Ringkasan MK Filsafat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 72

BAB I

A. DEFENISI FILSAFAT BAIK SECARA ETIMOLOGI MAUPUN

TERMINOLOGI

Pengertian filsafat secara bahasa (etimologi). Filsafat berasal dari beberapa

bahasa, yaitu bahasa Inggris dan Yunani. Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu

philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani, filsafat merupakan gabungan dua kata,

yaitu philein yang berarti cinta atau philos yang berarti mencintai, menghormati,

menikmati, dan sophia atau sofein yang artinya kehikmatan, kebenaran, kebaikan,

kebijaksanaan, atau kejernihan. Secara etimologi, berfilsafat atau filsafat berarti

mencintai, menikmati kebijaksanaan atau kebenaran. ( Sutardjo: 2007,10) Langeveld,

dalam bukunya “pengantar pada pemikiran filsafat” (1959) menyatakan, bahwa

filsafat adalah suatu perbincangan mengenai  segala hal, sarwa sekalian alam secara

sistematis sampai ke akar-akarnya. Apabila dirumuskan kembali, filsafat adalah suatu

wacana, atau perbincangan mengenai segala hal secara sistematis sampai konsekwensi

terakhir dengan tujuan menemukan hakekatnya.

Menurut para ahli

1. Harold H. Titus (1979 )

 Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan

alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses

kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi

 Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan

 Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan

pengertian ( konsep )

 Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang

dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.


2. Plato

Menyatakan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai

kebenaran yang murni (asli)

3. Aristetoles

Mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran,

seperti ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika etika, ekonomi, politik, dan

estetika.

4. Descartes

Mendefinisikan filsafat sebagai kumpulan segala ilmu pengetahuan termasuk

didalamnya Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan

5. Al-Farabi (wafat 950 M)

Filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu Sina, mengatakan filsafat adalah ilmu

pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki halikat yang

sebenarnya

6. Immanuel Kant

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari segala

pengetahuan yang didalamnya mencakup empat persoalan, yaitu apa yang

dapat diketahui (metafisika), apa yang seharusnya diketahui ( etika), sampai

dimana harapan kita (agama), dan apa yang dinamakan dengan manusia

(antropologi).

7. Hasbullah Bakri

Merumuskan filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan

mendalam mengenai ketuhanan, alam, semesta alam, dan manusia sehingga

dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hekekat ilmu filsafat


dapat dicapai oleh akal manusia dan bagaimana seharusnya sikap manusia

setelah mencapai pengetahuan itu.

8. Kattsof

Filsafat adalah hasil pemikiran manusia alam bentuk analisa dan abstraksi

dengan kritis, rasional, komprehensif , mendalam/mendasar dan menyuluh

yang di sampaikan dalaam bentuk yang sistematis

9. Cicero ( (106 – 43 SM ) :

Filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia

juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan )

Johann Gotlich Fickte (1762-1814 )

Filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum,

yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis

kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu

mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.

1) Paul Nartorp (1854 – 1924 )

Filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan

pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang

memikul sekaliannya .

2) Notonegoro

Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya

yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.

3) Driyakarya

4) Filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-

sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang

sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.


A. RUANG LINGKUP FILSAFAT

Adapun ruang lingkup filsafat adalah segala sesuatu lapangan pikiran manusia yang

amat luat. Segala sesuatu yang mungkin ada dan benar, benar ada (nyata), baik

material konkrit maupuan nonmaterial abstrak (tidak terlihat). Filsafat sebagai induk

ilmu-ilmu lainnya pengaruhnya masih terasa. Setelah filsafat ditingkalkan oleh ilmu-

ilmu lainnya, ternyata filsafat tidak mati tetapi hidup dengan corak tersendiri yakni

sebagai ilmu yang memecahkan masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu

khusus. Akan tetapi jelaslah bahwa filsafat tidak termasuk ruangan ilmu pengetahuan

yang khusus. Jadi obyek filsafat itu tidak terbatas.

Objek pemikiran filsafat yaitu dalam ruang lingkup yang menjangkau permasalhan

kehidupan mausia, alam semesta dan alam sekitarnya adalah juga objek pemikiran

filsafat pendidikan. . Filsafat boleh dikatakan suatu ilmu pengetahuan, tetapi

obyeknya tidak terbatas, jadi mengatasi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya merupakan

bentuk ilmu pengetahuan yang tersendiri, tingkatan pengetahuan tersendiri. Filsafat

itu erat hubungannya dengan pengetahuan biasa, tetapi mengatasinya karena

dilakukan dengan cara ilmiah dan mempertanggungjawabkan jawaban-jawaban yang

diberikannya

Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang

penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.

1. Ontologi Ilmu

Meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren

dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan

bagaimana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah

menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai

nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat


bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada

sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.

2. Epistemologi Ilmu

Meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai

pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan

sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih.

Akal (Verstand),akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan

pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga

dikenal adanya model-model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme,

kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologi dengan berbagai

variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu model

epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori ko-

herensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.

3. Aksiologi

Meliputi nilal-nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap

kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang

menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun

fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai

suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam

melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.

Dalam perkembangannya Filsafat llmu juga mengarahkan pandangannya pada

Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal

pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan

ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan.

B. LATAR BELAKANG TIMBULNYA FILSAFAT


Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kirakira abad ke-7

SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan

keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan

diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di

daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir.

Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta

pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.

Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta,

sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja

ialah: Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan

Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat

tidak lain hanyalah “komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan

pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.

Filsafat dibagi menjadi 4 babakan yakni Filsafat klasik, filsafat abad

pertengahan filsafat modern dan filsafat kontemporer. Filsafat klasik di dominasi oleh

rasionalisme, filsafat abad pertengahan didominasi dengan doktrin-doktrin agama

Kristen selanjutnya filsafat modern didominasi oleh rasionalisme sedangkan filsafat

kontemporer didominasi oleh kritik terhadap filsafat modern.

Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu

pengetahuan serta semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan

oleh pemikiran keagamaan, peran mitologi yang sebelumnya mengikat segala aspek

pemikiran kemudian secara perlahan-lahan digantikan oleh logos (rasio/ ilmu).

Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan

cara yang lain yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara
ilmiah. Dalam mencari keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri dari

hal-hal mistis yang secara turun-temurun diwariskan oleh tradisi. Dan selanjutnya

mereka mulai berpikir sendiri. Di balik aneka kejadian yang diamati secara umum,

mereka mulai mencari suatu keterangan yang memungkinkan mereka mampu

mengerti kejadian-kejadian itu. Dalam artian inilah, mulai ada kesadaran untuk

mendekati problem dan kejadian alam semesta secara logis dan rasional.

Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi

pertanyaan-pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam semesta.

Semangat inilah yang memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani. Filsafat dan

ilmu menjadi satu.


BAB II

A. FILSAFAT SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN

Aristoteles ( (384 – 322 SM) menerangkan bahwa kewajiban filsafat adalah

menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu

umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat

dengan ilmu.

Johann Gotlich Fickte (1762-1814) menjelaskan filsafat sebagai

Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala

ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat

memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh

kenyataan.

Filsafat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan karena filsafat merupakan induk

dari semua ilmu pengetahuan dan mempunyai peranan yang mendasar dalam sebuah

pendidikan. Keberadaan filsafat yang berasal dari pemikiran seseorang yang dapat

mempengaruhi aspek hidup manusia secara tidak perseorangan diakui keberadaannya,

dikarenakan sifatnya yang sangat rasional dan merupakan buah pemikiran yang

berdasarkan empiris yang dilakukan oleh para filosof sehingga menghasilkan suatu

kebenaran yang dapat diimplementasikan dalam kehidupan yang nyata.

Sasaran filsafat berbeda dengan sasaran ilmu pengetahuan. Kedua hal tersebut

penting karena setiap ilmu membutuhkan filsafatnya. Ada ilmu hukum ada pula

filsafat hukum, ada ilmu pendidikan ada pula filsafat pendidikan. Pengetahuan

dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai

dari keduanya. Berfilsafat adalah dorongan untuk mengetahui apa yang diketahui dan

apa yang belum diketahui.


Tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin

dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Filsafat

memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandang

yang menjadi dasar suatu tindakan. Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam

bertolak belakang dari pengembangan filsafat. Awal mula filsafat terdiri dari tiga segi,

yaitu apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika); Mana yang

dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika); Apa yang termasuk indah dan

apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang utama itu berkembang menjadi

cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-

cabang filsafat tersebut antara lain mencakup epistemologi (Filsafat Pengetahuan),

etika (Filsafat Moral) estetika (Filsafat Seni), metafisika, politik (Filsafat

Pemerintahan), filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat hukum,

filsafat sejarah dan filsafat matematika

Ilmu tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari

konsep-konsep dan norma-norma filsafat, namun demikian ketika ilmu tersebut

mengalami pertentangan-pertentangan maka akan kembali kepada filsafat sebagai

induk dari ilmu tersebut. Filsafat sering disebut para ahli sebagai induk dari semua

ilmu pengetahuan dikarenakan ilmu-ilmu tersebut selalu berkaitan dengan filsafat

sebagai sumber acuan.

Filsafat adalah ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang ada di alam

semesta dan merupakan induk dari ilmu pengetahuan, serta membahas 3 hal penting

yaitu Tuhan (Teologi), Manusia (Humanologi) dan Alam (Kosmologi).

Ciri ilmu filsafat yang membedakan dengan ilmu lain adalah filsafat

membahas ilmu secara sinopsis (menyeluruh), filsafat itu mendasar (radikal) atau

membahas tuntas dari awal, filsafat selalu menanyakan sesuatu dibalik persoalan yang
dihadapi dan dipelajari oleh ilmu (spekulatif) tersebut, menetapkan dan

mengendalikan pada pikiran rasional dan berusaha mencari kebenaran. Beberapa

aliran filsafat yang merupakan pemikiran-pemikiran para pilosof dan berkembang

dalam masyarakat dan mempraktekkannya, seperti Empirisme yaitu menekankan pada

pengalaman dan penghayatannya terhadap duniadan kehidupan. Rasionalisme yaitu

pemikiran dan pertimbangan terhadap akal sehat. Idealisme yaitu pemikiran yang

berdasarka ide, materi, dan perkembangan pada pemikiran jiwa dan raga.

B. POSISI FILSAFAT SEBAGAI PANDANGAN HIDUP

Diartikan sebagai pandangan hidup karena filsafat pada hakikatnya bersumber

pada hakikat kodrat pribadi manusia (sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan

makhluk Tuhan). Hal ini berarti bahwa filsafat mendasarkan pada penjelmaan

manusia secara total dan sentral sesuai dengan hakikat manusia sebagai makhluk

monodualisme (manusia secara kodrat terdiri dari jiwa dan raga). Manusai secara total

(menyeluruh) dan sentral didalamnya memuat sekaligus sebagai sumber penjelmaan

bermacam-macam filsafat.

Filsafat sebagai pandangan hidup (Weltsanchaung) merupakan suatu

pandangan hidup yang dijadikan dasar setiap tindakan dan tingkah laku dalam

kehidupan sehari-hari, juga dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan

yang dihadapi dalam kehidupan. Pandangan hidupnya itu akan tercermin didalam

sikap hidup dan cara hidup. Sikap dan cara hidup tersebut dapat muncul apabila

manusia memikirkan dirinya sendiri secara total.

Filsafat sendiri artinya adalah sebab-akibat, yang dimana jika kita sebelum

melakukan sesuatu harus berpikir terlebih dahulu. Filsafat sebenarnya sangat

berpengaruh dalam kehidupan terutama dalam bertindak. Sedangkan filsafat hidup

artinya adalah bagaimana kita mengartikan apa itu hidup sesungguhnya? Apakah kita
akan hidup dalam kehidupan atau hidup dalam kematian? Itu sebuah pilihan. Jika kita

berbicara mengenai filsafat hidup maka lakukanlah sesuai apa yang benar dan apa

yang salah. Karena semua yang kita lakukan belum tentu benar dan belum tentu salah

sedangkan output yang akan terjadi bisa berupa baik dan bisa berupa buruk tergantung

pada pilihan apa yang kita ambil. Mengambil sebuah kesimpulan baik menurut kita

belum tentu baik bagi orang lain, begitu juga sebaliknya. Pandangan hidup dan

Filsafat hidup hampir beriringan hanya saja .

Pandangan Hidup itu lebih kepada retorika dalam berbicara dan menyikapi

sifat dan sikap setiap makhluk di Dunia. Kalau anda mengetahui Socrates, dia

merupakan filsuf yang berpengaruh di Dunia. Dalam kata katanya adalah "Orang

yang bijak adalah yang mengetahui bahwa dia tidak tahu" artinya dalam filsafat hidup

disini jika kita tidak mengetahui jangan hanya berdiam diri, kita mengetahui

sebaiknya kita langsung mencari.

C. HUBUNGAN FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN, MEMBEDAKAN ANTARA FILSAFAT DAN

ILMU AGAMA

Sebagaimana pendapat umum, bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang

kebijaksanaan dan prinsip-prinsip mencari kebenaran. Berfilsafat berarti berpikir

rasional-logis, mendalam dan bebas (tidak terikat dengan tradisi, dogma agama)

untuk memperoleh kebenaran. Kata ini berasal dari Yunani, Philos yang berarti

cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom).Filsafat sebagaimana

pengertiannya semula termasuk bagian dari pengetahuan, sebab pada

permulaannya (baca: zaman Yunani Kuno) filsafat identik dengan pengetahuan

(baik teoretik maupun praktik). Akan tetapi lama kelamaan ilmu-ilmu khusus

menemukan kekhasannya sendiri untuk kemudian memisahkan diri dari filsafat.

Gerak spesialisasi ilmu-ilmu itu semakin cepat pada zaman modern, pertama
ilmu-ilmu eksakta, lalu diikuti oleh ilmu-ilmu sosial seperti: ekonomi, sosiologi,

sejarah, psikologi dan seterusnya. (Lihat Franz Magnis Suseno, 1991:18 dan Van

Peursen, 1989 : 1). Secara garis besar, Jujun S. Suriasumanteri (dalam A.M.

Saifuddin et.al, 1991:14) menggolongkan pengetahuan menjadi tiga kategori

umum, yakni:

1) Pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk (yang disebut juga

dengan etika/agama);

2) Pengetahuan tentang indah dan yang tidakindah (yang disebut dengan

estetika/seni) dan

3) Pengetahuan tentang yang benar dan yang salah (yang disebut dengan

logika/ilmu). Ilmu merupakan suatu pengetahuan yang mencoba

menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tak lagi

merupakan misteri. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap

apa yang kita ketahui tentang objek tertentu, termasuk di dalamnya

adalah ilmu. Dengan demikian ilmu merupakan bagian dari

pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai

pengetahuan lainnya, seperti seni dan agama. Objek kajian filsafat

meliputi objek material dan objek formal, fisik dan metafisik, termasuk

Tuhan, alam dan manusia, sedangkan objek formalnya adalah hakikat

dari segala sesuatu yang ada (yang wujud), baik yang fisik maupun

yang metafisik.   Ilmu (Ilmu Pengetahuan) Berbeda dengan filsafat,

ilmu berusaha memahami alam sebagaimana adanya, dan hasil

kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan

mengendalikan gejala-gejala alam. Pengetahuan keilmuan merupakan

sari penjelasan mengenai alam yang bersifat subjektif dan berusaha


memberikan makna sepenuhnya mengenai objek yang diungkapkannya

(Dep. P & K, tt.: 21 dan lihat Cony et al. 1988 : 45). Berbeda dengan

filsafat, ilmu hanya membatasi diri pada objeknya yang empiris dan

terukur dari manusia dan alam nyata (fisik). Ilmu mencoba

mengembangkan sebuah model yang sederhana mengenai dunia

empiris dengan mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variabel

yang terikat dalam sebuah hubungan yang bersifat rasional. Ilmu

mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam yang bersifat umum

dan impersonal (lihat juga Jujun, 1990: 106-107).   Secara ontologis

ilmu membatasi diri pada pengkajian objek yang berada dalam lingkup

pengalaman manusia, sedangkan agama memasuki pula daerah jelajah

yang bersifat transendental yang berada di luar pengalaman manusia

itu (Jujun, 1990:104-105). Sedangkan sisi lain dari pengetahuan

mencoba mendeskripsikan sebuah gejala dengan sepenuh maknanya.  

