Bab I-Iii Endah Listiawan - Skripsi Fix
Bab I-Iii Endah Listiawan - Skripsi Fix
Bab I-Iii Endah Listiawan - Skripsi Fix
SKRIPSI
Diajukan Oleh :
ENDAH LISTIAWAN
18101155110310
JURUSAN AKUNTANSI
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era globalisasi yang semakin pesat seperti saat ini, sangat mendorong
adanya peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Aset perusahaan yang tinggi saja
tidak cukup menjamin sebuah perusahaan untuk tetap bertahan. Hal ini
perusahaan besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan berasal dari
berbagai sektor yang ada. Sebagai perusahaan terbesar tentunya persaingan dunia
kegiatan yang ada didalam perusahaan tersebut melalui sebuah laporan keuangan.
Laporan keuangan adalah salah satu bentuk nyata dari kinerja manajemen
dalam mengelola dan menilai evaluasi kinerja dari suatu perusahaan (Sudarmadi
perhatian dari stakeholders yang hanya tertuju pada informasi laba, tanpa
1
memaksa manajer dalam meningkatkan citra perusahaan dengan melakukan
mencapai tingkat laba yang diinginkan (Nugroho et al., 2021). Tindakan perataan
Banyak yang memperdebatkan apakah perataan laba itu baik atau buruk terhadap
perusahaan, serta mengapa perataan laba ini banyak dan boleh dilakukan.
Perusahaan meratakan laba yang akan dilaporkan agar fluktuasi laba yang besar
dapat dikurangi karena laba yang stabil lebih disukai oleh investor.
Akuntansi Keuangan). Akan tetapi, pemegang saham tidak akan setuju dengan
adanya praktik ini karena informasi yang disajikan akan bias. Manipulasi yang
2
pengguna laporan keuangan (Rowena & Hendra, 2020). Perataan laba yang
Faktor yang mempengaruhi perataan laba salah satunya adalah free cash
flow. Free cash flow merupakan suatu gambaran perusahaan dari arus kas yang
aliran kas yang tinggi seharusnya memiliki kesempatan yang lebih besar dalam
menutupi tindakan dari pihak manajer yang tidak optimal dalam memanfaatkan
cukup baik berdasarkan aliran kas bebas yang tinggi dibanding dengan perusahaan
lainnya. Dengan aliran kas bebas yang tinggi dari suatu perusahaan diperkirakan
Selain faktor free cash flow terdapat faktor lain yang mempengaruhi
perataan laba, yakni financial leverage. (Nugroho et al., 2021) mengatakan bahwa
utang sebagai salah satu alternatif pengurangan biaya agensi sekaligus sumber
aset yang dimiliki (Sudarmadi et al., 2017). Perataan laba dilakukan dengan tujuan
memberikan rasa aman kepada investor karena kemungkinan fluktuasi laba yang
kecil dapat membantu investor untuk memprediksi laba perusahaan pada periode
3
mendatang. Turunnya tingkat financial leverage akan mengurangi risiko default
dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain menggunakan total aset, log size,
nilai pasar saham, dan lain-lain (Mirwan & Amin, 2020). Ukuran perusahaan
menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perataan laba karena perusahaan
dengan ukuran yang besar cenderung lebih diperhatikan oleh pihak eksternal
fluktuasi laba yang drastis dan sebaliknya penurunan laba yang drastis akan
memberikan dampak yang kurang baik, oleh karena itu perusahaan yang
free cash flow, financial leverage, dan ukuran perusahaan dalam penelitian ini,
dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi
4
Kebijakan dividen menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi
hak para pemegang saham (Sari & Khafid, 2020). Pada dasarnya, laba tersebut
bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali di dalam
dividen, maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya mengurangi
total sumber dana internal. Jika perusahaan memilih untuk menahan laba yang
diperoleh, maka kemampuan pembentukan dana internal akan makin besar. Saat
laba akan dibagi atau ditahan, tetap harus mempertimbangkan tujuan perusahaan
Di indonesia fenomena perataan laba bukan hal baru, salah satu kasus
mengenai perataan laba yang terjadi di indonesia telah banyak dilakukan oleh
terdapat kejanggalan laporan keuangan pada tahun buku 2017. Harga saham
perusahaan manufaktur tersebut menurun 92,8% dari Rp. 2.360 pada April 2017
menjadi Rp. 168 per lembar dalam kurun waktu satu tahun. Laporam keuangan
per 31 Desember 2017 yang baru dibukukan pada 29 Juni 2018 menyatakan
bahwa pendapatan perusahaan menurun 24,8% menjadi Rp. 4,92 triliun dari tahun
2016 Rp. 6,54 triliun. Perusahaan manufaktur tersebut mengalami rugi bersih
senilai Rp. 551,9 miliar dan pada tahun 2016 meraih laba bersih sebesar Rp. 593,4
bahwa adanya perbedaan perincian transaksi dan data keuangan lain dengan
5
pencatatan keuangan yang digunakan oleh auditor keuangan dalam melakukan
audit laporan keuangan untuk tahun buku 2017. Perusahaan manufaktur tersebut
secara memadai. Pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang
berlangsung pada 12 Juli 2018 menyatakan laporan keuangan tahun 2017 ditolak
Fenomena yang hampir sama terjadi pada tahun yang berbeda oleh
perusahaan manufaktur yang sama, yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) memanggil
direksi PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) untuk meminta penjelasan
terkait dengan keluarnya hasil investigasi laporan keuangan 2017 oleh PT Ernst &
Rp. 4 triliun, lalu ada juga temuan overstated pendapatan senilai Rp. 662 miliar
dan overstated lain sebesar Rp. 329 miliar pada pos laba sebelum bunga, pajak,
depriesiasi, dan amortisasi. Laporan keuangan 2017 Tiga Pilar diaudit oleh Kantor
Akuntan Publik (KAP) Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar & Rekan yang
terafiliasi dengan firma audit, pajak, dan konsultasi dunia terkemuka yaitu RSM
Fenomena perataan laba juga dapat dilihat dari laba yang dikelola dan
6
diperoleh perusahaan karena laba mencerminkan kondisi dan kinerja perusahaan
tersebut memiliki kinerja yang baik. Kinerja yang baik dapat dilihat dari
perolehan laba perusahaan pada suatu periode, sehingga apabila laba perusahaan
sebaliknya jika perusahaan memperoleh laba yang rendah para investor tidak
tingkat pengembalian yang rendah. Perilaku investor yang menilai dari laba suatu
atau tidak, akan membuat manajer melakukan perataan laba. Praktik perataan laba
(Mirwan & Amin, 2020) yang menguji bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
variable free cash flow sebagai variabel independen dan variabel kebijakan
dividen sebagai variabel moderasi, karena pada saran jurnal (Mirwan & Amin,
7
meningkatkan penjelas faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba.
