Pedoman Pelayanan Kamar Bedah IVO
Pedoman Pelayanan Kamar Bedah IVO
Pedoman Pelayanan Kamar Bedah IVO
A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan
pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitative) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
Kemajuan Ilmu Bedah yang sangat pesat merupakan suatu tantangan bagi
rumah sakit di Palembang dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik
internal maupun eksternal. Makin tingginya tingkat kesadaran masyarakat
mengenai kesehatan semakin kritis dalam memilih rumah sakit yang dapat
memberikan pelayanan yang terbaik untuk dirinya.
Instalasi Kamar Bedah merupakan salah satu unit pelayanan yang ada di
RSUD Gandus, yang memberikan pelayanan tindakan pembedahan baik
terencana maupun darurat. Layanan yang ada di kamar bedah RSUD Gandus
meliputi : Bedah umum, bedah Syaraf, THT, Kebidanan & Kandungan,Bedah
plastik, Orthopedi dan mata serta pelayanan anesthesia, sedasi, analgesia di
dalam kamar operasi.
Selain pengetahuan dan tehnik bedah yang harus dimiliki oleh pemberi
layanan, faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah sikap peduli terhadap
pelanggan dalam memberikan Pelayanan. Adapun pengertiannya adalah :
1. Seluruh pelayanan terhadap pasien yang akan dilakukan tindakan
pembedahan di kamar bedah RSUD GANDUS.
2. Mutu pelayanan Kamar Operasi adalah pelayanan pembedahan yang
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan
kepuasan pasien, serta penyelenggaraannya sesuai dengan prosedur tetap
kamar bedah RSUD GANDUS.
3. Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan
penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan
sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu
pelayanan pembedahan yang berkesinambungan.
4. Evaluasi adalah proses penilaian kinerja pelayanan pembedahan di kamar
bedah RSUD GANDUS yang meliputi penilaian terhadap sumber daya
manusia (SDM).
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan umum :
Untuk meningkatkan pelayanan pembedahan terhadap penanganan
pasien, meningkatkan kepuasan pasien, meningkatkan kepuasan tim bedah.
2. Tujuan khusus :
a. Untuk memenuhi standar kemanan bagi pasien dan petugas.
b. Untuk mempermudah atau petunjuk bagi petugas dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan pembedahan.
c. Meningkatkan keamanan tindakan bedah dengan menciptakan
standardisasi prosedur yang aman
d. Mengurangi tingkat mortalitas, morbiditas, dan disabilitas / kecacatan
akibat komplikasi prosedur bedah
e. Memudahkan untuk mengingat terutama pada hal-hal kecil dalam
memberikan pelayanan yang gampang terabaikan pada keadaan pasien
yang kompleks
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
1. Kamar Bedah RSUD GANDUS melayani pembedahan 24 jam, kasus elektif
dan cito dengan penjadualan pola enam hari kerja sebagai berikut :
a. Shift pagi, jam 08.00 wib – jam 15.00 wib
b. Shift pagi, jam 10.00 wib – jam 17.00 wib
c. Shift sore, jam 14.00 wib – jam 21.00 wib
d. Diatas jam 21.00 wib / hari minggu dan libur nasional petugas on call
2. Kamar Bedah RSUD GANDUS mampu melayani tindakan/ jenis pembedahan
dari beberapa disiplin ilmu, seperti:
a. Mata
2
c. Bedah Umum
3. Pembagian kamar bedah berdasarkan fungsinya :
a. OK 1 : Tindakan pembedahan umum
b. OK 2 : Tindakan mata
4. Pelayanan penjadwalan operasi elektif
5. Pelayanan penjadwalan operasi emergensi
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pelayanan jenis tindakan operasi berdasarkan spesialisasi.
Pelayanan pembedahan yang dilakukan oleh dokter bedah spesialis maupun
subspesialis.
2. Pelayanan penjadwalan operasi elektif
Suatu pelayanan penerimaan penjadwalan operasi yang terencana, dimana
perawat / bidan unit terkait (Rawat Inap, Rawat Jalan, VK dan IGD)
mendaftarkan ke bagian kamar operasi, minimal 1 hari sebelum operasi via
telpon/komputer, pendaftaran operasi elektif akan ditutup pukul 15.00 WIB
setiap harinya.
3. Pelayanan penjadwalan operasi emergency
Penjadwalan operasi emergency yang memerlukan tindakan pelayanan
segera / darurat karena dapat mengancam keselamatan jiwa pasien maupun
dapat menyebabkan kecacatan pasien, dengan ketentuan waktu dari
penjadwalan yang diterima dari perawat / bidan unit terkait (Rawat Inap,
Rawat Jalan, VK dan IGD) dalam 30 menit.
4. Tim pengelola pelayanan anestesiologi adalah tim yang dipimpin oleh dokter
spesialis anestesiologi denghan anggota dokter spesialis anestesilogi dan
penata anestesia.
7. Pelayanan pra anestesi adalah penilaian untuk menentukan status medis pra
anestesia dan pemberian informasi serta persetujuan bagi pasien yang
memperoleh tindakan anesthesia.
E. LANDASAN HUKUM
Mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang Standar Pelayanan Kamar Bedah kerja yaitu :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit pasal 10 ayat (2) menyebutkan bangunan rumah sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas ....di ruang kamar operasi.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269 /Menkes/Per/III/2008 tentang Kamar
Operasi.
3. UU RI No 44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Pasal 43 : Rumah Sakit wajib
menerapkan standar keselamatan.
4. Undang - Undang Kesehatan tahun 1992 pasal 23 ayat 1,2,3 dan 4 ditujukan
kepada pasien, petugas dan alat.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. JENIS KETENAGAAN
1. Tim bedah :
a. Dokter Bedah (ahli bedah)
b. Asisten ahli bedah / perawat asisten
c. Perawat instrumentator (scrub nurse)
d. Perawat sirkuler (circulating nurse)
e. Dokter anestesi (ahli anestesi)
f. Perawat anestesi
2. Staf kamar bedah
a. Kepala ruangan operasi
b. Perawat /penata anestesi
c. Perawat pelaksana bedah
d. Perawat pelaksana sterilisasi
e. Tenaga penunjang : cleaning service.
5
h. Kondisi kerja : sikap mental agar bisa menyesuaikan diri dalam
melaksanakan tugas-tugas yang mengandung resiko yang berhadapan
dengan situasi luar biasa, darurat, kritis, bahaya atau kecepatan tinggi,
prosedural.
i. Kondisi fisik : sehat jasmani dan rohani, terutama yang terkait dengan
moral.
2. Dokter Spesialis Bedah
a. Pendidikan minimal S1 kedokteran spesialis / subspesialis bedah.
b. Pengalaman minimal 1 tahun dibidang yang sama.
c. Mempunyai SIP depkes, penugasan depkes.
d. Pengetahuan kerja : bertanggung jawab melakukan pembedahan sesuai
keahlian, pengelolaan pasien, pemantauan pembedahan hingga bangsal,
pemberian keterangan tentang bedah.
e. Minat kerja : kemampuan pembedahan sampai pasca pembedahan.
f. Kondisi kerja : sikap mental agar bisa menyesuaikan diri dalam
melaksanakan tugas-tugas yang mengandung resiko yang berhadapan
dengan situasi luar biasa, darurat, kritis, bahaya atau kecepatan tinggi,
dan prosedural.
g. Kondisi fisik : sehat jasmani dan rohani, memiliki moral yang baik.
D. PENGATURAN JAGA
Pembagian tenaga kamar operasi dalam melaksanakan tugas di bagi dalam tiga
tim menurut shief unntuk mengefisiensikan tenaga.
