08 - Makalah Critical Ill
08 - Makalah Critical Ill
08 - Makalah Critical Ill
Dosen Pengampu :
Arie Krisnasary,S.Gz.,M.Biomed
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Dengan segala kemampuan yang terbatas, saya mencoba menggali tentang MNT
( Medical Nutrition Therapy ) Pasien Endokrin. Dan dengan adanya makalah ini, saya
berharap sedikit membantu para pembaca. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa
bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
1. Definisi....................................................................................................................
2. Pengelompokkann/Macam/ Jenis ...........................................................................
3. Fungsi......................................................................................................................
4. Kelainan / Gangguan Sistem Endokrin / Penyakit..................................................
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan .............................................................................................................
2. Saran .......................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB 1
SISTEM ENDOKRIN
1. Definisi
Sistem endokrin adalah sistem kelenjar yang bekerja pada tubuh manusia yang hasil
sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melewati duktus atau saluran dan dari sekresi
tersebut adalah hormon. Sistem endokrin meliputi suatu sistem dalam tubuh manusia yang
terdiri dari sejumlah kelenjar penghasil zat yang dinamakan hormone. Kelenjar ini
dinamakan endokrin karena tidak memiliki saluran keluar untuk zat yang dihasilkannya.
Hormone yang dihasilkan dalam jumlah sedikit pada saat dibutuhkan dan dialirkan ke organ
sasaran melalui pembuluh darah bercampur dengan darah. Kelenjar yang produknya
disalurkan melalui pembuluh khusus seperti kelenjar ludah disebut kelenjar eksokrin.
Hormon adalah zat kimia yang dibawa dalam aliran darah ke jaringan dan organ kemudian
merangsang hormone untuk melakukan tindakan tertentu. Endokrin menghasilkan dan
menyekresikan insulin dan glikogen (Hartono, 2006). Gangguan sekresi insulin, baik secara
absolut maupun sementara dan retensi insulin menyebabkan gangguan control glikemik
tubuh dan menimbulkan gejala abnormalitas. Sekumpulam gejala metabolik akan terjadi
diantaranya ditandai dengan tingginya kadar glukosa tubuh akibat defek sekresi insulin,
rusaknya kerja insulin atau keduanya, dan saat inilah diabetes melitus terjadi (Muhalla,
2012).
Sistem endokrin terdiri dari sekelompok organ kadang disebut
sebagai kelenjar sekresi internal yang fungsi utamanya adalah menghasilkan dan
melepaskan hormon-hormon secara langsung ke dalam aliran darah. Pemeriksaan fisik
kelenjar endokrin meliputi kondisi kelenjar endokrin, dan kondisi jaringan atau organ
sebagai dampak dari gangguan endokrin. Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya
dapat dilakukan pada kelenjar tiroid dan kelenjar gonad pria (testis). Pemeriksaan
laboratorium biasanya mengukur kadar hormone dalam cairan tubuh, gejala sisa dari
hormon ataupun gejala sisa dari proses yang menyebabkan kelainan hormone. Hormon
berperan sebagai pembawa pesan untuk mengkoordinasikan kegiatan berbagaiorgan tubuh.
Gangguan paling banyak terjadi pada kelenjar pankreas yang memunculkan diabetes.
Penyakit ini mencapai 75 persen dari gangguan endokrinsecara keseluruhan. Gangguan lain
adalah pada kelenjar tiroid, penyebab penyakit gondok (15-20 persen).
Sisanya gangguan pada kelenjar lain yang memunculkan berbagai penyakit, seperti
disfungsi sekresi, gangguan hormonal, gangguan hipofisis, bahkan keganasan (kanker).
Sistem endokrin mempengaruhi bagaimana jantung Anda berdetak, bagaimana tulang dan
jaringan tumbuh, bahkan kemampuan Anda untuk membuat bayi. Hal ini memainkan peran
penting dalam apakah atau tidak seseorang dapat terkena diabetes, penyakit tiroid, gangguan
pertumbuhan, disfungsi seksual, dansejumlah lainnya yang berhubungan dengan hormon
gangguan. Gangguan kelenjar endokrin bisa menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari
malnutrisi, gondok, diabetes, gangguan jantung, hipertensi, hingga tumor ganas pada
sistempencernaan. Gangguan kelenjar endokrin umumnya disebabkan perubahan gaya
hidup yang cenderung meninggalkan pola hidup sehat.
