D3 Keperawatan
D3 Keperawatan
D3 Keperawatan
DISUSUN OLEH :
IKA YUNNIASTUTI
NIM : 130151037
DISUSUN OLEH :
IKA YUNNIASTUTI
NIM : 130151037
i
LEMBAR PENGESAHAN
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji KTI Program Studi DIII
Keperawatan dan telah dilakukan revisi hasil sidang KTI
TIM PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 11 Juli 2018
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli
karya tulis ilmiah ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
Universitas MH Thamrin.
3. Ibu Atikah Pustikasari, SKM., MKM selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
5. Ibu Ns. Sri Suryati, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing saya yang telah
6. Ibu Ns. Nurma Dewi, S.Kep., M.Kes selaku dosen penguji saya yang telah
memberikan saran sehingga karya tulis ilmiah ini lebih baik lagi.
7. Ibu Ns. Sakilah, S.Kep selaku tim penguji karya tulis ilmiah saya yang telah
menguji dan memberikan saran agar karya tulis ilmiah ini lebih baik lagi.
8. Ibu Ns. Helena Golang, S.Kep., M.Kep., Sp. Kep. An selaku Pembimbing
Keperawatan yang telah memberi banyak motivasi saya untuk terus maju.
v
9. Seluruh dosen dan civitas akademika terutama Program Studi DIII
10. Para partisipan dan keluarga yang telah bersedia untuk dilakukan penelitian.
11. Bapak Slamet Hartono dan Ibu Asminah serta kedua adik saya Marlinna
Ratna Dewi dan Bagas Ramadhan yang telah memberi doa dan dukungan
12. Sahabat saya Tika, Lucy, dan Ersa terima kasih telah memotivasi dan
13. Sahabat saya Karunia, Indah, Iren, Puji, dan Mila yang selalu memberi
14. Rekan-rekan pejuang KTI saya, Karunia, Yayah, Milah, Iren, Resti, dan Ka
Yustin.
ilmiah ini.
16. Semua pihak yang telah berkontribusi dan memberi bantuan dalam
Penulis
vi
DAFTAR ISI
COVER LUAR
COVER DALAM ..................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x
ABSTRAK ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Batasan Masalah..................................................................... 6
1.3 Rumusan Masalah................................................................... 7
1.4 Tujuan ..................................................................................... 8
1.4.1 Tujuan Umum............................................................. 8
1.4.2 Tujuan Khusus............................................................ 8
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................. 9
1.5.1 Manfaat Teoritis.......................................................... 9
1.5.2 Manfaat Praktis........................................................... 9
vii
3.5 Pengumpulan Data.................................................................. 51
viii
3.6 Uji Keabsahan Data................................................................ 54
3.7 Analisis Data........................................................................... 54
3.8 Etik Penelitian......................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
Nama : Ika Yunniastuti
NIM : 130151037
Judul : Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Tuberkulosis
Paru Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
ABSTRAK
Latar Belakang : Tuberculosis (TB) merupakan contoh lain infeksi saluran nafas
bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme Mycobacterium
Tuberculosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet),
dari satu individu ke individu lainnya, dan membentuk kolonisasi di bronkiolus
atau alveolus. Tujuan penelitian ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada
klien yang mengalami ketidakefektifan bersihan jalan napas selama 3x24 jam.
Metode : Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara,
obeservasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Penelitian dilakukan selama
3x24 jam dari tanggal 5 Maret 2018 sampai tanggal 9 Maret 2018 di lantai V,
Ruang Edelweis Barat, Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih Jakarta.
Hasil : Hasil dari penelitian ini adalah terdapat diagnosa prioritas yang sama
antara klien 1 dan klien 2 yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas. Tindakan
yang diberikan pada kedua klien diantaranya mengkaji respirasi klien,
memberikan posisi fowler/semi fowler, memberikan terapi oksigen, melatih batuk
efektif, dan berkolaborasi dengan Dokter dalam pemberian obat. Namun, pada
tahap evaluasi, kesenjangan terlihat antara klien 1 dan klien 2 diantaranya klien 1
masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi sedangkan pada klien 2
belum teratasi.
Kesimpulan : Tidak semua klien yang mengalami Tuberkulosis Paru memiliki
hasil dan respons tubuh yang sama bila dilakukan tindakan yang sama. Hal ini
dipengaruhi oleh terapi medikasi yang diberikan, faktor pendukung keluarga, serta
riwayat penyakit klien.
xi
BAB I
PENDAHULUAN
paling terserang selama sejarah manusia, selain lepra. Center for Disease
paru, meskipun semua organ dapat terkena. Berbeda pula dengan teori
contoh lain infeksi saluran nafas bawah. Penyakit ini disebabkan oleh
juga dapat masuk ke tubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu
dan inflamasi yang kuat. Karena respons yang hebat ini, terutama yang
1
tuberkulosis aktif yang menularkan penyakit ke individu lain dan hanya
selama masa infeksi aktif. Kelompok orang yang berisiko besar terinfeksi
dunia pada tahun 1999, dengan jumlah kematian sebanyak 3 juta orang per
Sebanyak 75% dari penderita berusia 15-50 tahun (usia produktif). WHO
WHO, di Indonesia terdapat 460.000 kasus TB baru per tahun. Satu tahun
kemudian, tahun 2015, angka tersebut melonjak menjadi satu juta kasus
TB baru. Dari angka satu juta tersebut, sebanyak 120.000 kasus (12%)
2
dan sebanyak 900.000 (90%) menyerang paru-paru (Tim Program TB St.
paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0,4 persen, dengan lima
(0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo (0,5%), Banten (0,4%) dan Papua
Barat (0,4%). Proporsi penduduk dengan gejala TB paru batuk lebih dari 2
minggu sebesar 3,9% dan batuk darah 2,8 persen. Sedangkan berdasarkan
angka notifikasi kasus atau Case Notification Rate (CNR), angka notifikasi
kasus BTA+ pada tahun 2013 di Indonesia sebesar 81,0 per 100.000
(35,2), Bali (40,1), dan Jawa Tengah (60,6), sedangkan provinsi tertinggi
Barat, bahwa tercatat pada bulan Desember tahun 2017 terdapat 90 klien
yang mengalami TB Paru, pada bulan Januari tahun 2018 terdapat 61 klien
yang mengalami TB Paru, dan pada bulan Februari tahun 2018 terdapat 63
puluh lima tahun yang lalu, seorang Jerman bernama Robert Koch
3
mengungkapkan penemuannya tentang kuman penyebab penyakit TB.
korban penyakit yang ditakuti ini, yang pernah disebut ‘penyakit putih
asupan gizi, buruknya sanitasi dan perumahan seperti kurang cahaya dapat
kalangan bawah yang menjadi korban TB. Sejumlah raja dan pangeran di
Eropa juga terkena penyakit ini. Misalnya, kakak Ratu Emma dari Belanda
4
adik Kaisar Hirohito dari Jepang. Keduanya meninggal karena TB. Artis
dunia ternama juga pernah menjadi korban TB. Salah satunya Frederic
Chopin, artis, pianis, dan komponis terkenal musik klasik romantik dari
tidak luput dari peran perawat yang juga dapat membantu menurunkan
5
lain. Jika ada keluarga yang mengalami penyakit tuberkulosis ajarkan
penderita tersebut menutup hidung atau mulut ketika sedang batuk atau
keadaan TB laten menjadi TB aktif dengan cara menjaga agar tubuh tetap
jalan napas.
6
dilaksanakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam di Ruang Edelweis
baru per tahun. Satu tahun kemudian, 2015, angka tersebut melonjak
menjadi satu juta kasus TB baru. Dari angka satu juta tersebut, sebanyak
TB paru oleh tenaga kesehatan tahun 2013 adalah 0,4 persen, dengan lima
(0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo (0,5%), Banten (0,4%) dan Papua
Barat (0,4%). Proporsi penduduk dengan gejala TB paru batuk lebih dari 2
minggu sebesar 3,9% dan batuk darah 2,8 persen. Sedangkan berdasarkan
angka notifikasi kasus atau Case Notification Rate (CNR), angka notifikasi
kasus BTA+ pada tahun 2013 di Indonesia sebesar 81,0 per 100.000
(35,2), Bali (40,1), dan Jawa Tengah (60,6), sedangkan provinsi tertinggi
7
Mycobacterium Tuberculosis yang merupakan penyebab penyakit
tuberkulosis paru ini ditemukan pada 24 Maret 1882. Penemuan bakteri ini
1.4 Tujuan
8
3) Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami
1.5 Manfaat
1) Perawat
perawat untuk lebih kreatif dan inovatif lagi dalam menyusun asuhan
9
2) Rumah Sakit
3) Institusi Pendidikan
napas.
4) Klien
mengenai kondisinya.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
paling terserang selama sejarah manusia, selain lepra. Center for Disease
menginfeksi organ lain. Berbeda dengan teori yang dikemukakan oleh Tim
11
paru sehinga disebut TB paru. Selain menginfeksi paru, kuman TB bisa
selaput otak, kelenjar getah bening dan lainnya. Penyakit TB diluar paru
disebut TB extrapulmoner.