1. Shief pagi : mulai jam 08.00 s/d jam 14.00 WIB
2. Shief pagi : Mulai jam 10.00 s/d jam 17.00 WIB
3. Shief sore : Mulai jam 14.00 s/d jam 21.00 WIB
4. Shief malam : On Call mulai jam 21.00 s/d jam 08.00 WIB
5. Minggu / Libur Nasional : On Call
Apabila perawat berhalangan jaga harus melapor kepada kepala ruangan kamar
bedah minimal 1 hari sebelumnya untuk pengaturan jadwal. Perawat jaga di
kamar operasi dalam melaksanakan tugas tiap shief dipimpin oleh kepala shief,
dalam jam kerja dipimpin oleh supervisor kamar bedah.
E. STANDAR PERHITUNGAN KETENAGAAN
Perhitungan tenaga kamar bedah berdasarkan standar tenaga keperawatan
Depkes. 2005
Dasar perhitungan tenaga : Jumlah dan jenis operasi, jumlah kamar operasi,
pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam perhari), tugas perawat 2 orang team
(instrumentator+sirkulasi), ketergantungan pasien : Operasi Besar ; 5 jam,
Operasi Sedang ; 2 jam, Operasi Kecil ; 1 jam, Alat tenun dalam set operasi
dipersiapkan oleh CSSD.
Rumus perhitungan
(jml jam kep/hr X jml operasi) X jml perawat/tim) + 1
Jam kerja efektif/hari
2. Ruang transfer
3. Ruang persiapan
4. Ruang RR
5. Kamar operasi 1
6. Kamar operasi 2
7. Ruang cuci tangan
8. Ruang cuci instrumen
1. Kamar Bedah
Kamar Bedah adalah salah satu ruang atau unit dalam suatu rumah
sakit yang khusus untuk melakukan tindakan pembedahan baik segera
(emergency) maupun yang terencana (elective). Oleh karena itu maka
kamar bedah harus dirancang khusus untuk keperluan tersebut, antar
lain letaknya, bentuknya dan luasnya sesuai dengan kebutuhan
masing-masing rumah sakit, disamping itu perlu dipikirkan
kenyamanan kerja bagi para petugas atau orang yang bekerja
didalamnya.
Kamar Bedah RSUD Gandus sebagai salah satu bagian dari
pelayanan fasilitas yang mendukung pelayanan rawat inap, pelayanan
rawat jalan dan pelayanan penunjang medik. menyediakan fasilitas:
a. Kamar Bedah mudah dicapai baik untuk pasien bedah yang
terprogram maupun untuk pasien darurat
b. Di daerah perbatasan Semi Restricted dengan Unrestricted ada
pengaturan pemakaian baju / gaun khusus di area Semi Restricted.
c. Pasien diterima di ruang bedah (ruang serah terima) ditempat
perbatasan Semi Restricted dengan Unrestricted sebagai ruang pra
operasi.
d. Diruang ini kereta dorong (brandkard) mudah bergerak.
e. Lalu lintas dikamar bedah teratur dan dicegah terjadinya
persimpangan.
f. Kamar operasi tenang dan dilengkapi fasilitas untuk induksi/pra
anestesi.
g. Kamar Bedah dilengkapi dengan ruang :
1) Ruang Pulih (Recovery Room)
2) Ruang ganti pakaian yang terpisah untuk pria dan wanita
3) Ruang istirahat untuk staf yang dilengkapi dengan :
a) WC/Toilet
b) Ruang Makan/Minum
4) Ruang Penyimpanan :
a) Instrumen/alat steril dan non steril, obat/alkes BHP
b) Linen
5) Ruang pengumpulan / pembuangan alat dan linen bekas operasi
(spoel hok).
2. Kamar Operasi
Kamar Operasi atau kamar bedah adalah ruangan khusus di rumah
sakit yang diperlukan untuk melakukan tindakan pembedahan baik
elektif atau cito yang membutuhkan keadaan suci hama atau steril.
5
udara antara 19 – 22 C, sedangkan didaerah dingin antara 20-
24 C. Kelembaban Udara nya 55 % (50-60 %).
5) Sistem Penerangan
a) Lampu penerangan
Untuk penerangan didalam kamar bedah memakai lampu
pijar putih dan mudah dibersihkan.
b) Lampu operasi
Lampu operasi biasanya lampu khusus yang merupakan satu
system yang terdiri dari beberapa lampu. Lampu operasi
mempunyai kekhususan dalam hal :
- Arah dan fokusnya dapat diatur, tidak menimbulkan
panas, cahayanya terang dan tidak menyilaukan.
- Pencahayaan antara 300-500 lux, pada meja operasi
10.000-20.000 lux.
6) Sistem Gas Medis
Pemasangan gas medis sebaiknya secara sentral memakai
system pipa, jadi tidak ada tabung gas medis berada didalam
kamar bedah. Diusahakan agar system perpipaan tersebut
melalui bawah lantai atau diatas langit-langit. Ini tujuannya untuk
mencegah bahaya penimbunan gas yang berlebihan di dalam
kamar bedah bila terjadi kebocoran dari tabung gas tersebut.
8
3. Yang Termasuk Kamar Operasi
a. Ruang Bedah
Ruangan yang berfungsi untuk melakukan kegiatan
pembedahan. Ruangan bedah yang ada dibedakan menjadi 2 jenis
kategori pembedahan yaitu :
1) Ruang bedah operasi kotor OK I
2) Ruang bedah operasi bersih dan ruang bedah dengan C-Arm OK II
3) Ruang tindakan mata OK III
b. Ruang untuk cuci tangan (scrub)
Ruang untuk cuci tangan digunakan bagi dokter ahli bedah,
assisten dan semua petugas yang akan mengikuti kegiatan
pembedahan di dalam ruangan bedah. Beberapa persyaratan dari
cuci tangan yaitu :
1) Terdapat kran sensor tangan untuk maksimal 2 orang
2) Debit air cukup
3) Terdapat tempat cairan desinfektan.
c. Ruang Persiapan
Ruangan yang digunakan untuk persiapan anestesi /
pembiusan. Kegiatan yang dilakukan di ruang ini adalah sebagai
berikut :
1) Mengukur tekanan darah penderita.
2) Pemasangan IV line
3) Memberikan kesempatan kepada penderita untuk beristirahat /
menenangkan diri.
4) Memberikan penjelasan kepada penderita mengenai tindakan
yang akan dilaksanakan.
Pada beberapa rumah sakit, fungsi ruang ini digabung dengan
ruang induksi, dan inilah yang diberlakukan di Kamar Bedah
RSUD Gandus.
9
d. Ruang Pemulihan (Recovery Room/RR)
Ruang yang digunakan untuk pemulihan pasien post operasi
setelah menjalani operasi sampai sadar dari pengaruh pembiusan
dan sesuai dengan criteria penilaian anestesi pasien boleh kembali
ke ruangan, unit khusus ataupun pulang ke rumah jika pasien itu
rawat jalan.
Jumlah tempat tidur yang tersedia di ruangan ini harus sama
dengan jumlah ruang bedah. Pada ruang pemulihan ini dilengkapi
dengan beberapa alat yang diperlukan untuk melakukan perawatan
/ tindakan terhadap pasien post operasi.
e. Ruang transfer
Ruangan yang digunakan untuk menerima pasien dari ruang
keperawatan / ruang serah terima pasien. Di dalam ruang
penerimaan pasien ini dilakukan beberapa kegiatan yaitu :
1) Melaksanakan serah terima pasien dari perawat ruangan
2) Melepas semua perhiasan maupun protese dan diserahkan
kepada keluarga penderita (bila belum dilakukan diruangan)..
3) Mencukur bagian tubuh yang perlu dicukur.
4) Mengganti pakaian pasien khusus diruang bedah ( untuk pasien
RJ)..
f. Ruang Penyimpanan Instrument
Ruangan ini merupakan tempat penyimpanan instrumen yang
telah disterilkan. Instrumen berada dalam paket-paket sesuai
dengan jenisnya dan disimpan di dalam lemari.
