MAKALAH Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda Jepang
MAKALAH Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda Jepang
MAKALAH Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda Jepang
Oleh:
M.ARKING
8020022OO54
PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN
MAKASSAR 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meneliti sejarah bangsa Indonesia tidak akan lepas dari umat islam, baik dari
perjuangan melawan penjajah maupun dalam lapangana pendidikan. Melihat kenyataan betapa
bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam mencapai keberhasilan dengan berjuang
secara tulus ikhlas mengabdikan diri untuk kepentingan agamanya disamping mengadakan
perlawanan militer.
Perlu diketahui bahwa sejarah pendidikan islam di Indonesia mencakup fakta-fakta atau
di Indonesia, baik formal maupun non formal. Yang dikaji melalui pendekatan metode oleh
sebab itu pada setiap disiplin ilmu jelas membutuhkan pendekatan metode yang bisa
kejiwaan yang material, naluriah, dengan ditunjang kemampuan jasmaniah, sehingga benar-
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda dan Masa Penjajahan
Jepang ?
2. Bagaimana Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda dan Masa
Penjajahan Jepang?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda dan
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda dan Masa Penjajahan Jepang
tetapi juga menekan politik dan kehidupan keagamaan rakyat. Segala aktivitas umat islam yang
membatasi gerak pengamalan agama islam. Upacara-upacara keagamaan yang dilakukan secara
terbuka dilarang, ibadah haji dibatasi dan setiap jama’ah haji yang pulang ke indonesia diawasi
dengan ketat untuk mengantisipasi pengaruh muslim yang telah haji yang dapat
Politik yang dijalankan pemerintah Belanda terhadap rakyat Indonesia yang mayoritas
beragama Islam sebenarnya didasari oleh adanya ras ketakutan. Dengan begitu, mereka
Pada tahun 1882 pemerintah Belanda membentuk suatu badan khusus yang bertugas
mengeluarkan peraturan baru yang isinya menyatakan bahwa orang yang memberikan
pengajaran atau pengajian agma islam harus terlebih dahulu meminta izin kepada
pemerintahan Belanda.
Pada tahun 1925 keluar lagi peraturan yang lebih ketat terhadap pendidikan agama
islam, yaitu tidak semua orang (Kyai) boleh memberikan pengajaran mengaji, terkecuali
memberantas dan menutup madrasah dan sekolah yang tidak ada izinnya atau
memberikan pelajaran yang tidak disukai oleh pemerintah Belanda yang disebut
Dilakukan secara perorangan, melalui rumah tangga, maupun surau atau mesjid.
Buku pelajaran pada umumnya dikarang oleh ulama Indonesia, kemudian diterjemahkan
Pelajaran suatu ilmu hanya diajarkan dalam satu macam buku saja.
Masa ini disebut juga periode peralihan, dengan bercirikan hal-hal sebagai berikut :
Semua buku pelajaran merupakan karangan ulama kuno dalam bahasa arab.
Suatu ilmu diajarkan dari beberapa macam buku: renadah, menengah dan tinggi.
Telah ada toko buku yang memesan buku-buku dari mesir dan mekah.
Ilmu agama telah berkembang luas berkat banyaknya buku bacaan.
Aliran baru islam seperti yang dibawa oleh majalah al-manar di mesir mulai lahir.
Pada masa ini sistem madrasah baru dikenal pada permulaan abad ke 20. Sistem ini
Pengajaran pengetahuan agama dan bahasa arab sudah menyebar cukup luas.[3]
Pendidikan islam pada zaman penjajahan jepang dimulai pada tahun 1942-1945, sebab
bukan hanya belanda saja yang mencoba berkuasa di Indonesia.[4] Dalam perang pasifik
(perang dunia ke II), jepang memenangkan peperangan pada tahun 1942 berhasil merebut
indonesia dari kekuasaan belanda. Perpindahan kekuasaan ini terjadi ketika kolonial belanda
menyerah tanpa sayarat kepada sekutu. Penjajahan jepang di indonesia mempunyai konsep
Hokko Ichiu (kemakmuran bersama asia raya) dengan semboyan asaia untuk asia. Jepang
mengumumkan rencana mendirikan lingkungan kemakmuran bersama asia timur raya pada
tahun 1940. Jepang akan menjadi pusat lingkungan pengaruh atas delapan daerah yakni:
manchuria, daratan cina, kepuluan muangtai, malaysia, indonesia, dan asia rusia. Lingkungan
kemakmuran ini disebut dengan Hokko Ichiu (delapan benang dibawah satu atap).
Dengan konteks sejarah dunia yang menuntut dukungan militer kuat, Jepang mengelola
pendidikan di Indonesia pun tidak bisa dilepaskan dari kepentingan ini. Sehingga dapat
dikatakan bahwa sistem pendidikan di masa pendudukan Jepang sangat dipengaruhi motif
Jawa dan akhirnya memaksa Belanda menyerah pada Maret 1942[5]. Sejak itulah Jepang
kemudian menerapkan beberapa kebijakan terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas
terutama bagi sistem pendidikan di era kemerdekaan. Hal-hal tersebut antara lain:
Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa kebijakan antara
lain:
a. Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken pada masa Belanda yang dipimpin kaum
orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim
Asy’ari.
d. Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid
e. Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air
kemudian dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi)
Lepas dari tujuan semula Jepang memfasilitasi berbagai aktivitas kaum muslimin ketika
itu, nyatanya hal ini membantu perkembangan Islam dan keadaan umatnya setelah tercapainya
kemerdekaan.