2.1.2 Etiologi
tebal 0,3 - 0,6 µm. Kuman ini memiliki sifat tahan terhadap asam karena
dilapisi oleh lemak/lipid. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang
dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua
macam mikrobakteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil
tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis
usus. Basil tipe human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di udara
yang berasal dari penderita TBC serta orang yang terkena rentan terinfeksi
12
Penyebaran melalui aliran darah ini dapat menyebabkan TB pada organ
2.1.3 Klasifikasi
sekunder.
1) Tuberkulosis Primer
proses ini bakteri ditangkap oleh makrofag yang lemah, maka bakteri
akan berkembang biak dalam tubuh makrofag yang lemah itu dan
13
Bakteri TB menyebar ke saluran pernafasan melalui getah bening
Hal ini terjadi sekitar 2-4 minggu dan akan terlihat pada tes
primer ranks) dan disebut juga TB primer. Fokus primer paru biasanya
menyebar lebih lanjut melalui saluran limfe atau aliran darah, dan
2) Tuberkulosis Sekunder
kelenjar limfe regional dan organ lainnya jarang terkena, lesi lebih
14
pembentukan granuloma, mirip dengan yang terjadi pada TB primer.
pada usia tua dengan riwayat masa muda pernah terinfeksi bakteri TB.
Biasanya hal ini terjadi pada daerah artikel atau segmen posterior
micotema.
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), manifestasi klinis TBC antara lain :
15
5) Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
6) Pada anak :
minggu
Menurut Bararah dan Jauhar (2013), tanda dan gejala pada klien secara
objektif adalah :
1) Keadaan dan postur tubuh klien yang tampak terangkat kedua bahunya.
6) Sesak napas.
7) Nyeri dada.
16
1) Gejala Respiratorik, Meliputi :
a) Batuk
sputum) ini terjadi lebih dari 3 minggu. Keadaan yang lanjut adalah
pecah.
b) Batuk Darah
1) Batuk darah
17
2) Muntah Darah
3) Epiktasis
c) Sesak Napas
ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena
d) Nyeri Dada
a) Demam
18
b) Gejala Sistemik Lain
berupa : tidak ada nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri otot,
2.1.5 Patofisiologi
ada dalam percikan dahak, yang disebut dengan droplet nuclei atau percik
renik (percik halus). Percikan dahak yang amat kecil ini melayang-layang
kuman TB yang ada di tubuhnya tidak aktif, atau berada dalam keadaan
laten juga tidak dapat menularkan kuman TB kepada orang lain. Namun
patut diingat, jika daya tahan tubuh penderita TB laten menurun, kuman
19
2.1.6 Komplikasi
Menurut Corwin (2015), komplikasi yang mungkin terjadi pada klien yang
jalan napas.
20
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1) Darah
normal dan jumlah limfosit masih tetap tinggi. Laju endap darah
besar.
2) Sputum
ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata lain
21
amoksilin) selama 1-2 minggu. Bila tidak ada perbaikan gejala klinis
3) Tes Tuberculin
(Intermediate Strength).
menonjol.
menonjol.
22
4) Foto Thoraks
paru.
minggu.
e) Bayangan bilier.
2.1.8 Penatalaksanaan
program TB.
penderita.
Obat (PMO).
23
5) Pencatatan dan pelaporan untuk mempermudah pemantauan dan
tahap, yaitu :
Pada tahap intensif (awal) penderita mendapat obat setiap hari dan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk
kekambuhan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan
rifampisin/INH.
24
Medikasi antituberkulosis antara lain:
1) Isoniazid (H)
2) Rifampisin (R)
3) Pirazinamid (Z)
4) Streptomisin (S)
25
5) Etambutol (E)
2.2.1 Pengkajian
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
26
Menurut Wahid dan Suprapto (2013), data-data yang perlu dikaji pada
1) Data Pasien
adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia <3 tahun. Angka
pada paru-paru.
2) Riwayat Kesehatan
b) Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi
sputum).
27
c) Sesak napas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.
Bagian dada pasien tidak bergerak pada saat bernapas dan jantung
terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto thoraks, pada sisi yang sakit
sakitnya
28
c) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya
jumlah penghasilan
untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak,
6) Faktor Pendukung
a) Riwayat lingkungan
7) Pemeriksaan Diagnostik
akhir penyakit.
29
c) Foto torak : infiltrasi lesi awal pada area paru atas ; pada tahap dini
8) Pemeriksaan Fisik
suara pekak)
malam hari.
30
b) Pola Nutrisi
badan.
sub kutan.
c) Respirasi
d) Rasa Nyaman/Nyeri
e) Integritas Ego
mudah tersinggung.
31
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
32
5) Ketidakefektifan manajemen kesehatan berhubungan dengan
masalah klien.
diharapkan jalan nafas klien bersih dan efektif dengan kriteria hasil :
33
Intervensi :
nafas.
memungkinkan.
mengakibatkan stomatitis.
34
Air hangat akan mempermudah pengenceran sekret melalui
indikasi.
produksi sekret.
35
a) Perasaan mual hilang atau berkurang.
cenderung stabil.
disediakan.
Intervensi :
a) Catat turgor kulit, berat badan saat ini, tingkat kehilangan berat
secara terjadwal.
36
Rasional : Merangsang pasien untuk bersedia meningkatkan
penyembuhan.
pasien.
kriteria hasil :
ketika batuk/bersin)
37
Intervensi :
kuman tuberkulosis.
menggunakan masker.
sekunder.
38
hasil :
Intervensi :
jaringan tubuh.
parenkim paru.
39
membantu menyebarkan udara melalui paru dan mengurangi
napas pendek.
gejala.
gejala.
alveolar paru.
h) Kortikosteroid.
kehidupan.
40
2.2.4 Implementasi
2.2.5 Evaluasi
1) Evaluasi Sumatif
41
telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini
2) Evaluasi Formatif
terjadi malnutrisi.
42
2.3 Konsep Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
43
Batuk efektif merupakan tindakan untuk mengeluarkan sekret dari saluran
napas.
1) Batasan Karakterisik :
a) Subjektif : dispnea
3) Aktivitas Keperawatan
44
b) Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk mengetahui
tambahan.
dikumpulkan.
5) Aktivitas Kolaboratif
peralatan pendukung.
kebijakan institusi.
45
d) Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer ultrasonik, dan
institusi.
6) Aktivitas Lain
c) Jika pasien tidak mampu ambulasi, pindahkan pasien dari satu sisi
tempat tidur ke sisi tempat tidur yang lain sekurangnya tiap dua
jam sekali.
jahitan).
setiap 3 jam.
46
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini, penulis akan membahas tentang pendekatan yang digunakan dalam
Desain pada karya tulis ilmiah yang digunakan adalah studi kasus.
sedikit namun jumlah variabel yang diteliti sangat luas. Oleh karena itu,
47
etika keperawatan dalam ruang lingkup wewenang serta tanggung
pada paru, meskipun setiap organ dapat terkena (LeMone, 2015). Menurut
Wahid dan Suprapto (2013) gambaran klinik klien dengan TB Paru dibagi
respiratorik meliputi batuk, batuk darah, sesak napas, dan nyeri dada.
Rumah Sakit Umum Budhi Asih adalah rumah sakit milik Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta yang terletak di jalan Dewi Sartika Cawang III No.
200, Jakarta Timur. RSUD ini memiliki luas tanah 6.381 m² dan luas
bangunan 21.977 m². RSUD Budhi Asih sebagai Rumah Sakit Umum
48
pada tanggal 10 April 2007, dengan fasilitas 311 ruang Rawat Inap yang
terdiri dari kelas VIP, Kelas I, II, III, VK (Ruang Bersalin), Perinatologi,
HCU , Rawat Jalan dan Layanan 24 jam. Ruangan yang menjadi tempat
penelitian penulis ialah Ruang Edelweis Barat yang terletak pada lantai V
Gedung lama RSUD Budhi Asih. Ruangan ini terdiri dari dari 1 Nurse
yang disekat oleh pintu kaca. Ruangan ini dikhususkan untuk pasien
mengambil pasien yang berada didalam kamar yang disekat oleh pintu
3.3 Partisipan
dan diagnosa medis yang sama yang berada di RSUD Budhi Asih.
informed consent
49
4. Pasien dengan produksi sputum
pada kriteria diatas, lalu peneliti melihat catatan medis (medical record)
Pada hari kedua, peneliti masih melakukan hal yang sama yaitu
50
melakukan pengumpulan data yang meliputi wawancara, observasi dan
RSUD Budhi Asih yang bertempat di jalan Dewi Sartika Cawang III No.
