LK 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi Juliani A. Mau

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

LK. 2.

1 Eksplorasi Alternatif Solusi


JULIANIA ANGELINA MAU
KELAS : 003 UNIVERSITAS NUSA CENDANA KATEGORI II TAHUN 2022
KELOMPOK : B
SDI LOONUNA

Masalah terpilih
Akar Penyebab Analisis alternatif
No. yang akan Eksplorasi alternatif solusi
masalah solusi
diselesaikan
1 Rendahnya hasil Guru belum Kajian literatur Penerapan model
belajar peserta menerapkan  Menerapkan pembelajaran inovatif pembelajaran kooperatif
didik kelas 4 model menurut Smith & Ragan (1999), rancangan pembelajaran adalah proses tipe jigsaw dan PBL
dalam pelajaran pembelajaran sistematis dalam mengartikan prinsip belajar dan pembelajaran ke dalam dapat menarik minat
IPS materi yang inovatif pedoman untuk bahan dan aktivitas pembelajaran. Pengertian rancangan dan memotivasi peserta
kehidupan sosial pembelajaran sebelumnya dikemukakan oleh Reigeluth (1983) yaitu suatu didik dalam
budaya sistem pengembangan setiap unsur atau komponen pembelajaran, meliputi; pembelajaran, peserta
tujuan, isi, metode, dan pengembangan evaluasi. Adapun menurut Gagne, didik akan lebih mudah
Briggs, dan Wager (1992) rancangan pembelajaran adalah penyiapan memahami materi
kondisi eksternal peserta didik secara sistematis yang menggunakan apabila disajikan dalam
pendekatan sistem guna meningkatkan mutu kinerjanya. Sejalan dengan itu, bentuk vidio
Reiser (2002) mengatakan bahwa desain pembelajaran berbentuk rangkaian pembelarajan yang
prosedur sebagai suatu sistem untuk pengembangan program pendidikan bagus. Hal ini akan
dan pelatihan secara konsisten dan teruji. Dick & Carey (2005) mampu meningkatkan
menegaskan desain pembelajaran mencakup seluruh proses yang hasil belajar peserta
dilaksanakan dengan pendekatan sistem. Pendekatan sistem itu sendiri didik. Pemberian
meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. penghargaan atau
Adapun rancangan pembelajaran inovatif dalam hal ini dimaknai sebagai reward juga
aktivitas persiapan pelaksanaan pembelajaran yang menerapkan unsur- berpengaruh pada hasil
unsur pembelajaran terbaru di abad 21 dan terintegrasi dalam komponen belajar peserta didik.
maupun tahapan pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Unsur-unsur pembelajaran terbaru yang
dimaksud, antara lain; TPACK (technological, pedagogical, content
knowledge) sebagai kerangka dasar integrasi teknologi dalam proses
pembelajaran, pembelajaran berbasis Neuroscience, pendekatan
pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, and
Mathematics), HOTS (Higher Order Thinking Skills), Tuntutan Kompetensi
Abad 21 atau 4C (Comunication, Collaboration, Critical Thinking,
Creativity), kemampuan literasi, dan unsur-unsur lain yang terintegrasi
dalam komponen maupun tahapan rencana pembelajarannya.
 Pembelajaran berbasis HOTS
Menurut Sani (2019, hlm. 2) Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau
kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir strategis
untuk menggunakan informasi dalam menyelesaikan masalah,
menganalisa argumen, negosiasi isu, atau membuat prediksi.
 Krathwohl (2002) dalam A revision of Bloom’s Taxonomy, yang
menyatakan bahwa indikator untuk mengukur kemampuan berpikir
tingkat tinggi meliputi: menganalisis (C4) yaitu kemampuan
memisahkan konsep ke dalam beberapa komponen dan
menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas
konsep secara utuh, mengevaluasi (C5) yaitu kemampua
menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau
patokan tertentu, dan mencipta (C6) yaitu kemampuan memadukan
unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan luas, atau
membuat sesuatu yang orisinil. Kita juga dapat menemukan bahwa
pembagian aspek pengetahuan serupa tercantum pada Permendikbud
no. 22 tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar dan
menengah yang menyatakan bahwa penilaian aspek pengetahuan
terbagi menjadi 5 level, yaitu: mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, dan mengevaluasi.
 Menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
Menurut Isjoni (2009:77) pembelajaran kooperatif tipe jigsaw salah satu
tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi
maksimal. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3
karakteristik yaitu: a. kelompok kecil, b. belajar bersama, dan c.
pengalaman belajar. Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab
individu sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa
terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok
optimal. Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja
sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya
tugas-tugas dalam kelompok.
 Berikut merupakan langkah dalam aktivitas Model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw:
a. Membuat grup yang terdiri dari bermacam latar belakang yang
terdiri dari 4 hingga 6 siswa.
b. Dalam grup siswa akan diberi sub-konsep yang berbeda.
c. Setiap grup berdiskusi dan menjelaskan sub-konsep yang telah
diberikan dan memutuskan staf ahli yang bergabung ke grup staf
ahli.
d. Anggota staf ahli akan mendiskusikan setiap sub-konsep yang ada
dan mengkoneksikan satu dengan yang lainnya.
e. Grup ahli dibimbing untuk diskusi tentang konsep yang ada dan
saling bahu membahu memahami konsep yang diberikan.
f. Setiap grup akan menjelaskan di depan kelas hasil dari diskusi yang
telah dilaksanakan.
g. Guru akan mengadakan kuis untuk setiap siswa pada akhir
pembelajaran mengenai materi konsep yang sudah diterima siswa.
h. Siswa akan menyelesaikan kuis individu dan grup.
 Menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (PBL)
Menurut (Tan Onn Seng, 2000) Model pembelajaran berbasis masalah
merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir
dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata
untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan,dan kontekstual.
Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan
konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep
Higher Order Thinking Skills (HOT’s), keinginan dalam belajar,
mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and Schmidt
Modul HOTS, 2018). Karakteristik yang tercakup dalam PBL menurut Tan
(dalam Amir, 2009) antara lain: (1) masalah digunakan sebagai awal
pembelajaran; (2) biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah
dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-structured); (3) masalah
biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple-perspective); (4) masalah
membuat pembelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah
pembelajaran yang baru; (5) sangat mengutamakan belajar mandiri; (6)
memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber
saja, dan (7) pembelajarannya kolaboratif, komunikatif dan kooperatif.
Karakteristik ini menuntut peserta didik untuk dapat menggunakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi, terutama kemampuan pemecahan
masalah.
 Menggunakan Media pembelajaran audio visual
Menurut ( Snaky, 2010 : 105 ) Media audio visual berarti gabungan alat
yang bisa memproyeksikan media gambar yang bergerak serta bersuara.
Kombinasi antara gambar dan suara bisa membuat karakter yang sesuai
dengan objek yang asli. Media ini bisa membuat sesuatu berupa visual
mirip dengan objek yang digambarkan, beserta suara aslinya sehingga
membuat orang yang melihat maupun mendengar lebih paham.
Kelebihan dari media pembelajaran audio visual, yaitu: (1) dapat
digunakan berulang kali; (2) mampu menyajikan dan memaparkan
materi dengan detail; (3) menyajikan gambar dan suara yang mampu
meningkatkan fokus; (4) pembelajaran bisa dilakukan dimana saja.
 Hasil wawancara dengan teman sejawat
Menurut bapak Zakarias Bere, S. Pd.
Hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan dengan menerapkan
model pembelajaran dan media yang menarik motivasi peserta didik.
Media pembelajaran yang menarik membuat peserta didik lebih cepat
memahami materi sehingga dapat berdampak pada hasil belajar yang
baik.
Memberikan penghargaan atau reward sebagai bentuk motivasi kepada
peserta didik.

