Outline Tesis - Muhammad Apridhoni
Outline Tesis - Muhammad Apridhoni
Outline Tesis - Muhammad Apridhoni
Kinerja Perusahaan
(Studi Empiris terhadap perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI tahun
2017-2019)
Outline Tesis
Muhammad Apridhoni
2020333310025
Magister Akuntansi
2021
LATAR BELAKANG
Pada era globalisasi ini semua sektor telah berkembang dengan sangat pesat
yang ditandai dengan kemajuan di bidang teknologi, pertumbuhan inovasi dan persaingan
yang keras dan semakin ketat, salah satu sektor yang mengalami perkembangan signifikan
terjadi pada sektor bisnis. Perkembangan dan perubahan ini membuat perusahaan-
perusahaan berusaha untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya agar dapat terus
cepat dalam mengubah strategi-strateginya dari bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja
menuju bisnis yang berdasarkan pada pengetahuan (knowledge based business), sehingga
2006), mengatakan bahwa pada era ekonomi modern ini dan dengan adanya perkembangan
mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya, yaitu mengubah dari bisnis yang
(knowledge based business). Dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi maka
sumber daya dapat diperoleh secara efisien dan ekonomis, sehingga perusahaan
2
Kinerja perusahaan merupakan gambaran tentang kondisi keuangan suatu
perusahaan yang di analasis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui
mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi
kerja dalam periode tertentu (Izati 2017). Memon, dkk (2012) dalam Izati (2017)
menyatakan kinerja adalah kualitas dari setiap perusahaan yang dapat dicapai dengan hasil
ukuran yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari
berbagai ukuran yang telah disepakati. Untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka
dilakukan penilaian kinerja. Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas
standar dan kriteria yang telah ditetapkan. Sehingga banyak pihak yang meyakini bahwa
aset paling berharga dalam penunjang kinerja perusahaan adalah Sumber Daya Manusia
peran kunci dalam upaya melakukan lompatan peningkatan nilai di berbagai perusahaan.
Hal ini disebabkan adanya kesadaran bahwa intellectual capital merupakan landasan bagi
perusahaan untuk unggul dan bertumbuh. Kesadaran ini antara lain ditandai dengan
semakin seringnya istilah knowledge based company muncul dalam wacana bisnis. Istilah
capital sebagai sumber daya dan longterm growth-nya. Knowledge based company adalah
perusahaan yang diisi oleh komunitas yang memiliki pengetahuan, keahlian, dan
keterampilan
3
Dalam penelitian ini tidak hanya membahas bagaimana hubungan Intelectual
Corporate Social Responsibility dianggap menjadi variable yang dapat memperkuat atau
perusahaan tidak memperhatikan faktor yang ada di sekitarnya baik dari pihak karyawan,
konsumen, masyarakat, maupun sumber daya alam yang merupakan satu kesatuan yang
mendukung suatu sistem, maka action tersebut akan mengakhiri eksistensi perusahaan itu
sendiri. Kerusakan dan gangguan yang timbul dari pihak eksternal tersebut akan
akan semakin baik di mata masyarakat jika dapat menunjukkan rasa kepedulian dan
akan lebih cenderung menamkan modal pada perusahaan yang telah menerapkan corporate
tahun mendatang. Dalam peraturan otoritas jasa keuangan nomor 29/ POJK.04 / 2016
tentang laporan tahunan emiten Bab III pasal 7 dijelaskan bahwa perusahaan publik wajib
menyampaikan laporan tahunan kepada otoritas jasa keuangan paling lambat pada akhir
bulan keempat setelah tahun buku berakhir. Faktanya masih ada beberapa perusahaan yang
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek
BEI sebagai sampel, karna jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI merupakan
mayoritas perusahaan yang listing di BEI yaitu 519 perusahaan, sejumlah 17 perusahaan
4
berasal dari perusahaan BUMN. Selain itu perusahaan BUMN merupakan perusahaan yang
limbah sehingga perusahaan perlu menerapkan CSR sebagai timbal balik kepada
lingkungan sekitarnya. Pemilihan tahun pengamatan yaitu dari tahun 2017-2019, karena
merupakan data terbaru yang dapat lebih mencerminkan keadaan perusahaan BUMN saat
ini. Sehingga diharapkan akan memberikan manfaat bagi stakeholders, analis pasar modal,
perusahaan?