Alasan menambah variabel free cash flow adalah karena free cash flow
atau arus kas bebas sendiri sebagai sisa kas yang dimiliki perusahaan setelah
menggunakan arus kas bebas tersebut untuk investasi dan memperbesar ukuran
untuk memperoleh keuntungan atau laba yang tinggi sehingga ketika ekspektasi
tersebut tidak terpenuhi, maka manajer akan berusaha memanajemen laba. Alasan
2018) kebijakan dividen juga menentukan keputusan apakah laba yang diperoleh
(investor) dalam bentuk dividen ataukah ditahan untuk menambah modal guna
dilakukan oleh (Mirwan & Amin, 2020) melakukan penelitian pada perusahaan
8
manufaktur pada periode 2015-2019. Alasan memilih penelitian pada perusahaan
terdiri dari berbagai sub sektor industri dan perusahaan manufaktur juga memiliki
utamanya mengolah sumber daya menjadi barang jadi melalui proses pabrikasi.
sorotan dari para pelaku pasar, sehingga penulis berasumsi bahwa tidak menutup
yang melakukan perataan laba, oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih lanjut
perusahaan manufaktur.
9
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti memberikan
lainnya.
8. Tingkat free cash flow yang tinggi berdampak pada perilaku manajer
10
9. Adanya perubahan informasi atas laba bersih suatu perusahaan melalui
laba dan terdapat perbedaan hasil penelitian terkait dengan faktor yang
di BEI.
12. Informasi laba sering dijadikan oleh manajer sebagai target rekayasa
kepuasannya.
mengenai faktor yang mempengaruhi perataan laba yang dapat dinilai dari
untuk mengurangi perataan laba. Maka peneliti membatasi masalah pada empat
faktor yang mempengaruhi perataan laba yaitu: Free Cash Flow, Financial
11
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan
masalah yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
tahun 2016-2020?
tahun 2016-2020?
tahun 2016-2020?
Dari rumusan masalah yang telah diuraikan, adapun tujuan dari penelitian
12
1. Untuk mengetahui apakah Free Cash Flow berpengaruh terhadap
2016-2020.
2016-2020.
2016-2020.
13
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan akan memberikan kegunaan dan
1. Bagi Perusahaan
2. Bagi Investor
tepat.
3. Bagi Peneliti
4. Bagi Akademisi
14
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan kepustakaan
Tinggi.
5. Bagi Manajemen
6. Bagi Pembaca
BAB II
15
LANDASAN TEORI, PENELITIAN TERDAHLU, KERANGKA PIKIR
DAN HIPOTESIS
Teori keagenan (agency theory) adalah salah satu teori yang mendasari
dengan pihak manajer (Yogi & Damayanthi, 2016). Principal adalah pihak yang
memberikan mandat kepada agent, untuk melakukan semua kegiatan atas nama
ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan
yang timbul pada saat keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen berlawanan
dan kedua merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk
melakukan verifikasi tentang apa yang telah benar-benar dilakukan oleh agen.
16
dan pemilik perusahaan (Septiani & Suaryana, 2018).
mengetahui informasi secara lengkap dan lebih cepat dibanding dengan pemilik
depan dapat diketahui oleh manajemen. Manajer yang berperan sebagai pengelola
perataan laba untuk membuat para investor tertarik agar menanam modalnya di
perusahaan tersebut atau sekedar untuk mendapatkan insentif karena target laba
kepentingan. Konflik kepentingan bisa juga terjadi antara seorang manajer yang
pemakai laporan keuangan (Kusmiyati & Hakim, 2020). Dalam teori ini manajer
17
laporan keuangan bahwa pihak manajemen sudah mempergunakan suatu strategi
dengan begitu dapat menjauhkan perusahan dari tindakan manipulasi laba atau
perataan laba dan membantu agar laba dan aktiva yang disajikan oleh pengguna
asimetri informasi yang terjadi antara perusahaan dan pihak eksternal (investor
diri dengan cara menggunakan harga yang lebih rendah terhadap perusahaan.
Memberikan sinyal pada pihak luar merupakan bagian dari cara yang digunakan
kinerja laba dari manajemen ke pemegang saham yaitu apabila kualitas laba
perusahaan menurun karena terjadi tindakan perataan laba maka sinyal tersebut
merupakan sinyal negatif yang dan sebaliknya apabila kualitas laba meningkat
karena tindakan perataan laba maka sinyal tersebut merupakan sinyal positif yang
Pengertian lain mengenai teori signal adalah sebuah tindakan yang diambil
oleh high type manager yang mana tidak akan rasional jika dilakukan oleh low
18
pengsinyalan (signalling theory) merupakan teori yang digunakan untuk
kepada investor yang pada akhirnya dapat mengubah keputusan investor dan
kondisi perusahaan. Informasi yang simetris adalah kondisi ideal yang diharapkan
yang asimetris pun terjadi. Informasi asimetris terjadi karena terdapat salah satu
sering kali adalah bahwa pihak agen memiliki informasi penuh dalam perusahaan
dan tidak selalu bertindak yang terbaik untuk kepentingan pihk principal.
labanya rendah. Investor yang merupakan salah satu pengguna laporan keuangan
juga lebih tertarik dan menyukai perusahaan dengan laba yang cenderung stabil
akan datang dan apabila laba cukup stabil maka dapat memberikan ketentraman
19
Teori Efficiency Market Hypothesis (EMH) menyatakan bahwa laporan
dikarenakan laba yang stabil dari satu periode ke periode lain dinilai sebagai suatu
prestasi yang baik (Thoharo, 2018). Upaya menstabilkan ini disebut Income
3. Mengatur penggolongan antara laba operasi normal dan laba yang bukan
tanggung jawab maka sebenarnya itu tidak masalah. Karena perataan laba bisa
selalu tinggi dan mampu memikat sumber daya ke dalam perusahaan (Haniftian
dengan cara meratakan laba yang diperoleh sehingga dapat mengurangi fluktuasi
laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang
20
relatif stabil. Perataan laba dilakukan dengan tujuan memberikan rasa aman
karena fluktuasi laba yang kecil dan menambah kemampuan investor untuk dapat
memperhitungkan laba perusahaan pada periode yang akan datang. Oleh karena
tingkat fluktuasi laba ini juga harus dipertimbangkan tingkat pertumbuhan normal
Gambar 2.1
Jenis Perataan Laba
Dikutip dari :
https://data03.123doks.com/thumbv2/123dok/000/023/23291/32.595.113.480.167.
408/gambar-tipe-perataan-laba.webp
21
Pada gambar yang telah dijelaskan diatas perataan laba dapat digolongkan
Tipe aliran ini secara sederhana mempunyai implikasi bahwa sifat proses
perolehan laba itu sendiri yang menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Jenis
perataan laba ini terjadi begitu saja tanpa ada intervensi dari pihak manapun.
oleh manajemen)
Jenis perataan laba ini disengaja dan mengandung intervensi dari pihak
kebijakan operasi.
