Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehadiran agama islam yang dibawa Nabi Muhammmad saw yang diyakini
dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtera lahir lahir dan batin.
Didalamnya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu
menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas-
luasnya
Islam dengan ajaran yang mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia serta
perkembangan dan pengaruh global terhadap penduduk muslim dunia berhasil
menarik besar dalam studi ketimuran dan kawasan yang menempati kedudukan
penting diuniversitas-universitas amerika utara.
B. Rumusan masalah
C.Tujuan pembahasan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Islam
Secara etimologis kata islam berasal dari bahasa arab “salima” yang
berarti damai, selamat da sejahtera. Kemudian dari kata itu dibentuklah istilah
taslim, yang secara bahasa berarti tunduk dan patuh secara pasrah kepada
tuhan.
Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan islam adalah
agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh
Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir
dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan pun, yang
ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.1
B. Universalisme Islam
Islam adalah agama yang universal, yaitu agama yang
pemberlakuannya tidak dibatasi oleh tempat dan waktu tertentu. Ia sesuai
untuk semua golongan manusia. Keuniversalan islam pertama kali kelihatan
pada konsep tauhid yang menjadi sendi ajarannya. Berdasarkan prinsip
kesatuan umat manusia, hukum islam memberiakan jainan dan perlindungan
terhadap setiap orang tanpa diskriminasi. Dengan demikian, pandangan
sebagian orang yang mengatakan bahwa islam hanya sesuai untuk bangsa
arab, yang mempunyai dasar yang kuat.
1
https://pusdai.wordpress.com/2008/11/12/arti-Islam-
etimologisterminologis/13/11/2018/01:15
2
1. Agama Allah. Agama islam bersumber dari Allah berupa wahyu
langsung (Al-Qur‟an).
2. Mencakup aspek seluruh kehidupan, baik individu, masyarakat,
bernegara dan lain-lain.
3. Berlaku untuk semua umat sampai akhir zaman.
4. Sesuai dengan fitrah manusia.
5. Menempatakan akal pada tempat sebaik-baiknya.
6. Menjaga rahmat bagi alam semesta.
7. Berorientasi kedepan tanpa melupakan masa kini.
8. Menjanjikan al-jaza.
2
Prof. Dr .H. Abd. A’la,Studi islam,(Stain Jembek PRESS)
3
Islam datang ke Indonesia yang kompleksitas, artinya tidak berasal
dari satu tempat, peran kelompok tunggal, dan tidak dalam waktu yang
bersamaan. Fenomena ini menjadi menarik karena kemudian ditemukan
keragaman teori tentang kedatangan Islam ke Indonesia. Oleh karenanya,
meski kesimpulan tentang awal masuknya Islam ke Indonesia telah disahkan
dalam “Seminar Nasional Masuknya Islam ke Indonesia di Medan” tahun
1963, namun proses-proses kedatangan dan perkembangan Islam di Indonesia
merupakan sebuah kajian yang dapat berubah. Hal ini tentunya, tidak
membuat stagnannya penelitian dan diskusi tentang masuknya Islam, karena
masih ada ruang yang sangat luas untuk mengkoreksi atau menguatkan teori-
teori yang ada. Berkenaan dengan pembahasan kedatangan dan
perkembangan Islam ke Indonesia banyak aspek yang saling berkaitan yaitu:
darimana Islam berasal?
Daerah mana yang pertama kali menjadi tempat kedatangan Islam?
Siapa pembawanya dan kapan Islam sampai ke Indonesia? Karena perbedaan
sudut pandang dan bukti-bukti yang ditunjukkan tentunya akan menghasilkan
kesimpulan tentang teori-teori masuknya Islam ke Indonesia yang berbeda.
Keragaman teori-teori sejarawan tersebut di satu sisi menimbulkan perbedaan
pandangan tentang teori manakah yang dinilai lebih kuat dibanding teori
lain? Serta siapa dan bagaimanakah sosok aktor sentral dalam proses
kedatangan dan perkembangan Islam ke Indonesia? Tulisan ini akan mencoba
menganalisis teori-teori kedatangan Islam: teori Gujarat, teori Arab, teori
Persia, teori Cina, teori Turki, tidak dengan cara “membenturkan” diantara
teori-teori yang ada, melainkan dengan langkah “mengawinkan” diantara
teori yang memiliki sinkronisasi. Dengan asumsi bahwa teori-teori tersebut
pada dasarnya saling menguatkan dan menyempurnakan. Perbedaan hanya
ditimbulkan oleh sudut pandang yang berbeda. Di sisi lain, efektifitas
perkembangan Islam di Indonesia tentunya tidak terlepas dari aktor sentral
yang memainkan peran dalam proses islamisasi tersebut. Oleh karena itu
4
tulisan ini mencoba menjawab siapa dan bagaimana sosok aktor 3sentral
dalam proses kedatangan dan perkembangan Islam di Indonesia.