Filsafat Ilmu Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri

mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh

pengetahuan tersebut (Beerling, et al., 1988:1-4). Filsafat ilmu erat

kaitannya dengan epistemologi, yang secara umum menyelidiki syarat-

syarat serta bentuk-bentuk  pengalaman manusia, juga mengenai logika

dan metodologi.

Filsafat ilmu sebagai kelanjutan dari perkembangan filsafat

pengetahuan, adalah juga merupakan cabang filasafat. Ilmu yang objek

sasarannya adalah ilmu, atau secara populer disebut dengan ilmu

tentang ilmu (Koento Wibisono,1988 : 7). Karena pengetahuan ilmiah

merupakan a higher level of knowledge dalam perangkat kita sehari-


hari, maka filsafat ilmu tidak dapat dipishkan dari filsafat pengetahuan.

Objek bagi kedua cabang ilmu itu seringkali tumpang tindih (Koento

Wibisono,1988 : 7)

Agama merupakan sistem kepercayaan terhadap sesuatu yang

dianggap memiliki kekuatan supra natural (Tuhan). Agama merupakan

sistem peribadatan dan penyembahan (worship) terhadap Yang Mutlak

dan sistem peraturan (norma) yang mengatur hubungan antarmanusia,

manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhan. Dengan demikian,

unsur-unsur agama meliputi:  kepercayaan (kredo), peribadatan (ritus)

dan norma. Agama merupakan sumber pengetahuan tentang moral,

penilaian mengenai yang baik dan yang buruk. Agama memberikan

petunjuk tentang tujuan yang harus dicapai oleh manusia.  

Antara filsafat dan ilmu memiliki tujuan yang sama, yaitu

mencari kebenaran. Dari aspek sumber, filsafat dan ilmu memiliki

sumber yang sama, yaitu akal atau rasio. Karena akal manusia terbatas,

yang tak mampu menjelajah wilayah yang metafisik, maka kebenaran

filsafat dan ilmu dianggap relatif, nisbi. Sementara agama bersumber

dari wahyu, yang kebenarannya dianggap absolut, mutlak·. Dari aspek

objek, filsafat memiliki objek kajian yang lebih luas dari ilmu. Jika

ilmu hanya menjangkau wilayah fisik (alam dan manusia), maka

filsafat menjangkau wilayah bail fisik maupun yang metafisik (Tuhan,

alam dan manusia). Tetapi jangkauan wilayah metafisik filsafat (sesuai

wataknya yang rasional-spikulatif)  membuatnya tidak bisa disebut

absolut kebenarannya. Sementara agama (baca: agama wahyu) dengan

ajaran-ajarannya yang terkandung dalam kitab suci Tuhan,  diyakini


sebagai memiliki kebenaran mutlak. Agama dimulai dari percaya

(iman), sementara filsafat dan ilmu dimulai dari keraguan. Ilmu,

filsafat dan agama memiliki keterkaitan dan saling menunjang bagi

manusia. Keterkaitan itu terletak pada tiga potensi utama yang

diberikan oleh Tuhan kepada manusia, yaitu akal, budi dan rasa serta

keyakinan. Melalui ketiga potensi tersebut manusia akan memperoleh

kebahagiaan yang sebenarnya. Dalam konteks studi agama, manusia

perlu menggunakan pendekatan secara utuh dan komperehensif. Ada

dua pendekatan dalam studi agama secara komperehensif tersebut,

yaitu:

1) Pendekatan rasional-spikulatif. Pendekatan ini adalah

pendekata filsafat (philosophical approach), misalnya

pendekatan studi agama terhadap teks-teks yang terkait

dengan masalah eskatologis-metafisik, epistemologi,

etika dan estetika; kedua, pendekatan rasional-empirik.

2) Pendekatan ini adalah pendekatan ilmu (scientific

approach), misalnya pendekatan studi agama terhadap

teks-teks yang terkait dengan sunnatullah (ayat-ayat

kauniyah), teks-teks hukum yang bersifat perintah dan

larangan dan sejarah masa lampau umat manusia.

Agama memerintahkan manusia untuk mempelajari

alam, menggali hukum-hukumnya agar manusia hidup

secara alamiah sesuai dengan tujuan dan asas moral 

yang diridhai  Tuhan. Ilmu sebagai alat harus diarahkan

oleh agama, supaya memperoleh kebaikan dan


kebahagiaan, sebaliknya ilmu tanpa agama, maka akan

membawa bencana dan kesengsaraan. Maka benar kata

Einstein, science without religion is blind, religion

without science is lame. Secara rinci Franz Magnis

Suseso (1991:20) menjelaskan, bahwa filsafat

membantu agama dalam empat hal: pertama, filsafat

dapat menginterpretasikan teks-teks sucinya secara

objektif;  kedua, filsafat membantu memberikan

metode-metode pemikiran bagi teologi; ketiga, filsafat

membantu agama dalam menghadapi problema dan

tantangan zaman, misalnya soal hubungan IPTEK

dengan agama; keempat, filsafat membantu agama

dalam menghadapi tantangan ideologi-ideologi baru.  


BAB III

A. MENGIDENTIFIKASI CIRI-CIRI FILSAFAT

Ciri-ciri filsafat adalah sebagai berikut:

1. Filsafat sebagain ilmu, yaitu  bahwa filsafat berusaha untuk mencari tentang hakikat

atau inti dari suatu hal. Hakikatnya ini sifatnya sangat dalam dan hanya dapat

dimengerti oleh akal. Untuk mencari pengetahuan hakikat, haruslah dilkukan dengan

abstraksi, yaitu semua perbuatan akal untuk menghilangkan keadaan, sifat-sifat yang

secara kebetulan, sehinggan akhirnya muncul substansi  sifat mutlak)

2. Filsafat sebagai cara berpikir, yaitu cara berpikir yang sangat mendalam (radikal)

sehingga akan sampai pada hakikat sesuatu. Pemikiran yang dilakukan dengan

melihatdari berbagai sudut pandang pemikiran atau dari sudut pandang ilmu

pengetahuan.

3. Filsafat sebagai pandangan hidup, yaitu bahwa filsafat pada hakikatnya bersumber

pada hakikat kodrat diri manusia, yang berperan sebagai mahluk individu, mahluk

sosial dan mahluk Tuhan. Filsafat sebagai pandangan hidup dapat dijadikan dasar

setiap tindakan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari, juga dipergunakan

untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Sikap dan

cara hidup  tersebut akan muncul apabila manusia sanggup memikirkan dirinya

sendiri secara utuh, total dan menyeluruh. Pengkajian manusia secara total dan

menyeluruh ini telah melahirkan bermacam-macam filsafat yang dapat dijadikan

pandangan hidup manusia itu sendiri.

Macam-macam filsafat antara lain:

1. Filsafat sosial, yang mengkaji manusia dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial

2. Filsafat biologi, yang menelitimanusia dengan unsur raganya

3. Filsafat antropologi, meneliti manusia dengan unsur kesatuan jiwa dan raganya
4. Filsafat etika, meneliti manusia dengan unsur kehendaknya untuk berbuat baik dan

buruk

5. Filsafat estetika, yang mengkaji manusia dari unsur raganya

6. Filsafat agana, mengkaji manusia dengan unsur kepercayaannya terhadap suprnatural,

dan lain-lain.

Menurut Wirodiningrat (1981), filsafat mempunyai karakteristik sendiri, yaitu

menyeluruh, mendasar dan spekulatif. Menyeluruh , artinya bahwa filsafat mencakup tentang

pemikiran dan pengkajian yang luas, sebgaimana objek filsafat yang dikemukakan di atas,

tidak membatasi diri dan bukan hanya ditinjau dari sudut pandang tertentu. Kajian filsafat

dapat dipakai untuk mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain,

hubungan ilmu dengan moral, seni dan tujuan hidup. Sedangkan mendasar artinya bahwa

filsafat adalah suatu kajian yang mendalam, mendetail, yang sampai kepada hasil yang

fundamental atau esensial, sehingga dapat dijadikan dasar berpijak bagi segnap nilai dan

keilmuan. Adapun filsafat memiliki ciri spekulatif, karena hasil pemikiran filsafat yang

diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu ditujukan

sebagai dasar untuk menghasilkan pengetahuan yang baru.

B. MENGIDENTIFIKASI FILSAFAT INDIA

Salah satu bagian yang menarik perhatian dalam sejarah India adalah mengenai

FILSAFAT India. Pembahasan sejarah India akan selalu berkaitan juga dengan

filsafat, sebab selain menjadi bagian integral dalam sejarah juga merupakan kesatuan

perkembangan agama di India. Sejarah filsafat India seperti halnya di Tiongkok dan

Yunani, yaitu tumbuh dari perkembangan agama. Perbedaannya dengan di Tiongkok

dan Yunani adalah bahwa di India filsafat itu tidak dapat berkembang sendiri lepas

dari agama, serta menjadi suatu kekuatan rohani yang beridir sendiri. Filsafat di India
senantiasa bersifat religius. Tujuan terakhir filsafat India adlah keselamatan manusia

di dalam kehidupan sesudah kehidupan di dunia (kehidupan di akhirat).

Pertumbuhan filsafat agama itu dalam waktu yang sangat lama, dan melalui proses

yang sangat perlahan. Jika pada jaman Upanisad dipandang sebagai saat kelahiran bayi

filsafat India, maka bayi itu sudah ada dalam kandungan ibu “agama Hindu” selama kira-

kira sebelas abad. Selama masa tersebut “embrio filsafat India” berkembang, sehingga

dapat lahir sebagai filsafat India, sekalipun sesudah kelahirannya itu tidak pernah

melepaskan diri dari pelukan ibunya, yakni agama Hindu. Jadi sejarah filsafat India dapat

dibatasi oleh dua pembatasan, yaitu kira-kira 1500 SM hingga 1000 SM. Periode yang

panjang tersebut oleh Radhakrishnan dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu Jaman

Weda, Jaman Wiracarita, Jaman Sutra-Sutra, Jaman Scholastik.

Jaman Weda (1500 SM – 600 SM), meliputi jaman kedatangan bangsa Arya dan

penyebarannya di India, serta penyebaran kebudayaan dan peradaban Arya. Asas-asas

pemikiran filsafat sudah terdapat dalam kesusasteraan yang terkuno, yang disebut

mantera atau pujian-pujian atau nyanyian-nyanyian keagamaan. Selanjutnya terdapat

pada kesusasteraan Brahmana dan Upanisad. Akan tetapi jaman ini belum dapat

disebutkan sebagai jaman filsafat dalam arti yang teknis, meskipun sudah dimulai

idealisme India yang sangat tinggi.

Jaman Wiracarita (600 SM – 200 SM), meliputi perkembangan antara kesusasteraan

Upanisad yang tertua dan sistem-sistem filsafat (darsana). Kitab Ramayana dan Kitab

Mahabarata menjadi alat untuk menyebarkan cita-cita baru, yaitu mengenai sifat dan ciri-

ciri kepahlawanan dan kedewataan dalam hubungan insani atau kemanusiaan. Sistem-

sistem dari agama Budha, Jainisme, agama Siwa, agama Wisnu termasuk juga dalam

periode ini. Pada jaman ini juga sudah dimulai timbulnya sutra-sutra.
Jaman Sutra-Sutra (200 M – dan seterusnya). Pada jaman ini bahan-bahan pemikiran

menjadi sangat banyak sehingga dirasakan perlu adanya penyederhanaan dan

perangkuman. Hal ini terjadi dalam bentuk Sutra-sutra, yang sebenarnya sudah dimulai

pada jaman sebelumnya (Wiracarita). Pada jaman ini sutra-sutra yang makin lama

semakin banyak itu memerlukan penjelasan lebih lanjut. Sejak itu kemudian berkembang

sikap kritis dalam filsafat India. Jaman tumbuhnya sutra-sutra ini sukar sekali dipisahkan

dari jaman para komentatornya. Sistem-sistem filsafat yang berkembang pada jaman ini

sulit dicari urutannya. Menurut R. Garbe yang tertua adalah Sankhya, kemudian timbul

Yoga, Mimamsa, Wedanta, Walcesika, dan kemudian Nyaya.

Jaman Scholastik (200 M dan seterusnya). Jaman ini sulit dipisahkan dengan jaman

sutra-sutra. Dalam periode ini timbul orang-orang besar, seperti Sankara, Ramanuja,

Madwa, dan lain-lain. Pada periode ini juga timbul pemimpin-pemimpin yang mendirikan

mashab sendiri, sehingga juga timbul pertentangan-pertentangan hebat. Teori-teori yang

kecil-kecil dan berbelit-belit diperdebatkan. Sankara dan Ramanuja menyusun kembali

ajaran-ajaran kuno dan berhasil memberi angin baru dalam perkembangan pemikiran

India, sehingga ada hidup baru dalam pemikiran tersebut.

C. MENGIDENTIFIKASI FILSAFAT CINA

Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya India,

Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas

filsafat timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Namun, sebenarnya filsafat

timur ini tidak hanya di pandang filsafat agama juga, tetapi termasuk falsafah hidup.

Filsafat Cina adalah salah satu dari filsafat tertua di dunia dan dipercaya menjadi salah satu

filsafat dasar dari tiga filsafat dasar yang mempengaruhi sejarah perkembangan filsafat dunia,

disamping filsafat India dan filsafat Barat. Filsafat Cina sebagaimana filsafat lainnya

dipengaruhi oleh kebudayaan yang berkembang dari masa ke masa.


1. Apa saja yang mendasari filsafat Cina?

Ada tiga tema pokok sepanjang sejarah filsafat cina, yakni harmoni, toleransi dan

perikemanusiaan. Selalu dicarikan keseimbangan, harmoni, suatu jalan tengah antara

dua ekstrem: antara manusia dan sesama, antara manusia dan alam, antara manusia

dan surga.

Toleransi kelihatan dalam keterbukaan untuk pendapat-pendapat yang sama sekali

berbeda dari pendapat-pendapat pribadi, suatu sikap perdamaian yang memungkinkan

pluralitas yang luar biasa, juga dalam bidang agama. Kemudian pada

perikemanusiaan, pemikiran Cina lebih antroposentris[1] daripada filsafat India dan

filsafat Barat. Manusia-lah yang selalu merupakan pusat filsafat Cina. Ketika

kebudayaan Yunani masih berpendapat bahwa manusia dan dewa-dewa semua

dikuasai oleh suatu nasib buta (“Moira”), dan ketika kebudayaan India masih

mengajar bahwa kita di dunia ini tertahan dalam roda reinkarnasi yang terus-menerus,

maka di Cina sudah diajarkan bahwa manusia sendiri dapat menentukan nasibnya dan

tujuannya.

2. Bagaimana ciri dari filsafat Cina?

Filsafat Cina secara umum mengajarkan sikap optimistis dan demokratis. Filosof Cina

pada umumnya yakin bahwa manusia dapat mengatasi persoalan-persoalan hidupnya

dengan menata dirinya melalui berbagai kebijakan praktis serta menghargai

kemanusiaan. Sikap demokratis membuat bangsa Cina toleran terhadap pemikiran

yang anekaragam dan tidak cenderung memandang sesuatu secara hitam putih.

D. MENGIDENTIFIKASI FILSAFAT ISLAM

Filsafat Islam merupakan hasil pemikiran seseorang pemikir mengenai ketuhanan,

kenabian, kemanusiaan, alam, realitas ontologi, pandangan tentang hakikat ruang, waktu, dan
materi. Selain itu berkembang juga dalam ilmu kalam, usul fiqh, dan tasawuf yang

berasaskan ajaran Islam sebagai bentuk alur pemikiran yang logis dan sistematis.

Filsafat Islam berupaya memadukan antara wahyu dengan akal, serta untuk

menjelaskan bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal manusia. Beberapa pendapat

mengatakan bahwa filsafat Islam adalah pemikiran yang lahir dari dunia Islam untuk

menjawab tantangan zaman yang berkaitan dengan Allah dan alam semesta, wahyu dan akal,

agama dan filsafat. Selain itu juga dianggap sebagai pembahasan tentang alam dan manusia

yang tersinari ajaran Islam.

