MAKALAH Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda Jepang

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA PENJAJAHAN


BELANDA JEPANG

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dalam Mata Kuliah


Media Pembelajaran Program Studi Pendidikan Agama Islam
pada Pascasarjana UIN Alauddin Makassar

Oleh:

M.ARKING
8020022OO54

PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN
MAKASSAR 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meneliti sejarah bangsa Indonesia tidak akan lepas dari umat islam, baik dari

perjuangan melawan penjajah maupun dalam lapangana pendidikan. Melihat kenyataan betapa

bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam mencapai keberhasilan dengan berjuang

secara tulus ikhlas mengabdikan diri untuk kepentingan agamanya disamping mengadakan

perlawanan militer.

Perlu diketahui bahwa sejarah pendidikan islam di Indonesia mencakup fakta-fakta atau

kejadian-kejadian yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam

di Indonesia, baik formal maupun non formal. Yang dikaji melalui pendekatan metode oleh

sebab itu pada setiap disiplin ilmu jelas membutuhkan pendekatan metode yang bisa

memberikan motivasi dan mengaktualisasikan serta memfungsikan semua kemampuan

kejiwaan yang material, naluriah, dengan ditunjang kemampuan jasmaniah, sehingga benar-

benar akan mendapatkan apa yang telah diharapkan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda dan Masa Penjajahan

Jepang ?

2. Bagaimana Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda dan Masa

Penjajahan Jepang?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda dan

Masa Penjajahan Jepang.

2. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan

Belanda dan Masa Penjajahan Jepang.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda dan Masa Penjajahan Jepang

a. Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda

Kehadiran belanda di Indonesia tidak hanya mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia,

tetapi juga menekan politik dan kehidupan keagamaan rakyat. Segala aktivitas umat islam yang

berkaitan dengan keagamaan ditekan. Belanda terus menerapkan langkah-langkah yang

membatasi gerak pengamalan agama islam. Upacara-upacara keagamaan yang dilakukan secara

terbuka dilarang, ibadah haji dibatasi dan setiap jama’ah haji yang pulang ke indonesia diawasi

dengan ketat untuk mengantisipasi pengaruh muslim yang telah haji yang dapat

membangkitkan semangat perlawanan pemerintah Belanda.[1]

Politik yang dijalankan pemerintah Belanda terhadap rakyat Indonesia yang mayoritas

beragama Islam sebenarnya didasari oleh adanya ras ketakutan. Dengan begitu, mereka

menerapkan berbagai peraturan dan kebijakan, di antaranya :

 Pada tahun 1882 pemerintah Belanda membentuk suatu badan khusus yang bertugas

mengawasi kehidupan beragama dan pendidikan islam yang mereka sebut

Prieserraden. Dari nasihat badan inilah, pad tahun 1905, pemerintah Belanda

mengeluarkan peraturan baru yang isinya menyatakan bahwa orang yang memberikan

pengajaran atau pengajian agma islam harus terlebih dahulu meminta izin kepada

pemerintahan Belanda.

 Pada tahun 1925 keluar lagi peraturan yang lebih ketat terhadap pendidikan agama

islam, yaitu tidak semua orang (Kyai) boleh memberikan pengajaran mengaji, terkecuali

telah mendapatkan semacam rekomendasi atau persetujuan oleh pemerintah Belanda.


 Pada tahun 1932 keluar lagi peratuaran yang isinya berupa kewenagan untuk

memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya atau

memberikan pelajaran yang tidak disukai oleh pemerintah Belanda yang disebut

ordonansi sekolah liar.[2]

B. Pendidikan islam sebelum tahun 1900

Pendidikan pada masa ini bercirikan sebagai berikut :

 Dilakukan secara perorangan, melalui rumah tangga, maupun surau atau mesjid.

 Lebih menekankan ilmu praktis, seperti tentang ketuhanan dan peribadahan.

 Pelajaran diberikan satu demi satu.

 Pelajaran ilmu sharaf didahulukan ketimbang ilmu nahwu.

 Buku pelajaran pada umumnya dikarang oleh ulama Indonesia, kemudian diterjemahkan

ke dalam bahasa setempat.

 Kitab yang digunakan umumnya ditulis tangan.

 Pelajaran suatu ilmu hanya diajarkan dalam satu macam buku saja.