Bahan-bahan lain seperti linen, kasa steril dan kapas yang telah
disterilkan juga dapat disimpan diruangan ini.
g. Ruang Dekontaminasi
Ruang yang digunakan untuk dekontaminasi instrumen, dan
semua alat yang telah digunakan untuk pembedahan.
10
h. Ruang untuk ganti pakaian
Kamar untuk ganti pakaian, sebelum petugas masuk ke
lingkungan kamar bedah. Pada kamar ganti disediakan lemari
pakaian / locker dengan kunci di gantung setelah terpakai
digantungkan kembali di lockernya, kamar ganti dipisah antara pria
dan wanita.
.
k. Ruang Administrasi
Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan adminstrasi
khususnya pelayanan bedah. Ruang ini berada pada bagian depan
Unit kamar bedah dengan dilengkapi loket, meja kerja, lemari
berkas / arsip dan telepon
Kegiatan administrasi meliputi :
1) Pendataan pasien
2) Penandatanganan surat pernyataan keluarga pasien jika
diperlukan.
3) Pengentrian biaya pasien yang menjalani operasi
l. Ruang tunggu
Tempat keluarga atau pengantar pasien menunggu. Tempat ini
perlu disediakan tempat duduk dengan jumlah sesuai dengan
aktivitas pelayanan bedah yang dilaksanakan di rumah sakit.
11
m. Spoelhok
Fasilitas untuk membuang kotoran bekas operasi khususnya
yang berupa cairan. Spoelhok dalam bentuk bak atau kloset tanpa
leher angsa (water seal).
Pada ruang spoelhok juga harus disediakan kran air bersih
untuk mencuci tempat cairan atau cuci tangan. Ruang tempat
spoelhok ini harus menghadap keluar/kearah koridor kotor.
n. Kamar mandi/WC/Toilet
Fasilitas diatur sesuai dengan kebutuhan, dan harus dijaga
kebersihannya karena dengan kamar mandi/WC/Toilet yang bersih
maka citra rumah sakit khususnya unit kamar bedah akan baik.
o. Selasar bersih
Selasar untuk lalu lintas petugas, penderita dan barang-barang
yang telah steril.
p. Selasar kotor
Selasar untuk lalu lintas barang kotor. Yang dimaksud dengan
barang kotor adalah:
1) Pakaian kotor untuk dibawa ke laundry dengan linen trolly.
2) Sampah / limbah padat dari kamar bedah untuk dibawa ke
Incinerator.
3) Instrumen kotor dalam kontaioner untuk dibawa ke ruang
dekontaminasi.
C. Set Standart Pembedahan
1. Peralatan di kamar bedah:
a) Peralatan Medis Umum
1) Operating table 2 buah
2) Operating lamp 2 buah (Type terlampir)
3) Electro Surgery Unit 2 buah
4) Suction unit 2 buah
12
5) Mayo instrument table : 2 buah
6) Table instrument stainles : 2 buah
7) Table kaca untuk linen : 4 buah
8) Trolley linen steril 1 buah
9) bak linen kotor : 1 buah
10) Meja desinfektan : 1 buah
11) Lemari persediaan alkes : 5 buah
12) Tempat Cuci tangan bedah : 2 buah
b) Peralatan medis khusus
1) Microscope Mata : 2 buah
2) Set Besar : 2 set
3) SC set : 2 set
4) Set sedang : 2 set
5) Set THT :1 set
6) Korentang : 3 set
7) Klem Usus : 3 set
8) Mandrain catheter: 1 set
9) Forceps : 1 set
10) Hak Automatik : 1 set
11) Craniotomy set : 1 set
12) Laminectomy set : 1 set
13) Orthopedi set 1 : 1 set
c) Peralatan Non Medis
1) Thermometer suhu dan kelembaban ruangan : 1 buah
2) Linen paket operasi lengkap (Jas operasi 3 buah, spliet duk1
buah, duk sedang 4 buah, duk lubang 1 buah, handuk 1 buah).
3) Masker disposible
4) Schort bedah / apron
5) Penutup kepala pasien topi disposible
6) Baju pasien Dewasa : 15
13
7) Sandal dalam : 15 pasang
8) Sepatu Booth : 6 pasang
9) Gougle/kacamata : 3 buah
2. Alat rumah tangga
Yang termasuk alat rumah tangga adalah :
a) Alat kebersihan : sapu, sikat lantai, lap kerja, alat penyemprot
(fogger), alat penyikat lantai dan ember
b) Alat makan dan minum
c) Meubel
3. Alat ukur
Untuk dapat memonitor kondisi pada kamar bedah diperlukan beberapa
alat ukur, yaitu :
a. Thermometer suhu ruangan
b. Hygrometer pengukur kelembaban udara.
2. Lampu Operasi
NAMA
NO MERK TYPE NO SERI JUMLAH KONDISI
ALAT
4. Suction
NO NAMA ALAT MERK TYPE NO SERI JUMLAH KONDISI
1 Suction Pump Atmos 2 Baik
2 Suction Pump Thomas 1 Baik
3 Suction pump M300 1 Baik
5. Micropscope
NO NAMA ALAT MERK TYPE NO SERI JUMLAH KONDISI
1 Microscope Mata Zeis 2 Baik
2 Microscpe Bedah Syaraf Zeis 1 Baik
16
13 Duk klem 5 Martin 13-915-13
14 Nalfuder 2 Aesculap
16 Vacum 1
17 Neir bekken 1 Stainless
18 Kom 3 Stainless
17
No Nama Alat Jumlah
6. Gunting jaringan 17 cm 1
9. Klem jaringan 4
14. Nierbekken 2
18
17. Jarum dan tempatnya 1 set
6. Gunting jaringan 17 cm 1
9. Klem jaringan 2
19
10. Peritoneum klem (kocher) 2
17 cm
14. Nierbekken 1
3) Klem babhckok 2
20
4) Mickulicz 26 cm 2
5) Hais klem 24 cm 1
1) Liver haak 1
2) Mikulicz 2
3) Hais klem 2
4) Steentang 1
1) Liver haak 1
0
2) Mikulicz/klem 90 2
3) Pyelum haak 2
4) Steentang 1
21
8. Set instrument neuro surgery
a. Set instrument besar 1 set
b. Instrument craniotomi set :
No Nama Alat Jumlah
1) Pincet couter/bipolar 1
2) Gunting dura 1
3) Knable tang 2
5) Spreder/retractor otomatis 3
6) Biopsi tang 2
9) Gunting micro 1
10) Raspatorium 1
11) Desector/elepator 1
15) Spekulum L 1
22
9. Set instrument orthopedi
a. Set instrument sedang 1 set
b. Set dasar orthopedi
No Nama Alat Jumlah
1) Kikir 2
2) Mallet (palu) 1
3) Elevator raspatorium 2
4) Periostal rasparatori 2
6) Bone cutter 1
23
c. Alat tambahan untuk pemasangan Plat Screw :
No Nama Alat Jumlah
1) Taper 1
3) Screw cutter 1
4) Bender 1
1) Reamer set 1
2) Impactor 1
4) K. Nail guidence 1
1) Router Chisle 1
24
No Nama Alat Jumlah
2) Impactor 1
1) Acetabulum reamer 1
3) Bone Rongeur 1
4) Mode head 1
25
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
5. Rekam medis adalah berkas – berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang identitas, anemnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada pasien.
6. Perawat penanggung jawab kamar operasi adalah seorang tenaga perawat
profesional yang diberi wewenang dan tanggung jawab dalam mengelola
kegiatan pelayanan di ruang kamar operasi.
7. Perawat asisten bedah adalah seorang tenaga keperawatan yang sudah
melakukan pendidikan dan atau pelatihan khusus sehingga mampu diberi
tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai perawat asisten dokter
bedah dalam suatu tindakan pembedahan/operasi.
8. Perawat instrumen/scrubs nurse adalah seorang tenaga keperawatan yang
sudah melakukan pendidikan dan atau pelatihan khusus sehingga
26
mampu diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai
instrumentaris dalam suatu tindakan pembedahan/operasi.