2. Rendahnya Guru belum Kajian Literatur: Penerapan model


kemampuan optimal dalam  Menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) pembelajaran PBL atau
peserta didik kelas menerapkan Menurut (Tan Onn Seng, 2000) Model pembelajaran berbasis masalah discovery learningCIRC
4 dalam model dan merupakan pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir mampu meningkatkan
memahami teks media dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata pemahaman peserta
bacaan bahasa pembelajaran di untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan,dan kontekstual. didik pada teks bacaan,
indonesia. kelas Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan kegiatan pembelajaran
Kd 3.5: konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep yang melibatkan peserta
Menguraikan Higher Order Thinking Skills (HOT’s), keinginan dalam belajar, didik secara aktif baik
pendapat pribadi mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and Schmidt). individu maupun
tentang isi buku Karakteristik yang tercakup dalam PBL menurut Tan (dalam Amir, 2009) kelompok dapat
sastra (cerita, antara lain: (1) masalah digunakan sebagai awal pembelajaran; (2) biasanya merangsang
dongeng, dan masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan pemahaman peserta
sebagainya) secara mengambang (ill-structured); (3) masalah biasanya menuntut didik secara baik,
perspektif majemuk (multiple-perspective); (4) masalah membuat ditambah penggunaan
pembelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah media pembelajaran
pembelajaran yang baru; (5) sangat mengutamakan belajar mandiri; (6) yang menarik dan
memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber sederhana membuat
saja, dan (7) pembelajarannya kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. peserta didik lebih cepat
Karakteristik ini menuntut peserta didik untuk dapat menggunakan memahami
kemampuan berpikir tingkat tinggi, terutama kemampuan pemecahan pembelajaran.
masalah
 Aris Shoimin (2014:132) berpendapat bahwa kelebihan model
Problem Based Learning diantaranya:
1. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan
masalah dalam situasi nyata.
2. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya
sendiri melalui aktivitas belajar.
3. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang
tidak ada hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal
ini mengurangi beban siswa dengan menghafal atau
menyimpan informasi.
4. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
5. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan,
baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi.
6. Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya
sendiri.
7. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi
ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan
mereka.
8. Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi
melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.
 Menurut Sanjaya (2007:219), kelemahan Problem Based Learning
(PBL) adalah sebagai berikut: a) jika siswa tidak mempunyai
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan,maka siswa akan merasa enggan untuk mencoba; b)
perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam
kegiatan pembelajaran
 Penerapan model pembelajaran CIRC (Cooperatif Integrated Reading
Composition)
(Kurniasih & Berlin, 2017)berpendapat bahwa model pembelajaran
CIRC merupakan model pembelajaran yang lebih cocok dan tepat di
aplikasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khusus pada materi
membaca.
 Kelebihan metode CIRC menurut Saifulloh, 2003 (dalam Miftahul
Huda, 2014, hlm. 221) adalah sebagai berikut.
(1) Pengalaman dan kegiatan belajar siswa akan selalu relevan dengan
tingkat perkembangan anak; (2) Kegiatan yang dipilih sesuai dengan
dan bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; (3) Seluruh kegiatan
belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil belajar siswa akan
dapat bertahan lebih lama; (4) Pembelajaran terpadu dapat
menumbuhkembangkan keterampilan berpikir siswa; (5)
Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis
(bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui
dalam lingkungan siswa; (6) Pembelajaran terpadu dapat
menumbuhkembangkan interaksi sosial siswa, seperti kerjasama,
toleransi, komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain; (7)
Membangkitkan motivasi belajar serta memperluas wawasan dan
aspirasi guru dalam mengajar.