Perataan ini juga sering disebut accaunting smoothing, yaitu perataan laba
Menurut Beidleman dalam (Iskandar & Suardana, 2016) ada dua alasan
1.) Pendapat pertama berdasarkan pada asumsi bahwa suatu aliran laba yang
22
tinggi dari pada suatu aliran laba yang variabel sehingga memberikan
hakikat laporan laba yang bersifat siklus dan kemungkinan juga akan
& Suardana, 2016) motivasi manajer untuk melakukan perataan laba pada
23
pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga
perusahaan yang menggunakan kebijakan diskon dan kredit, sehingga hal ini
rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya: jika pendapatan non-
dapat digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi aliran data atau informasi.
Dalam PSAK tidak dijelaskan bahwa tindakan perataan laba diperbolehkan namun
24
Sasaran dilakukannya praktik perataan laba menurut (Fitriani, 2018)
produk rusak dan dilaporkan dengan harga yang lebih rendah dari
yang sebenarmya.
bersangkutan.
tersebut (Apriyanti, 2018:3) setiap perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) akan menerbitkan laporan keuangan. Salah satu bagian dari
25
laporan keuangan tersebut adalah laporan laba rugi. Laporan laba rugi merupakan
salah satu sumber informasi bagi investor. Informasi laba merupakan indikator
keputusan investasi.
pendekatan Agency dan Signaling teory. Kedua teori ini membahas masalah
laba dipengaruhi oleh adanya kepentingan antara agen dengan principal yang
sebagai agent akan lebih mengetahui informasi perusahaan dari pada pemilik
tidak merata antara agent dan principal. Principal tidak bisa mengamati secara
langsung usaha yang dilakukan oleh agent. Oleh karena itu, manajemen akan
26
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) menyatakan perusahaan
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
IndeksEckel
perataan laba. Model Eckel ini membandingkan kovarian laba (CVI) dengan
dikategorikan income smoothers jika CV Penjualan > CV laba dan sebaliknya jika
melakukan praktik perataan laba dengan yang tidak melakukan praktik perataan
laba. Laba yang digunakan untuk menghitung indeks eckel adalah net income. Hal
tersebut didasarkan atas adanya kecenderungan perhatian dari investor atas nilai
variabel penjualan bersih. Cara perhitungan perataan laba adalah sebagai berikut:
27
CV Δ I
Indeks Eckel =
CV Δ S
Indeks Eckel untuk perusahaan bukan perata laba adalah <1, sedangkan untuk
Keterangan :
CV : Koefisien variasi dari variable yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai
yang diharapkan.
StandardDeviation
CVΔI dan CVΔS = ExpectedValue
Atau
Dimana:
∆x = Perubahan pengahasilan laba (I) atau penjualan (S) antara tahun ke tahun
n-1
28
∆ x = Perubahan rata-rata perubahan laba/bersih (I) atau penjualan (S) antara
tahun n ke n-1
Jika nilai indeks Eckel ¿ 1, maka perusahaan melakukan perataan laba dan
Tabel 2.1
Kriteria Praktik PerataanLaba
Keterangan Keriteria
CV∆I > CV∆S Melakukan tindakan perataan laba.
CV∆S < CV∆I Tidak melakukan tindakan perataan laba
Sumber: Data diolah
Menurut Albert dan Richardson tahun 1990 kelebihan model Eckel ini
3. Laba dan penjualan yang diuji adalah laba dan penjualan untuk beberapa.
melakukan praktik perataan laba atau tidak dalam berbagai penelitian terdahulu
29
adalah berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
2. Laba yang digunakan dalam metode Eckel adalah laba yang sebenarnya
(Tarmizi & Agnes, 2016), Free cash flow (aliran bebas kas) adalah cash
flow yang tersedia untuk dibagikan kepada investor setelah perusahaan melakukan
investasi pada fixed asset dan working capital yang diperlukan untuk
expenditures dan juga dividen. Arus kas yang tersisa ini yang kemudian akan
operasioan dan investasinya (Zuhria & Riharjo, 2016). Free cash flow merupakan
kas bebas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor dan pemegang
saham karena tidak dibutuhkan untuk working capital atau untuk investasi pada
aset tetap.
Guinan dalam penelitian (Tarmizi & Agnes, 2016) menyatakan bahwa arus
kas bebas atau free cash flow sangat penting bagi perusahaan karena
30
memungkinkan perusahaan memanfaatkan peluang yang bisa meningkatkan nilai
pemegang saham. Hal ini karena dalam perhitungannya dividen kas tidak
dimasukkan dalam elemen free cash flow, melainkan berasal dari saldo laba
Menurut (Afriani & Asma, 2019), free cash flow dapat dibagi menjadi 2
FCFF merupakan arus kas bebas yang tersedia untuk seluruh investor, baik
saham biasa.
Free Cash Flow dalam penelitian ini diperoleh dari selisih arus kas
menggunakan skala rasio, dimana nilai free cash flow dibagi dengan total asset
pada periode yang sama dengan tujuan agar lebih comparable bagi perusahaan-
31
Free cash flow dapat diukur sebagai berikut (Sekartini et al., 2021):
CFO−CFI
FCF = X 100 %
Total Aset
Keterangan :
dana dengan beban tetap. Seringkali para kreditor dan pemegang saham tertarik
perusahaan dalam menghasilkan laba guna menutup biaya-biaya yang ada dan
perusahaan.
penggunaan sumber dana suatu perusahaan yang memiliki biaya tetap dengan
daripada biaya tetapnya sehingga akan dapat meningkatkan laba yang tersedia
untuk pemegang saham. Semakin besar financial leverage yang ditanggung oleh
perusahaan, maka semakin besar juga risiko yang ditanggung oleh perusahaan.
Perusahaan dengan tingkat financial leverage yang tinggi akan lebih mendapatkan
32
perhatian dan pengawasan dari pihak kreditur sehingga perusahaan akan sulit
Hal ini sesuai dengan penelitian yang (Sanjaya & Suryadi, 2018) bahwa
berpengaruh positif. Menurut hasil penelitian (Ovami & Lubis, 2019) bahwa
perusahaan dalam hal menginvetasikan dana atau memperoleh sumber dana yang
perusahaan pada saat itu likuidasi. Dengan demikian, adanya solvabilitas berarti
investasi dan operasional perusahaan. Sumber yang berasal dari modal asing akan
modal asing maka semakin besar pula rasio leveragenya dan berarti semakin besar
33
tersebut penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa financial leverage
struktur modal perusahaan dan perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang
tinggi.
perusahaan hadapi. Semakin tinggi rasio financial leverage, maka semakin tinggi
leverage yaitu:
modal.
aktiva.
34
pihak lainnya.
tetap.
dengan modal.
pengelolaan aktiva.
pengaruh suatu leverage dalam jumlah penjualan atas laba bagi pemegang saham
1) Debt Ratio
Debt ratio dapat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam
membayar hutang dengan asset yang dimilikinya. Rasio yang tinggi juga
menunjukan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva.
