LKPD PPH BADAN TERUTANG

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-
Nya sehingga bahan ajar Menerapkan PPh Badan Terutang (definisi badan, subjek
PPh Badan, bukan subjek PPh badan, Tarif dan Perhitungan PPh Badan Terutang)
disusun untuk siswa kelas XII (duabelas) SMK ini dapat diselesaikan dengan sebaik-
baiknya.
Bahan ajar ini disusun dengan tujuan agar siswa/I dapat mencapai kompetensi
dasar yang telah ditentukan yaitu “Menerapkan PPh Badan Terutang:. Bahan ajar ini
memaparkan secara singkat dan jelas materi pelajaran (definisi badan, subjek PPh
Badan, bukan subjek PPh badan, Tarif dan Perhitungan PPh Badan Terutang) serta
dilengkapi pula dengan evaluasi yang akan mendukung ketercapaian kompetensi dasar
sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam hal ini, penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan bahan ajar yaitu
menerapkan PPh badan terutang masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penyusun mengharapkan kritik dan saran yang relevan dan membangun guna
menyempurnakan bahan ajar ini dimasa yang akan datang. Semoga bahan ajar ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi siswa/i kelas XII (duabelas) SMK.
Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Medan, September 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
KOMPETENSI INTI .....................................................................................1
KOMPETENSI DASAR ...............................................................................1
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI ..........................................1
TUJUAN PEMBELAJARAN........................................................................1
MATERI .........................................................................................................2
1. Tarif dan Perhitungan PPh Badan Terutang.........................................2
SOAL KOMPETENSI...................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................8

ii
A. KOMPETENSI INTI
KOMPETENSI INTI 3 KOMPETENSI INTI 4
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
3. Memahami, menerapkan, 4. Melaksanakan tugas spesifik dengan
menganalisis, dan mengevaluasi menggunakan alat, informasi, dan
tentang pengetahuan factual, prosedur kerja yang lazim dilakukan
konseptual, operasional dasar, dan serta memecahkan masalah sesuai
metakognitif sesuai dengan bidang dengan bidang Akuntansi dan
dan lingkup kerja Akuntansi dan Keuangan Lembaga. Menampilkan
Keuangan Lembaga pada tingkat kinerja di bawah bimbingan dengan
teknis, spesifik, detil, dan kompleks standart kompetensi kerja.
berkenaan dengan ilmu Menunjukkan keterampilan menalar,
pengetahuan teknologi, seni, mengolah dan menyaji secara efektif,
budaya dan humaniora dalam kreatif, produktif, kritis, mandiri,
konteks pengembagan potensi diri kolaboratif, komunikatif dan solutif
sebagai bagian dari keluarga, dalam ranah abstrak terkait dengan
sekolah, dunia kerja, warga pengembangan dari yang
masyarakat nasional, regional, dan diperlajarinya di sekolah, serta
internasional. mampu melaksanakan tugas spesifik
di bawah pengawasan langsung.

B. KOMPETENSI DASAR
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
(PENGETAHUAN) (KETERAMPILAN)
3.7 Menerapakan PPh Badan 4.7 Melakukan perhitungan PPh Badan
Terutang Terutang.

C. INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI


3.7 Menerapkan PPh Badan Terutang
3.7.1 Menjelaskan Pengertian Badan
3.7.2 Mengklasifikasikan subjek dan bukan subjek PPh Badan Terutang
3.7.3 Menghitung PPh Badan Terutang

4.7 Melakukan perhitungan PPh Badan Terutang.


4.7.1 Mengkomunikasikan pengertian badan
4.7.2 Membedakan subjek dan bukan subjek PPh Badan Terutang
4.7.3 Melakukan perhitungan PPh Badan Terutang.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN
3.7 Menerapkan PPh Badan Terutang
3.7.1 Setelah menyimak penjelasan dari guru, siswa dapat menjelaskan kembali
pengertian badan.

1
3.7.2 Setelah berdiskusi dan menggali informasi dari berbagai sumber
belajar, siswa kelas dapat menentukan subjek PPh badan.
3.7.3 Setelah berdiskusi dan menggali informasi dari berbagai sumber
belajar, siswa kelas dapat menentukan bukan subjek PPh badan
3.7.4 Setelah mengamati tayang video, siswa dapat menghitung PPh badan
terutang.