Penyakit kritis setelah trauma besar, sepsis/infeksi, luka bakar, atau proses peradangan
parah lainnya menginduksi perubahan hormon yang kompleks, dengan dampak selanjutnya
pada fungsi endokrin, metabolisme, nutrisi, dan imunologi. Gravitasi respon endokrin
terkait dapat bervariasi sesuai dengan faktor-faktor seperti besarnya dan durasi stres
katabolik, status gizi awal, usia, dan berbagai agen farmakologis. Perubahan utama dengan
proses endokrin yang diamati selama periode stres akut termasuk, tetapi tidak terbatas pada:
Aktivasi sistem hipotalamus-hipofisis-adrenokortikal (HPA)
Peningkatan sekresi hormon kontra-regulasi oleh pankreas, kelenjar hipofisis,dan adrenal
(yaitu, hormon pertumbuhan, kortisol, katekolamin, danglukagon)
Stimulasi pelepasan sitokin oleh sel-sel imun dan jenis sel lainnya (interleukin [IL-1,IL-
6], faktor nekrosis tumor [TNF])
Perubahan dengan metabolisme hormon tiroid dan melepaskan
Mengurangi sekresi steroid gonad
Pengurangan tingkat insulin-growth factor-1 (IGF-1) dan tingkat protein-3 pengikat IGF
Resistensi jaringan perifer terhadap hormon anabolik yaitu, insulin, hormone
pertumbuhan [GH], dan IGF-1.
Respon Endokrin Tengah Dan Peripheral Pola Selama Kecepatan Kritis Pola respons
hormon sentral dan perifer yang diamati selama penyakit kritis bervariasi tergantung pada
perjalananpenyakit . Pada hari-hari awal setelah permulaan penyakit utama, sekresi
hipotalamus dan kelenjar pituitary anterior umumnya meningkat, menghasilkan konsentrasi
serum yang lebih tinggi dari hormon leasing kortikotropin (CRH), arginin vasopresin (AVP),
adrenokortikotropin (ACTH), prolaktin (PRL), leutinizing hormone (LH), dan GH.
Sebaliknya, penurunan konsentrasi hormon perangsang tiroid (TSH) yang bersirkulasi sering
terjadi selama fase ini, mungkin sebagian disebabkan oleh peningkatan sekresi kortisol dan
dopamin endogen atau pemberian eksogennya pada masing-masing pasien. Lebih lama atau
kronis Negara katabolik yang ditandai dengan penekanan pada aktivitas hipofisis anterior dan
hormo rilis ne dan / atau kelainan pada irama diurnal yang normal dari anterior hormon
hipofisis. Konsentrasi serum bervariasi tetapi seringkali tetap meningkat selama periode
pemulihan, dan kadar AVP dapat tetap meningkat sepanjang perjalanan penyakit. Selama
periode pemulihan, ada pemulihan sensitivitas kelenjar hipofisis anterior terhadap kontrol
umpan balik. Perubahan hormon yang diamati pada pasien yang sakit kritis mungkin juga
berhubungan dengan kerusakan yang disebabkan oleh trauma atau hipotalamus, hipofisis,
atau organ target (Gail Cresci, 2005).
Data riwayat terkait gizi dan makanan yang dikumpulkan dari pasien meliputi
asupan makanan dan zat gizi, termasuk pola makan dan snack, diet yang diberikan
saat ini atau sebelumnya, penggunaan obat, pengetahuan/kepercayaan dan
sikap/perilaku, dan aktivitas fisik. Untuk asupan makanan dan zat gizi, meliputi
data asupan energi dari makanan maupun minuman, suplemen, baik enteral
maupun parenteral. Untuk data asupan makanan ini lebih spesifik menanyakan
jenis makanan, jumlah makanan, pola makan termasuk snack, dan variasi
makanan yang biasa dikonsumsi. Riwayat makan yang sering terjadi pada pasien
gangguan sistem endokrin :
a. Diabetes
Yaitu seseorang sering mengkonsumsi makanan tinggi gula, serta tidak didampingi
dengan olahraga.
b. Hipertiroidisme
Tinggi dalam konsumsi yodium seperti makanan laut, telur, nori atau rumput laut,
susu, keju, serta garam. Selain konsumsi yodium yang tinggi adapun penyebab
lainnya adalah sering mengonsumsi minuman yang mengadung kafein seperti kopi,
teh, coklat, soda, dan minuman berenergi tinggi.
c. Hipotiroidisme
Kurangnya konsumsi makan-makanan yang bersumber dari iodium
b) Antopometri Data
Pada antropometri data bertujuan untuk menilai status gizi pada pasien. Biasanya data
yang dimuat berupa TB, BB, IMT, BBI serta penurunan BB. Akan tetapi pada
penyakit sistem endokrin yang sering terjadi yaitu penurunan BB pada pasien DM,
Hipertiroid, Hipotiroid.
c) Data Biokimia
a. Diabetes Melitus
1. Gula darah meningkat (70-130 mg/dl)
Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada dewasa yang tidak hamil : Pada
sedikitnya 2 x pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L) 2)
2. Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L) 3)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial) > 200 mg/dl.