200, Jakarta Timur dengan lama waktu rawat pasien minimal 3 hari yaitu
Metode pengumpulan data yang digunakan pada karya tulis ilmiah ini
adalah :
1) Wawancara
Wawancara dilakukan tidak lebih dari satu jam. Dengan kata lain,
51
aktivitas lain klien dan keluarga. Wawancara dilakukan selama 15-30
keluarga klien serta memberikan kesimpulan atas kondisi klien saat ini.
a) Inspeksi (I)
b) Perkusi (P)
c) Palpasi (P)
52
tegas tetapi lembut untuk mencegah timbulnya rasa nyeri pada
klien.
d) Auskultasi
a) B1 : Breathing (Pernafasan/Respirasi)
b) B2 : Bleeding (Kardiovaskuler/Sirkulasi)
c) B3 : Brain (Persyarafan/Neurologik)
Alvi/Gastrointestinal)
3) Studi dokumentasi
terakhir.
53
3.6 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti pada karya tulis
ilmiah ini dilakukan dengan cara membaca catatan medis untuk melihat
napas.
54
1) Pengumpulan data
Data yang telah peneliti dapatkan dari hasil wawancara, observasi, dan
2) Mereduksi data
nilai normal.
3) Penyajian data
Data disajikan dalam bentuk tabel, bagan, dan teks naratif. Dalam hal
nama.
4) Kesimpulan
evaluasi.
terdiri dari :
55
1) Informed consent (Persetujuan menjadi klien)
3) Confidentiality (Kerahasiaan)
bahwa data dan informasi yang diberikan oleh partisipan akan terjaga
kepentingan penelitian.
56
BAB IV
4.1 Hasil
Rumah Sakit Umum Budhi Asih adalah rumah sakit milik Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta yang terletak di jalan Dewi Sartika Cawang III No.
200, Jakarta Timur. RSUD ini memiliki luas tanah 6.381 m² dan luas
bangunan 21.977 m². RSUD Budhi Asih sebagai Rumah Sakit Umum
pada tanggal 10 April 2007, dengan fasilitas 311 ruang Rawat Inap yang
terdiri dari kelas VIP, Kelas I, II, III, VK (Ruang Bersalin), Perinatologi,
HCU , Rawat Jalan dan Layanan 24 jam. Ruangan yang menjadi tempat
penelitian penulis ialah Ruang Edelweis Barat yang terletak pada lantai V
Gedung lama RSUD Budhi Asih. Ruangan ini terdiri dari dari 1 Nurse
yang disekat oleh pintu kaca. Ruangan ini dikhususkan untuk pasien
mengambil pasien yang berada didalam kamar yang disekat oleh pintu
57
4.1.2 Pengkajian
Opini :
Persamaan yang dapat dilihat antara kedua klien adalah kedua klien
mempunyai jenis kelamin laki-laki, kedua usia klien sudah memasuki lanjut usia
58
Klien mengatakan keringat di malam hari. Klien mengatakan
malam hari. Klien mengatakan tidak mual dan muntah.
punya riwayat penyakit paru-
paru sejak 3 tahun yang lalu.
Riwayat Kesehatan Klien pernah dirawat di RSUD Klien mengatakan sudah bolak
Dahulu Budhi Asih dengan diagnosa balik RSUD Budhi Asih dan
medis GEA. dirawat dengan diagnosa medis
TB Paru.
Upaya Yang Telah Berobat ke RSUD Budhi Asih. Berobat ke RSUD Budhi Asih.
Dilakukan
Terapi cairan infus NaCl per 8 Terapi cairan infus NaCl per 8
jam jam
Terapi oksigen NRM 8 Terapi oksigen nasal kanul 2
liter/menit. liter/menit.
Riwayat Psikososial dan Orang yang terdekat dengan Orang yang terdekat dengan klien
Spiritual klien adalah istri klien. Pola tidak ada. Pola komunikasi klien
komunikasi klien dengan dan keluarga kurang baik, klien
keluarga baik, klien tinggal di panti. Klien tidak
merupakan pembuat mengikuti kegiatan
keputusan dirumahnya, klien kemasyarakatan. Dampak
tidak mengikuti kegiatan penyakit klien terhadap keluarga
kemasyarakatan karena sudah tidak ada. Masalah yang
tua. Dampak penyakit klien mempengaruhi klien ialah tidak
terhadap keluarga, keluarga ada yang peduli dengan klien.
menjadi khawatir akan mekanisme koping terhadap stress
59
kesehatan klien. Tidak ada biasanya klien mencari
masalah yang mempengaruhi pertolongan. Hal yang sangat
klien. Mekanisme koping dipikirkan klien saat ini adalah
terhadap stress biasanya klien ingin cepat pulang karena bosan
minum obat. Hal yang sangat dirumah sakit. Harapan klien
dipikirkan saat ini adalah setelah menjalani perawatan ialah
bernafas dengan normal dan dapat sembuh dan pulang.
tidak batuk separah ini.
Harapan klien setelah
menjalani perawatan klien
dapat sembuh dan pulang
kerumah karena klien
khawatir tidak sembuh -
sembuh.Tidak ada nilai nilai
yang bertentangan dengan
kesehatan.
Opini :
Persamaan yang dapat dilihat antara kedua klien adalah kedua klien
mengeluh batuk berdahak, sesak nafas, lemas, dan mudah lelah, berkeringat di
malam hari. Selama dirawat di RSUD Budhi Asih, kedua klien telah mendapat
terapi agen antituberkulosis, agen anti infeksi, terapi cairan infus, serta terapi
oksigen.
Perbedaan yang dapat dilihat antara kedua klien adalah klien 1 mengeluh
demam hilang timbul, dan mual muntah 1x. Sedangkan pada klien 2 tidak
mengeluh demikian.
POLA
KLIEN 1 KLIEN 2
KESEHATAN
Pola Nutrisi Sebelum sakit klien makan 3x/hari. Sebelum sakit klien makan 3x/hari.
Nafsu makan baik. Menghabiskan 1 Nafsu makan baik. Menghabiskan 1
porsi makanan. Tidak ada makanan porsi makanan. Tidak ada makanan
yang tidak disukai dan yang yang tidak disukai dan yang
membuat alergi. Tidak ada membuat alergi. Tidak ada makanan
makanan pantangan dan makanan pantangan dan makanan diet. Tidak
diet. Tidak ada pengggunaan obat- ada pengggunaan obat-obatan
obatan sebelum makan. Tidak ada sebelum makan. Tidak ada
penggunaan alat bantu makan. penggunaan alat bantu makan.
Setelah sakit klien makan 3x/hari. Setelah sakit klien makan 3x/hari.
60
Nafsu makan kurang baik. Klien Nafsu makan baik. Klien
menghabiskan ½ porsi menghabiskan 3/8 porsi
makanannya. Klien merasakan makanannya. Klien merasakan
sedikit mual. Tidak ada makanan perutnya sedikit sakit. Tidak ada
yang tidak disukai dan yang makanan yang tidak disukai dan
membuat alergi. Tidak ada yang membuat alergi. Tidak ada
makanan. Makanan diit bubur, lauk makanan pantangan. Makanan diit
pauk, sayur sayuran, dan buah. bubur, lauk pauk, sayur sayuran,
Tidak ada obat yang diminum dan buah. Tidak ada obat yang
sebelum makan. Tidak ada diminum sebelum makan. Tidak ada
penggunaan alat bantu makan. penggunaan alat bantu makan.
Pola Eliminasi Sebelum sakit klien BAK 6-8x/hari. Sebelum sakit klien BAK 5-6x/hari.
Warna BAK kuning jernih. Tidak Warna BAK kuning jernih. Tidak
ada keluhan saat BAK. Tidak ada ada keluhan saat BAK. Tidak ada
penggunaan alat bantu BAK. penggunaan alat bantu BAK.
Klien BAB dengan frekuensi Klien BAB dengan frekuensi
1x/hari, biasanya pada pagi hari. 1x/hari, biasanya pada pagi hari.
Warna feses kuning kecoklatan, Warna feses kuning kecoklatan,
konsistensi padat. Tidak ada konsistensi padat. Tidak ada
keluhan saat BAB. Tidak ada keluhan saat BAB. Tidak ada
penggunaan laxatif. penggunaan laxatif.
Setelah sakit klien BAK 6-8x/hari. Setelah sakit klien BAK 6-8x/hari.
Warna BAK kuning pekat. Tidak Warna BAK kuning pekat. Tidak
ada keluhan saat BAK. Klien ada keluhan saat BAK. Klien
menggunakan alat bantu BAK yaitu berjalan ke kamar mandi jika ingin
kateter. BAK. Tidak ada penggunaan alat
bantu BAK.
Pola Personal Sebelum sakit klien mandi 2x/hari Sebelum sakit klien mandi 2x/hari
Hygiene pada pagi dan sore. Klien oral pada pagi dan sore. Klien oral
hygiene 2x/hari. Klien cuci rambut hygiene 2x/hari. Klien cuci rambut
2x/minggu. 4x/minggu.
Setelah sakit klien mandi 2x/hari, Setelah sakit klien mandi 2x/hari,
tetapi hanya dibilas saja pada pagi tetapi hanya dibilas saja pada pagi
dan sore hari. Klien oral hygiene dan sore hari. Klien oral hygiene
2x/hari. Klien cuci rambut 2x/hari. Klien cuci rambut
1x/minggu. 1x/minggu.
