Gambaran Pemeriksaan Ultrasonografi Plasenta Pada Pasien Plasenta Previa Di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Pada TAHUN 2014-2016
Gambaran Pemeriksaan Ultrasonografi Plasenta Pada Pasien Plasenta Previa Di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Pada TAHUN 2014-2016
Gambaran Pemeriksaan Ultrasonografi Plasenta Pada Pasien Plasenta Previa Di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Pada TAHUN 2014-2016
SKRIPSI
Oleh :
SKRIPSI
Oleh :
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat, taufiq dan hidayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul ”Gambaran Pemeriksaan
Ultrasonografi Plasenta Pada Pasien Plasenta Previa Di Rumah Sakit Umum Pusat
H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2014-2016”. Skripsi ini ditulis dalam rangka
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran.
Penulisan Skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh itu penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
penghargaan kepada:
1. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
2. dr. M. Oky Prabudi,M.Ked(OG), SpOG(K), selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dengan tulus dan sabar memberikan saran,
dukungan dan nasihat dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. dr. Khairani Sukatendel, M.Ked(OG), SpOG(K), selaku Ketua Penguji yang
telah banyak memberikan teguran dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. dr. Harry A. Asroel, M.Ked, Sp THT-KL(K), selaku Anggota Penguji telah
banyak memberikan teguran dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan yang telah memberikan
izin untuk melaksanakan penelitian ini.
6. Instalasi Rekam Medis yang turut membantu mengumpulkan data-data
penelitian sepanjang waktu pengumpulan data.
7. Kedua ibu bapa saya yang banyak memberikan semangat, doa dan pengertian.
8. Teman-teman yang banyak membantu dalam penyiapkan skripsi ini.
ii
Halaman
Halaman Pengesahan.………..………………………………….....………... i
Kata Pengantar.………..………………………………….....……….............. ii
Daftar Isi ……………………………………………………………............. iv
Daftar Gambar .……………………………………….................…………... vii
Daftar Tabel.……………………………......................……………………... viii
Daftar Lampiran……………………………………….................…………... ix
Daftar Singkatan.……………................……………………………………... x
Abstrak.…..............................………………………………………………... xi
Abstract.…..............................……………………………………………….. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 3
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................... 3
1.3.2. Tujuan Khusus ..................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 4
1.4.1 Bagi Peneliti .......................................................................... 4
1.4.2 Bagi Pendidikan .................................................................... 4
iv
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 39
LAMPIRAN
vi
vii
viii
ix
USG: Ultrasonografi
ANC: Antenatal Care
APT: kalium hidroksida
CO2: Carbon dioxide
CPU: Central processor unit
DJJ: Denyut jantung janin
FK UPN: Fakultas Kedokteran Pembangunan Nasional
FRCOG: Fellows of Royal College of Obstetricians and Gynecologists
Hb: Hemoglobin
HIV: Human Immunodeficiency Virus
ISUOG:International Society of Ultrasound in Obstetrics and Gynecology
IUFD: Intra uterine fetal death
IVF: In Vitro Fertilization
LILA: Lingkar lengan atas
MD: Medical Degree
MRI: Magnetic Resonance Imaging
O2: Oxygen
OUI: Ostium Uteri Internum
PhD: Doctor of Philosophy
SpOG: Spesialis Obstetri dan Ginekologi
TFU: Tingkat fundus uteri
USG-TA: Ultrasonografi Transabdominal
USG-TP: Ultrasonografi Transperineal
USG-TV: Ultrasonografi Transvaginal
Latar Belakang.Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal, rendah sekali
hingga menutupi jalan lahir seluruh atau sebagian ostium uteri internum (OUI). Plasenta previa
ditandai dengan perdarahan tanpa nyeri dan diagnosis USG untuk lokasi plasenta. Tujuan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pemeriksaan ultrasonografi plasenta pada
pasien plasenta previa di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2014 hingga Desember
2016. Metode. Desain penelitian ini adalah cross sectional retrospektif menggunakan data
sekunder dengan total sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 46 orang di RSUP H.
