Makalah Retorika Dan Konsep Diri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

RETORIKA DAN KONSEP DIRI

Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah: Retorika
Dosen Pengampu: MEY NANDA SARI SIREGAR, M.Pd

DI SUSUN OLEH:
1. WINDI EFRILIYA PUTRI GINTING
2. TIA ANDINI
3. ANUGRAH RAMADHAN PASARIBU
4. MAHARANI NASUTION
5. FAJAR SIDDIQ
6. ANIS AFIZA RAMBE
7. IMELDA
8. ROSA KURNIA RAMBE
9. ROMINA H
10. RINI ANTIKA
11. FIRLY LAILA

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS F-KIP
UNIVERSITAS AL WASHLIYAH LABUHANBATU
TA. 2022
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Retorika tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Retorika merupakan
kebutuhan manusia. Aktivitas retoris, banyak ragamnya. Ada canda, obrolan, basa-basi,
tegur-sapa, khutbah, kampanye, diskusi, seminar, konferensi, dan lain-lain. Dengan
demikian pada dasarnya retorika itu menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupan masyarakat. Adapun retorika politik yang dimaksudkan dalam kajian ini
adalah retorika yang bertujuan politis, dimana politik itu sendiri adalah siapa
memperoleh apa, kapan, dan bagaimana, pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang,
kekuasaan dan pemegang kekuasaan, pengaruh, tindakan yang diarahkan untuk
mempertahankan dan atau memperluas tindakan lainnya (Nimmo, 2005).
Retorika merupakan seni berbicara dihadapan orang banyak atau juga disebut sebagai
public speaking. Secara mendalam, retorika merupakan keterampilan seseorang dalam berbicara
menyampaikan informasinya secara langsung kepada khalayak yang meliputi pilihan kata yang
efektif, kalimat demi kalimat, intonasi/penekanan suara, ekspresi wajah, bahasa tubuh, wawasan,
ingatan, kesungguhan dan totalitas. Retorika bukan hanya berarti kemampuan berbicara/pidato
yang lancar, tetapi kemampuan berbicara/pidato secara singkat, jelas, padat, persuasif dan
mengesankan. Dalam kegiatan komunikasi politik yang bersifat persuasif, retorika merupakan
modal yang sangat penting. Kegiatan komunikasi massa (kampanye, program debat televisi, rapat
umum, dll) dan kegiatan propaganda akan lebih mudah membuahkan sukses apabila disokong
dengan retorika yang handal dari seorang politisi.
Menurut Martha (2010) peranan faktor watak penutur sangat penting dalam setiap
peristiwa tutur. Karena dengan sekali saja penutur membohongi pendengarnya, maka etika dan
kejujurannya akan terbongkar. Imajinasi terhadap jiwa pendengar juga tidak bisa
diabaikan, sebab hal ini akan dapat merebut simpati pendengarnya. Peranan gaya
penampilan juga tidak bisa dikesampingkan, karena hal itu akan sangat membantu
pendengar untuk memahami suatu topik. Sedangkan kekuatan bukti-bukti dan argumen
berfungsi untuk meningkatkan daya persuasi.
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan dengan orang lain.
Manusia tidak bisa hidup sendirian. Ia harus hidup bersama dengan manusia lain, baik
demi kelangsungan hidupnya, keamanan hidupnya, maupun demi keturunannya. Semakin
besar suatu masyarakat yang berarti semakin banyak manusia yang dicakup, maka
cenderung akan semakin banyak masalah yang timbul sebagai akibat perbedaan-
perbedaan antara manusia.
Komunikasi yang biasa dilakukan oleh manusia adalah komunikasi interpersonal
atau komunikasi antar pribadi. Dalam berkomunikasi dengan individu lain, setiap
individ u memiliki kompetensi komunikasi interpersonal yang dapat mengembangkan
empati dan memahami tingkah laku orang lain serta merespon perasaan orang lain, Fisher
dan Adams (1994).
William D Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai pandangan dan perasaan
kita tentang diri kita. Persepsi ini boleh bersifat psikologis, sosial, dan fisis. Berdasarkan
definisi ini, bisa digambarkan bahwa konsep diri bisa bersifat psikologis yang dapat
dilihat dari kondisi psikologi Anda, seperti bahagia, sedih, cemas; konsep diri yang
bersifat sosial dapat dilihat dari bagaimana orang lain memandang Anda, menghargai,
menghormati; sedangkan persepsi yang bersifat fisis dapat dipahami dari konsep diri
dilihat dari kondisi fisik individu, seperti, cantik, jelek, dan lain-lain.
II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Analisis Penerapan Prinsip Retorika
2. Apa Pengaruh Konsep Diri terhadap budaya dalam komunikasi interpersonal