 Karena terbatasnya bacaan, materi ilmu agama sangat sedikit.

 Belum lahir aliran baru dalam islam.

C. Pendidikan islam pada tahun 1900-1908

Masa ini disebut juga periode peralihan, dengan bercirikan hal-hal sebagai berikut :

 Pelajaran untuk dua sampai enam ilmu dihimpun secar sekaligus.

 Pelajaran ilmu nahwu didahulukan atau disamakan dengan ilmu sharaf.

 Semua buku pelajaran merupakan karangan ulama kuno dalam bahasa arab.

 Semua buku dicetak.

 Suatu ilmu diajarkan dari beberapa macam buku: renadah, menengah dan tinggi.

 Telah ada toko buku yang memesan buku-buku dari mesir dan mekah.
 Ilmu agama telah berkembang luas berkat banyaknya buku bacaan.

 Aliran baru islam seperti yang dibawa oleh majalah al-manar di mesir mulai lahir.

D. Pendidikan islam sesudah tahun 1909

Pada masa ini sistem madrasah baru dikenal pada permulaan abad ke 20. Sistem ini

membawa pembaharuan, antara lain :

 Perubahan sistem pengajaran dari perseorangan atau sorogan menjadi klasikal.

 Pengajaran pengetahuan agama dan bahasa arab sudah menyebar cukup luas.[3]

b. Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Jepang

Pendidikan islam pada zaman penjajahan jepang dimulai pada tahun 1942-1945, sebab

bukan hanya belanda saja yang mencoba berkuasa di Indonesia.[4] Dalam perang pasifik

(perang dunia ke II), jepang memenangkan peperangan pada tahun 1942 berhasil merebut

indonesia dari kekuasaan belanda. Perpindahan kekuasaan ini terjadi ketika kolonial belanda

menyerah tanpa sayarat kepada sekutu. Penjajahan jepang di indonesia mempunyai konsep

Hokko Ichiu (kemakmuran bersama asia raya) dengan semboyan asaia untuk asia. Jepang

mengumumkan rencana mendirikan lingkungan kemakmuran bersama asia timur raya pada

tahun 1940. Jepang akan menjadi pusat lingkungan pengaruh atas delapan daerah yakni:

manchuria, daratan cina, kepuluan muangtai, malaysia, indonesia, dan asia rusia. Lingkungan

kemakmuran ini disebut dengan Hokko Ichiu (delapan benang dibawah satu atap).

Dengan konteks sejarah dunia yang menuntut dukungan militer kuat, Jepang mengelola

pendidikan di Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari kepentingan ini. Sehingga dapat

dikatakan bahwa sistem pendidikan di masa pendudukan Jepang sangat dipengaruhi motif

untuk mendukung kemenangan militer dalam peperangan pasifik.

Setelah Februari 1942 menyerang Sumatera Selatan, Jepang selanjutnya menyerang

Jawa dan akhirnya memaksa Belanda menyerah pada Maret 1942[5]. Sejak itulah Jepang
kemudian menerapkan beberapa kebijakan terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas

terutama bagi sistem pendidikan di era kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara lain:

a. Dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan

menggantikan Bahasa Belanda.

b. Adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem pendidikan

berdasarkan kelas sosial di era penjajahan Belanda.

Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa kebijakan antara

lain:

a. Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yang dipimpin kaum

orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim

Asy’ari.

b. Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang.

c. Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar seni

kemiliteran bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin.

d. Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid

Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta.

e. Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air

(PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan.

f. Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun

kemudian dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)

yang menyertakan dua ormas besar Islam, Muhammadiyah dan NU.

Lepas dari tujuan semula Jepang memfasilitasi berbagai aktivitas kaum muslimin ketika

itu, nyatanya hal ini membantu perkembangan Islam dan keadaan umatnya setelah tercapainya

kemerdekaan.
Kepercayaan jepang ini dimanfaatkan juga oleh umat islam untuk bagkit memberontak

melawan jepang sendiri. Pada tanggal 8 juli 1945 berdirilah sekolah tinggi islam di Jakarta.