Pola Istirahat dan Sebelum sakit klien tidur siang 1 Sebelum sakit klien tidak pernah
Tidur jam/hari. Lama tidur malam 8 tidur siang. Lama tidur malam 8
jam/hari. Klien mengatakan sulit jam/hari. Klien mengatakan sulit
tidur. Tidak ada kebiasaan sebelum tidur. Tidak ada kebiasaan sebelum
tidur. tidur.
Setelah sakit klien tidur siang 2 Setelah sakit klien tidur siang 1jam/
jam/ hari. Lama tidur malam 7 hari. Lama tidur malam 6 jam/hari.
jam/hari. Tidak ada kebiasaan Tidak ada kebiasaan sebelum tidur.
sebelum tidur.
Pola Aktivitas Sebelum sakit klien bekerja pada Sebelum sakit klien tidak bekerja.
dan Latihan waktu pagi dan siang hari. Klien Klien berolahraga 1x/minggu. Klien
tidak pernah berolahraga. Klien mengeluh cepat lelah saat
mengeluh cepat lelah dan merasa beraktivitas.
sesak jika beraktivitas berat.
61
Setelah sakit klien tidak bekerja. Setelah sakit klien tidak bekerja.
Klien tidak pernah berolahraga. Klien tidak pernah berolahraga.
Aktivitas klien tampak dibantu oleh Tidak ada keluhan dalam
keluarga. beraktivitas.
Kebiasaan yang Sebelum sakit klien mempunyai Sebelum sakit klien mempunyai
Mempengaruhi kebiasaan merokok. 1 hari bisa kebiasaan merokok 3x/hari. Lama
Kesehatan mencapai frekuensi 12x. Lama pemakaian sudah sejak usia 25 thn.
pemakaian sudah sejak usia 20 thn. Klien tidak minum minuman keras.
Klien tidak minum minuman keras.
Setelah sakit klien tidak merokok. Setelah sakit klien tidak merokok.
Klien tidak minum minuman keras. Klien tidak minum minuman keras.
Opini :
Perbedaan yang dapat dilihat antara kedua klien adalah klien 1 memiliki
nafsu makan yang kurang baik karena mengeluh mual sedangkan klien 2 memiliki
62
B2 : Bleeding Klien tampak pucat. Tidak Klien tampak pucat. Tidak
terdapat perdarahan. terdapat perdarahan.
B3 : Brain Tidak ada sakit kepala. Tingkat Tidak ada sakit kepala. Tingkat
kesadaran composmentis, kesadaran composmentis,
dengan GCS 13. dengan GCS 14.
B5 : Bowel dan Gigi caries. Tidak terdapat Gigi caries. Tidak terdapat
Reproduksi penggunaan gigi palsu. Tidak penggunaan gigi palsu. Tidak
ada stomatitis. Lidah tampak ada stomatitis. Lidah tampak
kotor. salifa normal. Terdapat kotor. salifa normal. Tidak ada
muntah 1x. Tidak ada nyeri muntah. Tidak ada nyeri pada
pada daerah perut. Bising usus daerah perut. Bising usus
15x/menit. Tidak ada konstipasi. 17x/menit. Tidak ada konstipasi.
Hepar tidak teraba. Abdomen Hepar tidak teraba. Abdomen
terasa lembek. terasa lembek.
Opini :
Persamaan yang dapat dilihat antara kedua klien adalah kedua klien
badan 12 kg, sedangkan klien 2 mengalami penurunan berat badan 2 kg. Kedua
klien mempunyai persamaan sumbatan jalan napas berupa sekret yang sulit
63
Perbedaan yang dapat dilihat antara kedua klien adalah suhu dan tekanan
darah klien. pada klien 1, suhu klien mencapai 40˚C (sub febris-febris) sedangkan
pada klien 2, suhu klien 36,9˚C (rentang normal). Kemudian tekanan darah klien 1
Opini :
laboratorium leukosit klien 1 dan klien 2 diluar batas normal namun hanya
memiliki persamaan BTA (+), serta pemeriksaan X-ray pada klien 1 dan klien 2
64
Klien mengatakan batuk Jalan Napas
berdahak sudah 3 tahun. Klien
mengatakan sulit
mengeluarkan dahaknya. Klien
mengatakan warna dahaknya Bakteri Mycobacterium
kuning. Klien mengatakan Tuberculosis masuk lewat
mempunyai riwayat penyakit jalan napas
paru-paru sejak 3 tahun yang
lalu. Klien mengatakan
keringat di malam hari. Klien
mengatakan mudah lelah.
Pembentukan tuberkel
Mukus Berlebihan
Ketidakefektifan bersihan
jalan napas
65
Data Subjektif :
Klien mengatakan tidak nafsu Tuberkulosis Paru Ketidakseimbangan Nutrisi
makan. Keluarga klien Kurang Dari Kebutuhan
mengatakan klien hanya Tubuh
menghabiskan ½ porsi
makanannya. Klien
mengatakan muntah 1x. Bakteri Mycobacterium
Tuberculosis masuk lewat
Data Objektif : jalan napas
Klien tampak menghabiskan ½
porsi makanannya saja. BB
sebelum sakit 60kg dan BB
setelah sakit 48kg.
Menetap di jaringan paru
Komplek primer
Komplek primer
Berkembang menghancurkan
jaringan ikat sekitar bronkus
66
Batuk berat
Distensi abdomen
Faktor Biologis
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Data Subjektif :
Klien mengatakan tinggal Tuberkulosis Paru Risiko Infeksi
bersama istrinya. Klien
mengatakan malas
menggunakan masker.
Komplek primer
67
Tumbuh dan berkembang di
sitoplasma makrofag
Komplek primer
Berkembang menghancurkan
jaringan ikat sekitar bronkus
Droplet infection
Ketidakadekuatan
Pertahanan Primer
Risiko Infeksi
68
Klien 2
69
Data Subjektif :
Klien mengatakan batuk Tuberkulosis Paru Ketidakefektifan Bersihan
berdahak namun sulit Jalan Napas
mengeluarkannya. Klien
mengatakan batuk tidak
berdarah. Klien mengatakan
penyakitnya sudah 1½ Bakteri Mycobacterium
tahunan. Klien mengatakan Tuberculosis masuk lewat
terkadang sesak napas. Klien jalan napas
mengatakan dahaknya
dahaknya berwarna kuning.
Data Objektif :
Terdapat sputum yang Menetap di jaringan paru
membuat suara batuklien
menjadi serak. Suara paru
ronchi. Klien menggunakan
oksigen nasal kanul
2liter/menit. Foto thorax :
Terdapat bercak berawan pada Tumbuh dan berkembang di
paru-paru tanpa batas yang sitoplasma makrofag
jelas.
TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 92 x/menit
RR : 23 x/menit Komplek primer
S : 36˚C
Pembentukan tuberkel
Mukus Berlebihan
Ketidakefektifan bersihan
jalan napas
Data Subjektif :
70
Klien mengatakan kadang Tuberkulosis Paru Risiko Infeksi
pakai masker kadang tidak
pakai masker. Klien saat ini
tinggal di panti.
Komplek primer
Komplek primer
Berkembang menghancurkan
jaringan ikat sekitar bronkus
71
Droplet infection
Ketidakadekuatan
Pertahanan Primer
Risiko Infeksi
Klien 1
Data Subjektif :
Klien mengatakan sesak nafas. Ketidakefektifan Bersihan Mukus Berlebihan
Klien mengatakan batuk Jalan Napas
berdahak sudah 3 tahun. Klien
mengatakan sulit
mengeluarkan dahaknya. Klien
mengatakan warna dahaknya
kuning Klien mengatakan
mempunyai riwayat penyakit
paru-paru sejak 3 tahun yang
lalu. Klien mengatakan
keringat di malam hari. Klien
mengatakan mudah lelah.
Data Objektif :
Terdapat sputum yang
membuat suara batuk klien
menjadi serak. Suara paru
ronchi. Klien menggunakan
oksigen NRM 8liter/menit.
Foto thorax : Terdapat bercak
berawan pada paru-paru tanpa
batas yang jelas.
TTV:
TD : 140/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 25x/menit
S : 40˚C
Data Subjektif :
72
Klien mengatakan tidak nafsu Ketidakseimbangan Nutrisi Faktor Biologis
makan. Keluarga klien Kurang Dari Kebutuhan
mengatakan klien hanya Tubuh
menghabiskan ½ porsi
makanannya. Klien
mengatakan muntah 1x
Data Objektif :
Klien tampak menghabiskan ½
porsi makanannya saja. BB
sebelum sakit 60 kg dan BB
setelah sakit 48 kg.
Data Subjektif :
Klien mengatakan tinggal Risiko Infeksi Ketidakadekuatan Pertahanan
bersama istrinya. Klien Primer
mengatakan malas
menggunakan masker.
Data Objektif :
Hasil Pemeriksaan
laboratorium pada tanggal 5 –
3 – 2018
Leukosit : 16,5 10ˆ3/ µL
Eritrosit : 4,1 juta/ µL
Hemoglobin : 11,6 g/dL
Hematokrit : 34%
Trombosit : 609 ribu/ µL
Klien 2
Data Subjektif :
Klien mengatakan batuk Ketidakefektifan Bersihan Mukus Berlebihan
berdahak namun sulit Jalan Napas
mengeluarkannya. Klien
mengatakan batuk tidak
berdarah. Klien mengatakan
penyakitnya sudah 1 tahunan.