 (Widyasari, 2012, hlm. 2). Adapun kekurangan model pembelajaran
CIRC ini diantaranya membutuhkan waktu yang tidak sedikit dalam
pelaksanaannya. Waktu tersebut digunakan pada saat diskusi. Selain
itu, sulitnya mengatur kelas untuk kondusif sehingga suasana kelas
cenderung ramai. Oleh karena itu, cara yang dilakukan untuk
mengatasi kelemahan tersebut, yakni guru harus pandai dalam
mengatur waktu, seperti memberikan batasan waktu ketika proses
diskusi berlangsung dan guru harus menguasai kondisi kelas agar
pelaksanaan pembelajaran menggunakan model ini dapat berjalan
dengan baik.
https://ejournal.upi.edu/index.php/jpgsd/article/viewFile/14017/8111
 Menggunakan Media pembelajaran audio visual
Menurut ( Snaky, 2010 : 105 ) Media audio visual berarti gabungan alat
yang bisa memproyeksikan media gambar yang bergerak serta bersuara.
Kombinasi antara gambar dan suara bisa membuat karakter yang sesuai
dengan objek yang asli. Media ini bisa membuat sesuatu berupa visual
mirip dengan objek yang digambarkan, beserta suara aslinya sehingga
membuat orang yang melihat maupun mendengar lebih paham.
Kelebihan dari media pembelajaran audio visual, yaitu: (1) dapat
digunakan berulang kali; (2) mampu menyajikan dan memaparkan
materi dengan detail; (3) menyajikan gambar dan suara yang mampu
meningkatkan fokus; (4) pembelajaran bisa dilakukan dimana saja.
 Pembelajaran berbasis HOTS
Menurut Sani (2019, hlm. 2) Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau
kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir strategis
untuk menggunakan informasi dalam menyelesaikan masalah,
menganalisa argumen, negosiasi isu, atau membuat prediksi.
 Krathwohl (2002) dalam A revision of Bloom’s Taxonomy, yang
menyatakan bahwa indikator untuk mengukur kemampuan berpikir
tingkat tinggi meliputi: menganalisis (C4) yaitu kemampuan
memisahkan konsep ke dalam beberapa komponen dan
menghubungkan satu sama lain untuk memperoleh pemahaman atas
konsep secara utuh, mengevaluasi (C5) yaitu kemampua
menetapkan derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau
patokan tertentu, dan mencipta (C6) yaitu kemampuan memadukan
unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan luas, atau
membuat sesuatu yang orisinil. Kita juga dapat menemukan bahwa
pembagian aspek pengetahuan serupa tercantum pada Permendikbud
no. 22 tahun 2016 tentang standar proses pendidikan dasar dan
menengah yang menyatakan bahwa penilaian aspek pengetahuan
terbagi menjadi 5 level, yaitu: mengingat, memahami, menerapkan,
menganalisis, dan mengevaluasi.
 Hasil wawancara dengan teman sejawat:
Menurut bapak Zakarias Bere, S. Pd, pemahaman peserta didik dalam
membaca sebuah teks dapat ditingkatkan dengan menggunakan media yang
menarik, seperti teks cerita bergambar atau teks wacana disertai ilustrasi.
NO Masalah terpilih Akar penyebab Eksplorasi alternatif solusi Analisis Alternatif
yang akan masalah Solusi
diselesaikan
3. Peserta didik kelas Penerapan model Kajian literatur Penerapan model
4 belum mampu dan Penggunaan  Menerapkan model pembelajaran berbasis pembelajaran PBL,atau
menyelesaikan soal media pembelajaran masalah (PBL) CTL mampu membuat
cerita matematika yang belum sesuai Menurut (Tan Onn Seng, 2000) Model pembelajaran peserta didik berusaha
berkaitan dengan dengan materi dan berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menemukan solusi dari
materi: KD. 3.7 karakteristik peserta menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta permasalahan yang
Menjelaskan dan didik didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan diberikan baik secara
melakukan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, kelompok maupun
pembulatan hasil relevan,dan kontekstual. Tujuan PBL adalah untuk individu. Disertai
pengukuran meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep- penggunaan, media audio
panjang dan berat ke konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian visual/ media kongkrit
satuan terdekat konsep Higher Order Thinking Skills (HOT’s), keinginan dapat membuat peserta
dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan didik tertarik dan
keterampilan (Norman and Schmidt, modul Hots, 2018). termotivasi dalam
Karakteristik yang tercakup dalam PBL menurut Tan pembelajaran sehingga
(dalam Amir, 2009) antara lain: (1) masalah digunakan memudahkan
sebagai awal pembelajaran; (2) biasanya masalah yang pemahaman peserta didik
digunakan merupakan masalah dunia nyata yang dalam menyelesaikan
disajikan secara mengambang (ill-structured); (3) masalah permasalahan
biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple- matematika.