D. Islam sebagai jalan tengah
Sebagai agama terakhir, Islam yang disampaikan Muhammad
sekaligus juga berfungsi sebagai pengoreksi dan penyempurna terhadap
agama-agama sebelumnya (Qs. al-Baqarah/2: 87). Jika fungsi “penegas”
lebih menyentuh pada aspek substansial agama yakni tauhid, maka fungsi
sebagai penyempurna lebih berkaitan dengan aspek “bentuk” agama yakni
syari‟at—bagian yang kurang substansial. Sebab sebagaimana telah
dijelaskan oleh para tokoh filosof perennial—Schoun misalnya—bahwa
setiap agama mesti memiliki satu bentuk dan satu substansi. Bentuk agama,
atau dalam Islam adalah syari‟at dalam pengertian sempit—kata Schoun,
bersifat relatif (tidak absolut), namun di dalamnya terkandung muatan
substansial yang bersifat mutlak.
Karena agama adalah merupakan gabungan dari substansi dan bentuk,
maka agama kemudian menjadi suatu yang absolut tetapi relatif, dan itulah
sebabnya agama bisa disebut sebagai relatively-absolute.Konsepsi seperti ini
sama sekali tidak berarti bentuk agama itu menjadi tidak atau kurang penting;
substansi dan bentuk agama, menurut perennialis, adalah sama-sama penting,
sebab substansi dan misi suatu agama baru bisa menjadi aktual ketika agama
itu tampil dalam bentuknya yang nyata, dapat dikenali oleh manusia. Lebih
dari itu dengan bentuk, keberadaan suatu agama menjadi fungsional dan
operasional.
E. Agama dan peradaban islam
Islam diakui secara jamak sebagai agama sekaligus peradaban (Islam
is both a religion and a civilization) karena Islam bukan hanya sebuah agama,
3
Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan Vol. 11, no. 1 (2020), pp. 26-46.
5
melainkan creator dan spirit yang hidup bagi sebuah peradaban besar dunia
yang sejarahnya terbentang luas lebih dari 14 abad.4
Islam dan peradaban merupakan satu kesatuan yang tak mungkin
dipisahkan. Sejak kehadirannya, Islam memang telah membawa konsep dan
misi peradaban yang inheren dalam dirinya. Karena Islam hadir membawa
satu sistem yang menaungi kebahagiaan individu dan masyarakat (alfard wa
al-mujtama„), maka tak heran jika peradaban Islam tidak bisa lepas dari
spiritnya, yaitu Islam. Dengan Islam sebagai dîn dan madaniyyah atau
h}ad}ârah (peradaban) itu, peradaban umat Islam menjadi jelas maknanya,
konsepnya, karakteristiknya, dan kontribusinya terhadap manusia dan
kemanusiaan.
Dalam bahasa Arab, peradaban biasa diderivasi dari kata hadârah. Dan
h}ad}ârah ini diartikan dengan: “Peradaban, dalam pengertian yang umum,
adalah buah dari setiap usaha yang dilakukan oleh manusia untuk
memperbaiki kondisi hidupnya. Sama saja, apakah usaha yang dilakukan
untuk mencapai buah tersebut benar-benar yang dituju, atau tidak. Baik buah
tersebut dalam bentuk materi (mâddiyyah) atau imateri (ma„nawiyyah).
Nilai ketinggian materil dan spiritual suatu peradaban seperti dua sisi mata
uang yang tak terpisahkan. Maka, jika ada satu peradaban yang hanya
menonjol dalam satu sisi saja, maka dia tak layak disebut sebagai sebuah
peradaban yang sempurna. Karena bisa jadi dia maju secara industri,
tekonologi, informasi, dan lain sebagainya, namun secara “kemanusiaan” dia
gagal disebut sebagai sebuah peradaban. Karena ternyata dia tidak
memberikan apa-apa kepada manusia.5
4
Seyyed Hossein Nasr & Huston Smith, Islam: Religion, History, and Civilization, (Lahore-
Pakistan: Suhail Academy, 2005
5
Abdullah Nasih ‘Ulwan, Ma‘âlim al-H}ad}ârah…, 4.