Apabila nilai rasio debt ratio yang dihasilkan sebesar 0,1 atau 10%
manunjukan bahwa hutang menandai 10 % dari total aktiva yang dimiliki oleh
35
perusahaan.
modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio
ini semakin baik. Debt to equity ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai
utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh
utang termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini menyatakan bahwa
semakin tinggi rasio ini, berarti modal sendiri semakin sedikit dibandingkan
dengan hutangnya.
perusahaan. Semakin tinggi rasioini maka semakin besar resiko yang dihadapi dan
investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio ini dapat
Artinya setiap 0,1 atau 10 % rasio debt to equity ratio menunjukan bahwa
perusahaan dibiayai oleh hutang dari total equitas. Semakin tinggi nilai rasio,
maka akan semakin besar utang yang dimiliki oleh perusahaan. Penulis
menggunakan debt to equity ratio dikarenakan rasio ini yang digunakan untuk
menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini dihitung dengan cara membandingkan
antara seluruh utang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini
36
berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor dengan pemilik
perusahaan. Semakin besa rrasio debt to equity ratio, maka akan semakin tidak
dengan pendanaan melalui ekuitas. Debt to equity ratio dapat mengukur seberapa
serta mengukur tingkat pengembalian terhadap hutang. Debt to equity ratio yang
perusahaan yang mengalami hal seperti ini sangat rentan melakukan praktik
perataan laba.
Rasio ini adalah rasio antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan
tetapnya berupa bunga atau mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa
Artinya, setiap 1 rupiah beban bunga dijamin oleh sekian rupiah laba
37
usaha perusahaan. Jika nilai times interest earned dibawah 1.5 maka kurang baik
karena jika rasionya sebesar 1.00 maka EBIT yang didapat perusahaan hanya
angsuran pinjaman, dan sewa. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan
persen laba perusahaan. Jika nilai Fixed Charge Coverage dibawah 1.5 maka
kurang baik karena jika rasiomya sebesar 1.00 maka income before tax yang akan
38
3. Pendapatan mengukur
yang dapat mengukur atau menentukan nilai dari besar atau kecilnya suatu
perusahaan.
masyarakat akan menilai besar kecilnya perusahaan dengan melihat bentuk fisik
perusahaan. Dapat dibenarkan bahwa perusahaan yang dari luar terlihat megah
dan besar diartikan sebagai perusahaan berskala besar. Namun, hal itu tidak
besar.
tersebut baik melalui cara yaitu menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis.
melakukan perataan laba karena kenaikan laba yang terlalu drastis akan
penurunan laba yang dratis maka akan memberikan kesan terjadinya krisis di
2018).
39
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian (Ditiya & Sunarto, 2019)
dengan penelitian yang dilakukan oleh (Jaya & Dillak, 2019) bahwa ukuran
(Mirwan & Amin, 2020) bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
perataan laba.
kategori yaitu terdiri dari usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha
yang dimiliki oleh perusahaan dan total penjualan tahunan perusahaan tersebut.
tersebut yaitu :
1. Usaha Mikro
2. Usaha Kecil
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
40
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
3. Usaha Menengah
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
4. Usaha Besar
Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan
usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih
besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara
atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan
ekonomi di Indonesia.
adalahsebagai berikut :
Keseluruhan Aktiva lancar yaitu uang kas dan aktiva- aktiva lain atau
41
2. Besarnya Hasil Penjualan
3. Besarnya Kapitalisasi
pada harga keseluruhan dari sebuah perusahaan yaitu harga yang harus
perusahaan tersebut.
menggunakantotal aset, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain (Mirwan &
Amin, 2020). Firm Size diukur dengan mentrasformasikan total aset yang dimiliki
dengan menggunakan Log Natural Total Aset dengan tujuan agar mengurangi
fluktuasi data yang berlebih. Dengan menggunakan log natural, jumlah aset
dengan nilai ratusan miliar bahkan triliun akan disederhanakan, tanpa mengubah
Indikator :
Total Aset = jumlah aktiva yang terdiri dari aktiva lancar, aktiva tetap
42
Ln = Log Natural
Satuan = % (Persentase)
atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa
maka akan mengurangi laba yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total
perbandingan laba yang dibagikan kepada para pemilik saham dalam bentuk
saham, dan penarikan kembali saham yang beredar. Semua alternatif kebijakan ini
jumlah laba yang akan dibagikan kepada para investor. Dalam penelitian ini
dividend payout ratio digunakan untuk mengukur berapa besar jumlah laba yang
laba akan diberikankepada para pemegang saham atau ditahan dalam bentuk
investasi. Persentasi laba yang meningkat yang dibayarkan sebagai dividen dapat
43
memberikan pandangan kepada investor bahwa kinerja perusahaan baik. Semakin
tinggi tingkat dividend payout ratio maka risiko yang dihadapi perusahaan akan
semakin tinggi.
sebagai tanda bahwa suatu perusahaan dapat menemui waktu sulit dividen
laba berbentuk dividen dengan bagian yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan
yang labanya berfluktuasi (Masluhah & Asyik, 2018). Hasil penelitian oleh
perataan laba. Dan didukung dengan penelitian oleh (Doraini & Wibowo, 2017)7
perataan laba.
memutuskan apakah laba yang diperoleh selama satu periode akan dibagi semua
atau akan dibagi sebagai dividen dan sebagian lagi akan disimpan sebagai laba
44
dalam menginvestasikan dananya kedalam instrumen saham tentunya
menginginkan return yang tinggi. Return dari saham dapat diperoleh dari capital
Menurut the bird in hand theory yang dikemukakan oleh Gordon (1963)
dalam (Ass & Sumarni, 2019) menyatakan bahwa investor lebih memilih dividen
karena dianggap lebih pasti dibandingkan dengan capital gain. Sementara jika
dikaitkan dengan pajak, maka investor cenderung lebih memilih capital gain. Hal
ini karena pajak dari dividen lebih tinggi dibandingkan dengan pajak capital gain.
memberikan signal yang buruk bagi investor yang menandakan bahwa kondisi
perusahaan tersebut akan turun yang artinya para investor enggan untuk
Dividen akan diberikan secara tetap per lembar sahamnya untuk jangka
45
Dividen stabil ini dipertahankan untuk beberapa tahun, kemudian bila laba
yang diperoleh meningkat dan stabil, maka dividen akan ditingkatkan dan
akan dipertahankan.
Kebijakan ini memberikan dividen yang besarnya sama dengan laba yang
diperoleh perusahaan.
(Ass & Sumarni, 2019) juga menjelaskan terdapat 3 cara yang digunakan
dibagikan besar maka hal tersebut dapat meningkatkan harga saham dan
DividendPersh are
DPR = Earningpersh are
46
2. Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share)
Apabila laba per saham suatu perusahaan tidak memenuhi harapan para
saham. Earning per share yaitu rasio yang menunjukkan pendapatan yang
labaBersi h
EPS = Jumla h Sa h am Beredar
Deviden per lembar saham merupakan total semua deviden tunai yang
yang beredar.