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan
penelitian adalah :
5
1.4 Manfaat Penelitian
2. Auditor
Sebagai referensi bagi auditor dalam meningkatkan kualitas audit dan menerapkan
independensinya.
3. Peneliti selanjutnya
selanjutnya.
BAB I PENDAHULUAN
serta hipotesis alternatif pemecahan masalah yang akan diuji dalam penelitian ini.
6
Bab ini berisi tentang penjelasan variabel penelitian dan defifnisi operasional,
populasi serta penentuan sampel penelitian, sumber data, metode pengumpulan data,
Bab ini membahas mengenai hasil uji empiris terhadap data yang dikumpulkan
dan pengolahan data yang telah dilakukan, serta deskriptif uji statistik pembuktian
Bab ini akan difokuskan pada kesimpulan hasil penelitian serta mencoba untuk
menarik beberapa implikasi hasil penelitian. Keterbatasan dari penelitian ini akan
7
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2. Landasan Teori
Teori keagenan menjelaskan suatu hubungan antara pemegang saham sebagai prinsipal
dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang
saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Setelah itu pihak manajemen harus
relationship as a contact under which one or more person (the principal) engage another
person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some
Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (principal)
memerintah orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi
wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua
belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan,
maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.
Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian kepemilikan manajer atas saham
8
kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat manajer cenderung bertindak
untuk kepentingan yang hanya pribadi dan bukan untuk memaksimumkan nilai perusahaan.
Inilah yang nantinya akan menyebabkan biaya keagenan (agency cost). Jensen dan Meckling
(1976) mendefinisikan agency cost sebagai jumlah dari biaya yang dikeluarkan prinsipal
untuk melakukan pengawasan terhadap agen. Hampir mustahil bagi perusahaan untuk
memiliki zero agency cost dalam rangka menjamin manajer untuk mengambil suatu
keputusan yang optimal dari pandangan shareholders karena adanya perbedaaan kepentingan
Menurut teori keagenen, konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi dengan
mensejajarkaan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran kepemilikan saham oleh
manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang
merasakan langsung manfaat dari setiap keputusaan yang diambilnya. Proses ini dinamakan
Dalam suatu perusahaan, konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen salah satunya
dapat timbul karena adanya kelebihan aliran kas (excess cash flow). Kelebihan arus kas
cenderung diinvestasikan dalam hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama
menyukai investasi yang beresiko tinggi yang juga menghasilkan return tinggi, sementara
Teori ini memiliki peranan penting dan menjadi bahan pertimbangan bagi para pengelola
return yang tercermin dalam laba akuntansi sebagai alat ukur yang tepat dan akurat sehingga
9
perlu adanya keakuratan dalam penciptaan return (Meek dan Gray, 1988 dalam Ulum et al.,
2008). Perusahaan saat ini tidak hanya bertanggungjawab pada shareholder, namun
pemasok sampai kepada masyarakat umum. Menurut Gutrie (2006) mengatakan bahwa teori
ini mengharapkan aktivitas perusahaan dapat dilaporkan oleh manajemen kepada stakeholder,
walaupun dikemudian hari mereka tidak memakai informasi tersebut. Akuntabilitas tidak
hanya pada kinerja ekonomi atau keuangan saja, namun perusahaan perlu melakukan