E. MENGIDENTIFIKASI FILSAFAT BARAT

Filsafat barat adalah tradisi filosofis dunia barat dan berasal dari pemikir Pra-Sokrates

aktif di Yunani Kuno pada abad ke 6 SM. seperti Thales (sekitar 624-546 SM) dan

Pythagoras (sekitar 570-495 SM) yang mempraktikkan "cinta kebijaksanaan" (philosophia)

dan juga disebut physiologoi (murid physis, atau alam). Socrates adalah seorang filsuf yang

sangat berpengaruh, yang bersikeras bahwa dia tidak memiliki kebijaksanaan tapi merupakan

pengejar kebijaksanaan. Filsafat Barat dapat dibagi menjadi tiga era: Kuno (Yunani-

Romawi), filsafat Abad Pertengahan (Eropa Kristen), dan filsafat modern.

Era kuno didominasi oleh ajaran filsafat Yunani yang muncul dari beberapa murid

Socrates, seperti Plato yang mendirikan Akademi Platonis. Plato merupakan salah satu

pemikir Yunani yang paling berpengaruh dalam keseluruhan pemikiran Barat Murid Plato,

Aristoteles juga sangat berpengaruh, ia mendirikan Sekolah Peripatetik. Tradisi lain termasuk

Sinisisme, Stoikisme, Skeptisisme Yunani dan Epikureanisme. Topik-topik penting yang

dibahas oleh orang-orang Yunani termasuk metafisika (dengan teori-teori yang kompeten

seperti atomisme dan monisme), kosmologi, sifat kehidupan yang baik (eudaimonia),

kemungkinan pengetahuan dan sifat akal budi (logo). Dengan bangkitnya kerajaan Romawi,
filsafat Yunani juga semakin banyak dibahas dalam bahasa Latin oleh para filsuf Roma

seperti Cicero dan Seneca.

Filsafat Abad Pertengahan (abad ke 5 - 16) adalah periode setelah jatuhnya kekaisaran

Romawi barat dan didominasi oleh bangkitnya kekristenan dan karenanya mencerminkan

keprihatinan teologis Yudeo-Christian dan juga mempertahankan kontinuitas dengan

pemikiran Yunani-Romawi. Masalah seperti keberadaan dan sifat Tuhan, sifat iman dan akal,

metafisika, masalah kejahatan dibahas dalam periode ini. Beberapa pemikir utama Abad

Pertengahan mencakup St. Agustinus, Thomas Aquinas, Boethius, Anselm dan Roger Bacon.

Filsafat bagi para pemikir ini dipandang sebagai penyokong untuk Teologi (ancilla

theologiae) dan karena itu mereka berusaha menyelaraskan filsafat mereka dengan

interpretasi mereka terhadap kitab suci. Periode ini mencetuskan perkembangan

Skolastikisme, sebuah metode kritikal teks yang dikembangkan di universitas abad

pertengahan berdasarkan pembacaan dan perdebatan yang dekat pada teks-teks kunci.

Periode Renaisans (1355-1650) lebih melihat peningkatan fokus pada pemikiran klasik

Yunani-Romawi dan pengaruh humanisme yang kuat. Filsafat modern awal di dunia Barat

dimulai dengan pemikir seperti Thomas Hobbes dan René Descartes (1596-1650) Setelah

perkembangan ilmu alam, filsafat modern lebih terfokus mengembangkan landasan

pengetahuan sekuler dan rasional, beralih dari struktur otoritas tradisional seperti agama,

pemikiran skolastik dan Gereja. Filsuf modern utama meliputi Spinoza, Leibniz, Locke,

Berkeley, Hume, dan Kant Filsafat abad ke-19 dipengaruhi oleh gerakan yang lebih luas

yang disebut the Enlightenment, dan termasuk tokoh-tokoh seperti Hegel tokoh kunci dalam

idealisme Jerman, Kierkegaard yang mengembangkan fondasi untuk eksistensialisme,

Nietzsche seorang anti-Kristen yang terkenal, JS Mill yang mempromosikan Utilitarianisme,

Karl Marx yang mengembangkan fondasi untuk Komunisme dan orang Amerika William

James. Abad ke 20 menjadi saksi perpecahan antara filsafat analitik dan filsafat kontinental,
serta tren filosofis seperti fenomenologi, eksistensialisme, Positivisme Logis, Pragmatisme

dan Linguistik.

F. MEMBEDAKAN KARAKTERISTIK FILSAFAT INDIA, CINA, ISLAM DAN

BARAT

Pada umumnya filsafat terbagi menjadi 2 garis besar yaitu filsafat Barat (occidental)

dan Timur (oriental). Filsafat barat dan filsafat Timur tentu sangat berbeda karakteristinya

karena berkembang di daerah yang berbeda dengan kebudayaan serta peradaban yang

berbeda pula. Banyaknya ilmuwan dari Barat yang selalu menciptakan inovasi baru untuk

kemajuan dunia membuat filsafat Timur kurang mendapat perhatian. Filsafat Timur memang

terkenal dengan sifatnya yang religius, mistis-magis sehingga kurang bis diterima secara

rasional. Filsafat Timur berkembang di daerah China, India, Jepang yang banyak

memunculkan pemikiran-pemikiran dan digunakan pedoman oleh masyarakat bagian timur.

Di wilayah Timur juga terkenal sebagai wilayah yang mempunyai peradaban besar didunia

dan sumber agama serta pandangan tentang manusia dan dunia. Banyak orang yang mencari

ketenangan di daerah Timur karena dianggap memiliki suatu keadaan yang mendamaikan dan

mententramkan jiwa. Cara pandang filsafat Timur lebih pada realita yang terjadi di

sekitarnya, lebih memikirkan tentang dunia dan sesamanya.

Secara geografis wilayah Barat dan Timur memiliki banyak perbedaan, hal ini juga

tetntu mempengaruhi cara berfikir mereka. Perbedaan paham antara Barat dan Timur yaitu

jika di dunia belahan Timur mempunyai banyak negara dan banyak penduduk dengan jumlah

yang besar serta angka kelahiran yang sangat tinggi. Mereka juga masih tergolong sebagai

golongan menengah kebawah, sedangkan di dunia bagian barat sudah mengembangkan

kemajuan teknologi sejak lama. Manusia di bagian barat juga tergolong aktif sedangkan di

Timur tergolong pasif. Hal ini sesuai dengan keyakinan dan ajaran pokok mereka seperti

Konfusianisme, Taoisme, Budhisme, dan lain-lain (Kebung, 2011: 8).


Didunia belahan Timur mereka lebih menekankan pada intuisi dan juga pada batiniah,

spiritual, dan mistis. Berdasarkan hal inilah maka orang Timur mempercayai bahwa dengan

memiliki jiwa yang baik maka mereka akan mencapai kebijaksanaan dan kebaikan hidup.

Jika di bagian barat mereka lebih condong pada keadaan masyarakat sekitar serta pada ilmu

pengetahuan. Didunia barat yang mereka lihat adalah objek dan kerja lapangan jadi manusia

harus menguasai alam untuk kepentingannya. Jika didaerah timur manusia merupakan bagian

dari alam.orang Barat berpedoman “to do is more important than to be” (berbuat lebih

penting daripada sekedar ada), jika orang timur lebih kepada “to be is more important than to

do” (kehadiran lebih penting daripada seseorang perbuat), jadi orang timur kurang suka

denganpertentangan dan konflik (Kebung, 2011: 8).

Cara berfikir orang timur lebih pada cara mereka melihat dunianya, bagaimana

mereka melihat diri sendiri dan sesama, dan bagaimana mereka menggantungkan diri pada

Sang Pencipta. Persprektif filsafat orang timur lebih pada human dan religius. Paham tentang

religius dan kosmis mereka melekat dan menguasai tata kehidupan orang timur. Pendekatan

mereka lebih pada emosional-spiritual daripada rasional-teoritis. Jadi paham-paham falsafah

yang berkembang seperti Hinduisme, Budhisme, Konfusius dll. Dari perbedaan paham antara

timur dan barat sudah berbeda jadi dapat disimpulkan bahwa cara pandang dan berfalsafah

antara orang barat dan timur ada perbedaan, meskipun ada perbedaan tidak menutup

kemungkinan bahwa terjadi kesamaan tergantung dari sudut mana mereka melihatnya

(Kebung, 2011: 11).

Pandangan filosofis orang timur dengan melihat berbagai macam sosiokultur dan

keadaan masyarakat yang dianut oleh manusia di daerah bagian Timur jadi bagaimana cara

mereka berfikir, menilai dunia dan hidup mereka jadi pandangan orang Timur dalam melihat

kosmologi. Orang Timur memandang kosmos sebagai sesuatu yang tercipta dari Tuhan dan
diberikan kepada manusia. Pandangan falsafah orang Timur kosmos adalah dunia dengan

sesuatu yang tercipta dan diberi dari sang kuasa. Kosmos selalu dikaitkan dengan sesuatu

yang bersifat ilahi, kosmos bersifat suci dan kudus sehingga di anggap sebagai wujud yang

menguasai manusia dan manusia harus memberi hormat dan sembah (Kebung, 2011: 14).

Tuntutan dasar dari kosmis ini bersifat religius dan harus di buktikan dengan moral-

etis jadi bagaimana manusia bersikap baik terhadap dirinya sendiri, orang lain dan dunia. Hal

ini diperlihatkan dengan cara bagaimana mencintai sesama dan mencintai alam. Mereka juga

percaya bahwa roh-roh yang diyakini itu memiliki tempat yang aman dan tentram dan tidak

boleh diganggu (Kebung, 2011: 15). Filsafat Timur masih dianggap belum memenuhi kriteria

disebut sebagai filsafat karena masih berbau mistis dan religius.

Jika filsafat barat memang lebih menekankan pada rasional, misalnya pada zaman

Yunani Kuno, filusuf yang terkenal Plato, Aristoteles, Socrates dalam pemikirannya masih

spekulatif tetapi pada dasarnya mereka berspekulasi dengan keadaan yang dilihat tanpa

mencampurkan unsur religiusnya secara mendalam. Filsafat barat lebih menekankan pada

pola pikir yang rasional dan manusia sebagai pusatnya. Memang ada gagasan di filsafat barat

mengenai religius yaitu pada abad pertengahan dimana pemikiran St. Agustinus

mencampurkan dengan religius dengan berpedoman pada Alkitab karena pada saat itu agama

Kristen merupakan agama yang mutlak untuk dianut sehingga pemikiran-pemikiran pada

abad pertengahan disesuaikan dengan doktrin gereja.

Arah gerak filsafat Barat muncul karena pemikiran rasional dari para filusuf.

Misalnya Karl Marx yang mempunyai pemikiran tentang historis matrealisme. Karl Marx

berfikiran secara rasional karena saat itu kapitalisme sedang genjar dan juga kaum borjuis

telah menindas kaum buruh sehingga kaum buruh harus sengsara dibawah majikannya. Marx

menginginkan masyarakat tanpa kelas sehingga dia ingin memperjuangkan hak kelas dalam
masyarakat. Karl Marx akhirnya mengeluarkan teori konflik yang tujuannya ingin

masyarakat menjadi sama rata dan sama rasa.

Arah gerak filsafat Timur lebih kepada intuisi, intelegensi dan akal budi. Tujuan dari

Filsafat Timur lebih mengedepankan ilmu pengetahuan yang didasari moralitas tujuannya

agar manusia menjadi bijaksana dalam menjalani hidup. Misalnya filsafat Konfusius yang

lebih mengedepankan moral dan kebajikan. Konfusius melihat bahwa rakyat Tiongkok yang

sedang mengalami krisis dalam bermoral. Akhirnya Konfusius memutuskan untuk

mengamalkan dan mengajarkan nilai-nilai moral serta kebajikan yang diajarkan pada murid-

muridnya.

Dalam filsafat barat yang dijadikan subjek adalah manusia dan alam dijadikan objek,

jadi mereka memanfaatkan alam untuk kepentingan mereka sedangkan di filsafat timur alam

dan manusia lebih menyatu. Mereka menganggap bahwa alam merupakan bagian dari

manusia yang harus dipelihara. Pandangan Filsafat Barat terhadap cita-cita hidup diisi dengan

bekerja dan bersikap aktif sebagai kebaikan tertinggi. Dengan sifat yang rasional filsafat barat

lebih memandang dengan bekerja keras maka segala kebutuhan akan terpenuhi. Sedangkan

pandangan filsafat Timur mengenai cita-cita hidup yaitu lebih kepada harmonisan,

ketenangan.Mereka berprinsip bahwa kehidupan dijalankan dengan sederhana dan

menyesuaikan dengan alam.


BAB IV

A. SISTEMATIKA FILSAFAT BAIK SECARA ONTOLOGISM,

EPISTOMILOGIS, MAUPUN AXIOLOGIS

Menurut etimologi (bahasa), berasal dari bahasa arab yaitu falsafat tau juga berasal

dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yaitu"filos" yang berarti cinta dan "sofia" yang

berarti kebijaksanaan. 

Jadi dapat dimengerti bahwa filsafat diartikan cinta kebijaksanaan dan dalam arti

tersebut tidak membedakan antara yang satu dengan yang lain. 

Sedangkan menurut terminologi (istilah), filsafat adalah pengetahuan yang mencari

atau menyelidiki sesuatu secara mendalam. Filsafat merupakan ilmu yang mengkaji tentang

segala sesuatu yang ada secara kritis, universal, radikal, dan sistematis. 

Kritis adalah mempertanyakan sesuatu menggunakan argumentasi/pendapat, universal

adalah sesuatu yang bersifat umum dan berkaitan dengan logika dan diketahui oleh banyak

orang secara menyeluruh, radikal adalah berpikir sedalam-dalamnya/ dari akaar-akarnya

tentang segala sesuatu, sistematis adalah tersusun/berurutan.

Dalam dalam pengertian pendidikan itu sendiri adalah proses pembelajaran yang

mengandung timbal balik yang bersifat mendidik untuk menciptakan tingkah laku yang

mengarah kepada kebaikan.

Yang selanjutnya, saya akan memaparkan dari sistematika filsafat pendidikan yang

meliputi Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi.


Pertama yaitu ontologi. Ontologi yang berasal dari bahasa yunani yaitu "onto" adalah

kenyataan yang sebenarnya & benar-benar adanya dan "logos" adalah ilmu tentang

pengetahuan secara sistematis. Jadi antologi merupakan ilmu yang membahas tentang hakikat

yang ada dan seberapa jauh kita ingin tahu.

Ada tiga bentuk atau isi ilmu pendidikan dalam antologi pendidikan yakni :

 Generasi generalisasi, yaitu kesimpulan umum yang diambil dari hal-hal khusus.

 Hukum-hukum pendidikan. dibagi menjadi tiga hukum diantaranya adalah hukum

akibat, hukum latihan, dan hukum kesiapan.

 Teori-teori

Kedua yaitu epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa yunani "epis"  yang berarti

cara memperoleh ilmu pengetahuan dan "logos" berarti ilmu pengetahuan. 

Jadi dapat diartikan bahwa epistimologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang

hakikat, pengetahuan secara sistematis.

Ketiga yaitu aksiologi. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari bahasa yunani "aksio"

berarti nilai dan "logos" berarti teori. Jadi dapat diartikan bahwa aksiologi adalah ilmu yang

mempelajari tentang nilai. Teori aksiologi ada dua yaitu etika (adat kebiasaan/perilaku) dan

estetika (berkaitan dengan seni).

Ada empat masalah nilai dalam aksiologi antara lain :

 Nilai merupakan kualitas empiris (pengalaman) tidak dapat didefinisikan.

 Nilai sebagai objek suatu kepentingan.

 Teori pragmatis (praktis) bermanfaat mengenai nilai.

 Nilai sebagai esensi.


A. MEMBEDAKAN SISTEMATIKA FILSAFAT BAIK SECARA

ONTOLOGISM, EPISTOMILOGIS, MAUPUN AXIOLOGIS

Permasalahan filsafat adalah materi yang dibahas dalam filsafat satu demi satu dan

seluruhnya. Dan ini yang disebut dengan problematika filsafat, mengapa? karena dibahas

menurut susunan tertentu (sistematika filsafat) dan dibahas dalam filsafat sistematis.