Dividend
DPS = Jumlah Saham Beredar
Penelitian terdahulu sangat penting bagi peneliti karena menjadi salah satu
Berikut adalah penelitian terdahulu dari beberapa jurnal terkait dengan penelitian
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
47
Tahun
48
Profitabilitas, Net Variabel Dependen : laba yang artinya
ProfitMargin, dan Praktik Perataan Laba bahwa kinerja
Ukuran Perusahaan, perusahaan dinilai
Variabel Dependen : semakin baik. Kinerja
Praktik Perataan Laba keuangan yang baik
juga dapat disebabkan
dengan adanya
perataan laba yang
dilakukan oleh
manajemen.
5 (Dalimunthe Variabel Independen : Variabel Independen : Hasilnya
& Prananti, Financial Leverage menunjukkan bahwa
2019) Cash Holding, Variabel Dependen : tidak terdapat
Profitabilitas, dan Perataan Laba pengaruh dari cash
Financial Leverage (Income Smoothing) holding terhadap
Income Smoothing.
Variabel Dependen :
Terdapat pengaruh
Perataan Laba (Income dari profitabilitas
Smoothing) yang diproksikan
dengan net profit
margin (NPM),
Financial leverage
yang diproksikan
dengan debt to
equity ratio (DER)
terhadap perataan
laba.
6 (Lahaya, Variabel Independen : Variabel Independen : Hasil penelitian
2017) Dividend Payout Ratio, Ukuran Perusahaan Secara simultan
Risiko Keuangan, Nilai Variabel Dependen : Dividend Payout
Perusahaan, dan Perataan Laba Ratio, Risiko
Ukuran Perusahaan Perusahaan, Nilai
Perusahaan, dan
Variabel Dependen : Ukuran Perusahaan
Perataan Laba berpengaruh
signifikan terhadap
tindakan perataan
laba, dengan nilai
signifikansi F
sebesar 0,015
(<0,05).
7 (Masluhah Variabel Independen : Variabel Independen : Penelitian ini
&Asyik, Kebijakan Dividen, menunjukkan hasil
2018) Profitabilitas, Ukuran Perusahaan bahwa terdapat
49
Kebijakan Dividen, dan Variabel Dependen : pengaruh positif dan
Ukuran Perusahaan Praktik Incomesignifikan dari
Smoothing variabelProfitabilita
Variabel Dependen : s terhadap praktik
Income Smoothing,
Praktik Income
sedangkan variabel
Smoothing
Kebijakan Dividen
dan Ukuran
Perusahaan tidak
terdapat pengaruh
secara signifikan
terhadap Praktik
Income Smoothing
8 (Jayanti etVariabel Independen : Variabel Independen : Hasil penelitian
al., 2018) Profitabilitas, Ukuran menunjukkan bahwa
Perusahaan, Dividend Ukuran Perusahaan profitabilitas dan
Payout Ratio. Variabel Dependen : dividend payout ratio
berpengaruh negatif
Variabel Dependen : Perataan Laba terhadap perataan
laba, sedangkan
Perataan Laba
ukuran perusahaan
berpengaruh positif
terhadap perataan
laba. Struktur
kepemilikan
manajerial
memoderasi atau
memperlemah
pengaruh
profitabilitas, ukuran
perusahaan, dan
dividend payout ratio
terhadap perataan
laba.
50
variabel komite audit
dapat memoderasi
secara negatif antara
pengaruh dari
profitabilitas terhadap
perataan laba,
kemudian untuk
variabel komite audit
tidak dapat
memoderasi pengaruh
dari leverage terhadap
perataan laba, dan
komite audit tidak
dapat memoderasi
secara negatif
pengaruh kebijakan
dividen terhadap
perataan laba.
51
Kepemilikan Publik Variabel Dependen : memiliki pengaruh
positif signifikan
Variabel Dependen : Perataan Laba terhadap Income
Smoothing. Struktur
Perataan Laba
kepemilikan publik
memiliki efek negatif
yang signifikan
terhadap Penghasilan
Perputaran ketika
perbedaan-pajak tidak
berpengaruh pada
Perataan Penghasilan.
52
higher amount of CSR
expenditure. Our
results are consistent
with the theoretical
logics and prior
studies that focused
on large companies in
advanced economies
but contradict studies
in emerging
economies.
Shareholders and
analysts should
understand that
financial institutions
allocate their free
cash flow for CSR
expenditure, and thus,
they should be
cautious and monitor
companies with
higher free cash
flows.
53
firms’ value,
especially in a
regulated market like
Nigeria and that
market risk moderates
the relationship
between income
smoothing and value
of Nigerian listed
firms.
54
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya
FREE CASH
H1 H1
FLOW (X1)
H2
FINANCIAL PERATAAN
LEVERAGE (X2) LABA (Y)
H3
UKURAN
PERUSAHAAN (X3) H4 H5 H6
Gambar 2.3
Kerangka Pikir
2.4 Hipotesis
2.4.1 Pengaruh free cash flow terhadap perataan laba pada perusahaan
manajemen untuk melakukan manajemen laba. Hal ini terjadi karena adanya
masalah keangenan (Hastuti et al., 2018). Free cash flow atau arus kas bebas
merupakan sisa kas yang dimiliki perusahaan yang berasal dari sisa pembelian
memiliki arus kas bebas yang tinggi akan cenderung tidak melakukan manajemen
55
laba, sedangkan pada perusahaan yang memiliki arus kas bebas yang rendah
besar free cash flow maka semakin tinggi peluang tindakan perataan laba dalam
perusahaan. Maka hal ini di indikasikan bahwa apabila perusahaan memiliki free
cash flow tinggi maka peluang untuk melakukan perataan laba dalam perusahaan
juga semakin tinggi dikarenakan sisa kas yang tersedia diperusahaan akan
menurut (Sekartini et al., 2021) free cash flow berpengaruh positif dan signifikan
H1 : Free Cash Flow berpengaruh secara signifikan terhadap perataan laba pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI) tahun 2016-
2020
menggunakan aktiva untuk menjamin hutang. DAR merupakan rasio hutang yang
digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.
Maksudnya adalah gambaran dari seberapa besar penggunaan aktiva yang dibiayai
priodik atas beban bunga dan pokok hutang. Semakin besar hutang perusahaan
56
maka semakin besar pula resiko yang dihadapi sehingga investor akan meminta
seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang. Diduga bahwa semakin tinggi
tingkat leverage, maka risiko yang harus ditanggung oleh pemilik modal dan
kreditor juga akan semakin meningkat. Tindakan manajer untuk meratakan laba
dipimpinnya mempunyai risiko yang rendah dan merupakan lahan yang menarik
untuk menanamkan modal bagi para investor. Hubungan antara leverage dengan
oleh Nugraha & Dillak (2018) dan penelitian oleh Revinsia et al. (2019)
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI) tahun
2016-2020
2016-2020
57
Ukuran perusahaan diindikasikan sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Hal ini berdasarkan pada size
2018)
positif terhadap indeks perataan laba. Perusahaan yang lebih besar mempunyai
dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan praktik perataan laba
dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil, karena perusahaan yang besar
diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, sebab kenaikan
besar dipandang memiliki teknik manajemen yang tertata secara baik apalagi
Hasil penelitian oleh (Nugraha & Dillak, 2018) dan penelitian oleh
58
signifikan antara ukuran perusahaan atau firm size terhadap perataan laba.