Adam Malik Medan. Data penelitian dianalisis menggunakan SPSS (Statistical Package for the
Social Sciences), kemudian didistrubusi secara deskriptif. Hasil. Hasil penelitian diperoleh adalah
jumlah kasus plasenta previa bagian Obstetrik dan Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan
periode Januari 2014 hingga Desember 2016 sebanyak 70 orang (0,0015%) dan dijumpai onset
perdarahan per vagina terbanyak pada trimester ke-3 dengan 42 orang (91,3%). Pendekatan cara
pemeriksaan USG transabdominal dilaksanakan ke semua 46 pasien (100%). Plasenta previa
totalis adalah yang terbanyak didapatkan dengan jumlah 33 orang (71,7%). Akhir sekali, adanya
kelainan plasenta lain yaitu plasenta akrete/inkreta/perkreta sebanyak 4 kasus (8,7%).
Kesimpulan. Pemeriksaan USG digunakan untuk mendiagnosis plasenta previa dan abnomalitas
plasenta lain dengan mengvisualisasi lokasi, implantasi dan invasi plasenta.
xi
xii
BAB I
PENDAHULUAN
ini berpengaruh pada derajat atau klasifikasi dari plasenta previa ketika
pemeriksaan dilakukan dalam masa antenatal maupun dalam masa intranatal, baik
dengan ultrasonografi (USG) maupun pemeriksaan digital. Oleh karena itu
pemeriksaan USG perlu diulangi secara berkala dalam asuhan Antenatal Care
(ANC) ataupun intranatal. (Prawirohardjo,S, 2011).
Antenatal Care terpadu merupakan pelayanan antenatal komprehensif dan
berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil. Pelayanan tersebut diberikan
oleh dokter, bidan, dan perawat terlatih, sedangkan jenis pemeriksaaan pelayanan
ANC terpadu adalah sebanyak 18 jenis pemeriksaan yaitu, keadaan umum, suhu
tubuh, tekanan darah, tekanan darah, berat badan, LILA, TFU, Presentasi Janin,
DJJ, Hb, Golongan darah, protein urin, gula darah/reduksi, darah malaria, BTA,
darah sifilis, Serologi HIV, dan USG. Oleh itu setiap ibu hamil dianjurkan untuk
melakukan kunjungan antenatal komprehensif yang berkualitas minimal 4 kali,
termasuk minimal 1 kali kunjungan diantar suami/pasangan atau anggota
keluarga. (Kemenkes RI, 2013).
Ultrasonografi merupakan modilitas pencitraan utama dan dapat memantau
kehamilan dengan aman, sejak awal masa kehamilan hingga akhir kehamilan.
(Kee J.L., 2008). Dikenal ada empat cara pemeriksaan USG dalam bidang
kebidanan dan kandungan, yaitu melalui dinding perut (transabdominal), melalui
vagina (transvaginal), melalui kerampang (transperineal), dan melalui dubur
(transrektal). Pemeriksaan USG transabdominal, transperineal atau transvaginal
dapat memvisualisasi lebih baik hubungan ostium uteri internum (OUI) dengan
plasenta. (Endjun, J.J, 2007).
Transabdominal USG dalam keadaan kandung kemih yang berisi akan
memberi kepastian diagnosis plasenta previa dengan ketepatan tinggi sampai
96%-98%. Walaupun lebih superior jarang diperlukan transvaginal USG untuk
mendeteksi keadaan ostium uteri internum. Di tangan yang tidak ahli pemakaian
transvaginal USG bisa memprovokasi perdarahan lebih banyak. Di tangan yang
ahli dengan transvaginal USG dapat dicapai 98% positive predictive value dan
100% negative predictive value pada upaya diagnosis plasenta previa.
Transperineal sonografi dapat mendeteksi ostium uteri internum dan segmen
bawah rahim, dan teknik ini dilaporkan 90% positive predictive value dan 100%
negative predictive value dalam diagnosis plasenta previa. (Prawirohardjo, S, &
Winkjoastro).
Keputusan penatalaksanaan untuk ibu yang mengalami plasenta previa
ditentukan temuan klinis dan USG. Persalinan dengan seksio sesar diindikasikan
untuk plasenta previa totalis baik janin mati atau hidup, plasenta previa lateralis
dimana pembukaan penentuan jenis plasenta dapat dilakukan dengan USG dan
pemeriksaan dalam atau spekulum di kamar operasi. (Norma, N, & Dwi, M,
2013). Namun, pemeriksaan dalam atau pemeriksaan rektum tidak boleh
dilakukan setelah perdarahan antepartum karena, jika perdarahan tersebut
disebabkan plasenta previa, perdarahan dapat menjadi lebih parah. (Woodward V,
2011).