2. Tes Toleransi Glukosa
Tes toleransi glukosa oral : pasien mengkonsumsi makanan tinggi kabohidrat
(150 – 300 gr) selama 3 hari sebelum tes dilakukan, sesudah berpuasa pada
malam hari keesokan harinya sampel darah diambil, kemudian karbohidrat
sebanyak 75 gr diberikan pada pasien
1. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
2. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
3. Osmolaritas serum : meningkat, < 330 mosm/dl
4. Natrium : meningkat atau menurun (135-145 mmol/L)
5. Kalium : (normal) atau meningkat semu (pemindahan seluler) selanjutnya
menurun (3,5-5,0 mmol/L)
6. Fosfor : lebih sering meningkat
7. Kotisol : (3,95-27,23 g/dl)
8. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan Po menurun pada
HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkolosis resperatorik.
9. Trombosit darah : H+ mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis;
hemokonsentrasi merupakan resnion terhadap sitosis atau infeksi.
10. Ureum/kreatinin : meningkat atau normal (dehidrasi/menurun fungsi
ginjal).
11. Urine : gula dan aseton (+), berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat.
b. Hipertiroid
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya yaitu :
- Thyroid-stimulating hormone (TSH) (0,3-5 U/ml) yang dihasilkan oleh hipofisis
akan menurun pada hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis
hipertiroidisme hampir selalu dikaitkan dengan kadar TSH yang rendah. Jika
kadar TSH tidak rendah, maka tes lain harus dijalankan.
- Hormon tiroid sendiri (T3 (2,3-4,2 pg/ml) , T4 (0,80-1,80 ng/dl)) akan
meningkat. Bagi pasien dengan hipertiroidisme, mereka harus memiliki tingkat
hormon tiroid yang tinggi. Terkadang semua hormon tiroid yang berbeda tidak
tinggi dan hanya satu atau dua pengukuran hormon tiroid yang berbeda dan
tinggi. Hal ini tidak terlalu umum, kebanyakan orang dengan hipertiroid akan
memiliki semua pengukuran hormon tiroid tinggi (kecuali TSH).
- Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal
atau seluruh kelenjar.
c. Hipotiroid
• Uji Fungsi Tiroid: Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4),
TSH, dan TRH akan dapat mendiagnosis kondisi dan lokalisasi masalah di
tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid. Pemeriksaan laboratorium untuk
mengetahui fungsi tiroid biasanya menunjukkan kadar T4 yang rendah dan
kadar TSH yang tinggi.
• Pemeriksaan rontgen dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung.
• Morfologi Kelenjar Sidik tiroid, pemerikasaan morpologi ini untuk mengetahui
fungsi kelenjar tiroid dengan Isotop I¹²³ dan I¹³¹ pemerikasaan ini khusus untuk
neonatal.
• Pemeriksaan Ultra Sono Grafi( USG), pemeriksaan ini untuk mengetahui
volume, dan ukuran kelenjar, ataupun tumor pada kelenjar.
• CT SCAN dan MRI, pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat hubungan
kelenjar tiroid dengan organ sekitarnya
d) Data Pemeriksaan Fisik Klinis Terkait Gizi
Data fisik klinis merupakan karakteristik fisik yang memberikan gambaran
secara klinis tentang masalah gizi pada pasien. Data fisik klinis yang seringkali
dikumpulkan adalah penampilan keseluruhan, sistem jantung-paru, sistem
pencernaan, adanya edema, ekstremitas, keadaan gigi, kondisi menelan dan tanda-
tanda vital.