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia (BEI) tahun
2016-2020
2.4.4 Pengaruh free cash flow terhadap perataan laba yang di moderasi oleh
Perusahaan dengan Free cash flow yang tinggi akan memiliki kesempatan
yang lebih besar untuk melakukan manajemen laba, karena perusahaan tersebut
terindikasi menghadapi masalah keagenan yang lebih besar (Kodriyah & Fitri,
2017). Adanya kebijakan dividen disuatu perusahaan maka setiap kebijakan akan
dipilih dengan teliti agar tidak merugikan pemilik perusahaan, karena kebijakan
dividen yang cukup besar oleh manajemen dan pemikiran untuk mengembangkan
59
2.4.5 Pengaruh financial leverage terhadap perataan laba yang dimoderasi
maka semakin besar pula risiko yang dihadapi investor sehingga investor akan
untuk meratakan laba ini diduga karena manajer ingin menunjukkan bahwa
semakin besar karena kebijakan dividen tentunya akan berubah sesuai dengan
positif terhadap indeks perataan laba. Ukuran perusahaan berbanding lurus dengan
60
kebijakan dividen perusahaan. Di suatu Perusahaan yang besar cenderung
membagikan dividen yang tinggi, hal ini dilakukan untuk menjaga reputasi di
yang diukur dengan total aktiva mempunyai pengaruh positif terhadap indeks
hipotesis bahwa :
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bursa Efek Indonesia (BEI), yang laporan keuangannya telah diaudit oleh
Akuntan Publik selama periode 2016 – 2020 dan dapat diperoleh melalui website
Didalam penelitian ini variabel yang diteliti ada dua variabel yaitu sebagai
berikut :
61
Variabel dependen sering disebut dengan variabel output, kriteria, konsekuen.
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2016a). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
dependen adalah :
Perataan laba adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan
CVΔI
IndeksEckel =
CVΔS
variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
(Sugiyono, 2016a). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah
sebagai berikut :
62
Free cash flow (aliran bebas kas) adalah cash flow yang tersedia untuk
kelangsungan usahaanya (Tarmizi & Agnes, 2016). Free cash flow dapat
CFO−CFI
FCF= x 100 %
Total Asset
Total Utang
DER=
Total Modal
besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara antara lain dengan total
aktiva, log size, nilai pasar saham, dan lain-lain. (Rosa Dewinta & Ery
63
Variabel moderasi adalah variabel yang memperkuat atau memperlemah
sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna
Divided Pershare
DPR=
Earning Pershare
Tabel 3.1
Defenisi Operasional dan Alat Ukur Variabel
No Variabel Defenisi Operasional Rumus
64
No Variabel Defenisi Operasional Rumus
diperlukan untuk
mempertahankan
kelangsungan usahaanya
(Tarmizi & Agnes, 2016)
65
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tetentu yang ditetapkan oleh peneliti
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 – 2020 yaitu
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi, dimana sampel yang baik adalah
sampel yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik dari seluruh populasi
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang telah
tujuan atau target tertentu dalam memilih sampel secara tidak acak. Teknik dalam
sebagai berikut :
2016-2020.
66
2. Perusahaan manufaktur yang menghasilkan laba selama periode penilitian
pengamatan.
keuangannya.
berikut :
Tabel 3.2
Kriteria Pemilihan Sampel
No Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah
67
Tabel 3.3
Sampel Penelitian
N Emite Tanggal
Nama Perusahaan
o n IPO
1 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk 18-Des-92
2 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk 17-Jul-01
3 ASII Astra International Tbk 04-Apr-90
4 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 09-Jul-96
5 CINT Chitose Internasional Tbk 27-Jun-14
6 CPIN Charoen Pokphand Indonesia Tbk 18-Mar-91
7 DLTA Delta Djakarta Tbk 12-Feb-84
8 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk 08-Agust-90
9 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk 11-Nop-94
10 EKAD Ekadharma International Tbk 14-Agust-90
11 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk 01-Des-94
12 GGRM Gudang Garam Tbk 07-Agust-90
13 HMSP H.M. Sampoerna Tbk 15-Agust-90
14 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 07-Okt-10
15 IMPC Impack Pratama Industri Tbk 17-Des-14
16 INAI Indal Alumunium Industry Tbk 05-Des-94
17 INCI Intan Wijaya International Tbk 24-Jul-90
18 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 14-Jul-94
19 INDS Indospring Tbk 10-Agust-90
20 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 05-Des-89
21 JPFA Japfa Comfeed Indonesia Tbk 23-Okt-89
22 KAEF Kimia Farma Tbk 04-Jul-01
23 KBLM Kabelindo Murni Tbk 01-Jun-92
24 KLBF Kalbe Farma Tbk 30-Jul-91
25 MERK Merck Tbk 23-Jul-81
26 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk 17-Jan-94
27 MYOR Mayora Indah Tbk 04-Jul-90
Supreme Cable Manufacturing and Commerce
28 SCCO 20-Jul-82
Tbk
29 SIDO Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk 18-Des-13
30 SKLT Sekar Laut Tbk 19-Jul-76
31 SMBR Semen Baturaja (Persero) Tbk 28-Jun-13
32 SMSM Selamat Sempurna Tbk 09-Sep-96
33 TRST Trias Sentosa Tbk 02-Jul-90
34 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk 17-Jan-94
Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company
35 ULTJ 02-Jul-90
Tbk
68
N Emite Tanggal
Nama Perusahaan
o
36 n
UNVR Unilever Indonesia Tbk IPO
11-Jan-82
37 WTON Wijaya Karya Beton Tbk 11-Mar-97
Sumber : www.idx.co.id
data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, melalui media perantara.
lain-lain.
searcing.
69
informasi dari berbagai era tersedia didalamnya. Internet searching
regresi logistik karena terdapat variabel dummy pada variabel terikatnya yaitu
perataan laba. Seluruh penyajian dan analisis data yang digunakan pada penelitian
ini menggunakan bantuan program IBM SPSS (Statistical Package for Social
asumsi normalitas data pada variabel bebasnya (Mustari, 2018) dan mengabaikan
heteroskedastisitas. Penelitian ini diuji dengan beberapa uji statistik yang terdiri
dari uji statistik deskriptif, model regresi logistik, dan pengujian residual.
variabel dalam penelitian ini, nilai rata-rata (mean), standar deviasi (standard
skewness. Data pada statistik deskriptif ini nantinya akan disajikan dengan baik
70
Analisis regresi logistik adalah suatu bentuk analisis khusus yang dimana
variabel terikatnya bersifat kategori dan variabel bebasnya bersifat kategori dan
uji interaksi atau biasa disebut dengan Moderated Regression Analysis (MRA).
atau lebih independen). Uji ini dilakukan dengan cara mengalikan dua atau lebih
variabel bebasnya. Jika hasil perkalian dua variabel bebas tersebut signifikan
maka variabel tersebut memoderasi hubungan antara variabel bebas dan variabel
tergantungnya (Fierdha et al., 2015). Teknik analisis ini tidak memerlukan lagi uji
normalitas dan uji asumsi klasik pada variabel bebasnya. Regresi logistik tidak
model. Artinya varibel penjelasan tidak harus memiliki distribusi normal, linier
maupun memiliki varian yang sama dalam setiap grup. Model probabilitas tidak
distribusi probabilitas Bernoulli 1 jika kejadian terjadi dan 0 jika kejadian tidak
terjadi. Kelemahan ini tidak begitu masalah karena akan menghasilkan estimator
mendekati normal.