Klien mengatakan terkadang
sesak nafas. Klien mengatakan
dahaknya dahaknya berwarna
kuning.
Data Objektif :
Terdapat sputum yang
membuat suara batuk klien
menjadi serak. Suara paru
ronchi. Klien menggunakan
oksigen nasal kanul 2
liter/menit. Foto thorax :
Terdapat bercak berawan pada
paru-paru tanpa batas yang
jelas.
73
TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 92 x/menit
RR : 23 x/menit
S : 36,9˚C
Data Subjektif :
Klien mengatakan kadang Risiko Infeksi Ketidakadekuatan Pertahanan
pakai masker kadang tidak Primer
pakai masker. Klien saat ini
tinggal di panti.
Data Objektif :
Leukosit : 11,5 ribu/ µL
Eritrosit : 4,6 juta/µL
Hemoglobin : 11,0 g/dL
Hematokrit : 35%
Trombosit : 399 ribu/ µL
Opini :
74
tindakan keperawatan untuk mengeluarkan masih dalam kondisi
selama 3 x 24 jam sekret. penanganan penuh.
diharapkan jalan nafas 3. Atur posisi tidur 2. Ketidakmampuan
bersih dan efektif dengan semi atau high mengeluarkan sekret
kriteria hasil : fowler. menjadikam timbulnya
1. Klien 4. Bantu klien batuk penumpukan berlebihan
menyatakan secara efektif . pada saluran pernafasan.
bahwa batuk 5. Bersihkan sekret 3. Posisi semi fowler atau
berkurang/hilang. dari dalam mulut high fowler memberikan
2. Tidak ada sesak dan trakea, suction kesempatan paru-paru
dan sekret jika perlu. berkembang secara
berkurang. 6. Berikan minum maksimal akibat
3. Suara napas ±2500ml/hari, diafragma turun ke
normal anjurkan untuk bawah.
(vesikuler). minum dalam 4. Batuk efektif
4. Frekuensi napas kondisi hangat jika mempermudah
16-20x/menit . tidak ada kontra ekspektorasi mukus.
5. Tidak ada indikasi. 5. Pasien dalam kondisi
dyspnea. 7. Kolaborasi dengan sesak cenderung untuk
dokter dalam bernapas melalui mulut
permberian oksigen, yang jika tidak
udara inspirasi yang ditindaklanjuti akan
lembab. mengakibatkan
8. Kolaborasi dengan stomatitis.
dokter dalam 6. Air digunakan untuk
pemberian obat atas menggantikan
indikasi. keseimbangan ion tubuh
9. Kolaborasi dengan akibat cairan banyak
dokter dalam keluar melalui
pemberian agen anti pernapasan. Air hangat
infeksi. akan mempermudah
pengenceran sekret
melalui proses konduksi
yang mengakibatkan
arteri pada area sekitar
leher vasodilatasi dan
mempermudah cairan
dalam pembuluh darah
dapat diikat oleh mukus
atau sekret.
7. Berfungsi meningkatkan
kadar tekanan parsial
oksigen dan saturasi
oksigen dalam darah.
8. Berfungsi untuk
mengencerkan dahak
serta meningkatkan
saluran udara.
9. Mempertebal dinding
saluran udara serta
menurunnya keaktifan
dari mikroorganisme
akan menurun respon
inflamasi sehingga akan
berefek pada
berkurangnya produksi
sekret.
75
Diagnosa 2 : 1. Catat turgor kulit, 1. Menjadi data fokus
Ketidakseimbangan berat badan saat ini, untuk menentukan
nutrisi kurang dari tingkat kehilangan rencana rencana
kebutuhan tubuh berat badan, tindakan selanjutnya.
berhubungan dengan integritas mukosa 2. Meningkatkan
faktor biologis mulut, tonus perut, kenyamanan daerah
Setelah dilakukan dan riwayat mulut sehingga akan
tindakan keperawatan nausea/vomitus atau meningkatkan perasaan
selama 3 x 24 jam diare. Monitor nafsu makan.
diharapkan keseimbangan intake dan output 3. Meningkatkan intake
nutrisi terjaga dengan dari berat badan makanan dan nutrisi
kriteria hasil : secara terjadwal. pasien, terutama kadar
1. Perasaan mual 2. Berikan oral care protein tinggi yang dapat
hilang/berkurang sebelum dan sesudah meningkatkan
2. Pasien pelaksanaan mekanisme tubuh dalam
mengatakan respiratori. proses penyembuhan.
nafsu makan 3. Anjurkan makan 4. Merangsang pasien
meningkat. sedikit tapi sering untuk bersedia
3. Berat badan dengan diet TKTP. meningkatkan intake
pasien tidak 4. Anjurkan keluarga makanan yang berfungsi
mengalami untuk membawa sebagai sumber energi
penurunan drastis makanan dari rumah bagi penyembuhan.
dan cenderung yang disukai oleh 5. Menentukan kebutuhan
stabil. klien dan kemudian nutrisi yang tepat bagi
4. Pasien terlihat makan bersama pasien.
dapat pasien jika tidak ada 6. Meningkatkan
menghabiskan kotraindikasi. komposisi tubuh akan
porsi makanan 5. Kolaborasi dengan kebutuhan vitamin dan
yang disediakan. ahli gizi untuk nafsu makan pasien.
5. Hasil analisa menentukan
laboratorium komposisi diet .
menyatakan 6. Kolaborasi dengan
protein darah dokter dalam
atau albumin pemberian vitamin.
darah dalam
rentang normal.
76
infeksi lanjutan. menggunakan 5. Peningkatan suhu
3. Tidak ada masker. menandakan terjadinya
anggota 5. Monitor suhu sesuai infeksi sekunder.
keluarga/orang indikasi.
terdekat yang
tertular penyakit
seperti penderita.
Klien 2
Diagnosa 1 : 1. Kaji fungsi respirasi: 1. Adanya perubahan
Ketidakefektifan bersihan jumlah, suara, irama, fungsi respirasi dan
jalan napas berhubungan dan kedalaman penggunaan otot
dengan mukus berlebihan napas. tambahan menandakan
Setelah dilakukan 2. Catat kemampuan kondisi penyakit yang
tindakan keperawatan untuk mengeluarkan masih dalam kondisi
selama 3 x 24 jam sekret. penanganan penuh.
diharapkan jalan nafas 3. Atur posisi tidur 2. Ketidakmampuan
bersih dan efektif dengan semi atau high mengeluarkan sekret
kriteria hasil : fowler. menjadikam timbulnya
1. Klien 4. Bantu klien batuk penumpukan berlebihan
menyatakan secara efektif . pada saluran pernafasan.
bahwa batuk 5. Bersihkan sekret 3. Posisi semi fowler atau
berkurang/hilang. dari dalam mulut high fowler memberikan
dan sekret dan trakea, suction kesempatan paru-paru
berkurang. jika perlu. berkembang secara
2. Suara napas 6. Berikan minum maksimal akibat
normal ±2500ml/hari, diafragma turun ke
(vesikuler). anjurkan untuk bawah.
3. Frekuensi napas minum dalam 4. Batuk efektif
16-20 x/menit. kondisi hangat jika mempermudah
4. Tidak ada tidak ada kontra ekspektorasi mucus.
dyspnea. indikasi. 5. Pasien dalam kondisi
7. Kolaborasi dengan sesak cenderung untuk
dokter dalam bernafas melalui mulut
permberian oksigen, yang jika tidak
udara inspirasi yang ditindaklanjuti akan
lembab. mengakibatkan
8. Kolaborasi dengan stomatitis.
dokter dalam 6. Air digunakan untuk
pemberian obat atas menggantikan
indikasi. keseimbangan ion tubuh
9. Kolaborasi dengan akibat cairan banyak
dokter dalam keluar melalui
pemberian agen anti pernafasan. Air hangat
infeksi. akan mempermudah
pengenceran sekret
melalui proses konduksi
yang mengakibatkan
arteri pada area sekitar
leher vasodilatasi dan
mempermudah cairan
dalam pembuluh darah
dapat diikat oleh mucus
atau sekret.
7. Berfungsi meningkatkan
kadar tekanan parsial
oksigen dan saturasi
77
oksigen dalam darah
8. Berfungsi untuk
mengencerkan dahak
serta meningkatkan
saluran udara.
9. Mempertebal dinding
saluran udara serta
menurunnya keaktifan
dari mikroorganisme
akan menurun respon
inflamasi sehingga akan
berefek pada
berkurangnya produksi
sekret.