pengungkapan IC lebih dari yang diharuskan oleh pihak yang berwenang. Salah satu faktor
yang mempengaruhi pengungkapan IC dalam laporan keuangan adalah apabila semakin baik
kinerja IC dalam suatu perusahaan, makan juga akan semakin meningkat tingkat
pengungkapannya dalam laporan keuangan. Hal ini akan berdampak pada peningkatan
kepercayaan para stakeholder kepada perusahaan . Manajer jika dapat mengelola organisasi
secara maksimal maka penciptaan nilai yang dihasilkan semakin baik. Penciptaan nilai adalah
memanfaatkan semua potensi yang terdapat di perusahaan, seperti karyawan, aset fisik, atau
structural captital. Pengelolaan yang baik atas potensi perusahaan ini akan mendorong kinerja
perusahaan tidak hanya terbatas pada 13 kinerja keuangan perusahaan, tetapi juuga harus
bertanggung jawab terhadap masalah sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas
memainkan peran penting bagi perusahaan. Karena perusahaan berada dalam lingkungan
masyarakat dan kemungkinan aktivitasnya memiliki dampak sosial dan lingkungan. Dengan
dibutuhkan serta dukungan dari stakeholder agar dapat mendukung perusahaan dalam
10
Keakuratan value added dan return dalam pengukuran kinerja menambah kekuatan teori
stakeholder. Tujuan utama dari teori stakeholder adalah untuk membantu menaajer korporasi
mengerti lingkungan stakeholder mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efektif di
tujuan yang lebih luas dari teori stakeholder adalah untuk menolong manajer korporasi dalam
kerugian badi stakeolder. Pada kenyataanny, inti keseluruhan teori stakeholder terletak pada
apa yang akan terjadi ketika korporasi dan stakeholder menjalankan hubungan mereka.
Kinerja keuangan yaitu alat yang digunakan untuk mengukur prestasi kerja keuangan
(Santoso, 2008) yaitu pengukuran kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagai akibat dari
dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan harus diketahui output
maupun input. Output adalah hasil dari suatu kinerja karyawan atau perusahaan, sedangkan
input adalah keterampilan atau alat yang digunakan untuk mendapatkan hasil tersebut.
Penilaian kinerja perusahaan biasanya dilakukan dengan tujuan memperoleh pendapat wajar
atas pernyertaan dalam suatu perusahaan atau menunjukkan bahwa perusahaan bernilai lebih
dari yang tertera dalam neraca, untuk keperluan merger dan akuisisi, untuk melihat apakah
nilai usaha lebih besar daripada nilai likuiditasnya, sebagai dasar manajemen untuk evaluasi
Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan banyak cara. Setiap pengukuran
memiliki perbedaan. Pengukuran dapat berupa pengukuran absolut (sales, profit), return-
11
value of the firm) dan lain sebagainya. Pada penelitian ini, pengukuran kinerja difokuskan
Profitabilitas dapat diukur dari berbagai macam cara, seperti: laba bersih, laba operasi, tingkat
atau bisa juga disebut rasio rentabilitas menunjukkan keberhasilan suatu perusahaan dalam
Equity (ROE). ROE digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi
Intellectual Capital (IC) merupakan salah satu sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.
Para ahli menyebutkan bahwa intelectual capital sebagai aset tidak berwujud yang bermanfaat
bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja, daya saing, dan kesejahteraan. Intelectal capital
seringkali dijadikan faktor utama penentu diperolehnya laba suatu perusahaan. Intelectual
capital pada umumnya diidentifikasi sebagai sebuah perbedaan antara nilai pasar perusahaan
(bisnis perusahaan) dan nilai buku dari aset perusahaan tersebut atau financial capital-nya.