Rumah Sakit Uumu Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan Rumah Sakit
Pendidikan dan Pusat Rujukan Nasional serta telah memenuhi standar Akreditasi
Rumah Sakit dan dinyatakan lulus Tingkat Paripurna. Hasil survei awal data
rekam medis di RSUP HAM pada tahun 2014 sampai 2016 didapati jumlah ibu
dengan kehamilan patologi terutamanya pasien plasenta previa adalah sebanyak
70 orang. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran pemeriksaan USG plasenta pada pasien plasenta
previa di RSUP HAM.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PLASENTA
2.1.1 DEFINISI PLASENTA
Dalam kehamilan, plasenta adalah organ penyalur bahan-bahan makanan dan
oksigen yang diperlukan oleh janin dari darah janin dan juga mengadakan
mekanisme pengeluaran produk-produk ekskretoris dari janin kembali kepada ibu.
Plasenta yang normal akan mampu melaksanakan fungsi tersebut dalam
menunjang pertumbuhan janin.
Pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan sangat bergantung
kepada keutuhan dan kelancaran suplai vaskular uteroplasenta. Suplai
uteroplasenta yang terganggu akan menyebabkan gangguan fungsi plasenta dalam
menyalurkan bahan makanan dan nutrisi yang diperlukan bagi janin. Sekitar 25%
sampai 30% gangguan pertumbuhan pada janin disebabkan oleh penurunan aliran
uteroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi penyakit vaskular ibu.
(Mukhlisan dkk, 2013).
dan nutrisi yang diperlukan bagi janin. Sekitar 25% sampai 30% gangguan
pertumbuhan pada janin disebabkan oleh penurunan aliran uteroplasenta pada
kehamilan dengan komplikasi penyakit vaskular ibu.(Mukhlisan dkk, 2013).
2.1.4 PLASENTASI
Darah ibu dan darah janin dipisahkan oleh dinding pembuluh darah janin dan
lapisan korion. Plasenta yang demikian dinamakan plasenta jenis hemokorial. Di
sini jelas tidak ada percampuran darah antara darah janin dan darah ibu. Ada juga
sel-sel desidua yang tidak dapat dihancurkan oleh trofoblast dan sel-sel ini
akhirnya membentuk lapisan fibrinoid yang disebut lapisan Nitabuch. Ketika
proses melahirkan plasenta terlepas dari endometrium pada lapisan Nitabuch.
(Prawirohardjo, S, & Winkjoastro, 2009).
B. Kelainan Insersi
Plasenta biasanya melekat pada dinding belakang atau depan rahim dekat
fundus. Jonjot-jonjot menyerbu ke dalam dindingg rahim hanya sampai ke lapisan
atas dari stratum spongiosum.
Kalau implantasi rendah, yaitu pada segmen bawah rahim dan menutup
sebagian atau seluruh ostium internum, plasenta demikian disebut Plasenta previa
(prae=di depan, vias=jalan; artinya didepan jalan lahir atau menghalangi jalan
lahir).
Apabila jonjot-jonjot korion menyerbu dinding rahim lebih dalam daripada
smestinya, plasentanya disebut plasenta akreta. Plasenta akreta ada yang komplet,
seluruh permukaan plasenta melekat dengan erat pada dinding rahim dan ada
sebagian di beberapa tempat melekat dengan erat pada dinding rahim. Plasenta
akreta menimbulkan penyulit pada kala III karena sulit lepas dari dinding rahim.
Plasenta akreta tidak boleh dilepaskan secara manual karena mudah menimbulkan
perforasi. Terapi yang lazim ialah histerektomi.
Menurut dalamnya penyerbuan dinding rahim oleh jonjot-jonjot plasenta
akreta dibagi menjadi:
Plasenta akreta: Jonjot menembus desidua sampai berhubungan dengan
miometrium.
Plasenta inkreta: Jonjot-jonjot sampai ke dalam lapisan miometrium.