Kalau ditinjau dari segi pendidikan zaman jepang umat islam mempunya kesempatan yang

banyak untuk memajukan pendidikan islam, sehingga tanpa disadari oleh jepang sendiri bahwa

umat islam sudah cukup mempunyai potensi untuk maju dalam bidang pendidikan ataupun

perlawanan kepada penjajah. Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian

dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

a. Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko atau Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun.

Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah

dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia Belanda.

b. Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama)

dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga

dengan lama studi 3 tahun.

c. Pendidikan Kejuruan. Mencakup sekolah lanjutan bersifat vokasional antara lain di

bidang pertukangan, pelayaran, pendidikan, teknik, dan pertanian.

d. Pendidikan Tinggi. Mencangkup perkuliahan yang bersifat rasional, sosialisasi yang

tinggi serta berfikir kritis.

e. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda dan Masa Penjajahan

Jepang

f. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda

Pada pertengahan abad 19 M. perkembangan lembaga pendidikan mencapai tingkat

tinggi[6]. Hal ini karena meningkatnya jumlah jama’ah haji ke Makkah yang mengakibatkan

banyak orang yang ahli dalam bidang agama yang membuka lembaga pendidikan. Bahkan

tahun 1882 M. menurut catatan terdapat 300 pesantren di Jawa dan Madura. Hal itu ditambah
lagi banyaknya orang-orang Hadhramaut yang bermigrasi dan mencari penghidupan yang layak

di Indonesia yang juga membuka wawasan baru.

Wawasan baru tersebut mengakibatkan sistem madrasah yang berkembang di Timur

Tengah berkembang pula di Indonesia, baik isi dan materinya sama. Pada akhir abad 19 M.

Belanda mendirikan sekolah-sekolah untuk tenaga kerja untuk kepentingan perusahaan

Belanda. Pada awal abad 20 M. Belanda mulai memberikan pendidikan kepada masyarakat

yang menggunakan sistem pendidikan Liberal. Namun, hanya diperuntukkan bagi bangsawan

dan pegawai pemerintah. Sehingga lembaga pendidikan agama tetap menjadi lembaga

pendidikan yang bisa ditempati masyarakat pribumi.

Adapun beberapa penddikan Islam di berbagai provinsi meliputi antara lain sebagai

berikut:[7]

a. Pendidikan Islam di Sumatera

b. Pendidikan Islam di Aceh

Materi pendidikan Islam di Aceh pada masa penjajahan Belanda adalah sebagai berikut:

 Belajar huruf Hijaiyah (alfabeth Arab)

 Juz ‘Amma (disebut Al-Qur’an kecil).

 Mengaji Al-Qur’an (disebut Al-Qur’an besar).

Setelah materi di atas dilanjutkan dengan kitab-kitab berbahasa Melayu,

seperti: Bidayah, Masail Al Muhadi, Fur’ Masail, dan lain-lain. Setelah selesai masa pembacaan

kitab-kitab Melayu dilanjutkan mempelajari kitab-kitab berbahasa Arab, seperti: Dammun,

Al-‘Awamil, Al Jurumiyah, Tafsir Jalalain.

Setelah perang Aceh melawan Belanda berakhir, pendidikan Islam di Aceh mulai

berkembang, ditandai dengan berdirinya berbagai pondok pesantren. Di pondok pesantren

banyak dipelajari kitab-kitab seperti: Fathul Qarib, Fathul Mu’in, dan lainnya. Berikutnya mulai
lahir madrasah, salah satunya madrasah Sa’adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli yang didirikan

pada tahun 1930 oleh Tgk. Daud Berueh.

Madrasah itu memiliki tujuh kelas dengan lama masa belajar empat tahun. Materi yang

diajarkan: bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama serta sedikit Ilmu Bumi Mesir dan Tarikh Islam.

Lembaga-lembaga pendidikan seperti pesantren sebagai basis perlawanan penjajahan Belanda.

c. Pendidikan Islam di Minangkabau

Pendidikan Islam di Minangkabau mengalami perkembangan yang pesat karena

banyaknya buku-buku pelajaran agama Islam yang masuk ke sana. Adapun susunan materi

pendidikan Islam di Minangkabau antara lain:

a. Belajar huruf Hijaiyah seperti halnya di Aceh.

b. Pengajian kitab yang terbagi atas tiga tingkatan, yaitu:

–   Nahwu, Saraf, dan Fiqih

–   Tauhid

–   Tafsir

c. Pengajian ilmu Tasawuf, Mantiq, dan Balaghah.