Model Regresi: 1
71
1
Ln = α + β1FCF+ β2FL+ β3UP + e
PL
Model Regresi: 2
1
Ln = α + β1FCF+ β 2FL+ β 3UP + β4FCF*KD+ β5FL*KD+ β6UP*KD +e
PL
Dimana :
α = Konstanta
PL = Perataan Laba
UP = Ukuran Perusahaan
KD = Kebijakan Dividen
-2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (block Number=0), dimana model hanya
72
memasukkan konstanta dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir
bebas, apabila nilai -2LL Block Number = 0 >nilai – 2LL Block Number =1,
hal ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model
hasil Overal Classification Rate dapat dilihat pada matrik klasifikasi dengan
Cuoff 50%.
73
DAFTAR PUSTAKA
74
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun 2011-2015 ) THE EFFECT OF
AUDIT COMMITTEE. Jurnal Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, 3(3), 3341–
3348.
Budiansyah, H., & Rasyid, A. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Income
Smoothing Pada Perusahaan Manufaktur Di BEI. I(3), 844–851.
Dalimunthe, I. P., & Prananti, W. (2019). PENGARUH CASH HOLDING ,
PROFITABILITAS , DAN FINANCIAL LEVERAGE TERHADAP
INCOME SMOOTHING PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR.
Diponegoro Journal of Accounting, 1(1), 13–30.
Ditiya, Y. D., & Sunarto. (2019). Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Financial
Leverage, Boox Tax Differences dan Kepemilikan Publik Terhadap Perataan
Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa a
Efek Indonesia Periode 2014-2017). Journal of Chemical Information and
Modeling, 8(1), 51–63.
https://doi.org/https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Doraini, S. A., & Wibowo, S. S. A. (2017). Pengaruh ukuran perusahaan,
kebijakan dividen, kinerja keuangan, dan konvergensi IFRS perusahaan
terhadap tindakan income smoothing. Journal of Applied Accounting and
Taxation, 2(2), 187–197.
Dr. Darmawan, M. A. (2018). MANAJEMEN KEUANGAN: Memahami
Kebijakan Dividen, Teori dan Praktiknya di Indonesia (M. Lilis Renfiana,
SE (ed.)). Salsabilla Shafa Adrza.
https://www.google.co.id/books/edition/MANAJEMEN_KEUANGAN_Me
mahami_Kebijakan_Di/TtsXEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=kebijakan+dividen&printsec=frontcover
Fierdha, Kurniawan, H., & Purnamasari, P. (2015). Pengaruh Audit Rotation Dan
Audit Tenure Terhadap Kualitas Audit Dengan Fee Audit Sebagai Variabel
Pemoderasi (Studi Pada Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2012-
2014). 1–10.
Fitriani, A. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Financial
Leverage terhadap Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) pada
Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-
2015. Jurnal Samudra Ekonomi Dan Bisnis, 9(1), 50–59.
https://doi.org/10.33059/jseb.v9i1.461
Haniftian, R. A., & Dillak, V. J. (2020). PENGARUH PROFITABILITAS,
CASH HOLDING, DAN NILAI PERUSAHAAN TERHADAP
PERATAAN LABA (Studi Kasus Pada Perusahaan LQ45 yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2018). Jurnal AKUNTANSI & EKONOMI
FE. UN PGRI Kediri, 5(1), 88–98.
http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/JIA
75
Hastuti, C. S. F., Arfan, M., & Diantimala, Y. (2018). The Influence of Free Cash
Flow and Operating Cash Flow on Earnings Management at Manufacturing
Firms Listed in the Indonesian Stock Exchange. International Journal of
Academic Research in Business and Social Sciences, 8(9), 1133–1146.
https://doi.org/10.6007/ijarbss/v8-i9/4686
Herlambang, akbar roy. (2017). Analisis Pengaruh Free Cash Flow Dan Financial
Leverage Terhadap Manajemen laba Dengan Good Corporate Governance
Sebagai Variabel Moderasi. Angewandte Chemie International Edition,
6(11), 951–952., 4(1), 15–29.
Iskandar, A. F., & Suardana, K. A. (2016). PENGARUH UKURAN
PERUSAHAAN , RETURN ON ASSET , DAN WINNER / LOSER
STOCK TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana ( Unud ), Bali-Indonesia Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana ( Unud ), Bali-Indonesia Lapora. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana, 14(2), 805–834.
Islam, S. M. T., & Ghosh, R. A. K. (2021). Slack resources, free cash flow and
corporate social responsibility expenditure: evidence from an emerging
economy. Journal of Accounting in Emerging Economies, 11(4), 533–551.
https://doi.org/10.1108/JAEE-09-2020-0248
Jaya, M. N. F., & Dillak, V. J. (2019). Income smoothing : Ukuran Perusahaan,
Leverage, Profitabilitas, dan Umur Perusahaan (Studi Pada Perusahaan yang
Termasuk dalam Indeks KOMPAS100 Tahun 2013 s.d. 2017). Journal of
Accounting Research, 11(2), 85–95.
Jayanti, K. T., Dewi, P. E. D. M., & Sujana, E. (2018). Pengaruh Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan, dan Dividend Payout Ratio Pada Praktik Perataan Laba
Dengan Struktur Kepemilikan Manajerial Sebagai Variabel Moderasi Pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2014-2017. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Akuntansi, 9(1), 121–132.
Kodriyah, & Fitri, A. (2017). Pengaruh Free Cash Flow dan Leverage Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur di BEI. Jurnal Akuntansi,
3(2), 64–76.
Kusmiyati, S. D., & Hakim, M. Z. (2020). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Cash Holding, Debt To Equity Ratio Dan Net Profit Margin
Terhadap Perataan Laba. Jurnal Profita, 13(1), 58.
https://doi.org/10.22441/profita.2020.v13.01.005
Lahaya, I. A. (2017). Pengaruh Dividend Payout Ratio, Risiko Keuangan, Nilai
Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba (Studi pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia Listing di Bursa
Efek Indonesia). Akuntabel, 14(1), 11.
https://doi.org/10.29264/jakt.v14i1.1321
76
Masluhah, S., & Asyik, N. F. (2018). PENGARUH PROFITABILITAS,
KEBIJAKAN DIVIDEN, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
PRAKTIK INCOME SMOOTHING. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 7(2),
1–21.