Kepercayaan jepang ini dimanfaatkan juga oleh umat islam untuk bagkit memberontak
melawan jepang sendiri. Pada tanggal 8 juli 1945 berdirilah sekolah tinggi islam di Jakarta.
Kalau ditinjau dari segi pendidikan zaman jepang umat islam mempunya kesempatan yang
banyak untuk memajukan pendidikan islam, sehingga tanpa disadari oleh jepang sendiri bahwa
umat islam sudah cukup mempunyai potensi untuk maju dalam bidang pendidikan ataupun
perlawanan kepada penjajah. Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian
a. Pendidikan Dasar (Kokumin Gakko atau Sekolah Rakyat). Lama studi 6 tahun.
Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah
b. Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama)
dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga
e. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Penjajahan Belanda dan Masa Penjajahan
Jepang
tinggi[6]. Hal ini karena meningkatnya jumlah jama’ah haji ke Makkah yang mengakibatkan
banyak orang yang ahli dalam bidang agama yang membuka lembaga pendidikan. Bahkan
tahun 1882 M. menurut catatan terdapat 300 pesantren di Jawa dan Madura. Hal itu ditambah
lagi banyaknya orang-orang Hadhramaut yang bermigrasi dan mencari penghidupan yang layak
Tengah berkembang pula di Indonesia, baik isi dan materinya sama. Pada akhir abad 19 M.
Belanda. Pada awal abad 20 M. Belanda mulai memberikan pendidikan kepada masyarakat
yang menggunakan sistem pendidikan Liberal. Namun, hanya diperuntukkan bagi bangsawan
dan pegawai pemerintah. Sehingga lembaga pendidikan agama tetap menjadi lembaga
Adapun beberapa penddikan Islam di berbagai provinsi meliputi antara lain sebagai
berikut:[7]
Materi pendidikan Islam di Aceh pada masa penjajahan Belanda adalah sebagai berikut:
seperti: Bidayah, Masail Al Muhadi, Fur’ Masail, dan lain-lain. Setelah selesai masa pembacaan
Setelah perang Aceh melawan Belanda berakhir, pendidikan Islam di Aceh mulai
banyak dipelajari kitab-kitab seperti: Fathul Qarib, Fathul Mu’in, dan lainnya. Berikutnya mulai
lahir madrasah, salah satunya madrasah Sa’adah Abadiyah di Blang Paseh Sigli yang didirikan
Madrasah itu memiliki tujuh kelas dengan lama masa belajar empat tahun. Materi yang
diajarkan: bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama serta sedikit Ilmu Bumi Mesir dan Tarikh Islam.
banyaknya buku-buku pelajaran agama Islam yang masuk ke sana. Adapun susunan materi
– Tauhid
– Tafsir
sistem majelis taklim. Di Minangkabau yang menjadi pusat pendidikan awal permulaan Islam
dinamakan madrasah.
Pesantren Nurul Iman didirikan pada tahun1914 oleh H. Abdul Samad seorang ulama
besar di jambi. Pesantren ini juga berawal dari system halaqah kemudian menggunakan kelas-
kelas seperti madrasah modern. Pelajarannya juga begitu, dari sekedar ilmu-ilmu agama
Pendidikan Islam yang cukup terkenal di Jawa Timur pada masa penjajahan Belanda
adalah Tebuireng, yaitu pesantren yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari pada tahun 1904 M.
Pada mulanya hanya diajarkan agama dan bahasa Arab, kemudian setelah berdiri
madrasah salafiyahmemasukkan ilmu-ilmu umum, seperti ilmu bintang, ilmu bumi dan lain-
lain.
Pendidikan Islam di Jawa Timur pada masa penjajahan Belanada tidak terlepas dari pengaruh
Surabaya.
Lembaga Pendidikan Islam di Jawa Tengah yang paling berpengaruh berpusat di sekitar
Kudus. Ratusan pondok pesantren dan madrasah tersebar di seluruh pelosok Kudus, antara lain:
Pendidikan Islam di Yogyakarta pada masa penjajahan Belanda banyak didominasi oleh
Madrasah pertama adalah yang didirikan di Majalengka pada tahun 1917 oleh
Perserikatan Umat Islam. Pondok Pesantren yang cukup berpengaruh adalah PP Gunung Puyuh
di Sukabumi. Selain itu juga ada pondok pesantren Persatuan Islam (Persis), pondok ini terdiri
dari dua bagian, yaitu Pesantren Besar (untuk para santri yang telah cukup umur untuk
Mekkah. Madrasah lain yang juga punya andil besar bagi pendidikan Islam adalah
Tidak banyak perbedaan tentang pendidikan Islam di Sulawesi dengan di Jawa dan
Sumatera. Hal ini disebabkan karena sumber yang sama, yaitu Mekkah. Kebanyakan madrasah
di Sulawesi pada mulanya dipimpin oleh guru-gur agama dari Minangkabau dan Yogyakarta.
