0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
114 tayangan12 halaman

Pembahasan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 12

PEMBAHASAN

Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur


sampai telur pecah menghasikan anak ayam. Usaha menetaskan telur artinya
mengeramkan telur supaya menetas, yaitu pecah dan terbuka kulitnya sehingga
embrio yang berkembang di dalamnya menjadi anak ayam hidup. Prinsip
penetasan secara buatan adalah mengganti peran induk ayam dalam mengerami
telurnya. Tata laksana penetasan yaitu suatu rangkaian kegiatan mulai dari
persiapan mesin tetas, pemasukan telur ke dalam mesin tetas, kegiatan rutin
selama penetasan, sampai pada pembersihan mesin tetas. Pada suatu penetasan
hanya telur tetas yang memenuhi persyaratan yang digunakan sedangkan yang
tidak memenuhi persyaratan tidak digunakan karena akan mengganggu
jalannya penetasan. Kualitas fisik telur meliputi bentuk telur harus normal,
kulitnya harus halus, tidak kotor, dan tidak retak, tidak tipis karena akan
mengakibatkan penguapan isi telur terlalu tinggi sehingga akan menurunkan
daya tetas (Suprijatna et al., 2005).

Penerimaan HE
Proses penerimaan HE di PT. Indoaya Agrinusa unit hatchery Tanjung
Morawa dilaksanakan di area holding room melalui pintu masuk penerimaan.
Pada saat ini, HE broiler yang diterima berasal dari Talun Kenas, Pekan Baru dan
Bandar masilam, sedangkan HE layer berasal dari Padang. Sebelum HE diterima
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan segel egg van , surat jalan dan STBT grade
A, kemudian dimasukkan ke dalam holding room dan disusun berdasarkan
kandang dan asal farm, hal ini bertujuan untuk memudahkan pengecekan kembali
jumlah HE yang diterima apakah sudah sesuai dengan STBT grade A dan surat
jalan.
Menurut Lisran et al. (2020), HE yang disimpan selama 3 hari memiliki
daya tetas dan fertilitas yang lebih tinggi dibandingan dengan HE yang disimpan
selama 7 hari atau lebih. Hal ini juga di sampaikan oleh Susanti et al. (2015),
bahwa semakin lama masa penyimpanan HE dapat menurunkan kualitas HE

7
8

seperti tingkat fertilitas, daya tetas dan bobot tetas. Hal ini berhubungan dengan
proses perkembangan embrio yang akan menghasilkan gas CO 2 dan H2O. Selain
lama peyimpanan, kualitas HE juga dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan.
Menurut Achadri et al. (2020), suhu yang baik yaitu 18-20 0C dengan kelembapan
75-80%.
Grading adalah proses seleksi telur menjadi 2 bagian yaitu telur yang
layak ditetaskan (Heaching Egg) dan telur yang tidak layak tetas (Grade out).
Telur yang layak tetas memiliki kriteria seperti : berbentuk oval, berat HE 48
sampai 85 gram, kerabang telur tidak tipis dengan ukuran 0,33 mm, permukaan
kerabang halus dan tidak berbintik-bintik. Sedangkan telur yang tidak layak tetas
memiliki kriteria seperti telur kotor, abnormal, jumbo, kerabang tipis, warna tidak
seragam, kerabang berbintik kasar dan telur retak (Iksan et al., 2020). Setelah
proses grading, HE difumigasi dengan fumigan 7,5 gram/mm 3 dan formalin 15
ml/mm3.

Cooling Room
HE yang telah difumigasi kemudian dimasukkan ke dalam cooling room
dengan suhu 16-18 0C dan RH 70-75% selama 3 sampai 4 hari. HE yang disimpan
pada suhu rendah atau suhu dingin dapat meminimalisir proses penguapan H 20
dan CO2, serta menghambat aktivitas mikroba yang berada di dalam telur (Herlina
et al., 2016). Selain itu, HE yang disimpan selama 2 hari memiliki tingkat
fertilitas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena pori-pori pada permukaan
kerbang masih kecil, sehingga dapat mencegah masuknya bakteri dari luar ke
dalam HE agar kualitas HE tetap terjaga (Susanti et al., 2015). HE yang telah
disimpan pada cooling room lebih dari 10 hari akan dijual ke depo dan tidak
ditetaskan, karena tingkat fertiitas, daya tetas dan bobot tetasnya rendah.