perspective); (4) masalah membuat pembelajar tertantang
untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran
yang baru; (5) sangat mengutamakan belajar mandiri; (6)
memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak
dari satu sumber saja, dan (7) pembelajarannya
kolaboratif, komunikatif dan kooperatif. Karakteristik ini
menuntut peserta didik untuk dapat menggunakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi, terutama kemampuan
pemecahan masalah.
 Aris Shoimin (2014:132) berpendapat bahwa
kelebihan model Problem Based Learning
diantaranya:
1. Peserta didik didorong untuk memiliki
kemampuan memecahkan masalah dalam
situasi nyata.
2. Peserta didik memiliki kemampuan
membangun pengetahuannya sendiri
melalui aktivitas belajar.
3. Pembelajaran berfokus pada masalah
sehingga materi yang tidak ada
hubungannya tidak perlu dipelajari oleh
peserta didik . Hal ini mengurangi beban
peserta didik dengan menghafal atau
menyimpan informasi.
4. Terjadi aktivitas ilmiah pada peserta didik
melalui kerja kelompok.
5. Peserta didik terbiasa menggunakan
sumber-sumber pengetahuan, baik dari
perpustakaan, internet, wawancara, dan
observasi.
6. Peserta didik memiliki kemampuan
menilai kemajuan belajarnya sendiri.
7. Peserta didik memiliki kemampuan untuk
melakukan komunikasi ilmiah dalam
kegiatan diskusi atau presentasi hasil
pekerjaan mereka.
8. Kesulitan belajar peserta didik secara
individual dapat diatasi melalui kerja
kelompok dalam bentuk peer teaching.
 Menurut Sanjaya (2007:219), kelemahan Problem
Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut: a)
jika pesera didik tidak mempunyai kepercayaan
bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan,maka peserta didik akan merasa
enggan untuk mencoba; b) perlu ditunjang oleh
buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam
kegiatan pembelajaran.
Sumber: modul HOTS
 Menerapkan model pembelajaran CTL
Esensi dari proses pembelajaran CTL adalah
ketika siswa tidak hanya pasif untuk mencatat,
duduk dan mendengarkan. Namun juga belajar
mengenai cara untuk mengakuisisi ilmu
pengetahuan dengan cara aktif yang relevan
dengan kehidupan sehari-hari. Dalam prosesnya
siswa akan mencari materi dan memahami sendiri
lalu mengaktualisasikan dengan lingkungan hidup
mereka. Pendapat tersebut dikemukakan oleh
Sanjaya (2006).
 Kelebihan
1. Membuat peserta didik bisa menemukan
potensi terbaik yang dimilikinya.
2. Dalam kerjasama antar grup, Peserta didik
bisa bertindak lebih efektif.
3. Peserta didik memiliki daya untuk
berpikir kreatif dan kritis dalam
memperoleh informasi, bisa bijaksana
dalam memahami isu dan bisa
memperoleh solusi atas masalah-masalah
yang ada.
4. Peserta didik bisa mengetahui manfaat
tentang apa yang mereka pelajari.
5. Peserta didik tidak tergantung dengan guru
dalam memperoleh berbagai informasi.
6. Peserta didik akan merasa nyaman dan
senang dalam setiap pembelajaran.