• Pemeriksaan Klinis
Tabel 3. Pemeriksaan Clinis
Pemeriksaan Nilai normal
Tekanan darah (TD) 120/80 mmHg
Pernapasan (RR) 20 x/menit
Nadi 60-100 x/menit
Suhu 36-37o C
• Pemeriksaan Fisik
a. Diabetes Melitus
Ciri fisik pasien DM yaitu :
• Poliuria
• Polidipsi
• Polipagia
• Penurunan berat badan
• Kelemahan, keletihan dan mengantuk
• Malaise
• Kesemutan pada ekstremitas
• Infeksi kulit dan pruritus
• Timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat
• Neuro sensori Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori,
kekacauan mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
• Kardiovaskuler Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD
postural, hipertensi dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
• Pernafasan Takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak nafas,
batuk dengan tanpa sputum purulent dan tergantung ada/tidaknya infeksi,
panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar kalium menurun tajam), RR
> 24 x/menit, nafas berbau aseton.
• Gastro intestinal Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen,
aseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
• Eliminasi Urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau busuk,
diare (bising usus hiper aktif).
• Reproduksi/sexualitas Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan,
impotensi pada pria, dan sulit orgasme pada wanita
• Muskulo skeletal Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus
pada kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
• Integumen Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulkus.
b. Hipertiroid
• Aktivitas atau istirahat
Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan
koordinasi, kelelahan berat
Tanda : Atrofi otot
• Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan
tekanan darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat,
sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis)
• Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan
abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine
berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif
(diare).
• Integritas / Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda : Ansietas peka rangsang
• Makanan / Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan
lebih dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik
(tiazid)
Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid
(peningkatan kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah),
bau halitosis atau manis, bau buah (napas aseton).
• Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot
parasetia, gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut),
gangguan memori baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam
(RTD menurun;koma), aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA).
• Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
• Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),
frekuensi pernapasan meningkat
• Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
• Seksualitas
Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.
Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton
plasma
c. Hipotiroid
Pemeriksaan fisik menunjukkan tertundanya pengenduran otot selama
pemeriksaan refleks. Penderita tampak pucat, kulitnya kuning, pinggiran alis
matanya rontok, rambut tipis dan rapuh, ekspresi wajah kasar, kuku rapuh,
lengan dan tungkainya membengkak serta fungsi mentalnya berkurang. Tanda-
tanda vital menunjukkan perlambatan denyut jantung,tekanan darah rendah dan
suhu tubuh rendah.
1. Hipotiroid Primer
• Goiter : Tiroiditis Hashimoto, fase penyembuhan setelah tiroiditis,
defisiensi yodium
• Non-goiter : destruksi pembedahan, kondisi setelah pemberian yodium
radioaktif atau radiasi eksternal, agenesis, amiodaron
2. Hipotiroid Sekunder Terjadi karena adanya kegagalan hipotalamus (↓ TRH,
TSH yang berubah-ubah, ↓ T4 bebas) atau kegagalan pituitari (↓ TSH, ↓ T4
bebas)
• Kelambanan, perlambatan daya pikir, dan gerakan yang canggung
lambat
• Penurunan frekuensi denyut jantung, pembesaran jantung (jantung
miksedema), dan penurunan curah jantung
• Pembengkakkan dan edema kulit, terutama di bawah mata dan di
pergelangan kaki
• Penurunan kecepatan metabolisme, penurunan kebutuhan kalori,
penurunan nafsu makan dan penyerapan zat gizi dari saluran cema
• Konstipasi
• Perubahan-perubahan dalam fungsi reproduksi
• Kulit kering dan bersisik serta rambut kepala dan tubuh yang tipis dan
rapuh
• Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema
sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman
wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat
lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik,
dingin dan pucat.
• Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
• Perbesaran jantung
• Disritmia dan hipotensi
• Parastesia dan reflek tendon menurun
• hipotiroid adalah apatis, tumpul, penurunan frekuensi jantung, rambut
rontok, kuku rapuh, baal dan parastesia, kelemahan otot,
menorhagia/amenore, mengeluh dingin meski dalam lingkungan
hangat.
e) Data Riwayat Klien
Untuk riwayat klien, informasi ini memberikan gambaran saat ini maupun masa
lalu terkait riwayat personal, medis, keluarga, dan sosial. Pada data personal meliputi
umur, jenis kelamin, suku atau etnis, pendidikan, peran dalam keluarga, kebiasaan
merokok, keterbatasan fisik dan mobilitas. Pada riwayat medis pasien dan keluarga
dapat digali penyakit yang berdampak pada status gizi pasien, termasuk keluhan
yang dialami pasien terkait gizi. Sedangkan riwayat sosial dibutuhkan untuk
mengetahui situasi rumah, atau dukungan asuhan medis dan keterlibatan pasien
dalam kelompok sosial.
1. Diabetes Melitus
a. Riwayat personal
Informasi umum, Usia, jenis kelamin, etnis pekerjaan dll
b. Riwayat medis
Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada
kulit yang disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa
berat, mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh
poli urea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare
kadang-kadang disertai nyeri perut, kramotot, gangguan tidur/istirahat,
haus-haus, pusing-pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita
dan masalah impoten pada pria.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes gestasional
Riwayat ISK berulang
Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin dan
penoborbital.
Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan
Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM.
2. Hipertiroid
a. Riwayat sekarang
Keluhan sesak,badan terasa lemas, mengalami rasa sakit sudah dari lama,
pusing kepala,pemandangan gelap
b. Riwayat dahulu
Menderita penyakit genetik
3. Hipotiroid
a. Riwayat sekarang
Keluhan sesak,badan terasa lemas, mengalami rasa sakit sudah dari lama,
pusing kepala,pemandangan gelap
b. Riwayat dahulu
Menderita penyakit genetik
2. Diagnosa
Diagnosa gizi ditegakkan sesuai keadaan pasien saat itu. Adapun penentuan masalah atau
diagnosis gizi menurut PAGT yaitu dengan cara :
a. Mengintegritaskan dan menganalisis data assessment
b. Menetapkan problem, etiologi dan tanda/gejala dari masalah yang diduga merujuk
kepada terminologi dalam menyusun kaidah diagnosis gizi mengacu pada prinsip-
prinsip taksonomi diagnosis gizi terdiri dari :
- Tiga domain (domain asupan/intake, domain klinikdan domain perilaku/behavior
dan lingkungan
- Kelas
- Sub kelas
Domain asupan (NI) menyangkut masalah aktual yang berkaitan dengan asupan
energi, zat gizi, cairan, substansi bioaktif melalui diet oral maupun dukungan gizi
(enteral dan parenteral nutrisi. Domain klinis (NC) berkaitan dengan masalah gizi
yang teridentifikasi berkaitan dengan kondisi medis atau fisik. Sedangkan domain
perilaku dan lingkungan (NB) berkaitan dengan masalah gizi yang teridentifikasi
berkaitan dengan pengetahuan, perilaku/kepercayaan, lingkungan fisik, akses terhadap
makanan atau keamanan makanan. Diagnosa gizi yang sering ditemui pada pasien
gangguan sistem endokrin :
a. Diabetes Melitus
NI.1.3 Kelebihan asupan energi
NI1.5 Perkiraan kelebihan asupan energi
NI.5.8.2 Kelebihana asupan karbohidrat
NC.2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi
NC.3.2 Penurunan BB yang tidak diharapkan
NB.1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi
NB.1.3 Tidak siap untuk diet merubah perilaku
NB.1.4 Kurang dapat menjaga/memonitoring diri
NB.1.5 Gangguan pola makan
NB.1.6 Pemilihan makanan yang salah
NB.2.1 Aktifitas fisik kurang
NB.2.2 Tidak mampu /tidak mau mengurus diri sendiri
NB.2.3 Kualitas hidup yang buruk
b. Hipertiroid
NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat
NI.5.1 Peningkatan kebutuhan protein (albumin)
NI.5.10.1 Asupan mineral tidak adekuat
NI.5.10.2 Kelebihan asupan mineral
NI.5.11.2 Prediksi kelebihan asupan
NB.1.6 Pemilihan makan yang salah
NI.1.1 Peningkatan energi ekspenditur
NI.2.1 Asupan oral tidak adequat
NI.5.1 Peningkatan kebutuhan zat gizi
NC.2.3 Interaksi makanan dan obat
NC.3.1 Berat badan kurang atau underweight
NC.3.2 Penurunan berat badan yang tidak diharapkan
NC.4.1 Malnutrisi
NB.1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi
NB.1.4 Kurang dapat menjaga atau monitoring diri
NB.2.3 Kemampuan menyiapkan makanan terganggu
c. Hipotiroid
NI.2.1 Asupan oral tidak adekuat
NI.5.10.1 Asupan mineral tidak adekuat
NB.1.6 Pemilihan makan yang salah
NI.1.5 Kelebihan asupan energi
NI.2.2 Kelebihan asupan oral
NI.5.10.1 Asupan mineral Yodium inadequat)
NC.2.3 Interaksi makanan dan obat
NC.3.3 Kelebihan berat badan atau obesitas
NC.3.4 Kenaikan berat badan yang tidak diharapkan
NB.1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi
NB.1.4 Kurang dapat menjaga atau monitoring diri
NB.1.7 Pemilihan makanan yang salah
NB.2.1 Aktivitas fisik kurang
NB.2.3 Tidak mampu mengurus diri sendiri
Sumber: Modifikasi dari Roth,SL, 2011 ; Dieffenbach, S, 2015
3. Intervensi Gizi
a. Diet pada Macam-macam Penyakit Endokrin
1. Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus
Diet diabetes mellitus merupakan pengaturan pola makan bagi penderita diabetes
mellitus berdasarkan jumlah, jenis, dan jadwal pemberian makanan (Sulistyowati,
Lilis, 2011).