Mirwan, D. R., & Amin, M. N. (2020). Pengaruh Financial Leverage,
Profitabilitas, Net Profit Margin, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik
Perataan Laba. Jurnal, 53(9). https://doi.org/10.29259/ja.v14i2.10982
Mustari, R. (2018). “Pengaruh auditor switching, audit tenure, dan company size
terhadap audit quality dengan fee audit sebagai variabel moderasi.”
Nazalia, N., & Triyanto, D. N. (2018). Pengaruh Free Cash Flow, Financial
Distress, dan Employee Diff terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi,
Audit Dan Sistem Informasi Akuntansi.
Nugraha, P., & Dillak, V. J. (2018). Profitabilitas , Leverage Dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Perataan Laba. Jurnal Riset Akuntansi Komputer,
10(1), 42–48.
Nugroho, S. A., Kuntari, Y., & Triani, T. (2021). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Financial Leverage, Profitabilitas dan Nilai Saham pada Tindakan Perataan
Laba. Jurnal Ilmiah Aset, 23(1), 85–96. https://doi.org/10.37470/1.23.1.179
Oktoriza, L. A. (2018). Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan,
Nilai Perusahaan, Aktfitas Komite Audit dan Kepemilikan Manajerial
Terhadap Praktik Perataan Laba. Journal of Management & Business, 1(2),
188–203.
Ovami, D. C., & Lubis, R. H. (2019). Income Smoothing Perusahaan Manufaktur.
52(19), 29–31.
Pranaditya, A., Andini, R., & Andika, A. D. (2021). Pengaruh Pertumbuhan
Penjualan dan Leverage (M. I. Syairozi (ed.)).
Pratiwi, N. W. P. I., & Damayanthi, I. G. A. E. (2017). ANALISIS PERATAAN
LABA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA Ni. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 20(1), 496–525.
Ramadhanti, F. (2020). Pengaruh earning power, ukuran perusahaan dan free cash
flow terhadap manajemen laba riil dengan dewan komisaris independen
sebagai variabel moderasi. SKRIPSI-2020.
Rosa Dewinta, I., & Ery Setiawan, P. (2016). PENGARUH UKURAN
PERUSAHAAN, UMUR PERUSAHAAN, PROFITABILITAS,
LEVERAGE, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN TERHADAP TAX
AVOIDANCE. E-Jurnal Akuntansi.
Rossi, E. (2018). Pengaruh Good Corporate Governance, Free Cash Flow dan
77
Devidend Payout Ratio Terhadap Tingkat Perataan Laba. Journal of
Chemical Information and Modeling, 01(01), 1689–1699.
Rowena, J., & Hendra. (2020). Praktik Perataan Laba dan Faktor - Faktor yang
Mempengaruhinya. JURNAL ONLINE INSAN AKUNTAN, 5(2), 183–196.
https://doi.org/10.24843/eja.2020.v30.i11.p12
Salah, O. Ben, & Jarboui, A. (2021). Dividend policy , earnings management and
the moderating e ff ect of corporate governance in the French context.
https://doi.org/10.1108/JFEP-02-2021-0034
Sanjaya, W., & Suryadi, L. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Income
Smoothing Pada Perusahaan Manufaktur Periode 2014-2016. XXIII(03),
347–358.
Saputri, Y. Z., Auliyah, R., & Yuliana, R. (2017). Pengaruh Nilai Perusahaan,
Pertumbuhan Perusahaan dan Reputasi Auditor Terhadap Perataan Laba Di
Sektor Perbankan. Neo Bis, 11(2), 122–140.
Sari, N. P., & Khafid, M. (2020). Peran Kepemilikan Manajerial dalam
Memoderasi Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan,
Kebijakan Dividen Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan BUMN.
Moneter - Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 7(2), 222–231.
https://doi.org/10.31294/moneter.v7i2.8773
Sekartini, N. M., Novitasari, N. L. G., & Saitri, P. W. (2021). Pengaruh
Profitabilitas, Net Profit Margin Dan Free Cash Flow Terhadap Perataan
Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
JURNAL KHARISMA, 3(3), 122–131.
Septiani, N. P. N., & Suaryana, I. G. N. A. (2018). Pengaruh Profitabilitas ,
Ukuran Perusahaan , Struktur Aset , Risiko Bisnis dan Likuiditas pada
Struktur Modal. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 22(3), 1682–
1710. https://doi.org/https://doi.org/10.24843/EJA.2018.v22.i03.p02
Setyaningsih, E. (2018). Kisruh AISA antara penggelapan dana dan gurihnya
bisnis Taro. Https://Www.Alinea.Id/. https://www.alinea.id/bisnis/kisruh-
aisa-antara-penggelapan-dana-dan-gurihnya-bisnis-taro-b1U2E9cO2
Sudarmadi, Rispantyo, & Sunarko, M. R. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Financial Leverage dan Net Profit Margin Terhadap Perataan
Laba. Jurnal Akuntansi Dan Sistem Teknologi Informasi, 15(3), 312 – 322.
Suganda, T. R. (2018). Teori dan Pembahasan Reaksi Pasar Modal di Indonesia.
Even Study.
Sugiyono. (2016a). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016b). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. In CV
78
Alfabeta. https://doi.org/https://doi.org/10.3929/ethz-b-000238666
Tarmizi, R., & Agnes, T. (2016). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen
Pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang Terdaftar di Bei. Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan Universitas Bandar Lampung., 7(1), 103–119.
Thoharo, A. (2018). Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Kebijakan Dividen
Terhadap Income Smoothing Dengan Komite Audit Sebagai Variabel
Pemoderasi. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 7(2), 2–3.
Toni, D. N. (2021). Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) Perusahaan :
Strategi Peningkatan Profitabilitas, Financial Leverage, Dan Kebijakan
Dividen Bagi Perusahaan (Abdul (ed.)).
Tualeka, J. S., Tenriwaru, T., & Kalsum, U. (2019). Pengaruh Free Cash Flow
Dan Financial Leverage Terhadap Manajemen Laba Dengan Good Corporate
Governance Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Penelitian Dan
Pengembangan Akuntansi, 13(01), 69–82.
https://doi.org/10.35129/simak.v18i02.149
Wareza, M. (2019). Tiga Pilar dan Drama Penggelembungan Dana.
Https://Www.Cnbcindonesia.Com/.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190329075353-17-63576/tiga-
pilar-dan-drama-penggelembungan-dana
Yogi, L. M. D. P., & Damayanthi, I. G. A. E. (2016). Pengaruh Arus Kas, Capital
Adequacy Ratio dan Good Corporate Governance Pada Manajemen Laba. E-
Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 15(2), 1056–1085.
Zuhria, S. F., & Riharjo, I. B. (2016). Pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow,
Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang.
Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 5(11), 1–21.
79