9. Perawat sirkuler/circulating nurse adalah seorang tenaga perawatan yang
diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab membantu segala kebutuhan
tim operasi demi kelancaran pelaksanaan tindakan pembedahan.
29
a) Operasi dapat dilakukan tanpa puasa sebelumnya
dengan resiko yang lebih tinggi (muntah, regurgitasi dan
aspirasi)
b) Anti Emetik (anti muntah) dapat diberikan 30 menit – 1
jam sebelum tindakan
c) Laboratorium
(1) Darah Lengkap
(2) Waktu pembekuan dan perdarahan
d) Untuk kasus operasi besar / khusus (Pasien dengan
adanya kelainan-kelainan bawaan)
1) Laboratorium Darah Lengkap (DL)
2) Waktu pembekuan dan perdarahan (PT dan APTT)
3) Ureum creatinim
4) Natrium,Kalium dan Klorida (elektrolit lain bila
dibutuhkan)
5) Gula darah sewaktu
6) Albumin
7) AGD (Analisa Gas Darah) sesuai indikasi (sesak,
gangguan elektrolit dan riwayat penyakit jantung /
paru)
8) Rontgen Thorak dengan indikasi (riwayat penyakit
paru, sesak)
9) EKG
10) Konsultasi wajib : Kardiologi, penyakit dalam,
anestesiologi
11) Konsultasi tambahan : penyakit disiplin ilmu lain
sesuai indikasi / bila dibutuhkan
12)Berikan Lampiran penjelasan Informed Consent
kepada pasien atau keluarga pasien yang ditunjuk
oleh pasien( Anestesi dan Bedah )
30
b. Standing Order Elektif
1) Standing Order Operasi Elektif Pada Anak ≤ 17 Tahun
a) Puasa
(1) 8 jam makanan berat (nasi dan yg mengandung lemak),
(2) 6 jam makanan ringan dan susu formula,
(3) 4 jam untuk ASI
(4) 2 jam untuk air bening (air putih / teh) (usia < 1thn).
b) Laboratorium
(1) Darah Lengkap (DL)
(2) Waktu pembekuan dan perdarahan (PT dan APTT)
c) Untuk kasus operasi besar / khusus (Pasien dengan adanya
kelainan-kelainan bawaan)
(1) Laboratorium Darah Lengkap (DL)
(2) Waktu pembekuan dan perdarahan (PT dan APTT)
(3) Ureum creatinim
(4) Natrium, Kalium, Klorida
(5) Gula darah sewaktu
(6) Albumin
d) Rontgen Thorak sesuai indikasi (sesak, riwayat penyakit
paru, jantung bawaan)
e) Konsultasi: anestesi, pediatric, disiplin ilmu lain sesuai
indikasi : (pulmunologi, cardiologi dan rehabilitasi).
f) Berikan Lampiran penjelasan Informed Consent kepada
pasien atau keluarga pasien yang ditunjuk oleh
pasien( Anestesi dan Bedah )
31
a) Puasa minimal 6 – 8 jam untuk makanan padat 4 jam untuk
susu dan untuk air bening (air putih / teh) 3 jam sebelum
operasi
b) Anti Emetik (anti muntah) dapat diberikan 30 menit – 1 jam
sebelum tindakan
c) Laboratorium
(1) Darah Lengkap
(2) Waktu pembekuan dan perdarahan
d) Untuk kasus operasi besar / khusus (Pasien dengan adanya
kelainan-kelainan bawaan)
(1) Laboratorium Darah Lengkap (DL)
(2) Waktu pembekuan dan perdarahan (PT dan APTT)
(3) Ureum creatinim
(4) Natrium,Kalium dan Klorida (elektrolit lain bila dibutuhkan)
33
Saat pasien diantar ke kamar bedah maka dilakukan verifikasi pra
bedah (serah terima pasien) antara perawat ruangan dan perawat
kamar bedah, hal-hal yang diserah terimakan antara lain :
a. Identitas pasien
b. Kelengkapan status atau rekam medis (RM)
c. Surat persetujuan tindakan operasi, dari pasien atau keluarga
d. Memeriksa lokasi operasi (site marker), gigi palsu, lensa kontak,
perhiasan, cat kuku, peniti, jepit rambut, lipstick dan asesoris
lainnya.
e. Menilai keadaan umum pasien dan keadaan puasa
f. Mengganti baju pasien dan memberi ekstra selimut
34
2) Penandaan lokasi operasi
3) Pemasangan puls oksimetri
4) Riwayat alergi, asma dan penyakit lain
5) Apakah memiliki resiko jalan nafas
6) Risiko kehilangan darah
7) Rencana pemasangan implant
c. Melakukan fiksasi
Memasang sabuk pengaman agar pasien tidak jatuh dari meja
operasi dan tidak mengganggu jalannya operasi.
d. Memasang alat-alat pemantau hemodinamik antara lain : infuse dan
bed site monitor dan thermometer.
e. Membantu pelaksanaan pembiusan
1) Anestesi local
2) Anestesi regional (lumbal / spinal)
3) Anestesi umum
f. Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan pembedahan
g. Menyiapkan bahan atau alat untuk desinfeksi daerah pembedahan.
Desinfeksi lapangan operasi dapat dilakukan oleh dokter
bedah atau asistennya (dokter / perawat) dengan menggunakan
venster klem / sponge holding forsep. Daerah tempat sayatan
operasi dan sekitarnya harus dibersihkan dengan memakai
antiseptic, sebelum ditutup dengan alat tenun steril.
h. Memasang duk steril (drapping)
Memasang duk duk steril merupakan suatu prosedur menutup
pasien diatas meja operasi dengan menggunakan alat tenun yang
steril, bertujuan memberi batas tegas daerah steril atau daerah
pembedahan, setelah permukaan kulit dilakukan desinfeksi.
i. Time out :
1) Kelengkapan tim operasi
35
2) Cek ulang ketepatan pasien : tanggal operasi, nama dan tanggal
lahir, prosedur tindakan, posisi pasien, lokasi, dan informed
consent.
3) Mengantisipasi peristiwa kritis
Dokter bedah :
- Apakah tindakan yang dilakukan berisiko tinggi atau ada hal
yang khusus
- Berapa lama tindakan ini akan dikerjakan
- Apakah sudah diantisipasi perdarahan
38
5) Perawat kamar bedah yang melaporkan dan perawat ruang
pulih yang menerima pasien melakukan tanda tangan pada
kolom yang tersedia.
6) Lakukan pendokumentasian dilembar pemantauan ruang pulih
dan asuhan keperawatan sesuai apa yang dilakukan oleh
perawat ruang pulih serta hasil monitoring tekanan darah, nadi,
suhu, SpO2, nyeri setiap 15 menit sekali.
7) Perawat ruang pulih melaporkan hasil observasi mulai dari 15
menit pertama dan seterusnya kepada dokter anestesi untuk
perawatan selanjutnya apakah pasien boleh pindah keruangan /
ICU / ke rumah untuk pasien dengan anestesi lokal.
8) Lakukan penilaian kelayakan oleh dokter anestesi untuk
perawatan pasien selanjutnya dengan kriteria Aldrete Score.
b. Pengelolaan Linen
1) Segera dekatkan tempat sampah medis (kuning), Mintalah
operator melepaskan handschoen ketempat sampah tersebut.
2) Segera buka jas operasi operator. Letakkan didalam ember
besar linen kotor berpenutup.
3) Semua duk dimasukkan ke ember linen kotor. Jangan biasakan
menjatuhkan duk di lantai.
4) Jika ada kain alas kaki dilantai juga dimasukkan ke dalam ember
tsb.
5) Apron (APD) terbuat dari plastik dan dipakai untuk sekali pakai
(satu pasien satu apron plastik).