Prewarming
Prewarming dilakukan selama 12 sampai 16 jam sebelum HE diinkubasi
ke dalam mesin setter. Proses ini bertujuan untuk menyesuaikan suhu HE dari
suhu rendah ke suhu tinggi pada saat di inkubasi agar tidak terjadi shock
9

temperature dan menghindari heat sweating. Suhu prewarming berkisar antara


240C sampai 250C. Pada mesin tetas single stage seperti Petersime Biostreamer
dan Chick Master Avida, proses prewarming dilakukan di dalam mesin setter,
sedangkan pada mesin tetas multi stage seperti Funki, Petersime 504 dan
Buckeye proses prewarming dilakukan di koridor mesin setter.

Setter
Setelah proses prewarming, HE akan diinkubasi ke dalam mesin setter
selama18,5- 19 hari atau 504- 508 jam. Mesin tetas bekerja dengan cara
menciptakan kondisi lingkungan mesin seperti pada penetasan alami atau
pengeraman. Hal-hal yang perlu di atur dan diamati pada mesin tetas adalah
temperatur, panas, kelembaban serta sirkulasi udara dalam ruang mesin tetas agar
mencapai kondisi yang ideal seperti pada penetasan alami (Aini et al., 2019). Jika
temperatur di dalam mesin tetas lebih tinggi dari kondisi normal, dapat
menyebabkan terjadinya dehidrasi akibat kehilangan air yang berlebihan sehingga
menyebabkan kematian embrio, sedangkan jika temperatur dibawah optimal
berakibat pada penurunan daya tetas, karena terjadi gangguan pertukaran gas
akibat penguapan yang rendah. (Junaedi dan Husnaeni, 2019).
Kelembapan sangat penting untuk mempertahankan laju penguapan air di
dalam telur selama masa penetasan. Pori-pori pada cangkang telur akan menjadi
tempat untuk pertukaran gas, sehingga perlu diatur kelembapan yang sesuai untuk
perkembangan embrio, agar tidak terjadi penguapan yang berlebihan (Sermalia et
al., 2021). Suhu yang dianjurkan untuk penetasan ayam yaitu sekitar 98,6-
102,75°F (37,6°C) dan untuk kelembapan sekitar 55-60%. Dengan suhu dan
kelembapan yang baik maka perkembangan embrio dalam mesin tetas dapat
terjadi secara optimal (Susanti et al., 2015 ).
10

Tabel 2. Jenis mesin setter


Tipe Jenis mesin Kapasitas Angkatan Setting
mesin (butir) (butir/setting)
Multi Funki 120.960 6 20.160
stage
Multi Petersime 504 50.400 3 16.800
stage
Multi Buckeye 114.048 6 19.008
stage
Singe Chick Master Avida 126.720 1 126.720
stage
Singe Petersime 115.200 1 115.200
stage biostreamer

Transfer
Transfer adalah proses pemindahan telur yang sudah berusia 432 jam
dalam mesin setter ke mesin hatcher. Candling dilakukan sebelum masuk ke
mesin hatcher, yang berfungsi untuk memisahkan HE yang fertil, infertil dan
explode. HE explode disebabkan HE terkontaminasi bakteri, kotor, pencucian
telur kurang baik dan mesin tetas yang kotor. Transfer HE dan candling dilakukan
dengan cepat, maksimal 30 menit karena embrio dapat mati akibat perubahan
suhu HE yang drastis. HE yang sudah diteropong dipindahkan ke kereta buggy
hatcher yang berbentuk keranjang .

Gambar 1. Proses Candling.


11

 candling HE.

HE dipindahkan dari mesin setter ke mesin hatcher pada hari ke 19


atau setelah 432 jam dalam mesin setter yang disebut sebagai kegiatan
transfer, adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan transfer dan
candling yaitu
1) Sebelum pelaksanaan transfer siapkan meja transfer dan dipastikan
lampu candling menyala dengan baik.
2) Basket hatcher dalam kondisi sudah bersih dan dalam keadaan kering.
3) Ruangan transfer harus dalam kondisi gelap dan sudah disanitasi serta
sirkulasi udara dibatasi.
4) Pindahkan trolley ke ruang setter secara bertahap utuk menghindari
penurunan temperatur yang drastis dan hindari meletakkan trolley
ditengah koridor mesin untuk menghindari panas dan terganggunya
sirkulasi udara.
5) Lakukan candling dengan meletakkan HE di atas meja transfer di sinari
lampu LED 45 watt berjumlah 2 atau 3 lampu di bawah meja.
6) Klasifikasi telur yang di ambil pada waktu candling adalah :

 HE infertil : telur yang tidak ada tunas embrio yang berkembang,


jika di sinari kelihatan terang atau terdapat embrio namun terjadi
kematian dini, jika disinari kelihatan remang-remang.
 HE explod : telur yang terkontaminasi bakteri atau jamur biasanya
telur kelihatan mengeluarkan buih atau busa.

7). HE yang fertil dipindahkan ke basket hatcher yang sebelumnya sudah


disiapkan.
8). HE explod dibuang ke drum yang sudah disiapkan dan diberi air yang
sudah dicampur desinfektan.
9) Untuk telur infertil ditempatkan di egg tray dan akan dikumpulkan dan
dijual kepada penadah sebagai pakan bebek, pakan lele atau pembuat
roti.
12

10) Telur tetas yang sudah ditransfer harus tercatat jumlah telur infertil,
explod dan fertil per kandang/farm.
11) Setelah transfer selesai ruang transfer dibersihkan dengan air dan
di sanitasi dengan desinfektan.

Hatcher
Setelah candling telur yang fertil akan di masukan kedalam mesin hatcher

selama 2 – 3 hari. Temperatur pada mesin hatcher disesuaikan oleh masing-

masing jenis mesin, bagian-bagian yang terdapat pada mesin hatcher sama dengan

mesin setter (Pambudi, 2012). Mesin hatcher terbagi dua yaitu single stage dan

multi stage. Sistem single stage artinya bahwa dalam satu mesin hatcher terdapat

telur tetas dengan umur yang sama, dengan demikian telur dalam satu mesin

dalam jumlah besar masuk secara bersamaan. Pada sistem ini diperlukan 6 mesin

hatcher single stage untuk pengeraman hari senin dan kamis, serta 6 mesin

hatcher single stage untuk pengeraman hari selasa dan jum’at. Tidak dilakukan

turning selama berada di hatcher karena terjadi pipping yaitu anak ayam

berusaha memecah kerabang dengan paruhnya.

Pengaturan suhu dan kelembaban dilakukan berdasarkan keadaan telur.

Suhu dalam hatcher sekitar 96 0F dengan kelembaban sekitar 58%. Kelembaban

yang tinggi dapat membantu proses penetasan.

Pull chick
Pull chick atau dikenal dengan Pulling the hatch merupakan proses
pemindahan anak ayam yang menetas dari mesin hatcher. Ruangan pull chick
berfungsi sebagai tempat pelaksanaan seleksi DOC, pemotongan paruh,
vaksinasi marek, pengemasan DOC ke dalam box, dan penyimpanan sementara
13

sampai DOC dikirim ke pelanggan (Sudarmono, 2003). Sebelum melakukan


pull chick, dilakukan proses perakitan chick box sehari sebelumnya yang
disesuaikan dengan jumlah estimasi penetasan. Kartasudjana dan Suprijatna
(2006) menyatakan bahwa anak ayam yang telah menetas sebaiknya segera
dikeluarkan dari mesin tetas, kira-kira 90% bulunya sudah kering kemudian
dipindahkan dari bagian penetasan ke ruang pull chick. DOC yang dibongkar dari
keranjang akan diseleksi berdasarkan bobot badan dan penampilan normal.
Kriteria DOC normal yaitu bobot layer minimal 33 g/ekor dan 37 g/ekor untuk
broiler. Selain itu DOC broiler yang normal memiliki mata yang cerah dan aktif,
pusar tertutup, kaki dan paruh normal, bulu cerah dan kering.
Proses awal pull chick yaitu :
 Mengeluarkan semua basket dari mesin hatcher dan dipindahkan pada
ruang pull chick.
 Memindahkan DOC ke chick box sesuai dengan kandang masing-masing
 Memasukan cangkang, telur DIS ke drum yang dilapisi karung.
 Basket yang kosong langsung dibawa ke ruang pencucian untuk segera
dibawa diruang pencucian untuk segera dibersihkan.
 Menghitung dan mencatat telur yang tidak menetas masing-masing
kandang.
 Saat proses pull chick berlangsung exhaust fan ruang pull chick harus
dalam keadaan hidup
 Membersihkan ruangan pull chick setelah selesai dengan menggunakan air
dan kemudian melakukan sanitasi.
1. Grading dan Sexing
Setiap perusahaan memiliki kebijakan yang berbeda. Penentuan grade
DOC biasanya berdasarkan usia indukan yang bias disimpulkan menjadi bibit
muda, menjelang puncak produksi, puncak produksi dan menjelang penurunan
produksi atau disebut bibit tua. Selain berdasarkan usia indukan, grading juga
didasarkan pada fisiologis ayam, meski umur indukan sudah masuk grade usia
tertentu. Namun jika berat telur tetasnya tidak sesuai standar maka pihak
14

hatchery dapat memutuskan telur itu tidak ikut ditetaskan. Seleksi DOC di PT.
Indojaya Agrinusa dibagi menjadi 3 grade, yaitu
Tabel 3. Grade DOC PT. Indojaya Agrinusa
Broiler Layer
Grade
Umur Berat Umur Berat
Platinum ≥35 Minggu ≥37 Gram ≥30 Minggu ≥34 Gram
Gold 29-34 Minggu ≥34 Gram 25-29 Minggu 32 Gram
Silver 25-28 Minggu ≥30 Gram 21-24 Minggu ≥29 Gram

DOC afkir memiliki ciri-ciri lemah, kaki kering, bulu kusut, cacat,
kembung, dan black Nepal (dubur berwarna hitam). DOC afkir dimasukan ke
dalam karung dan dibuang bersama kerabang telur dan telur tidak menetas.
Analisis cangkang dilakukan untuk mengetahui kondisi DOC secara
keseluuhan. Proses seleksi berdasarkan kelompok kandang, umur, strain dan
dilakukan pemisahan sesuai grade yang sudah ditentukan. DOC hasil seleksi
langsung dimasukkan ke dalam chick box dengan jumlah 101 ekor. DOC
dipisahkan menurut jenis kelamin jantan dan betina untuk konsumen yang
meminta dilakukan pemisahan antara DOC jantan dan betina dengan ciri-ciri
DOC jantan bulu pada ujung sayap sejajar dan warna bulu kuning serta garis
punggung berjumlah ganjil sedangkan yang betina bulu bagian atas lebih
pendek dari bagian yang bawah, memiliki warna bulu coklat dengan garis
punggung kuning berjumlah genap.
2. Potong Paruh (Debeaking)
Cara yang dianggap paling baik sampai sekarang untuk mencegah
kemungkinan terjadinya kanibalisme adalah melalui pemotongan paruh atau
debeaking dan merupakan cara yang efektif. Terdapat beberapa bentuk dari
sifat kanibalisme yaitu terjadinya pematukan pada bagian-bagian badan seperti
jari-jari kaki, pial atau vent. Selain itu juga terjadi pematukan terhadap telur
sehingga menjadi pecah yang kemudian juga dimakannya. Pada anak ayam
kejadian yang sering terlihat adalah pematukan jari kaki dan bulu.
15

Terdapat 2 metode debeaking yaitu cold debeaking dan hot debeaking.


Pada cold debeaking dilakukan pada anak ayam dan diulangi kembali saat
sebelum mencapai umur dewasa kelamin. Sedangkan pada hot debeaking
menggunakan alat debeaking yang mempunyai pisau pemotong yang
dipanaskan dengan temperatur 1110o F- 1500oF sehingga dapat mematikan
jaringan dari paruh, oleh karena itu bila pelaksanaanya baik dan tepat maka
tidak perlu pengulangan kembali. Pada perusahaan PT. Indojaya Agrinusa
menggunakan metode hot debeaking. Debeaking yang dilakukan pada ayam
muda tipe petelur umur 1 hari dapat menurunkan konsumsi ransum,
menurunkan pertambahan berat badan, menghambat dewasa kelamin produksi
telur per tahun relatif menurun dan berat relatif rendah dibandingkan dengan
tidak debeaking.
3. Vaksinasi
Vaksin adalah bibit penyakit yang dilemahkan atau dimatikan dan
dimasukkan ke tubuh hewan untuk merangsang kekebalan dari tubuh untuk
melawan penyakit (Santoso dan Sudaryani, 2011). Menurut Suprijatna et al.
(2005), setiap vaksin hanya mampu menimbulkan kekebalan tubuh khusus
terhadap penyakit tertentu. Hal ini juga tercantum dalam Peraturan Menteri
Pertanian (2008), vaksinasi adalah proses memasukkan bibit penyakit baik
yang sudah dimatikan maupun yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh hewan
agar tubuh hewan mampu membentuk kekebalan terhadap penyakit tersebut.
Pemberian vaksin dilakukan saat ayam mulai menetas, biasanya dilakukan
dengan metode injeksi subkutan (pada pangkal leher bagian belakang) dan
metode spray.
Vaksin yang diberikan pada DOC dibedakan menjadi 3 jenis yaitu,
1. vaksin hidup (lived vaccine) artinya mikroorganisme di dalam vaksin
masih hidup dan memiliki kemampuan yang lengkap untuk
menghasilkan kekebalan tubuh.
2. Vaksin yang dilemahkan (attenuated vaccine) adalah vaksin yang
dibuat dengan cara melemahkan organisme aktif sehingga ketika
16

diberikan ke ayam akan menghasilkan kekebalan tubuh terhadap


suatu penyakit dalam bentuk yang lebih ringan.
3. Vaksin yang di matikan (killed vaccine) yaitu organisme yang
digunakan untuk menghasilkan vaksin telah dimatikan dan tidak
memiliki kemampuan untuk menularkan penyakit kepada ayam,
namun memiliki kemampuan untuk memproduksi antibodi ketika
vaksin digunakan (Fadilah, 2013).
Faktor yang perlu diperhatikan ketika melakukan vaksinasi diantaranya :
1, Jenis Vaksin
Vaksin yang digunakan pada perusahaan PT. Indojaya Agrinusa yaitu
a. vaksin IBD immune complex
vaksin ini merupakan vaksin IBD live utuh strain intermediate plus
yang berikatan dengan antibodi spesifiknya dan ikatan ini kita sebut
dengan immune complex.
b. Vaksin ND L inaktif
Vaksin ini merupakan vaksin inaktif
c. Vaksin ND HV
Vaksin ini merupakan vaksin live dari strain ulster
d. Vaksin Marek
Vaksin ini merupakan vaksin live
2. Cara penyimpanan vaksin
Vaksin disimpan dalam refrigator dengan temperatur 4-8oC (Fadilah,
2013).
3. Cara pencampuran vaksin
Untuk vaksin IBD gunakan antibiotik gentaject 4 ml dengan diluent
isi 200 ml untuk dosis 2000, lalu diamkan 15 menit selanjutnya ambil
vaksin IBD transmune yang berisi 2000 dosis (1 pial) untuk 200 ml
diluent yang dapat diberikan pada 2000 ekor DOC.
Untuk vaksin ND-HV 1 pial dilarutkan dengan 160 ml aquadest. 1
pial dapat digunakan untuk 10 box.
17

Untuk vaksin marek gunakan antibiotic 10% gentaject 2 ml untuk


diluent 200 ml lalu diamkan 15 menit. Lalu campurkan 1 ampoule
vaksin marek dengan diluent 200 ml yang bias digunakan untuk 1000
ekor DOC.
4. Dosis vaksinasi dan Cara pemberian
Dosis vaksin ND dan IBD 0,1 ml/ekor secara Subkutan
Dosis vaksin Marek 0,2 ml/ekor secara subkutan
Dosis vaksin ND-HV 4cc/box secara spray
4. Distribusi
Pemasaran DOC dapat melalui 2 cara, yaitu :
1. Didistribusikan dengan cara internal, DOC diperlukan oleh mitra usaha itu
sendiri.
2. Didistribusikan dengan cara eksternal, dijual ke luar wilayah untuk dijual
dipeternakan-peternakan yang berskala kecil hingga besar.
Pendistribusian yang baik, packing atau pengemasan DOC dilengkapi
data-data yang sesuai dengan yang tertera di box DOC. Data tersebut meliputi
strain, jumlah, tanggal menetas. Boks DOC harus sesuai standar kebutuhan seperti
ventilasi, untuk menjaga kenyamanan anak ayam selama dalam pengiriman DOC
segera setelah packing selesai (Rasyaf, 1995).
Banyak cara yang dilakukan untuk mengurangi kematian anak ayam
selama proses transportasi, salah satunya dengan mendesain bentuk box DOC. Box
DOC berbentuk persegi empat dengan luas dasar lebih besar dibanding dengan luas
bagian atas, dimaksudkan agar pada saat penyusunan box dalam kendaraan
pengirim DOC, lubang ventilasi pada tutup box tidak tertutup, sehingga sirkulasi
udara dapat berjalan dengan lancar. Bentuk dan ukuran box disesuaikan dengan
jumlah anak ayam yang akan ditempatkan. Proses pengepakan atau pengemasan
DOC menggunakan kotak, setiap kotaknya berisi 101 ekor DOC yang dibagi atas
empat petak, dimana 3 petak berisi 25 ekor dan 1 petak berisi 26. Pada kotak
kemasan perlu dicantumkan label yang memuat keterangan seperti tanggal dan jam
DOC menetas, galur (strain) DOC, jumlah isi kemasan, nama dan alamat
18

perusahaan, nama peternak/penerima dan alamat, vaksinasi yang telah diberikan,


serta cap perusahaan pengirim (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Anda mungkin juga menyukai