Menurut Stewart (1997) dalam Sangkala (2006) dikatakan bahwa intellectual capitalI ialah
materi intelektual berupa pengetahuan, informasi, inovasi, pengalaman intelektual yang dapat
12
dimanfaatkan untuk menghasilkan sebuah aset yang mampu memberikan keunggulan
bersaing dan mempunyai nilai tambah. Dikatakan oleh Bontis R. Et al. (2000) bahwa secara
umum, para peneliti mengidentifikasi terdapat tiga elemen yang mampu menghasilkan
intellectual capital yaitu: Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Customer
komitmen dan loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Lebih lanjut Bontis R. Et al. (2000)
strategies, routines, dan segala hal yang membuat nilai perusahaan lebih besar dari nilai
materialnya. Sedangkan CC adalah pengetahuan yang melekat dalam marketing channels dan
customer relationship dimana suatu organisasi mengembangkan hal tersebut melalui proses
berbisnis.
Salah satu cara yang daapat digunakan untuk mengukur sebuah intellectuaal capital adalah
metode value added intellectual coefficient (VAIC). VAIC merupakan instrumen untuk
mengukur kinerja intellectual capital perusahaan. VAIC dikembangkan Pulic pada tahun 1997
yang didesain untuk menampilkan informasi tentang value creation efficiency dari aset
berwujud (tangible assets) dan aset tak berwujud (intangible assets) yang dimiliki perusahaan.
Pendekatan ini sangat mungkin dan relatif mudah untuk dilakukan, karena didapatkan dan
dikonstruksikan dari akun-akun yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan (laba rugi,
neraca, dll).
Pertama dimulai dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan value addedd (VA).
Value added adalah indikator paling objektif untuk menilai keberhasilan bisnis dan
(ulum, 2009). VA dihitung antara selisih output dan input. Output (OUT) mempresentasikan
13
revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa yang dijual di pasar, sedangkan input (IN)
mencakup seluruh beban yang digunakan untuk memperoleh revenue. Hal yang terpenting
dan patut digarisbawahi dalam model ini adalah bahwa beban karyawan (labor expense)
tiddak termasuk dalam IN. Karena, peran aktifnya dalam proses value creation, intellectual
potential (yang direpresentasikan dengan labor expense) tidak dihitung sebagai biaya (cost)
dan tidak termasuk dalam komponen IN. Karena itu, aspek kunci dalam model Pulic adalah
memperlakukan tenaga kerja sebagai entitas penciptaan nilai (value creating entity) (ulum,
2009).
Kedua VA dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital (HC) dan Structural Capital (SC).
Hubungan lainnya dari VA adalah Capital Employed (CE), yang dalam hal ini dilabeli dengan
VACA. VACA adalah keterkaitan yang bagus pada perusahaan dengan para mitranya, baik
yang bersal dari para pemasok yang andal dan berkualiatas, loyal dan merasaa puas dengan
pelayanan perusahaan yang terkait atau pun hubungan perusaahaan dengan pemerintah dan
masyarakat sekitar. Bisa juga disebut sebagai indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu
unit dari physical capital. (Pulic, 1998) mengasumsikan bahwa jika satu unit dari CE
menghassilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, yang artinya berarti
perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Dengan demikian, pemanfaatan
CE yang lebih baik merupakan bagian dari intellectual capital perusahaan. Pengukursan
VACA dilakukan dengan membandingkan Value Added (VA) dengan capital employed (CE).
beban karyawan, dan CE diperoleh dari ekuitas dijumlahkan dengan laba bersih.
𝑉𝐴𝐶𝐴 = 𝑉𝐴/𝐶𝐸
Hubungan selanjutya adalah VA dan HC. Value Added Human Capital (VAHU) adalah
kemampuan individu dalam suatu perusahaan yang berupa knowledge, skill, innovativeness,
14
dan kemampuan individu untuk melaksanakan tugasnya dan dapat menciptakan sebuah nilai.
dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan antara VA dan HC mengindikasikan
dari perbandingan VA dengan human capital (HC). Penghitungan VA berasal dari penjualan
dikurangi dengan beban-beban perusahaan selain beban karyawan, dan HC diperoleh dari
𝑉𝐴𝐻𝑈 = 𝑉𝐴/𝐻𝐶
Hubungan terakhir adalah structural capital coefficient (STVA). STVA adalah kemampuan
sebuah organisasi untuk memfasilitasi para karyawan nya dengan infrastruktur, sistem
informasi, rutinitas dan budaya organisasi untuk mengassilkan intelektual yang optimal guna
penciptaan nilai untuk perusahaan. Pengukuran STVA berasal dari perbandingan VA dan
structural capital (SC). Penghitungan VA berasal dari penjualan dikurangi dengan beban-
beban perusahaan selain beban karyawan, dan SC diperoleh dari selisih VA dengan beban
𝑆𝑇𝑉𝐴 = 𝑆𝐶/𝑉𝐴
tersebut diformulasikan dalam indikator baru yang unik, yaitu VAIC (Tan et al., 2007).
Corporate Social Responsibility merupakan salah satu elemen penting dalam proses
keberlanjutan perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial. Menurut
15
World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yang menyatakan Corporate
Social Responsibility adalah suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak
secaara etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas
setempat ataupun masyarakat secara luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup
bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk
berikut keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan
Menurut (ISO, 2015), CSR merupakan tanggungjawab sebuah organisasi terhadap dampak-
yang diwujudkan dalam bentuk perilaaku transparan dan etis yang sejalan dengan
harapan serta penghormatan terhadap pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang
acuan dalam penyusunan pelaporan CSR mereka. Konsep pelaporan CSR yang digagas oleh
GRI adalah konsep sustainability report yang muncul sebagai akibat adanya konsep
sustainability development. Dalam sustainability report digunakan konsep triple bottom line.
Konsep triple bottom line didasari tiga prinsip dasar yang terdiri dari:
• Profit, artinya perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan secara
ekonomi yang memungkinkan agar dapat beroperasi lebih lanjut dan berkembang.
16
• People, artinya perusahaan harus mempunyai rasa kepedulian terhadap kesejahteraan
manusia.
keanekaragaman hayati.
Dengan berpedoman dengan tiga prinsip dasar tersebut maka seharusnya perusahaan tidak
hanya melaporkan sesuatu yang diukur dari sudut pandang ekonomi saja, melainkan dari sudut
Dalam penelitian ini CSR akan dihitung menggunakan Corporatee Social Disclosure Index
(CDSI). CSR terdiri dari 3 fokus pengungkapan, yaitu ekonomi, lingkungan dan social sebagai
dari dimensi ekonomi (9 item), lingkungan (30 item), dan dimensi social (40 item). Indikator
dengan menggunakan sistem pemberian skor 1 untuk perusahaan yang mengungkapkan CSR
dan skor 0 untuk perusahaan yang tidak mengungkapkan CSR( Haniffa, dkk, 2005 dalam
Sayekti dan Wondabio, 2007). Sistem ini dilakukan dengan cara menyusun daftar item
17
pengungkapan CSR perusahaan sesuai dengan tiap perusahaan. Presentase skor
ΣXij
CSRIj ≡
nj
Dalam hubungan Intellectual Capital dengan kinerja perusahaan, teori stakeholder lebih
tepat digunakan sebagai basis utama untuk menjelaskan konteks hubuungan intellectual
capital dengan kinerjaa prusahaan. Konsesus yang berkembang dalam konteks teori
stakeholder adalah bahwa laba akuntansi hanyalah merupakan ukuran return bagi pemegang
saham(shareholder), sementara value added(nilai tambah) adalah ukuran yang lebih akurat
yang diciptakn oleh stakeholder dan kemudian di distribusikan kepada stakeholder yang sama
(Meek dan Gray, 1988 dalam Ulum et al., 2008). Value added dirasa memiliki akurasi lebih
jika dihubungkan dengan return yang dianggap sebagai ukuran bagi shareholder. Sehingga
dengan demikian keduanya dapat menjelaskan kekuatan teori stakeholder dalam kaitannya