6) Pakaian OK setelah berganti pakaian diletakkan didalam ember
tertutup, jangan dibiasakan berserakan dilantai
7) Penutup kepala dan masker dibuang kedalam tempat sampah
infeksius. Selanjutnya transport linen kotor dalam ember tertutup
menggunakan trolley khusus dengan jalur yang sudah
39
ditentukan, langsung ke ruang laundry. Jangan berhenti atau
mampir ke mana-mana.
8) Linen diolah di ruang laundry sesuai prosedur.
c. Pengelolaan Instrumen
1) Segera rendam instrumen kedalam container yang berisi larutan
presept.
2) Sebaiknya instrumen direndam sekaligus, jangan sedikit-sedikit.
3) Rendam maksimal 15 menit. Bila instrumen direndam sedikit-
sedikit, maka hitungan 15 menit sejak instrumen terakhir
dimasukkan.
4) Rendam sampai seluruh instrumen terendam seluruhnya, jangan
lupa membuka pengunci instrumen
5) Untuk selang /kanul, maka sebelum direndam dilakukan spooling
43
1. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan yang ada berdasarkan jenis tindakan
pembedahan menurut spesialisasinya yaitu :
a. Bedah Mata
1) Insisi Hordeolum/Kalazion
2) Pterigium
3) Catarak dan Ekstraksi Lensa (FACO dan SICC)
4) Ruptur Conjunctiva
b. Bedah Urologi
1) Pyelolithotomi ( Batu Ginjal) Batu Stoghorn
2) Nefrektomi Total
3) RPG (Sistoscopy)
4) Sectio Alta ( Batu Buli)
5) Hydrocele
6) Sacshe
7) TUR Prostat / TUR Buli
8) Hypospadi/Uretroplasti
9) Circumsisi
10) Orchiopeksi/UDT
11) Orchidektomi
12)Lithotripsi( Batu Buli)
13)Systostomi
14)Varicocele
15)Ureterolithotomi
16)Aff Double J Stent
17)Dilatasi/Bougie
18)Urethroscopy
19)URS Litoclas
c. Obstetri & Ginekologi
1) Sectio Caesar
44
2) Hystrektomi Total
3) Hystrektomi Radikal
4) Hystrektomi pervagina (Prolap Uteri)
5) Hystrektomi Supravagina
6) Myomektomi
7) Cystektomi/ oopharektomy
8) KET SOS / SOD
9) KET Bilateral
10) Curet
11)Penireorafi / Ruptur Perineum & Vistula Vagina
12)Serviksitis ( Couterisasi )
13) Evakuasi Placenta Akreta
d. Bedah Orthopedi
1) Osteotomi
2) Fr Terbuka dgn Pasang Alat
3) Arthroscopy
4) Fr Tertutup Pasang Gyps
5) Fr Terbuka Pasang Gyps
6) Pasang Austin Moore Prothesa
7) Fr Tertutup Pasang Alat
8) Bone Graff
9) Amputasi Jari Tangan / kaki
10) Amputasi Tungkai Bawah / Pergelangan Kaki
11) Amputasi Paha / Diatas Genu
12) Amputasi Lengan Bawah & Tangan
13)THR
14)TKR
15) Angkat Inplant
16) Debridement
17) Triger Finger
45
18) Reposisi Dislokasi Sendi
19) Fr Elbow / Arthroplasti
20) Poly Dactili Jari Kaki / tangan
e. Bedah THT
1) TA tanpa / dengan Adenoidtektomi
2) Epistaksis
3) Fr Hidung
4) Polip Nasi
5) Sinusistis / Antrostomi
6) Tracheostomi Sementara
7) Tracheostomi Tetap
8) Jaringan Granulasi Telinga
9) Aff Canule Tracheostomi
10) Tumor Nasopharing
11)FEES
f. Bedah Umum
1) Hernia Inguinalis
2) Hernia Scrotalis
3) Hernia Femoralis
4) Hernia Umbilikus
5) Hernia Insisial
6) Hernioraphie pasang meshgraph
7) Appendektomi
8) Laparatomi & Relaparatomi
9) Struma
10) Lipoma, Kyste Dermoid, Haemangioma, Atheroma
11) FAM & Ginecomast
12) Mastektomi Radikal (Ca Mamae)
13) Haemorhoid
14) Tumor thyroid
46
15) Hidrocele
16) Vulnus Laceratum & Vulnus Amputatum
17) Abses Perianal , Perianal Fistel
18) Reheacthing
19)Aff Heacthing
20)Tumor Paroti
21)Laparascopy
g. Bedah Syaraf
1) Craniotomy
2) Laminectomy
3) Burholle drainage
4) Pasang Vp Shunt
5) Debridemen
2. Penjadwalan Operasi
Seluruh pasien elektif atau cito yang akan dilakukan tindakan
pembedahan, terlebih dahulu mendaftarkan status kondisi pasien ke
bagian administrasi kamar bedah. Pengawas kamar bedah merekap
atau memasukan seluruh pasien yang sudah terdaftar ke formulir
jadwal operasi untuk dapat diketahui oleh seluruh petugas kamar bedah
dan ruangan dimana pasien tersebut dirawat. Jika diluar jam kerja
kepala shift yang bertanggung jawab atas tambahan dan perubahan
untuk semua kondisi pasien dan dimasukan kedaftar operasi (papan
tulis) yang ada dikamar bedah dan dinformasikan ke dokter bedahnya
serta ruangan dimana pasien tersebut dirawat.
47
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun penjadwalan
operasi adalah sebagai berikut :
a. Pengaturan ruang atau kamar operasi dibuat merata untuk setiap
kamar operasi.
b. Peraturan mengenai pembatalan sebelum waktu operasi yang
sudah dijadwalkan.
c. Penundaan serta penambahan operasi sewaktu-waktu (hal ini dapat
berbeda disesuaikan dengan jenis operasi)
d. Pengaturan penjadwalan operasi dibuat dalam bentuk penyusunan
jadwal setiap harinya yaitu bahwa :
1) Penjadwalan Elektif
Adalah merupakan penjadwalan operasi yang direncanakan,
sehingga jadwal sedapat mungkin diatur agar tidak terjadi
tumpang tindih, diatur secara merata untuk setiap kamar
operasinya.
2) Penjadwalan emergensi
Adalah prosedur yang mengancam nyawa atau dapat
mengakibatkan kecacatan jika tidak segera dilakukan tindakan.
Untuk penjadwalan emergensi akan mendapatkan prioritas, jika
kamar operasi cito penuh/sedang terpakai, maka memungkinkan
akan memundurkan jadwal operasi elektif sebelumnya dengan
berkolaborasi dengan dokter bedah yang bersangkutan.
3. Posisi Pembedahan
Cara pengaturan posisi pasien, disesuaikan dengan jenis tindakan
pembedahan yang sudah standar/baku. Posisi pasien secara garis
besar, adalah sebagai berikut :
Supine posisi Operasi otak, operasi jantung, operasi
bedah abdomen umum, operasi tangan
dan kaki
Posisi Tyroiditis Operasi daerah leher (operasi
thyroidectomy, operasi oesofagus,
operasi larynx, operasi tracheostomia).
Posisi Cholelithiasis Operasi lier, bladder
49
Posisi Sitting Operasi otak, Cervical Vertebrae,
Operasi Tonsillectomy
4. Laporan operasi
Pencatatan dan pelaporan merupakan salah satu aspek dari suatu
proses akhir dalam perioperatif yang mencerminkan pertanggung
jawaban dari tim bedah dalam pelaksanaan pembedahan kepada
pasien / masyarakat dan rumah sakit.
Adapun pencatatan dan pelaporan tersebut meliputi :
a. Diagnosis pasca operasi
b. Nama dokter bedah dan asistennya
c. Prosedur operasi yang dilakukan dan rincian temuan
d. Ada dan tidak adanya komplikasi
e. Spesimen operasi yang dikirim untuk diperiksa
f. Jumlah darah yang hilang dan jumlah yang masuk lewat transfusi
g. Nomor pendaftaran dari alat yang dipasang (implan)
h. Tanggal, waktu, tanda tangan dokter yang bertanggungjawab
Rencana asuhan pasca bedah oleh dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP), bila diidelegasikan harus diverifikasi. Rencana
asuhan dicatat di rekam medik pasien dalam waktu 24 jam dan di
verifikasi DPJP sebagai pimpinan tim klinis untuk memastikan
kontinuitas asuhan selama waktu pemulihan dan masa rehabilitasi.