Plasenta perkreta: Jonjot-jonjot menembus miometrium hingga mencapai
perimetrium dan kadang-kadang juga menembus perimetrium, serta
menimbulkan ruptur uteri.
C. Penyakit Plasenta
Infark putih plasenta: Adalah bagian-bagian yang lebih pucat dari
permukaan mataernal plasenta. Infark ini ditimbulkan oleh degenerasi
trofoblas (degenerasi fibrinoid).
Infark merah: Karena sinsitium mengalami degenerasi dan kemudian
melepaskan diri, jarangan ikat vilus langsung berhubungan dengan darah
hingga pada tempat ini timbul pembekuan darah. Infark merah ini
akhirnya menjadi putih karena reorganisasi.
Kista plasaenta: Kadang-kadang terdapat kista pada permukaan fetal
plasenta. Isinya cairan jernih kuning atau kadang-kadang kemerah-
merahan. Kista ini terjadi karena pencairan korion.
Tumor-tumor plasenta: Jenis tumor-tumor plasenta ialah korioangioma,
mola hidatidosa dan koriokarsinoma. Korioangioma plasenta terdiri dari
pembuluh-pembuluh darah jonjot korion. Warananya coklat kuning dan
konsistensinya seperti jaringan hati. Dikatakan bahwa korioangioma dapat
menimbulkan hidramnion karena tekanan pada jaraingan sekitarnya.
Mmola hidatidosa telah dibicarakan dan koriokarsinoma dibahas di buku
Ginekologi.
Radang plasenta: Dapat terjadi karena perjalanan infeksi desidua, misalnya
oleh gonokokus atau kuman lain; radang plasenta dapat terjadi pada partus
lama.
Perkapuran plasenta: Pada permukaan maternal kadang-kadang terdapat
tempat-tempat yang mengalami perkapuran.
Edema plasenta: Terjadi pada hydrops fetalis dan pada gangguan
peredaran darah dalam tali pusat.
D. Disfungsi Plasenta
Apabila faal plasenta kurang baik sehingga membahayakan janin, neonatus,
atau mempengaruhi secara negatif pertumbuhan fisik atau mental anak di elak
kemudian hari, kita mempergunakan istilah disfungsi plasenta. Dalam perinatologi
sering dipakai istilah insufisiensi plasenta.
Berat plasenta kurang dari 500 gram indeks plasenta yang rendah
menambahkan kejadian kelahiran mati dan fetal distress (gawat janin). Juga
bentuk makroskopis dan mikroskopis yang luar biasa (infark) dapat menjurus
ke disfungsi plasenta.
Uterus yang kurang membesar, berat badan ibu yang turun terutama kalau
disertai dengan gejala gawat janin. Penurunan kadar oestriol.
Hal ini dapat ditentukan dengan pengukuran kuantitatif atau dengan
pemeriksaan tidak langsung, misalnya dengan uji ferm(daun paku).
Persalinan juga merupakan tes untuk mengetahui cadangan faal plasenta
dengan memperhatikan BJ anak sewaktu persalinan (Sastrawinata et al,
2004).
karena itu pemeriksaan USG perlu diulangi secara berkala dalam asuhan
Antenatal Care (ANC) ataupun intranatal. (Prawirohardjo, S. 2011).
Gambar 2.2 Klasifikasi Plasenta Previa; (a) Plasenta previa totalis, (b) Plasenta
previa parsialis, (c) Plasenta previa marginalis, (d) Plasenta previa letak rendah.
pendek dan korpus luteum bereaksi lambat karena endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
b. Faktor pendukung
1. Lapisan endometrium memiliki kelainan seperti; fibroid atau jaringan parut
(dari previa sebelumnya, sayatan, seksio sesarea atau aborsi)
2. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima
hasil konsepsi
3. Tumor-tumor seperti; mioma uteri, polip endometrium
4. Plasenta besar dan luas seperti; eritroblastosis, Diabetes Mellitus atau
kehamilan multiple
c. Faktor pendorong
Ibu merokok atau menggunakan kokain, karena bisa menyebabkan perubahan
atrofi. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi
dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih 20
batang rokok sehari) (Norma, N, & Dwi, M, 2013).
tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya
sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan
tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan terhenti karena terjadi pembekuan
kecuali jika ada laserasi pada sinus yang besar dari plasaenta pada mana
perdarahan akan berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena
pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap,
maka laserasi baru akan mengulang kejadian perdarahan. Demikianlah perdarahan
akan berulang tanpa sesuatu sebab lain (causeless). Darah yang keluar berwarna
merah segar tanpa nyeri (pain-less).
Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi
lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih
dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya, pada
plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu
pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit
tapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang
tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari trofoblast, akibatnya plasenta
melekat lebih kuat pada dinding uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan
plasenta inkreta, bahkan plasenta perkreta vilinya bisa sampai menembus ke buli-
buli dan ke rektum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih
sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar. (Prawirohardjo,
S., & Winkjoastro, 2009).
plasenta yang tipis dan menutupi sebagian jalan lahir, maka umumnya terjadi
perdarahan bercak berulang dan apabila segmen bawah rahim mulai terbentuk
disertai dengan sedikit penurunan bagian terbawah janin, maka perdarahan mulai
meningkat hingga ke tingkatan yang dapat membahayakan keselamatan ibu.
Plasenta yang tebal yang menutupi seluruh jalan lahir dapat menimbulkan
perdarahan hebat tanpa didahului oleh perdarahan bercak atau berulang
sebelumnya. Plasenta previa menjadi penyebab dari 25% kasus perdarahan
antepartum. (Prawirohardjo, S., & Winkjoastro, 2009) .
Perdarahan encer sampai menggumpal dan pada perdarahan yang banyak ibu
tampak anemis. Pada pemeriksaan fisik ibu, antara lain dijumpai keadaan
bervariasi dari keadaan normal sampai syok, kesadaran penderita bervariasi dan
kesadaran baik sampai koma. Pada pemeriksaan dapat dijumpai tekanan darah,
nadi dan pernafasan dalam batas normal, tekanan darah turun, nadi dan pernafasan
meningkat, dan ujung daerah ujung menjadi dingin, serta nampak anemis.
Diagnosis pasti (definite diagnose) ditegakkan dengan menggunakan USG,
yang dapat mengidentifikasi plasenta previa dengan keakuratan 98%. Hasil positif
palsu paada pemeriksaan USG dapat terjadi apabila kandung kemih terdistensi..
Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga dapat dipergunakan untuk mendeteksi
kelainan pada plasenta termasuk plasenta previa. MRI kalah praktis jika
Selain itu, menurut Sujiyantini dkk (2009), penanganan pada pasien plasenta
previa dibagi 2 yaitu penanganan secara konservatif atau secara aktif.
1. Secara konservatif: Bila umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
a. Perdarahan sedikit, keadaan ibu dan anak baik maka biasanya penanganan
konservatif sampai umur kehamilan aterm. Penanganan berupa tirah
baring, hematinik, antibiotika dan tokolitik bila ada his. Bila selama 3 hari
tidak ada perdarahan pasien mobilisasi bertahap. Bila setelah pasien
berjalan tetap tidak ada perdarahan pasien boleh pulang. Pasien dianjurkan
agar tidak koitus, tidak bekerja keras dan segera kerumah sakit jika terjadi
perdarahan. Nasehat ini juga dianjurkan untuk pasien yang di diagnosis
placenta previa dengan USG namun tidak mengalami perdarahan.
b. Jika perdarahan banyak dan diperkirakan membahayakan ibu dan janin
maka dilakukan resusitasi cairan dan penanganan secara aktif. (Sujiyatini
dkk, 2009).
2. Secara aktif: Bila umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
Pada kondisi ini maka dilakukan penanganan secara aktif yaitu segera
mengakhiri kehamilan, baik secara pervaginam/perabdominal. Persalinan
pervaginam diindikasikan pada plasenta previa marginalis, plasenta previa letak
rendah dan plasenta previa lateralis dengan pembukaan 4 cm/lebih. Pada kasus
tersebut bila tidak banyak perdarahan maka dapat dilakukan pemecahan ketuban
agar bagian bawah anak dapat masuk pintu atas panggul menekan plasenta yang
berdarah. Namun bila perdarahan tetap ada maka dilakukan seksio sesaria.