78
4.1.6 Implementasi Keperawatan
79
08.41 Mencatat kemampuan untuk 08.41 Mencatat kemampuan untuk suara, irama, dan kedalaman nafas
mengeluarkan sekret mengeluarkan sekret H : suara vesikuler, irama teratur,
frekuensi 22 x/menit, pernapasan
11.00 Mengatur posisi tidur semi atau 10.30 Berkolaborasi dengan dokter dalam dalam.
high fowler pemberian obat atas indikasi:
KSR 2 tab 08.43 Mencatat kemampuan untuk
11.03 Memberikan minum mengeluarkan sekret
±2500ml/hari, anjurkan untuk 11.00 Mengatur posisi tidur semi atau
minum dalam kondisi hangat high fowler 11.00 Mengatur posisi tidur semi atau
jika tidak ada kontra indikasi high fowler
11.03 Memberikan minum ±2500ml/hari,
11.05 Membantu klien batuk secara anjurkan untuk minum dalam 11.03 Memberikan minum
efektif kondisi hangat jika tidak ada kontra ±2500ml/hari, anjurkan untuk
indikasi minum dalam kondisi hangat jika
11.10 Berkolaborasi dengan dokter tidak ada kontra indikasi
dalam permberian oksigen
sebanyak 8 liter/menit, udara 11.05 Membantu klien batuk secara 11.05 Membantu klien batuk secara
inspirasi yang lembab efektif efektif
Berkolaborasi dengan dokter 11.10 Berkolaborasi dengan dokter dalam 11.30 Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian agen anti permberian oksigen, udara inspirasi dalam pemberian agen anti
infeksi: yang lembab infeksi:
Injeksi Cefoperazone 3x1 gr Cefoperazone 3x1 gr via injeksi
11.30 Berkolaborasi dengan dokter dalam
11.30 Mengkaji fungsi respirasi: pemberian agen anti infeksi: Berkolaborasi dengan dokter
jumlah, suara, irama, dan Injeksi Cefoperazone 3x1 gr dalam pemberian obat atas
kedalaman nafas indikasi:
H : suara ronchi, irama tidak Berkolaborasi dengan dokter dalam Methyl Prednisolon 3x6,35 gr via
teratur, frekuensi 26 x/menit, pemberian obat atas indikasi: injeksi, Paracetamol 2x1 mg via
pernapasan dangkal. Methyl Prednisolon 3xIII mg via oral, Hepa Q 2x1 mg via oral
oral, Paracetamol 2x1 mg via oral,
15.00 Mengatur posisi tidur semi atau Hepa Q 2x1 mg via oral 15.00 Mengkaji fungsi respirasi: jumlah,
high fowler suara, irama, dan kedalaman nafas
12.30 Berkolaborasi dengan dokter dalam H : suara vesikuler, irama teratur,
16.00 Membantu klien batuk secara pemberian obat atas indikasi: frekuensi 20 x/menit, pernapasan
efektif KSR 2 tab dalam.
80
16.03 Berkolaborasi dengan dokter 14.30 Berkolaborasi dengan dokter dalam 16.00 Mengatur posisi tidur semi atau
dalam pemberian agen anti pemberian obat atas indikasi: high fowler
infeksi: KSR 2 tab
Injeksi Cefoperazone 3x1 gr 16.03 Membantu klien batuk secara
15.00 Mengkaji fungsi respirasi: jumlah, efektif
16.30 Berkolaborasi dengan dokter suara, irama, dan kedalaman nafas
dalam pemberian obat atas H : suara ronchi, irama tidak 16.34 Berkolaborasi dengan dokter
indikasi: teratur, frekuensi 23 x/menit, dalam pemberian agen anti
Paracetamol 2x1 mg, pernapasan dalam. infeksi:
Combivent dan pulmicort via Injeksi Omeprazole 1x1 vial
nebulizer 16.00 Mengatur posisi tidur semi atau
high fowler Berkolaborasi dengan dokter
22.00 Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat atas
dalam pemberian obat atas 16.03 Membantu klien batuk secara indikasi:
indikasi: efektif Combivent dan pulmicort via
Rifampisin 1x450 mg, Isoniazid nebulizer
1x300 mg, Pirazinamid 1x750 16.35 Berkolaborasi dengan dokter dalam
mg, Etambutol 1x750 mg via pemberian agen anti infeksi: 22.00 Berkolaborasi dengan dokter
oral. Cefoperazone 3x1 gr via injeksi, dalam pemberian obat atas
Omeprazole 1x1vial via injeksi indikasi:
Rifampisin 1x450 mg, Isoniazid
Berkolaborasi dengan dokter dalam 1x300 mg, Pirazinamid 1x750
pemberian obat atas indikasi: mg, Etambutol 1x750 mg via oral.
Methyl Prednisolon 3xIII mg via
oral, Paracetamol 2x1 mg via oral,
Hepa Q 2x1 mg, Combivent dan
pulmicort via nebulizer
81
dari kebutuhan kehilangan berat badan, badan, integritas mukosa mulut, badan, integritas mukosa mulut,
tubuh integritas mukosa mulut, tonus tonus perut, dan riwayat tonus perut, dan riwayat
berhubungan perut, dan riwayat nausea/vomitus atau diare. nausea/vomitus atau diare.
dengan faktor nausea/vomitus atau diare. Memonitor intake dan output dari Memonitor intake dan output dari
biologis berat badan secara terjadwal berat badan secara terjadwal
08.43 Memonitor intake dan output
dari berat badan secara 11.30 Berkolaborasi dengan dokter dalam 11.30 Berkolaborasi dengan dokter
terjadwal pemberian vitamin: dalam pemberian vitamin:
Curcuma 2x1 mg via oral, Curcuma 2x1 mg via oral,
Vitamin B6 1x1 mg Vitamin B6 1x1 mg
11.11 Menganjurkan makan sedikit
tapi sering dengan diet TKTP 11.50 Berkolaborasi dengan ahli gizi 11.50 Berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan komposisi diet untuk menentukan komposisi diet
Menganjurkan keluarga untuk
membawa makanan dari rumah 16.36 Berkolaborasi dengan dokter dalam 16.36 Berkolaborasi dengan dokter
yang disukai oleh klien dan pemberian vitamin: Curcuma 2x1 dalam pemberian vitamin:
kemudian makan bersama mg via oral Curcuma 2x1 mg via oral
pasien jika tidak ada
kotraindikasi
Risiko infeksi 09.00 Mengkaji patologi penyakit dan 09.00 Menganjurkan menggunakan tisu 09.00 Menganjurkan menggunakan tisu
berhubungan potensial penyebaran infeksi untuk membuang sputum untuk membuang sputum
dengan ketidak- melalui airbone droplet selama
82
adekuatan batuk, bersin, meludah, Mengajarkan pentingnya Mengajarkan pentingnya
pertahanan diri berbicara, tertawa, dll mengontrol infeksi, misalnya mengontrol infeksi, misalnya
menggunakan masker menggunakan masker
Mengidentifikasi resiko
penularan kepada orang lain 08.40 Memonitor suhu sesuai indikasi.
08.40 Memonitor suhu sesuai indikasi.
Menganjurkan menggunakan
tisu untuk membuang sputum
Mengajarkan pentingnya
mengontrol infeksi, misalnya
menggunakan masker
Klien 2
Ketidakefektifan
bersihan jalan
napas IMPLEMENTASI IMPLEMENTASI IMPLEMENTASI
berhubungan 04.05 Mengkaji fungsi respirasi: 04.05 Mengkaji fungsi respirasi: jumlah, 04.05 Mengkaji fungsi respirasi: jumlah,
dengan mukus jumlah, suara, irama, dan suara, irama, dan kedalaman nafas suara, irama, dan kedalaman nafas
berlebihan kedalaman nafas H : suara ronchi, irama tidak H : suara ronchi, irama tidak
H : suara ronchi, irama tidak teratur, frekuensi 22 x/menit, teratur, frekuensi 22 x/menit,
teratur, frekuensi 24 x/menit, pernapasan dangkal. pernapasan dalam.
pernapasan dangkal.
05.15 Berkolaborasi dengan dokter dalam 05.15 Berkolaborasi dengan dokter
05.15 Berkolaborasi dengan dokter pemberian agen anti infeksi : dalam pemberian agen anti
dalam pemberian agen anti Injeksi Cefoperazone 2x1 gr, Infeksi :
infeksi : Injeksi Omeprazole 2x40 mg, Injeksi Cefoperazone 2x1 gr,
Injeksi Cefoperazone 2x1 gr, Injeksi Omeprazole 2x40 mg,
Injeksi Omeprazole 2x40 mg,
Berkolaborasi dengan dokter dalam Berkolaborasi dengan dokter
Berkolaborasi dengan dokter pemberian obat atas indikasi : dalam pemberian obat atas
dalam pemberian obat atas Etambutol 2x500 mg via oral, indikasi :
83
indikasi : Isoniazid 1x300 mg via oral, Etambutol 2x500 mg via oral,
Etambutol 2x500 mg via oral, ofloxacin 1x400 mg via oral, KSR Isoniazid 1x300 mg via oral,
Isoniazid 1x300 mg via oral, 3x1 mg via oral, Metronidazole 3x1 ofloxacin 1x400 mg via oral, KSR
ofloxacin 1x400 mg via oral, mg via oral, Sucralfat syrup 2x1 ml 3x1 mg via oral, Metronidazole
KSR 3x1 mg via oral, KSR 3x1 via oral, BK III 3x1 mg via oral, 3x1 mg via oral, Sucralfat syrup
mg via oral, Metronidazole 3x1 Combivent dan pulmicort via 2x1 ml via oral, BK III 3x1 mg
mg via oral, Sucralfat syrup 2x1 nebulizer via oral, Combivent dan pulmicort
ml via oral, BK III 3x1 mg via via nebulizer
oral, Combivent dan pulmicort 08.45 Mengkaji fungsi respirasi: jumlah,
via nebulizer suara, irama, dan kedalaman nafas 08.45 Mengkaji fungsi respirasi: jumlah,
H : suara ronchi, irama tidak suara, irama, dan kedalaman nafas
08.45 Mengkaji fungsi respirasi: teratur, frekuensi 23 x/menit, H : suara ronchi, irama teratur,
jumlah, suara, irama, dan pernapasan dangkal. frekuensi 26 x/menit, pernapasan
kedalaman nafas dalam.
