dapat menurunkan nyeri kala I, hal ini dikarenakan ibu merasa tidak
sendiri, diperhatikan dan mempunyai semangat yang tinggi (Widjanarko,
2012).
10. Makna nyeri
Individu akan berbeda-beda dalam mempersepsikan nyeri apabila
nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan hukuman dan
tantangan. Misalnya seorang wanita yang bersalin akan mempersepsikan
nyeri yang berbeda dengan wanita yang mengalami nyeri cidera kepala
akibat dipukul pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersepsikan
klien berhubungan dengan makna nyeri (Potter & Perry, 2006).
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Keamanan adalah kondisi bebas dari cedera fisik dan psikologis (Potter & Perry,
2006). Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya atau kecelakaan. Pemenuhan kebutuhan keamanan dan
keselamatan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik pada
pasien, perawat, atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan
tersebut. Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan dimana telah
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu
kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan
nyeri).
B.Saran
Perawat harus selalu bisa memberikan rasa aman dan nyaman kepada pasiennya,
perawat harus selalu ramah agar masyarakat/klien percaya kepada perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2005. Konsep dasar Keperawatan. Jakarta : EGC Potter & Perry. 2005.
Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik, Vol.1,E/4.
Jakarta : EGC Taarwoto dan Wartonah.2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
I Ketut Swarjana, S. M. (2022). KONSEP
PENGETAHUAN,SIKAP,PERILAKU,PERSEPSI,STRES,KECEMASAN,NYERI,DUKUNGA
N SOSIAL,KEPATUHAN,MOTIVASI,KEPUASAN,PANDEMI COVID-19,AKSES
LAYANAN KESEHATAN-LENGKAP DENGAN TEORI,CARA MENGUKUR
VARIABEL,DAN CONTOH KUESIONER. 15 FEBRUARI.