III. Tujuan Masalah


Tujuannnya untuk memenuhi Tugas dengan Judul Analisis Penerapan Prinsip
Retorika dan pengaruh konsep diri terhadap budaya dalam komunikasi interpersonal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip – Prinsip Retorika
Ada dua aspek yang harus diperhatikan dalam retorika ini yaitu, pertama,
pengetahuan mengenai bahasa dan penggunaan bahasa dengan baik. Kedua,
pengetahuan mengenai objek tertentu yang akan disampaikan dengan
menggunakan bahasa yang baik (Keraf, 2007).
Dalam pandangan Aristoteles, Retorika meruapakan alat persuasi yang
tersedia. Maksudnya, seorang pembicara yang tertarik untuk membujuk
khalayaknya harus mempertimbangkan tiga bukti retoris, Logika (Logos), Emosi
(Pathos), dan Etika/kredibilitas (Ethos) (Richard West dan Lynn Turner, 2008).
Ada lima tahap penyusunan pidato yang dikenal dengan lima hukum Retorika “The
Five Cannons of Rhetorica”, yaitu sebagai berikut:

Kanon Definisi Deskripsi


Inventio (Penemuan) Integrasi cara berfikir dan Menggunakan logika dan bukti di
argument di dalam pidato dalam pidato membuat sebuah
teks pidato menjadi lebih kuat dan
persuasive.
Disposito Organisasi dari pidato Mempertahankan struktur suatu
(Penyusunan/pengaturan) pidato-pengantar, batang tubuh,
kesimpulan-mendukung
kredibelitas pembicara,
menambah tingkat persuasi dan
mengurangi rasa frustrasi pada
pendengar.
Elocutio (Gaya) Penggunaan bahasa di Penggunaan gaya memastikan
dalam pidato bahwa suatu pidato dapat diingat
dan bahwa ide-ide dari pembicara
diperjelas.

Pronountiatio (Penyampaian) Presentasi dari pidato Penyampaian yang efektif


mendukung kata-kata pembicara
dan membantu mengurangi
ketegangan pembicara
Memoria (Ingatan/Memori) Penyimpanan informasi di Mengetahui apa yang akan
dalam benak pembicara dikatakan dan kapan
mengatakannya meredakan
ketegangan pembicara dan
memungkinkan pembicara
untuk
merespon hal-hal yang
tidak terduga
Tabel: Kanon-kanon Retorika Aristoteles
(Sumber: West dan Turner, 2008:11-15)

B. Jenis Retorika Politik


Jenis retorika politik persepktif Aristoteles dapat diklaisifikasikan sebagai berikut :
1. Retorika Deliberatif. Retorika Deliberatif dirancang untuk mempengaruhi orang–
orang dalam masalah kebijakan pemerintah dengan menggambarkan keuntungan
dan kerugian relatif dari cara– cara alternatif dalam melakukan segala sesuatu.
Fokusnya ialah pada apa yang akan terjadi di masa depan jika di tentukan
kebijakan tertentu. Seorang politisi dalam hal kajian ini dituntut mampu
menciptakan dan memodifikasi pengharapan atas hal-hal yang akan datang. Di
dalam seluruh tahap politik kita melihat retorika deliberatif.
2. Retorika Forensik. Retorika Forensik berfokus pada apa yang terjadi pada masa
lalu untuk menunjukkan bersalah atau tidak bersalah, pertanggungjawaban, atau
hukuman dan ganjaran. Setting–nya yang biasanya adalah ruang pengadilan,
tetapi terjadinya di tempat lain.
3. Retorika Demonstratif. Retorika Demonstratif adalah wacana yang memuji dan
menjatuhkan. retorika ini juga sering disebut dengan Retorika epideiktik.
Tujuannya adalah untuk memperkuat sifat baik dan sifat buruk seseorang, suatu
lembaga, atau gagasan. Kampanye politik penuh dengan retorika demonstratif
seperti satu pihak menantang kualifikasi pihak lain bagi jabatan di dalam
pemerintahan. Dukungan editorial oleh surat kabar, majalah, televisi, dan radio
juga mengikuti garis demonstratif, memperkuat sifat–sifat positif kandidat yang
didukung dan sifat–sifat negatif lawannya.

C. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konsep Diri dalam Komunikasi


Interpersonal

Dalam komunikasi interpersonal, konsep diri memiliki peranan yang sangat penting.
Berkaitan dengan konsep diri, maka ada 2 faktor yang mempengaruhi konsep diri, yaitu
orang lain dan kelompok rujukan.

1) Orang Lain
Dalam membentuk konsep diri kita, maka orang lain memiliki pengaruh yang sangat
dominan. Dalam hal ini, orang yang paling dekat dengan diri kita yang disebut sebagai
significant others (orang lain yang sangat penting, mereka adalah orang tua kita,
saudara- saudara kita, dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita), merupakan
orang-orang yang memiliki pengaruh yang sangat kuat dengan pembentukan konsep diri
kita.
Sebagai contoh orang tua kita, ketika kecil orang tua selalu mengajarkan kita untuk
selalu mengucapkan salam ketika masuk rumah, maka kebiasaan tersebut akan
mempengaruhi kita sampai kita dewasa. Orang-orang yang disebut dengan significant
others memiliki pengaruh yang sangat dominan dalam pembentukan konsep diri kita,
karena kita selalu berinteraksi dengan mereka sepanjang waktu, selalu bersama-sama
dan sangat dekat dengan kita. Sehingga secara tidak langsung akan memengaruhi konsep
diri kita.