4.7 Melakukan perhitungan PPh Badan Terutang.


4.7.1 Setelah menyimak penjelasan dari guru, siswa dapat mengkomunikasikan
kembali di depan kelas pengertian badan.
4.7.2 Setelah berdiskusi dan menggali informasi dari berbagai sumber
belajar, siswa kelas dapat membedakan subjek dan bukan subjek PPh badan
terutang.
4.7.3 Setelah mengamati tayang slide power point, siswa dapat melakukan
perhitungan PPh Badan Terutang.

E. MATERI

PPh TERUTANG BADAN

Ada beberapa tarif untuk menghitung Pajak Terhutang, yaitu :

a. Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf b.


Tarif ini diterapkan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk
usaha tetap, yaitu sebesar 28%.. PPh terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif dengan penghasilan kena pajak.
Contoh:
Jumlah peredaran bruto dalam tahun pajak 2009 Rp 54.000.000.000
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dalam tahun pajak 2009 Rp 4.000.000.000
Pajak Penghasilan yang terutang = 28% x Rp 4.000.000.000 = Rp 1.120.000.000
b. Tarif PPh Pasal 17 ayat (2b)
Tarif ini diterapkan bagi Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk
perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah
keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan
memenuhi persyaratan tertentu lainnya. Wajib Pajak tersebut dapat memperoleh
tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif sebagaimana dimaksud
pada Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2008. PPh terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan penghasilan
kena pajak.
Contoh:
Jumlah Penghasilan Kena Pajak dalam tahun pajak 2009 Rp 1.250.000.000

2
Pajak Penghasilan yang terutang = (28% - 5%) x Rp1.250.000.000 = Rp
287.500.000.

Lihat : Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2007 tentang Penurunan Tarif


Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri yang Berbentuk
Perseroan Terbuka.
c. Tarif PPh Pasal 31E
Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp
50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah) mendapat fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas
Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah).
Penghitungan PPh terutang berdasarkan Pasal 31E dapat dibedakan menjadi dua
yaitu:
1) Jika peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000, maka penghitungan
PPh terutang yaitu sebagai berikut:
PPh terutang = 50% X 28% X seluruh Penghasilan Kena Pajak.
2) Jika peredaran bruto lebih dari Rp 4.800.000.000 sampai dengan Rp
50.000.000.000, maka penghitungan PPh terutang yaitu sebagai berikut:
PPh Terutang = (50% X 28%) X Penghasilan Kena Pajak dari bagian
peredaran bruto yang memperoleh fasilitas + 28% X Penghasilan Kena
Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak memperoleh fasilitas

Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang


memperoleh fasilitas yaitu: (Rp 4.800.000.000 / Peredaran bruto) X
Penghasilan Kena Pajak

Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang


tidak memperoleh fasilitas yaitu Penghasilan Kena Pajak - Penghasilan
Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang memperoleh fasilitas.

Contoh 1:

Peredaran bruto PT Y dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp 4.500.000.000


dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 500.000.000. Penghitungan
pajak yang terutang yaitu seluruh Penghasilan Kena Pajak yang diperoleh
dari peredaran bruto tersebut dikenakan tarif sebesar 50% dari tarif Pajak
Penghasilan badan yang berlaku karena jumlah peredaran bruto PT Y tidak
melebihi Rp 4.800.000.000.
Pajak Penghasilan yang terutang = 50% x 28% x Rp
500.000.000
= Rp 70.000.000

3
Contoh 2:

Peredaran bruto PT X dalam tahun pajak 2009 sebesar Rp 30.000.000.000


dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp 3.000.000.000.

Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang:


Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang
memperoleh fasilitas
= (Rp 4.800.000.000 : Rp 30.000.000.000) x Rp 3.000.000.000
= Rp 480.000.000

Jumlah Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto yang tidak
memperoleh fasilitas
= Rp 3.000.000.000 – Rp 480.000.000 = Rp 2.520.000.000

Pajak Penghasilan yang terutang


= (50%x 28% x Rp480.000.000) + (28% x Rp2.520.000.000)
= Rp 67.200.000 + Rp 705.600.000 = Rp772.800.000

SOAL KOMPETENSI

A. Pilihan Berganda
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda silang (X)
pada jawaban yang benar.

1. Berdasarkan data laporan keuangan atas usaha tahun pajak 2013 PT. GLOBAL
BUSINESS memiliki laba sebelum pajak Rp 175.000.000,00 PPh terutang ….
a. Rp 12.500.000,00
b. Rp 27.500.000,00
c. Rp 49.000.000,00
d. Rp 17.500.000,00
e. Rp 43.750.000,00

2. Untuk penentuan penghasilan neto wajib pajak badan, dari hal-hal berikut yang tidak
boleh dikurangkan terhadap penghasilan bruto adalah...
a. Penyusutan harga perolehan harta berwujud yang tidak dipergunakan dalam
perusahaan.
b. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing.
c. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
d. Gaji untuk para pengurus perseroan
e. Kerugian piutang tak tertagih.