 Kekurangan
1. Guru akan kewalahan dalam memutuskan
materi pelajaran karena pembelajaran CTL
menekankan pada kebutuhan setiap siswa,
sedangkan kemampuan peserta didik
dalam satu kelas tidaklah sama.
2. Pembelajaran CTL ini lebih cenderung
untuk mengembangkan soft skill peserta
didik sehingga peserta didik yang memiliki
tingkat intelegensi tinggi tetapi susah
untuk mengungkapkan suatu hal
(introvert), maka akan kewalahan dalam
pembelajaran ini.
3. Ketika pembelajaran kontekstual
diterapkan maka kemampuan peserta didik
akan terlihat jelas, mana yang memiliki
kemampuan dan mana yang tidak.
Sehingga akan timbul kesenjangan.
4. Interpretasi peseta didik akan berbeda-
beda pada setiap pembelajaran yang
disediakan.
5. Pada kenyataanya tidak semua peserta
didik bisa beradaptasi dan menemukan
potensi yang ada pada diri mereka.
6. Pembelajaran kontekstual ini sangat tidak
irit waktu.
7. Karena Peserta didik dituntut untuk
proaktif dalam mencari fakta dan ilmu
pengetahuan sendiri, peran guru akan
semakin kurang dalam proses
pembelajaran CTL.
 Menggunakan Media pembelajaran audio visual
Menurut ( Snaky, 2010 : 105 ) Media audio visual
berarti gabungan alat yang bisa memproyeksikan
media gambar yang bergerak serta bersuara.
Kombinasi antara gambar dan suara bisa membuat
karakter yang sesuai dengan objek yang asli. Media
ini bisa membuat sesuatu berupa visual mirip dengan
objek yang digambarkan, beserta suara aslinya
sehingga membuat orang yang melihat maupun
mendengar lebih paham. Kelebihan dari media
pembelajaran audio visual, yaitu: (1) dapat digunakan
berulang kali; (2) mampu menyajikan dan
memaparkan materi dengan detail; (3) menyajikan
gambar dan suara yang mampu meningkatkan fokus;
(4) pembelajaran bisa dilakukan dimana saja..
 Pembelajaran berbasis HOTS
Menurut Sani (2019, hlm. 2) Higher Order Thinking
Skill (HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi
adalah kemampuan berpikir strategis untuk
menggunakan informasi dalam menyelesaikan
masalah, menganalisa argumen, negosiasi isu, atau
membuat prediksi.
 Krathwohl (2002) dalam A revision of Bloom’s
Taxonomy, yang menyatakan bahwa indikator
untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat
tinggi meliputi: menganalisis (C4) yaitu
kemampuan memisahkan konsep ke dalam
beberapa komponen dan menghubungkan satu
sama lain untuk memperoleh pemahaman atas
konsep secara utuh, mengevaluasi (C5) yaitu
kemampuan menetapkan derajat sesuatu
berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu,
dan mencipta (C6) yaitu kemampuan memadukan
unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk baru yang
utuh dan luas, atau membuat sesuatu yang orisinil.
Kita juga dapat menemukan bahwa pembagian
aspek pengetahuan serupa tercantum pada
Permendikbud no. 22 tahun 2016 tentang standar
proses pendidikan dasar dan menengah yang
menyatakan bahwa penilaian aspek pengetahuan
terbagi menjadi 5 level, yaitu: mengingat,
memahami, menerapkan, menganalisis, dan
mengevaluasi.
 hasil wawancara guru Senior
menurut ibu Adriana Bere, S. Pd, pesera didik bisa
menyelesaikan soal matematika dengan mudah bila
mereka memahami konsep pembelajaran tersebut.
Penggunaan media pembelajaran yang tepat dan
kongkrit dapat mempermudah pemahaman
matematika peserta didik dalam menyelesaikan soal.