Prof.Dr.Sutardjo A.Wiramihardja,Psi. memandang bahwa sistematika yang diajukan

Langeveld (1959) merupakan sistematika yang dinilai cukup lengkap tetapi tidak terlalu

banyak dan kompleks sehingga mudah dipahami. Menurut Langeveld, secara garis besarrnya

filsafat terdiri atas tiga hal utama, yaitu :

Masalah tahu, mengetahui, dan pengetahuan;

Metafisika, baik metafisika umum maupun metafisika khusus, dan

Nilai serta penilaian.

Masalah Tahu, Mengetahui, dan Pengetahuan

Sebagian pihak berpendapat, bahwa inti kegiatan mengetahui atau tahu adalah adanya

pemikiran mengenai hal tersebut, tanpa berpikir tentang sesuatu, tidak mungkin seseorang

mengetahui sesuatu, sedangkan pihak lain berpendapat bahwa mengetahui atau tahu,

berintikan pada sesuatu yang pernah dialaminya. Dalam masalah tahu, mengetahui da

pengetahuan terdapat pula logika yang mengatur kelurusan berpikir, serta epistemologi yang

mengatur hal kebenarannya.

Logika

Logika adalah bagian filsafat yang memperbincangkan hakikat ketepatan, cara menyusun

pikiran yang dapat menggambarkan ketepatan berpengetahuan. Tepat belum tentu benar,

sedangkan benar selalu mempunyai dasar yang tepat. Logika tidak mempersoalkan kebenaran

sesuatu yang dipikirkan, tetapi membatasi diri pada ketepatan susunan berpikir menyangkut

pengetahuan. Jadi, logika memprasyaratkan kebenaran, bukan wacana kebenarannya. Secara


etimologis, logika berasal dari bahasa Yunani, logos yang berarti "kata"atau"pikiran".

Namun, pengertian dasarnya sering disebut sebagai ilmu barekta-kata atau ilmu berpikir

benar, bukan tepat melainkan benar.

Pada awal kelahiran, logika manusia itu sangat sederhana dan digunakan untuk mengahadapi

hal-hal sederhana dengan hasil yang sederhana pula. Logika itu bersifat alami atau disebut

logika naturalis yang berdasarkan kodrat atau fitrahnya saja. Sedangkan logika buatan atau

hasil pengembangan yang disebut dengan logika artifisial.

Logika dibagi atas dua hal, yaitu :

Logika Formal, adalah wacana atau argumentasi yang membicarakan hakikat hukum-hukum

ketepatan susunan berpikir. HAl yang terpenting dalam logika ini adalah masalah

pengaturannya, rumusan atau hukum-hukum bagi ketepatan susunan berpikir, isinya tidak

dipermasalahkan juga masalah penggunaannya.

Logika Material, adalah wacana atau argumentasi mengenai hakikat penggunaan ketepatan

susunan berpikir terhadap bidang-bidang kegiatan berpikir tertentu. Logika material ini

disebut teori metodologi. Teori metodologi adalah wacana mengenai cara-cara menyusun

pikiran yang tepat untuk bidang masalah tertentu.

Jenis logika ada tiga, yaitu :

Logika Induktif, merupakan hasil penelitian atau teori mengenai prinsip-prinsip kesimpulan

dari berbagai kenyataan.

Logika Deduktif, merupakan hasil penelitian atau sistem mengenai prinsip-prinsip

kesimpulan yang mengarah pada penggunaan suatu prinsip.

LogikaDialektis.

2.Epistemologi

Epistemologi mempersoalkan kebenaran pengetahuan. Dalam epistemologi, Oleh sebagian


orang, epistemologi disebut filsafat ilmu. Secara umum dan mendasar, terdapat perbedaan

antara epistemologi dan filsafat ilmu. Secara umum, epistemologi mempersoalkan kebenaran

pengetahuan, sedangkan filsafat ilmu, secara khusus mempersoalkan ilmu atau keilmuan

pengetahuan. Dalam hal ini, terdapat empat jenis kebenaran yang secara umum dikenal

orang, yaitu :

Kebenaran Religius, adalah kebenaran yang memenuhi atau dibagun berdasarkan kaidah-

kaidah agama atau keyakinan tertentu disebut juga kebenaran mutlak yang tidak dapat

dibantah lagi. Bentuk pemahamannya adalah dogmatis.

Kebenaran Filosofis, ialah kebenaran hasil perenungan dan pemikiran refleksi ahli filsafat

yang disebut hakikat, meskipun bersifat subjektif dan relatif, namun mendalam karena

penghayatan eksistensial bukan hanya karena pengalaman dan pemikaran intelektual semata.

Inti filsafat adalah berpikir, sedangkan dasarnya adalah rasio.

Kebenaran Estetis, ialah kebenaran yang berdasarkan penilaian indah dan buruk, serta cita

rasa estetis. Artinya keindahan yang berdasarkan harmoni dalam pengertian luas yang

menimbulkan rasa senang, tenang dan nyaman.

Kebenaran Ilmiah, yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama

menyangkut adanya teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti. Kebenaran teoritis adalah

kebenaran yang berdasarkan rasio, atau kebenaran rasional, berdasarkan teori-teori yang

menunjangnya.

Segala Sesuatu yang Ada (Metafisika)

Ada dua bagian penting dari metafisika, yaitu :

Metafisika Umum atau Ontologi. Ontologi mempersoalkan adanya segala sesuatu yang ada.

hal ini berbeda dengan metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat yang ada.

Metafisika Khusus. Metafisika khusus mempersoalkan hakikat segala sesuatu yang ada.

Secara umum, terdapat tiga kelompok atau hal yang berbeda menurut Langeveld. Oleh karena
itu Langeveld mengemukakan bahwa dalam mempersoalkan hakikat segala sesuatu terdapat

tiga bagian, yaitu:

1) Kosmologi adalah bagian metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat alam semesta

termasuk segala isinya, kecuali manusia.

2) Antropologi adalah bagian metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat manusia.

3) Teologi adalah bagian metafisika khusus yang mempersoalkan hakikat Tuhan. hal-hal

yang dibicarakan didalamnya menyangkut kebaikan, kesucian, kebenaran, keadilan dan sifat-

sifat baik Tuhan lainnya.

Aksiologi

Aksiologi adalah bagian filsafat yang mempersoalkan penilaian, terutama berhubungan

dengan masalah atau teori umum formal mengenai nilai. Aksiologi yang kita kenal dalam dua

jenis, yaitu etika dan estetika.

Etika adalah bagian filsafat yang mempersoalkan penilaian atau perbuatan manusia dari sudut

baik dan jahat. Etika dalam bahasa Yunani, ethos yang artinya kebiasaan, habit atau custom.

Maksudnya hampir tidak ada orang yang tidak memiliki kebiasaan baik atau buruk. Istilah

yang lebih tepat adalah etika baik dan etika jahat.

Estetika merupakan bagian filsafat yang mempersoalkan penilaian atas sesuatu dari sudut

indah dan jelek. Secara umum, estetika disebut sebagai kajian filsafati mengenai apa yang

membuat rasa senang. Tokoh paling terkenal dalam bidang ini ialah Alexander Baumgarten

(1714-1762) dalam disertasinya pada 1735 yang justru dianggap awal diwacanakannya

estetika.
BAB V

A. FILSAFAT PADA ZAMAN YUNANI MASA SHOPIS

Shopis adalah nama yang diberikan kepada sekelompok filsafat yang hidup dan berkarya

pada zaman yang sama dengan sokrates.Mereka muncul pada pertengahan hingga akhir abad

ke-5 SM Meskipun sezaman, kaum sofis dipandang sebagai penutup era filsafat pra sokrates

sebab Sokrates akan membawa perubahan besar di dalam filsafat Yunani Golongan shopis

bukanlah suatu mazhab tersendiri, sebab para filsuf yang digolongkan sebagai shopis tidak

memiliki ajaran bersama ataupun organisasi tertentu. Karena itu, shopisme dipandang sebagai

suatu gerakan dalam bidang intelektual di Yunani saat itu yang disebabkan oleh beberapa

faktor yang timbul saat itu. Di dalam sejarah filsafat, kaum shopis sering dipandang secara

negatif. Misalnya saja, mengajar untuk mendapatkan uang yang banyak, menghalalkan segala

cara untuk memenangkan argumentasi, serta mengajarkan relativisme Salah satu faktor yang

menyebabkan hal itu adalah adanya pernyataan dari Sokrates, plato, dan Aristoteles terhadap

kaum shopis Akan tetapi, kini telah ada usaha-usaha untuk menilai kaum sofis secara positif.

Berikut adalah beberapa sumbangan kaum sofis terhadap perkembangan filsafat:

1. Kaum sofis menjadikan manusia sebagai pusat pemikiran filsafatnya. Tidak hanya itu,

bahkan pemikiran manusia itu sendiri dijadikan tema filsafat mereka Contohnya

adalah pandangan Prodikos tentang dewa-dewi sebagai proyeksi pemikiran manusia,

atau pandangan Protagoras tentang proses pemikiran untuk mengenali sesuatu. Kaum

sofis merupakan pionir dalam hal pentingnya bahasa di dalam filsafat Hal itu terlihat

dari berkembangnya retorika dan juga pentingnya pemakaian kata yang tepat Selain

itu, kaum sofis juga menciptakan gaya bahasa baru untuk prosa Yunani Sejarawan-

sejarawan Yunani yang besar seperti Herodotusdan Thukydides amat dipengaruhi

oleh mereka Kemudian etika kaum sofis juga memengaruhi dramawan-dramawan


tersohor seperti Shophokles dan Euripides Kritik kaum sofis terhadap pandangan

tradisional mengenai moral membuka cakrawala pemikiran baru terhadap etika

rasional dan otonom.

2. Kaum sofis memberikan pengaruh besar terhadap pemikiran Sokrates, Plato, dan

Aristoteles. Karena itu, secara tidak langsung, kaum sofis memberikan sumbangan

besar terhadap filsafat zaman klasik dengan tiga filsuf utama tersebut.

B. FILSAFAT ZAMAN YUNANI MASA-MASA SOKRATES

Masa Sokrates Kemunculan Sokrates terlebih dulu di dahului oleh kemunculan

kaum sofis. Sokrates hadir dalam rangka menjawab apa yang telah mapan dalam

konstruksi pemikiran kaum Sofis. Kaum Sofis sejak zaman Yunani Kuno sudah tidak

baik. Dengan kehebatan mereka dalam berargumentasi, kaum Sofis dianggap sering

menghalalkan segala cara untuk memenangkan perkara agar mendapatkan simpati

masa-tujuannya akhirnya uang. Keberadaan kaum sofis dalam sejarah filsafat

memiliki arti penting. kaum Sofis menjadikan manusia sebagai pusat pemikiran 35

Poedjawijatna, Pembimbing., 23. 36 Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1

(Yogyakarta: Kanisius, 1980), 21. 37 Poedjawijatna, Pembimbing., 24-25.

 Mengenal Filsafat Antara Metode Praktik dan Pemikiran Socrates, Plato dan

Aristoteles Volume 5, Nomor 1, Juni 2019| 131filsafatnya.38 Pandangan

relativisme kaum Sofis mengatakan bahwa tidak ada pengenalan pun yang

bersifat absolut atau objektif.39 Akibat dari paham yang demikian, maka

ukuran kebenaran menjadi relatif dan subjektif. Maka dari itu sangat tidak

mungkin kemunculan Sokrates dipisahkan dari kehadiran kaum Sofis.

Sokrates adalah orang yang juga menguasai seni berargumentasi seperti kaum

Sofis, ia mempertanyakan pandangan-pandangan tradisional mengenai

moralitas.40 Sokrates tampil sebagai upaya untuk memberikan sebuah


jawaban atas pandangan kaum Sofis. Dalam kaitannya dengan kaum Sofis,

sebenarnya kalau kita melihatnya secara sepintas antara Sokrates dengan kaum

Sofis tidak memiliki banyak perbedaan. Sama dengan kaum Sofis, Sokrates

memulai filsafatnya dengan bertolak dari pengalaman sehari-hari. Menurut

Sokrates di dunia ini ada kebenaran yang bersifat objektif, di mana kebenaran

itu tidak bergantung pada saya atau kita. Dan untuk membuktikan adanya

kebenaran yang objektif, Sokrates menggunakan metode tertentu. Metode

tersebut kita kenal dengan metode dialektika dari kata kerja Yunani yang

berarti bercakap-cakap atau berdialog. Metode Sokrates ini dikatakan sebagai

metode dialektika karena memiliki peranan penting di dalamnya. Di dalam

metode itu terdapat dua penemuan, kedua-duanya menyangkut berkenaan

dengan dasar pengetahuan. Yang pertama ia menemukan induksi dan yang

kedua ia menemukan definisi.41Dengan definisi Sokrates dapat membuktikan

kepada kaum Sofis bahwa pengetahuan yang umum ada, yaitu definisi itu.

Dalam hal ini kaum Sofis tidak seluruhnya benar: yang benar ialah sebagian

pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus; yang khusus itulah

pengetahuan yang kebenarannya relatif.42Sebagai contoh: apakah kursi itu?

Sekarang coba kita analisis atu kita lihat secara keseluruhan kursi yang ada di

dunia ini. Kita menemukan kursi hakim, ada tempat duduk dan sandaran,

kakinya ada empat. Walaupun terdapat perbedaan pada jumlah kaki di setiap

masing-masing kursi. Namun pada setiap kursi ada tempat duduk dan

sandarannya. Kedua ciri ini akan ada pada setiap kursi yang ada di seluruh

dunia. Dari sini semua orang akan bersepakat bahwa kursi ada tempat duduk

yang memiliki sandaran, ketika semua orang bersepakat tentang ciri dari kursi

maka inilah yang dikatakan kebenaran objektif.43 Sokrates juga memiliki


ajaran tentang Etika dan Negara.44 Atas ajarannya tersebut kemudian Socrates

yang harus rela minum racun sebagai konsekuensi atas ajaran filsafatnya.

B. KARAKTERISTIK FILSAFAT YUNANI PADA PRA SOKRATES MASA

SHOPIS DAN MASA SOKRATES

Filsafat Pra Socrates juga dapat dikatakan sebagai filsafat alam, karena para ahli

filsafat dimasa tersebut menjadikan alam semesta sebagai objek pemikirannya. Tujuan

filosofi mereka dalam memikirkan soal alam semesta yaitu untuk mengetahui darimana

terjadinya alam atau darimana alam ini berasal, hal inilah yang menjadi sentral persoalan bagi

mereka. Pemikiran yang demikian itu merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan

radikal. Sebab pada waktu itu kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti

apa yang dapat ditangkap dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang di

lain pihak orang cukup puas menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek

moyang.

Filosuf yang hidup pada masa pra Socrates disebut para filosuf alam karena objek yang

mereka jadikan pokok persoalan adalah alam. Yang dimaksud dengan alam (fusis) adalah

kenyataan hidup dan kenyataan badaniah. Jadi, perhatian mereka mengarah kepada apa yang

dapat diamati.

ALIRAN-ALIRAN FISAFAT PRA SOCRATES

 Aliran Miletos/Madzhab Milesian

Aliran ini disebut Aliran Miletos karena tokoh-tokohnya merupakan warga asli Miletos, di

Asia Kecil, yang merupakan sebuah kota niaga yang maju. Berikut beberapa tokoh yang

termasuk kedalam Aliran Miletos atau dikenal pula dengan istilah Madzhab Milesian.
  THALES (624-546 SM)

Thales adalah seorang filsuf yang mengawali sejarah filsafat barat pada abad ke-6 SM.

Sebelum Thales, pemikiran Yunani dikuasai cara berpikir mitologis dalam menjelaskan

segala sesuatu. Pemikiran Thales dianggap sebagai kegiatan berfilsafat pertama, karena

mencoba menjelaskan dunia dan gejala-gejala di dalamnya tanpa bersandar pada mitos

melainkan pada rasio manusia. Ia juga dikenal sebagai salah seorang dari tujuh orang

bijaksana (Dalam bahasa Yunani Hoi Hepta Sophoi). Yang oleh Aristoteles diberi gelar

“filsuf yang pertama”. Selain sebagai filsuf, Thales juga dikenal sebagai ahli Geometri,

Astronomi, dan Politik. Bersama dengan Anaximandros dan Anaximenes, Thales

digolongkan ke dalam Mazhab Miletos.