2) Kelompok Rujukan (Reference Group)


Manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak terlepas dari pergaulan dengan
masyarakat, seperti RT, Persatuan Bulutangkis, Ikatan Warga, Ikatan Sarjana dan lain
lain. Setiap kelompok tersebut memiliki aturan dan norma yang berbeda, ada kelompok
yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap pembentukan
konsep diri kita, inilah yang dinamakan kelompok rujukan.

D. Pengaruh Budaya terhadap Konsep Diri dalam Komunikasi Interpersonal

Dalam melakukan komunikasi, setiap individu harus memahami karakter orang lain yang
memiliki budaya yang berbeda. Budaya mempengaruhi pembentukan konsep diri dan juga
berpengaruh terhadap individu ketika melakukan komunikasi interpersonal. Budaya merupakan
penataan alur berpikir yang membedakan suatu kelompok manusia dari kelompok lainnya (Geert
Hofstede). Dalam memandang budaya, Dr Gary (1985) membagi kebudayaan menjadi masyarakat
abstraktif dan asosiatif atau masyarakat dengan kebudayaan Barat dan Timur. Tantangan dan
kesempatan budaya tersebut muncul pada tahun 1900-an dimana banyak bermunculan budaya yang
berbeda di dunia.

Ketika melakukan komunikasi, sukses atau tidaknya komunikasi tersebut sangat bergantung
pada kualitas konsep diri yang dimiliki, positif atau negatif.

1. Konsep Diri Negatif

Orang yang memiliki konsep diri negatif, dapat diketahui dari 4 tanda yang diungkapkan
oleh William D. Brooks dan Philip Emmert

 orang yang memiliki konsep diri negatif, ia peka terhadap kritik. Orang ini sangat
tidak tahan terhadap kritik. Bagi orang ini, koreksi seringkali dipersepsi sebagai
usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam komunikasi, orang yang memiliki
konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras
mempertahankan pendapatnya dengan berbagai justifikasi atau logika yang keliru.

 orang yang memiliki konsep diri negatif, responsif sekali terhadap pujian.
Walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, ia tidak dapat
menyembunyikan antusiassmenya pada waktu menerima pujian.

 orang yang memiliki konsep diri negatif, ia selalu mengeluh, mencela, atau
meremehkan apa pun dan siapa pun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup
mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain.

2. Konsep Diri Positif

Orang-orang yang memiliki konsep diri positif ditandai dengan lima hal, yaitu:
1) Yakin akan kemampuannya mengatasi masalah;
2) Merasa setara dengan orang lain;
3) Menerima pujian tanpa rasa malu;
4) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan
perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat;
5) Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan

Aspek retorika secara umum, seperti etos, pathos dan logos dimiliki oleh semua
kandidat, sehingga penampilan ketiga pasang calon gubernur dan wakil gubernur bila
dinilai dari penggunaan prinsip- prinsip retorika aristoteles nyaris sempurna
dipraktekkannya. Seperti, Inventio (Penemuan), Disposito (penyusunan), Elocutio
(Gaya), Memoria (Memori), Pronountiatio (Penyampaian).
Orang yang memiliki konsep diri positif, akan cenderung berpikir positif dan
komunikasi interpersonal yang terjadi juga akan lancar, akan tetap sebaliknya, jika
orang tersebut memiliki konsep diri yang negatif, maka orang tersebut akan cenderung
tertutup dan menghindari percakapan dengan orang lain. Konsep diri dipengaruhi oleh
orang lain dan juga kelompok rujukan, selain itu, konsep diri juga dipengaruhi oleh
budaya dimana individu tersebut berada, hal inilah yang membedakan individu yang
satu dengan individu yang lain. Perbedaan budaya mempengaruhi konsep diri dan juga
kemampuan untuk membuka diri dalam berkomunikasi. Adanya perbedaan tersebut
akan bisa menghasilkan konflik jika kita tidak bisa memahami perbedaan tersebut. Oleh
karena itu, setiap individu harus bisa memahami budaya yang berbeda ketika melakukan
interaksi melalui komunikasi interpersonal.
II. Saran
Jika kita menjadi orang yang masuk kedalam orang berpolitik sehendaknya kita
berbicara menggunakan Aspek Rektorika yang tepat dan mempunyai konsep diri yang
positif .
Daftar Pustaka

http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/Proceedings/article/view/1185/953

http://journal.ummat.ac.id/index.php/jail/article/view/1365
Timur. Tantangan dan kesempatan budaya tersebut muncul pada tahun 1900-an dimana banyak
bermunculan budaya yang berbeda di dunia

Anda mungkin juga menyukai