3. Berikut ini adalah bukan obyek pajak penghasilan :


a. Hadiah dari undian

4
b. Tambahan kemampuan ekonomi yang diterima atau diperoleh dari warisan yang
belum dibagi
c. Utang yang dihapuskan oleh pihak debitur yang sudah melalui proses peradilan
d. Keuntungan karena selisih kurs dari mata uang asing
e. Deviden dengan nama atau bentuk apapun

4. Wajib pajak yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan tarif pajak sebesar,
adalah….
a. 5% lebih tinggi dari wajib pajak yang memiliki NPWP
b. 15% lebih tinggi dari wajib pajak yang memiliki NPWP
c. 20% lebih tinggi dari wajib pajak yang memiliki NPWP
d. 10% lebih tinggi dari wajib pajak yang memiliki NPWP
e. 25% lebih tinggi dari wajib pajak yang memiliki NPWP

5. Yang termasuk subjek pajak penghasilan adalah..


a. Pejabat perwakilan Diplomat Negara asing
b. UNESCO
c. Para konsulat Negara asing
d. IMF, World Bank
e. Perorangan, Yayasan, BUMN, Perusahaan

6. Pengecualian objek pajak penghasilan adalah…


a. laba bruto usaha d. deviden
b. hadiah, undian e. harta hibah
c. bunga

7. Dasar penghitungan untuk mentukan besarnya pajak penghasilan yang terutang


adalah..
a. PTKP d. Norma Penghasilan
b. Laba Perusahaan e. Penghasilan bruto
c. Penghasilan Kena Pajak

8. Subjek pajak dalam negeri menjadi wajib pajak sejak …..


a. Pembentukannya berdasarkan ketentuan perundang-undangan
b. Saat didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
c. Pembiayaannya bersumber dari APBD
d. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau daerah
e. Pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara

9. Berikut ini merupakan subyek pajak luar negeri...


a. Badan perwakilan negara asing, baik yang sudah lama maupun yang masih baru.
b. Pejabat perwakilan diplomatik, dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari negara
asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada
dan bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat tertentu.
c. Organisasi-organisasi Internasional yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan dengan syarat tertentu.
d. Pejabat pejabat perwakilan organisasi internasional yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan dengan syarat tertentu.

5
e. Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia
tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan

10. Wajib Pajak Dalam negeri tahun buku 2010 mempunyai Peredaran Bruto setahun
Rp40.000.000.000 dan memperoleh Penghasilan kena pajak sebesar
Rp400.000.000. Penghitungan PPh terutang berdasarkan pasal 31E adalah:
a. 25% x Rp400.000.000
b. 25% x 50% x (4.800.000.000/40.000.000.000) x Rp400.000.000 + 25% x
(35.200.000.00/ 40.000.000.000) x Rp400.000.000
c. 25% x 50% x Rp400.000.000
d. 25% x 50% x (4.800.000.000/40.000.000.000)

11. Wajib Pajak Dalam negeri tahun buku 2010 mempunyai Peredaran Bruto setahun
Rp54.800.000.000 dan memperoleh Penghasilan kena pajak sebesar
Rp400.000.000. Penghitungan PPh terutang berdasarkan pasal 31E adalah:
a. 25% x Rp400.000.000
b. 25% x 50% x (4.800.000.000/54.800.000.000) x Rp400.000.000 + 25% x
(50.000.000.000/40.000.000.000) x Rp400.000.000.
c. 25% x 50% x Rp400.000.000
d. 25%x50%x (4.800.000.000/54.800.000.000)

12. Laporan keuangan yang menyajikan penghasilan dan beban entitas untuk suatu
periode yang merupakan kinerja keuangan yang menandingkan beban dengan
penghasilan disebut...
a. Laporan keuangan
b. Laporan laba-rugi
c. Laporan perubahan modal
d. Neraca saldo
e. Laporan arus kas