5. Implan
a. Implant adalah perangkat medis yang diproduksi untuk
menggantikan struktur biologis yang hilang, mendukung struktur
biologis yang rusak, atau meningkatkan struktur biologi yang ada.
b. Implan adalah merupakan wahana yang ditempatkan secara tepat
dalam jaringan tubuh untuk tujuan tertentu. (Elisa, UGM, Material
implant)
50
c. Implan medis adalah alat yang digunakan untuk menggantikan
struktur biologis manusia yang digunakan sebagai pengganti atau
pelengkap proses penyembuhan atau merupakan tranflantasi
jaringan bio medis.
d. Seleksi dan pemilihan implant merupakan suatu teknik/ cara
pemilihan segala jenis inplant yang ada di kamar bedah yang
disesuaikan dengan kriteria implant yang layak pakai sesauai hasil
riset sehingga mendapatkan ijin lisensi pemakaian implant tersebut.
52
2. Tehnik Aseptik-Antiseptik Kamar Operasi
Tehnik aseptik kamar operasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi oleh mikroorganisme pada jaringan atau
bahan-bahan dengan cara menghambat atau menghancurkan tumbuhnya
organisme dalam jaringan.
Tujuan penerapan tehnik aseptik di kamar operasi :
1. Mencegah penyebaran bakteri dalam kamar operasi
2. Membunuh kuman-kuman atau mikroorganisme
3. Mencegah timbulnya infeksi luka operasi
Prinsip aseptik dan antiseptik harus selalu dilaksanakan secara terus
menerus oleh anggota tim kamar operasi, dan segera bertindak jika ada
indikasi terjadinya kontaminasi. Dalam upaya menerapkan tehnik aseptik
dan antiseptik di kamar operasi harus ditaati beberapa ketentuan sebagai
berikut :
1. Daerah steril harus tegas batasnya
2. Daerah operasi harus dijaga sterilitasnya
3. Semua kasus pembedahan harus dijaga dicegah terjadinya kontaminasi
55
(3) Ambil antiseptik yang telah disediakan kira kira 5 cc,
bilaskan pada tangan dan lengan dengan posisi ujung
jari menghadap ke atas dan siku ditekuk dengan
posisi tangan selalu lebih tinggi dari siku dilakukan
selama satu menit.
(4) Kemudian bilas tangan dan lengan dengan air dan
ambil antiseptik sebanyak 5 ml.
(5) Ambil anti septik sebanyak 5 cc, ulaskan pada seluruh
56
(g) Circulating nurse akan mengikatkan tali yang ada di
pinggang, dengan cara hanya memegang bagian ujung
tali tersebut tanpa menyentuh bagian lain dan merapikan
jas tersebut.
(h) Dilanjutkan dengan memakai sarung tangan steril
Hal-hal yang harus diperhatikan :
Untuk menjamin sterilitas perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
(1) Kuku petugas harus pendek
(2) Harus membatasi gerakan tubuh agar bagian yang steril
tidak menyentuh bagian atau alat yang tidak steril.
(3) Harus menjaga jarak yang aman dari alat yang tidak steril
(minimal 30cm).
(4) Memperhatikan sterilitas bagian depan dan punggung
badan sebatas pinggang ke atas.
(5) Harus selalu menghadap ke area steril.
(6) Posisi tangan paling rendah sebatas pinggang dengan
cara melipatkan kedua tangan di depan dada.
(7) Semua petugas terutama yang berada di area steril
berbicara seperlunya.
(8) Mencuci tangan sesuai dengan prosedur.
(9) Mempertahankan sterilitas tangan, dengan cara posisi
tangan berada di dada.
(10) Sebelum memakai jas steril agar memeriksa keutuhan
jas.
(11) Sarung tangan dikenakan setelah memakai jas steril.
(12) Sarung tangan yang dikenakan harus sesuai ukuran
tangan.
(13) Pada saat dan selama memakai sarung tangan, tidak
boleh menyentuh benda tidak steril.
57
(14) Sebelum bekerja periksa ada atau tidak kebocoran
sarung tangan.
(15) Mempertahankan sterilitas daerah depan dan punggung
badan.
(16) Jika bersisipan jalan, posisi badan harus saling
membelakangi
(17) Harus menjaga jarak yang aman dari alat onsteril.
(18) Petugas lain tidak boleh melintas di depan tim bedah
yang sudah memakai jas steril.
(19) Setiap pergantian operasi, harus ganti jas operasi dan
sarung tangan.
(20) Petugas bicara seperlunya khususnya pada pasien
dengan pembiusan regional (lumbal anestesi).
2. Pasien
Pasien yang akan mengalami tindakan pembedahan pada daerah
pembedahannya harus bebas dari debu, mikro organisme dan
minyak yang menempel di kulit, guna menekan seminimal mungkin
bahaya infeksi akibat sayatan kulit. Untuk mencapai tujuan tersebut
perlu dilakukan :
a) Persiapan daerah operasi
1) Daerah operasi dan sekitarnya harus dibersihkan dengan
antiseptik sebelum ditutup dengan alat tenun steril (sebelum
dilakukan drapping).
2) Persyaratan antiseptik yang digunakan :
(a) Dapat mengurangi jumlah mikro organisme dengan cepat.
59
6) Perawat sirkuler (circulating nurse) harus berdiri menghadap
scrub nurse untuk mengingatkan jangan sampai drapping
terkontaminasi.
7) Bila alat tenun steril terkontaminasi harus diganti
8) Sekitar lantai tidak boleh ada genangan air.
9) Hindari mengibas alat tenun steril terlalu tinggi sehingga
dapat menyentuh lampu operasi / alat-alat lain.
10) Lindungilah sarung tangan dengan cara meletakkan tangan
di bawah lipatan pada saat drapping, hindari menyentuh kulit
pasien.
11) Jika pemasangan alat tenun steril sudah selesai dan ada
yang jatuh di bawah batas pinggang jangan diambil.
Jika ragu-ragu terhadap sterilitas alat tenun, maka alat tenun
tersebut harus dinyatakan sudah terkontaminasi.
Kerja sama tersebut baik pada pre operatif, intra operatif maupun pasca
operasi. Bentuk kerja sama tersebut :
Kebijakan :
60
1. Pendekatan dengan kasus yang pada pre operatif diperkirakan
melibatkan disiplin ilmu lain, maka pada saat pre operatif ditangani
secara bersama oleh disiplin ilmu terkait.
2. Konsultasi dimeja operasi dikerjakan bersama disiplin ilmu terkait
dipimpin oleh operator yang mengkonsulkan tersebut dan menjadi
tanggung jawab bersama.
3. Untuk kasus sulit yang perlu melibatkan disiplin ilmu yang terkait, maka
kasus tersebut dibawa ke pertemuan berkala SMF Anak / Kebidanan
dengan menyertakan Unit Staf yang akan terkait dengan
operasi tersebut.
Kebijakan :
61
BAB V
LOGISTIK
A. Definisi
Suatu sistem terpadu yang meliputi pengadaan, pengawasan dan
pelaporan obat dan alat kesehatan untuk kelancaran operasional kamar
bedah.