Pemikiran Thales didapatkan melalui tulisan Aristoteles tentang dirinya. Aristoteles

mengatakan bahwa Thales adalah orang yang pertama kali memikirkan tentang asal mula

terjadinya alam semesta. Karena itulah, Thales juga dianggap sebagai perintis filsafat alam

(natural Philosophy).

Thales memberikan jawaban bahwa segala sesuatu berasal dari air, ia juga menyatakan

bahwa bumi ini berasal dari air. Air adalah pusat dan sumber segala yang ada atau pokok dari

segala sesuatu. Segala sesuatu berasal dari air dan kembali ke air. Dari air itu terjadilah

tumbuh-tumbuhan dan binatang, bahkan tanah pun mengandung air. Argumen Thales

merupakan argument yang bukan hanya rasional, tetapi juga observatif.

Pandangan Thales merupakan cara berpikir yang sangat tinggi, karena sebelumnya, orang-

orang Yunani lebih banyak mengambil jawaban-jawaban tentang alam dengan kepercayaan

dan mitos-mitos yang dipenuhi dengan ketakhayulan. Thales telah membuka alam pikiran

dan keyakinan tentang alam dan asal muasalnya tanpa menunggu dalil-dalil yang agamis.
Selain itu, ia juga mengemukakan pandangan bahwa bumi terletak di atas air. Bumi

dipandang sebagai bahan yang satu kali keluar dari laut dan kemudian terapung-apung di

atasnya.

Thales berpendapat bahwa segala sesuatu di jagat raya memiliki jiwa. Jiwa tidak hanya

terdapat di dalam benda hidup tetapi juga benda mati. Teori tentang materi yang berjiwa ini

disebut hylezoisme. Argumentasi Thales didasarkan pada magnet yang dikatakan memiliki

jiwa karena mampu menggerakkan besi.

ANAXIMANDROS (610-546 SM).

Anaximandros adalah salah satu murid Thales. Anaximandros adalah seorang ahli astronomi

dan ilmu bumi. Meskipun dia murid Thales namun ia mempunyai prinsip dasar alam satu

akan tetapi bukanlah dari jenis benda alam seperti air sebagai mana yang dikatakan oleh

gurunya.

Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak terhitung dan tak terbatas yang oleh dia

disebut Apeiron yaitu zat yang tak terhingga dan tak terbatas serta tidak dapat dirupakan dan

tidak ada persamaannnya dengan apapun. Meskipun tentang teori asal kejadian alam tidak

begitu jelas namun dia adalah seorang yang cakap dan cerdas. Pendapatnya yang lain yaitu,

bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Sedangkan bumi tidak

terletak atau bersandar pada sesuatu pun .

 ANAXIMENES (560-520 SM)

Anaximenes berpendapat bahwa udara merupakan asal usul segala sesuatu. Udara melahirkan

semua benda dalam alam semesta ini karena suatu proses pemadatan dan pengeceran, kalau
udara semakin bertambah maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya batu.

Sebaliknya kalau udara itu menjadi encer yang timbul adalah api.

Pandangan Anaximenes tentang susunan jagat raya bertolak belakang dengan Anaximandros.

Menurut Anaximenes bumi ini seperti meja bundar dan melayang di atas udara. Demikian

pula matahari, bulan dan bintang. Benda-benda yang ada dijagad raya itu tidak terbenam di

bawah bumi sebagaimana yang dipikirkan Anaximandros tetapi mengelilingi bumi yang datar

itu, matahari lenyap pada waktu malam tertutup di belakang bagian-bagian tinggi

 Aliran Pythagoras

Pythagoras lahir di Samos sekitar 580-500 SM. Ia berpendapat bahwa semesta ini tak lain

adalah bilangan. Unsur bilangan merupakan prinsip unsur dari segala-galanya. Dengan kata

lain, bilangan genap dan ganjil sama dengan terbatas dan tak terbatas.

XENOPHANES (545 SM)

Xenophanes merupakan pengikut Aliran Pythagoras yang lahir di Kolophon, Asia Kecil,

sekitar tahun 545 SM. Dalam filsafatnya ia menegaskan bahwa Tuhan bersifat kekal, tidak

mempunyai permulaan dan Tuhan itu Esa bagi seluruhnya. Ke-Esaan Tuhan bagi semua

merupakan sesuatu hal yang logis. Hal itu karena kenyataan menunjukkan apabila semua

orang memberikan konsep ketuhanan sesuai dengan masing-masing orang, maka hasilnya

akan bertentangan dan kabur. Bahkan “kuda menggambarkan Tuhan menurut konsep kuda,

sapi demikian juga” kata Xenophanes. Jelas kiranya ide tentang Tuhan menurut Xenophanes

adalah Esa dan bersifat universal.

HERAKLITOS (560-470 SM)


Heraklitos hidup antara tahun 560-470 SM di Italia Selatan sekawan dengan Pythagoras dan

Xenophanes. Ia berpendapat bahwa asal segalanya adalah api dan api adalah lambing dari

perubahan. Api yang selalu bergerak dan berubah menunjukkan bahwa tidak ada yang tetap

dan tidak ada yang tenang.

 Aliran Elea

PARMENIDES (540-475 SM)

Lahir sekitar tahun 540-475 di Italia Selatan. Ajarannya adalah kenyataan bukanlah gerak dan

perubahan melainkan keseluruhan yang bersatu. Dalam pandangan Pamenides ada dua jenis

pengetahuan yang disuguhkan yaitu pengetahuan inderawi dan pengetahuan rasional. Apabila

dua jenis pengetahuan ini bertentangan satu sama lain maka ia memilih rasio. Dari

pemikirannya itu membuka cabang ilmu baru dalam dunia filsafat yaitu penemuannya

tentang metafisika sebagai cabang filsafat yang membahasa tentang yang ada.

ZENO (490 SM)

Lahir di Elea sekitar 490 SM. Ajarannya yang penting adalah pemikirannya tentang

dialektika. Dialektika adalah satu cabang filsafat yang mempelajari argumentasi.

MELISSOS

Lahir di Samos tanpa diketahui secara tepat tanggal kelahirannya. Ia berpendapat bahwa

“yang ada” itu tidak berhingga, maka menurut waktu maupun ruang.

 Aliran Pluralis

EMPEDOKLES
Lahir di Akragas Sisislia awal abad ke-5 SM. ia menulis buah pikirannya dalam bentuk puisi.

Ia mengajarkan bahwa realitas tersusun dari empat anasir yaitu api, udara, tanah, dan air.

ANAXAGORAS

Lahir di Ionia di Italia Selatan. Ia berpendapat bahwa realitas seluruhnya bukan satu tetapi

banyak. Yang banyak itu tidak dijadikan, tidak berubah, dan tidak berada dalam satu ruang

yang kosong. Anaxagoras menyebut yang banyak itu dengan spermata (benih).

 Aliran Atomis

Pelopor atomisme ada dua yaitu Leukippos dan Demokritos. Ajaran aliran filsafat ini ikut

berusaha memecahkan masalah yang pernah diajukan oleh aliran Elea. Aliran ini mengajukan

konsep mereka dengan menyatakan bahwa realitas seluruhnya bukan satu melainkan terdiri

dari banyak unsur. Dalam hal ini berbeda dengan aliran pluralisme maka aliran atomisme

berpendapat bahwa yang banyak itu adalah “atom” (a = tidak, tomos = terbagi).

 Aliran Sofis

Sofisme berasal dari kata Yunani “sophos” yang berarti cerdik atau pandai. Tokoh-tokoh

kaum sofis adalah Protagoras, Grogias, Hippias, Prodikos, dan Kritias.

2. FILOSOF MASA SOCRATES

Filsafat pada masa Socrates sering juga di sebut dengan filsafat periode klasik. Akan tetapi,

Socrates belum sampai pada suatu system filosofi, yang memberikan nama klasik kepada

filosofi itu. Ia baru membuka jalan. Ia baru mencari kebenaran. Ia belum sampai menegakkan

suatu system pandangan. Tujuannya terbatas hingga mencari dasar yang baru dan kuat bagi

kebenaran dan moral.


Sistem ajaran filsafat klasik baru dibangun oleh Plato dan Aristoteles, berdasarkan ajaran

Socrates tentang pengetahuan dan etika beserta filosofi alam yang berkembang sebelum

Socrates.

SOCRATES

Socrates lahir di Athena pada tahun 470 SM dan meninggal pada tahun 399 SM. Bapaknya

adalah tukang pembuat patung, sedangkan ibunya seorang bidan.

Socrates terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur, dan adil. Cara penyampaian

pemikirannya kepada para pemuda mengunakan metode Tanya jawab. Socrates juga dikenal

sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan berkeliling

mendatangi masyarakat Athena untuk berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada

awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang

kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari

Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia

datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia

ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang dia

sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu

kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan

melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut tentang satu

masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang

yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates

membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling

bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak

pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Cara berfilsafatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati para kaum sofis terhadap

Sokrates karena setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap

bijak oleh masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka duga

mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung pada kematian Sokrates

melalui peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi muda, sebuah tuduhan yang

sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya sebagaimana tertulis dalam

Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara

meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan dengan hasil

voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.

Adapun filsafah pemikiran Socrates, diantaranya adalah pernyataan adanya kebenaran

objektif, yaitu yang tidak bergantung kepada aku dan kita, dalam membenarkan kebenaran

yang objektif, ia menggunakan metode tertentu yang terkenal dengan metode dialektika.

Dialektika berasal dari kata Yunani yang berarti bercakap-cakap atau dialog. Didalam

berdialog, ia akan menganalisis pendapat-pendapat. Setiap orang mempunyai pendapat

mengenai salah dan benar. Ia bertanya kepada negarawan, hakim, tukang, pedagang, dan

sebagainya. Menurut Xenophon, ia bertanya tentang benar-salah, adil-zalim, berani-pengecut,

dan lain-lain kepada siapapun yang menurutnya patut ditanya. Socrates selalu menganggap

jawaban pertama sebagai hipotesis, dan dengan jawaban yang lebih lanjut, menarik

konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban tersebut. Jika tenyata hipotesis pertama

tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan konsekuensi yang mustahil, hipotesis itu

diganti dengan hipotesis lain, lalu hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain,

dan begitu seterusnya. Sering terjadi, percakapan itu berkhir dengan kebingungan. Akan

tetapi, tidak jarang, dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap berguna. (Ahmad

Syadali dan Mudzakkir, 2004 : 66-67 ).


Dari metode dialektikanya, ia menemukan dua penemuan metode yang lain, yaitu induksi dan

definisi. Ia menggunakan istilah induksi manakala pemikiran betolak dari pengetahuan yang

khusus, lalu ia menyimpulkannya dengan pengertian umum. Pengertian umum diperoleh dari

mengambil sifat-sifat yang sama (umum) dari masing-masing kasus khusus dan cirri-ciri

khusus yang tidak disetujui bersama disisihkan. Ciri umum tersebut dinamakan ciri esensi

dan semua ciri khusus itu dinamakan ciri-ciri eksistensi. Suatu definisi dibuat dengan

menyebutkan semua ciri esensi suatu objek dengan menyisihkan semua ciri eksestensinya.

Demikianlah jalan untuk memperoleh definisi tentang suatu persoalan. (Ahmad Syadali dan

Mudzakkir, 2004 : 66-67 ). Begitulah cara Socrates mencapai pengertian. Melalui induksi

sampai definisi. Definisi, yaitu pembentukan pengertian yang berlaku universal. Pengertian

menurut paham Socrates sama dengan apa yang disebut Kant: prinsip regulative dan dasar

menyusun. Dengan jalan begitu, hasil yang dicapai tidak lagi takluk kepada paham subjektif,

seperti yang diajarkan kaum Sofis, melainkan umum sifatnya, berlaku untuk selama-

lamanya.Induksi dan definisi menuju pengetahuan yang berdasarkan pengertian.

Dengan cara itu, Socrates membangun jiwa lawannya berdialog tentang keyakinan bahwa

kebenaran tidak diperoleh begitu saja sebagai ayam panggang terlompat ke dalam mulut yang

ternganga, melainkan dicari dengan perjuangan seperti memperoleh segala barang yang

tertinggi nilainya. Dengan cara mencari kebenaran seperti itu, terlaksana pula tujuan yang

lain, yaitu membentuk karakter.

Selain memiliki metode dialektika yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran, Socrates

juga memiliki suatu falsafah tentang etika. Mohammad Hatta (1986 : 83-84) menjelaskan

bahwa pandangan Socrates tentang etika bermula dari definisinya tentang budi. Menurut

Socrates, budi adalah tau. Inilah inti dari etikanya, orang yang berpengatahuan dengan
sendirinya akan berbudi baik. Paham etikanya merupakan kelanjutan dari metodenya. Induksi

dan definisi menuju pada pengetahuan yang berdasarkan pengertian.

Selanjutnya, peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia

berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu

dialektika. Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan

bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia

juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting

setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang

manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di

kemudian hari. Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode

penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk

menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber

etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.

3. FILOSOF PASCA MASA SOCRATES

Membicarakan filsafat Yunani sesudah masa Socrates sama artinya membicarakan mengenai

pemikiran filosof-filosof sesudahnya.

PLATO

Plato adalah seorang filosof Barat yang paling populer dan dihormati di antara filosof

lainnya. Karya-karyanya menjadi rujukan awal bagi perkembangan filsafat dunia. Plato

dilahirkan di Athena sekitar tahun 427 SM, pada masa akhir zaman keemasan Athena setelah

setahun kekuasaan Pericles berakhir, atau tiga tahun sejak perang Athena dengan Sparta.

Keluarganya paling terpandang di Athena.


Ayahnya, Ariston adalah keturunan raja terakhir Athena. Ibunya, Perictione adalah keturunan

Solon, seorang aristokrat reformis yang menulis undang-undang tentang demokrasi Athena.

Kehidupan Plato dalam lingkungan aristokrat membuatnya cukup dikenal di kalangan pejabat

tinggi Athena, walau ia seorang yang pendiam dan dingin.

Pemikiran filsafatnya sangat dipengaruhi oleh gurunya, Socrates, yang telah mengajarinya

selama 8 tahun. Pemikiran Plato pun banyak dipengaruhi oleh Socrates. Plato adalah guru

dari Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah Republik (dalam bahasa Yunani

Πολιτεία atau Politeia, “negeri”) yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya

pada keadaan “ideal”. Dia juga menulis ‘Hukum’ dan banyak dialog di mana Socrates adalah

peserta utama. Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang

orang di gua. Cicero mengatakan Plato scribend est mortuus (Plato meninggal ketika sedang

menulis).

Ciri-ciri Karya-karya Plato yang pertama adalah Bersifat Sokratik yang dalam Karya-karya

yang ditulis pada masa mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan karangan

Sokrates sebagai topik utama karangannya. ciri yang kedua adalah Berbentuk dialog Hampir

semua karya Plato ditulis dalam nada dialog. Dalam Surat VII, Plato berpendapat bahwa pena

dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang membisu.  Oleh

karena itu, menurutnya, jika pemikiran itu perlu dituliskan, maka yang paling cocok adalah

tulisan yang berbentuk dialog. sedangkan ciri yang ketiga adalah Adanya mite-mite  Plato

menggunakan mite-mite untuk menjelaskan ajarannya yang abstrak dan adiduniawi Verhaak

menggolongkan tulisan Plato ke dalam karya sastra bukan ke dalam karya ilmiah yang

sistematis karena dua ciri yang terakhir, yakni dalam tulisannya terkandung mite-mite dan

berbentuk dialog.
Sumbangsih Plato yang terpenting adalah pandangannya mengenai idea. Pandangan Plato

terhadap idea-idea dipengaruhi oleh pandangan Sokrates tentang definisi. Idea yang

dimaksud oleh Plato bukanlah ide yang dimaksud oleh orang modern. Orang-orang modern

berpendapat ide adalah gagasan atau tanggapan yang ada di dalam pemikiran saja.Menurut

Plato idea tidak diciptakan oleh pemikiran manusia. Idea tidak tergantung pada pemikiran

manusia, melainkan pikiran manusia yang tergantung pada idea. Idea adalah citra pokok dan

perdana dari realitas, nonmaterial, abadi, dan tidak berubah. Idea sudah ada dan berdiri

sendiri di luar pemikiran kita. Idea-idea ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Misalnya, idea tentang dua buah lukisan tidak dapat terlepas dari idea dua, idea dua itu

sendiri tidak dapat terpisah dengan idea genap.Namun, pada akhirnya terdapat puncak yang

paling tinggi di antara hubungan idea-idea tersebut. Puncak inilah yang disebut idea yang

“indah”. Idea ini melampaui segala idea yang ada.