Sistem pendidikan yang digunakan masih seperti masa-masa awal, yaitu halaqah dan

sistem majelis taklim. Di Minangkabau yang menjadi pusat pendidikan awal permulaan Islam

adalah Surau. Pada masa penjajahan Belanda mulai dibuat ruang-ruang berbentuk kelas,

dinamakan madrasah.

d. Pendidikan Islam di Jambi

Pesantren Nurul Iman didirikan pada tahun1914 oleh H. Abdul Samad seorang ulama

besar di jambi. Pesantren ini juga berawal dari system halaqah kemudian menggunakan kelas-

kelas seperti madrasah modern. Pelajarannya juga begitu, dari sekedar ilmu-ilmu agama

kemudian memasukkan ilmu umum yang dibimbing dua guru khusus.

e. Pendidikan Islam di Pulau Jawa


f. Pendidikan Islam di Jawa Timur

Pendidikan Islam yang cukup terkenal di Jawa Timur pada masa penjajahan Belanda

adalah Tebuireng, yaitu pesantren yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1904 M.

Pada mulanya hanya diajarkan agama dan bahasa Arab, kemudian setelah berdiri

madrasah salafiyahmemasukkan ilmu-ilmu umum, seperti ilmu bintang, ilmu bumi dan lain-

lain.

Pondok Pesantren Tebuireng terdiri atas empat bagian, yaitu: Madrasah Ibtidaiyah (lamanya 6

tahun), Madrasah Tsanawiyah (3 tahun), Mualimin (5 tahun), Pesantren dengan sistem halaqah.

Pendidikan Islam di Jawa Timur pada masa penjajahan Belanada tidak terlepas dari pengaruh

organisasi Nahdhatul Ulama yang didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H (3 Januari 1926) di

Surabaya.

g. Pendidikan Islam di Jawa Tengah

Lembaga Pendidikan Islam di Jawa Tengah yang paling berpengaruh berpusat di sekitar

Kudus. Ratusan pondok pesantren dan madrasah tersebar di seluruh pelosok Kudus, antara lain:

Aliyatus-Saniyah Muawanatul Muslimin, Kudsiyah, Tsywiqut Tullab Balai Tengahan School,

Mahidud Diniyah Al-Islamiyah Al-Jawiyah, dan lain-lain.

h. Pendidikan Islam di Yogyakarta

Pendidikan Islam di Yogyakarta pada masa penjajahan Belanda banyak didominasi oleh

organisasi Muhammadiyah. Diantaranya yang terkenal adalah Kweekschool Muhammadiyah,

Mualimat Muhammadiyah, Zuama, Tabligh School, dan H.I.K. Muhammadiyah. Model

pendidikannya dengan menggabungkan antara pelajaran umum dengan agama. Selain

Muhammadiyah juga ada pondok pesantren Krapyak.

i. Pendidikan Islam di Jawa Barat

Madrasah pertama adalah yang didirikan di Majalengka pada tahun 1917 oleh

Perserikatan Umat Islam. Pondok Pesantren yang cukup berpengaruh adalah PP Gunung Puyuh
di Sukabumi. Selain itu juga ada pondok pesantren Persatuan Islam (Persis), pondok ini terdiri

dari dua bagian, yaitu Pesantren Besar (untuk para santri yang telah cukup umur untuk

mendapatkan pendidikan agama) dan Pesantren Kecil (untuk anak-anak kecil yang

pelaksanaannya di sore hari).

j. Pendidikan Islam di Batavia

Madrasah tertua di Batavia adalah Jamiat Kheir yang didirikan tahun 1905. Tingkatan

sekolahnya antara lain: tingkat Tahdiriyah (1 tahun), tingkat Ibtidaiyah (6 tahun),

tingkat Tsanawiyah (3 tahun), Bagi lulusan terbaik Tsanawiyah bisa melanjutkan ke Mesir atau

Mekkah. Madrasah lain yang juga punya andil besar bagi pendidikan Islam adalah

madrasah Al-Irsyad yang didirikan pada tahun 1913.

k. Pendidikan Islam di Sulawesi

Tidak banyak perbedaan tentang pendidikan Islam di Sulawesi dengan di Jawa dan

Sumatera. Hal ini disebabkan karena sumber yang sama, yaitu Mekkah. Kebanyakan madrasah

di Sulawesi pada mulanya dipimpin oleh guru-gur agama dari Minangkabau dan Yogyakarta.

Madrasah yang cukup terkenal di Sulawesi Selatan adalah madrasah Amiriyah Islamiyah di

Bone. Mata pelajaran yang diberikan di madrasah ini meliputi pelajaran agama dan pelajaran

umum.

l. Pendidikan Islam di Kalimantan

Madrasah yang tertua yang memiliki andil besar dalam perjalanan sejarah pendidikan

Islam di Kalimantan pada masa penjajahan Belanda adalah madrasah Najah Wal Falah di Sei

Bakau Besar Mempawah. Didirikan pada tahun 1918 M., setelah itu berdiri madrasah

Perguruan Islam Assulthaniyah di Sambas pada tahun 1922 M.


Di Kalimantan pada masa penjajahan Belanda tidak banyak madrasah dan pesantren

yang berdiri, namun andil dan maknanya cukup berarti dalam proses pertumbuhan dan

perkembangan pendidikan Islam di tanah air Indonesia ini di bagian timur.

3. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Jepang

Setelah belanda pergi dari Indonesia maka muncul pergerakan Jepang. Jepang

memberikan toleransi yang banyak terhadap pendidikan Islam di Indonesia, kesetaraan

pendidikan penduduk pribumi, sama dengan penduduk atau anak-anak penguasa, bahkan

Jepang banyak mengajarkan ilmu-ilmu bela diri kepada pemuda Indonesia.[8]

Pada masa penjajahan Jepang banyak berdirinya lembaga-lembaga pendidikan dan

pengajaran serta pendirian tempat-tempat ibadah. Lembaga-lembaga pendidikan dapat

dikembangkan dan anak-anak dan penduduk pribumi diperbolehkan untuk belajar agama dan

mengaji. Hal ini memberikan kesempatan bagi pendidikan islam untuk berkembang.

a. Madrasah

Awal pendudukan jepang, madrasah berkembang dengan cepat terutama dari segi

kuantitas. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya para kyai yang membangun pesantern salah

satunya madrasah awaliyah yang ada diSumatra.

b. Pendidikan agama di sekolah

Sekolah negeri diisi dengan pelajaran budi pekerti. Hal ini memberi kesempatan pada

guru agama islam untuk mengisinya dengan ajaran agama, dan di dalam pendidikan agama

tersebut juga di masukan ajaran tentang jihad melawan penjajah.

c. Perguruan tinggi Islam

Pemerintah jepang mengizinkan berdirinya sekolah tinggi Islam di jakarta yang

dipimpin oleh KH. Wahid Hasyim, KH. Muzakkar, dan Bung Hatta. Walaupun jepang berusaha

mendekati umat islam dengan memberikan kebebasan dalam beragama dan dalam

mengembangkan pendidikan namun para ulama tidak akan tunduk kepada pemerintahan
jepang, apabila mereka menggangu akidah umat hal ini kita dapat saksikan bagaimana masa

jepang ini perjuangan KH. Hasyim Asy’ari beserta kalangan santri menentang kebijakan kufur

jepang yang memerintahkan untuk melakukan seikere (menghormati kaisar jepang yang

dianggap keturunan dewa matahari). Akibat sikap tersebut beliau ditangkap dan dipenjarakan

oleh jepang selama 8 bulan.

Dapat disimpulkan meski pun dunia pendidikan secara umum terbengkalai, karena

murid-muridnya sekolah setiap hari hanya disuruh gerak badan, baris-berbaris, kerja bakti

(romusha), bernyayi dan sebagainya. Yang agak beruntung adalah madrasah-madrasah yang

ada di dalam lingkungan  pondok pesantren yang bebas dari pengwasan langsung pemerintah

pendudukan jepang. Pendidikan dalam pondok pesantren masih dapat berjalan secara wajar.

 
BAB III
PENUTUP
 

A. Kesimpulan

1. Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda

Kehadiran Belanda di Indonesia tidak hanya mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia,

tetapi juga menekan politik dan kehidupan keagamaan rakyat. Segala aktivitas umat Islam yang

berkaitan dengan keagamaan ditekan. Belanda terus menerapkan langkah-langkah yang

membatasi gerak pengamalan agama Islam. Upacara-upacara keagamaan yang dilakukan secara

terbuka dilarang, pengajaran ilmu agama diawasi, ibadah haji dibatasi dan setiap jama’ah haji

yang pulang ke Indonesia diawasi dengan ketat untuk mengantisipasi pengaruh muslim yang

telah haji yang dapat membangkitkan semangat perlawanan pemerintah Belanda.

2. Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Jepang

Pada masa Jepang tujuan pendidikan Islam yang pertama adalah menanamkan rasa

keislaman yang benar guna kepentingan dunia dan Akhirat, dan yang kedua membelah bangsa

dan tanah air untuk memdapatkan kemerdekaan bangsa itu sendiri ataupun kemerdekaan secara

manusiawi. Sedangkan maksud dari pemerintahan Jepang ialah supaya kekuatan umat Islam

dan nasionalis dapat dibina untuk kepentingan perang Asia Timur Raya yang dipimpin oleh

Jepang. Jepang membentuk badan-badan pertahanan rakyat seperti Haihoo, Peta, Keibondan

sehingga penderitaan rakyat lahir dan batin makin tak tertahankan lagi.

3. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda


Pada pertengahan abad 19 M. perkembangan lembaga pendidikan mencapai tingkat

tinggi. Hal ini karena meningkatnya jumlah jama’ah haji ke Makkah yang mengakibatkan

banyak orang yang ahli dalam bidang agama yang membuka lembaga pendidikan. Bahkan

tahun 1882 M. menurut catatan terdapat 300 pesantren di Jawa dan Madura. Hal itu ditambah

lagi banyaknya orang-orang Hadhramaut yang bermigrasi dan mencari penghidupan yang layak

di Indonesia yang juga membuka wawasan baru.

4. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Jepang

Setelah belanda pergi dari Indonesia maka muncul pergerakan Jepang. Jepang

memberikan toleransi yang banyak terhadap pendidikan Islam di Indonesia, kesetaraan

pendidikan penduduk pribumi, sama dengan penduduk atau anak-anak penguasa, bahkan

Jepang banyak mengajarkan ilmu-ilmu bela diri kepada pemuda Indonesia. Pada masa

penjajahan Jepang banyak berdirinya lembaga-lembaga pendidikan dan pengajaran serta

pendirian tempat-tempat ibadah. Lembaga-lembaga pendidikan dapat dikembangkan dan anak-

anak dan penduduk pribumi diperbolehkan untuk belajar agama dan mengaji.

B. Saran

Dengan keterbatasan pemikiran dan sumber materi yang menjadi acuan dalam

pembuatan makalah ini, maka kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam

penyusunan makalah selanjutnya.

 
DAFTAR PUSTAKA

Engku, Iskandar. 2014.  Sejarah Pendidkan Islami. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mudyaharjo, Redja. 2001 pengantar pendidikan Jakarta : PT Grafindo Persada.

Nizar, Samsul. 2007.  Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.

Ramayulis.2012.  Sejarah Pendidikan Islam.Jakarta : Kalam Mulia.

Sunanto, Musyrifah.2010. Sejarah peradaban Islam Indonesia Jakarta: Rajawali Pers.

Suwendi. 2004 sejarah dan pemikiran pendidikan islam Jakarta : PT Grafindo Persada

Wahab, Drs Rohidin. 2004. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Bandung:Alfabeta.

Zuhairini. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi aksara.

[1] Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h.70.

[2] Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi aksara, 2011), h. 51.

[3] Drs Rohidin Wahab, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung: Alfabeta,  2004), h.

17.

[4] Musyrifah Sunanto, Sejarah peradaban Islam Indonesia (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h.

41-43.

[5] Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Kencana, 2007), h. 87-88.

[6] Suwendi, sejarah dan pemikiran pendidikan islam (Jakarta : PT Grafindo Persada, 2004), h.

85.

[7] Iskandar Engku, Sejarah Pendidkan Islami, (Bandung: Remaja Rosdakarya:2014), h. 45.

[8] Redja mudyaharjo,  pengantar pendidikan  (jakarta : PT Grafindo Persada, 2001 ), h.  267.

Anda mungkin juga menyukai