B. Tujuan
1. Menyediakan obat dan alat kesehatan untuk kelancaran operasional
kamar bedah sesuai kebutuhan
2. Melakukan penyimpanan obat dan alat kesehatan dengan baik dan
benar
3. Mencegah terjadinya kehilangan obat dan alat kesehatan di kamar
bedah (dapat diketahui kurang dari 48 jam)
4. Memenuhi peralatan di Kamar Bedah yang memadai untuk mendukung
62
a. Diminta oleh Ka.Instalasi Kamar Bedah
b. Diajukan ke Waka pelayanan Medis untuk diketahui
c. Dilanjutkan ke Direktur untuk disetujui
d. Kemudian dikirim kebagian logistic untuk di proses pengadaannya
e. Pengambilannya dengan pembuatan Bon Pengeluaran Material
2. Mengajukan permintaan melalui Bon Pengeluaran Material. Dibuat
untuk obat dan alat kesehatan yang disediakan di farmasi maupun
alkes khusus diminta melalui pembuatan Rencana Kebutuhan Material.
64
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Definisi
Suatu system yang mendorong rumah sakit membuat asuhan pasien
menjadi lebih aman. Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnnya diambil.
B. TUJUAN
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di RSUD Gandus
2. Terwujudnya sistem keselamatan pasien yang kokoh
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit
C. TATA LAKSANA
Dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan, maka
RS Pusat Pertamina menyusun kegiatan melalui Enam langkah Menuju
Keselamatan Pasien Rumah Sakit Mengacu Pada International Patient
Safety Goals (IPSG) yaitu :
1. Melakukan Identifikasi Pasien Secara tepat
Kesalahan karena keliru pasien terjadi di hampir semua aspek /
tahapan diagnosis dan pengobatan. Kesalahan identifikasi pasien bisa
terjadi pada:
a. Pasien yang dalam keadaan terbius / tersedasi
b. Mengalami disorientasi
c. Tidak sadar
d. Bertukar tempat tidur / kamar / lokasi di rumah sakit
e. Adanya kelainan sensori
f. Akibat situasi lain.
65
Maksud sasaran ini adalah untuk melakukan dua kali
pengecekan :
a. Identifikasi pasien sebagai individu yang akan menerima pelayanan
atau pengobatan
b. Kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut
Setiap petugas kamar bedah wajib memverifikasi mengenai identitas
pasien yang akan dilakukan tindakan melalui upaya :
c. Menanyakan secara langsung kepada pasien / keluarga pasien
mengenai nama dan tanggal lahirnya.
d. Mencocokan gelang identitas pasien dengan jawaban verbal
pasien / keluarga mengenai nama dan tangaal lahir.
e. Mencocokan gelang identitas pasien dengan rekam medis pasien.
f. Verifikasi perioperatif dengan pelaksanaan daftar tilik keselamatan
perioperatif (Sign In, Time Out, dan Sign Out).
2. Meningkatkan Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah:
a. Tepat waktu
b. Akurat
c. Jelas
d. Mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat
kesalahan (kesalahpahaman).
Prosesnya adalah:
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu
66
Rumah sakit mengembangkan pendekatan untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar para pemberi layanan pada saat
melakukan hand over / serah terima pasien, yang meliputi :
a. Serah terima pasien sebelum operasi di ruang persiapan
1) Observasi keadaan umum pasien.
2) Melakukan identifikasi pasien sesuai dengan SPO Identifikasi
Pasien
3) Melakukan cek ulang RM pasien dan hasil pemeriksaan
penunjang.
4) Melakukan anamnese kepada pasien mengenai riwayat alergi,
penyakit penyerta dan penggunaan protese pada pasien.
b. Serah terima pasien pasca operasi diruang pulih
1) Observasi keadaan umum pasien
2) Melakukan pengukuran monitor pasien (Tekanan darah, Nadi,
Respirasi, Suhu dan SpO2).
3) Melakukan identifikasi pasien sesuai dengan SPO Identifikasi
Pasien
4) Perawat kamar bedah melaporkan kepada perawat RR
mengenai
a) prosedur pembedahan yang telah dilakukan
b) hasil specimen bedah di PA atau tidak
c) Alkes yang terpasang (jika pasien dilakukan pemasangan
alkes)
d) kelengakapan format paska bedah (Catatan anestesi, format
pemakaian alkes, daftar tilik keselamatan perioperatif dan
format cek list penghitungan)
c. Serah terima pasien pasca diruang penjemputan antara perawat
ruang pulih dengan perawat ruangan.
1) Observasi keadaan umum pasien.
67
2) Melakukan identifikasi pasien sesuai dengan SPO Identifikasi
Pasien
3) Perawat RR melaporkan kepada perawat ruangan secara SBAR
mengenai :
a) prosedur pembedahan yang telah dilakukan
b) hasil specimen bedah di PA atau tidak
c) Alkes yang terpasang (jika pasien dilakukan pemasangan
alkes)
d) melaporkan instruksi dokter pasca bedah dan paska anestesi
serta melakukan cek ulang RM pasien dan hasil pemeriksaan
penunjang
4) Perawat RR dan perawat ruangan melakukan ceklist serah
terima pasien.
3. Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat Yang Perlu
Kewaspadaan Tinggi
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk
memperbaiki keamanan obat-obat yang perlu diwaspadai (high-alert)
a. Obat-obatan yang perlu diwaspadai (high-alert medications) adalah
b. obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan / kesalahan serius
(sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak
yang tidak diinginkan (adverse outcome) seperti obat-obat yang
terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan
Ucapan Mirip / NORUM, atau Look Alike Sound Alike / LASA).
c. Obat-obatan yang sering disebutkan dalam issue keselamatan
pasien adalah pemberian elektrolit konsentrat secara tidak sengaja
(misalnya, kalium klorida 2 meq/ml atau yang lebih pekat, kalium
fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0.9%, dan magnesium sulfat =
50% atau lebih pekat).
Pelaksanaanya di kamar bedah dengan mengupayakan :
a. Doble cek setiap obat-obatan yang akan diberikan kepada pasien
68
b. Meletakan obat yang bersifat LASA berjauhan
c. Pemberian label pada obat-obat yang perlu di waspadai.
d. Penyediaan dan penyimpanan obat-obat anestesi baik yang
intravena dan inhalasi ditempatkan dilemari tersendiri dan
pengambilannya lewat doble cek oleh perawat anestesi dan dokter
anestesi.
4. Memastikan Benar Pasien, Benar Prosedur, Benar Sisi atau Lokasi
Pada Prosedur Pembedahan.
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi, adalah
69
operasi, memastikan tepat prosedur, operasi, memastikan tepat
pasien operasi.
b. Pelaksanaan prosedur verifikasi operasi dengan menggunakan
daftar tiklik keselamatan perioperatif meliputi :
1) Sebelum pasien di lakukan anestesi (Sign In)
2) Sebelum pasien di insisi (Time Out)
3) Sebelum luka operasi ditutup (Sign Out)
5. Mengurangi Resiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan
Tujuan dari sasaran ini adalah :
a. Pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan
terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan
biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan
kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para
profesional pelayanan kesehatan.
b. Infeksi biasanya dijumpai dalam semua bentuk pelayanan
kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah
(blood stream infections) dan pneumonia (sering kali dihubungkan
dengan ventilator)
c. Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci
tangan (hand hygiene) yang tepat sesuai dengan pedoman hand
hygiene dari WHO.
d. Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan
kebijakan dan / atau prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi
petunjuk hand hygiene yang sudah diterima secara umum untuk
implementasi petunjuk itu di rumah sakit.
Pelaksanaan yang dilakukan di kamar bedah adalah :
a. Surgical hand hygiene yang digunakan adalah Chloorhexydine 4%
dengan cara 6 langkah hand hygiene sebelum melakukan tindakan
anestesi regional.