Dunia indrawi adalah dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang konkret, yang dapat

dirasakan oleh panca indera kita Dunia indrawi ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan

daripada dunia ideal. Selalu terjadi perubahan dalam dunia indrawi ini. Segala sesuatu yang

terdapat dalam dunia jasmani ini fana, dapat rusak, dan dapat mati.

Dunia idea adalah dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dalam dunia ini tidak ada

perubahan, semua idea bersifat abadi dan tidak dapat diubah. Hanya ada satu idea “yang

bagus”, “yang indah”. Di dunia idea semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk

kepada barang-barang kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep

pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai “kebajikan” dan “kebenaran”.

Pandangan Plato tentang karya seni dipengaruhi oleh pandangannya tentang ide  Sikapnya

terhadap karya seni sangat jelas dalam bukunya Politeia (Republik). Plato memandang

negatif karya seni. Ia menilai karya seni sebagai mimesis mimesos. Menurut Plato, karya seni
hanyalah tiruan dari realita yang ada. Realita yang ada adalah tiruan (mimesis) dari yang asli.

Yang asli itu adalah yang terdapat dalam ide. Ide jauh lebih unggul, lebih baik, dan lebih

indah daripada yang nyata ini.

Pemahaman Plato tentang keindahan yang dipengaruhi pemahamannya tentang dunia

indrawi, yang terdapat dalam Philebus. Plato berpendapat bahwa keindahan yang

sesungguhnya terletak pada dunia ide. Ia berpendapat bahwa kesederhanaan adalah ciri khas

dari keindahan, baik dalam alam semesta maupun dalam karya seni. Namun, tetap saja,

keindahan yang ada di dalam alam semesta ini hanyalah keindahan semu dan merupakan

keindahan pada tingkatan yang lebih rendah.

ARISTOTELES

Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk

wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari

Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat

menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan

akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan  menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia.

Saat Alexander berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan

bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama

Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM. Perubahan politik seiring jatuhnya

Alexander menjadikan dirinya harus kembali kabur dari Athena guna menghindari nasib naas

sebagaimana dulu dialami Socrates. Aristoteles meninggal tak lama setelah pengungsian

tersebut. Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan.

Dalam bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan

mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini menggambarkan


kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum alam dan

keseimbangan pada alam

Berlawanan dengan Plato yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda,

Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada (eksis).

Pemikiran lainnya adalah tentang gerak dimana dikatakan semua benda bergerak menuju satu

tujuan, sebuah pendapat yang dikatakan bercorak teleologis.  Karena benda tidak dapat

bergerak dengan sendirinya maka harus ada penggerak dimana penggerak itu harus

mempunyai penggerak lainnya hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak yang

kemudian disebut dengan theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang

dianggap berarti Tuhan. Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive

reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran

tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula

pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).

Hal lain dalam kerangka berpikir yang menjadi sumbangan penting Aristoteles adalah

silogisme yang dapat digunakan dalam menarik kesimpulan yang baru yang tepat dari dua

kebenaran yang telah ada. Misalkan ada dua pernyataan (premis):

*       Setiap manusia pasti akan mati (premis mayor).

*       Sokrates adalah manusa (premis minor)

*       maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Sokrates pasti akan mati

Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari

bentuk demokrasi dan monarki. Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka

dapatlah ia dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya


melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti Fisika, Astronomi, Biologi,

Psikologi, Metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar

tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.

Di bidang seni, Aristoteles memuat pandangannya tentang keindahan dalam buku Poetike.

Aristoteles sangat menekankan empirisme untuk menekankan pengetahuan. Ia mengatakan

bahwa pengetahuan dibangun atas dasar pengamatan dan penglihatan. Menurut Aristoteles

keindahan menyangkut keseimbangan ukuran yakni ukuran material. Menurut Aristoteles

sebuah karya seni adalah sebuah perwujudan artistik yang merupakan hasil chatarsis disertai

dengan estetika. Chatarsis adalah pengungkapan kumpulan perasaan yang dicurahkan ke luar.

Kumpulan perasaan itu disertai dorongan normatif. Dorongan normatif yang dimaksud adalah

dorongan yang akhirnya memberi wujud khusus pada perasaan tersebut. Wujud itu ditiru dari

apa yang ada di dalam kenyataan. Aristoteles juga mendefinisikan pengertian sejarah yaitu

Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam

bentuk kronologi. Pada masa yang sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-

peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.

Pada masanya, pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan

pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran Aristoteles dengan

teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi

oleh Maimonides
BAB VI

A. FILSAFAT SCHOLASTIK

Filsafat abad pertengahan lazim disebut abad filsafat skolastik. Kata tersebut diambil

dari kata schuler yang berarti ajaran atau sekolahan. Belakangan kata skolastik menjadi

istilah bagi filsafat pada abad 9-15 yang mempunyai corak khusus yaitu filsafat yang

dipengaruhi agama.

Untuk mengetahui corak pemikiran filsafat abad pertengahan, perlu dipahami

karakteristik dan ciri khas pemikiran filsafatnya. Beberapa karakteristik yang perlu

dimengerti adalah:

1. MCara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja.

2. Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles.

3. Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus.

Secara garis besar filsafat abad pertengahan ini dibagi dua periode, yaitu Periode

Skolastik Islam dan Periode Skolastik Kristen.

B. FILSAFAT KRISTEN

 Periode Filsafat Skolastik Kristen


 Dalam sejarah perkembangannya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
 1.        Masa Skolastik Awal (Abad 9-12 M)
 Masa ini merupakan kebangkitan pemikiran abad pertengahan setelah terjadi
kemerosotan. Masa pra- Yunani disebabkan kuatnya dominasi golongan gereja.
Mulanya skolastik timbul pertama kalinya di biara Itali Selatan dan akhirnya
berpengaruh kedaerah- daerah lain. Di sekolah-sekolah saat itu diterapkan kurikulum
yang meliputi study duniawi atau arts liberales yang meliputi tata bahasa, retorika,
dialektika (seni diskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan, dan musik.
 Pada masa ini persoalan pemikiran yang menonjol adalah hubungan antara rasio
dengan wahyu (agama). Hubungan antara rasio dengan agama ini dirumuskannya
dengan "Credo Ut In Telligam "(saya percaya supaya mengerti). Maksudnya adalah
bahwa orang yang mempunyai kepercayaan agama akan lebih mengerti segala
sesuatunya: Tuhan, manusia, dan dunia. Jadi yang paling diutamakannya adalah
agama dalam filsafatnya, tapi tidak mengingkari kemampuan rasio. Universalia ialah
pengertian umum seperti kemanusiaan, kebaikan, keindahan, dan sebagainya.
 2.        Masa Skolastik Keemasan
 Sejak pertengahan abad ke-12 karya-karya non-krisriani mulai muncul dan filsuf
islam mulai berpengaruh. Masa kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahun
1200-1300 M.
 Secara umum ada beberapa faktor yang menjadikan masa skolastik mencapai
keemasan, yaitu :
 a.    Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rasyd, Ibnu  Sina, sejak abad ke-12
sampai ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
 b.  Tahun 1200 M didirikan Universitas Almamater di Prancis. Almamater inilah
sebagai embrio berdirinya Universitas di Paris, Oxford, dan lain-lain.
 c.   Berdirinya ordo-ordo karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu
pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan suasana
yang semarak pada abad ke-13. Toktoh yang paling terkenal  dimasa ini adalah
Albertus Magnus dan Thomas Aguinas.
 3.        Masa Skolastik Akhir
 Masa ini ditandai dengan kemalasan berpikir filsafat sehingga menyebabkan stagnasi
pemikiran filsafat skolastik kristen. Pada masa ini tokoh yang paling terkenal, yaitu
Nicolaus Cusanus (1401-1404 M). Menurutnya terdapat tiga cara untuk mengenal,
yaitu: lewat indra, akal, dan intuisi. Pemikiran Nicolaus ini dianggap sebagai upaya
mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan kesuatu sintesis yang lebih luas.
Sintesis ini mengarah kemasa depan dan pemikirannya ini tersirat suatu pemikiran
para humanis.

C. FILSAFAT HINDU

Dalam tradisi intelektual India Darsana merupakan padanan yang paling mendekati
istilah filsafat (barat), namun secara esensial ada perbedaan yang sangat mendasar, filsafat
(barat) terlepas dari agama sedangkan darsana tetap mengakar pada agama Hindu. Kata
darsana berasal dari urat kata ‘drs’ yang berarti melihat (ke dalam) atau mengalami, menjadi
kata darsana yang artinya penglihatan atau pandangan tentang realitas. ‘Melihat’ dalam
koteks ini bisa bermakna observasi perseptual atau pengalaman intuitif. Secara umum
‘darsan’ berarti eksposisi kritis, survei logis, atau sistem-sistem, yang lebih lanjut menurut
Radhakrisnan kata ‘darsana’ menandakan sistem pemikiran yang diperoleh melalui
pengalaman intuitif dan dipertahankan, diberlanjutkan melalui argumen logis. Kata darsana
sendiri dalam pengertian filsafat pertama kali digunakan dalam Waisesika sutra karya
Kanada.
Filsafat Hindu (darsana) merupakan proses rasionalisasi dari agama dan merupakan
bagian integral dari agama Hindu yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Agama memberikan
aspek praktis ritual dan darsana memberikan aspek filsafat, metafisika, dan epistemology
sehingga antara agama dan darsana sifatnya saling melengkapi. Darsana muncul dari usaha
manusia untuk mencari jawaban-jawaban dari permasalahan yang sifatnya transenden, dan
yang menjadi titik awalnya adalah kelahiran dan kematian. Mengapa manusia itu lahir?, apa
yang menjadi tujuan kelahiran manusia? dan apa yang hilang ketika manusia mati?,
pertanyaan-pertanyaan inilah yang menjadi titik awal dari darsana.
Filsafat Hindu sering kali dianggap Atman sentris, artinya semuanya dimulai dari
Atman dan akhirnya berakhir pada Atman. Dalam proses pembelajarannya selalu
mengarahkan pada tujuan hidup tertinggi yaitu Moksa, semua proses pikiran dan perasaan
selalu diarahkan menuju tujuan tersebut. Sehingga filsafat Hindu bukanlah proses pemikiran
yang kering dan tanpa tujuan. Realisasi atman menjadi tujuan setiap darsana walaupun dalam
berbagai kapasitas yang berbeda, Veda menyatakan “ Atma va’re drastavyah “ (Atman agar
direalisasikan) atau kembalinya kedudukan asli atman sebagai pelayan abadi Tuhan. Atman
merupakan asas inti dari setiap kehidupan sehingga harus dipahami keberadaannya.
Pada intinya secara esensial, dalam konteks agama maupun darsana, terdapat sebuah
landasan bahwasannya didalam diri manusia terdapat asas yang sifatnya abadi dalam diri
manusia, yaitu atman. Atman sebagai asas roh dan badan sebagai asas materi, atman sebagai
entitas yang independent dan kekal selalu bersifat murni terbebas dari berbagai mala
(kekotoran). Mengembalikan atman yang sifatnya abadi menuju sumber keabadian inilah
yang menjadi tujuan bersama antara darsana dan agama. Atman didalam Bhagavad Gita
digambarkan sebagai berikut :

 Acchedya artinya tidak terlukai oleh senjata.


 Adahya artinya tidak dapat terbakar.
 Akledya artinya tak terkeringkan.
 Acesyah tak terbasahkan.
 Nitya artinya abadi.
 Sarwagatah artinya ada dimana mana.
 Sthanu artinya tidak berpindah pindah
 Acala artinya tidak bergerak.
 Sanatama artinya selalu sama.
 Awyakta artinya tidak terlahirkan.
 Achintya artinya tidak terpikirkan.
 Awikara artinya tidak berubah.

Karena sifat darsana sebagai pandangan yang merupakan akibat dari aktifitas
‘melihat’, maka dapat disadari bahwa ada beberapa pandangan (darsana) dalam tradisi
intelektual India, secara umum filsafat India (Veda) dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Pandangan yang orthodox, disebut juga Astika, kelompok ini secara langsung
maupun tidak langsung mengakui otoritas Veda sebagai sumber ajarannya. Terdiri
dari 6 aliran filsafat (Sad Darsana) yang pada akhirnya disebut sebagai filsafat Hindu,
terdiri dari : Nyaya, Vaisesika, Samkhya, Yoga, Purwwa Mimamsa, Wedanta (Uttara
Mimamsa).
2. Pandangan yang heterodox , disebut juga Nastika, kelompok ini tidak mengakui
otoritas Veda sebagai sumber ajarannya. Terdiri dari Carwaka, Jaina, dan Buddha.

Enam aliran filsafat Hindu (sad darsana) merupakan konsep yang saling berhubungan
satu sama lain : 1. Nyaya dan Waiseika, 2. Samkhya dan yoga, 3. Mimamsa dan Wedanta.
Waisesika merupakan tambahan dari Nyaya, Yoga merupakan tambahan dari Samkhya, dan
Wedanta merupakan satu perluasan dan penyelesaian dari Samkhya.
Wedanta (puncak ajaran Weda) sebagai filsafat yang muncul secara langsung dari
teks-teks upanisad merupakan system filsafat yang dianggap paling memuaskan. Dari
penafsiran-penafsiran filsafat Wedanta muncul berbagai aliran pemikiran antara lain : konsep
adwaita dari Sankaracarya, konsep wisistadwaita dari Ramanujacarya, dan konsep dwaita dari
Sri Madhwacarya, konsep Acintya bheda abheda tattva dari Sri Caitanya. Tiap-tiap pemikiran
filsafat ini mebicarakan tiga masalah pokok yaitu : mengenai Brahman, Alam, dan atman
(roh). Selain ketiga aliran pemikiran yang muncul dari filsafat Wedanta tersebut, masih
terdapat beberapa aliran pemikiran lainnya namun sifatnya lebih pada penggabungan dari tiga
konsep pemikiran tersebut.

3. Sekilas Filsafat Nastika


A. Carwaka
Filsafat carwaka didirikan oleh Brhaspati yang ajarannya tertuang dalam Brhaspati
sutra. Sistem filsafat ini mengembangkan tradisi heterodok, atheisme dan materialisme.
Sering disebut dengan lokayata yang berarti berjalan dijalan keduniawian. Kata carwaka
sendiri berasal dari kata ‘caru’ yang berarti manis dan ‘vak’ yang berarti ujaran, jadi carwaka
berarti kata-kata yang manis. Carwaka mengajarkan tentang kenikmatan indrawi yang
merupakan tujuan tertinggi hidup. Carwaka juga berarti seorang materialis yang
mempercayai manusia terbentuk dari materi, dan tidak mempercayai adanya atman dan
Tuhan, bentuk inilah yang menyebabkan ia sering dianggap sebagai hedonisme timur.
Pengetahuan yang valid hanya didapatkan dengan pratyaksa (persepsi), yaitu melalui kontak
langsung dengan indriya. Alam hanya terbentuk oleh 4 bhuta, elemen zat, yaitu : udara, api,
air, dan tanah. Tujuan tertinggi dari manusia rasional adalah mencapai kenikmatan yang
sebenar-benarnya di dunia, dan menghindari penderitaan. Adapun inti ajaran carwaka
adalah :

1. Tanah, air, api, dan udara adalah elemen dari alam semesta.
2. Tubuh, indra, dan objek-objek merupakan hasil kombinasi dari berbagai elemen alam.
3. Kesadaran muncul dari material seperti sifat alkohol anggur yang muncul dari anggur
yang dipermentasi.
4. Tidak ada roh, yang ada adalah tubuh yang sadar
5. Kepuasan adalah satu-satunya tujuan hidup manusia.
6. Kematian adalah pembebasan.

B. Jaina
Filsafat jaina merupakan sistem filsafat yang mengembangkan tradisi atheisme namun
spiritual, kata jaina sendiri berarti ‘penakluk spiritual’. Pengikut jaina mempercayai 24
tirthangkara (pendiri keyakinan), tirthangkara pertama adalah Rsabhadeva dan yang terakhir
adalah Mahavira. Sistem ini menekankan pada aspek etika yang ketat, yang terutama adalah
ahimsa. Jaina mengklasifikasikan pengetahuan menjadi 2, yaitu :
1. Aparoksa : pengetahuan langsung, terdiri dari avadhi (kemampuan melihat hal-hal
yang tidak nampak oleh indra), manahparyaya (telepathi), dan kevala
(kemahatahuan).
2. Paroksa : pengetahuan antara, terdiri dari mati (mencakup pengetahuan perseptual
dan inferensial) dan sruta (pengetahuan yang diambil dari otoritas)

Jaina menerima tiga jenis pramana, yaitu pratyaksa (persepsi), anumana (inferensi),
dan sruta (otoritas). Jaina meyakini tentang adanya pluralisme roh, terdapat roh-roh sesuai
dengan banyaknya tubuh. Tidak hanya roh dalam manusia, binatang, dan tumbuhan, tapi
meyakini hingga roh-roh yang ada dalam debu. Roh memiliki kualifikasi tinggi dan rendah,
namun semuanya mengalami belenggu dalam pengetahuan yang terbatas. Belenggu dapat
dihilangkan dengan :

1. keyakinan yang sempurna terhadap ajaran guru-guru jaina.


2. Pengetahuan benar dalam ajaran-ajaran tersebut.
3. Perilaku yang benar. Perilaku ini meliputi, tidak menyakiti dan melukai seluruh
mahluk hidup, menghindari kesalahan mencuri, sensualitas, dan kemelekatan objek-
objek indriya.

Dengan tiga hal tersebut maka perasaan akan dikendalikan, dan karma yang
membelenggu roh akan hilang, hingga roh mencapai kesempurnaan alamiahnya yang tak
terbatas. Jaina tidak mempercayai dengan adanya Tuhan, para tirthangkara menggantikan
tempatNya. Jaina mengenal lima disiplin spiritual, yang terdiri dari :

1. Ahimsa (non kekerasan)


2. Satya (kebenaran)
3. Asteya (tidak mencuri)
4. Brahmacarya (berpantang dari pemenuhan nafsu, baik pikiran, kata-kata, dan
perbuatan)
5. Aparigraha (kemelekatan dengan pikiran, kata-kata, dan perbuatan)
D. FILSAFAT ISLAM

Keberadaan filsafat pada masa ini juga menandai masa kegemilangan dunia Islam,
yaitu selama masa Daulah Abbasiyah di Bagdad (750-1258) dan Daulah Amawiyah di
Spanyol (755-7492). Menurut Hasbullah Bakry, istilah skolastik Islam jarang dipakai
dalam Khazanah pemikiran Islam. Istilah yang sering dipakai adalah ilmu kalam atau
filsafat Islam. Kedua ilmu tersebut dalam pembahasannya dipisahkan. Periode
skolastik Islam dapat dibagi ke dalam empat masa, yaitu :
1.        Periode Kalam Pertama
Periode ini ditandai dengan munculnya kelompok-kelompok mutakallimin/aliran-
aliran dalam ilmu kalam, yakni :
a.         Khawarij
b.        Murjiah
c.         Qadariyah
d.        Jabariah
e.         Mu'tazilah
f.         Ahli Sunnah
Aliran yang paling menonjol adalah Mu'tazilah yang dimotori oleh Wasil bin Atha
dan dianggap sebagai rasionalisme Islam. Aliran ini timbul sebagai jawaban atas
tantangan-tantangan yang timbul berupa paham-paham mengenai masalah Tuhan dan
hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu paham tasybih (antropomorphisme),
jabariyah (determinisme), dan khawarij (paham teokratik). Mu'tazilah memberi
jawaban dengan konsep-konsep dan ajarannya, yaitu :
a.         Keesaan Tuhan (al-tauhid)
b.        Kebebasan kehendak (al-iradah)
c.         Keadilan Tuhan (al-'adalah)
d.        Posisi tengah (al-manzilah bain al-manzilatain)
e.         Amar ma'ruf nahi munkar (al-amr bi al-ma'ruf wa al nahy 'an al-munkar) .
2.        Periode Filsafat Pertama
Periode filsafat Islam pertama adalah periode munculnya filsuf-filsuf Muslim di
wilayah Timur, masing-masing adalah :
a.         Al-Kindi (806-873 M)
b.        Al-Razi (865-925 M)
c.         Al-Farabi (870-950 M)
d.        Ibnu Sina (980-1037 M).
3.        Periode Kalam Kedua
Periode ini ditandai dengan tampilnya tokoh-tokoh kalam penting dan besar
pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu kalam berikutnya, antara lain :
a.         Al-Asyi'ari (873-957 M)
Semula ia adalah pengenut Mu'tazilah, tetapi karena tidak puas dengan keterangan-
keterangan yang diberikan oleh gurunya, Al-Juba'i, akhirnya ia keluar dari Mu'tazilah.
Aliran dan pahamnya disebut Asy'ariyah. Di samping Asy'ariyah juga Al-Matudiri.
b.         Al-Ghazali (1065-1111 M)
Ia adalah sosok Muslim yang berpengaruh besar terhadap dunia Islam. Ia bergelar
"hujjatul Islam" (benteng Islam).
4.        Periode Filsafat Kedua
Periode ini ditandai dengan tampilnya sarjana-sarjana dan ahli-ahli dalam berbagai
bidang yang juga meminati filsafat. Mereka hidup dalam masa Daulah Amawiyah di
Spanyol (Eropa) pada saat Eropa sedang dalam masa kegelapan. Dengan tampilnya
para filsuf Muslim di Eropa ini, ilmu dan peradaban tumbuh berkembang dan terus
meningkat. Mereka adalah :
a.         Ibnu Bajjah (1100-1138 M), di Barat di kenal Avempace
b.        Ibnu Thufail (m. 1185 M), di Barat di kenal Abubacer
c.         Ibnu Rusyd (1126-1198 M), di Barat di kenal Averroce
5.        Periode Kebangkitan
Periode ini dimulai dengan adanya kesadaran dan kebangkitan kembali dunia Islam
setelah mengalami kemerosotan alam pikiran sejak abad XV hingga abad XIX. Oleh
karenanya, periode ini disebut juga sebagai Renaissans Islam. Di antara tokoh yang
berpengaruh pada periode ini adalah Jamaluddin Al-Afgani, Muhammad Abduh,
Rasyid Ridha, Muhammad Iqbal, dan masih banyak lagi.

E. KARAKTERISTIK FILSAFAT KRISTEN HINDU

Adalah seperangkat gagasan filosofis yang diprakarsai oleh orang Kristen dari abad

ke-2 hingga saat ini.


St Thomas Aquninas filsuf Kristen dari Gereja Katolik

Filsafat Kristen muncul dengan tujuan mendamaikan sains dan iman, dimulai dari penjelasan rasional

alami dengan bantuan wahyu Kristen. Beberapa pemikir seperti Agustinus percaya bahwa ada

hubungan yang harmonis antara sains dan iman, yang lain seperti tertulis mengklaim bahwa ada

kontradiksi dan yang lain mencoba membedakannya.

Ada ulama yang mempertanyakan keberadaan filsafat Kristen itu sendiri. Klaim ini

bahwa tidak ada orisinalitas dalam pemikiran Kristen dan konsep serta ide-idenya diwarisi

dari filsafat Yunani.. Dengan demikian, filsafat Kristen akan melindungi pemikiran filosofis,

yang telah secara definitif diuraikan oleh filsafat Yunani.

Namun, Boehner dan Gilson mengklaim bahwa filsafat Kristen bukanlah pengulangan

sederhana dari filsafat kuno, meskipun mereka berutang kepada ilmu pengetahuan Yunani

pengetahuan yang dikembangkan oleh Plato, Aristoteles dan Neo-Platonis. Mereka bahkan

mengklaim bahwa dalam filsafat Kristen, budaya Yunani bertahan dalam bentuk organic.

Filsafat Kristen dimulai sekitar abad ke-2. Hal ini muncul melalui gerakan komunitas

Kristen yang disebut patristik, yang memiliki tujuan utama mempertahankan iman kristen.

Kemungkinan Patristik berakhir sekitar abad ke-8. Sejak abad ke-11, filsafat Kristen

dimanifestasikan melalui Skolastisisme . Inilah periode filsafat abad pertengahan atau Abad

Pertengahan yang berlangsung hingga abad ke-15, sebagaimana dikemukakan oleh T. Adão

Lara. Sejak abad ke-16 dan seterusnya, filsafat Kristen, dengan teori-teorinya, mulai hidup

berdampingan dengan teori-teori ilmiah dan filosofis yang independen.

Perkembangan ide-ide Kristen merupakan pemutusan dengan filsafat Yunani,

mengingat bahwa titik awal filsafat Kristen adalah pesan agama Kristen. Kegiatan misionaris
para rasul, pengikut Yesus Kristus, berkontribusi pada penyebaran pesan Kristen, meskipun

pada awalnya agama Kristen menjadi sasaran penganiayaan.

Struktur karya T. Adão Lara menunjukkan pembagian penting dari aspek-aspek

filsafat Kristen pada Abad Pertengahan:

 I. Filsafat awal: Patristik (abad ke-2-7).

 II. Filsafat Abad Pertengahan: Skolastik (abad ke-9-13).

 AKU AKU AKU. Filsafat pra-modern (abad 14-15).

Dalam filsafat Kristen, proposisi perlu ditunjukkan secara alami dan dia menggunakan

refleksi yang dikondisikan oleh pengalaman - dengan penggunaan akal. Titik tolak filosofis

filsafat Kristen adalah logika, tidak terkecuali teologi Kristen Meskipun ada hubungan

antara doktrin teologis dan refleksi filosofis dalam filsafat Kristen, refleksinya sangat

rasional. Dalam cara melihat kedua disiplin ini, jika setidaknya salah satu premis suatu

argumen diturunkan dari wahyu, argumen itu masuk dalam ranah teologi; jika tidak, ia jatuh

ke dalam domain filsafat.

Pembenaran kebenaran iman

Pada dasarnya, cita-cita filosofis Kristen adalah membuat keyakinan agama menjadi

jelas secara rasional melalui akal sehat. Sikap filosof Kristen ditentukan oleh iman dalam hal-

hal yang berkaitan dengan kosmologi dan kehidupan sehari-hari. Berbeda dengan filosof

Sekuler, filosof Kristen mencari kondisi untuk identifikasi kebenaran abadi, yang dicirikan

oleh religiusitas

Ada kritik terhadap filsafat Kristen karena agama Kristen saat ini sedang hegemonik

dan memusatkan elaborasi semua nilai. Koeksistensi filsafat dan agama dipertanyakan,
karena filsafat itu sendiri kritis dan agama didirikan di atas wahyu dan dogma yang mapan.

Lara percaya bahwa ada pertanyaan dan tulisan dengan karakteristik filosofis di Abad

Pertengahan, meskipun agama dan teologi mendominasi. Dengan cara ini ia didirikan oleh

dogma, dalam beberapa aspek, tidak mencegah konstruksi filosofis yang signifikan.

Tradisi

Filsafat Kristen berkembang dari filsafat pendahulunya. Justin didasarkan pada filsafat

Yunani, sebuah akademi di Agustinus dan Patristik. Dalam tradisi pemikiran filosofis Kristen

atau Yudaisme, yang darinya ia diwarisi dari Perjanjian Lama dan lebih mendasar lagi dalam

pesan Injil, yang mencatat atau menjadi pusat pesan yang dianjurkan oleh Kekristenan.

Skolastisisme mendapat pengaruh dari filsafat Yahudi dan filsafat Islam . Eropa Kristen ini

tidak tetap secara eksklusif dipengaruhi oleh dirinya sendiri, tetapi mengalami pengaruh kuat

dari budaya lain.

Sistematisasi tampilan

Ada upaya untuk secara sistematis dan komprehensif mensistematisasikan masalah-masalah

realitas dalam satu kesatuan yang harmonis. Ada kurangnya semangat kreatif, yang

dikompensasi oleh visi keseluruhan. Wahyu Kristen sendiri memberikan gambaran umum

kepada orang Kristen.


BAB VII

1. LATAR BELAKANG FILSAFAT MODERN

Filsafat Modern yaitu pembagian dalam sejarah Filsafat Barat yang dibuat sebagai tanda

selesainya era skolastisisme Waktu munculnya filsafat modern yaitu masa ratus tahun ke-17

sampai awal masa ratus tahun ke-20 di Eropa Barat dan Amerika Utara Filsafat Modern ini

pun dimulai sejak munculnya rasionalisme lewat pemikiran Descartes seorang filsuf

terkemuka pada zaman Modern.

Masa modern dibuat sebagai identitas di dalam filsafat Modern. Pada masa ini

rasionalisme semakin dipikirkan. Tidak remeh untuk menentukan mulai dari kapan Masa

ratus tahun Pertengahan berhenti. Namun, bisa disebutkan bahwa Masa ratus tahun

Pertengahan itu selesai pada masa ratus tahun 15 dan 16 atau pada belakang masa

Renaissance Masa setelah Masa ratus tahun Pertengahan yaitu masa Modern. Sekalipun,

memang tidak jelas kapan selesainya Masa ratus tahun Pertengahan itu. Akan tetapi, berada

hal-hal yang jelas menandai masa Modern ini, yaitu dibuat sebagai bertambah sempurna

pesat berbagai kehidupan manusia Barat, khususnya dalam segi kebudayaan, pengetahuan

pengetahuan, dan ekonomi Usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik Yunani-

Romawi Kebudayaan ini pulalah yang diresapi oleh suasana kristiani. Di segi Filsafat,

terdapat aliran yang terus mempertahankan masa Klasik. Aliran-aliran dari Kungfu dan

mazhab Stoa dibuat sebagai aliran-aliran yang terus dipertahankan. Pada masa Renaissance

ini tidak menghasilkan karya-karya yang penting.

Satu hal yang yang dibuat sebagai perhatian pada masa Renaissance ini yaitu ketika

kita melihat perkembangan pemikirannya. Perkembangan pada masa ini menimbulkan sebuah

masa yang amat berperan di dalam dunia filsafat. Inilah yang dibuat sebagai awal dari masa

modern. Timbulnya pengetahuan pengetahuan yang modern, berdasarkan metode


eksperimental dan matematis. Segala sesuatunya, khususnya di dalam segi pengetahuan

pengetahuan mengutamakan logika dan empirisme. Aristotelian menguasai seluruh Masa

ratus tahun Pertengahan ini melalui hal-hal tersebut.

Pada masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada segi ekonomi. Hal ini

terlihat dari kota-kota yang dibuat sebagai bertambah sempurna dibuat sebagai pusat

perdagangan, pertukaran barang, programa ekonomi monoter, dan perbankan. Kaum kelas

menengah melaksanakan upaya untuk bergerak dari keterpurukan dengan mengembangkan

suatu kebebasan tertentu. Kebebasan ini bersesuaian dengan syarat-syarat dasar kehidupan.

Segala macam barang kebutuhan bisa dibeli dengan uang. Makanisme pasar pun sudah mulai

mengambil peranan penting untuk menuntut manusia untuk rajin, cerdik, dan cerdas. Dari

sudut pandang sosio-ekonomi menjelaskan bahwa individu berhadapan dengan tuntutan-

tuntutan baru dan praktis yang harus dijawab berdasarkan kemampuan muslihat budi yang

mereka miliki. Kemampuan ini tanpa harus mengacu untuk otoritas lain, entah itu dari

kekuasaan gereja, tuntutan tuan tanah feodal, maupun petuah muluk-muluk dari para filsuf.

Dari sudut pandang sejarah Filsafat Barat melihat bahwa masa modern yaitu periode

dimana berbagai aliran pemikiran baru mulai muncul bersamaan dan beradu dalam kancah

pemikiran filosofis Barat Filsafat Barat dibuat sebagai penggung perdebatan antar filsuf

terkemuka Setiap filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang khas. Argumentasi

mereka pun tidak jarang yang bersifat kasar dan sini, kadang tajam dan pragmatis, berada

juga yang sentimental. Sejarah filsafat pada masa modern ini dibagi ke dalam tiga zaman

atau periode, yaitu: zaman Renaissans (Renaissance), zaman Pencerahan Budi (Aufklarung),

dan zaman Romantik, khususnya periode Idealisme Jerman.

Berada sebagian tokoh yang dibuat sebagai perintis yang membuka perlintasan baru

menuju perkembangan ilmiah yang modern. Mereka yaitu Leonardo da Vinci (1452-1519),
Nicolaus Coperticus (1473-1543), Johannes Kepler (1571-1630) dan Galileo Galilei (1564-

1643). Sedangkan Francis Bacon (1561-1623) yaitu filsuf yang meletakkan dasar

filosofisnya untuk perkembangan dalam segi pengetahuan pengetahuan. Dia yaitu bangsawan

Inggris yang terkenal dengan karyanya yang bermaksud untuk menggantikan teori

Aristoteleles tentang pengetahuan pengetahuan dengan teori baru.

Sekalipun demikian, Rene Descartes yaitu filsuf yang paling terkenal pada masa

filsafat modern ini. Rene Descartes (1596-1650) diberikan gelar sebagai bapa filsafat modern.

Dia yaitu seorang filsuf Perancis. Descartes berusaha dapat filsafat pada Kolese yang

dipimpin Pater-pater Yesuit di desa La Fleche. Descartes menulis sebuah buku yang terkenal,

yaitu Discours de la method pada tahun 1637 Bukunya tersebut berisi tentang uraian tentang

metode perkembangan intelektuilnya. Dia dengan lantang menyatakan bahwa tidak berpuas

diri dengan filsafat dan pengetahuan pengetahuan yang dibuat sebagai bahan pendidikannya.

Dia juga menjelaskan bahwa di dalam dunia ilmiah tidak berada sesuatu pun yang

dianggapnya pasti. Segala sesuatu bisa dipersoalkan dan pada kenyataannya memang

dipersoalkan juga.

2. MASA AUFKLARUNG

Aufklarung berarti Zaman pencerahan atau zaman fajar budi adalah suatu gerakan

besar di eropa pada abad ke-18m yang memberi kedudukan dan kepercayaan luar biasa

kepada akal budi manusia. Masa ini dihiasi dengan aneka temuan pengetahuan oleh para ahli.

Selain temuan pengetahuan, masa aufklarung juga berkontribusi besar terhadap perubahan

sejarah dunia. Salah satu peristiwa besar yang dipengaruhi oleh periode ini adalah Revolusi

Perancis yang ikut serta memengaruhi tatanan masyarakat dunia.

AUFKLARUNG DI EROPA Aufklarung merupakan lanjutan dari Renaissance,

Kalau Renaissance dipandang sebagai peremajaan pikiran, maka Aufklarung menjadi masa
pendewasaannya. Periode Aufklarung telah membawa banyak perubahan pola pikir manusia.

Banyak Negara di eropa yang mulai mengembangkan periode Aufklarung diantaranya

Jerman, Inggris, dan Perancis. Berbagai Negara mempunyai karakteristik masing masing

sejalan dengan perkembangan masa Aufklarung.

PEMIKIRAN TOKOH TOKOH AUFKLARUNG Rasionalisme

EmpirismeKantianisme Idealisme Positifisme Pragmatisme Eksistensialisme Fenomenologi

Masa Aufklarung Melahirkan beberapa pemikiran

RASIONALISME Rasionalisme merupakan pendekatan filosofis yang menekankan

akal budi sebagai sumber utama pengetahuan. Hampir semua ahli muncul pada zaman ini

merupakan ahli Matematika, seperti Descartes, Spinoza, dan Leibnis. Mereka mencoba

menyusun suatu sistem filsafat berdasarkan rasionalisme.

EMPIRISME Doktrin Empirisme adalah lawan dar rasionalime yang menganggap

bahwa sumber pengetahuan harus di cari dalam pengalaman. Tokoh Empirisme pada

umumnya memberikan tekanan lebih besar pada pengalaman dibandingkan dengan filsuf

filsuf lain. Pengalaman indrawi menurut mereka adalah satu satunya sumber pengetahuan,

bukan akal. Aliran Empirisme diawali dari Francis Bacon, yang memberi tekanan kepada

pengalaman sebagai sumber pengenalan. Aliran ini diterima dan dikembangkan oleh tokoh

tokoh terkemuka Empirisme, seperti Thomas Hobbes, John Locke, dan D.Hume.

KANTIANISME Tokoh yang terkenal dalam aliran ini adalah Immanuel Kant. Ia

adalah salah seorang pemikir kritikus dan pemikir besar di barat. Dia dengan gigih berupaya

mendamaikan pertentangan yang terjadi antara Rasionalisme dan Empirisme. Kant mencoba

merumuskan kebenaran ilmu pengetahuan melalui 2 paham yang bertentangan, yakni

Rasionalisme dan Empirisme. Ia berpendapat bahwa pengetahuan hasil kerjasama 2 unsur,

yakni pengalaman dan kearifan akal budi. Pengalaman indrawi adalah unsur a posteriori(yang
datang kemudian), sedangkan akal budi merupakan unsur a priori( yang datang lebih dulu).

Kant membedakan menjadi 3 macam, yaitu : 1.Akal budi 2.Rasio 3.Indrawi

IDEALISME Idealis secara umum berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah

madzhab epistimologi yang mengajarkan bahwa pengetahuan deduktif dapat diperoleh

manusia dengan akalnya. Lawan rasionalisme dalam epistimologi ialah empirisme yang

mengatakan bahwa pengetahuan bukan dari akal,melainkan melalui pengalaman empiris.

Aliran idealisme ini diwakili oleh beberapa tokoh diantaranya J.G. Flitcher,

F.W.S.Schelling,dan F.Hegel.

POSITIVISME Positivisme bukanlah suatu aliran yang berdiri sendiri. Ia hanya

menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama. Ia menyempurnakan

metode ilmiah dengan memasukan eksperimen dan ukuran- ukurannya. Jadi Positivisme itu

sama dengan empirisme dan rasionalisme. Perbedaannya empirisme menerima pengalman

batiniah sedangkan positivism membatasi pada pengalaman objektif. Pelopor utama

positivisme adalah Auguste Comte, seorang filsuf Prancis yang besar pengaruhnya terhadap

perkembangan sains dan teknologi modern.

PRAGMATISME Pragmatisme adalah aliran pemikiran yang memandang bahwa

benar tidaknya suatu ucapan,dalil, atau teori, semata-mata bergantung kepada manfaatnya

dalam kehidupan. Salah satu tokoh yang terkenal dalam aliran ini adalah William James. Ia

beranggapan bahwa tidak ada kebenaran yang mutlak, berlaku umum, dan yang berdiri lepas

dari akal.

FENOMENOLOGI Fenomenologi adalah sebuah studi dalam bidang filsafat yang

mempelajari manusia sebagai sebuah fenomena. Ilmu fenomenologi. Ilmu fenomenologi

dalam filsafat biasa dihubungkan dengan ilmu hermeneutic, yaitu ilmu yang mempelajari arti

daripada fenomena ini. Ahli Fenomenologi yang pertama Edmumd Husserl yang memulai

karir filsafatnya dengan suatu buku tentang dasar-dasar ilmu hitung.


EKSISTANSIALISME Eksistensialisme merupakan aliran filsafat yang memandang

berbagai gejala dengan berdasar pada eksistensinya. Artinya bagaimana manusia berada

dalam dunia. Pusat perhatiannya adalah situasi manusia. Istilah eksistensialisme

dikemukakan oleh Martin Heidegger yang berasal dari Jerman.

PENGARUH AUFKLARUNG BAGI INDONESIA DAN DUNIA Pengaruh

Aufklarung sangat dirasakan pada perkembagan teknologi dan pemikiran dalam abad

modern. Masa ini melahirkan beberapa tokoh dan ahli- ahli yang berperan dalam

perkembangan ilmu pengetahuan. Selain itu masa Aufklarung juga menghasilkan beberapa

filsafat penting yang masi diadopsi sampai saat ini dalam berbagai ilmu pengetahuan.

1. KARAKTERISTIK FILSAFAT MASA RENAISSANCE DAN

MASA AUFKLARUNG

Aufklarung (Masa Pencerahan/Fajar Abadi)

Pada abad ke-18 dimulailah suatu zaman baru, yang memang telah ada

pada Renais s ance s erta yang mew ujudkan buah pahit dari ras ionalis m e dan

empirisme. Abad ke-18 masa itu terkenal dengan sebutan zaman Pencerahan

(Aufklarung ). Jadi, Renaissance sebenarnya merupakan masa transisi untuk menuju ke

zaman pencerahan (Aufklarung) abad ke-18.

Dalam kurun waktu “pencerahan’ pada ummnya yang berkuasa ialah semangat yang

menaruh kepercayaan optimistik pada kekuatan akal pemikiran eropa. Mulailah semakin

lama semakin banyak kaum borjuis yang sadar mengambil tempat dalam kehidupan ilmiah.

Di samping itu khususnya perkembangan yang cepat dalam bidang matematika serta fisikalah

yang mengilhami optimisme ini. Terutama peletakan dasar-dasar fisika klasik oleh Isaac
Newton (1642-1727) memberi kesan yang hebat. Oleh peristiwa itu fisika mendapatkan

dasar-dasarnya yang tetap dan membayangkan suatu perkembangan tak terbatas. Orang

mengira bahwa apa yang berlaku pada fisika dapat dijangka pula bagi ilmu pengetahuan yang

lain. Dengan terjadinya semua itu lambat-laun orang semaki menaruh harapan pada

pengusahaan ilmu pengetahuan positif dibanding pada pengusahaan filsafat. Oleh sebab itu

abad ke-18 merupakan abaf yang didalamnya filsafat mengalami perkembangan yang sedikit.

Hal-hal penting yang dapat dicatat terletak pada bidang kritik maupun pada bidang-bidang

yayng terletak di perbatasan antara filsafat dengan ilmu pengetahuan positif.

Pencerahan berasal dari Inggris. Hal ini disebabkan karena menjelang akhir abad

ke-17 di Inggris berkembanglah suatu tata ne gara yang liberal. Oleh karena itu,

lambat-laun pencerahan tumbuh menjadi keyakinan umum di antara para ahli pikir.

Gerakan ini dibawa dari Inggris ke Perancis, kemudian dari sana tersebar ke seluruh

eropa. Di Perancis gerakan ini secara sadar dan terus beriringan dengan keadaan

kemasyarakatan, kenegaraan dan kegerejaan pada waktu itu. Akhirnya, Jerman mengikuti

jejak Perancis. Akan tetapi, gerakan pencerahan berjalan dengan lebih tenang dan serasi,

kurang menampakkan pertentangan antara Gereja dan masyarakat.

Pencerahan di Inggris

Salah satu gejala Pencerahan di Inggris ialah yang disebut Deisme, suatu

aliran dalam filsafat Inggris pada abad ke-18, yang menggabungkan diri dengan

gagasan Eduard Herbert dari Cherburry (1581-1648), yang dapat disebut pemberi alas

ajaran agama alamiah. Deisme adalah suatu aliran yang mengakui adanya yang

menciptakan alam semesta ini. Akan tetapi, setelah dunia diciptakan, Allah

menyerahkan dunia kepada nasibnya sendiri.

Menurut Herbert, akal mempunyai otonomi mutlak di bidang agama. lumit

agama Kristen ditaklukkan kepada akal. Atas dasar pendapat ini, ia menentang
segala kepercayaan yang berdasarkan wahyu. Terhadap segala skeptisme di bidang

agama ia bermaksud sekuat mungkin meneguhkan k abenaran-kebenaran dasar

alamiah dari agama.

Pencerahan di Perancis

Pada abad ke-18 filsafat di Perancis menimba gagasannya dari Inggris. Para

pelopor filsafat di Perancis sendiri (Descartes, d1l) telah dilupakan dan tidak dihargai

lagi. Sekarang, yang menjadi guru mereka adalah Locke dan Newton.

Dua tok oh ya ng a ka n di bi ca ra ka n di s in i, ya it u p er ta ma - ta ma

V o lt ai re (1694-1778), yang adalah nama samaran dari Francois Marie Arouet. Pada

tahun 1726 ia mengungsi ke Inggris. Ia berkenalan dengan teori-teori Locke dan

Newton. Apa yang telah diterimanya dari kedu tokoh ini ialah: a) sampai di

mana jangkauan akal manusia, dan b) di mana letak batas - batas akal manus ia.

Orang kedua yang akan dibicarakan adalah Jean Jacques Rousseau (1712-

1778), yang telah memberikan penutupan yang sistematis bagi cita-cita

pencerahan di Perancis. Sebenarnya ia menentang Pencerahan, yang menurut

dia, menyebarkan kesenian dan ilmu pengetahuan yang umum, tanpa disertai

penilaian yang baik, dengan terlalu percaya kepada pembaharuan umat manusia melalui

pengetahuan dan keadaban.

Pencerahan di Jerman

Pada umumnya pencerahan di Jerman tidak begitu bermusuhan sikap nya

terhadap agama Kristen seperti yang terjadi di Perancis. Memang orang juga

berusaha mcnyerang dasar-dasar iman kepercayaan yang berdasarkan wahyu, serta

menggantinya dengan agama yang berdasarkan perasaan yang bersifat panteistis,

akan tetapi semuanya itu berjalan tanpa "perang" terbuka.


P ara perintis nya di antaranya adalah S amuel P ufendorff (1632-1694),

Christian Thomasius (1655-1728). Akan tetapi, pemimpin yang sebenarnya di

bidang filsafat adalah Christian Wolff (1679-1754). Ia mengusakan agar filsafat

menjadi suatu ilmu pengetahuan yang pasti dan berguna , dengan

mengusahakan adanya pengertian-pengertian yang jelas dan bukti-bukti yang

kuat. Penting sekali baginya adalah susuanan sitem filsafat yang bersifat

didaktis, gagasan-gagasan yang jelas dan penguraian yang tegas. Dialah yang

menciptakan istilah-istilah filsafat dalam bahasa Jerman dan menjadikan bahasa itu

menjadi serasi bagi pemikiran ilmiah . Pekerjaannya itu membuat filsafat menarik

perhatian umum.

Orang yang seolah-olah dengan tiba-tiba menyempurnakan Pencerahan

adalah Immanuel Kant (1724-1804). M unculnya Kant menyebabkan

dimulainya zaman baru, sebab filsafatnya mengantarkan pada suatu g a g a s a n

b a r u y a n g m e m b e r i a r a h k e p a d a s e g a l a p e m i k i r a n f i l s a f a t d i za ma n y an g

l eb ih k em ud ia n. K an t m em an g me ra s a b ahw a ia meneruskan Pencerahan.

Menurut Immanuel Kant zaman Pencerahan adalah zaman manusia

keluar dari keadaan tidak akil balik, yang disebabkan karma kesalahan

manusi a sendiri. Kesalahan itu terletak di sini, bahwa manusia tidak mau

memanfaatkan akalnya. Sekarang semboyan orang adalah: “Beranilah berpikir!”. V o l t a i r e

m e n y e b u t z a m a n P e n c e r a h a n a d a l a h " z a m a n a k a l " . S e k a r a n g  orang merasa

bahwa zaman pewalian pemikiran manusia telah tiada lagi. Umat manusia telah

merasa bebas, merdeka dan tidak memerlukan lagi tiap kuas a yang datang dari

luar dirinya, di bidang apa pun. Sekarang, orang dapat tanpa gangguan hidup

demi kemajuan keadabannya tanpa batas.

Anda mungkin juga menyukai