Tujuan dan Syarat Diet
Tujuan utama yang diharapkan dari pengaturan diet ini adalah untuk
membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk mendapatkan
kontrol metabolik yang lebih baik.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka diet yang diberikan harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
a. Jumlah energi diberikan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan umur, jenis
kelamin, tinggi badan, aktivitas fisik, proses pertumbuhan, dan kelainan
metabolik.
b. Jumlah karbohidrat disesuaikan dengan kesanggupan tubuh untuk
menggunakannya, yaitu berkisar 60 – 70% dari total
konsumsi.Makanan/minuman yang mengandung gula dibatasi, dan digunakan
jenis karbohidrat kompleks/makanan yang berserat.
c. Protein berkisar 12 – 20%, dan digunakan protein yang bernilai biologi tinggi
(nilai cernanya tinggi)
d. Lemak berkisar antara 20 – 25%, dan lemak jenuh serta kolestrol tidak
dikonsumsi.
e. Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan kebutuhannya.
Makanan-makanan yang dianjurkan dan tidak di anjurkan untuk dikonsumsi oleh
penderita Diabetes Mellitus adalah:
Sumber Makanan yang di anjurkan Makanan yang tidak di
anjurkan
Karbohidrat Seperti beras/nasi, kentang, -
kompleks singkong, terigu, tapioka,
gula, hunkue, makaroni,
mie, bihun, roti, dan biskuit
Protein Ayam tanpa kulit, daging Sumber protein yang tingggi
Hewani tanpa lemak, ikan, dan telur kandungan kolestrol, seperti
maksimal 2x/minggu. jeroan,otak
Sayuran Semua sayuran dianjurkan -
terutama yang berserat
tinggi atau berwarna hijau
seperti bayam, kangkung,
daun singkong, dll
Buah Semua buah dianjurkan -
terutama yang berserat
tinggi menurut jumlah yang
sudah
ditentukan.
BAB III
CRITICAL ILL PADA PASIEN ENDOKRIN
2. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari tulisan
maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu mohon diberikan sarannya agar
kami bisa membuat makalah ini lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi kita semua dan menjadi wawasan kita dalam memahami paragraf
DAFTAR PUSTAKA
https://health.kompas.com/read/2021/07/31/180100568/10-jenis-penyakit-atau-gangguan-
sistem-endokrin?page=all
Vioneery, D. and Ns, M.K., 2020. Modul Praktik Klinik KMB I.
Aji, P.T., 2020. Modul Praktikum Keperawatan Medikal Bedah II.
idbiodiversitas.com. 2016. Apa itu diet dan jenis diet berdasarkan penyakit, (Online),
(http://www.idbiodiversitas.com/2016/04/apa-itu-diet-tau-gak-sihdiet-sangat.html),
diakses 28 Juni 2018.
Ithaswar. 2013. Diet Untuk Penyakit Diabetes Melitus, (Online),
(http://ithaaswar.blogspot.com/2013/06/diet-untuk-penyakit-diabetes-melitus.html), diakses
28 Juni 2018.
Bährle-Rapp, M. (2007) ‘Endokrin’, Springer Lexikon Kosmetik und Körperpflege, pp. 184–
184. doi: 10.1007/978-3-540-71095-0_3576.
Berg, J., Young, M. and Grobler, N. (2012) ‘Medical nutrition therapy’, Journal of
Endocrinology, Metabolism and Diabetes of South Africa, 17(1), pp. 36–43.
Saha, S. K. and Pathak, N. N. (2021) ‘Clinical and Therapeutic Nutrition’, Medical Nutrition
Therapy, pp. 1–481. doi: 10.1007/978-981-15-9125-9_17.