terhadap kinerja perusahaan, karena semakin tinggi nilai value added maka semakin baik
CSR dilakukan oleh perusaahaan karena keberadaannya di tengah lingkungan yang dapat
perusahaan dapat mengubah persepsimasyarakat ke arah positif maupun negatif. CSR adalah
18
klaim agar perusahaan tidak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham
(shareholder), tapi juga terhadap pihak stakeholders. Menurut (Santoso, 2008) apabila sebuah
perusahaan terlihat peduli kepada masyarakat, masyarakat juga akan membayangkan bahwa
perusahaan juga memiliki kepedulian dalam mengelola produknya. Yang nantinya akan
menimbul rasa kepercayaan akan kualitas produk perusahaan dan akan loyalitas untuk
menggunakan produknya. Aktivitas CSR dengan jelas dapat menjadi suatu strategi perusahaan
yang dapat memberikan kontribusi kepada manajemen risiko dan menjaga hubungan dan
Penelitian (Siegel, 2006) menunjukkan bahwa aktivitas CSR memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap efisiensi, perubahan teknikal, dan skala ekonomi perusahaan. Semua
pengaruh itu bergantung pada karakteristik perusahaan seperti motivasi atas aktivitas
tanggung jawab sosial, lokasi, perencanaan pertumbuhan dan aktivitas inovasi perusahaan.
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dibuatlah kerangka
penelitian sebagai acuan untuk merumuskan hipotesis, seperti yang ditunjukkan pada gambar
berikut:
Gambar 1.2
Kerangka Konseptual
19
2.8 Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) 2017-2019. Pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive
sampling. Purposive sampling menurut Margono (2004) pemilihan sekelompok subjek dalam
purposive sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut
yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya, dengan kata lain unit
sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang berdasarkan tujuan
penelitian. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) 2017-2019.
Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan dari laporan keuangan perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2017 sampai tahun 2019 yang bisa
dilihat di IDX.
20
2.9 Kajian dan Penelitian Terdahulu
No Jurnal 1
6 Hasil Penelitian CSR dan kinerja perusahaan yang mempunyai hubungan positif
membuktikan bahwa biaya eksplisit perusahaan bukan biaya tersembunyi
untuk pemangku kepentingan.Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
dalam praktik CSR akan jauh lebih rendah daripada manfaat corporate
social responsibility
Y: Kinerja Perusahaan
No Jurnal 2
21
2 Pengarang Rahmadhanty Kusuma Astari, Darsono.
3 Latar Belakang Searah dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, persaingan antar
perusahaan pun semakin ketat. Kompetisi tercipta dari adanya
perkembangan berbagai macam jenis usaha dan perusahaan yang sejenis.
Tantangan dan persaingan yang dihadapi perusahaan saat ini sangat
beragam sehingga mendorong pelaku bisnis untuk memperbaiki diri untuk
mempertahankan bisnisnya, salah satunya dengan memperbaiki kinerja
manajerialnya maupun membuat inovasi
6 Hasil kesimpulan dari penelitian ini adalah Structural Capital Employed (SCE)
dan Capital Employed Efficiency (CEE) memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap kinerja perusahaan. Semakin tinggi SCE dan CEE maka
semakin tinggi kinerja perusahaan. Sedangkan Human Capital Employed
(HCE) memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi HCE maka semakin rendah kinerja
perusahaan
Y: Kinerja Perusahaan
22
No Jurnal 3
3 Latar Belakang Adanya ketidaksesuaian upah yang diterima oleh para buruh di Indonesia
yang ditandai dengan demo buruh setiap tahunnya. Selain itu, konflik
kepentingan yang sering terjadi pada perusahaan dapat menurunkan
komitmen karyawan terhadap perusahaan yang dapat berimbas pada kinerja
perusahaan.
4 Metode Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis regresi
Penelitian dan data panel dengan Eviews. Data penelitian diperoleh dari annual report
sampel perusahaan yang terdaftar di Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI).
Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah metode purposive
sampling. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel, maka diperoleh sampel
sebanyak 10 perusahaan dengan periode pengamatan dari tahun 2014
sampai dengan 2018 sehingga total keseluruhan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 50.
Y: Kinerja Perusahaan
23
No Jurnal 4
4 Metode Penelitian Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol, yaitu perubahan
dan sampel pengeluaran riset dan pengembangan, perubahan leverage keuangan, dan
kapitalisasi pasar.Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode
2013.2015, dan 2017 dengan total sampel adalah 94 perusahaan yang
ditentukan dengan metode purposive sampling.Analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan asumsi klasik, sedangkan
pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi linear yaitu
metode Ordinary Least Squares (OLS).
5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bagaimana efek dari
perubahan total pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
(CSRD) untuk periode sebelumnya terhadap perubahan kinerja keuangan
dan pasar perusahaan untuk periode berikutnya.
24
pengungkapan CSR meningkat maka kinerja perusahaan juga meningkat.
Dampak pengaruh pengungkapan CSR dalam 2 tahun (periode
sebelumnya) terbukti mampu mempengaruhi kinerja perusahaan pada
periode berikutnya.
Y: Kinerja Perusahaan
25
No Jurnal 5
4 Metode Penelitian dan Penelitian ini, menerapkan teknik pengambilan sampel dengan
Sampel menggunakan purposive sampling, dan berdasarkan kriteria yang
telah ditentukan maka jumlah sampel sebanyak 81 sampel perusahaan
sektor high profile yang secara berturut-turut tidak terlambat
menerbitkan annual report tahunan selama periode pengamatan 2014-
2017, sehingga total data yang digunakan adalah 324firm year. Alat
analisis yang digunakan adalah statistik diskriptif, uji asumsi klasik,
uji kelayakan model, analisis regresi dan uji hipotesis (uji t) dengan
alat bantu aplikasi SPSS versi 22.
Y: Kinerja Perusahaan
26
No Jurnal 6
Y: Kinerja Perusahaan
27
No Jurnal 7
5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari
intellectual capital, corporate social responsibility dan ukuran
perusahaan terhadap kinerja perusahaan.
Y: Kinerja Perusahaan.
28
No Jurnal 8
4 Metode Penelitian dan Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh
Sampel perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2015-2017. Sampel dalam peneltian ini sebanyak 108
perusahaan, Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder. Data-data sampel yang digunakan dalam penelitian ini
diambil dari (BEI).
5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menyelidiki Modal Intelektual dan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atas Kinerja Perusahaan dengan
Tata Kelola Perusahaan Sebagai Variabel Intervensi pada Perusahaan
Perbankan yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Intervening: GCG
Y: Kinerja Perusahaan
29
No Jurnal 9
3 Latar Belakang Sebuah perusahaan dapat menghasilkan laba yang tinggi diantara
perusahaan lainnya mengalami kerugian. Kondisi yang lain,
perusahaan sama-sama memperoleh keuntungan, namun ada yang
memperoleh laba yang lebih unggul dibandingkan perusahaan lain.
Fenomena tersebut merupakan suatu kajian yang terus menjadi
perhatian perusahaan, karena kinerja tersebut merupakan indikator
penentu keberlangsungan perusahaan.
4 Metode Penelitian dan Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
Sampel terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2015. Perusahaan
manufaktur dipilih karena sesuai dengan topik penelitian, di mana
perusahaan manufaktur dianggap mewakili perusahaan yang
menggunakan human capital dalam memproduksi barang, structural
capital dalam menjalankan operasinya dan berhubungan dengan
konsumen dalam pemasaran produk. Tehnik pengambilan sampel
dalam penelitian ini adalah menggunakan tehnik purposive sampling.
5 Tujuan Penelitian Penelitian ini akan menguji pengaruh intellectual capital terhadap
kinerja Perusahaan.