Bone. Mata pelajaran yang diberikan di madrasah ini meliputi pelajaran agama dan pelajaran
umum.
Madrasah yang tertua yang memiliki andil besar dalam perjalanan sejarah pendidikan
Islam di Kalimantan pada masa penjajahan Belanda adalah madrasah Najah Wal Falah di Sei
Bakau Besar Mempawah. Didirikan pada tahun 1918 M., setelah itu berdiri madrasah
yang berdiri, namun andil dan maknanya cukup berarti dalam proses pertumbuhan dan
Setelah belanda pergi dari Indonesia maka muncul pergerakan Jepang. Jepang
pendidikan penduduk pribumi, sama dengan penduduk atau anak-anak penguasa, bahkan
dikembangkan dan anak-anak dan penduduk pribumi diperbolehkan untuk belajar agama dan
mengaji. Hal ini memberikan kesempatan bagi pendidikan islam untuk berkembang.
a. Madrasah
Awal pendudukan jepang, madrasah berkembang dengan cepat terutama dari segi
kuantitas. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya para kyai yang membangun pesantern salah
Sekolah negeri diisi dengan pelajaran budi pekerti. Hal ini memberi kesempatan pada
guru agama islam untuk mengisinya dengan ajaran agama, dan di dalam pendidikan agama
dipimpin oleh KH. Wahid Hasyim, KH. Muzakkar, dan Bung Hatta. Walaupun jepang berusaha
mendekati umat islam dengan memberikan kebebasan dalam beragama dan dalam
mengembangkan pendidikan namun para ulama tidak akan tunduk kepada pemerintahan
jepang, apabila mereka menggangu akidah umat hal ini kita dapat saksikan bagaimana masa
jepang ini perjuangan KH. Hasyim Asy’ari beserta kalangan santri menentang kebijakan kufur
jepang yang memerintahkan untuk melakukan seikere (menghormati kaisar jepang yang
dianggap keturunan dewa matahari). Akibat sikap tersebut beliau ditangkap dan dipenjarakan
Dapat disimpulkan meski pun dunia pendidikan secara umum terbengkalai, karena
murid-muridnya sekolah setiap hari hanya disuruh gerak badan, baris-berbaris, kerja bakti
(romusha), bernyayi dan sebagainya. Yang agak beruntung adalah madrasah-madrasah yang
ada di dalam lingkungan pondok pesantren yang bebas dari pengwasan langsung pemerintah
pendudukan jepang. Pendidikan dalam pondok pesantren masih dapat berjalan secara wajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
tetapi juga menekan politik dan kehidupan keagamaan rakyat. Segala aktivitas umat Islam yang
membatasi gerak pengamalan agama Islam. Upacara-upacara keagamaan yang dilakukan secara
terbuka dilarang, pengajaran ilmu agama diawasi, ibadah haji dibatasi dan setiap jama’ah haji
yang pulang ke Indonesia diawasi dengan ketat untuk mengantisipasi pengaruh muslim yang
Pada masa Jepang tujuan pendidikan Islam yang pertama adalah menanamkan rasa
keislaman yang benar guna kepentingan dunia dan Akhirat, dan yang kedua membelah bangsa
dan tanah air untuk memdapatkan kemerdekaan bangsa itu sendiri ataupun kemerdekaan secara
manusiawi. Sedangkan maksud dari pemerintahan Jepang ialah supaya kekuatan umat Islam
dan nasionalis dapat dibina untuk kepentingan perang Asia Timur Raya yang dipimpin oleh
Jepang. Jepang membentuk badan-badan pertahanan rakyat seperti Haihoo, Peta, Keibondan
sehingga penderitaan rakyat lahir dan batin makin tak tertahankan lagi.
tinggi. Hal ini karena meningkatnya jumlah jama’ah haji ke Makkah yang mengakibatkan
banyak orang yang ahli dalam bidang agama yang membuka lembaga pendidikan. Bahkan
tahun 1882 M. menurut catatan terdapat 300 pesantren di Jawa dan Madura. Hal itu ditambah
lagi banyaknya orang-orang Hadhramaut yang bermigrasi dan mencari penghidupan yang layak
Setelah belanda pergi dari Indonesia maka muncul pergerakan Jepang. Jepang
pendidikan penduduk pribumi, sama dengan penduduk atau anak-anak penguasa, bahkan
Jepang banyak mengajarkan ilmu-ilmu bela diri kepada pemuda Indonesia. Pada masa
anak dan penduduk pribumi diperbolehkan untuk belajar agama dan mengaji.
B. Saran
Dengan keterbatasan pemikiran dan sumber materi yang menjadi acuan dalam
pembuatan makalah ini, maka kami harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam
DAFTAR PUSTAKA
[3] Drs Rohidin Wahab, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung: Alfabeta, 2004), h.
17.
41-43.
85.