13. Koreksi fiskal positif dilakukan apabila laba menurut fiskal bertambah. Berikut ini
yang termasuk penyebab koreksi positif adalah...
a. Penyusutan komersial lebih besar daripada penyusutan fiskal
b. Penyusutan komersial lebih besar daripada penyusutan fiskal
c. Penghasilan tidak termasuk objek pajak
d. Penghasilan dikenakan PPh Final
e. Penghasilan ditangguhkan pengakuannya

14. Berdasarkan pembukuan PT. Jaya Sakti tahun 2012, jumlah penjualan sebesar
Rp3.850.000.000. penghasilan kena pajak Rp1.150.000.000. Pajak penghasilan
terutang PT. Jaya Sakti berdasarkan tarif PPh Pasal 31E
a. Rp. 105.000.000.
b. Rp. 143.750.000.
c. Rp. 246.750.000.
d. Rp. 725.000.000.
e. Rp. 850.500.000.

6
15. Berdasarkan pembukuan tahun 2012 PT. Toshiba, jumlah penjualan sebesar
Rp16.000.000.000. penghasilan kena pajak Rp3.600.000.000. Pajak terutang PT.
Toshiba berdasarkan tarif PPh pasal 31E adalah...
a. Rp. 210.000.000.
b. Rp. 630.000.000.
c. Rp. 765.000.000.
d. Rp. 900.000.000.
e. Rp. 1.050.000.000.

SOAL ULANGAN

1. Jelaskan bagaimana pemajakan atas usaha kecil dengan omset kurang dari Rp
4.800.000.000 per tahun. Jelaskan keuntungan dan kerugian kebijakan pepajakan
ini dilihat dari sudut pandang fiskus dan wajib pajak?

2. CV. Abadi Mulya adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam
bidang Penjualan Alat Tulis Kantor. Peredaran Bruto CV. Abadi Mulya dalam
Tahun Pajak 2013 sebesar Rp 3.245.265.000,00. Peredaran Bruto CV. Abadi Mulya
dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp 53.586.650.000,00  dengan perincian sebagai
berikut:
- Penjualan Kotor bulan Januari 2014 adalah sebesar 4.632.000.000.
- Penjualan Kotor bulan Pebruari 2014 adalah sebesar 4.526.000.000.
- Penjualan Kotor bulan Maret 2014 adalah sebesar 4.123.000.000.
- Penjualan Kotor bulan April 2014 adalah sebesar 4.358.000.000.
- Penjualan Kotor bulan Mei 2014 adalah sebesar 4.261.000.000.
- Penjualan Kotor bulan Juni2014 adalah sebesar 4.498.000.000.
- Penjualan Kotor bulan Juli 2014 adalah sebesar 4.84.600.0000.
- Penjualan Kotor bulan Agustus 2014 adalah sebesar 4.714.000.000.
- Penjualan Kotor bulan September 2014 adalah sebesar 4.923.000.000.
- Penjualan Kotor bulan Oktober 2014 adalah sebesar 4.132.650.000.
- Penjualan Kotor bulan Nopember 2014 adalah sebesar 4.246.500.000.
- Penjualan Kotor bulan Desember 2014 adalah sebesar 4.326.500.000.
Ditanya : Hitunglah PPh terutang CV. Abadi Mulya.

3. PT Surya Agung Sejati adalah perusahaan yang mempunyai kegiatan usaha dalam
bidang Penjualan Mobil.
- Peredaran Bruto PT Surya Agung Sejati dalam Tahun Pajak 2013 sebesar Rp
5.365.252.000,00.
- Peredaran Bruto PT Surya Agung Sejati dalam Tahun Pajak 2014 sebesar Rp
51.236.759.000,00  dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp.4.956.813.000,00
Ditanya: Hitunglah PPh terutang PT Surya Agung Sejati!

7
DAFTAR PUSTAKA

Harti, Dwi. (2017). Administrasi Pajak. Jakarta: Erlangga

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-


Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2015 Tentang Perubahan


Atas Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2013 Tentang Penurunan Tarif
Pajak Penghasilan Bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri Yang Berbentuk
Perseroan Terbuka.

Solicatun. (2017). Buku Akuntansi Keuangan SMK Kelas XI. Jakarta: Pustaka Ilmu

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE - 02/Pj/2015 Tentang Penegasan


Atas Pelaksanaan Pasal 31E Ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983
Tentang Pajak Penghasilan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir
Dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Anda mungkin juga menyukai