Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah Pendidikan Islam
PENDIDIKAN ISLAM
Ahmad Faisal
Abdul Muhas Johani Rahmatullah
Baiq Susanti
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan bagian yang inhern dalam kehidupan manusia.
Dan, manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Karena
hal itulah, maka pendidikan merupakan sebuah proses yang sangat vital
dalam kelangsungan hidup manusia. Tak terkecuali pendidikan Islam, yang
dalam sejarah perjalanannya memiliki berbagai dinamika. Eksistensi
pendidikan Islam senyatanya telah membuat kita terperangah dengan
berbagai dinamika dan perubahan yang ada.
Berbagai perubahan dan perkembangan dalam pendidikan Islam itu
sepatutnya membuat kita senantiasa terpacu untuk mengkaji dan
meningkatkan lagi kualitas diri, demi peningkatan kualitas dan kuantitas
pendidikan Islam di Indonesia. Telah lazim diketahui, keberadaan pendidikan
Islam di Indonesia banyak diwarnai perubahan, sejalan dengan perkembangan
zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada.
Sejak dari awal pendidikan Islam, yang masih berupa pesantren
tradisional hingga modern, sejak madrasah hingga sekolah Islam bonafide,
mulai Sekolah Tinggi Islam sampai Universitas Islam, semua tak luput dari
dinamika dan perubahan demi mencapai perkembangan dan kemajuan yang
maksimal. Pertanyaannya kemudian adalah sudahkah kita mencermati dan
memahami bagaimana kemunculan dan perkembangan pendidikan Islam di
Indonesia, untuk kemudian dapat bersama-sama meningkatkan kualitasnya,
demi tercipta pendidikan Islam yang humanis, dinamis, berkarakter sekaligus
juga tetap dalam koridor Alqur’an dan Assunah.
B. PENGERTIAN PENDIDIKAN ISLAM
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik kepada terdidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju kepribadian
yang lebih baik, yang pada hakikatnya mengarah pada pembentukan manusia
yang ideal. Manusia ideal adalah manusia yang sempurna akhlaqnya. Yang
nampak dan sejalan dengan misi kerasulan Nabi Muhammad SAW, yaitu
menyempurnakan akhlaq yang mulia.
Agama Islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat
manusia mengenai berbagai aspek kehidupan baik kehidupan yang sifatnya
duniawi maupun yang sifatnya ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah
mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan pendidikan, karena dengan
pendidikan manusia dapat memperoleh bekal kehidupan yang baik dan
terarah. Adapun yang dimaksud dengan pendidikan Islam sangat beragam, hal
ini terlihat dari definisi pendidikan Islam yang dikemukakan oleh beberapa
tokoh pendidikan berikut ini:
Prof. Dr. Omar Mohammad At-Toumi Asy-Syaibany mendefinisikan
pendidikan islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada
kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran
sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi di antara profesi-profesi asasi
dalam masyarakat. (Asy-Syaibany, 1979: 399)
Pengertian tersebut memfokuskan perubahan tingkah laku manusia yang
konotasinya pada pendidikan etika. Selain itu, pengertian tersebut
menekankan pada aspek-aspek produktivitas dan kreatifitas manusia dalam
peran dan profesinya dalam kehidupan masyarakat dan alam semesta.
Dr. Muhammad Fadhil Al-Jamali memberikan pengertian pendidikan
Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong, serta mengajak manusia
untk lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan
yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang lebih sempurna, baik yang
berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan.
C. AWAL MULA PENDIDIKAN ISLAM
Terkait kemunculan dan masuknya Islam di Indonesia, sampai saat ini
masih menjadi kontroversi di kalangan para ilmuwan dan sejarawan. Namun
demikian, mayoritas dari mereka menduga bahwa Islam telah diperkenalkan
di Indonesia sekitar abad ke-7 M oleh para musafir dan pedagang muslim,
melalui jalur perdagangan dari Teluk Parsi dan Tiongkok. Kemudian pada
abad ke-11M sudah dapat dipastikan bahwa Islam telah masuk di kepulauan
Nusantara melalui kota-kota pantai di Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi dan
Maluku. Dan, pada abad itu pula muncul pusat-pusat kekuasaan serta
pendalaman studi ke-Islaman. Dari pusat-pusat inilah kemudian akhirnya
Islam dapat berkembang dan tersebar ke seluruh pelosok Nusantara.
Perkembangan dan perluasan Islam itu tidak lain melalui para pedagang
muslim, wali, muballigh dan ulama’ dengan cara pendirian masjid, pesantren
atau dayah atau surau.
Pada dasarnya, pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak
masuknya Islam ke Indonesia. Pada tahap awal, pendidikan Islam dimulai
dari kontak-kontak pribadi maupun kolektif antara muballigh (pendidik)
dengan peserta didiknya. Setelah komunitas muslim daerah terbentuk di suatu
daerah tersebut, mereka membangun tempat peribadatan dalam hal ini masjid.
Masjid merupakan lembaga pendidikan Islam yang pertama muncul, di
samping rumah tempat kediaman ulama’ atau muballigh.
Setelah penggunaan masjid sudah cukup optimal, maka kemudian dirasa
perlu untuk memiliki sebuah tempat yang benar-benar menjadi pusat
pendidikan dan pembelajaran Islam. Untuk itu, muncullah lembaga
pendidikan lainnya seperti pesantren, dayah ataupun surau. Nama–nama
tersebut walaupun berbeda, tetapi hakikatnya sama yakni sebagai tempat
menuntut ilmu pengetahuan keagamaan.