4. Rendahnya hasil Guru belum optimal Kajian literatur TIK dalam pembelajaran
belajar peserta menerapkan model  Memanfaatkan TIK dalam pembelajaran mampu meningkatkan
didik kelas 4 pada pembelajaran, serta Dalam Permendikbud Nomor 37 Tahun 2018 tentang motivasi belajar,
pelajaran IPA menggunakan media Perubahan Atas Peraturan Menteri Pendidikan dan sehingga berdampak
materi sumber daya berbasis TIK interaktif Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang pada meningkatnya hasil
alam dalam pembelajaran di Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran hasil belajar peserta
kelas. pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan didik pada pembelajaran
Menengah Pasal 2A ayat (1) dinyatakan bahwa di kelas, didukung
muatan informatika pada jenjang SD dapat digunakan dengan penerapan model
sebagai alat pembelajaran. Selain itu, dalam pembelajaran PBL
Permendikbudristek Nomor 16 Tahun 2022 tentang peserta didik dapat
Standar Proses pada Kurikulum Merdeka dinyatakan belajar secara kelompok
bahwa pembelajaran pada Kurikulum Merdeka dan individu. Hal ini
dilaksanakan menggunakan perangkat TIK untuk membuat peserta didik
memberikan pengalaman belajar yang berkualitas. termotivasi dan terlibat
Dengan demikian, Teknologi Informasi Komunikasi aktif dalam
(TIK) menjadi sebuah keharusan untuk diintegrasikan pembelajaran.
dalam pembelajaran di SD sebagai alat bantu penggunaan media yang
pembelajaran, baik pada pembelajaran pokok, menarik dan juga adanya
remedial, maupun pengayaan. TIK sebagai alat bantu apresiasi atas hasil kerja,
pembelajaran bermakna dan berkualitas bahwa TIK mampu membuat peserta
tidak seharusnya menggantikan peran guru, didik termotivasi dalam
melainkan menguatkan proses interaksi antar peserta pembelajaran sehingga
didik, peserta didik dan guru, serta peserta didik dan berdampak pada
sumber belajar sehingga interaksi tersebut tetap menigkatnya hasil
terjadi secara optimal. Dengan kata lain, pembelajaran belajar.
di SD berbasis TIK dapat meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar peserta didik jika dilakukan
oleh guru yang memiliki kemampuan TIK yang
memadai dan digunakan sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik peserta didik. Pembelajaran di SD
berbasis TIK memiliki karakteristik, antara lain: (1)
aktivitas belajar dibantu oleh TIK sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik;
(2) pengalaman belajar peserta didik diperkuat dengan
penggunaan TIK yang bertolak dari minat dan
kebutuhan peserta didik; (3) kebermaknaan dalam
setiap pengalaman belajar didukung oleh penggunaan
TIK yang menjadikan informasi lebih mudah
dipahami dan bertahan lebih lama dalam benak
peserta didik; (4) memberikan penekanan pada proses
pembelajaran yang melibatkan keterampilan berpikir
tingkat tinggi; (5) menyajikan kegiatan belajar yang
aplikatif berbantuan TIK sesuai dengan permasalahan
yang sering ditemui peserta didik di lingkungannya;
dan (6) mengembangkan kemandirian dan
keterampilan sosial peserta didik.
Sumber: DR. Sandi Budiiriawan, dkk( modul 6.