Y: Kinerja Perusahaan
30
No Jurnal 10
4 Metode Penelitian dan Objek dalam penelitian ini adalahperusahaan BUMN go-public yang
Sampel terdaftar diBursa Efek Indonesia (BEI)periode 2015-
2019.Populasidalam penelitian iniyaitu seluruh perusahaan BUMN
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)periode 2015-2019.
Sampelyang diambil menggunakan metode purposive sampling
dengan, diperoleh jumlah sampel penelitian sebanyak 16 perusahaan
atau sejumlah 118 observasi. Pengujian hipotesis menggunakan uji
analisis regresi linear berganda
Y: Kinerja Perusahaan
31
DAFTAR PUSTAKA
Bontis, N W.C.C. Keow, S. Richardson. 2000. “Intellectual capital and business performance
in Malaysian industries”. Journal of Intellectual Capital. Vol. 1 No. 1. pp. 85-100.
Available online :www.citeseerx.ist.psu.edu(accessed Desember 2015).
Daud, M. Rulfah; dan Abrar Amri. 2008. “Pengaruh Intellectual Capital dan Corporate
Social Responsibility Terhadap Kinerja Perusahaan.”.Jurnal telaah dan riset
akuntansi. Vol. 1. No. 2
Erliana Saragih, S.E. M.Si, Afni. 2017. PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL (HUMAN
CAPITAL, STRUCTURAL CAPITAL DAN CUSTOMER CAPITAL) TERHADAP
KINERJA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA. Journal. Malang: Program Sarjana. Universitas Muhammadiyah
Malang.
Ghozali,I. dan A. Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Heal, Geoffrey, dan Garret, Paul, (2004) “Corporate Social Responsibility, an Economic and
Financial Framework”, Columbia Business School, 2004. available online:
www.papers.ssrn.com (accessed January 2021)
Ida Putri Harahap, Tukma., Aditya Septiani. 2019. PENGARUH PENGUNGKAPAN CSR
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN. Jornal. Semarang: Program Sarjana.
Universitas Diponegoro.
ISO 26000. “Guidance on Social Responsibility”. Available online at:
http://www.pmhr.ir/unit/apo/pdf/iso26000/mod_2_iso_26000.pdf. (Accessed
December 2020)
Jensen, M., & Meckling, W. (1976). Theory of the firm: managerial behavior, agency
costs and ownership structure. Journal of Financial Economics, 3, 305-360.
32
Kusuma Astari, Rahmadhanty., Darsono. 2020. PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN. Jurnal. Semarang: Program Sarjana.
Universitas Diponegoro.
Naek, Tiopan., Lauw Tjun Tjun. 2020. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap
Kinerja Perusahaan dengan Good Corporate Governance sebagai Variabel Moderasi
pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017. Journal.
Bandung: Program Sarjana. Universitas Kristen Maranatha.
Pulic, A. (2004). Intellectual capital - does it create or destroy value ? Measuring Business
Excellence, 8(1), 62–68. https://doi.org/10.1108/13683040410524757
Sangkala. 2006. “Intellectual Capital Management: Strategi Baru Membangun Daya Saing
Perusahaan”. Yapensi. Jakarta.
Sayekti, Yosefa dan L. S. Wondabio, (2007), Pengaruh CSR Disclosure terhadap Earning
Response Coefficient (Suatu Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta). Simposium Nasional Akuntansi X K-AKPM 08: Makasar, 26-28 Juli
2007
Siegel, Donald S., dan Paul, Catherine J. M., (2006) “Corporate Social Responsibility and
Economic Performance”, Springer Science Business Media, LLC, (J Prod Anal 26,
p. 207-211), available online: www.papers.ssrn.com (accessed January 2021).
Tan, H.P., D. Plowman, P. Hancock. (2007). “Intellectual Capital and financial returns of
companies”. Jounal of Intellectual Capital. Vol 8 No. 1. Pp. 76-95.
Ulum, Ihyaul, (2009). “Intellectual Capital, Konsep dan Kajian Empiris”, Yogyakarta : Graha
Ilmu.
33