Pesantren sebagai akar pendidikan Islam, yang menjadi pusat
pembelajaran Islam setelah keberadaan masjid, senyatanya memiliki
dinamika yang terus berkembang hingga sekarang. Menurut Prof. Mastuhu,
pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari,
memahami, mendalami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dengan
menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-
hari.
Pesantren sejatinya telah berkiprah di Indonesia sebagai pranata
kependidikan Islam di tengah-tengah masyarakat sejak abad ke-13 M,
kemudian berlanjut dengan pasang surutnya hingga sekarang. Untuk itulah,
tidak aneh jika pesantren telah menjadi akar pendidikan Islam di negeri ini.
Karena senyatanya, dalam pesantren telah terjadi proses pembelajaran
sekaligus proses pendidikan; yang tidak hanya memberikan seperangkat
pengetahuan, melainkan juga nilai-nilai (value). Dalam pesantren, terjadi
sebuah proses pembentukan tata nilai yang lengkap, yang merupakan proses
pemberian ilmu secara aplikatif.MMenurut Muhammad Tolhah Hasan dalam
bukunya Dinamika Tentang Pendidikan Islam, disebutkan bahwa komponen-
komponen yang ada dalam pesantren antara lain:
1. Kyai, sebagai figur sentral dan dominan dalam pesantren, sebagai sumber
ilmu pengetahuan sekaligus sumber tata nilai.
2. Pengajian kitab-kitab agama (kitab kuning), yang disampaikan oleh Kyai
dan diikuti para santri.
3. Masjid, yang berfungsi sebagai tempat kegiatan pengajian, disamping
menjadi pusat peribadatan.
4. Santri, sebagai pencari ilmu (agama) dan pendamba bimbingan Kyai.
5. Pondok, sebagai tempat tinggal santri yang menampung santri selama
mereka menuntut ilmu dari Kyai.
Sedangkan dalam proses pembelajaran dan proses pendidikan, di
pesantren menggunakan dua sistem yang umum, yakni:
1. Sistem “sorongan” yang sifatnya individual, yakni seorang santri
mendatangi seorang guru yang akan mengajarkan kitab tertentu, yang
umumnya berbahasa Arab.
2. Sistem “bandongan” yang sering disebut dengan sistem weton. Dalam
sistem ini, sekelompok santri mendengarkan dan menyimak seorang guru
yang membacakan, menerjemahkan dan mengulas kitab-kitab kuning.
Setiap santri memperhatikan kitab masing-masing dan membuat catatan
yang dirasa perlu.
Kelompok bandongan ini jika jumlahnya tidak terlalu banyak, maka
disebut dengan halaqoh yang arti asalnya adalah lingkaran. Di pesantren-
pesantren besar, ada lagi sistem lain yang disebut musyawarah, yang diikuti
santri-santri senior yang telah mampu membaca kitab kuning dengan baik.
Hingga kini, keberadaan pesantren telah mengalami berbagai dinamika, sejak
dari pesantren tradisional hingga pesantren modern.
D. LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
Eksistensi pesantren senyatanya mendorong lahirnya lembaga-lembaga
pendidikan Islam lainnya, antara lain:
1. Madrasah
Madrasah merupakan lembaga pendidikan Islam yang lebih modern
dibanding pesantren, baik ditinjau dari sisi metodologi maupun
kurikulum pengajarannya. Kendati demikian, kemunculan madrasah ini
tidak lain diawali oleh keberadaan pesantren. Sebagian lulusan pesantren
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi ke beberapa pusat kajian Islam
di beberapa negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi dan Mesir.
Lulusan-lulusan Islam Timur Tengah itulah yang kemudian akhirnya
menjadi pemrakarsa pendirian madrasah-madrasah di Indonesia.
Dalam madrasah, sistem pembelajaran tidak lagi menggunakan
sorogan ataupun bandongan, melainkan lebih modern lagi. Madrasah
telah mengaplikasikan sistem kelas dalam proses pembelajarannya.
Elemen yang ada dalam madrasah juga bukan lagi Kyai dan santri, tetapi
murid dan guru (ustad/ustadzah). Dan metode yang digunakan juga
beragam, bisa ceramah, atau drill dan lain-lain, tergantung pada
ustad/ustadzah atau guru.
2. Sekolah-sekolah Islam
Di samping madrasah, lembaga pendidikan Islam yang berkembang
hingga sekarang adalah sekolah-sekolah Islam. Pada dasarnya, kata
sekolah merupakan terjemah dari madrasah, hanya saja madrasah adalah
kosa kata bahasa Arab, sedangkan sekolah adalah bahasa Indonesia.
Namun demikian, pada aplikasinya terdapat perbedaan antara madrasah
dan sekolah Islam. Madrasah berada dalam naungan Kementrian Agama
(Kemenag), sedangkan sekolah Islam pada Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud). Selain itu,dari segi bobot muatan materi
keagamaannya, madrasah lebih banyak materi agama dibanding sekolah
Islam.
3. Pendidikan Tinggi Islam
Pendidikan Tinggi Islam juga merupakan salah satu lembaga
pendidikan Islam yang modern. Dalam sejarah, pendidikan tinggi Islam
yang tertua adalah Sekolah Tinggi Islam (STI), yang menjadi cikal bakal
pendidikan tinggi Islam selanjutnya. STI didirikan pada 8 Juli 1945 di
Jakarta, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta, dan pada tahun 1948
resmi berganti nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII).