Pembahasan
Pembahasan
Pembahasan
Penerimaan HE
Proses penerimaan HE di PT. Indoaya Agrinusa unit hatchery Tanjung
Morawa dilaksanakan di area holding room melalui pintu masuk penerimaan.
Pada saat ini, HE broiler yang diterima berasal dari Talun Kenas, Pekan Baru dan
Bandar masilam, sedangkan HE layer berasal dari Padang. Sebelum HE diterima
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan segel egg van , surat jalan dan STBT grade
A, kemudian dimasukkan ke dalam holding room dan disusun berdasarkan
kandang dan asal farm, hal ini bertujuan untuk memudahkan pengecekan kembali
jumlah HE yang diterima apakah sudah sesuai dengan STBT grade A dan surat
jalan.
Menurut Lisran et al. (2020), HE yang disimpan selama 3 hari memiliki
daya tetas dan fertilitas yang lebih tinggi dibandingan dengan HE yang disimpan
selama 7 hari atau lebih. Hal ini juga di sampaikan oleh Susanti et al. (2015),
bahwa semakin lama masa penyimpanan HE dapat menurunkan kualitas HE
7
8
seperti tingkat fertilitas, daya tetas dan bobot tetas. Hal ini berhubungan dengan
proses perkembangan embrio yang akan menghasilkan gas CO 2 dan H2O. Selain
lama peyimpanan, kualitas HE juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan.
Menurut Achadri et al. (2020), suhu yang baik yaitu 18-20 0C dengan kelembapan
75-80%.
Grading adalah proses seleksi telur menjadi 2 bagian yaitu telur yang
layak ditetaskan (Heaching Egg) dan telur yang tidak layak tetas (Grade out).
Telur yang layak tetas memiliki kriteria seperti : berbentuk oval, berat HE 48
sampai 85 gram, kerabang telur tidak tipis dengan ukuran 0,33 mm, permukaan
kerabang halus dan tidak berbintik-bintik. Sedangkan telur yang tidak layak tetas
memiliki kriteria seperti telur kotor, abnormal, jumbo, kerabang tipis, warna tidak
seragam, kerabang berbintik kasar dan telur retak (Iksan et al., 2020). Setelah
proses grading, HE difumigasi dengan fumigan 7,5 gram/mm 3 dan formalin 15
ml/mm3.
Cooling Room
HE yang telah difumigasi kemudian dimasukkan ke dalam cooling room
dengan suhu 16-18 0C dan RH 70-75% selama 3 sampai 4 hari. HE yang disimpan
pada suhu rendah atau suhu dingin dapat meminimalisir proses penguapan H 20
dan CO2, serta menghambat aktivitas mikroba yang berada di dalam telur (Herlina
et al., 2016). Selain itu, HE yang disimpan selama 2 hari memiliki tingkat
fertilitas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pori-pori pada permukaan
kerbang masih kecil, sehingga dapat mencegah masuknya bakteri dari luar ke
dalam HE agar kualitas HE tetap terjaga (Susanti et al., 2015). HE yang telah
disimpan pada cooling room lebih dari 10 hari akan dijual ke depo dan tidak
ditetaskan, karena tingkat fertiitas, daya tetas dan bobot tetasnya rendah.
Prewarming
Prewarming dilakukan selama 12 sampai 16 jam sebelum HE diinkubasi
ke dalam mesin setter. Proses ini bertujuan untuk menyesuaikan suhu HE dari
suhu rendah ke suhu tinggi pada saat di inkubasi agar tidak terjadi shock
9
Setter
Setelah proses prewarming, HE akan diinkubasi ke dalam mesin setter
selama18,5- 19 hari atau 504- 508 jam. Mesin tetas bekerja dengan cara
menciptakan kondisi lingkungan mesin seperti pada penetasan alami atau
pengeraman. Hal-hal yang perlu di atur dan diamati pada mesin tetas adalah
temperatur, panas, kelembaban serta sirkulasi udara dalam ruang mesin tetas agar
mencapai kondisi yang ideal seperti pada penetasan alami (Aini et al., 2019). Jika
temperatur di dalam mesin tetas lebih tinggi dari kondisi normal, dapat
menyebabkan terjadinya dehidrasi akibat kehilangan air yang berlebihan sehingga
menyebabkan kematian embrio, sedangkan jika temperatur dibawah optimal
berakibat pada penurunan daya tetas, karena terjadi gangguan pertukaran gas
akibat penguapan yang rendah. (Junaedi dan Husnaeni, 2019).
Kelembapan sangat penting untuk mempertahankan laju penguapan air di
dalam telur selama masa penetasan. Pori-pori pada cangkang telur akan menjadi
tempat untuk pertukaran gas, sehingga perlu diatur kelembapan yang sesuai untuk
perkembangan embrio, agar tidak terjadi penguapan yang berlebihan (Sermalia et
al., 2021). Suhu yang dianjurkan untuk penetasan ayam yaitu sekitar 98,6-
102,75°F (37,6°C) dan untuk kelembapan sekitar 55-60%. Dengan suhu dan
kelembapan yang baik maka perkembangan embrio dalam mesin tetas dapat
terjadi secara optimal (Susanti et al., 2015 ).
10
Transfer
Transfer adalah proses pemindahan telur yang sudah berusia 432 jam
dalam mesin setter ke mesin hatcher. Candling dilakukan sebelum masuk ke
mesin hatcher, yang berfungsi untuk memisahkan HE yang fertil, infertil dan
explode. HE explode disebabkan HE terkontaminasi bakteri, kotor, pencucian
telur kurang baik dan mesin tetas yang kotor. Transfer HE dan candling dilakukan
dengan cepat, maksimal 30 menit karena embrio dapat mati akibat perubahan
suhu HE yang drastis. HE yang sudah diteropong dipindahkan ke kereta buggy
hatcher yang berbentuk keranjang .
candling HE.
10) Telur tetas yang sudah ditransfer harus tercatat jumlah telur infertil,
explod dan fertil per kandang/farm.
11) Setelah transfer selesai ruang transfer dibersihkan dengan air dan
di sanitasi dengan desinfektan.
Hatcher
Setelah candling telur yang fertil akan di masukan kedalam mesin hatcher
masing jenis mesin, bagian-bagian yang terdapat pada mesin hatcher sama dengan
mesin setter (Pambudi, 2012). Mesin hatcher terbagi dua yaitu single stage dan
multi stage. Sistem single stage artinya bahwa dalam satu mesin hatcher terdapat
telur tetas dengan umur yang sama, dengan demikian telur dalam satu mesin
dalam jumlah besar masuk secara bersamaan. Pada sistem ini diperlukan 6 mesin
hatcher single stage untuk pengeraman hari senin dan kamis, serta 6 mesin
hatcher single stage untuk pengeraman hari selasa dan jum’at. Tidak dilakukan
turning selama berada di hatcher karena terjadi pipping yaitu anak ayam
Pull chick
Pull chick atau dikenal dengan Pulling the hatch merupakan proses
pemindahan anak ayam yang menetas dari mesin hatcher. Ruangan pull chick
berfungsi sebagai tempat pelaksanaan seleksi DOC, pemotongan paruh,
vaksinasi marek, pengemasan DOC ke dalam box, dan penyimpanan sementara
13
hatchery dapat memutuskan telur itu tidak ikut ditetaskan. Seleksi DOC di PT.
Indojaya Agrinusa dibagi menjadi 3 grade, yaitu
Tabel 3. Grade DOC PT. Indojaya Agrinusa
Broiler Layer
Grade
Umur Berat Umur Berat
Platinum ≥35 Minggu ≥37 Gram ≥30 Minggu ≥34 Gram
Gold 29-34 Minggu ≥34 Gram 25-29 Minggu 32 Gram
Silver 25-28 Minggu ≥30 Gram 21-24 Minggu ≥29 Gram
DOC afkir memiliki ciri-ciri lemah, kaki kering, bulu kusut, cacat,
kembung, dan black Nepal (dubur berwarna hitam). DOC afkir dimasukan ke
dalam karung dan dibuang bersama kerabang telur dan telur tidak menetas.
Analisis cangkang dilakukan untuk mengetahui kondisi DOC secara
keseluuhan. Proses seleksi berdasarkan kelompok kandang, umur, strain dan
dilakukan pemisahan sesuai grade yang sudah ditentukan. DOC hasil seleksi
langsung dimasukkan ke dalam chick box dengan jumlah 101 ekor. DOC
dipisahkan menurut jenis kelamin jantan dan betina untuk konsumen yang
meminta dilakukan pemisahan antara DOC jantan dan betina dengan ciri-ciri
DOC jantan bulu pada ujung sayap sejajar dan warna bulu kuning serta garis
punggung berjumlah ganjil sedangkan yang betina bulu bagian atas lebih
pendek dari bagian yang bawah, memiliki warna bulu coklat dengan garis
punggung kuning berjumlah genap.
2. Potong Paruh (Debeaking)
Cara yang dianggap paling baik sampai sekarang untuk mencegah
kemungkinan terjadinya kanibalisme adalah melalui pemotongan paruh atau
debeaking dan merupakan cara yang efektif. Terdapat beberapa bentuk dari
sifat kanibalisme yaitu terjadinya pematukan pada bagian-bagian badan seperti
jari-jari kaki, pial atau vent. Selain itu juga terjadi pematukan terhadap telur
sehingga menjadi pecah yang kemudian juga dimakannya. Pada anak ayam
kejadian yang sering terlihat adalah pematukan jari kaki dan bulu.
15