H : suara ronchi, irama tidak 08.48 Mencatat kemampuan untuk
teratur, frekuensi 23 x/menit, mengeluarkan sekret 08.48 Mencatat kemampuan untuk
pernapasan dangkal. mengeluarkan sekret
11.12 Mengatur posisi tidur semi atau
08.48 Mencatat kemampuan untuk high fowler 11.12 Mengatur posisi tidur semi atau
mengeluarkan sekret high fowler
11.15 Memberikan minum ±2500ml/hari,
11.12 Mengatur posisi tidur semi atau anjurkan untuk minum dalam 11.15 Memberikan minum
high fowler kondisi hangat jika tidak ada kontra ±2500ml/hari, anjurkan untuk
indikasi minum dalam kondisi hangat jika
11.15 Memberikan minum tidak ada kontra indikasi
±2500ml/hari, anjurkan untuk 11.17 Membantu klien batuk secara
minum dalam kondisi hangat efektif 11.17 Membantu klien batuk secara
jika tidak ada kontra indikasi efektif
11.22 Berkolaborasi dengan dokter dalam
11.17 Membantu klien batuk secara permberian oksigen, udara inspirasi 11.22 Berkolaborasi dengan dokter
efektif yang lembab dalam permberian oksigen, udara
inspirasi yang lembab
11.22 Berkolaborasi dengan dokter 11.35 Berkolaborasi dengan dokter dalam 11.35 Berkolaborasi dengan dokter
dalam permberian oksigen, pemberian obat atas indikasi: dalam pemberian obat atas
udara inspirasi yang lembab Sucralfat Syrup 3x1 ml via oral, BK indikasi:
84
III 3x1 mg via oral, Metronidazole Sucralfat Syrup 3x1 ml via oral,
11.35 Berkolaborasi dengan dokter 3x1 mg via oral BK III 3x1 mg via oral,
dalam pemberian obat atas Metronidazole 3x1 mg via oral
indikasi : 15.05 Mengkaji fungsi respirasi: jumlah,
Sucralfat Syrup 3x1 ml via oral, suara, irama, dan kedalaman nafas 15.05 Mengkaji fungsi respirasi: jumlah,
BK III 3x1 mg via oral, H : suara ronchi, irama teratur, suara, irama, dan kedalaman nafas
Metronidazole 3x1 mg via oral, frekuensi 23 x/menit, pernapasan H : suara ronchi, irama teratur,
Combivent dan pulmicort via dalam. frekuensi 21 x/menit, pernapasan
nebulizer dalam.
16.08 Mengatur posisi tidur semi atau
15.05 Mengkaji fungsi respirasi: high fowler 16.08 Mengatur posisi tidur semi atau
jumlah, suara, irama, dan high fowler
kedalaman nafas 16.10 Membantu klien batuk secara
efektif 16.10 Membantu klien batuk secara
16.08 Mengatur posisi tidur semi atau efektif
high fowler 16.35 Berkolaborasi dengan dokter dalam
pemberian agen anti infeksi : 16.35 Berkolaborasi dengan dokter
16.10 Membantu klien batuk secara Injeksi Cefoperazone 2x1 gr, dalam pemberian agen anti
efektif Injeksi Omeprazole 2x40 mg, infeksi :
Combivent dan pulmicort via Injeksi Cefoperazone 2x1 gr,
16.35 Berkolaborasi dengan dokter nebulizer Injeksi Omeprazole 2x40 mg,
dalam pemberian agen anti
infeksi : 22.05 Berkolaborasi dengan dokter dalam Berkolaborasi dengan dokter
Injeksi Cefoperazone 2x1 gr, pemberian atas indikasi : dalam pemberian obat atas
Injeksi Omeprazole 2x40 mg, Etambutol 2x500 mg via oral indikasi:
Combivent dan pulmicort via
22.05 Berkolaborasi dengan dokter nebulizer
dalam pemberian atas indikasi:
Etambutol 2x500 mg via oral 22.05 Berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian atas indikasi:
Etambutol 2x500 mg via oral
Risiko infeksi 09.10 Mengkaji patologi penyakit dan 09.10 Menganjurkan menggunakan tisu 09.10 Menganjurkan menggunakan tisu
berhubungan potensial penyebaran infeksi untuk membuang sputum untuk membuang sputum
dengan melalui airbone droplet selama
85
ketidakadekuatan batuk, bersin, meludah, Mengajarkan pentingnya Mengajarkan pentingnya
pertahanan diri berbicara, tertawa, dll mengontrol infeksi, misalnya mengontrol infeksi, misalnya
menggunakan masker menggunakan masker
08.45 Mengidentifikasi resiko
penularan kepada orang lain 08.45 Memonitor suhu sesuai indikasi. 08.45 Memonitor suhu sesuai indikasi.
Menganjurkan menggunakan
tisu untuk membuang sputum
Mengajarkan pentingnya
mengontrol infeksi, misalnya
menggunakan masker
Memonitor suhu sesuai indikasi.
86
4.1.7 Evaluasi
Diagnosa 2 S: S: S:
- Klien - Klien - Klien
mengatakan mengatakan mengatakan
tidak nafsu masih tidak mual berkurang
makan nafsu makan - Klien
mengatakan
O: O: nafsu makan
- Klien tampak - Klien tampak meningkat
menghabiskan menghabiskan
½ porsi ½ porsi O:
makananya makanannya - Klien tampak
menghabiskan
A : Masalah belum A : Masalah teratasi 3/8 porsi
teratasi sebagian makanannya
- BB klien 48 kg
P : Lanjutkan Intervensi P : Lanjutkan intervensi
1,5,6 1,5,6
A : Masalah teratasi
sebagian
87
P : Lanjutkan intervensi
1,5,6
Diagnosa 3 S: S: S:
- Klien - Klien - Klien
mengatakan mengatakan mengatakan
malas pakai mulai pakai memakai
masker masker masker sejak
- Klien kemarin
mengatakan O:
hanya tinggal - Klien tampak O:
dengan menggunakan - Klien tampak
istrinya masker jika menggunakan
berbicara masker setiap
O: dengan orang saaat
- Klien tampak lain
tidak - Klien tampak A : Masalah teratasi
menggunakan menutup mulut
masker saat bersin P : Intervensi dihentikan
Klien 2
Diagnosa 1 S: S: S:
- Klien - Klien - Klien
mengatakan mengatakan mengatakan
mengerti sudah mampu sudah mampu
tentang batuk mengeluarkan mengeluarkan
efektif dahaknya dahaknya
- Klien - Klien
mengatakan O: mengatakan
terkadang - Suara napas masih sedikit
dahaknya ronchi sesak
masih tertahan - TTV
di tenggorokan TD : 110/80 O:
mmHg - Suara napas
O: Nadi : 86 ronchi
- Suara napas x/menit - TTV
ronchi RR: 21x/menit - TD : 110/70
- TTV S : 37˚C mmHg
TD : 120/80 - Klien tidak - Nadi :
mmHg menggunakan 88x/menit
Nadi : 92 O2 - RR: 21x/menit
x/menit - Klien tidak - S : 37˚C
RR: 23x/menit sesak - Klien tidak
S : 36,9˚C - Pernapasan menggunakan
- Terpasang O2 dalam O2
nasal kanul 2 - Klien tidak
liter/menit A : Masalah teratasi sesak
Sebagian - Pernapasan
A : Masalah belum dalam
teratasi P : Lanjutkan intervensi
88
1,2,3,4,6,8,9
P : Lanjutkan intervensi A : Masalah teratasi
1,2,3,4,6,7,8,9 sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1,2,3,4,6,8,9
Diagnosa 2 S: S: S:
- Klien - Klien - Klien
mengatakan mengatakan mengatakan
sudah mengerti sudah memakai
dibiasakan anjuran masker
memakai perawat
masker. - Klien O:
mengatakan - Klien tampak
O: tidak ada memakai
- Tampak klien anggota maskernya
memakai keluarga yang - Tidak ada
masker namun tertular tanda-tanda
tidak ditutup penyakit klien. infeksi lanjutan
mulutnya
Klien tampak O: A : Masalah teratasi
menutup mulut - Klien tampak
ketika bersin memakai P : Intervensi dihentikan
masker setiap
A : Masalah teratasi saat.
sebagian
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi sebagian
3,4,5
P : Lanjutkan intervensi
3,4,5
4.2 Pembahasan
teori yang sudah ada pada bab sebelumnya. Cakupan meliputi pengkajian
89
keperawatan, sampai terakhir evaluasi keperawatan yang akan dirangkum
dalam 4 paragraf.
kedua, penulis akan menjelaskan apa saja hal-hal yang penulis temukan
praktek berdasarkan sub pokok bahasan. Setelah itu, pada paragraf ketiga,
penulis akan menjelaskan apa saja hal-hal yang penulis temukan pada
teori.