Islam sebagai Agama dan Peradaban
6
F. Islam menyatukan bangsa-bangsa dunia
Misi dakwah Islam oleh nabi Muhammad dilaksanakan melalui
dakwah sepanjang hayatnya, dan kemudian dilanjutkan oleh generasi
sesudahnya dan atau ulama‟ pewarisnya. Mula-mula Muhammad
menyampai-kan dakwahnya kepada kaumnya sendiri suku Quraisy, dan
kemudian meluas kepada suku-suku Arab lainnya. Setelah bangsa Arab yang
berada di semenanjung Arabia menerima ajaran yang disampaikannya,
Muhammad mengirimkan beberapa utusan kepada raja-raja dan para
penguasa untuk mengajak mereka masuk Islam. Diantara penguasa itu adalah
raja Persia, Ethiopia, penguasa Alexandria, Muwaqis dan gubernur Bizantium
dan Basra. Penyampaian Islam ke negara-negara lain di luar semenanjung
Arabia dilanjutkan oleh khalifah pertama Abu Bakar. Tetapi usaha itu baru
jelas hasilnya pada masa khalifah Umar bin Khathab, di mana pada masa itu
Islam mulai berhasil menembus wilayah Mesir, Palestina, Suriah, Irak dan
Persia. Kemudian pada masa daulah umawi, dakwah Islam diperluas hingga
ke Spanyol dan Perancis di Eropa dengan melalui Afrika Utara, ke Cina
melalui Asia Tengah, dan bahkan sampai ke India dengan melalui
Afghanistan. Dan pada masa sesudah itu Islam masuk ke Eropah Timur
sampai pada perbatasan Wina, dan di Asia Tenggara sampai ke Malasyia dan
Philipina serta Indonesia.
Dengan demikian Islam telah dianut oleh sejumlah manusia dari
berbagai ragam bangsa, bahasa, budaya, ras dan adatistiadat, dan bahkan juga
kasta. Akan tetapi meski demikian mereka itu tetap disatukan oleh sumber
ajaran fundamental yang sama yakni kitab suci al-Qur‟an. Hal demikian ini
menurut Harun Nasution menunjukkan bahwa misi dakwah Islam bukan
7
hanya ntuk kaum tertentu, melainkan untuk seluruh umat manusia di seluruh
penjuru dunia, karenanya Islam merupakan agama yang bersifat universal.
Kedua, ajaran Islam bersifat waqi„iyah, yakni berpijak pada kenyataan
objektif manusia. Dengan kata lain, ajaran Islam itu sesuai dengan realitas
dasar manusia. Lebih jauh Qurasih Shihab menunjuk ayat pijakannya yakni
“maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah
atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu” (Qs. ar-
Rum: 30). Kalau disadari bahwa fitrah kemanusiaan merupakan suatu yang
dimiliki oleh seluruh manusia, maka hal itu berarti al-Qur‟an telah memberi
penegasan bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh nabi Muhamad sesuai betul
dengan seluruh umat manusia.6
6
Prof. Dr .H. Abd. A’la,Studi islam,(Stain Jembek PRESS)
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
islam adalah agama wahyu berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw sebagai utusan-
Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana pun dan kapan
pun, yang ajarannya meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Universal
yaitu agama yang pemberlakuannya tidak dibatasi oleh tempat dan waktu
tertentu. Ia sesuai untuk semua golongan manusia.
Islam dan peradaban merupakan satu kesatuan yang tak mungkin
dipisahkan. Sejak kehadirannya, Islam memang telah membawa konsep dan
misi peradaban yang inheren dalam dirinya. Karena Islam hadir membawa
satu sistem yang menaungi kebahagiaan individu dan masyarakat (alfard wa
al-mujtama„), maka tak heran jika peradaban Islam tidak bisa lepas dari
spiritnya, yaitu Islam.
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis.
Oleh karena itu kriti dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya. Sehingga bisa
terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak
orang.
9
Daftar Pustaka
https://pusdai.wordpress.com/2008/11/12/arti-Islam-
etimologisterminologis/13/11/2018/01:15
Prof. Dr .H. Abd. A‟la,Studi islam,(Stain Jembek PRESS)
Jurnal Dakwah dan Pengembangan Sosial Kemanusiaan 2020
Seyyed Hossein Nasr & Huston Smith, Islam: Religion, History, and
Civilization, (Lahore-Pakistan: Suhail Academy, 2005
Abdullah Nasih „Ulwan, Ma„âlim al-H}ad}ârah…, 4.
Islam sebagai Agama dan Peradaban
10