Pembelajaran berbasis TIK di sd, hal.17)
 Menerapkan model pembelajaran berbasis
masalah (PBL)
Menurut (Tan Onn Seng, 2000) Model pembelajaran
berbasis masalah merupakan pembelajaran yang
menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari
peserta didik secara individu maupun kelompok serta
lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan
sehingga bermakna, relevan,dan kontekstual. Tujuan
PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam
menerapkan konsep-konsep pada permasalahan
baru/nyata, pengintegrasian konsep Higher Order
Thinking Skills (HOT’s), keinginan dalam belajar,
mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan
(Norman and Schmidt).Karakteristik yang tercakup
dalam PBL menurut Tan (dalam Amir, 2009) antara
lain: (1) masalah digunakan sebagai awal
pembelajaran; (2) biasanya masalah yang digunakan
merupakan masalah dunia nyata yang disajikan secara
mengambang (ill-structured); (3) masalah biasanya
menuntut perspektif majemuk (multiple-perspective);
(4) masalah membuat pembelajar tertantang untuk
mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran
yang baru; (5) sangat mengutamakan belajar mandiri;
(6) memanfaatkan sumber pengetahuan yang
bervariasi, tidak dari satu sumber saja, dan (7)
pembelajarannya kolaboratif, komunikatif dan
kooperatif. Karakteristik ini menuntut peserta didik
untuk dapat menggunakan kemampuan berpikir
tingkat tinggi, terutama kemampuan pemecahan
masalah.
Sumber: modul HOTS hal. 38
 Menggunakan media powerpoint interaktif
Mardi dkk (2007:69)mengatakan bahwa power point
adalah salah satu program aplikasi dari microsoft
yang dapat digunakan untuk melakukan presentasi,
baik untuk melakukan sebuah rapat maupun
perencanaan kegiatan lain termasuk digunakan
sebagai media pembelajaran disekolah.
 Keunggulan Power Point
Hujair AH. Sanaky (2009: 135-136) mengungkapkan
bahwa aplikasi power point mempunyai keunggulan,
diantaranya:
1) Praktis, dapat digunakan untuk semua ukuran
kelas.
2) Memberikan kemungkinan tatap muka dan
mengamati respon dari penerima pesan.
3) Memberikan kemungkinan pada penerima pesan
untuk mencatat
4) Memiliki variasi teknik penyajian dengan berbagai
kombinasi warna atau animasi.
5) Dapat digunakan berulang-ulang.
6) Dapat dihentikan pada setiap sekuens belajar
karena kontrol sepenuhnya pada komunikator.
7) Lebih sehat dibandingkan menggunakan papan
tulis dan OHP.
Menurut Hujair AH. Sanaky (2009:136) power point
juga memiliki kelamahan, diantaranya adalah :
1) Pengadaan alat mahal dan tidak semua sekolah
memiliki.
2) Memerlukan perangkat keras (komputer) dan LCD
untuk memproyeksikan pesan.
3) Memerlukan persiapan yang matang.
4) Diperlukan ketrampilan khusus dan kerja yang
sistematis untuk menggunakannya.
5) Menuntut ketrampilan khusus untuk menuangkan
pesan atau ide yang baik pada desain program
komputer power point sehingga mudah dicerna oleh
penerima pesan.
6) Bagi pemberi pesan yang tidak memiliki
ketrampilan menggunakan,memerlukan operator atau
pembantu khusus.
 Menggunakan Media pembelajaran audio visual
Menurut ( Snaky, 2010 : 105 ) Media audio visual
berarti gabungan alat yang bisa memproyeksikan
media gambar yang bergerak serta bersuara.
Kombinasi antara gambar dan suara bisa membuat
karakter yang sesuai dengan objek yang asli. Media
ini bisa membuat sesuatu berupa visual mirip dengan
objek yang digambarkan, beserta suara aslinya
sehingga membuat orang yang melihat maupun
mendengar lebih paham. Kelebihan dari media
pembelajaran audio visual, yaitu: (1) dapat digunakan
berulang kali; (2) mampu menyajikan dan
memaparkan materi dengan detail; (3) menyajikan
gambar dan suara yang mampu meningkatkan fokus;
(4) pembelajaran bisa dilakukan dimana saja...
 Hasil wawancara dengan teman sejawat
Menurut ibu Adriana Bere, S. Pd motivasi peserta
didik dalam pembelajaran dapat ditingkatkan dengan
menggunakan model pembelajaran yang melibatkan
peserta didik secara aktif dan penggunaan media yang
sederhana, menarik dan bagus. Ditambah apresiasi
atas hasil kerja peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai