LP Nyeri
LP Nyeri
LP Nyeri
Di Susun Oleh :
SEKAR FULANAH
222020010067
Jalur nyeri di sistem saraf pusat terbagi dua menjadi, jalur asendens dan desendens. Pada
jalur asendens, serat saraf C dan A-δ aferen yang menyalurkan impuls nyeri masuk ke medulla
spinalis di akar saraf dorsal. Serat saraf C dan A-δ halus masing-masing membawa nyeri akut-
tajam dan kronik lambat, bersinaps di substansia tanduk dorsal, memotong medulla spinalis, dan
naik ke otak melalui cabang traktus spinotalamikus. Terdapat dua jalur spinotalamikus sejajar
yang menyalurkan impuls ini ke otak ; traktus neospinotalamikus dan paleospinotalamikus.
Traktus neospinotalamikus membawa info mengenai nyeri cepat atau akut dari nosiseptor A-δ ke
daerah talamus dan bersinaps di nucleus ventroposterolateralis talamus. Neuron di thalamus akan
memproyeksikan akson-aksonnya untuk membawa impuls nyeri ke korteks somatosensorik
primer girus pascasentralis. Jalur nespinotalamikus memediasi aspek murni sensorik nyeri yaitu,
lokasi, intensitas dan kualitas Traktus paleospinotalamikus menyalurkan impuls dari nosiseptor
tipe C lambat-kronik, adalah suatu jalur difus yang membawa impuls ke formasio retikularis
batang otak sebelum berakhir di nucleus parafasikularis dan nucleus intralaminar lain di
thalamus, hipotalamus, nucleus sitem limbik, dan korteks otak depan. Jalur ini terkait dengan
respon emosional. Karena dimensi ini munculnya rasa takut yang mengiringi nyeri
Pengalaman nyeri dapat digambarkan dalam tiga komponen: 1) sensorik, 2) emosional, dan
3) kognitif. Sensorik: Komponen sensorik dikendalikan oleh sistem saraf kita. Jika ada stimulasi,
maka sistem saraf yang mengirimkan pesan ke otak akan diaktifkan. Otak kemudian akan
menganalisis pesan-pesan ini dan memberitahu kita mana yang sakit dan seberapa kuat
intensitasnya. Ini merupakan sistem yang biasanya diaktifkan pada saat cedera jaringan dan
dimatikan ketika proses penyembuhan jaringan. Namun, pada beberapa pasien dengan nyeri
kronis, sistem ini menyala dan tetap aktif bahkan jika kerusakan jaringan tidak ada. Dokter dapat
mengontrol komponen sensorik dengan obat-obatan, terapi fisik dan blok saraf
Emosional: Ketika rasa sakit mengaktifkan sistem saraf sensorik, sistem saraf sensorik
akan mengaktifkan struktur jauh di dalam otak kita yang mengendalikan emosi, denyut jantung,
dan tekanan darah. Jika seorang anak mengalami rasa sakit, reaksi langsung adalah untuk
menangis. Hal ini karena anak-anak memiliki kontrol yang minimal atas emosi mereka. Seorang
psikolog dapat mengajarkan teknik biofeedback kepada pasien untuk mengurangi respons
emosional Kognitif: pengetahuan adalah aspek yang penting dalam dimensi kognitif.
Pengetahuan tentang nyeri dapat mempengaruhi respon dan penanganan seseorang terhadap
nyeri. Nyeri sendiri dapat dimodifikasi oleh seseorang berdasarkan cara berpikir tentang nyeri
yang dirasakannya, apa saja pengharapan atas nyerinya, dan makna nyeri tersebut dalam
kehidupannya
II. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Berbagai teori keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien
yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Konsep kenyamanan mempunyai
subjektifitas yang sama dengan nyeri. Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial,
spiritual, psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan
dan merasakan nyeri. Setiap individu memiliki karakteristik fisiologis, sosial, spiritual,
psikologis, dan kebudayaan yang mempengaruhi cara mereka menginterpretasikan dan
merasakan nyeri (Ruminem, 2021). Keamanan adalah keadaan bebas dari cidera fisik dan
psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram (Listiarini, 2019). Kenyamanan
merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera atau nyaman baik secara mental, fisik
maupun sosial (Keliat, Windarwati, Pawirowiyono, & Subu, 2015). Nyeri merupakan kondisi
berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda
pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan atau mengevaluasi nyeri yang dialaminya (Aziz Alimul, 2019). Nyeri
merupakan pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan actual atau potensial yang di gambarkan sebagai kerusakan (Internalional
Associatron for the study of poin); awita yang tiba - tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau di prediksi (Cegame, 2020).
B. ETIOLOGI
1. Agen cidera fisiologis (mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen cidera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia instan)
3. Agen Cidera Fisik (Mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
2. Darah Rutin
a. Hemoglobin, eritrosit, leukosit, hematokrit, trombosit
3. Urin purin
4. USG
5. Terapi medis
6. EKG
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi Farmakologi
a) Analgetik non opioid – Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAISN) untuk
penatalaksanaan nyeri ringan sampai sedang terutama asetomenofen (Tylenol) dan
OAISN dengan ef anti peritik, analgetik dan anti iflamasi, Asam asetilsalisilat (aspirin)
dan Ibuprofen
b) Analgesia opioid
Merupakan analgetik yang kuat yang bersedia dan digunakan dalam penatalaksanaan
nyeri dengan skala sedang sampai dengan berat. Obat-obat ini merupakan patokan dalam
pengobatan nyeri pasca operasi dan nyeri terkait kanker
c) Adjuvan / Koanalgetik
Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek komplementer dalam
penatalaksanaan nyeri yang semula dikembangkan untuk kepentingan lain. Contoh obat
ini adalah Karbamazopin (Tegretol) atau Fenitoin (Dilantin).
2. Terapi Non Farmakologi
a) Relaksasi Nafas Dalam
b) Massase
c) Distraksi
H. PENGUKURAN NYERI
Pengukuran Nyeri (Score Nyeri) Nyeri merupakan masalah yang sangat subjektif yang
dipengaruhi oleh psikologis, kebudayaan dan hal lainnya, sehingga mengukur intensitas nyeri
adalah hal yang sulit. Ada beberapa metode yang umumnya digunakan untuk menilai
intensitas nyeri, antara lain :
a. Verbal Rating Scale (VRSs)
Menggunakan suatu word list untuk mendeskripsikan nyeri yang dirasakan. Pasien
disuruh memilih kata-kata atau kalimat yang menggambarkan karakteristik nyeri
yang dirasakan dari word list yang ada. Metode ini dapat digunakan untuk
mengetahui intensitas nyeri dari saat pertama kali muncul sampai tahap
penyembuhan. Penilaian ini menjadi beberapa kategori nyeri, yaitu : - tidak nyeri
(none) - nyeri ringan (mild) - nyeri sedang (moderate) - nyeri berat (severe) - nyeri
sangat berat (very severe)
Tanda fisiologis dapat menunjukan nyeri pada klien yang berupaya untuk tidak mengeluh dan
mengakui ketidaknyamanan. Sangat penting untuk mengkaji tanda-tanda vital dan pemeriksaan
fisik termasuk mengobservasi keterlibatan saraf otonom. Saat awitan nyeri akut, denyut jantung,
tekanan darah dan frekuensi pernapasan meningkat
b. Efek perilaku
Klien yang mengalami nyeri menunjukkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang khas dan
berespon secara vokal serta mengalami keeusakan dalam interaksi sosial. Klien seringkali
meringis, menyeringit dahi, mengigit bibir, gelisah, imilisasi, mengalami ketegangan otot,
melakukan gerakan melindungi bagian tubuh sampai dengan menghindari percakapan,
menghindari kontak sosial dan hanya berfokus pada aktifitas menghilangkan nyeri.
Klien mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi dalam aktifitas klien, seperti
mengalami kesulitan dalam melakukan tindakan higiene normal dan dapat menganggu aktifitas
normal seperti klien merasa kelelahan, cemas, sakit, dan nyeri tidak kunjung hilang.
a. Identitas
1) Identitas klien
Identitas klien berisi tentang biodata klien yaitu nama, umur, jenis kelamin, tempat tanggal
lahir, golongan darah, pendidikan terakhir, agama, suku, status perkawinan, pekerjaan,
TB/BB, alamat, nomor rekam medis
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, hubungan dengan
klien, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Pada riwayat kesehatan dahulu, apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama atau
perlu dikaji apakah pasien pernah mengalami penyakit yang memungkinkan akan
berpengaruh pada kesehatan sekarang, misalnya hipertensi, diabetes mellitus.
Adakah anggota keluarga yang mempunyai penyakit serupa dengan pasien atau penyakit
keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus, stroke dan penyakit jantung lainnya yang
mengakibatkan pasien beresiko terhadap penyakit jantung
5) Pencernaan: anoreksia, mual, muntah yeng disebabkan karena adanya luka duodenal,
nyeri pada ulu hati, tidak toleran terhadap adanya makanan seperti cokelat dan makanan
pedas serta membran mukosa kering.
2) Kondisi psikologis.
4) Integritas ego, yaitu faktor stress akut, kronis, dan perasaan tidak berdaya.
B. Diagnosa Keperawatan
muncul, yaitu:
B. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan komponen keempat dari proses keperawatan
setelah merumuskan rencana asuhan keperawatan. Implementasi keperawatan merupakan
bagian dari proses keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperkirakan dalam asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan.
Intervensi keperawatan yang sudah direncanakan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) dilaksanakan pada tahap implementasi keperawatan
C. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah fase kelima atau terakhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi
formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas
pengambilan keputusan.
Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif,
assesment, planing) . Adapun komponen SOAP yaitu S (subjektif) dimana perawat
menemui keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan keperawatan,
O (objektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat
secara langsung pada pasien dan yang dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan, A
(assesment) adalah interpretasi dari data subjektif dan objektif, P (planing) adalah
perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambah
dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya .
Evaluasi keperawatan terhadap pasien yang mengalami nyeri akut yang diharapkan
adalah :
a. Tidak mengeluh nyeri
b. Tidak meringis
c. Tidak bersikap protektif
d. Tidak gelisah
e. Kesulitan tidur menurun
f. Frekuensi nadi membaik
g. Melaporkan nyeri terkontrol
h. Kemampuan mengenali onset nyeri meningkat
i. Kemampuan mengenali penyebab nyeri meningkat
j. Kemampuan menggunakan teknik non-farmakologis meningkat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017, Standar Diagnose Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Tindakan
Keperawatan Edisi I Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017, Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan Kriteria
HasilKeperawatan Edisi I Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Dan
Tindakan
Keperawatan Indonesia Edisi I Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Ruminem. 2021. Bahan Ajar Mata Kuliah Keperawatan Dasar Konsep Kebutuhan Rasa Aman
Dan
Nyaman. Samarinda: Universitas Mulawarman Samarinda
Nadya Putri. 2020. Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Aman Dan Nyaman Nyeri Pada Pasien
Dengan Infark Miokard Akut (IMA) di Bangsal Jantung Rsup Dr. M Djamil Padang. Hal
9-
10 Pada tanggal 15 September 2022
Nadya Putri. 2020. Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Aman Dan Nyaman Nyeri Pada Pasien
Dengan Infark Miokard Akut (IMA) Di Bangsal Jantung RSUP Dr. M.Djamil Padang. Hal
9-
10. Pada tanggal 15 September 2022