70
b. Hand hygiene dengan menggunakan alkohol based handrub dengan
cara 6 langkah dapat digunakan untuk tindakan invasif / anestesi
umum / sedasi. Hand hygiene dilakukan dengan cara 6 langkah dan
sesuai 5 moment.
c. Melakukan prinsip-prinsip steril sebelum, selama dan sesudah
melakukan tindakan pembedahan
d. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dengan benar
e. Penanganan limbah sesuai dengan SPO
6. Mengurangi Resiko Pasien Cidera Karena Jatuh.
a. Rumah sakit menetapkan tim pencegahan pasien jatuh
b. Tim bertanggungjawab untuk mengembangkan sistem asesmen dan
melakukan investigasi terhadap pasien yang jatuh
c. Tim pencegahan pasien jatuh perlu berkoordinasi dengan tim tim
lain di lingkungan RS Pelabuhan Palembang dalam rangka
menjamin terselenggaranya pencegahan pasien jatuh
d. Tim bertanggungjawab menyusun pedoman pencegahan pasien
jatuh.
Pelaksanaan yang di lakukan di kamar bedah adalah :
a. Melengkapi dan memberikan pengaman semua brankar yang
digunakan pasien.
b. Memberikan edukasi kepada pasien mengenai resiko jatuh saat
serah terima pasien
c. Saat operasi berlangsung di meja operasi perlengkapan self bed
yakinkan sudah terpasang dengan benar.
d. Sebelum pasien dipindahkan kemeja operasi pastikan bed pasien /
meja operasi terkunci dan posisikan bed pasien / meja operasi
dalam keadaan horizontal.
e. Untuk pasien yang tidak bisa mobilisasi proses pemindahan dibantu
dengan mengunakan transfer bed dan pastikan bed pasien
serta meja operasi dalam keadaan terkunci.
71
C. Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KARS – Depkes)
1. Hak Pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan asuhan berkesinambungan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja, untuk melakukan
evaluasi dan meningkatkan keselamatan pasien
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk
8. Mencapai Keselamatan Pasien
72
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pendahuluan
Keselamatan Kerja adalah Sarana utama untuk pencegahan
kecelakaan, cacat dan kematian akibat kerja baik yang mengakibatkan
kerugian secara langsung maupun tidak langsung.
Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau
aplikasi kesehatan masyarakat dalam suatu masyarakat pekerja dan
lingkungannya, yang tujuannya untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya, baik fisik, mental dan sosial bagi masyarakat pekerja
dan masyarakat lingkungan sekitarnya, melalui usaha preventif, promotif,
terhadap penyakit-penyakit atau gangguan kesehatan akibat kerja atau
lingkungan kerja.
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja, maksud
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja adalah memberikan bantuan
kepada tenaga kerja dalam penyesuaian pekerjaan dan karakteristik fisik,
melindungi tenaga kerja dari setiap gangguan kesehatan yang timbul dari
pekerjaan dan lingkungan kerja, meningkatkan kesehatan badan, kondisi
mental dan kemampuan fisik tenaga kerja. Disamping itu perlu diberikan
pula pengobatan dan perawatan bagi tenaga kerja yang menderita sakit,
disertai rehabilitasinya. Dengan tujuan mendapatkan pegawai yang sehat
dan produktif
Salah satu bentuk pelayanan kesehatan kerja adalah dengan
melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Dalam pelaksaannya
pemeriksaan kesehatan dibagi menjadi :
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
73
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter
sebelum tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan.
Meliputi : pemeriksaan fisik lengkap, rontgen paru – paru (bila mana
mungkin) dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap
perlu.
2. Pemeriksaan kesehatan berkala
Adalah pemeriksaan kesehatan pada waktu – waktu tertentu
terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh dokter secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu.
Meliputi : pemeriksaan fisik lengkap, rontgen paru – paru (bila mana
mungkin) dan laboratorium rutin serta pemeriksaan lain yang dianggap
perlu.
3. Pemeriksaan kesehatan khusus
Adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter
secara khusus terhadap tenaga kerja tertentu. Meliputi pemriksaan
yang dianggap perlu.
B. Latar Belakang
Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan karyawan memiliki landasan
hukum yang mengatur, yaitu :
1. UU No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga
Kerja.
2. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
3. UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Kerja.
4. Keputusan Presiden RI nomor 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang
Timbul Karena Hubungan Kerja.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per
01/Men/1976 Tentang Kewajiban Latihan Hyperkes Bagi Dokter
Perusahaan.
74
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per
02/Men/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per
01/Men/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per
03/Men/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor Per 715/Men/2003 Tentang
Pemeriksaan Kesehatan Untuk Penjamah Makanan.
10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEPTS. 333/MEN/1989 Tentang
Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat KErja.
11. Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE.07/BW/1997 Tentang Pengujian
HepatitisB
C. Frekuensi Pemeriksaan Kesehatan
Ada beberapa acuan yang menjelaskan tentang frekuensi
pemeriksaan kesehatan bagi karyawan, khususnya adalah pemriksaan
kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan berkala khusus. Beberapa
acuan yang berlaku tersebut adalah sebagai berikut :
1. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per
02/Men/1980 Pasal menjelaskan bahwa pemeriksaan kesehatan
berkala bagi tenaga kerja sekurang – kurangnya 1 tahun sekali.
2. Departemen Kesehatan RI menentukan bahwa setiap penjamah
makanan wajib dilakukan pemeriksaan kesehatan khusus setiap 6
bulan.
D. Tujuan
Tujuan Umum
1. Deteksi dini terhadap penyakit akibat kerja
2. Menerapkan kecapakan kerja
3. Mematuhi peraturan perundangan
4. Data dasar pembanding di masa yang akan datang
75
Tujuan khusus
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
a. Mengetahui riwayat kesehatan calon karyawan tersebut sehingga
yang memiliki penyakit menular dapat diobati terlebih dahulu
sebelum bekerja agar tidak menularkan pada karyawan yang lain.
b. Karyawan yang diterima cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukan
sehingga keselamatan dan kesehatan karyawan yang bersangkutan
dan karyawan lainnya juga dapat dijamin.
c. Menghindari tuntutan karyawan di kemudian hari mengenai penyakit
76
2) Kepada pekerja yang akan melakukan pemeriksaan kesehatan
diwajibkan puasa terlebih dahulu guna mendapatkan hasil yang
akurat saat pengambilan sample darah.
3) Untuk menghindari terjadinya penumpukan orang yang akan
MCU pada hari yang sama, dianjurkan untuk mendaftar 1 (satu)
hari sebelum pelaksanaan.
4) Medical Check Up dilaksanakan selambat-lambatnya 30 hari
kalender sejak due date pekerja.
5) Pekerja yang tidak melakukan MCU dapat dikenakan sanksi.
3. Pemeriksaan kesehatan khusus
a. Mendeteksi adanya penyakit akibat kerja.
b. Melindungi karyawan terhadap setiap gangguan kesehatan yang
timbul dari pekerjaan tertentu.
c. Menilai adanya pengaruh – pengaruh dari pekrejaan tertentu
terhadap karyawan atau golongan – golongan karyawan tertentu.
d. Menindaklanjuti keluhan – keluhan kesehatan diantara karyawan.
E. Tujuan Pelaksanaan K3 di Kamar Operasi
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dan kesehatan kerjanya
dalam melakukan pekerjaannya untuk kesejahteraan hidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas kamar operasi Rumah Sakit
I. Sasaran
1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja
Setiap orang yang hendak diterima sebagai karyawan baru
2. Pemeriksaan kesehatan berkala
Semua karyawan RSUD GANDUS.
3. Pemeriksaan kesehatan khusus
78
a. Karyawan yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu
b. Karyawan yang berusia didatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga
kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan
tertentu.
c. Karyawan yang terdapat dugaan -dugaan tertentu mengenai
gangguan-gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan
khusus sesuai dengan kebutuhan.
79
b. Pemeliharan troley dan penyangga tabunga oksigen dan gas lainya.
80
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
81
3. Pelaksanaan Surgical 100%
Safety Cheklist
82
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu pedoman pelayanan
kamar bedah ini akan dievaluasi kembali setiap 3 tahun sesuai dengan tuntutan
layanan dan strandar akreditasi baik Akreditasi Nasional 2012 maupun standar
Internasional.
83
DAFTAR PUSTAKA
84