Persalinan dengan seksio sesarea diindikasikan untuk plasenta previa totalis
baik janin mati maupun hidup, plasenta previa letak rendah dimana pembukaan
penentuan jenis plasenta previa dapat dilakukan dengan USG dan pemeriksaan
dalam atau spekulum dikamar operasi. (Sujiyatini dkk, 2009).
Persiapan pasien:
a. Inform consent pada pasien menjelaskan tujuan, manfaat dan teknik yang
akan dikerjakan.
b. Bila pemeriksaan transabdominal, siapkan pasien dalam kondisi menahan
kencing.
WANITA HAMIL
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
PLASENTA PREVIA
PENATALAKSANAAN
PLASENTA PREVIA
Plasenta Previa
BAB III
METODE PENELITIAN
29
Universitas Sumatera Utara
30
menjadi sampel penelitian. Oleh itu, sebanyak 46 orang sampel yang memenuhi
kriteria inklusi menjadi subjek penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pertama, onset perdarahan pada pasien plasenta previa dalam penelitian ini
adalah berdasarkan usia kehamilan saat mula terjadi perdarahan, peneliti
memperoleh data seperti yang berikut:
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa onset perdarahan per vaginam
pada pasien plasenta previa yang paling banyak dalam jangka waktu penelitian ini
adalah pada kelompok trimester 3 yaitu usia kehamilan 28-40 minggu dengan
jumlah 42 orang (91,3%), diikuti dengan kelompok trimester 2 yaitu usia
33
Universitas Sumatera Utara
34
kehamilan 13-27 minggu sebanyak 4 orang (8,7%) dan tidak terdapat pasien
dengan onset perdarahan per vaginam dalam kelompok trimester 1.
Berasarkan tabel 4.2 diperoleh hasil bahwa 46 pasien plasenta previa (100%)
diperiksa menggunakan pendekatan cara pemeriksaan ultrasonografi
transabdominal (USG-TA) untuk mendiagnosis plasenta previa.
Hal ini didukung oleh penelitian Quant H.S. dkk yang menyatakan bahwa
USG-TA sebagai screening test yang efektif pada trimester 2 plasenta previa
dengan pengawasan lebih lanjut untuk mengoptimalkan identifikasi plasenta
previa.(Quant H.S., et al, 2014). Kemudian untuk menentukan klasifikasi plasenta
previa.
Distribusi frekuensi klasifikasi plasenta previa dapat dilihat pada tabel 4.3.
Hal ini sejalan dengan penelitian Alif AP dkk di Manado, Sulawesi Utara
yang menunjukkan bahwa frekuensi plasenta previa totalis menjadi kasus paling
sering ditemukan berdasarkan klasifikasi yaitu 24 orang (88,9%). (Pawa A.A., et
al. 2017).
Dari tabel 4.4 diketahui bahwa mayoritas pasien plasenta previa tanpa disertai
dengan kelainan plasenta lain adalah 42 orang pasien (91,3%). Kemudian
sebanyak 2 orang (4,3%) yang memiliki kelainan plasenta akreta dan 1 orang
(2,2%) yang memiliki kelainan plasenta inkreta dan 1 orang (2,2%) yang memiliki
kelainan plasenta perkreta.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka dapat dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
37
Universitas Sumatera Utara
38
data pada rekam medis saja namun juga dilakukan wawancara secara
langsung kepada pasien agar dapat memiliki kelengkapan data yang
dibutuhkan untuk penelitiannya.
3. Agar kasus plasenta previa dapat dikendalikan dengan baik maka asuhan
antenatal yang komprehensif minimal 4 kali untuk ibu hamil perlu dilakukan
agar dapat mendeteksi dini komplikasi saat kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Benson R.C. & Pernoll, M.L. 2008. Buku Saku Obstetri Dan Ginekologi.
McGraw-Hill Education Asia. ECG. Jakarta
Dashe JS. McIntire DD, Ramus RM, Santos-Ramos R, Twickler DM, et al.
(2002). Persistence of Placenta Previa According to Gestational Age at
Ultrasound Detection. Obstet Gynecol. 2002 May;99(5 Pt 1):692-7.
Endjun J.J. 2007. Ultrasonografi Dasar Obstetri dan Ginekologi. Edisi : Cetak
ulang 2008, Balai Penerbit, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Kurniawan, H. & Maulina, M. (2015) Hubungan Antara Usia Ibu Dan Paritas
Dengan Kejadian Plasenta Previa di Rumah Sakit Umum Cut Meutia
Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012-2013. Jurnal Lentera, 15(13). pp. 16-
22. ISSN 1929-9598.
Leveno dan Kenneth, 2008. Obstetri Williams Panduan Ringkas. EGC. Jakarta
Manuaba, IAC. 2010. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.
EGC. Jakarta.
39
Mufdlilah, 2009. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Edisi: Cetakan Pertama, Nuha
Medika Press, Jogjakarta
Mukhlisan H., Liputo I.N., dan Ermawati. 2013. Hubungan Berat Plasenta Dan
Berat Badan Lahir Bayi di Kota Pariaman. Jurnal Kesehatan Andalas, 2(2),
70-71. http://jurnal.fk.unand.ac.id
Norwitz E.R dan Schorge J.O., 2007. At A Glance Obstetric dan Gynekology. Ed.
2. Penerbit Erlangga. Jakarta
Pawa A.A., et al. 2017. Profil Persalinan Dengan Plasenta Previa di RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado Periode 1 Januari 2015 – 31 Desember 2015.
Jurnal e-Clinic (eCL), Volume 5, Nomor 1. Januari-Juni 2017. Available
from:https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web
&cd=13&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwihvup5IPYAhUENY8KHUOw
DzQQFghqMAw&url=https%3A%2F%2Ffanyv88.com%3A443%2Fhttps%2Fejournal.unsrat.ac.id%2Findex.
php%2Feclinic%2Farticle%2Fview%2F14762&usg=AOvVaw3buFCz7J
WBQh12CcJzXoja
Prawirohardjo, S., & Winkjoastro, 2009. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Sukarni, I & Sudarti, 2014. Patologi Kehamilan. Persalinan, Nifas Dan Neonates
Resiko Tinggi. Nuha Medika. Yogyakarta.
Sulistyawati, A. & Nugraheny, E., 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.
Salemba Medika. Jakarta.
Lampiran A
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
42
Lampiran C
Lampiran D
Lampiran E
Lampiran F
Lampiran G
Data Penelitian
Klasifikasi
Onset Pendekatan Cara Plasenta Kelainan Plasenta
NO Perdarahan Pemeriksaan USG Previa Lain
650022 28-30 TA Totalis Tiada
612521 28-30 TA Marginalis Tiada
590302 33-34 TA Totalis Tiada
649001 37-38 TA Totalis Tiada
635006 26-27 TA Totalis Tiada
568906 24-26 TA Marginalis Tiada
606819 30-32 TA Totalis Tiada
687641 30-31 TA Totalis Tiada
695241 28-30 TA Parsialis Tiada
688137 34-35 TA Totalis Tiada
618130 36-38 TA Totalis Akreta
610527 27-29 TA Totalis Tiada
539676 33-35 TA Totalis Tiada
679978 32-34 TA Ltk Rendah Tiada
603247 34-36 TA Totalis Tiada
683830 38-39 TA Totalis Tiada
662294 35-37 TA Totalis Tiada
584788 30-32 TA Marginalis Tiada
626688 32-34 TA Marginalis Tiada
630291 34-36 TA Marginalis Tiada
613692 28-29 TA Totalis Tiada
617450 32-34 TA Totalis Tiada
674657 34-36 TA Marginalis Tiada
604248 30-32 TA Totalis Tiada
665958 30-31 TA Totalis Tiada
690349 30-31 TA Totalis Perkreta
667653 32-34 TA Totalis Tiada
695053 34-35 TA Marginalis Tiada
640540 28-30 TA Marginalis Tiada
598646 30-32 TA Totalis Akreta
665641 29-30 TA Totalis Tiada
609503 30-32 TA Totalis Tiada
Lampiran H
1. Onset Perdarahan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid trimester 2 4 8.7 8.7 8.7
trimester 3 42 91.3 91.3 100.0
Total 46 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 4 1 2.2 2.2 2.2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 4.3 4.3 4.3
3 1 2.2 2.2 6.5
2 1 2.2 2.2 8.7
4 42 91.3 91.3 100.0
Total 46 100.0 100.0