4.2.1 Pengkajian
kesehatan klien.
1) Etiologi
90
dan tebal 0,3-0,6 µm. Kuman ini memiliki sifat tahan terhadap asam
karena dilapisi oleh lemak/lipid. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob
human. Hal ini ditunjukkan dengan tanda dan gejala yang muncul
hari, mual, dan muntah 1x. Hal ini juga ditunjang oleh kebiasaan yang
banyak orang.
human. Hal ini ditunjukkan dengan tanda dan gejala yang muncul
pada klien 2 yaitu sesak nafas dan batuk berdahak serta berkeringat di
di panti.
91
2) Manifestasi Klinis
batuk, sesak napas serta gejala sistemik yang meliputi mual muntah.
batuk dan sesak napas. Sedangkan tidak timbul tanda dan gejala
terlihat adalah tanda dan gejala sistemik seperti mual dan muntah
timbul pada klien 1 dan tidak timbul pada klien 2. Hal ini dikarenakan
efek samping demam, malaise, muntah, mual, diare, kulit gatal dan
92
Pirazinamid memiliki efek samping muntah, mual, diare, kulit merah
dan gatal, kadar asam urat meningkat, dan gangguan fungsi hati.
tanda dan gejala sistemik ini timbul dibawah pengaruh OAT jenis
3) Komplikasi
4) Pemeriksaan Penunjang
93
Pada klien 1, dilakukan pemeriksaan foto thoraks, darah dan
(+), Pagi (+), Sewaktu (-) dan dinyatakan positif oleh Dokter serta
5) Penatalaksaan Medis
Paracetamol 2x1 mg via oral, KSR 2 tab via oral, Hepa Q 2x1 mg via
94
oral, Curcuma 2x1 mg via oral, Vitamin B6 1x1 mg, Combivent dan
1x300 mg, Pirazinamid 1x750 mg, dan Etambutol 1x750 mg. Terapi
cairan infus NaCl per 8 jam serta terapi oksigen NRM 8 liter/menit.
via injeksi, Omeprazole 2x40 mg via injeksi, KSR 3x1 mg via oral,
III 3x1 mg via oral, Ofloxacin 1x400 mg via injeksi, Combivent dan
Isoniazid 1x300 mg via oral. Terapi cairan infus NaCl per 8 jam serta
95
diagnosa keperawatan dibutuhkan keterampilan klinik yang baik,
yang terjadi pada klien yang mengalami tuberkulosis paru adalah sebagai
berikut:
mukus berlebihan.
persepsi hambatan/barier/keseriusan.
96
Pada klien 1, ditemukan 3 diagnosis keperawatan yaitu
pertahanan primer.
klien 1 sedangkan tidak ditemukan pada klien 2. Hal ini dikarenakan pada
saat pengkajian ditemukan data penunjang seperti mual dan muntah pada
klien 1 dan tidak ditemukan pada klien 2. Sehingga diagnosa ini tidak
pengetahuan tidak dapat ditegakkan karena tidak ada data pengkajian yang
97
tahap yang sistematis dari proses keperawatan meliputi kegiatan
masalah klien. Menurut teori yang dikemukakan oleh Wahid dan Suprapto
berlebihan.
diharapkan jalan napas klien bersih dan efektif dengan kriteria hasil :
Intervensi :
memungkinkan.
98
6) Berikan minum ±2500 ml/hari, anjurkan untuk minum dalam
dapat ditarik kesimpulan, tidak ada kesenjangan yang terjadi pada tahap
intervensi.
proses keperawatan.
99
Pada klien 1 dan klien 2 implementasi yang tidak dilakukan oleh
peneliti adalah tindakan membersihkan sekret dari dalam mulut dan trakea,
dilatih. Hal ini ditunjang oleh data Glasgow Coma Scale (GCS) yang
4.2.5 Evaluasi
100
dan memenuhi kriteria hasil yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis. Hal ini
dalam rentang normal. Dengan kata lain masih ada kriteria hasil yang
belum tercapai.
berlebihan. Hal ini ini dikarenakan masih ada kriteria hasil yang belum
terpenuhi antara lain suara paru masih ronchi dan frekuensi pernapasan
21x/menit.
masih ada kriteria hasil yang belum dicapai. Kesenjangan tersebut muncul
karena klien 2 kurang aktif dalam melakukan teknik batuk efektif, faktor
101
medikasi klien 1 mengkonsumsi OAT jenis RHZE (Rifampisin, Isoniazid,
jenis HE (Isoniazid dan Etambutol) saja, serta tidak ada dukungan dari
terdekat sangat dibutuhkan. Oleh karena itu faktor ini pula yang menjadi
2 belum teratasi.
102
BAB V
1.1 Kesimpulan
1) Pengkajian
utamanya adalah batuk, sesak napas, demam, mual dan muntah, serta
keluar keringat dimalam hari. Tanda dan gejala yang muncul pada
klien 2 hanya timbul gejala repiratorik saja. Kedua klien ini positif
2) Diagnosis
Diagnosa ini teratasi pada klien 1 dan belum teratasi pada klien 2. Hal
102
3) Intervensi
high fowler, Latih batuk secara efektif, Bersihkan sekret dari dalam
ml/hari, anjurkan untuk minum dalam kondisi hangat jika tidak ada
4) Implementasi
(Obat Anti Tuberkulosis), agen anti infeksi, terapi cairan infus, dan
terapi oksigen.
5) Evaluasi
bersihan jalan napas teratasi pada klien 1 dan tidak teratasi pada klien
103
2. Hal ini dikarenakan klien 2 kurang aktif dalam melakukan teknik
batuk efektif, faktor medikasi yang didapat dan juga tidak ada faktor
1.2 Saran
1) Perawat
2) Institusi Pendidikan
3) Rumah Sakit
4) Masyarakat
Diharapkan jika salah satu teman, saudara, dan kerabat terdekat yang
104
segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
105
DAFTAR PUSTAKA
Black dan Hawk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis Untuk
Hasil Yang Diharapkan Edisi 8 Buku 3. Jakarta : Elsevier.
LeMone, Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5 Volume 4.
Jakarta : EGC.
Rochimah Dkk. 2011. Keterampilan Dasar Praktik Klinik. Jakarta : Trans Info
Media.
1. Kami adalah peneliti berasal dari Universitas MH Thamrin program studi DIII
asuhan/pelayanan keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikut sertaan anda pada penelitian ini
diberikan.
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
(Ika Y.)
PENELITI
Ika Yunniastuti
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
Persetujuan menjadi partisipan
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Ika Yunniastuti dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Yang Mengalami Tuberkulosis Paru Dengan Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Napas”
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan, bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa
sanksi apapun.
Jakarta, 2018
Saksi Yang Memberikan Persetujuan
(………………………………..) (………………………………..)
Peneliti
Ika Yunniastuti
130151037
Lampiran 3
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
IDENTITAS KLIEN
Nama : ........................................................ Suami/Istri/Orangtua :
Umur : ........................................................ Nama : ........................................
Jenis kelamin : ........................................................ Pekerjaan : ........................................
Agama : ........................................................ Alamat : ........................................
Suku Bangsa : ........................................................
Bahasa : ........................................................ Penanggungjawab:
Pendidikan : ........................................................ Nama : ........................................
Pekerjaan : ........................................................ Alamat : ........................................
Status : ........................................................
Alamat : ........................................................
KELUHAN UTAMA
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
......................................................................................................................................................
GENOGRAM:
3. Pola eliminasi
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
4. Pola aktivitas
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
5. Pola istirahat-tidur
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
8. Pola hubungan-peran
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
2. Kepala
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
3. Leher
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
4. Thoraks (dada)
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
5. Abdomen
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
6. Punggung
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
7. Ekstremitas
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
9. Pemeriksaan neurologis
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
2. Radiologi
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
TERAPI
1. Oral
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
2. Parenteral
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
3. Lain-lain
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
...............................................................................................................................................
Jakarta, 2018
Mahasiswa,
Ika Yunniastuti
NIM : 130151037
7. Data Fokus
Data Subyektif Data Obyektif
8. Analisa Data
No. Data Fokus Masalah Etiologi
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)
No Diagnosa Keperawatan (P&E) Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi Nama Jelas
PERENCANAAN KEPERAWATAN
(Meliputi tindakan keperawatan independen dan interdependen)